Mau Tetap Traveling di Bulan Puasa, Ini Tipsnya

Tak sedikit traveler yang melakukan perjalanan saat bulan Ramadan. Memang dalam ajaran Islam ada keringanan untuk tidak berpuasa saat traveling atau musafir. Namun nyatanya, banyak juga traveler yang tetap memilih untuk berpuasa. Sah-sah saja, asal kamu tahu aktivitas dan kondisi perjalanan yang akan dilalui.

Bagi kamu yang tetap ingin traveling sambil berpuasa, tentu ada kiat-kiat yang harus diperhatikan agar acara jalan-jalan dan puasa lancar.

Inilah 6 tips agar traveling tetap asyik meski sedang berpuasa:

1. Istirahat yang cukup

Istirahatlah yang cukup minimal sehari sebelum memulai traveling. Ini berguna untuk mengumpukan tenaga agar jalan-jalan esok hari lebih bersemangat.

2. Banyak minum air putih dan vitamin saat sahur

Ketika berencana akan traveling ketika puasa, jangan lupa untuk mengonsumsi banyak air putih ketika sahur. Ini berguna untuk menghindari dehidrasi. Selain itu, jangan lupa juga untuk mengonsumsi vitamin agar stamina tubuh terus terjaga.

3. Jangan terlalu banyak memilih destinasi

Meski puasa tidak menghentikan traveling, ini bukan berarti aktivitas yang dilakukan sama persis ketika tidak puasa. Anda tetap harus membatasi. Salah satunya dengan mengurangi jumlah destinasi yang dikunjungi.

Kalau ketika tidak puasa, Anda mendatangi 4 tempat dalam sehari, ketika puasa batasi hanya sampai 2 tempat saja. Tujuannya agar tidak banyak tenaga yang dikeluarkan dan puasa tetap terjaga.

4. Jangan lakukan kegiatan ekstrem

Jangan melakukan kegiatan yang butuh kekuatan fisik seperti naik gunung dan trekking. Ini hanya akan membuat kamu cepat lelah dan bisa jadi kekurangan cairan.

5. Sesuaikan destinasi dan waktu kegiatan

Agar tidak dehidrasi, kamu bisa menyesuaikan destinasi traveling saat Ramadan. Destinasi indoor seperti museum, galeri atau mal bisa menjadi pilihan karena tidak terpapar matahari. Mulai jalan-jalan sore hari sambil ngabuburit juga menjadi pilihan rasional karena terik matahari sudah mulai berkurang.

6. Pilih menu buka puasa yang sehat

Melakukan perjalanan di tengah bulan Ramadan, pasti kamu ‘kepincut’ banyak makanan khas lokal untuk menu berbuka puasa. Namun ada baiknya kamu memilih menu buka puasa yang menyehatkan.

Jangan lupa pilih tempat makan atau restoran yang kiranya bersih. Tentu kamu tidak ingin mengalami diare atau masalah pencernaan selama traveling di bulan puasa bukan?

Semoga saja tips di atas bisa berguna untuk kamu para traveler. Selamat menjalankan ibadah puasa! (rdy/fay)

 

DETIK TRAVEL

Asal Usul Nama Masjid Al-Azhar di Kebayoran

MASYARAKAT DKI Jakarta tahukah Anda apa masjid agung tertua di kota metropolitan ini? Masjid Agung Al-Azhar lah jawabannya.

Masjid ini mulai dibangun pada 19 November 1953 selesai dibangun pada 1958. Masjid yang memakan waktu 5 tahu ini masih berdiri kokoh nan cantik hingga kini.

Berada dikawasan Kebayoran, membuat masjid agung tersebut sempat bernama Masjid Agung Kebayoran pada awal berdirinya. Dahulu, ada seorang yang meramaikan kegiatan keagamaan di masjid tersebut, yaitu Buya Hamka.

Buya Hamka adalah figur ulama dan sasatrawan, sekaligus imam masjid pada 1958. Cerita berubahnya nama masjid agung sendiri berawal dari sosok Buya Hamka yang mengenal Rektor Universitas Al-Azhar Kairo pada waktu itu.

Mulanya, pada 1959 Buya Hamka diundang ke Universitas Al-Azhar Kairo untuk mendapat gelar doktor Honoris Causa. Kemudian, pada kunjungannya Rektor Universitas Al-Azhar Prof. Dr. Mahmoud Zakzouk, pada 1960, diakhir sambutannya ia menambahkan nama di belakang masjid, menjadi Masjid Agung Al-Azhar.

Bangunan masjid terpengaruh dari Arab Saudi dan Mesir, membuat masjid masih tampak anggun, walau sudah berumur. Masjid Agung Al-Azhar dapat menampung sebanyak 3.500 orang jamaah.

Suasana sejuk dan nyaman akan Anda rasakan ketika beribadah salat di masjid tersebut. Masjid memiliki langit-langit yang tinggi sehingga memberikan kesan luas, ditambah dengan terdapatnya banyak pintu dan jendela membuat ruangan salat kian sejuk, karena pertukaran udara yang cepat.

Tidak hanya itu, karpet yang menjadi alas salat para jamaah pun terasa begitu lembut dan tebal, hingga terasa empuk ketika bersujud.

Warna Masjid Agung Al-Azhar yang didominasi putih membuat masjid terlihat seperti Masjid Quba di Madinah. Bentuk kubahnya juga terlihat mirip walau Masjid Agung Al-Azhar hanya memiliki satu kubah.

“Majid Agung Al-Azhar memiliki 4 orang imam tetap. Namun, khusus Ramadan selain ada imam tetap, ada juga Hasanudin Sinaga yang suaranya khas itu,” ucap H. Zainul Arifin, Sekretaris Pengurus Masjid Agung Al-Azhar, saat diwawancarai Okezone.

(fid)

 

OKEZONE

Mengapa Doa di Bulan Ramadan Mustajab?

MERASA doa tak kunjung dikabulkan? Cobalah berdoa di bulan Ramadan. Sebab di bulan yang istimewa ini Allah SWT berjanji akan mengabulkannya.

Sebab, sungguh Allah SWT memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk.

Oleh sebab itu, dalam keadaan berpuasa, Allah SWT memahami hamba-Nya sedang beribadah dan berjuang menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Dalam keadaan sedang lemah inilah menurunkan belas kasih-Nya.

Dari buku saku karangan Uzatad Ma’ruf Khozin dijelaskan bahwa salah satu keunggulan bulan Ramadan adalah dikabulkannya doa. Rasulullah SAW bersabda,

Dari Abu Hurairah, “Ada 3 orang yang tidak ditolak doanya, pemimpin yang adil, orang puasa sampai berbuka, dan doa orang yang dianiaya” (HR Ahmad).

(vin)

 

OKEZONE

Rasul: Jagalah Diri dari Neraka Meski dengan Kurma

BARANGKALI, generasi muda saat ini tidak memahami nilai harta bagi keluarga mereka sebab mereka masih hidup di bawah tanggungan biaya keluarga. Adapun mereka, generasi muda sahabat, sangat dermawan menginfakkan harta meskipun hanya sedikit yang mereka miiki. Bahkan, sebagian di antara mereka ada yang rela melewati malam dalam kondisi lapar. Bahan, makanan untuk diri dan keluarganya ia infakkan di jalan Allah.

Alangkah bagusnya bila generasi muda melatih dirinya berinfak dan berderma. Yang menjadi tolak ukur bukan besaran harta yang diinfakkan, melainkan niat tulus yang dengannya mereka mendermakan sedikit harta yang dimiliki. Jumlah yang sedikit ini teramat besar di sisi Allah. Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Begitulah perilaku yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada para sahabatnya, yakni ketika beliau bersabda,

“Tidak seorang pun di antara kalian kecuali dia akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat. Tidak ada penerjemah antara dirinya dengan Allah. Kemudian ia melihat ternyata tidak ada sesuatu pun yang ia persembahkan. Selanjutnya, ia menatap ke depan ternyata neraka telah menghadangnya. Oleh karena itu, barang siapa di antara kalian yang bisa menjaga diri dari neraka, meski hanya dengan (memberikan) sebelah kurma (maka lakukanlah).”

Menurut riwayat yang lain, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan perihal neraka. Lalu beliau memohon perlindungan darinya dan memalingkan wajah beliau. Beliau kembali menyebutkan perihal neraka, lalu memohon perlindungan darinya dan memalingkan wajah. Syubah berkata, Untuk dua kali tindakan yang beliau lakukan, aku tidak meragukannya. Kemudian beliau bersabda, Jagalah diri kalian dari neraka meski hanya dengan (menginfakkan) sebelah kurma. Biarpun yang tidak mendapatkannya, maka hendaknya ia mengucapkan kata-kata yang baik.”

[Sumber: Biografi Generasi Muda Sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy, Zam-Zam]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371982/rasul-jagalah-diri-dari-neraka-meski-dengan-kurma#sthash.Lcgvr8qQ.dpuf

Dahsyat! Inilah Balasan Jika Terbiasa Memberi

MANUSIA dilahirkan dalam kondisi tak memiliki apa-apa. Sehelai kain pun ia tak punya. Sehingga semua yang nantinya dia miliki, berupa harta dan lainnya adalah milik Allah semata.

Seperti Firman-Nya: “Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang Dikaruniakan-Nya kepadamu.”(An-Nur 33)

Seluruh harta yang ada pada mereka hanyalah titipan dari Allah. Sesuai dengan Firman-Nya:

“Dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah Menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah).” (Al-Hadid 7)

Setelah Allah meyakinkan bahwa harta itu milik-Nya dan dititipkan kepada manusia, Allah memintanya untuk membagikan harta titipan itu kepada orang lain. Itupun, Allah tidak meminta untuk membagikan semua harta yang ia miliki, hanya sebagian saja yang perlu untuk dibagikan kepada orang lain. Allah swt berfirman:

“Dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami Berikan kepada mereka” (Al-Baqarah 3)

Namun anehnya, Allah menggunakan cara yang begitu indah untuk menggugah hati manusia dalam ber-infaq. Kita tau bahwa semua harta itu milik Allah, namun Allah memakai kata “hutangi-lah aku” ketika meminta manusia untuk membagikan hartanya. Seakan-akan harta itu milik manusia.

“Berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.” (Al-Muzammil 20)

Allah meminta hutang sementara semua yang ada pada kita adalah milik-Nya. Seorang yang masih memiliki perasaan pasti tergugah untuk berbagi kepada selainnya. Karena manusia mungkin akan ragu bahwa yang ia berikan kepada orang lain akan kembali. Namun jika ada seorang yang berhutang, maka ada kemungkinan untuk kembali lagi. Dan kali ini yang berhutang adalah Allah swt. Siapa yang lebih tepat janjinya daripada Allah?

Bahkan dalam ayat lain, Allah menyebutkan bahwa siapa yang mau menghutangi Allah dengan membagikan hartanya kepada orang lain akan diganti dengan tambahan yang lebih dari Allah.

“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak.”(Al-Baqarah 245)

Lalu, berapa banyak Allah akan melipat gandakan gantinya? Didalam Alquran disebutkan bahwa ganti yang Allah berikan atas mereka yang mau berinfaq adalah 10 x lipat paling sedikitnya.

Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (Al-Anam 160)

Bahkan didalam surat Al-Baqarah, Allah swt bukan hanya melipat gandakan 10x, namun sampai 700x lipat setiap seorang menginfakkan hartanya dijalan Allah.

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.” (Al-Baqarah 261)

Dan lihatlah janji Allah bagi mereka yang mengeluarkan hartanya dijalan Allah:

“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan Menggantinya”(Saba 39)

Sekarang, ketika Allah telah berjanji untuk mengganti semua harta yang kita berikan, ketika Allah berjanji untuk melipatgandakan, ketika Dia meminta hutang padahal semua itu milik-Nya semata, adakah yang masih ragu untuk berbagi?

Imam Jafar Shodiq pernah bertanya: “Jika yang mengganti adalah Allah, lantas mengapa masih kikir?”

Sebenarnya, keuntungan yang akan kita dapatkan dari berinfak bukan hanya penggantian yang berlipat dari Allah. Lebih dari itu, menurut Alquran seorang yang berinfak sebenarnya dia memberi kepada dirinya sendiri.

Bukankah Allah berfirman: “Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri.”(Al-Baqarah 272)

Hanya orang yang tidak waras yang masih kikir terhadap dirinya. Dia begitu pelit bahkan untuk kebaikan dirinya sendiri. Allah pun dengan tegas menyebutkan dalam Firman-Nya bahwa siapa yang kikir sebenarnya dia kikir untuk dirinya sendiri.

“Dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri.”(Muhammad 38)

Ringkasnya, saat kita memiliki uang 100 ribu kemudian kita infakkan 50 ribu, tersisa berapa uang yang kita miliki? Logika dunia pasti mengatakan hanya tersisa 50 ribu. Namun logika Al-Quran, uang itu kini menjadi 550 ribu yang tersimpan dalam tabungan dihadapan Allah swt. Karena paling sedikitnya akan Allah ganti 10x lipat.

Akhirnya, apabila kita benar-benar mencintai harta kita maka titipkanlah harta itu kepada Allah. Jika tidak, maka ketika wafat akan menjadi milik ahli waris. Jika kita belikan makanan akan habis dan tersisa seperti yang keluar dari perut.

Rasulullah pun berpesan bahwa harta yang menjadi sebenar-benarnya milik kita adalah yang telah kita infakkan sementara yang masih ada di tangan kita tidak bisa menjamin akan menjadi milik kita nanti.

Suatu hari, beliau menyembelih kambing dan menyuruh istrinya Aisyah untuk membagi-bagikan daging itu. Setelah beberapa saat, Rasul bertanya tentang daging tersebut. Istri beliau menjawab bahwa semuanya sudah dibagikan kecuali sedikit yang ia sisakan untuk Rasulullah saw. Rasulullah pun menjawab bahwa yang telah dibagikan itulah yang sebenarnya milik kami sementara yang sisa sedikit itu bukan milik kami.

Sekecil apapun harta yang kita infakkan akan menjadi kekal sementara sebanyak apapun harta yang kita timbun akan segera terpisah dari kita.[khazanahalquran]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2356316/dahsyat-inilah-balasan-jika-terbiasa-memberi#sthash.aZxhttza.dpuf

Bersedekah di Jalan Allah, Ini Balasannya

ADA sebuah hadis yang berbunyi:

Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali telah memberitahukan kepada kami, Jarir telah mengabarkan kepada kami, dari Al-Amasy, dari Abu Amr Asy-Syaibani, dari Abu Masud Al-Anshari, ia berkata, Suatu ketika ada seorang laki-laki datang membawa unta yang telah diberi tali kekang, lalu ia mengatakan, Ini (saya sedekahkan) di jalan Allah. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dengan sebab itu engkau akan mendapatkan tujuh ratus ekor unta pada hari Kiamat, semua unta itu dalam keadaan memiliki tali kekang.” (HR. Muslim dan An-Nasa`i)

Tafsir Hadis

Perkataannya, “Suatu ketika ada seorang laki-laki datang membawa unta yang telah diberi tali kekang, lalu ia mengatakan, Ini (saya sedekahkan) di jalan Allah. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dengan sebab itu engkau akan mendapatkan tujuh ratus ekor unta pada hari kiamat, semua unta itu dalam keadaan memiliki tali kekang.”

Maksudnya, hal ini mengandung kemungkinan bahwa orang tersebut mendapatkan pahala dari tujuh ratus ekor unta yang ia sedekahkan.

Bisa juga dipahami bahwa orang itu benar-benar mendapatkan tujuh ratus ekor unta di surga, masing-masing unta memiliki tali kekang, ia bisa mengendarai unta-unta itu sekehendak hatinya kemana saja untuk bertamasya. Sebagaimana dalam hadis lain yang menyebutkan tentang kuda surga dan kemuliaannya. Kemungkinan kedua ini lebih kuat. Wallahu Alam.

 

MOZAIK INILAHcom

Ini Manfaat Dana Haji

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA — Pemerintah telah membentuk Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Dalam waktu dekat, diperkirakan Badan Pelaksana dan Dewan Pengawas BPKH akan segera ditetapkan.

Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu Ramadan Harisman menjelasakan, UU BPKH mensyaratkan bahwa proses investasi yang dilakukan harus sesuai dengan prinsip syariah. Artinya, dana haji tidak bisa diinvestasikan pada sektor-sektor yang tidak sesuai prinsip syariah.

Kata dia, ada nilai manfaat atas program pengembangan yang dilakukan BPKH, yang nantinya akan masuk ke rekening nilai manfaat dana haji. Yakni: 1. Operasional haji. Menurut Ramadan, maksimum 50 persen dari estimasi pendapatan tahun berjalan yang dapat digunakan operasional pembiayaan haji. Aturan ini akan berdampak pada penyesuaian skema BPIH tahun depan.

Selama ini, pembiayaan operasional haji mencakup tiga hal, yaitu: direct cost, indirect cost, dan APBN/APBD. Direct cost adalah biasa yang dikeluarkan oleh jemaah haji untuk biaya pesawat ke/dari Arab Saudi, sebagian biaya pemondokan di Makkah, dan Living Cost (dikembalikan ke Jemaah pada waktu keberangkatan di Embarkasi)

Indirect cost bersumber dari nilai manfaat hasil pengembangan dana haji. Dana ini digunakan untuk sebagian biaya pemondokan di Makkah, biaya pemondokan di Madinah, pelayanan di Arab Saudi (general service fee, konsumsi, transportasi shalawat, upgrade naqabah, badal haji, dan pemulangan jemaah sakit ke Indonesia), pelayanan di Dalam Negeri (akomodasi dan konsumsi di embarkasi, paspor, DAPIH, gelang identitas, pelaksanaan manasik, asuransi jiwa dan kecelakaan), serta operasional di Arab Saudi dan dalam negeri.

Sedangkan komponen ketiga pembiayaan opesional haji bersumber dari APBN/APBD. Komponen APBN digunakan untuk biaya operasional petugas haji di Arab Saudi. Sedang APBD untuk transportasi jemaah dari daerah asal ke/dari embarkasi.

2. Dikembalikan ke jemaah melalui rekening virtual. Rekening virtual ini dimaksudkan untuk menampung nilai manfaat atas setoran awal jemaah.

3. Operasional BPKH. “Sekarang kita tidak menggunakan nilai manfaat sebagai gaji. Nanti gaji BPKH akan dibayar dari situ,” jelasnya.

“Kalau masih ada sisa, makan akan dikembalikan ke kas haji,” tutupnya.

Redaktur : Agus Yulianto
Sumber : kemenag.go.id

Keterbatasan Penglihatan tak Kurangi Semangat Rifki Mengaji

Muhammad Rifki Hasrul (12 thn), adik yang sering disapa Rifki oleh teman-temanya ini belajar mengaji di TPQ At – Taqwa, di RT 5 Leang Cinae, Kampung Leang – Leang, Kel. Leang – Leang, Kec. Bantimurung, Kab. Maros. Sulawesi.

Rifki anak dari pasangan Hasrullah dan Suwarni. Ayah dan Ibu Rifki adalah seorang petani. Meskipun Rifki memiliki keterbatasan dalam melihat karena mata sebelah kanannya mengalami gangguan, hal tersebut tidak mengurangi semangat dan tekad Rifki untuk belajar mengaji.

Saat menerima Al-Quran yang diberikan Rumah Zakat, Rifki sangat senang sekali “Terima kasih atas Al – Qur’annya kakak Rumah Zakat. Saya senang dengan Al – Qur’an dan suka dengan Al – Qur’an ini,” Timpal Rifki sambil tersenyum dalam siaran pers Rumah Zakat yang diterima Republika, Rabu (7/6).

 

REPUBLIKA

Hukum suntik dan infus saat puasa

Suntik dan infus sama-sama memasukkan cairan ke dalam tubuh dengan alat bantu jarum. Bedanya, suntik berisi cairan obat-obatan, sedangkan infus biasanya berupa nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Pada ghalibnya, orang sakit tidak memiliki nafsu makan, atau karena pertimbangan tertentu tidak dibenarkan mengkonsumsi makanan menurut cara normal. di sini infus menjadi sebuah solusi.

Karena perbedaan zat yang dikandung, suntik dan infus memiliki efek yang tidak sama. Setelah diinfus, tubuh akan terasa relatif segar dan tidak lapar, meskipun juga tidak kenyang. Sementara suntik, murni obat untuk menyembuhkan penyakit, bukan menggantikan makanan dan minuman.

Suntik dan infus dengan fungsi yang berbeda, pada hakikatnya saling melengkapi. Penyakit susah disembuhkan jika tubuh kekurangan vitamin dan zat-zat lain yang sangat dibutuhkan. Sementara terpenuhinya kebutuhan gizi, tidak secara otomatis melenyapkan penyakit, tanpa ditunjang obat-obatan.

Definisi puasa yang paling praktis adalah meninggalkan makan atau minum dan berhubungan seksual. Pengertian makan dan minum dalam konteks berpuasa, ternyata lebih luas dari sekadar memasukkan makanan dan minuman lewat mulut. Ia mencakup masuknya benda ke dalam rongga tubuh (al-jawf) lewat organ yang berhubungan terbuka (manfadz maftuh), yaitu mulut, telinga, dubur, kemaluan, dan hidung.

Melihat ketentuan tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa suntik tidak dapat membatalkan puasa. Sebab proses masuknya obat tidak melalui organ berlubang terbuka, tetapi jarum khusus yang ditancapkan ke dalam tubuh. Lagi pula, suntik tidak menghilangkan lapar dan dahaga sama sekali.

Adapun infus, menurut penuturan Dr. Yusuf Qardhawi dalam fatawi Mu’asirah, 324, merupakan penemuan terbaru, sehingga tidak ditemukan keterangan hukumnya dari hadis, sahabat, tabiin, dan para ulama terdahulu. Oleh karena itu, ulama kontemporer berbeda pendapat, antara membatalkan dan tidak.

Dr. Yusuf Qardhawi, meskipun cenderung kepada pendapat yang tidak membatalkan, menyarankan agar penggunaan infus dihindari pada saat berpuasa. Alasannya, meskipun infus tidak mengenyangkan, tetapi cukup menjadikan tubuh terasa relatif segar.

Intinya, infus dapat dilihat dari dua sisi, proses masuk dan efek yang ditimbulkan. Ditinjau dari sisi pertama, infus tidak membatalkan puasa, seperti suntik, sebab masuknya cairan tidak melalui organ tubuh yang berlubang terbuka.

Tetapi, melihat fakta bahwa ia berpotensi menyegarkan badan dan menghilangkan lapar serta dahaga, kita patut bertanya: apakah menyatakan infus tidak membatalkan puasa tidak berlawanan dengan tujuan puasa itu sendiri, yakni merasakan lapar dan dahaga sebagai wahana latihan mengendalikan nafsu dan menumbuhkan empati kepada kaum mustadh’afin?

Untuk menghadapi masalah yang disangsikan hukumnya, cara paling aman adalah meninggalkannya, sebagai diajarkan Rasulullah Saw. Kaitannya dengan syubhat (tidak jelas dalil haramnya). Ini artinya, pendapat infus membatalkan puasa lebih mencerminkan sikap berhati-hati (al-ahwat) dalam beragama. Toh orang sakit mendapatkan dispensasi berbuka pada bulan puasa.

K.H. M.A.Sahal Machfudz, Dialog Problematika Umat, hal. 127-128, Khalista. Surabaya

 

BERITAGAR

Puasa ke-13, Sucikan Hati dan Diri di Bulan Suci dengan Membaca Doa Ini

SEMUA amalan kebaikan menjadi pahala di bulan Ramadan. Di bulan suci ini adalah saat terbaik untuk mensucikan diri, hati, dan pikiran.

Hilangkan dengki, amarah, dendam, sirik, dan prasangka buruk kepada orang lain agar puasa menjadi istimewa. Dengan usaha manusia, akan sulit untuk menghilangkan noda di hati, tapi dengan meminta kepada Allah SWT, semua akan menjadi mudah.

Untuk itu, bacalah doa berikut ini di hari puasa ke-13.

Allâhumma thahhirnî fîhi minad danasi wal aqdzâr, wa shabbirnî fîhi ‘alâ kâinâtil iqdâr, wa waffiqnî fîhit tuqâ wa shuhbatal abrâr, bi’awnika yâ Qurrata ‘aynil masâkîn.

Artinya :

Ya Allah, sucikan daku di dalamnya dari noda dan kotoran, anugerahkan padaku di dalamnya kesabaran pada ketentuan takdir-Mu, bimbinglah daku di dalamnya pada ketakwaan dan berteman dengan orang-orang yang baik, dengan pertolongan-Mu wahai Penyejuk hati orang-orang yang miskin.

(vin)

 

 

OKEZONE