Tiga macam do’anya yang tidak ditolak; doa imam yang adil, doa orang puasa hingga berbuka, dan do’a orang yang teraniaya
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 186)
Asbabun Nuzul dan tafsir
Sebuah riwayat mengatakan, ayat ini turun untuk merespon pertanyaan dari sekelompok orang yang bertanya tentang waktu yang lebih tepat untuk berdo’a. Pertanyaan ini muncul ketika turun ayat ke-60 dari suroh Al-Mu’min.
Ayat ini menyebutkan bahwa Allah Ta’ala dekat dengan hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya ketika mereka berdo’a, menganjurkan kepada mereka untuk berdo’a, serta berjanji mengabulkan do’a-do’a yang mereka panjatkan.
Ayat di atas sesuai dengan sebuah hadits Qudsi berikut:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي
“Aku menurut prasangka hamba-Ku mengenai diri-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika dia berdoa kepada-Ku.” (HR. Ahmad)
Berkenaan dengan ayat ini Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Ta’ala tidak akan mengecewakan do’a orang yang memanjatkan do’a kepada-Nya dan tidak sesuatu pun yang menyibukkan Dia, bahkan Dia Maha Mendengar do’a. Di dalam pengertian ini terkandung anjuran untuk berdo’a, dan bahwa Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan do’a yang dipanjatkan kepada-Nya.
Ayat di atas senada dengan ayat ke-60 dari suroh Ghofir/Al-Mu’min. Ketika menafsirkan ayat ini Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ini merupakan sebagian dari karunia dan kemurahan Allah Ta’ala. Dia Ta’ala menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdo’a kepada-Nya dan Dia Ta’ala menjamin akan mengabulkan do’a mereka.
Sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berikut ini menegaskan hal tersebut.
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيَسْتَحْيِي أَنْ يَبْسُطَ الْعَبْدُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ يَسْأَلُهُ فِيهِمَا خَيْرًا فَيَرُدُّهُمَا خَائِبَتَيْنِ.
Sesungguhnya Allah Swt benar-benar malu bila ada seorang hamba mengangkat kedua tangannya memohon suatu kebaikan kepada-Nya, lalu Allah menolak permohonannya dengan kedua tangan yang hampa. (HR. Ahmad)
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثِ خِصَالٍ: إِمَّا أَنْ يعجِّل لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدّخرها لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا” قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ. قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ“
“Tiada seorang muslim pun yang memanjatkan suatu do’a kepada Allah yang di dalamnya tidak mengandung permintaan yang berdosa dan tidak pula memutuskan silaturahmi, melainkan Allah memberinya salah satu dari tiga perkara berikut, yaitu: permohonannya itu segera dikabulkan, permohonannya itu disimpan oleh Allah untuknya dan kelak (akan diberikan kepadanya) di akhirat, dan adakalanya (diberikan dalam bentuk) dipalingkannya dirinya dari suatu keburukan yang senilai dengan permohonannya itu. Mereka (para sahabat) berkata, “Kalau begitu, kami akan memperbanyak doa.” Nabi Saw. menjawab, “Allah Maha Banyak (Mengabulkan Doa).” (HR. Ahmad).
Beragam waktu mustajab
Ada beberapa syarat dan kondisi yang mesti dipenuhi agar do’a dikabulkan, salah satunya adalah berdo’a di waktu-waktu mustajab. Sepanjang tahun ada begitu banyak waktu mustajab, ada yang bersiklus harian, mingguan dan tahunan. Yang bersiklus harian seperti sepertiga malam terakhir, antara adzan dan iqomah, ketika sujud dalam shalat, dan ketika selesai dari shalat lima waktu. Yang mingguan seperti hari Jumat. Adapun yang tahunan seperti hari Arofah.
Di dalam bulan Ramadhan tentu terdapat waktu mustajab harian dan mingguan seperti tersebut di atas. Selain itu Ramadhan memiliki waktu-waktu mustajab khusus dan istimewa seperti ketika berpuasa hingga berbuka.
Ramadhan: Bulan Mustajab
Dengan demikian tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Ramadhan adalah Bulan Do’a dan sekaligus Bulan Mustajab, dimana setiap Mukmin dan Mukminah ketika berpuasa mendapatkan satu keistimewaan, yakni memiliki waktu mustajab istimewa. Istimewa karena hanya sebulan dalam setahun, berdurasi panjang yakni dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari dan sebulan penuh.
Ini adalah kesempatan emas bagi mereka untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas do’a, apapun isi do’anya sepanjang yang dibenarkan agama, seperti memohon diterimanya semua ibadah dan amal sholeh, memohon kebaikan dunia dan akhirat, memohon ampun untuk diri sendiri dan ayah ibu, dan memohon kebaikan untuk saudara-saudaranya seiman.
Jika mereka memanfaatkan kesempatan emas ini – dan memenuhi syarat dan kondisi lainnya terkabulnya do’a – maka do’a-do’a mereka tidak ditolak.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حتى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَيَقُولُ: “بعزتي لأنصرنك ولو بعد حين“.
“Ada tiga macam orang yang do’anya tidak ditolak, yaitu imam yang adil, orang puasa hingga berbuka, dan do’a orang yang teraniaya diangkat oleh Allah sampai di bawah awan di hari kiamat nanti, dan dibukakan baginya semua pintu langit, dan Allah berfirman, “Demi kemuliaan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudahnya.” (HR. Ahmad, Turmudzi, Nasai dan Ibnu Majah)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga menyatakan bahwa di bulan Ramadhan Allah Ta’ala mengabulkan do’a setiap Muslim.
إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al-Bazaar)
Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Al-Majmu’ menyatakan bahwa disunahkan bagi orang yang berpuasa untuk memperbanyak do’a demi urusan akhirat dan dunianya, juga boleh berdo’a untuk hajat yang diinginkannya, serta jangan melupakan mendo’akan kebaikan untuk kaum Muslimin secara umum.
Mengingat Ramadhan adalah Bulan Do’a dan Bulan Mustajab maka logis jika letak ayat yang menyatakan Allah Ta’ala itu dekat, menganjurkan berdo’a, dan mengabulkan do’a tersebut berada di antara ayat-ayat tentang Ramadhan, yakni QS. 2: 183 hingga 187. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa penyisipan ayat yang mendorong untuk berdo’a ini ke dalam kelompok ayat tentang hukum-hukum puasa ini mengandung petunjuk agar bersungguh-sungguh dalam berdo’a ketika berpuasa, dan bahkan ketika berbuka.
Raih hasilnya!
Ketika kita berpuasa hingga saat berbuka selama Ramadhan ini mari tingkatkan kualitas dan kuantitas do’a kita kepada Allah Ta’ala. Insya Allah dengan demikian harapan-harapan kita bisa terealisasi, apapun bentuknya dan entah kapan. Namun demikian yang terpenting adalah berkat do’a-do’a tersebut semoga kesalehan individual dan juga kesalehan sosial kita meningkat kualitasnya secara signifikan hari demi hari di Bulan Mustajab ini dan ketika Bulan Mustajab telah usai. Aamiin. Wallahu a’lam bish-showab.*
Oleh: Abdullah al-Mustofa, Anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jawa Timur
HIDAYATULAH