BAGAIMANA jalan keluar dari kenyataan perpecahan yang merupakan sunnah kauniyah (ketetapan takdir) Allah? Allah tidak menurunkan suatu penyakit (yang merupakan sunnah kauniyah), kecuali pasti menurunkan obatnya yang merupakan sunnah syariyah (ketetapan syariat) Allah.
Untuk menjawab pertanyaan di atas Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman, seorang Ulama dari Yordania dan pernah ke Surabaya dalam suatu daurah syariyyah, menyebutkan dua buah hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang menyebutkan penyakit serta obatnya. Pertama: Hadits Al Irbadh bin Sariyah. Di dalamnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, dan untuk mendengar serta taat (kepada pimpinan) meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Sesungguhnya, barangsiapa yang berumur panjang di antara kalian (para sahabat), niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidun orang-orang yang mendapat petunjuk- sepeninggalku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian, jangan sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap bidah adalah sesat”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dalam hadis tersebut Rasulullah n memberitakan tentang penyakit dan obatnya. Beliau memberitakan tentang penyakit perpecahan yang merupakan sunnah kauniyah. Kemudian menyebutkan bagaimana cara pengobatannya (yang merupakan sunnah syariyah). Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Barangsiapa yang berumur panjang di antara kalian, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak”. Perselisihan yang banyak ini merupakan penyakit. Dan kini hal itu betul-betul terbukti.
Bagaimanakah obatnya? Obatnya, ialah kelanjutan hadits tersebut, yaitu “Maka wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidun orang-orang yang mendapat petunjuk- sepeninggalku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian”. Dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian”, beliau menggunakan dhamir “haa” pada “alaihaa” (menunjukkan satu), bukan “humaa atau alaihimaa” (menunjukkan dua). Sebab Sunnah para Khulafaur Rasyidun sebenarnya adalah Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga. Jadi hanya satu sunnah saja.
Dengan kata lain, perpecahan merupakan sunnah kauniyah disebabkan oleh tidak berpegang kepada sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Begitu juga segala kemaksiatan lain, terjadi sesuai dengan kehendak kauniyah (ketetapan takdir) Allah. Bukan kehendak syariyah (ketetapan syariat) Allah. Perpecahan serta fitnah pasti terjadi sebagai sunnah kauniyah. Sedangkan obatnya adalah mengikuti sunnah syariyyah. Yaitu berpegang teguh pada sunnah Nabi dan sunnah para Khulafaur Rasyidun.
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2358648/2-hadis-tentang-fitnah-perpecahan-umat-dan-obatnya#sthash.Oe9SWEjI.dpuf