Ketika Niat Selalu Diuji

Ada sebuah dorongan yang membuat kami dari Media Center Haji (MCH) Daker Makkah akhirnya memutuskan hal ini. Malam itu kami memilih untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Dasarnya keikhlasan dan kelonggaran waktu.

Hari-hari pertama kami di Makkah memang tidak ada aktivitas signifikan terkait jamaah haji Indonesia di Masjidil Haram. Maklum, berangkat dari Jakarta bersama jamaah kloter pertama pada 9 Agustus, kami tiba di Makkah ketika belum ada satu pun jamaah haji Indonesia di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Liputannya pun baru sebatas persiapan Daker Makkah menyambut jamaah haji Indonesia dari Madinah.

Jamaah kloter pertama dari Madinah pun akhirnya tiba di Makkah Rabu (16/8) malam waktu setempat setelah mereka selama delapan hari melakukan shalat Arbain di Masjid Nabawi. Dan sejak itu Masjidil Haram mulai menggeliat oleh berbagai cerita jamaah haji Indonesia.

Ada jamaah yang harus pulang dari Masjidil Haram dengan telanjang kaki karena sandalnya hilang atau lupa di mana ia meletakkannya. Cerita jamaah tersasar hampir tiap hari ada. Begitu pula jamaah yang terlepas dari rombongan dan akhirnya bingung mencari jalan pulang ke pemondokan.

Dorongan itu yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk mengabdikan diri di Masjidil Haram. Kami malam itu akhirnya memutuskan untuk menyisihkan barang satu dua jam waktu kami untuk membantu jamaah haji Indonesia yang tersasar di Masjidil Haram.

Tapi, niat memang selalu diuji. Seusai menunaikan shalat Jumat di Masjidil Haram, kami mendapati tiga kasus jamaah tersasar di pintu Marwah. Kami pun berbagi-bagi tugas. Saya menuju terminal Syib Amir untuk mengantarkan dua jamaah wanita yang tersasar akibat terpisah dari rombongan. Satu wanita muda kira-kira berusia 40-an dan satu lagi kira-kira berusia 60-an lebih.

Keduanya hanya mengenakan kaos kaki. Sandalnya tertinggal di dalam Masjidil Haram. Dengan jarak pintu Marwah ke Syib Amir yang lumayan jauh, berjalan tanpa alas kaki di siang hari bolong sungguh sangat panas sekali.

Beberapa kali saya mencoba memberikan bantuan untuk mengguyurkan kaki si ibu agar tidak kepanasan, berulang kali pula ditolaknya. Mereka hanya ingin segera sampai di pemondokan.

Uniknya, kedua jamaah wanita ini ternyata tidak saling kenal. Si ibu muda mengaku terlepas dari rombongan gara-gara tangannya tiba-tiba dipegang erat oleh si nenek. Tapi, si nenek berkeras memegang tangan si ibu karena dia rombongannya.

Ketika beberapa puluh meter lagi akan sampai di Terminal Syib Amir, kejadian lainnya terjadi. Ada jamaah kakek-kakek asal Indonesia yang mengalami kejang-kejang. Sungguh bingung ketika kita tak terbiasa menghadapi situasi seperti itu. Niat benar-benar diuji saat itu.

Ketika bingung harus melakukan apa, Allah SWT hadir memberikan bantuan lewat seorang perawat dari Turki. Perawat paruh baya itu langsung mengguyurkan air ke sekujur tubuh jamaah kakek-kakek yang rupanya mengalami dehidrasi tersebut.

Beberapa jamaah dari negara lain ikut membantu dengan memberikan air minum perbekalan mereka. Ada juga yang membantu mengipasi si kakek. Alhamdulillah, si kakek akhirnya kesehatannya membaik sebelum akhirnya dibantu petugas kesehatan dilarikan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Khalidiyah.

Kami mendapat kabar Jumat itu ternyata ada jamaah haji Indonesia lainnya yang wafat di Syib Amir. Jamaah atas nama Suhaimi bin Kadir Abdillah (62) meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Masjidil Haram ke pemondokan akibat gangguan jantung.

Sehari setelah peristiwa Jumat yang luar biasa itu, PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Daerah Kerja Makkah memutuskan untuk menempatkan tim kesehatan dan ambulans di wilayah Syib Amir. Alasannya terkait dengan semakin banyaknya jamaah haji Indonesia yang melewati rute Syib Amir tersebut.

Jumlah jamaah haji Indonesia yang memadati kota Makkah kini terus bertambah. Kasus jamaah tersasar atau kasus lainnya pastinya akan bertambah pula. Dan, niat sekali lagi akan kembali diuji. Wallahu a’lam Bish-shawab.

 

Oleh: Didi Purwadi dari Tanah Suci

sumber: Republika Online

‘Waspadai Suhu 52 Derajat di Armina’

Jamaah haji Indonesia diimbau selalu membawa air minum dan bergerak dalam kelompoknya selama menjalani kegiatan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), sebagai bentuk antisipasi suhu tinggi yang secara teori dapat mencapai 52 derajat celcius.

Imbauan tersebut disampaikan kepada para calon jamaah haji Indonesia oleh Kepala Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Subhan Cholid, di Kantor Daerah Kerja Makkah, Jumat (2/9).

Subhan mengungkapkan, mengingat cuaca sangat panas, dalam setiap perpindahan, jamaah agar tidak lupa membawa minuman. “Dari Makkah menuju Arafah, bawa minuman, dari Arafah ke Mudzalifah bawa minuman, dan Dari Mudzalifah ke Mina juga membawa minuman. Meski satu botol, itu untuk menghilangkan haus dan panas,” katanya.

Jamaah haji Indonesia juga diimbau untuk tertib dan menaati jadwal yang sudah disepakati, karena kepatuhan akan jadwal sangat penting untuk membantu kelancaran angkutan. Pada saat yang sama, seluruh jamaah haji dari berbagai dunia yang jumlahnya jutaan orang juga bergerak menuju tempat yang sama.

“Kalau saling berebut dan tidak taat jadwal, angkutan justru tidak lancar dan tidak sampai ke tujuan,” katanya. Subhan mengingatkan selaku penanggung jawab perpindahan jamaah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Subhan juga meminta jamaah haji Indonesia tetap berada di regu dan rombongan, tidak mengambil inisiatif sendiri. “Jadi (bergerak) sesuai yang disepakati bersama sesuai dengan regu dan rombongan,” ujarnya.

Jamaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arafah dari pemondokan masing-masing mulai Jumat (9/9) pagi menggunakan bus. Setiap maktab atau pemondokan disiapkan 21 bus yang akan mengangkut jamaah ke Arafah dalam tiga tahapan. Tahap pertama, jamaah diberangkatkan pada pukul 07.00-11.30 waktu Arab Saudi.

Karena hari Jumat, tahap kedua baru akan dimulai setelah Shalat Jumat, kira-kira pukul 13.00 sampai 16.00 waktu Arab Saudi. Adapun tahap terakhir, dari jam 16.00 sampai 12.00 malam waktu Arab Saudi atau sampai selesainya jamaah terangkut semua ke Arafah.

 

sumber: Republika Online

Pemerintah Diminta Prioritaskan Antrean Calhaj Berdasarkan Usia

Pemerintah diminta untuk memprioritaskan antrean calon haji (calhaj) berdasarkan usia. Mengingat jamaah haji yang telah berusia lanjut memiliki risiko tinggi dalam menghadapi penyakit degeneratif dan kematian.

“Saya melihat semakin panjang dan lamanya antrean mengakibatkan usia jamaah haji akan semakin lanjut sehingga menyebabkan semakin tingginya prosentase jamaah yang beresiko tinggi menghadapi kematian,” kata anggota Komisi IX DPR RI Adang Sudrajat dalam rilis, Sabtu (3/8).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, tingkat kematian jamaah haji Indonesia di tahun 2015 mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 297 jamaah haji Indonesia (2014) menjadi 605 jamaah haji Indonesia (2015).

Politisi PKS itu menyatakan, Komisi IX DPR RI tidak menginginkan semakin tingginya angka kematian jamaah haji Indonesia di Tanah Suci pada masa yang akan datang.”Kinerja kementerian kesehatan akan dipertaruhkan sebagai kementerian yang paling bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan jamaah haji,” ucap Adang.

Apabila pemerintah mampu menerapkan sistem antrean berdasar usia, lanjutnya, maka diperkirakan pada kurun waktu lima tahun mendatang, 70 persen usia jamaah haji berada pada wilayah aman akan risiko kematian akibat usia terlalu lanjut.

Untuk itu, ujar dia, diharapkan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama dapat melakukan simulasi bersama untuk mengukur risiko berdasar usia.”Pemerintah harus sudah mulai memikirkan keberangkatan haji tidak hanya sekedar lunas ONH, namun ada porsi minimal 50 persen dari kuota haji diurut berdasar usia,” papar Adang.

 

sumber: Republika Online


Ini Daftar 60 Jamaah Haji yang Meninggal di Tanah Suci

Penyelenggaraan haji di Arab Saudi memasuki hari ke-25 sejak jamaah haji Indonesia kloter pertama diberangkatkan pada 9 Agustus, lalu. Per Sabtu (3/9) pukul 08.00 waktu setempat, jumlah jamaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia mencapai 60 orang.

Dilaporkan wartawan Republika.co.id, Didi Purwadi di Makkah, sebanyak 31 jamaah haji Indonesia meninggal dunia di rumah sakit Arab Saudi. “Sebagian besar memang jamaah risiko tinggi yang sudah ada bawaan penyakit dari Tanah Air,’’ kata Penghubung Instansi Kesehatan Daker Makkah, dr Ramon Andreas, di Syisyah, Arab Saudi, Sabtu (3/9).

Data Siskohat TUH (Teknis Urusan Haji) mencatat sebanyak 15 jamaah wafat di rumah sakit Saudi di Makkah, sementara selebihnya menghembuskan hafas terakhir di rumah sakit Saudi di Madinah. Pada Jumat (2/9) lalu, tiga jamaah wafat di rumah sakit Arab Saudi. Ketiganya atas nama Nipi bin Mad Ambri Mungkar (69), Hawang binti Bungku ilham (59), dan Boniatun binti Dulkahir Kartak (60).

Ramon mengatakan, pasien dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi karena Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah tidak mampu menanganinya. Karena KKHI tidak memiliki peralatan medis yang selengkap dan sedetail milik rumah sakit.

“KKHI memang punya ruang ICU, tapi standarnya beda dengan standar ICU rumah sakit,’’ katanya. “KKHI memang bisa memantau pasien terus menerus, tapi peralatan medisnya terbatas.’’

Ramon mengatakan, tim dokter rumah sakit pastinya sudah berupaya membantu pasien semampu mungkin. Jika meninggal di rumah sakit, itu berarti pasien sudah mendapat pertolongan maksimal. “Tapi, memang tidak bisa ditolong lagi karena sudah waktunya,’’ katanya.

Data Siskohat juga mencatat hampir sembilan puluh enam persen lebih jamaah wafat merupakan jamaah usia lanjut. Dari total 54 jamaah wafat, hanya dua jamaah yang usianya kepala empat. Selebihnya wafat dalam usia 50an dan 60an tahun.

Berikut daftar jamaah haji wafat hingga tanggal 2 September:

  1. Senen bin Dono Medjo (79). Laki-laki. Kloter 007 Embarkasi Surabaya
  2. Siti Nurhayati binti Muhammad Saib (68). Perempuan. Kloter 002 Embarkasi Aceh.
  3. Martina binti Sabri Hasan (47). Perempuan. Kloter 006 Embarkasi Batam.
  4. Khadijah Nur binti Imam Nurdin (66). Perempuan. Kloter 004 Embarkasi Aceh.
  5. Dijem Djoyo Kromo (53). Perempuan. Kloter 18 Embarkasi Solo.
  6. Sarjono Bin Muhammad (60). Laki-laki. Kloter 006 Embarkasi Batam.
  7. Oom Eli Asik (66). Perempuan. Kloter 003 Embarkasi Jakarta-Bekasi.
  8. Nazar Bakhtiar bin Batiar (82). Kloter 001 Embarkasi Padang.
  9. Juani bin Mubin Ben (61). Kloter 006 Embarkasi Aceh.
  10. Asma binti Mian (78). Kloter 001 Embarkasi Padang.
  11. Tasniah binti Durakim Datem (73). Kloter 003 Embarkasi Padang.
  12. Jamaludin bin Badri Kar (58). Kloter 005 embarkasi Palembang.
  13. Abdullah bin Umar Gamyah (68). Embarkasi Aceh kloter 001.
  14. Rubiyah binti Mukiyat Muntari (71). Embarkasi Surabaya kloter 020.
  15. Muhammad Tahir bin Abdul Razak (68). Embarkasi Batam kloter 011.
  16. Siti Maryam binti Ismail (60). Embarkasi Solo kloter 001.
  17. Misnawar bin Kasimo Kamujo (76). Embakarsi Surabaya kloter 015
  18. Din Azhari Nurina bin Sadid (73). Embarkasi Padang kloter 005.
  19. Noorsi Fatimah binti M Saleh Mardiwiyono (60). Embarkasi Balikpapan kloter 009.
  20. Muhammad Nasir bin Abdul Hamid (64). Jemaah asal embarkasi Batam kloter 010.
  21. Manih binti Siyan Muhammad (71). Jemaah asal embarkasi Jakarta Pondok Gede kloter 006.
  22. Joko Pramono bin H Ali Pramono (41). Jemaah asal embarkasi Surabaya kloter 26.
  23. Wahono Wilik bin Walijo Kartodimejo (65) dari embarkasi Batam kloter 002.
  24. Udju Sumiati binti Marhati (62) dari kloter Jakarta Bekasi kloter 038.
  25. Siti Fatonah Binti Supangat Kasmungin (68) dari embarkasi Surabaya kloter 028.
  26. Imam Rifai bin Ngali (60) dari embarkasi Palembang kloter 005
  27. Suhaimi bin kadir Abdillah (62) dari embarkasi Medan kloter 005
  28. Siti Maskanah binti Djumri (66) dari kloter Banjarmasin kloter 013
  29. Zainabon binti Umar Muhammad (71) dari embarkasi Aceh kloter 008.
  30. Awaludin bin Abu Sahar Tanjung (58). Embarkasi Medan kloter 0111
  31. Kadiran bin Molyadi Sokaryo (71). Embarkasi Surabaya kloter 022.
  32. Yudha Arifin bin Kasah (55). Jemaah haji khusus.
  33. Abdul Hamid bin Lapewa Palewa (53). Jemaah haji khusus.
  34. Roman bin H. Maeji Suhaedi (58). Embarkasi Jakarta kloter 020.
  35. Mochamad Subarjah bin Sumawinata R (64). Embarkasi Jakarta kloter 048.
  36. Taggi bin Haseng Maggu (57). Embarkasi Surabaya kloter 048
  37. Saifuddin bin Buchori Abdullah (64). Embarkasi Solo (SOC) kloter 003.
  38. Semi Parsinah binti Wamu Adam (65). Embarkasi Aceh (BTJ) loter 002.
  39. Siti Maryam binti Haram (79). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 020.
  40. Aceng bin Nuroddin Hasyim (58). Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS) kloter 018.
  41. Adisman Rasidin Salin bin St. Salam (63). Jamaah haji khusus dengan nomor paspor  B4513393.
  42. Warniti binti Samadi Rimin (67). Embarkasi Solo (SOC) kloter 051.
  43. Sukardi As Haryanto bin Abu Bakar (78). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 009.
  44. Rukiyah bt Muhammad Arif Pane (62). Embarkasi Medan (MES) kloter 011.
  45. Sumin Adinoto bn Suto Karso (73). Embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG) kloter 028.
  46. Zahadi bin Muhayadin Asir (58). Embarkasi Palembang (PLM) kloter 007.
  47. Imo binti Ahmad Umar (73). Embarkasi Lombok (LOP) kloter 006.
  48. Carwit binti Karjani Sarip (51). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 037.
  49. Mukijan bin Sodimejoh Muhammad (62). Embarkasi Surabaya (SUB) kloter 032
  50. Siti Sarah binti Abdul Kapi (53). Embarkasi Banjarmasin (BDJ) kloter 014.
  51. Abdul Sani bin Hayani (59). Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) kloter 026.
  52. Emuh Sutrisna Atmadja bin Wiardi (79). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 008.
  53. Ali bin Lapantje Lakoro (77). Embarkasi Balikpapan (BPN) kloter 011.
  54. Cholik bin Aguscik Usman (65). Embarkasi Palembang (PLM) kloter 005.
  55. Nipi binti Mad Ambri Mungkar (69). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 034.
  56. Marfuah Aminah Toyib binti Mustofa (76). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 034.
  57. Hawang binti Bungku Ilham (59). Embarkasi Balikpapan (BPN) kloter 007.
  58. Boniatun binti Dulkahir Kartak (60). Embarkasi Batam (BTH) kloter 017.
  59. Hariri bin Mustofa Soleh (73). Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) kloter 037.
  60. Dain Nariya bin Satimin (69). Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) kloter 029.

 

sumber: Republika Online

Ini Surat Rasulullah Bagi Umat Kristen

DI bawah ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, yang berfungsi sebagai perjanjian dengan mereka yang memeluk agama Kristen, di sini dan di manapun mereka berada, kami bersama mereka.

Di tengah kekacauan yang melanda seluruh rakyat Afrika, baik Tengah-Timur maupun Utara, sejak pemberontakan Musim Semi Arab melawan kediktatoran seakan membuka jalan bagi militansi dan perang sipil di wilayah tersebut. Kristen dan Islam pun semakin mengungkapkan keprihatinanya atas kondisi hidup para penganutnya.

Meskipun secara keseluruhan Kristen termasuk kaum minoritas, namun tampaknya peningkatan populasi Kristen semakin signifikan, tak terkecuali di negara-negara seperti Suriah, Turki, Irak, Lebanon, Palestina dan Mesir.

World Bulletin melansir, setelah jatuhnya presiden terpilih Mesir Mohamed Morsi dalam kudeta militer pada 3 Juli yang dipimpin oleh Field Marshal Abdel-Fattah al-Sisi, serta penganiayaan terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin dimana Morsi berasal, banyak Muslim mulai mencurigai bahwa komunitas Kristen naik 10% dari populasi, memainkan peran dalam mengusir gerakan tersebut. Hal ini cukup meningkatkan ketegangan antara Muslim dan Kristen di Mesir, dengan disertai bentrokan dan merusak berbagai fasilitas umum.

Kekhawatiran serupa pula dirasakan Kristen Suriah, terutama setelah al-Qaeda kelompok oposisi berafiliasi mengambil alih kota-kota Kristen Maaloola dan Kessab. Maaloola kemudian dikuasi kembali rezim Suriah, tapi Kessab, yang terletak di sepanjang perbatasan Turki, masih di bawah kendali pejuang oposisi.

Meskipun anggota komunitas etnis Armenia Kessab, yang sebagian besar melarikan diri ke Turki untuk menghindar dari pemboman pemberontakyang ditargetkan oleh rezim Suriah, telah berusaha mengadakan perdamaian dan para pejuang oposisi telah mempertaruhkan hidup mereka untuk mengantar mereka ke tempat yang aman, kecemasan dan kekhawatiran tetap saja menghantui kehidupan para penganut Kristen.

Dalam konteks ini, tidak ada salahnya jika kita sejenak menilik isi surat Rasulallah Saw. yang dikirim beliau kepada para biarawan Kristen di salah satu biara tertua di dunia, St. Catherine, Semenanjung Sinai, Mesir, pada tahun 628 M.

Surat yang juga dikenal dunia sebagai Muhammads Testamentum ini merupakan dokumen sejarah yang berisi tentang sikap Muhammad Saw terhadap kaum Kristen, dimana beliau memberikan jaminan perlindungan dan hak-hak hidup tanpa syarat apa pun. Surat tersebut bermaterai gambar telapak tangan Rasulullah Saw.

Meski banyak kalangan meragukan keautentikan surat tersebut dikarenakan naskah asli sudah tidak ada lagi dan hanya terdapat salinannya, namun surat tersebut sudah diverifikasi oleh banyak cendekiawan Muslim dan non-Muslim untuk meneliti keautentikannya.

Di antara peneliti itu adalah Aziz Suryal Atiya dengan buku The Monastery of St. Catherine and the Mount Sinai Expedition (1952), J. Hobbs dengan buku Mount Sinai (1995), K.A. Manaphis dengan buku Sinai: Treasures of the Monastery of Saint Catherine (1990), dan Dr. Muqtader Khan, Direktur Program Studi Islam di University of Delaware, yang juga pernah dimuat di Washington Post (1 Desember 2012), dengan judul Muhammads Promise to Christians.

Seperti dikutip dari Wikipedia, dengan berdasarkan paparan sejarah, hilangnya naskah asli Muhammads Testamentum terjadi saat Kekaisaran Ottoman yang dipimpin Sultan Selim I melakukan ekspansi ke Mesir tahun 1517. Naskah asli lalu diambil dari biara tersebut oleh tentara Ottoman dan diserahkan kepada Sultan Selim I. Sultan Selim I kemudian membuat salinannya untuk disimpan kembali di biara tersebut.

Sejarah pun mencatat betapa tingginya sikap toleransi yang ditunjukkan para penguasa Islam selama kekuasaan Ottoman (1517-1798).

Begitu pula pada tahun 1630, Gabriel Sionita menerbitkan edisi pertama naskah perjanjian tersebut dalam bahasa Arab, dengan judul “Al-Ahd wal Surut allati Sarrataha Muhammad Rasulullah li Ahlil Millah al-Nashraniyyah” (Perjanjian dan Surat yang Dituliskan oleh Muhammad Rasulullah kepada Kaum Kristen).

Dan sejak abad 19, dokumen perjanjian tersebut diteliti oleh banyak akademisi kontemporer, Timur dan Barat, dengan terutama berfokus pada daftar para saksi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat kemiripan antara dokumen perjanjian yang disimpan di Biara St. Chaterine dengan dokumen-dokumen sejenis yang pernah diberikan oleh Rasulullah kepada kelompok-kelompok agama lain di Timur Dekat. Di antaranya adalah surat Rasul kepada kaum Kristen yang menetap di Najran, yang pertama kali ditemukan pada 878 di sebuah biara di Irak dan diawetkan di Chronicle of Seert.

Berikut bunyi surat tersebut, yang dikutip secara utuh dari Dr. Muqtader Khan;

“Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, yang berfungsi sebagai perjanjian dengan mereka yang memeluk agama Kristen, di sini dan di manapun mereka berada, kami bersama mereka.

Sesungguhnya aku, para pembantuku, dan para pengikutku sungguh membela mereka, karena orang Kristen juga rakyatku. Demi Allah, aku akan menentang apa pun yang tidak menyenangkan mereka.

Tidak boleh ada paksaan atas mereka. Tidak boleh ada hakim Kristen yang dicopot dari jabatannya, demikian juga pendeta dan biaranya.

Tidak boleh ada seorang pun yang menghancurkan rumah ibadah mereka, merusaknya, atau memindahkan apa pun darinya ke rumah kaum Muslim. Bila ada yang melakukan hal-hal tersebut, maka ia melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya mereka adalah sekutuku dan mereka aku jamin untuk tidak mengalami yang tidak mereka sukai. Tidak boleh ada yang memaksa mereka pergi atau mewajibkan mereka berperang. Muslimlah yang harus berperang untuk mereka.

Bila seorang perempuan Kristen menikahi lelaki Muslim, pernikahan itu harus dilakukan atas persetujuannya. Ia tak boleh dilarang untuk mengunjungi gereja dan berdoa.

Gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dilarang untuk memperbaiki gereja mereka dan tidak boleh pula ditolak haknya atas perjanjian ini.

Tidak boleh ada umat Muslim yang melanggar perjanjian ini hingga hari penghabisan (kiamat).”

Ya, begitulah isi perjanjian yang diduga telah dikirim Rasul kepada para penganut Kristen. Terlepas benar atau salah, ada atau tidaknya surat tersebut, bukankah sikap saling menghormati, menghargai, toleran antar pemeluk agama merupakan bagian penting yang kerap Rasulullah ajarkan kepada umatnya? Wallahu Alam Bishowab.[islamindonesia]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321410/ini-surat-rasulullah-bagi-umat-kristen#sthash.34rOQWT9.dpuf

Ini Rahasia Kenapa Nabi Terakhir dari Arab?

BANYAK orang bertanya kenapa risalah kenabian Islam terakhir diturunkan tidak di negeri dengan peradaban yang dikenal tinggi seperti Romawi, Persia, Mesir, Yunani, Cina, atau India. Namun, diturunkan di sebuah dataran negeri yang belum memiliki track record peradaban yang tinggi dan menakjubkan yakni jazirah Arab. Sebuah tanah yang lebih dikenal sebagai negerinya kaum Baduwi yang kurang beradab dan wilayahnya tidak subur.

Allah menghendaki untuk menurunkan risalah kenabian di jazirah Arab. Ia mengutus Muhammad bin Abdullah sebagai pengemban risalah fitriyah ilahiyah. Ia mengutus Muhammad sebagai rasul-Nya di muka dunia, untuk menyeru manusia agar kembali mentauhidkan-Nya dan menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Allah.

Allah memilih Muhammad sebagai rasulullah dari salah satu keluarga Arab di Kota Mekah. Imam Muslim menulis dalam Sahih, bahwa Rasulullah berkata tentang silsilah keturunannya, “Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari garis keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari garis keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari garis keturunan Quraisy, dan memilih saya dari Bani Hasyim.”

Ismail adalah salah satu nabi putera Bapak Para Nabi, Nabi Ibrahim Sang Kekasih Allah. Dari Nabi Ibrahim inilah lahir pula Nabi Ishaq. Dari keturunan Nabi Ishaq, diangkatlah nabi-nabi untuk Bani Israel. Sementara itu dari keturunan Nabi Ismail, tidak ada yang diangkat menjadi rasul hingga pengangkatan Muhammad.

Disebutkan dalam Fikih Sirah karangan Prof. Dr. Zaid Abdul Karim Az Zaid, sejumlah ulama memberikan pemaparan berdasarkan ijtihad mereka tentang sebab-sebab terpilihnya Jazirah Arab sebagai tempat turunnya risalah kenabian yang terakhir. Sebab-sebab ini disimpulkan dari fenomena yang ada pada Jazirah Arab dibandingkan dengan wilayah lainnya.

1. Wilayah sulit

Jazirah Arab merupakan sebuah wilayah yang sebagian besarnya merupakan gurun pasir panas yang sulit ditaklukkan oleh imperium-imperium besar di sekitarnya. Dua imperiuam besar yang wilayahnya berdekatan dengan Jazirah Arab saat itu adalah Imperium Romawi yang beragama Kristen dan Imperium Persia yang beragama Majusi.

Meskipun Jazirah Arab tidak memiliki satu kekuatan politik pemersatu yang kuat, tapi dua imperium raksasa ini kesulitan untuk menginvasi wilayah Jazirah Arab secara keseluruhan. Bahkan sejatinya Jazirah Arab diisi oleh suku-suku yang suka berperang di antara sesamanya.

2. Agama persatuan

Berbeda dengan dua imperium raksasa seperti Persia dan Romawi yang disatukan secara politis dan religius dengan agama yang sama, yakni Majusi dan Kristen, Jazirah Arab memiliki agama dan kepercayaan religius yang sangat beragam.

Meskipun kemusyrikan dianut mayoritas penduduk jazirah, akan tetapi tatacara ibadah dan bentuk kemusyrikan mereka berbeda-beda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ada kelompok yang menyembah malaikat, ada kelompok yang menyembah bintang, ada kelompok yang menyembah berhala, dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi antara satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki tuhan yang berbeda dan tatacara ibadah yang berbeda pula.

Sebagian kecil yang lain memandang bahwa agama-agama ini sesat. Sehingga mereka memilih dan menganut agama-agama terdahulu yang ada, misalnya sisa agama Ibrahim, Yahudi, dan Kristen.

3. Sistem sosial

Jazirah Arab memiliki sistem sosial tertentu dengan tradisi kesukuan tertentu. Misalnya sistem kekeluargaan yang memegang peranan sangat sentral dalam sistem kemasyarakatan saat itu. Apa yang dilakukan Bani Hasyim saat membela dakwah Muhammad bin Abdullah merupakan bukti kekuatan sistem sosial ini. Meskipun sebagian di antara mereka belum atau tidak menerima risalah yang dibawa Rasulullah, akan tetapi mereka memberikan pembelaan terhadap dakwahnya dan mencegah kezhaliman terhadapnya.

Ashabiyah atau fanatisme kesukuan dalam sistem sosial masyarakat Arab sangat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin dalam membela aqidah dan menyebarkan dakwah Islam.

4. Fitrah sosial

Orang-orang yang tinggal di Jazirah Arab umumnya tinggal di wilayah pedesaan yang jauh dari keramaian kehidupan kota. Sehingga pola pikir dan corak pemahaman mereka belum terlalu terkontaminasi oleh masyarakat perkotaan yang lebih individualistis dan materialistis. Mereka merupakan masyarakat yang pemikiran, perspektif, dan persepsi kehidupannya masih murni.

5. Pusat geografis

Sejumlah pakar geografi dan ulama syariat menyimpulkan bahwa Jazirah Arab secara geografis merupakan wilayah yang terletak di tengah-tengah peta dunia.

Dr. Husain Kamaluddin mengatakan, “Tatkala saya telah meletakkan langkah-langkah awal penulisan ini dan saya menggambar peta dunia, saya mendapatkan bahwa Mekah berada di tengah lingkaran yang menyentuh segala ujung benua, atau dengan bahasa lain, wilayah daratan dari bumi ini terletak di sekitar Mekah dengan letak yang tertata rapi, dan bahwasanya kota Mekah sekarang merupakan pusat orbit bumi daratan..”

Dalam Surat Asy Syura ayat 7, Allah berfirman, “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya, serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya”

6.Bahasa Arab

Bahasa Arab yang menjadi alat komunikasi lingual tunggal di Jazirah Arab merupakan satu sistem bahasa yang unggul dan luas persebarannya. Berbeda dengan wilayah lain yang bahasanya bermacam-macam dan jumlahnya banyak. Di wilayah India ada 15 bahasa resmi, sementara Indonesia memiliki sekitar 300 bahasa daerah.

7. Sosio seligiusitas Mekah

Kota Mekah memiliki beberapa keutamaan yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain di dunia. Di kota Mekah banyak pengunjung yang datang, berziarah ke Ka’bah yang dibangun Ibrahim dan Ismail, diselenggarakannya haji, kompetensi sastera dan syair, dan dilakukannya perdagangan oleh para saudagar.

Dengan semua keutamaan itu, maka akan mempermudah sampainya berita ke berbagai wilayah di Jazirah Arab melalui para musafir yang datang ke Mekah dan kembali ke asalnya. Kaum Anshar pertama juga masuk Islam saat musim haji.

8. Kesempurnaan antropologi

Pakar sosiologi Islam terkemuka, Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimah, mengatakan, “Penduduk Jazirah Arabia adalah manusia pertengahan berdasarkan segi perawakan tubuh, warna kulit, akhlak, dan agama kepercayaan, hingga mayoritas nabi-nabi yang diutus berasal dari belahan dunia Arab. Kita belum mendengar berita kenabian yang muncul dari belahan selatan atau utara dunia ini, karena nabi dan rasul harus memiliki kesempurnaan dari segi fisik dan moral.”

Dalam Surat Ali Imran ayat 110, Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”

“Yang demikian itu,” lanjutnya, “Agar mereka umat manusia mudah menerima risalah dakwah para nabi itu, dan penduduk Jazirah Arabia lebih memi mereka menerima risalah itu.”

9.Penggenapan Nubuwah

Nubuwah tentang terpilihnya seorang lelaki dengan nama Ahmad, dalam Al Kitab, disebutkan dalam Alquran Surat Ash Shaff ayat 6, “Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata, Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, Ini adalah sihir yang nyata.”

Syaikh Ahmad Deedat, dalam bukunya The Choice, saat menafsirkan ayat dalam Injil yang menjelaskan tentang kedatangan paraclete atau paracletos, merujuk tafsirannya kepada “Sang Penghibur” atau “Sang Pembawa Berita Gembira”, yaitu Muhammad.

Itulah beberapa alasan yang disebutkan para ulama. Bagaimanapun fenomena dan sebab-sebab yang tampak dari alasan terpilihnya Jazirah Arab sebagai tempat turunnya risalah kenabian terakhir, tapi tetap saja Allah lah yang lebih tahu tentang rahasia ini. Penyebabnya tentu saja karena memang tidak ada dalil-dalil atau nash yang secara eksplisit menyebutkan tentang rahasia ini. [Fi Madani]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321667/ini-rahasia-kenapa-nabi-terakhir-dari-arab#sthash.xBynIRAd.dpuf

Wanita Kufur Pendorong Suami Maksiat

HASAN al-Bashri berkata: “Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain.”

Dua tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah. Lalu aku tanya kepadanya: “Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar “Aku bertanya lagi: “Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”

Ia pun bercerita: “Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rezeki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rezeki yang banyak ia menganggapnya sedikit.

Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata: Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain). “Masya Allahmilikilah sifat Qanaah -suka menerima- /jiwa selalu merasa cukup. Biasanya wanita (istri) sering terjebak pada keinginanmu untuk terlihat cantik dengan pakaian yang serba mahal. Janganlah menjadi jurang dosa bagi suamimu.

Wanita saleh akan mendorong suaminya kepada kebaikan, ketaatan sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa, kemaksiatan. Cukupkan diri dengan yang halal dan baik. Ukuran Rizki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.[ ]

Sumber :smstauhid; Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul Ilm karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2321368/wanita-kufur-pendorong-suami-maksiat#sthash.ENopTSkK.dpuf

Lima Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang sangat utama. Setidaknya ada lima keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.Apa saja lima keutamaan itu?

 

1. Waktu yang paling agung dan dicintai Allah

10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang paling agung, paling utama, dan paling dicintai Allah Subhanahu wa Taala untuk manusia beramal di dalamnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih disukaiNya untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana 10 hari ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah). Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Bahkan dalam riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah, disebutkan keutamaan beramal pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah setara dengan jihad fi sabilillah yang membuat seorang mujahid syahid dan hartanya habis di jalan Allah.

“Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallaahu alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad)

2. Waktu yang mulia dan barakah

Sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang yang mulia dan barakah. Bukti kemuliaan ini adalah sumpah Allah Taala dalam Al-Quran:

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Ath Thabari menjelaskan:”Wa layaalin asr (dan malam yang sepuluh) adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli tafsir.”

Dalam Tafir Quranil Adhim, Ibnu Katsir juga menjelaskan hal yang sama.

“Dan malam-malam yang sepuluh,” terangnya, “adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf dan khalaf.”

3. Di dalamnya ada hari Arafah

Salah satu keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah, di dalamnya ada hari arafah. Yakni pada 9 Dzulhijjah.

Pada hari arafah, jamaah haji diwajibkan melakukan wukuf yang merupakan puncak ibadah haji. Sedangkan bagi umat Islam yang tidak sedang menjalankan ibadah haji disunnahkan melakukan puasa arafah. Keutamaan puasa arafah ini adalah bisa menghapus dosa selama dua tahun; satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.

“Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya” (HR. Muslim)

4. Haji dilakukan di waktu itu

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah menjadi demikian istimewa karena ibadah haji dilakukan di waktu itu. Sebagian besar rukun haji dikerjakan pada tanggal 8, 9, dan 10 Dzulhijjah yang merupakan bagian dari 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Sedangkan sebagian rukun lainnya dikerjakan pada hari tasyrik yakni tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

Haji merupakan rukun Islam kelima. Di antara rukun Islam, bisa dikatakan haji merupakan ibadah yang paling berat. Sebab haji menggabungkan aspek ruhiyah, jasadiyah dan maliyah. Haji membutuhkan kekhyusuan dalam mengerjakannya, membutuhkan fisik yang sehat dan juga biaya yang tidak sedikit.

5. Berkumpulnya induk-induk ibadah

Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah adalah berkumpulnya induk-induk ibadah pada waktu itu. Sebab inilah yang menjadikan 10 hari pertama bulan Dzhulhijjah begitu istimewa.

Selain haji, pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga disunnahkan puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, shalat Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah, qurban pada tanggal 10 Dzulhijjah, memperbanyak sedekah, memperbanyak dzikir, memperbanyak tahlil-tahmid-takbir, memperbanyak tilawah, dan seluruh amal shalih lainnya.

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih disukaiNya untuk digunakan sebagai tempat beramal sebagaimana 10 hari ini. Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan: “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”

Demikian lima keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Dengan mengetahuinya, semoga kita semakin termotivasi untuk memperbanyak amal pada hari-hari tersebut. [ ]

Sumber Bersamadakwah

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2237494/lima-keutamaan-10-hari-pertama-bulan-dzulhijjah#sthash.MG69bLVX.dpuf

Vicky Purnama Sari Tenang Mendengar Suara Azan

Vicky Purnama Sari (26 Tahun) sudah lama ingin masuk Islam, tapi hati belum menentu karena kondisi yang tidak memungkinkan. Keyakinannya lamanya belum bisa membuatnya tenang dan bahagia, banyak keraguan selama ini.

Keinginan yang kuat tentang Islam, membuatnya sering bertanya- tanya pada teman-temannya yang Muslim. Melihat temannya yang shalat sungguh membuatnya ada sesuatu yang menentramkan apalagi saat dengar azan, rasanya membuat hatinya tenang penuh kedamaian.

Akhirnya keputusan masuk Islam semakin mantab dan menghubungi Mas Agung Heru Setiawan, ketua MCI Jatim, untuk dibimbing ajaran Islam. Hari ini setelah menyatakan telah paham akan Rukun Islam dan Rukun Iman, atas kesadaran sendiri tanpa ada paksaan siapapun Sdri Vicky Purnama Sari dituntun baca Syahadat oleh Bu Citra Widuri, pembina Mualaf MCI Jatim di Kantor LMI Pusat.

Vicky telah menyatakan akan istikomah belajar Islam dan secara bertahap hidup secara Islam. Semoga Allah SWT melindungi dan memberikan anugrah kebahagiaan pada Sdri Vicky Purnama Sari.

 

Sumber: Mualaf.com

Manusia Kulit

Teori tentang sifat dan tabiat manusia telah banyak dikemukakan pakar dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu teori yang sangat terkenal adalah teori libido seksual Sigmund Freud.

Menurut teori ini, manusia menjadi sehat bila kebebasan seksnya tidak terhambat. Manusia yang hidup dengan aturan moral, menurut teori ini, akan mengalami gangguan emosional alias stres. Karena itu, kata Freud, hanya dengan kekuatan seksnya manusia terbebas dari jeratan hidup.

Teori ini sepintas mengandung pembebasan manusia. Seakan sifat naluri manusia hanya cukup diselesaikan melalui kegiatan seks bebas. Padahal, kebebasan manusia yang hakiki adalah kebebasan moral yang menaungi dan menghargai setiap tuntutan kehidupan pribadi dan umat.

Teori Freud tampaknya hanya ingin melestarikan tabiat (sifat) kebebasan manusia yang diperbudak oleh nafsunya semata. Sementara, hak dan kepentingan orang lain (umat) dilalaikan.

Murtadha Muthahhari dalam bukunya Manusia Menurut Alquranmengkritik teori Freud. Ia mengatakan, teori Freud sangat cocok dengan kepentingan penguasa yang lemah ditundukkan dan yang kuat bebas berkuasa. Teori Freud, kata Muthahhari, menyiratkan bahwa bila Anda kuat, Anda bisa berbuat apa saja sepanjang tidak diprotes oleh orang lain. Sementara, bila Anda lemah, reaksi orang lain akan membatasi kebebasan Anda.

Dalam Alquran, manusia tidak serendah seperti yang dibayangkan Freud. Alquran memang menggambarkan sifat paradoksal manusia yang dalam dirinya terdapat sifat baik dan sifat jahat (QS asy-Syam[91]: 8). Namun, potensi positif manusia sangat dikedepankan oleh Alquran.

Manusia, menurut Alquran, dibedakan antara kata insan dan basyar. Kata insan yang berasal dari kata anasa, nasiya, dan al-uns menunjuk suatu pengertian sikap, kecerdasan menalar, menyesuaikan diri dengan realitas perubahan, berbudaya, menghargai tata aturan etik, dan tidak liar. Oleh karena itu, kata insan selalu digunakan oleh Alquran dalam konteks penjelasan fungsi manusia sebagai pemegang amanah, penegak amal saleh, dan penjelasan potensi lainnya.

Abbas Mahmud Aqqad dalam bukunya Al-Insan fi Alquranmenyebutkan tiga fungsi kewajiban manusia. Pertama, tablig (kewajiban menegakkan agama Allah). Kedua, berilmu; dan ketiga, beramal (kewajiban melaksanakan agama Allah).

Sedangkan kata basyar yang berarti kulit, digunakan untuk menyebut nama makhluk. Manusia dalam arti basyar (kulit) mengandung arti manusia yang bangun tubuhnya membutuhkan makan dan minum. Kehidupannya bergantung kepada kebutuhan materi.

Kata insan dan basyar mengisyaratkan bahwa manusia dalam ajaran Islam berada dalam dua dimensi. Dalam dimensi insani, manusia berarti dibangun ruhaninya agar hidupnya tidak bebas semau nafsu yang menyebabkan diri dan orang lain direndahkan. Sedangkan dalam dimensi basyari, manusia bersedia berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (materi).

Sayangnya, sebagian umat manusia masih saja ada yang terkilir dengan kemilauan kulit. Lalu, mereka terpuruk dalam gelora nafsu dan kelezatan hidup lahiriah sebagai kosmetik hidupnya. Para pejabat tersungkur lunglai di terali besi setelah sejumlah harta bendawi dilahapnya tanpa amanah.

Demikianlah gambaran suram manusia kulit yang hanya berjuang demi sebongkah materi tanpa subtansi dan isi. Janji Ilahi dikhianati secuil harga diri tak terganti. Kemuliaan pun tercerabut dari akar hati nurani. Nauzubillah.

 

 

Oleh: Fauzul Iman

sumber: Republika Online