Tragis! Korban Perang Suriah Makan Kucing, Rumput dan Sampah

Pemandangan menyeramkan warga sipil Suriah kelaparan akibat perang mulai muncul di dunia maya.

Negara itu seolah terisolasi dari dunia luar sejak terjadi peperangan yang melanda sejak beberapa tahun lalu.

Khususnya ada beberapa warga yang tinggal di tiga kota yang dikepung dari pasukan Assad dan pemberontak, mereka terisolasi dan terpaksa makan kucing, anjing dan rumput karena kesulitan mendapatkan makanan.

 

Menyedihkan, kondisi umum di Madaya dekat Damaskus yang telah dikepung oleh pasukan Assad sejak Juli, juga Foua dan Kfarya, para aktivis mengatakan warga yang putus asa terpaksa makan hewan liar.

Beberapa dari warga bahkan telah dibunuh oleh penembak jitu atau ranjau darat saat mengais makanan, kondisi makin parah apalagi Foua dan Kfarya berada di dalam kekuasaan pemberontak sudah lebij dari satu tahun.

Warga di tiga kota yang terjebak di tiga kota itu tak hanya dipaksa untuk makan kucing dan anjing dan jika sakit mereka harus dioperasi tanpa anestesi.

 

Situasi makin memburuk setelah konflik makin tajam hingga membuat harga makanan termasuk susu bayi melonjak hingga $ 300 untuk 900g.

Seorang pimpinan gerakan lokal yang menyebut dirinya dengan nama Samir Ali mengatakan kota perbatasan gunung Madaya telah dikepung sejak awal Juli dan kondisi diperburuk dengan cuaca dingin dan kurangnya pasokan.

Bahkan warga terpaksa membakar pintu rumah mereka untuk menghangatkan diri dari serangan cuaca dingin.

Dia mengatakan kepada kantor berita Associated Press melalui Skype harga barang barang kebutuhan melonjak luar biasa.

Sumber lain; aktivis yang keluarganya ada di Madaya mengatakan kepada BBC: ‘Warga sekarat. Mereka mengais makanan di tanah. Mereka makan kucing dan anjing.”

Beberapa kasus kematian di Madaya dalam beberapa pekan terakhir dikaitkan dengan kurangnya makanan kata Rami Abdurrahman dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

Mereka tak bisa keluar sebab setidaknya ada 25 pos pemeriksaan mencegah keluar dari wilayah konflik.

Laman Facebook yang menggambarkan kondisi di Madaya sudah mengunggah foto yang disebutkan beberapa orang tua mati kelaparan. Foto-foto itu belum dikonfirmasi secara independen.

Tidak diketahui berapa banyak orang tewas dalam Foua dan Kfarya.

Pawl Krzysiek, juru bicara Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Suriah mengatakan situasi di desa-desa Foua, Kfarya dan Madaya sangat mengerikan terlebih pada musim dingin.

Koalisi Nasional Suriah, menyerukan kepada PBB dan masyarakat internasional agar memberikan bantuan ke Madaya dan tak menunda, sebab akan menyebabkan lebih banyak kematian di antara warga sipil tak berdosa.

 

sumber: Bangka.TribunNews

Kekejaman Milisi Syiah Dalam Peperangan di Irak & Suriah

BAGHDAD, muslimdaily.net – Biasanya ISIS senantiasa diidentikkan kepada pria-pria bengis bersenjata dan dengan bangganya menenteng kepala-kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badan atau ISIS identik dengan milisi yang personilnya datang dari luar.

Namun, tindakan pengal-memenggal kepala manusia dan gorok-menggorok leher atau mendatangkan mesin-mesin pembunuh asing ini ternyata tak hanya monopoli ISIS. Tindakan serupa juga dilakukan oleh Syiah yang kini sedang berkembang pesat di Irak dan terus berperan penting dalam menghabisi para pejuang Muslim.

Kelompok-kelompok milisi Syiah ini sangat erat hubungan akidahnya – dan jalur kordinasinya yang amat rapi- dengan Iran. Mereka memangkas habis ide kekuasaan pemerintahan Irak di Baghdad, dimana hal ini juga menjadi tantangan berat Obama yang mengumumkan untuk melakukan kerja sama dengan pemerintahan Irak secara utuh untuk menghabisi ISIS.

Saat ini, ada lebih dari 50 kelompok milisi Syiah yang senantiasa melakukan perekrutan pasukan dan berperang di Irak. Milisi-milisi ini melakukan rekrutmen dengan begitu gencarnya.

Pemuda-pemuda hasil rekrutan dilatih secara terpisah dari militer atau polisi Irak. Lalu mereka ditugaskan menjadi mesin pembunuh pada organisasi-organisasi yang sangat sektarian secara ideologi dan sangat memusuhi Amerika dengan cara yang sangat ekstrim.

Mayoritas tentara rekrutan Syiah ini tak semata-mata digunakan untuk mengusir para pejuang Muslim di Irak saja, tapi juga sering digunakan menjadi pasukan khusus garda belakang yang digunakan untuk menguasai daerah-daerah yang seharusnya di bawah otoritas Baghdad.

Milisi-milisi Syiah ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kerangka pemerintahan Irak. Pemerintah Irak sangat mempercayai dan bergantung sepenuhnya dengan milisi-milisi ini sampai titik di mana mereka tak akan mungkin berpikir untuk macam-macam dengannya.

Pemerintah Irak dan milisi-milisi Syiah ini bekerjasama dalam melakukan berbagai pelanggaran HAM yang super sadis. Sebagai contoh pada awal Juni lalu dikabarkan, milisi-milisi Syiah bahu-membahu dengan pasukan keamanan Irak menghukum mati sekitar 225 warga yang ditahan di penjara. Diantara mereka masih anak-anak.

Amnesti Internasional melaporkan bagaimana milisi-milisi itu melakukan hukuman mati dengan rapinya di luar proses pengadilan. Laporan Amnesti Internasional juga menyebutkan, puluhan tahanan Muslim dibunuh di dalam kantor-kantor pemerintah Irak.

Milisi-milisi Syiah ini merupakan aktor utama pembebasan Amirli, daerah Suku Turkman yang menjasi basis Syiah yang pernah dikepung oleh milisi ISIS, tepatnya oleh batalion-batalion Hizbullah.

Hizbullah sendiri merupakan organisasi teroris -menurut Amerika Serikat- yang bekerja sebagai wakil langsung pemerintahan Iran. Batalion ini menggunakan helikopter-helikopter milik pemerintah Irak untuk menyuplai senjata dan logistik saat pertempuran pembebasan Amirli.

Hizbullah juga menggunakan kendaraan-kendaraan militer pemberian Amerika Serikat kepada pemerintahan Irak. Pemerintah Irak menggunakan tank buatan Amerika Abrams M1A1 yang diserahkan untuk mendukung milisi-milisi syiah Irak sektarian dan mendukung berbagai operasi Hizbullah di Irak.

Iran disebut-sebut sebagai aktor utama dalam membesarkan dan mengembangkan milisi-milisi Syiah di Irak sejak tahun 2013. Sejak itu, Teheran terus memperkuat jaringan-jaringannya yang terdiri dari kelompok-kelompok baru dan lama di Irak yang loyal kepada Teheran untuk menyiapkan gelombang-gelombang baru mesin pembunuh untuk dikirim ke Suriah.

Sebagian pasukan-pasukan Irak Syiah ini awalnya berperang di Suriah membantai Muslim atas nama rezim Bashar. Lalu mereka dipulangkan kembali ke Irak untuk membentuk bibit-bibit milisi Syiah baru yang sekarang berperang menghabisi Muslim yang menjadi musuh pemerintahan Irak. Sebagaimana Iran bekerja keras dalam merekrut pasukan baru yang fokus untuk perang di Suriah, maka jaringan-jaringan Teheran juga melakukan hal yang sama di Irak.

Pada April lalu, kelompok-kelompok yang disokong Iran -seperti Hizbullah, Badar, dan kelompok-kelompok rekrutan baru- mengajak berperang di Irak. Ajakan ini membuahkan milisi-milisi baru Syiah Irak.

Pembentukan kelompok-kelompok milisi baru ini sekilas terlihat rumit dan tak berguna. Tapi ini sangat penting untuk pembentukan opini adanya dukungan besar yang datang dari rakyat kepada pemerintahan Irak, yang pada hakikatnya adalah dukungan milisi-milisi yang sebenarnya bekerja untuk mendukung politik dan ideologi Iran di dalam pemerintahan Irak.

Target milisi-milisi Syiah yang loyal kepada Iran ini berperan aktif dalam membantu mencapai target-target Iran untuk mewujudkan kontrol Syiah di Irak. Sebaliknya, milisi-milisi ini tidak hanya memanfaatkan bantuan dan sokongan dana dan jalur kordinasi dari Iran, melainkan semua aktivitas pembunuhannya berjalan sesuai road mapideologi Teheran.

Mereka secara totalitas adalah loyalis-loyalis pimpinan spiritual tertinggi Ayatullah Khomenei dan ideologi Iran dengan Wilayat Faqihnya, dimana pada akhirnya pemimpin spritualnya diberikan kekuasaan tertinggi politik dan agama. Milisi-milisi Syiah ini juga mengikuti gaya boneka Iran yang di Libanon yaitu Hizbullah,  dan bertekad untuk melaksanakan keinginan Iran di kawasan untuk melipatgandakan pendapatan “revolusi Syiah Iran”.

Ada kesamaan antara ISIS dengan milisi-milisi Syiah ini. Jika ISIS mengumumkan niatnya secara terbuka untuk menghapus perbatasan-perbatasan yang sudah dipetakan si Timur Tengah setelah selesainya perang dunia pertama, maka milisi-milisi Syiah yang disokong Iran ini juga melakukan hal yang sama.

Kawin silang antara milisi-milisi Syiah Suriah dan Irak menyebabkan semakin terhapusnya perbatasan-perbatasan nasional secara perlahan dan pasti, persis seperti yang dilakukan oleh pejuang-pejuang Muslim. Hal itu terlihat jelas sejak mereka memulai bertempur di kawasan, dimana milisi-milisi Syiah ini senantiasa mengangkat motto “mempertahankan tempat-tempat suci” atau “membela Syiah” tanpa pernah memperdulikan posisi geografis tempat beradanya tempat-tempat suci tersebut.

Diantara milisi Syiah yang terdiri dari mesin-mesin pembunuh asing di Damaskus antara lain milisi Mayjen Abi El-Fadhal Al-Abbas (LAFA). Milisi ini yang paling terkenal dan paling berperan dalam mempromosikan ide perang agama (Syiah-Muslim).

Pada Agustus kemarin, sebuah organisasi yang berafiliasi ke Iran mengumumkan memulai operasinya di Irak dan mengklaim mereka sudah menguasai selatan Baghdad, kemungkinan dekat Emirli.

Ada juga dari milisi-milisi Syiah ini yang tidak jelas ideologinya, namun hubungan mereka dengan kaki tangan Iran mengindikasikan kuat  pengaruh Teheran. Meskipun Iran memiliki hubungan yang sangat kuat dengan sebagian besar milisi Syiah di Irak, hanya saja elemen-elemen syiah Irak yang tidak satu ideologi secara total dengan Iran  juga dapat mengembangkan milisi-milisi khususnya.

Milisi-milisi Syiah ini terus bertambah kuat meskipun PM Nur Maliki yang beragama Syiah itu sudah dilengserkan. Ini pertanda bahwa pemerintah Irak masih sangat berhutang budi pada milisi-milisi sektarian itu. Milisi-milisi ini secara umum beraktivitas dengan bebasnya di Baghdad dan mengeksploitasi sistem demokrasi yang baru saja bergaung di Irak, lalu menguasai berbagai instansi resmi dalam rangka mendapatkan dukungan.

Milisi-milisi ini bukanlah unsur tambahan bagi negara, melainkan dia adalah negara di dalam negara. Mereka tak pernah menghargai otoritas apapun di Irak, mereka hanya patuh kepada pemimpin-pemimpin keagamaan dan Teheran. Dan saat ini yang menjadi fokus utama para milisi ini adalah menghabisi ISIS.

Kelompok-kelompok bersenjata beragama Syiah ini akan memberi pengaruh besar dalam membangun masa depan agama Syiah di Irak. Ideologi ekstrimnya dan hubungannya yang sangat rapat dengan Iran mengindikasikan, mereka akan membuka pintu selebar-lebarnya kepada Iran untuk menguasai Irak secara total, sehingga jika saja tidak segera diambil langkah-langkah yang tepat untuk menghentikan milisi-milisi ini maka itu sama artinya secarade facto kita menyerahkan Baghdad kepada Iran, sebagaimana dilansir islamion.com, Senin (22/08)

 

sumber:  Nahi Munkar

Far’u Filisthin, Bukti Kekejaman Rezim Asad

Sebuah pengalaman mahal bisa ikut dalam ekspedisi kemanusiaan untuk mengantarkan bantuan pangan dan obat-obatan bagi warga Suriah yang terlunta-lunta. Saat itu saya ditemani oleh seorang relawan Suriah, Abu Uwais namanya. Dia menjadi pemandu jalan bagi saya dan tim kemanusiaan untuk mengantarkan amanah bantuan kemanusiaan kepada warga Suriah yang tertindas.

Langit telah berubah menjadi rona kekuning-kuningan tanda waktu sore pun tiba, saatnya kami berisitirahat sejenak. Dengan membawa teko kecil berisi teh hangat di tangan kanan dan gelas-gelas kecil di tangan kiri, Abu Uwais menawarkan kepada kami minuman. Lalu lalang orang di maktab Daarul Qodlo (semacam kantor peradilan) kota Sarmada menjadi pemandangan sehari-hari. Tiba-tiba saja kami dikejutkan dengan penahanan orang-orang yang dituduh melakukan tindakan kriminal. orang-orang yang ditahan di Daarul Qodlo diperlakukan dengan baik. Saat itu Abu Uwais melihatnya dan bergumam, Ini tidaklah sama dengan Far’u Filisthin.

Far’u Filisthin jika diterjemahkan secara laterlijk adalah cabang Palestina. Sebuah negeri bersejarah, saksi bisu atas diutusnya para nabi dan rasul. Tentu saja, hati akan bergetar mengingat negeri ini, negeri yang penuh  barokah dan  nilai sejarah akan kepahlawanan kaum muslimin. Ketika mendengar kata Far’u Filisthin (فرع فلسطين) untuk pertama kalinya, angan-angan saya langsung terbang membayangkan perjuangan rakyat Palestina dalam melawan penjajah yahudi Israel. Bayang-bayang akan kepahlawanan rakyat Palestina mempertahankan bumi suci para nabi memenuhi ruang imajinasiku.

Namun imajinasi pikiranku sesaat hancur berkeping-keping ketika mendengarkan penjelasan Abu Uwais tentang Far’u Filisthin yang ada di Damaskus Suriah. Ternyata ia adalah sebuah nama penjara bawah tanah yang menyeramkan dan menakutkan. Siapa saja yang divonis penjara di tempat tersebut, pastilah seluruh keluarganya tidak lagi bisa berharap akan bertemu dengannya kembali.

Far’u Filisthin sering pula dikenal dengan sebutan far’u 235, cabang ini di bawah komando divisi Intelejen militer Suriah. Berlokasi di Damaskus, tempat ini terdiri dari tiga lantai bawah tanah. Bangunan bawah tanah ini telah ada sejak masa Hafidz Asad, sekarang berfungsi menjadi tempat tahanan atau penjara bagi siapa saja yang dituduh makar terhadap rezim Asad.

“Di saat meletusnya aksi unjuk rasa besar-besaran di awal 2011, saya dan beberapa rekan diciduk oleh pihak keamanan. Penangkapan terjadi pada waktu malam dini hari. Saat itu kami langsung disekap dan dimasukkan ke dalam mobil tentara. Kondisi mulai mencekam saat saya harus mengamankan seluruh keluargaku. Diriku berusaha untuk memberontak dan melarikan diri, namun karena jumlah tentara yang begitu banyak mengepung rumahku, akhirnya saya tidak kuasa dan menyerah. Dengan sigap beberapa tentara membekuk saya dan memborgol dengan kasar sekali. Diriku ditangkap tanpa penunjukan surat penangkapan. Akhirnya diriku diseret dan dibawa masuk ke mobil mereka. Derai tangis air mata istri dan anak-anakku melepas kepergianku”. Ungkap Abu Uwais kepadaku, sembari matanya menerawang membayangkan anggota keluarganya.

Abu Uwais melanjutkan kisahnya; “Di dalam mobil, saya disekap. Kemudian mobil pun berhenti. Saat saya diturunkan dari mobil, baru diketahui bahwa diriku dibawa ke Far’u Filisthin, tempat penyiksaan yang paling mengerikan di Suriah ini. Diriku dimasukkan ke dalam kamar berukuran kecil dan di dalamnya sudah ada sekitar 15 sampai 20 orang tahanan. Selama satu hari kami tidak diberi makan dan minum, ada di antara kami yang pingsan dan sebagian besar tubuhnya lemas dan lunglai. Setelah itu barulah diberikan makanan dan minuman yang banyak. Tentu saja tidak selezat makanan di luar tahanan, namun karena rasa lapar dan haus yang mencekik kerongkongan, makanan yang sebenarnya tidak layak dimakan itu pun akhirnya habis kami lahap beramai-ramai. Di kamar yang sempit itu tidak ada tempat untuk buang hajat. Kelihatannya memang disengaja kami diberikan makan dan minum yang banyak sementara tidak ada kesempatan bagi kami untuk buang hajat atau membersihkan diri. Ini baru awal penyiksaan. Banyak di antara kami yang tidak bisa menahan buang hajat, akhirnya mereka buang air kecil dan besar di celana mereka. Tentu saja bau busuk tak tertahankan menyebar dan menusuk hidung kami. kamar yang sempit dan berpenghuni 20 orang itu serasa tempat septic tank”. Jelas Abu Uwais.

“Sehari berikutnya, mulailah penyiksaan yang mengerikan. Satu demi satu dari kami digelandang keluar dan dipukuli. Tidak ada bentuk pertanyaan interogasi yang ada hanya pukulan-pukulan telak mendarat ke sekujur tubuh. bahkan ada di antara kami yang digantung kakinya dan dipukuli kepalanya. Sementara diriku mengalami penyiksaan yang mengerikan dan belum pernah kubayangkan sebelumnya. Saat itu kedua kakiku terbelenggu dengan besi, kemudian sebatang besi dimasukkan di antara kedua betisku lalu diikatkan dengan kedua tanganku. Praktis, tubuhku tidak bisa bergerak sedikitpun, lalu sebatang besi tersebut diangkat dan diletakkan di atas rollnya. Saat itu, tubuhku diputar-putar hingga kepalaku terasa pusing sekali. Cambukan dan pukulan mengiringi gerakan rolling tubuh saya”, keluh Abu Uwais.

Seusai penyiksaan hari itu, semua tahanan dimasukkan kembali ke sel-sel dan kamar-kamar mereka. Kondisi kamar berubah drastis, kalau sebelumnya bau busuk seperti septic tank, maka saat itu bau anyir darah mendominasi ruangan kami. Kondisi lebih buruk lagi, tatkala beberapa tahanan mengeluhkan rasa sakitnya dan meminta penanganan dokter kepada petugas sipir penjara. Petugas penjara pun mendatangkan dokter, namun yang datang sebenarnya adalah penjagal berbaju dokter. Bukan perawatan dan penanganan medis yang diberikan namun justru penyiksaan yang lebih menyakitkan. Abu Uwais menuturkannya dengan nada parau karena menahan rasa pilu yang menderu di hatinya.

Perbincangan di sore hari itu, membuat diriku larut dan hanyut dalam sedih dan nestapa yang dialaminya. Abu Uwais -sosok pemuda Suriah yang kini masih belum bisa kembali bersama dengan keluarganya- bergabung dengan pejuang dan aktifis kemanusiaan demi harapan dan asa dalam jiwanya; “Semoga Suriah kembali seperti pada zaman keemasan Islam”, curahan hatinya kepada saya. Ayah dari empat orang anak ini mengalami luka permanen di bagian kaki kirinya akibat penyiksaan kejam dari tentara dan milisi rezim Asad. Jalannya tidak bisa tegap namun iman dan keteguhan hatinya tetap mantap -in Syaa Allah-. Sesekali ia mengumbar senyum dan tawa di hadapan saya sembari menyuguhkan segelas kecil teh hangat khas Suriah dan obrolan pun berlanjut hangat.

Lalu terbersit dalam benak saya sebuah pertanyaan, Mengapa sampai setega itu rezim ini memperlakukan rakyatnya sendiri?  Kalau di Palestina, kaum muslimin ditindas dan didzalimi oleh tentara zionis yahudi, maka di Suriah kaum muslimin ditindas oleh anteknya yaitu syiah nushoiriyah, begitu ungkap Abu Uwais.

Hasbunalloh wa ni’mal wakiil, tersirat kepedihan hati mendalam di raut wajah Abu Uwais. Dirinya bukanlah satu-satunya yang mengalami nasib naas. Banyak dari rekan-rekannya yang meninggal dunia akibat penyiksaan yang di luar batas kemanusiaan. Dirinya cukup beruntung -dengan karunia Allah-, di saat tubuhnya remuk redam dan lemah lunglai akibat penyiksaan, tiba-tiba saja salah seorang dari sipir penjara membentaknya dan menyuruhnya keluar dari penjara Far’u Filisthin. Itulah moment yang dianggapnya sebagai kehidupan kedua. “Inilah kesempatan hidup kedua bagi saya dan saya berusaha untuk mengisinya dengan perjuangan”, pungkasnya.

Hari pun semakin gelap, matahari pun sampai di peraduannya. Adzan Maghrib menutup obrolan kami. Suasana kota Sarmada-Idlib menjadi tempat peraduan hati Abu Uwais di hari itu. Di hadapan matanya masih terlihat lika-liku jalan perjuangan panjang yang harus ditempuh untuk menuju kedamaian Suriah dalam nauangan Islam. Semoga Allah ta’ala menyegerakan pertolongan-Nya untukmu wahai saudaraku.

[abuharits/bumisyam]

 

sumber: Bumi Syam

Madaya Menjerit, Masihkah Kita Diam

Oleh: Reny Istiqomah

Sekitar seratus pengungsi Suriah tanpa tempat tinggal terpaksa berlindung di tenda-tenda. Hal itu harus mereka jalani meski Provinsi Lattakia di Suriah sedang menghadapi musim salju.

Kondisi wilayah Madaya jauh lebih para. Sekitar 40.000 orang kelaparan akibat blokade yang dilakukan rezim dan milisi Hizbullah.

Akibat kondisi ini, warga Madaya terpaksa memakan kucing dan anjing, bahkan sampah dedaunan. Meski di Jenewa digelar perundingan damai di Suriah, keadaan warga Madaya tetap memburuk, korban demi korban terus berjatuhan.

Melihat kondisi Suriah yang sudah sedemikian parah masihkah kita diam? Di mana rasa kemanusiaan terhadap saudara kita? Padahal Islampun menyuruh menyembelih dengan cara yang baik, itu terhadap binatang.

Lantas kepada manusia, naluri mana yang masih menerima pembantaian anak manusia ini. Masihkah kita berdiam mendengar jeritan tangis anak anak di Suriah? Masihkah kita pura-pura tak melihat tumpahn darah dari luka korban pembantaian tersebut?

Mari bersikap adil, jika kita masih mempermasalahkan perbedaan bangsa. Sedangkan Allah telah menjadikan kita bersaudara tanpa terikat nasionalisme apapun.

Allah jadikan Islam sebagai ikatan terkuat di antara kita. Jika ada yang beralasan bahwa ini hanya konflik antara penguasa dan rakyat. Bukankah ia telah melihat bagaimana pembantaian itu terus berlangsung di tengah mereka.

Bagaimana perasaan kita jika di antara para mayat itu terdapat para mayat ibu kita, istri kita, atau anak anak kita. Padahal di antara mayat ada orang orang yang harus lebih kita sayangi dari keluarga kita, mereka adlah saudara saudara kita sesama muslim.

Bukan ukhuwah kita yang memudar, ukhuwah hanyalah pancaran dari iman. Iman kitalah yang melemah, yang menjadikan kita tak memiliki ikatan ukhuwah ini. Ia yang membuat kita hanya terfokus pada diri sendiri dan acuh pada masalah umat. Sedang Rasululloh mengingatkan,
“Barang siapa yang acuh terhadap urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka”(al hadits)

Mari pupuk kembali iman kita, agar kita mampu merasakan ikatan ukhuwah ini. Mari jadikan iman kita cahaya yang mampu memancar kedalam hati, sehingga tumbuhlah rasa ukhuwah kita terhadap sesama.

 

sumber: Bumi Syam

Bumi Syam Memanggilmu..!

Suriah terus memanas. Konflik berjalan begitu dahsyat. Begitu banyak kepentingan yang bermain di dalamnya. Bahkan gencatan senjata yang diusung PBB sekalipun tak mampu meredam penderitaan penduduk Suriah. Korban demi korban tetap berjatuhan di tengan kesepakatan damai.

Palestina pun mengalami hal serupa. Meskipun wacana perundingan damai telah digadang-gadangkan Israel sejak lama, namun perdamaian tak jua tercipta. Bagaimana mungkin? Sedang mereka sendiri yang merusak perjanjian damai itu sendiri. Berkali-kali kesepakatan dibuat namun mereka tak jua menghentikan serangan kepada penduduk palestina.

Apa yang menimpa kaum muslimin di sana juga bagian dari penderitaan kita . Duka mereka adalah duka kita. Karena mereka adalah keluarga kita, saudara-saudara yang berhak mendapatkan bantuan kita.

Wahai kaum muslimin,

Sungguh bumi Syam memanggilmu! Karena Quds milik kaum muslimin sedang tertawan oleh para zionis. Padahal ia adalah warisan para nabi dan kiblat pertama kaum muslimin. Padahal ia telah menjadi saksi kegagahan para pahlawan kaum muslimin saat pembebasannya sampai akhirnya kini tertawan kembali.

Bumi Syam memanggilmu!.

Sebagai bentuk tali persaudaraan antara kaum muslimin. Mereka memanggilmu untuk memberikan bantuan apapun yang kau mampu berikan. Sebagaimana mereka juga membantu warga Bekasi yang dilanda banjir. Logika mana yang mmampu menalar ketulusan penduduk Gaza, sedang mereka dalam kondisi terisolasi oleh para zionis.

Bumi Syam memanggilmu!

Untuk membela seorang pemuda 16 tahun yang ditembak mati oleh Israel. Pemuda bernama Syahid Ahmad Yusuf. Juga seorang bocah yang dikepung oleh tentara Israel lantas di tembak kaki kanannya. Sedang bocah itu hanya mampu merangkak untuk menyelamatkan diri di tengah hujan peluru yang mengarah kepadanya.

Bumi Syam memanggilmu! Untuk membela kaum muslimin Suriah yang terbunuh dengan dalih memerangi terorisme. Bahkan untuk para bocahpun mereka anggap sebagai teroris yang layak untuk dibunuh. Logika mana yang mampu menalar hal tersebut?

Serangan rezim Suriah dan para sekutunya terus menelan korban jiwa. Bahkan di tengah gencatan senjata sekalipun. Selama rentang 26 januari sampai 9 maret, 2260 penduduk Suriah merenggang nyawa. Termasuk 353 anak-anak, 227 adalah wanita. Dan lebih dari 50 orang disiksa sampai mati.

Bumi Syam memanggilmu!

Karena penduduk Suriah harus duduk selama 5 tahun di bawah pengepungan dan serangan udara. Selama 5 tahun mereka hidup dengan bayang-bayang bom birmil. Bahkan mereka diserang dengan gas klorin beberapa bulan yang lalu.

Bumi Syam memanggilmu!

Karena ia adalah bumi yang diberkahi. Dalam sebuah hadits, Rosululloh bersabda,
“Ya Allah, berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah saw menjawab: Di sana (nejed) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul dua tanduk syetan.” (HR. Bukhari)

Bumi Syam memanggilmu!

Karena bukan ia yang membutuhkanmu namun engkau yang membutuhkannya. Karena keutamaan dan janji Allah bagi bumi mulia ini. Lantas masihkah kau mengacuhkannya?

(Reny Istiqomah)

 

sumber: Bumi Syam

Kisah Derita Anak-anak Suriah dalam Kepungan Perang

ACTNews, DAMASKUS – Hingga hari ini, perang Suriah terus menyajkan cerita duka tiada henti. Kabar terbaru yang dirilis dari Suriah setiap harinya pasti mampu mengurai air mata kesedihan. Tak bisa dipungkiri lagi, Kejahatan kemanusiaan karena kepungan perang di Suriah sudah dalam batas-batas yang tak bisa lagi dimaafkan.

Kepungan perang bukan saja memicu gelombang ledakan migrasi besar-besaran pengungsi Suriah di Benua Eropa, namun juga menggadaikan hak-hak anak Suriah untuk menatap kehidupan yang lebih baik. Anak-anak Suriah yang hidup dalam kepungan perang mau tak mau harus menerima kenyataan, jika perang tak berakhir maka masa depan mereka akan musnah diterjang deru peluru.

We have no children any more, only small adults,” ujar Rihab, seorang perempuan yang hidup di timur Ghouta, dekat Damaskus, mengutip laman theguardian.

Puluhan ribu anak-anak kecil yang terbaring lemas dalam kondisi sakit hanya bisa mendapatkan perawatan di titik-titik perbatasan yang sudah ditentukan oleh militan, kepungan perang dan ranjau darat yang tertanam dimana-mana tak mengizinkan mereka berjalan lebih jauh keluar dari desa untuk mendapatkan pengobatan yang lebih layak.

Bahkan karena jalur distribusi bantuan sama sekali tak bisa ditembus akibat blokade perang dari pihak-pihak yang bertikai, memaksa anak-anak Suriah dan keluarga kecilnya bertahan hidup dengan memakanan pakan hewan dan rebusan dedaunan. Sementara itu, Ibu dan Ayah mereka terpaksa membakar matras atau kasur, demi menjaga anak-anak mereka tetap dalam kondisi hangat di tengah cuaca dingin yang menusuk tulang.

Kondisi ini dilaporkan oleh Save the Children dalam rilisan terbaru mereka yang mengisahkan kondisi terkini anak-anak Suriah. Laporan yang disusun setelah melakukan diskusi dan interview mendalam dengan ratusan orang tua, anak-anak, dokter, dan pekerja kemanusiaan di dalam kamp pengungsian yang terkepung milisi bersenjata dekat Damaskus.

Kematian bagi anak-anak Suriah nampak sangat dekat di depan mata karena pasokan obat-obatan yang sangat tidak mencukupi. Obat bius, penahan rasa sakit (painkillers) dan obat-obatan untuk penyakit kronis lainnya nihil tersedia bagi ratusan ribu anak-anak Suriah. Bahkan ancaman rabies mulai merebak karena absennya vaksin penyakit selama bertahun-tahun bergulirnya perang.

Lebih buruk lagi, anak-anak Suriah perlahan menunggu ajal karena wabah malnutrisi makin merebak imbas dari buruknya standar gizi dan sanitasi anak-anak Suriah dalam periode perang. Sementara itu, ranjau darat dan tatapan sniper dari jendela-jendela rumah menunggu siapapun yang nekat melarikan diri dari kepungan perang. Akibat blokade total ini, puluhan bahkan ratusan desa terpencil di Suriah mustahil untuk ditembus oleh konvoi medis dan bantuan kemanusiaan. Kenyataan ini membuat dunia semakin berduka.

Ahmed, seorang anak laki-laki yang hidup di tengah kepungan perang di Douma, kota kecil dekat Damaskus, Suriah mengisahkan ketakutannya akan perang. “Setiap Aku mendengar suara tank atau pesawat di atas rumah, Aku langsung merasa begitu ketakutan dan seketika berlari berlindung di balik kasur,” kisahnya pilu.

Sejak 5 tahun lalu, sampai dengan hari ini, lalu esok, dan entah sampai kapan kisah pilu itu nyata terjadi di depan mata. Bukan di medan Perang Dunia Ke-2 , bukan di kamp pengungsian perang dingin bekas Uni Soviet. Kejadian itu betul-betul sedang terjadi hari ini.

Penderitaan nyata yang dirasakan oleh sekitar 1 juta warga Suriah yang masih bertahan dan tak bisa keluar dari blokade perang Suriah. Seperempat dari jumlah tersebut adalah anak-anak yang hidup menatap suramnya masa depan mereka di dalam blokade perang.

“Ketakutan akan perang sudah berada di tiap tarikan napas kami, anak-anak Suriah hari ini menunggu giliran mereka untuk mati, bahkan kami orang dewasa pun hidup hanya untuk menunggu giliran mati,” ungkap Rihab, mengutip theguardian.[]

 

 

sumber: ACT

Ini Lima Perusahaan di Permukiman Palestina dalam Daftar Kampanye Boikot

Sejumlah perusahaan masuk dalam daftar boikot oleh kampanye Boycott Divestment and Sanctions (BDS). Berikut lima di antaranya berada di wilayah permukiman Palestina, seperti dilansir dari situs resmi BDS.org:

 

 

  1. Soda Stream

Perusahaan soda ini mengubah air menjadi air mineral dan minuman rasa lainnya. Menurut CNN, penjualan produk mereka meroket dengan pendapatan senilai 436 juta dolar AS pada 2012. Pabrik Soda Stream terletak di area industri di wilayah permukiman Mishot Adumim.

Perusahaan ini mengklaim tak melanggar hukum internasional dengan beroperasi di wilayah permukiman. Sebab mereka mengatakan pabriknya mempekerjakan penduduk lokal Palestina.

Namun menurut situs WHO Profits, para pekerja Palestina di Soda Stream menderita karena kerja keras. Pekerja Palestina dipandang sebagai tenaga kerja murah untuk dieksploitasi.

 

2. Mapal Plastics

Sebuah perusahaan swasta Israel yang terletak dan dimiliki sebagian oleh Kibbutz Mevo Hama. Berada di permukiman di Golan yang diduduki.

Mapal memproduksi lembar dan gulungan polypropylene untuk kemasan, percetakan dan panel surya. Mapal bergerak di industri karet dan produk plastik.

 

3. Eden Springs Water

Eden Springs menyalurkan lebih dari 680 juta liter air di 18 negara, membuatnya menjadi salah satu penyedia air kemasan terkemuka di dunia. Perusahaan ini terus beroperasi di wilayah pendudukan ilegal di Dataran Tinggi Golan.

Pada 1983 pemerintah Israel memberikan persetujuan untuk produksi komersial air, dan dalam setahun pengusaha Israel Giorah Naftali mulai menempa korporasi yang tidak hanya makmur di Israel, tetapi meluas di seluruh Eropa.

Korporasi membeli dan membuat penawaran dengan berbagai perusahaan, termasuk superstar Danone dan Nestle.

 

4. Arava

Arava mengekspor buah, sayuran dan rempah organik dan konvensional. Beberapa produknya tumbuh di permukiman di Lembah Yordan di Tepi Barat yang diduduki, termasuk paprika, anggur, tomat, dan lainnya.

Arava juga mengekspor produk yang dikemas di rumah pengemasan di wilayah permukiman seperti Gigal, Netiv Hagdud, Mechola, Na’aran dan Ro’i. Perusahaan ini juga memiliki tanaman anggur di permukiman Ro’i dan mengekspor strawberi dan rempah-rempah dari Gaza.

 

5. G4S

G4S mengelola keamanan di Penjara Ofer di wilayah teritori Palestina yang diduduki. Mereka menyediakan layanan dan peralatan untuk menjalankan pemeriksaan dan membantu penjara Israel memenjarakan tahanan politik Palestina.

PBB mencap perusahaan ini sebagai perusahaan yang dikenal karena kekerasannya terhadap tahanan. Mereka sempat mengatakan akan memastikan praktik bisnisnya sejalan dengan kebijakan etika bisnis mereka.

Namun G4S belum mengindikasikan akan menghentikan pelayanannya di penjara Israel yang secara ilegal memindahkan tahanan Palestina. Penjara Israel terkenal dengan penyiksaan sistematis dan perlakukan buruk pada tahanan Palestina, termasuk anak-anak.

 

sumber: Republika Online

Akibat Pembantaian di Gaza, Eksportir Israel Rugi Diboikot

Perusahaan eksportir asal Israel harus menderita kerugian akibat ulah pemerintahnya yang tetap meneruskan pembantaian di Jalur Gaza. Sebuah perusahaan eksportir dari Israel mengakui jika perjanjian ekspor besar harus batal akibat serangan militer Israel yang telah menghabisi ribuan warga Palestina.

Perusahaan pembuat jus buah Priniv mengungkapkan kepada media berbahasa Ibrani, The Marker, seperti dikutip MINA, jika perjanjian untuk mengekspor jus buah segar ke Swedia telah dibatalkan. Pihak Swedia menolak untuk menerima impor tersebut karena jus itu diproduksi di Israel.

Konsumen jus segar di Belgia dan Prancis juga membuat permintaan serupa. Direktur Priniv Ido Yaniv mengungkapkan, adanya penurunan penjualan selama penyerangan Israel ke Jalur Gaza, seperti dilaporkan oleh Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang dipantau MINA.

Yaniv memprediksi jika perusahaannya akan menderita kerugian senilai 1,5 juta shekel akibat pembantaian di Gaza. Sebelumnya, banyak aksi boikot terhadap produk Israel yang tidak terungkap media oleh perusahaan-perusahan di Eropa. Mereka takut jika bisnis mereka diasosiasikan dengan rezim kolonialisme brutal dan apharteid yang ada di Israel.

Pada Februari, sebuah perusahaan Belanda dan sebuah perusahaan asal Italia menarik diri dari tender untuk membangun fasilitas pelabuhan di Israel.

Sementara itu, aktivis dari Lembah Yordania dari Tepi Barat, Palestina, telah melaporkan jika petani telah dikontak oleh penjual ritel dari Eropa untuk mengonfirmasi apakah mereka benar-benar berasal dari Palestina atau warga Israel.

 

sumber: Republika Online

Serdadu Zionis Lecehkan Gadis Palestina di Kompleks Masjidil Aqsha

BAITUL MAQDIS TERJAJAH, Jum’at (PIC): Ketegangan terjadi di Gerbang Damaskus Masjidil Aqsha, Baitul Maqdis terjajah pada Rabu (9/3) pagi lalu. Pasalnya, petugas keamanan Zionis memaksa seorang gadis Palestina melepaskan pakaiannya untuk digeledah. Seorang saksi mata wanita mengatakan pada Quds Press bahwa serdadu wanita ‘Israel’ memerintahkan gadis Palestina itu melepaskan pakaiannya di depan umum.

Tentu saja si gadis Palestina menolak menuruti perintah petugas keamanan Zionis itu. Hal itu mengakibatkan ketegangan di antara serdadu Zionis dan warga Palestina yang bergegas datang ke tempat kejadian untuk menolong si gadis.

Para saksi mata menyatakan, gadis Palestina itu meminta serdadu pria Zionis pergi saat ia akan melepaskan pakaiannya. Akan tetapi, si serdadu pria menolak pergi sehingga terjadi bentrokan antara para pemuda Palestina dan petugas keamanan Zionis yang menyemprotkan gas merica ke arah warga Palestina.* (PIC | Sahabat Al-Aqsha)

 

sumber: Sahabat Al-Aqsha7

Indonesia Lantik Konsul Kehormatan Pertama untuk Ramallah Palestina

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, Minggu waktu Yordania, telah melantik Konsul Kehormatan pertama Indonesia di Palestina, Maha Abu-Shusheh, yang berkedudukan di Ramallah.

Upacara pelantikan dilakukan di KBRI Amman dihadiri oleh Menlu Palestina Riyad al-Maliki, para duta besar negara-negara ASEAN dan OKI di Amman, demikian keterangan Kementerian Luar Negeri, Senin.

Pelantikan Konsul Kehormatan RI untuk Palestina ini dilakukan beberapa saat menjelang keberangkatan Menlu RI menuju Ramallah. Israel tidak memberikan ijin terbang helikopter angkatan udara Yordania yang akan membawa Retno.

Namun, itu tidak menyurutkan niat pemerintah Indonesia untuk melantik Konsul Kehormatan RI Ramallah.

Retno meminta Maha Abu-Shusheh berperan aktif meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Palestina.

“Saya harap Konsul Kehormatan RI di Ramallah dapat menjadi penyambung tali persaudaraan rakyat Indonesia dan Palestina,” ujar Retno.

Konsul Kehormatan RI di Ramallah juga bertugas melayani dan melindungi Warga Negara Indonesia dan badan hukum Indonesia serta meningkatan kerjasama ekonomi dan sosial budaya kedua negara.

Konsul Kehormatan RI juga bertugas mempromosikan ekonomi, perdagangan, pariwisata, investasi, tenaga kerja dan jasa, serta promosi sosial budaya.

Pembukaan Konsul Kehormatan RI di Ramallah adalah konsul kehormatan pertama di antara 41 kedutaan besar dan konsul asing di Ramallah, sementara konsul kehormatan asing lainnya di Palestina saat ini berada di Bethlehem.

Retno menyatakan pelantikan dan pembukaan kantor Konsul Kehormatan di Ramallah adalah bukti nyata dukungan Indonesia terhadap Palestina.

“Dukungan Indonesia kepada perjuangan rakyat Palestina tidak pernah padam dan pada hari ini kita maju satu langkah lagi dengan pelantikan Konsul Kehormatan RI di Ramallah,” ujar dia. [AW/antara]

 

sumber: Panji Mas