Ini Tata Cara Iktikaf di Masjid Menurut Ketua MUI

Ketua Komisi Dakwah Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis menjelaskan tentang tata cara beriktikaf di masjid untuk mendapatkan Lailatu Qadar. Namun, menurut dia, orang yang mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu tidak mesti orang yang melakukan iktikaf.

Ia mengatakan, untuk melakukan iktikaf di masjid pertama adalah harus berniat dan harus dalam keadaan bersih dari hadas besar. “Tata cara iktikaf itu dibersihkan. Yang harus adalah bersih dari hadas besar, karena tidak boleh orang junub itu masuk masjid,” ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (17/6).

Namun, lanjut dia, yang lebih diutamakan orang yang akan melakukan iktikaf di masjid harus terlebih dahulu mempunyai wudhu. Setelah itu, baru masuk ke masjid.  “Masuk masjid lalu niat iktikaf, nawatul iktikaf lillahita’ala. Nah, dia hanya iktikaf, kalau mau baca-bacaan ya silakan. Tidak baca-baca pun yang penting masih di masjid dia iktikaf,” ucapnya.

Menurut dia, kegiatan iktikaf tersebut akan batal jika orang tersebut keluar dari masjid tersebut. “Pada saat dia keluar dari masjid itu sudah batal atau kalau dia junub maka dia batal untuk iktikaf di masjid,” katanya.

Ia menambahkan, untuk mendapatkan Lailatul Qadar umat Islam sejatinya tidak harus melakukan iktikaf di masjid. Berdasarkan penuturan sebagaian ulama, kata dia, selama hati orang tersebut tidak bersih maka tidak akan mendapatkan Lailatul Qadar.

“Lailatul Qadar tidak harus tidak harus iktikaf di masjid, ibu-ibu di rumah kalau hatinya bersih, ibadahnya baik, insyaallah akan mendapatkan Lailatul Qadar. Tapi kalau tidak ya belum tentu meskipun yang di masjid kalau hatinya belum bersih,” jelasnya.

 

REPUBLIKA

Mengapa Allah SWT Merahasiakan Malam Lailatul Qadar?

Bulan Ramadan sudah mencapai 10 hari terakhir. Nabi Muhammad SAW menekankan kepada umatnya untuk menghidupi malam harinya dengan ibadah.

Sebab pada 10 hari terakhir di Bulan Ramadan, terdapat malam seribu bulan atau lailatul qadar, menurut madzhab Syafi’i.

Syaikh Mulla Ali al-Qari terkait hadits HR Muslim menyatakan, pendapat yang paling jelas (unggul), bahwa Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam menambahkan aktivitas ibadah dan kepatuhan kepada Allah SWT, tidak seperti hari-hari lainnya. Ini karena beliau mengharapkan datangnya lailatul qadar, meraup maksimal keberkahan waktu-waktu tersebut, atau mengakhiri Ramadan dengan baik.” (Mulla Ali al-Qari, Mirqat al-Mafatih)

Lailatul qadar merupakan malam paling utama dari sekian waktu yang lain selama satu tahun, istimewa hanya untuk Umat Muhammad SAW (min khusushiyyai hadzihi al-Umat). Banyak ragam pendapat ulama’ kapan persisnya lailatul qadar tiba.

Tanda-tanda lailatul qadar sebagaimana petunjuk hadits Nabi, baru diketahui saat siang harinya, yaitu matahari terbit tidak tampak banyak memancarkan sinar.

Di akhirkan tanda-tanda lailatul qadar menunjukan agar setiap saat di malam hari Ramadan hendaknya bersungguh-sungguh, dengan tidak menurunkan tensi ibadah. (Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal)

Setiap malam di sepanjang bulan Ramadan, terlebih 10 hari terakhir, hendaknya Umat Islam berhusnu zhan sebagai lailatul qadar.

Menurut sebagian pendapat yang dikutip al-Qurthubi, Allah menyamarkan lailatul qadar di sepanjang bulan Ramadan, agar umat Muhammad giat beribadah di setiap malam bulan Ramadan, dengan mengharapkan lailatul qadar.

Sebagaimana Allah menyamarkan “Shalat al-Wustha” di antara shalat 5 waktu, Asma’ Mu’azham di antara sekian Asma-asma Nya, dan waktu paling ampuh dikabulkannya do’a di antara satu kali 24 jam pada hari jum’at. (Al-Qurthubi, Tafsir al Qurthubi).

Semoga di penghujung bulan Ramadan ini kita diberi pertolongan untuk semakin  giat beribadah, bersedekah, mengaji, belajar agama dan berbagai kebaikan lainnya, dengan harapan qadar kali ini terjadi di saat-saat akhir Ramadan.

Bilapun belum ditakdirkan menemui, paling tidak kita sudah mengikuti anjuran Nabi untuk meningkatkan tensi beribadah di 10 terakhir Ramadan.

Wallahu a’lam

 

LIPUTAN 6

Jagalah Lisan

Syekh A’idh bin Abdullah Al Qarni pada bukunya Aqbalta Ya Ramadhan menyatakan, dalam rangka menyambut Ramadhan, hal terpenting yang perlu ditempuh, yaitu menyiapkan mental dan spiritual.

Terutama, meletakkan pemahaman bahwa lewat Ramadhan, Allah akan menguji iman seseorang. Sejauh manakah kualitas keimanannya. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi.” (QS al-Ankabuut [29] : 2).

Karena itulah, kata Syekh Al Qarni, posisi niat sangat menentukan. Berpuasa hendaknya didasari dengan niat dan iktikad beribadah. Tanpa niat maka ia tak berhak atas pahala. Sangat disayangkan sebagian orang berpuasa tanpa niat yang jelas. Mereka melakukannya atas dasar kebiasaan. Ikut-ikutan puasa, seperti orang tua, kerabat, dan tetangga. “Maka, berniatlah karena Allah,” tulisnya.

Syekh Al Qarni juga menggarisbawahi agar mengisi Ramadhan dengan beribadah. Bukan malah menghabiskan hari-hari Ramadhan dengan tidur sepanjang waktu. Ada saja kebiasaan negatif selama Ramadhan. Tidur dari ba’da shubuh hingga siang, bahkan dari siang ada pula yang sampai sore jelang berbuka. “Kesempatan ini terlalu langka untuk disia-siakan,” katanya menegaskan.

Jelang Ramadhan, ujar Syekh Al Qarni, tingkatkan intensitas membaca Alquran. Ini akan sangat membantu memaksimalkan Ramadhan dengan baca-bacaan Alquran.

Keutamaannya pun berlipat ganda. Pasalnya, di bulan inilah kitab suci umat Islam tersebut diturunkan. “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS al-Baqarah [2] : 185).

Para salaf memaksimalkan Ramadhan untuk berinteraksi penuh dengan Alquran. Imam Malik bin Anas berhenti sejenak dari aktivitas taklim dan memberikan fatwa selama Ramadhan Pencetus Mazhab Maliki ini fokus membaca Alquran. Imam as-Syafi’i konon mengkhatamkan Alquran 60 kali selama bulan suci itu.

Lalu, perbanyaklah berbuat bagi sesama dan berbuat sedekah. Rasul, seperti dinukilkan Ibnu Abbas, adalah sebaik-baik manusia ketika Ramadhan. Ini dilakukan pula oleh para generasi salaf. Abdullah bin Umar tak pernah melewatkan berbuka dengan dhuafa. Hamad bin Abi Sulaiman memberi hidangan berbuka untuk 500 orang miskin tiap harinya. Ketika Idul Fitri, ia memberikan mereka per orang 100 dirham.

Selain itu, berusahalah menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah. Mulai dari shalat tarawih, tahajud, witir, atau berzikir. Rasulullah, seperti dikisahkan oleh Aisyah, senantiasa menjaga shalat malam di Ramadhan sekalipun kondisi kesehatan badan kurang mendukung. Abu Hurairah juga demikian. Sahabat periwayat hadis itu bahkan membuat tugas jaga malam di internal keluarganya. Ini agar anggota keluarganya bisa bertahajud.

Jaga lisan. Barang siapa berpuasa, namun tak mampu menjaga lisan dengan tetap menggunjing, menebar fitnah, berdusta, berkata kasar, atau tak pantas, sejatinya puasanya nihil makna dan pahala. Penegasan ini terdapat di hadis Bukhari dari Abu Hurairah. Ali bin Abi Thalib pernah bertutur, hakikat puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan menjauhi perkataan yang dusta, batil, dan nista.   

 

REPUBLIKA

Dubes Arab Saudi Pimpin Syahadat Enam Calon Mualaf

Yayasan Pembina Mualaf AMOI (Aku Menjadi Orang Islam) dan PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) kembali menyelenggarakan buka bersama dengan anak yatim piatu, kaum dhuafa dan mualaf. Pada acara tersebut juga terdapat enam orang yang menyatakan diri masuk Islam yang langsung disyahadatkan Duta Besar Arab Saudi Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi.

Dalam keterangan pers, Selasa (13/6), enam orang tersebut yaitu Yoga Djonata, Olivia, Liana, Nathan, Mauris dan Lady Diana. Pensyahadatan ini dilakukan dihadapan Wali Kota Jakarta Timur H Bambang Musyawardana dan Ketua PITI Jakarta Raya H Denny Sanusi. Dalam sambutannya, Dubes Arab Saudi Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi mengaku senang dengan bertambahnya umat muslim di dunia. Menurutnya, syahadat merupakan hal utama bagi seorang umat yang ingin menganut agama islam.

“Saya mensyahadatkan enam orang, saya sangat senang dan menandatangani sertifikat mereka,” kata Osama pada acara buka bersama anak yatim, dhuafa dan mualaf dengan tema Menjalin Kebersamaan dengan Saling Berbagi di Jakarta, Senin (12/6).

Dalam kesempatan itu, Dubes Arab juga memberikan hadiah kepada para mualaf ini dengan membawa mereka pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Rencananya pada pertengahan Agustus mereka akan diberangkatkan ke Arab Saudi. “Harapan saya bisa menghajikan mereka. Saya juga ingin membantu mereka untuk membantu mengajarkan agama islam yang lebih dalam lagi sehingga mereka bisa lebih mencintai islam,” kata Osama.

Ketua PITI Jakarta Raya berharap dengan hadirnya Duta Besar Arab Saudi bisa menarik perhatian pemerintah untuk lebih memperhatikan etnis Tionghoa yang beragama muslim.

“Dengan wadah AMOI ini kita menjadikan dakwah kita khusus untuk etnis Tionghoa dan alhamdulillah dari tahun ke tahun terus bertambah, hampir setiap bulan ada tiga sampai empat orang Tionghoa yang masuk islam. Dalam dakwah ini pasti ada satu kendala yang sekarang kita perjuangkan, apalagi background orang Tionghoa kalau masuk islam pasti ada masalah dari keluarga dan sebagainya, kalau ada masalah itu kami membuat tempat penampungan, memberikan jalan keluar sebatas kemampuan kita,” kata Denny.

Menurutnya, saat ini pemerintah harus lebih meningkatkan perhatiannya dalam merangkul mualaf. Menurutnya, mualaf merupakan orang yang paling membutuhkan bantuan karena memiliki masalah yang sangkat kompleks. “Kami bukan ngiri dengan anak yatim tapi kalau mualaf lebih kompleks masalahnya karena ada suami, istri dan anak. Karena itu, kami menghimbau kepada pemerintah lebih memperhatikan kami karena kami ada hak di situ,” kata Denny.

Olivia (37), mengaku menjadi mualaf karena ingin mencari tahu mengenai mimpinya. Dikatakan, hampir setiap malam ia bermimpi mengenai tulisan Allah dan shalat dengan menggunakan mukena. “Kemudian saya mulai mempelajari Alquran yang saya pinjam dari teman, dari situlah saya mulai sadar kalau Islam itu indah dan akhirnya saya memutuskan untuk menganut agama Islam,” katanya.

Diakui bahwa keputusannya menjadi mualaf mendapat pertentangan dari keluarganya yang beragama lain. Namun, ia berusaha untuk tetap tegar dan teguh dengan pilihannya. “Setiap keputusan pasti ada konsekuensinya dan ini yang saya ambil. Tetapi saya tidak sendiri karena dengan adanya komunitas AMOI saya bisa sharing dan selalu diberi motivasi,” kata Olivia.

Sementara itu, Nathan (18) mengaku bahwa keputusannya masuk islam karena ingin mengikuti jejak mamahnya yang juga beragama Islam. Namun dikatakan bahwa ayahnya belum mengetahui hal tersebut karena masih menentangnya. “Tetapi saya akan bilang ke papah kalau ini pilihan saya karena saya merasa tenang ketika saya menganut agama yang saya pilih sendiri,” katanya.

 

REPUBLIKA

Jangan Lupakan Persiapan Ini Sebelum Pulang Mudik

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memiliki beberapa imbauan untuk pemudik maupun pengendara di arus mudik dan balik Idul Fitri 1438 H/2017 yang tinggal beberapa hari lagi.

Direktur Pelayanan Kesehatan (Yankes) Primer Kemenkes Gita Maya Koemara Sakti Soepono mengatakan, perlu ada kesadaran bagi yang mudik dengan kendaraan umum untuk memperhatikan kondisi kendaraan yang akan dinaiki supaya jangan sampai nanti di tengah jalan mengalami masalah. Selain itu, pemudik juga diingatkan kemungkinan berbagai hal termasuk kalau tidak mampu perjalanan jauh jangan memaksakan diri untuk menempuh perjalanan.

“Kesehatan, stamina itu penting. Harus mengerti bahwa jarak tempuh yang dilalui berapa lama, apakah sanggup atau tidak,” katanya saat pemaparan kesiapan mudik 2017, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain itu, ia menerangkan seringkali penumpang kendaraan seperti bus mengatakan ke sopir ingin cepat sampai. Kemudian yang mengendarai memiliki keinginan yang sama. Ini membuat sopirnya menjadi tidak konsentrasi karena ingin cepat tiba atau dia memaksakan diri padahal sopir kendaraan diminta istirahat setiap empat jam.

Ia juga meminta sopir jangan minum alkohol ketika berkendara. Para sopir juga diminta memeriksakan diri di pos kesehatan. Karena ada kemungkinan stres di jalanan kemudian tekanan darahnya naik.

“Kalau sudah dalam kondisi demikian dia harus istirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanannya ke tujuannya,” katanya.

Ia juga meminta sopir jangan sibuk bermain telepon seluler selama berkendara karena tanggung jawab bukan hanya dirinya sendiri tetapi juga yang ada di mobil atau kendaraan itu. Pengendara roda dua juga diminta menggunakan masker. Jangan menaikkan penumpang lebih dari kapasitas. Ia juga mengimbau mudik gratis kendaraan roda dua dengan kereta api atau kapal bisa digunakan.

“Harap dimanfaatkan sebaik mungkin karena itu akan mengurangi risiko kecelakaan dan memungkinkan mudik aman dan sehat bisa terwujud,” ujarnya.

Ia juga meminta pengendara melakukan peregangan atau stretching. “Karena kalau mengendarai dalam waktu lama (merasakan) kelelahan,” katanya.

Peregangan juga penting supaya tidak kerasa penat dalam melakukan perjalanan jauh. Pengemudi juga harus memikirkan bahwa penumpang ada yang tidak tahan perjalanan jauh. Mungkin penumpang ini tengah tidak enak badan atau mengalami masalah. Kalau ada penumpang dengan kondisi seperti ini, ia meminta jangan dipaksakan.

“Mampirlah ke pos kesehatan itu supaya penumpang kondisi sakit mendapat pemeriksaan lebih dalam,” ujarnya.

Terakhir, ia meminta semua pengguna jalan dan pemudik tetap harus berhati-hati, tak hanya selama arus mudik melainkan juga arus balik. Ia berharap semua tenaganya tidak dihabiskan ketika berlibur dengan anggota keluarga. Namun, ketika kembali ternyata tenaganya tinggal sisa-sisa. Sehingga pada saat kembali risikonya besar untuk tidak fokus dan terjadi kecelakaan.

REPUBLIKA

Ini Cara Melakukan Tobat Nasuha di Bulan Ramadan

Bulan suci Ramadan merupakan momen yang tepat untuk bertobat karena bulan Ramadan merupakan bulan penuh ampunan. Selain itu, pada hari Idul Fitri manusia yang bertaubat dan saling memaafkan akan dibersihkan kembali layaknya bayi yang terlahir tanpa dosa.

Dalam Al-qur’an dikatakan, taubat yang baik adalah tobat nasuha. Allah berfirman dalam Surat At-Tahrim Ayat 8, “Wahai orang-orang beriman bertaubatlah kalian kepada Allah dengan tobat nasuha.

Mengenai cara bertaubat pada zaman Rasulullah, diterangkan dalam hadis riwayat Ibnu Majah Bab Haddizina Kitabu Hudud, “ada tata cara pelaksanaan taubat dalam Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim bila telah melakukan kesalahan atau pelanggaran agama di zaman Rasulullah, yaitu datang menghadap kepada Rasulullah untuk mengakui kesalahannya dengan sejujur-jujurnya dan kesanggupan untuk membayar kafaroh.”

Selain itu, orang yang bertobat haruslah merasa menyesal dan tidak mengulangi perbuatannya. Sebagaimana disabdakan nabi dalam hadis Ibnu Majah Kitabu Zuhdi, “Penyesalan adalah taubat.”

Sebagai umat Islam, kita juga bisa memperbanyak istighfar. Diriwayatkan dalam Hadis riwayat Abu Daud, “Suatu ketika saya menghitung untuk Rasulullah dalam satu kali tempat duduk seratus kali membaca “Robbigfirlii watub ‘alayya innaka antattawwabu rrohiim.

Yang artinya, wahai Tuhanku, ampunilah saya, dan terimalah tobatku sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.

 

LIPUTAN 6

Keutamaan Itikaf di Bulan Ramadan, Apa Saja?

Selama sepuluh hari di akhir bulan Ramadan, Rasulullah mengerjakan amalan Itikaf untuk meraih keutamaan malam seribu bulan atau yang disebut malam lailatul qadar.

Allah berfirman dalam Surat Al-qadar ayat 3-5, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa malam lailatul qadar memiliki keutamaan bahwa pahala orang yang mendapatkan malam lailatul qadar mendapat keutamaan seperti pahala selama seribu bulan.

Keutamaan malam lailatul qadar dimanfaatkan Rasulullah untuk mempersungguh ibadahnya. Diriwayatkan dalam Hadis Tirmidzi, “Dari Aisyah berkata, Rasulullah sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh hari terakhir tidak seperti hari-hari biasa.”

Berdasarkan keutamaan malam lailatul qadar, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan itikaf pada sepuluh malam terakhir yang biasanya digelar di masjid bada isya hingga fajar.

 

LIPUTAN 6

Ramadhan, Bulan Bersiwak

Penjualan dan pembelian siwak di Kashmir, India meningkat signifikan sepanjang Ramadhan. Ini karena umat Muslim setempat percaya bahwa bersiwak adalah cara lain mendapat pahala dari Allah, sekaligus menjaga kebersihan diri.

Abdul Razak adalah seorang penjual siwak di salah satu kuil suci, Dargah Hazratbal. Sepanjang Ramadhan, dirinya tidak bergeser kemana pun untuk menjajakan dagangannya. Ini karena banyak pelanggan Muslim mendatangi langsung lapak dagangannya di sana. “Alhamdulillah penjualannya memuaskan,” kata Razak, dilansir dari Kashmir Monitor, Senin (12/6).

Penjual siwak lainnya, Gulzar Ahmad mengatakan Ramadhan adalah berkah bagi usahanya. Bisnisnya berjalan baik karena pelanggan datang dalam jumlah banyak untuk membeli aneka produk siwak. “Semua orang di Kashmir menggunakan siwak ini selama Ramadhan, bahkan anak-anak pun mencarinya,” kata Ahmad.

Bersiwak adalah aktivitas yang disukai Nabi Muhammad SAW untuk membersihkan giginya. Manzoor Ahmad, seorang penduduk Khanyar mengatakan alasan utamanya menggunakan siwak karena itu yang dianjurkan Nabi Muhammad. Siwak juga bisa mengurangi bau mulut ketika sedang berpuasa.

Dokter Gigi, Dokter Shahid Asrar mengatakan siwak memiliki nilai kesehatan. “Orang-orang yang terbiasa bersiwak, maka tidak membutuhkan air untuk mencuci mulut. Ini adalah praktik terbaik yang menjamin kebersihan mulut,” ujarnya.

 

Begini Cara Mendapatkan Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar mestinya bisa dimanfaatkan untuk bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT meski waktunya menjadi rahasia Allah.

“Yang pasti malam Lailatul Qadar itu ada di salah satu malam bulan Ramadhan,” kata Bendahara Umum PP Muhammadiyah Anwar Abbas, Jumat (3/7).

Anwar melanjutkan, ada sebagian hadis yang menyatakan malam Lailatul Qadar itu jatuh pada salah satu malam di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Tetapi, ada juga sebagian hadis yang mengatakan, malam Lailatul Qadar itu jatuh pada salah satu tanggal ganjil di bulan Ramadhan.

“Yang repot, ya jika malam Lailatul Qadar jatuh pada tanggal yang ganjil sementara penetapan satu Ramadhan berbeda. Yang satu ganjilnya hari ini, yang satunya lagi baru besoknya,” tambah dia.

Menurut Anwar, satu-satunya cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara mengisi setiap malam di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya tanpa memikirkan malam genap dan malam ganjil.

“Itu kan ibadahnya tiap malam sudah pasti dapat kalau begitu. Kalau menghitung tanggal ganjil saja kan mungkin saja nggak dapat,” ucap dia.

 

REPUBLIKA

Inilah Alasannya Puasa Menyehatkan Tubuh

Bukan rahasia lagi bila puasa dapat menyehatkan tubuh, para dokter pun menyetujui pernyataan itu. Hasil penelitian Dr. Ebrahim Kazim, dari Trinidad Islamic Academy, dengan menggunakan EEG (perekam gelombang otak) menunjukkan puasa membuat tidur lebih berkualitas atau Deep sleep, sehingga berpengaruh pada perbaikan tubuh dan otak.

Dalam situs resmi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Ir Syopiansyah Jaya Putra pun mengungkapkan manfaat puasa bagi kesehatan. Ia mencontohkan, seseorang hanya tidur beberapa jam sebelum sahur, dibandingkan bila tak berpuasa, namun kondisi itu justru memperlancar metabolisme tubuh.

Mantan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta tersebut juga menjelaskan, ada lima fase saat tidur, seperti terjaga, mulai kantuk, tidur, serta bangun tidur. Menurutnya, kelima fase memancarkan getaran dalam diri yang berguna untuk menyehatkan tubuh.

Nurlela Fitriana (24) termasuk salah satu orang yang merasa lebih sehat saat puasa. Meski begitu, ia tak memungkiri, setiap siang perutnya terasa lapar, membuatnya tergoda ingin membatalkan puasanya, namun karyawan perusahaan travel ini berusaha meluruskan niat.

“Lapar sekali kalau puasa, tetapi malah lebih semangat bekerja, badan lebih ringan,” katanya.

Setiap hari, Lela berangkat kerja dari Bekasi pukul 06.00 WIB, lalu naik kereta menuju Senayan. Kemudian ia pulang pukul 17.00 dan harus berdesakan lagi di kereta. Kondisi semacam itu membuatnya sering sakit, seperti flu, vertigo, bahkan demam, tetapi di bulan Ramadhan, penyakit tersebut tak muncul.

“Tubuh terasa lebih segar, walau pun lapar, tapi kepala sudah jarang pusing,” ujar perempuan berkerundung ini. Ia percaya, bahwa ada keajaiban dalam puasa, yang membuat seseorang bisa bertahan mengerjakan segala aktivitas, walau tak makan dan minum. Bahkan Lela mengaku, pencernaannya lebih lancar selama berpuasa.

Dokter Yeni Purnamasari dari Layanan Kesehatan Cuuma-Cuma Dompet Dhuafa (LKC DD) menjelaskan, puasa memang dapat membersihkan segala racun dalam tubuh seperti kolesterol jahat, lemak jahat, kalori berlebih, radikal bebas dan lainnya. “Setiap hari kolesterol menumpuk dalam tubuh, maka ketika organ beristirahat saat puasa, proses pembersihan atau detoksifikasi terjadi,” ungkapnya.

Yeni uga menegaskan, berpuasa terbukti menurunkan risiko penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah seperti jantung. Hal itu dikarenakan, organ yang tak bekerja keras saat puasa, berkesempatan melakukan detoksifikasi secara sempurna, sehingga daya tahan tubuh pun meningkat.

Berbeda dengan orang yang tak puasa, organ mereka terus bekerja keras, sehingga proses detosifikasi sulit terjadi Meski begitu, dokter Yeni menyarankan, untuk tetap mangatur pola makan dan kadar air yang masuk ke tubuh. “Bila pola makan berantakan saat puasa, maka hasil sehat dari puasa pun tak bisa dirasakan, akan sama saja,” jelasnya.

 

REPUBLIKA