Merugi di Dunia dan Akhirat

MAU pejamkan mata, mata tak mau terpejam. Pikiran terus berjalan, perenungan tak menemukan tempat untuk berhenti sejenak, sementara buku-buku bertumpuk di pinggir kasur dan bantal.

Esok saya harus mengajar mahasiswa S3 tentang sosiologi hukum Islam, esok pula harus melayani konsultasi bimbingan disertasi berbahasa Arab milik mahasiswa Libya. Belum lagi esok harus menyelesaikan tulisan tentang MUI yang harus dipresentasikan lusa.

Ada benarnya kata orang tua dulu: “Bisa jadi semakin tua, kita semakin membutuhkan tambahan waktu.” Tapi saya harus meyakinkan diri bahwa sehari semalam masih tetap 24 jam.

Sebelum melanjutkan tugas membaca, saya ingin berbagi kutipan berikut ini: “Tiga makhluk yang berbuat jelek pada dirinya sendiri namun berbuat baik pada orang lain: Pertama, anjing pemburu, yang begitu giat menggongong dan berburu namun kemudian hasil buruannya dimiliki orang lain; kedua, orang bakhil atau pelit yang begitu rajin sekali mengumpulkan harta namun kemudian hartanyapun menjadi milik orang lain; ketiga, orang yang suka berghibah yang berbuat banyak kebaikan namun nilai kebaikannya diperuntukkan pada orang lain.”

Mari kita berbuat sesuatu untuk kebahagiaan diri kita di dunia dan akhirat kita. Yakinkan bahwa semua yang kita lakukan adalah amal kebaikan yang akan menjadi bekal kita menuju alam keabadian, menghadap kepada Allah dan mempertanggungjawabkannya secara penuh.

Jangan sampai hanya kata orang kita itu bahagia sementara dalam nyatanya kita menderita. Jangan hanya anggapan orang kita itu baik, namun ternyata menurut Allah kita adalah orang tak baik. Satunya niat dan amal menjadi sangat perlu untuk selalu diperhatikan.

Kita saling berdoa ya, semoga kita senantiasa tidak termasuk orang yang merugi di dunia dan akhirat kelak. Tabungan amal untuk kesehatan dan keselamatan jiwa kita harus selalu lebih semangat kita tingkatkan melebihi semangat kita meningkatkan tabungan harta yang hanya untuk perut kita.

Perut kita hanya butuh tiga piring sehari semalam sepanjang hidup kita yang sulit mencapai angka satu abad, sementara jiwa kita membutuhkan makanan jiwa sesering dan sebanyak mungkin untuk sehat dan selamat selama-lamanya. Salam, AIM@Pondok Pesantren Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2285976/merugi-di-dunia-dan-akhirat#sthash.tpABVVSk.dpuf

Tanamkan Keyakinan, Rawatlah Keyakinan

MEYAKINI bahwa “Allah tak pernah melupakan seorang pun dari hambaNya” adalah keyakinan yang mampu menenteramkan hati. Hati tak akan lagi gelisah ketika pekerjaan tak ada yang mengapresiasi, pun tak akan larut dalam sedih ketika dikritk dan dicaci walau telah dikerjakan sepenuh hati. Ketika keyakinan seperti itu ternyata masih belum melahirkan ketenteraman, maka yakinilah bahwa yang kita miliki masih pada tingkat pengetahuan, bukan tingkat keyakinan.

Meyakini bahwa “Allah mengatur segalanya” adalah keyakinan yang menyejukkan dan mendamaikan hati. Sesuatu yang tak sesuai harap tidak selalu bermakna tak baik dan tak berguna, karena mungkin saja ada mata rantai sebab akibat lainnya yang membuatnya memiliki guna yang lebih baik.

Bukankah banyak kisah tentang perjodohan yang berawal dari salah sambung telepon? Ketika keyakinan seperti itu belum melahirkan kesejukan dan kedamaian hati, maka yakinilah bahwa yang kita miliki masih pada tingkat pengetahuan, bukan tingkat keyakinan.

Meyakini bahwa “Allah Maha tahu segalanya” sungguh melapangkan dada kita. Kita tak perlu banyak berkeluh kesah menceritakan derita kepada setiap orang yang bertemu dengan kita, sementara bisa jadi merekapun memiliki banyak keluh kesah yang akan disampaikan kepada orang lain termasuk kita. Ketika keyakinan seperti itu belum melahirkan kelapangan dada, maka yakinilah bahwa yang kita miliki masih pada tingkat pengetahuan, bukan tingkat keyakinan.

Meyakini bahwa “Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” sungguh menjadikan hidup ini terasa ringan. Tak ada sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan, dan tak ada rintangan yang tak mungkin dilewati dengan kita kembali dan bergantung padaNya. Ketika keyakinan seperti itu belum meringankan beban hidup ini, maka yakinilah bahwa yang kita miliki masih pada tingkat pengetahuan, bukan tingkat keyakinan.

Tanamkan keyakinan, rawatlah keyakinan dan jagalah untuk selalu ada dalam diri kita sampai kita kembali kepada Allah nanti. Salam, AIM@Ponpes Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2285745/tanamkan-keyakinan-rawatlah-keyakinan#sthash.V42KS1RE.dpuf

Nikmat Hanya Titipan, Bersikaplah Sebagai Peminjam

Bila dunia ini sementara maka suka dan duka pun sama, hanya sementara. Namun ada hal yang harus diperhatikan, yakni bersyukur akan suka dan bersabar akan duka tak boleh sementara, semoga langgeng selamanya, hingga tutup usia.

Sebab telah kita pahami bahwa ujian tak selamanya berupa musibah dan hal-hal yang mengakibatkan kedukaan dalam diri. Hilangnya rasa syukur ketika diberi kenikmatan termasuk salah satu dari ujian itu sendiri. Perhatikanlah apa-apa yang ada di sekeliling kita saat ini, keluarga harmonis, lingkungan aman, rumah yang layak, kendaraan yang nyaman dan tentunya kesehatan. Semua hal itu seolah milik kita, meski hakikat sesungguhnya hanyalah titipan semata.

Semoga rasa syukur tetap terpatri ketika diberi dan rasa sabar tetap di dada ketika ditunda. Jangan sampai kita hanya mendekat pada Allah di saat terpuruk saja dan lari menjauh ketika dikaruniai kesempatan menggapai puncak, sebagaimana untaian kalimat hikmah dari Ibnu Atha’illah Al Iskandari:

“Siapa yang tidak mendekat kepada Allah, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, akan diseret (agar mendekat) kepada-Nya dengan rantai cobaan.”

Sebagai penutup, saya teringat sepenggal kalimat dari seorang sahabat, ia pernah berpesan, “Semuanya hanyalah titipan. Jadi, tolong bersikaplah sebagai peminjam.” (DOS)

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2285913/nikmat-hanya-titipan-bersikaplah-sebagai-peminjam#sthash.XWLohX3s.dpuf

Doa dan Kesehatan

DALAM satire X dari puisi Romawi “Juneval” ada kalimat mutiara yang potongannya diabadikan dunia, yaitu: “mens sana in corpore sano” yang biasa diterjemahkan dengan “di dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.”

Dengan motto inilah maka olahraga menjadi kegiatan lazim di mana-mana. Banyak yang tidak tahu bahwa bunyi satire lengkapnya adalah: “orandum est ut sit mens sana in corpore sano” yang artinya adalah “Anda harus berdoa untuk memperoleh jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat.” Titik tekannya ternyata bukan pada olahraganya melainkan pada doanya.

Kalau dalam teks agama, kita temukan perintah berdoa berulang kali seberulangkali janji Allah untuk mengabulkan, dan dalam hadits Nabi juga jelas dinyatakan bahwa doa adalah otak ibadah dan bahwa doa adalah senjata orang beriman, harusnya doa merupakan sesuatu yang paling vital dalam kehidupan kita. Faktanya adalah bahwa doa selalu saja dilupakan, doa selalu ditinggalkan, dan kita senantiasa sibuk dengan pikiran kita sendiri dengan mengandalkan tips, strategi dan kemampuan kita sendiri.

Kalau Allah yang memerintahkan kita untuk berdoa dan berjanji untuk mengabulkan, maka sesungguhnya itu bermakna bahwa tak ada masalah yang tak memiliki solusi, tak ada penyakit yang tak punya titik akhir sekaligus tak ada gembok kehidupan yang tak memiliki kunci. Lalu, alasan apa lagi yang bisa membenarkan kita untuk tidak berdoa? Inilah alasan mengapa Rasulullah mengajarkan dan mewariskan banyak doa keseharian untuk umatnya.

Yakinlah bahwa dengan doa maka kesehatan badan, kesehatan jiwa, kesehatan kehidupan sungguh akan lebih mudah diwujudkan. Badan yang sakit, jiwa yang sakit dan kehidupan yang sakit sungguh berada dalam posisi sangat butuh akan doa.

Kehidupan kita dalam berbangsa pun, yang sedang sakit ini, ditandai dengan hilangnya etis dan terpinggirkannya “Tuhan” dalam banyak urusannya, sungguh dalam kebutuhan yang sangat akan doa ini. Mari kita berdoa. Salam, AIM@Ponpes Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2286460/doa-dan-kesehatan#sthash.l9Uca6YW.dpuf

Inilah Keampuhan Baca Bismillah Sebelum Makan

Di antara manfaat membaca basmalah sebelum makan adalah menghalangi setan untuk ikut bergabung makan bersama manusia.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan akan ikut menyantap makanan yang tidak diawali dengan membaca bismillah sebelum makan.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Sebab Turunnya Hadits. Hudzaifah radhiyallahu anhu menceritakan,

Apabila kami makan satu nampan bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kami tidak berani mengambil makanan, hingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mengawali mengambilnya. Suatu ketika, kami makan satu nampan bersama Nabishallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba ada anak kecil nyeruduk untuk mengambil makanan, lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam memegang tangannya. Kemudian datang lagi orang badui nyeruduk untuk mengambil makanan, dan tangannya langsung dipegang oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan akan ikut menyantap makanan yang tidak diawali dengan membaca bismillah sebelum makan. Setan datang dengan memanfaatkan anak kecil ini agar bisa ikut menyantap makanan. Lalu akupun memegang tangannya. Kemudian setan datang lagi dengan memanfaatkan orang badui itu agar bisa ikut menyantap makanan, lalu aku pegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan itu sedang saya pegang bersamaan saya memegang tangan kedua orang ini.” (HR. Ahmad 23249 dan Muslim 2017)

Karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan anak kecil agar ketika makan, diawali dengan membaca basmalah.

Dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai anakku, bacalah “bismilillah”, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu. Selanjutnya seperti itul cara makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Bagaimana Jika Lupa? Jika lupa, anda bisa membaca kalimat berikut ketika ingat, “Dengan nama Allah di awal dan di akhir”

Dari Ibnu Masud radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang kamu makan hendaklah mengucapkan bismillah, maka jika lupa mengucapkan bismillah di awalnya, ucapkanlah, (dengan nama Allah di awal dan dia akhir)
dengan demikain dia seperti makan dari awal lagi, dan setan terhalangi untuk ikut makan bersamanya, yang mana sebelumnya dia telah mendapat bagian dari makanan tersebut.” (HR Ibnu Hibban 5213, Ibnu Sunni no. 461 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Betapa pentingnya bacaan bismillah sebelum makan, sehingga tidak selayaknya kaum muslimin melalaikannya. Karena ini senjata kita untuk menghindari gangguan setan, dengan izin Allah. Allahu alam.

 

sumber: Mozaik Inilah.com

 

Ini Perbedaan Cara Menyucikan Bekas Kencing Anak

Anak merupakan karunia sekaligus ujian dari Allah. Mengurus mereka sedari kecil bukanlah hal yang mudah. Salah satu hal yang kerap dialami para orangtua yakni anak-anak khususnya bayi mengencingi pakaian para orang tuanya. Terdapat perbedaan cara bersuci antara air kencing akibat anak laki-laki dan perempuan.

Lubabah binti Al-Harits berkata, “Husain bin ‘Ali pernah ketika sedang berada dalam pangkuan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam tiba-tiba kencing. Aku berkata kepada Rasulullah, ‘Pakailah pakaian baru, dan berikan kainmu kepadaku agar kucuci.’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya yang dicuci itu hanyalah air kencing anak perempuan, sedangkan air kencing anak laki-laki cukup diperciki.'” (HR Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad)

Adapun beberapa kaidah kebersihan yang harus kita kenali dan praktikkan diantaranya:

1. Apabila bayi itu laki-laki, masih menyusu, dan belum makan apa-apa, cukuplah Anda memerciki pakaian Anda, yaitu memercikinya hingga membasahi semuanya

2. Apabila bayi itu perempuan, baik masih menyusu atau sudah tidak lagi menyusu, Anda harus menyucikan tempat yang dikencinginya dan tidak cukup hanya memerciki dengan air

3. Anak laki-laki setelah melewati masa menyusu (sudah makan), maka bekas air kencingnya harus dicuci sebagaimana bekas air kencing anak perempuan

Demikianlah baginda kita Rasulullah mengajarkan kita sebagian dari kaidah Islam bahkan dalam hal mensucikan air kencing seorang anak sekalipun. Betapa agung dan sempurnanya Islam. Dan terpujilah Tuhan semesta alam sebagaimana Dia memuji diri-Nya sendiri. (DOS)

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2286439/ini-perbedaan-cara-menyucikan-bekas-kencing-anak#sthash.AE1cNL48.dpuf

Ini Komentar San Suu Kyi Soal Muslim

Aung San Suu Kyi bicara menyoal penderitaan Muslim di Burma. Pemimpin Liga Nasional Birma untuk Demokrasi itu berkomentar dalam sesi wawancara bersama seorang wartawan Muslim BBC, Mishal Husain.

Dilansir dari Independent, Husain meminta Suu Kyi berkomentar ihwal sikap anti-Islam dan kekerasan terhadap Muslim di negara yang mayoritasnya beragama Buddha.

Husain meminta Suu Kyi menjelaskan tentang penderitaan Muslim yang hanya empat persen dari total populasi di Birma yang mencuat pada 2013 lalu. “Itu sebuah permasalahan baru dan tidak terkait dengan permasalahan lama,” kata Suu Kyi, Sabtu (26/3).

Ia berkukuh, penderitaan Muslim di Burma yang mengemuka pada 2013 lalu tidak berhubungan dengan isu “pembersihan etnis”.

Suu Kyi mengklaim, sudah banyak Muslim moderat di Burma yang menyatu dengan baik bersama masyarakat. Menurutnya, masalah yang muncul tahun lalu itu merupakan bentuk ketakutan dari kedua sisi masyarakat.

“Dunia perlu memahami, ketakutan tidak hanya terjadi pada Muslim, tadi umat Buddha juga,” ujarnya.

Husain menekan pada Suu Kyi, sesungguhnya sebagian besar korban kekerasan adalah Muslim yang hanya berjumlah empat persen di Burma. Berdasarkan buku dari Peter Popham yang berjudul, The Lady And The Generals: Aung San Suu Kyi And Burma’s Struggle For Freedom, Suu Kyi merasa tidak nyaman membicarakan tentang Muslim di negaranya.

Bahkan saat off-air, Suu Kyi terdengar berbicara, “Tidak ada satupun yang mengatakan pada saya akan diwawancarai oleh seorang Muslim.”

 

sumber:Republika Online

Saudi Selesai Cetak 8.000 Visa Jamaah RI

Sekjen Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) Muharom Ahmad mengatakan, pihaknya telah bertemu dengan Kedutaan Besar Arab Saudi membahas visa yang sempat tertunda pencetakannya. Kedubes Saudi pun telah memastikan bahwa 8.000 visa yang tertunda sudah selesai cetak pada Rabu (6/4) sore.

“Wakil Ketua Himpuh Ali Muhammad Amin telah bertemu kedubes Arab Saudi dan mengatakan seluruh staf lokal bekerja lembur untuk menyelesaikan visa yang tertunda hingga Rabu sore,” ujar dia kepada Republika.co.id, Rabu (6/4).

Muharom mengaku, pihaknya tidak terlalu mengalami kerugian terkait tertundanya visa tersebut. Seluruh travel telah mengantisipasi dengan penjadwalan ulang pada Jumat (8/4). Arab Saudi mengumumkan visa untuk pemberangkatan Kamis (7/4) sudah tersedia. Untuk lebih aman mereka memundurkan jadwal hingga Jumat.

Pihak Saudi pun telah berkirim surat kepada maskapai penerbangan yang biasanya memberangkatkan jamaah umrah. Karena itu, Muharom berharap maskapai penerbangan dapat mengerti mengenai kendala teknis yang dihadapi Kedubes Arab Saudi.

“Kerugian tidak terlalu dirasakan, karena jadwal penerbangan bisa dimundurkan, kerugian hanya di hotel saja, karena untuk hari senin hingga selasa hangus, karena sudah lebih dulu dipesan,” jelas dia.

Terkait visa elektronik, pihaknya mengapresiasi jika Kedubes Arab Saudi bisa lebih menyederhanakan dalam proses pengajuan umrah. Sehingga mempermudah dan mempercepat pencetakan visa.

 

sumber: Republika Online

Kemenkes Imbau Calon Jamaah Haji Siapkan Kesehatan Sejak Dini

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Untung Suseno Sutarjo, menganjurkan para jamaah haji untuk menyiapkan kondisi kesehatan sejak dini.

“Kita menganjurkan para calon jemaah untuk menyiapkan beberapa bulan sebelumnya. Karena kita akan menghadapi masalah luar biasa dengan lingkungan yang sangat beda,” kata Untung kepada Republika, di Hotel Horison Bekasi, Rabu (6/4) malam.

Untung menyampaikan, suhu udara di Arab Saudi pada bulan September 2016 mendatang bisa mencapai 41-50 derajat Celcius. Kondisi itu jauh berbeda dengan tanah air, yang rata-rata hanya 30 derajat Celcius. Tingginya selisih suhu udara ditambah kondisi lingkungan yang sangat berbeda mengharuskan jamaah haji mempersiapkan kondisi fisik yang prima.

Menurut Untung, kondisi cuaca yang panas dan kurangnya pengenalan medan baru sering memperburuk kondisi fisik jamaah haji. Tidak jarang ditemui jamaah haji yang terkesan linglung akibat kekurangan cairan. “Ciri khas orang kekurangan cairan itu kan meracau. Nanti disangka stress atau gila, padahal bukan. Hanya karena kekurangan cairan,” jelas dia.

Terkait standar kesehatan tersebut, Untung menambahkan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama mengeluarkan istitha’ah atau kriteria kemampuan seseorang berhak naik haji. Kriteria ini juga mempertimbangkan aspek kesehatan. Seseorang yang telah diketahui menderita penyakit jiwa tidak diizinkan menunaikan haji ke tanah suci.

Kemenkes mewajibkan semua jamaah untuk melakukan vaksin meningitis minimal dua pekan sebelum keberangkatan. Menurut Untung, saat ini pihaknya tengah menyiapkan vaksin baru dengan jaminan sertifikasi halal dari MUI. “Diharapkan Mei nanti sudah siap,” kata dia.

 

sumber:Republika Online

Ketentuan Baik dari Allah

SEGOLONGAN orang bertanya kepada Rasul Shalallaahu ‘Alahi Wasallam ketika beliau bersabda: “Allah Subhanahu Wa Ta’alatidak akan menetapkan suatu ketentuan kepada seorang mukmin kecuali hal itu menjadi kebaikan bagi orang mukmin tersebut.” Padahal Allah juga telah menetapkan ketentuan yang buruk baginya, yang menyebabkan adanya sanksi. Lalu bagaimana hal itu menjadi kebaikan?

Jika seseorang memperoleh kebaikan, kemudian bersyukur maka itu baik baginya. Jika ditimpa keburukan, kemudian bersabar maka itu baik baginya.

Mengenai hal itu, ada dua jawaban:

Pertama, bahwa perbuatan hamba tidak termasuk ke dalam makna hadist tersebut. Yang termasuk ke dalam makna hadist tersebut adalah sesuatu yang menimpa manusia, berupa kenikmatan dan musibah. Sebagaimana firman-Nya: “Apa pun kebaikan yang menimpamu maka itu berasal dari Allah dan apa pun keburukan yang menimpamu maka itu berasal dari dirinya sendiri.” (An-Nisaa’: 79). Oleh karena itu, Rasulullah bersabda: “Jika dia memperoleh kebaikan, dia bersyukur maka itu baik baginya. Jika dia ditimpa keburukan, dia bersabar maka itu baik baginya.”

Dengan demikian, Allah menjadikan ketentuan itu adalah sesuatu yang menimpa manusia berupa kesenangan dan kesusahan. Ini adalah lafaz perkataan yang sangat jelas dan tidak ada kontradiksi dengan firman Allah tersebut.

Kedua, jika Allah menetapkan bahwa perbuatan itu termasuk ke dalam hadist tersebut, maka Rasulullah telah bersabda: “Siapa saja yang perbuatan baiknya membuat dia gembira dan perbuatan buruknya membuat dia cemas, maka dia mukmin.”

Jika ditetapkan baginya untuk berbuat baik dan itu membuatnya gembira, maka dia bersyukur kepada Allah atas hal itu.

Jika ditetapkan baginya keburukan, maka keburukan itu hanya mengakibatkan sanksi jika dia tidak bertobat. Jika dia bertobat maka keburukan itu akan diganti dengan kebaikan sehingga dia akan bersyukur kepada Allah.

Jika dia tidak bertobat maka dia akan ditimpa bencana. Bencana itu adalah kafarat (penebus) perbuatan buruk tersebut. Apabila dia bersabar atas bencana itu maka itu baik baginya.

Rasulullah bersabda: “Allah tidak akan menetapkan ketentuan untuk seorang mukmin, yang dimaksud mukmin itu adalah orang yang tidak terus-menerus dalam dosanya dan bertobat dari dosa tersebut, maka itu menjadi kebaikan, sebagaimana terdapat dalam sejumlah ayat bahwa seorang hamba yang melakukan perbuatan dosa ternyata dia dimasukkan ke dalam surga karena perbuatannya itu. Hal itu karena dia terus menerus bertobat dari perbuatan dosanya itu hingga dia dimasukkan ke dalam surga karena tobatnya itu.”

Dosa itu menyebabkan seorang hamba untuk merendahkan dan menundukkan dirinya kepada Allah, berdoa kepada-Nya, memohon ampun hanya kepada-Nya, mengakui kefakiran dirinya dan mengakui kebutuhannya kepada Allah. Tidak ada yang akan mengampuni dosa kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

 

Berkaitan dengan dosa-dosanya itu, manusia mempunyai dua pilihan: pertama, bisa jadi dia bertobat maka Allah akan mengampuninya sehingga dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertobat yang akan dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kedua, bisa saja dosa itu terhapus dengan adanya musibah. Dia ditimpa kesusahan, maka dia bersabar atas musibah itu. Dengan demikian, keburukan itu akan terhapus oleh musibah tersebut. Dan dengan kesabaran itu, derajatnya menjadi naik.

Dalam beberapa hadist qudsi terdapat firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Orang yang suka mengingat-Ku adalah orang-orang yang suka hadir di majelis-Ku. Orang yang bersyukur kepada-Ku adalah orang yang suka mengunjungi-Ku. Orang yang taat kepada-Ku adalah orang yang memuliakan-Ku. Orang-orang yang senang bermaksiat kepada-Ku, tidak akan menghentikan rahmat-Ku untuk mereka. Jika mereka bertobat maka Aku akan mencintai mereka.” Maksudnya, akan menjadi kekasih mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang membersihkan diri. “Jika mereka tidak bertobat maka Aku adalah dokter bagi mereka. Aku akan menimpakan musibah kepada mereka agar Aku jadikan musibah itu sebagai penebus dosa mereka.“*/Syaikh Ibn Taimiyyah, terangkum dalam bukunya Misteri Kebaikan & Keburukan.

 

sumber: Hidayatullah