Perpecahan Umat Akibat Dangkalnya Pemahaman Islam

Memahami Islam dengan sebenar-benarnya menjadi jalan bersatunya umat Islam di seluruh dunia. Hal ini disampaikan Dosen Pembimbing Makalah Quran, Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah, Dr Muafak bin Abdullah saat Pertemuan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Eropa serta Afrika di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar).

Dr. Muafak sebagai ulama ahli aqidah dan dakwah memaparkan sejarah Islam di depan ratusan ulama dan dai dari berbagai negara. Dia menjelaskan awal mula Islam dan perkembangannya sampai saat ini. Dia juga menjelaskan aspek-aspek penting yang harus dipegang teguh umat Islam.

Sebab, menurut dia, barang siapa memahami Islam dan mempraktikkan dengan sebenar-benarnya, maka akan terjalin persatuan umat. “Sebenarnya belum bersatunya umat Islam di zaman ini bukan karena perbedaan yang ada di antara para ulama. Akan tetapi, karena umat yang dangkal pengetahuan Islamnya,” kata Dr. Muafak kepada Republika.co.id usai menjadi pembicara pada pertemuan ulama dan dai di Hotel Grand Inna Padang, Rabu (19/7).

Ia berpesan, dai-dai diharapkan menjadikan Alquran dan sunah sebagai rujukan berdakwah. Sebab, untuk mempersatukan umat Islam perlu memberikan pemahaman yang benar kepada umat. Sehingga dapat terjalin persatun sesama umat Islam.

Ia mengungkapkan, melalui pertemuan ulama dan dai dapat mempersatukan semangat para ulama untuk mengagungkan agama Islam. Sebab, Islam sangat sempurna. Melalui acara ini juga diharapkan umat Islam dapat menjauhi segala sesuatu yang dapat mengakibatkan perpecahan.

Dr. Muafak juga menyampaikan, perbedaan pendapat adalah rahmat dari Allah SWT. “Umat diharapkan mengedepankan aspek tauhid, umat Islam menyembah Allah Yang Maha Esa, maka perbedaan lain seperti masalah fikih tidak terlalu menjadi masalah asalkan umat ini bersatu dalam akidah,” ujarnya.

Persatuan umat yang diinginkan, dikatakan dia, umat Islam yang sama-sama menyambah Allah SWT dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Juga persatuan umat yang mengakui sesama Muslim adalah saudara. Maka sesama Muslim tidak boleh ada rasa benci satu sama lain. “Maka akan terjalin kesatuan umat Islam di seluruh dunia,” ujarnya.

 

REPUBLIKA

Runtuhnya Islam Andalusia Jangan Terulang di Indonesia

Ustadz Afifi Abdul Wadud mengungkapkan fakta tentang berkurangnya jumlah umat Islam yang ada di beberapa negara termasuk Indonesia. Bahkan, dia mengkhawatirkan runtuhnya Islam Andalusia, bisa terulang di Indonesia.

Beberapa negara seperti, Philipina dulu 100 persen penduduknya adalah muslim, saat ini hanya tinggal 2 persen. Dulu penduduk Singapura 93 persen muslim, sekarang hanya tinggal 15 persen. Dan saat ini, sekitar 1 juta muslim di Myanmar sedang bernasib tragis.

“Dulu Indonesia, 95 persen penduduknya adalah Muslim. Saat ini hanya 80 persen, lima tahun lagi tinggal berapa persen?” ungkap Ustadz Afifi yang juga merupakan lulusan Al-Madinah International University (MEDIU) itu.

Pemimpin Muslim terakhir di Andalusia Spanyol Abdillah Muhammad bin Al Ahmar, keluar dari istana kerajaan dengan hina. Malam itu, Andalusia telah jatuh ke tangan kerajaan Katolik setelah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 800 tahun.

Dia meninggalkan istana dengan hati pilu, dadanya sesak. Hingga sampai di sebuah bukit yang cukup tinggi. Dari sana dia menatap Istana Al Hambra, dia menangis tersedu-sedu hingga jenggotnya basah kuyup dengan air mata.

Melihat hal itu, ibunya berkata, Menangislah! Menangislah seperti perempuan! Karena kau tidak mampu menjaga kerajaanmu sebagaimana laki-laki perkasa.

Andalusia memiliki luas wilayah 700 ribu kilometer persegi. Kalau pada masa sekarang Andalusia itu meliputi sebagian besar wilayah Spanyol, lalu seluruh wilayah portugis, dan sebagian besar wilayah Selatan Perancis.

Islam pertama kali masuk ke Andalusia pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia. Ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal, dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.

Dalam bukunya Kebangkitan Islam di Andalusia, Ahmad Mahmud Himayah memberikan informasi berkenaan dengan Islam di Andalusia. Ada tiga catatan besar mengenai sebab keruntuhan peradaban Islam di Andalusia.

Pertama, perpecahan umat Islam pada saat itu. Kedua, cinta dunia dan takut mati kaum muslimin khususnya anggota keluarga kerajaan Islam Andalusia. Ketiga, memudar atau hilangnya peran ulama pada saat itu, kata Himayah dalam bukunya itu.

 

Perpecahan umat Islam pada saat itu

Umat Islam Andalusia tidak berbeda dengan umat Islam lainnya di seluruh penjuru dunia. Mereka satu akidah, berpegang teguh pada mahzab Ahlussunnah Waljamaah.

Oleh karena itu, ketika mereka sedang dalam keadaan menghadapi kesulitan dan penindasan, mereka meminta pertolongan kepada saudara-saudaranya sesama Muslim yang memiliki kekuatan untuk membantu mereka. Kerajaan Islam di Maroko dan Kekhalifahan Utsmaniyah menjadi dua kerajaan yang mereka kirimkan surat meminta bantuan.

 

Di antara isi surat yang mereka tuliskan kepada kedua kerajaan itu disebutkan dalam buku Himayah, sebagai berikut:

Salam sejahtera kami haturkan untuk yang mulia, dari seorang hamba yang tertindas di Andalusia, wilayah sebelah Barat bumi Maroko.

Dengan dikelilingi oleh lautan Roma yang membentang luas dan lautan raya yang dalam dan pekat.

Salam sejahtera untuk semua, dari seorang hamba yang terluka akibat bencana berat yang menimpa.

Kami dikhianati dan ditindas, agama kami diubah dengan paksa, kami dianiaya dengan keji dan kejam.

Namun, kami tetap berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, melawan tentara salib berdasarkan satu niat.
Saat kami membina perjanjian perdamaian, mereka malah mengkhianati dan melanggarnya.
Bukan sekali mereka melanggar perjanjian, bahkan sebelumnya berkali-kali mereka mengingkari dan menindas kami dengan kekerasan dan penganiayaan.

Mereka membakar kitab suci umat Islam dan mencampakkannya ke tempat-tempat sampah sehingga berbaur dengan najis.
Kitab suci yang kami jadikan sandaran dalam setiap urusan, mereka campakkan dengan keji dan zalim.
Kami dipaksa mencaci Nabi, dan dilarang untuk menyebut namanya, baik pada saat senggang maupun tertindas.

Kalau ada satu orang atau satu kelompok orang yang melantunkan namanya, bahaya siksa dan azab mengancam mereka.
Nama-nama kami diubah dengan nama yang tidak kami senangi. Sayang seribu sayang, mereka mengubah agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW dengan agama anjing-anjing Romawi, makhluk terburuk di muka bumi.

Kami pun akan menjadi hamba sahaya yang tidak bertuan, menjadi umat Islam yang tidak bisa mengucapkan kalimat syahadatain.

Jika kedua bola mata insan menyaksikan, betapa kesulitan yang kami derita, ia akan mencurahkan hujan airmata.
Betapa pedih yang kami rasakan, menahan derita nestapa yang terus menyelimuti…..

Surat tersebut menggambarkan bagaimana muslim Andalusia sangat membutuhkan sekali bantuan dari umat Islam lainnya. Mereka mengiba, menangis, dan mengemis belas kasihan raja-raja Islam.
Namun bantuan yang diharapkan tidak turun-turun. Hal ini semakin membuat mereka terisolasi dan semakin lama menanggung beban penderitaan. Umat Islam di Andalusia diberikan tiga pilihan oleh kerajaan Kristen: Masuk Kristen, Keluar dari Andalusia, atau dibunuh!

Jumlah mereka yang dibunuh mencapai puluhan ribu jiwa. Sebagian mereka ada yang murtad atau pura-pura murtad. Mereka yang murtad ini selalu diawasi oleh intelejen Kerajaan Kristen pada saat itu.

Bila terbukti masih beragama Islam maka akan ditangkap dan dihukum. Apalagi mereka yang merencanakan pemberontakan, tak tanggung-tanggung akan dihukum mati! Digantung dan dikuliti kemudian di arak keliling kota sebagaimana yang terjadi pada diri para mujahidin saat itu.

Di manakah kerajaan Islam Maroko yang saat itu bersebelahan dengan umat Islam Andalusia? Di manakah kekhalifahan Utsmaniyah yang dengan gemilang berhasil menaklukan Konstantinopel?

Namun dalam buku Himayah tidak membahas mengapa Khalifah Utsmaniyah tidak turun membantu umat Islam Andalusia. Tetapi ada penjelasan mengejutkan dari Raja Maroko mengapa mereka enggan membantu Muslim Andalusia.

Raja Maroko ingin mencari aman saja, karena bila mereka terlalu jauh terlibat dalam konflik yang terjadi di Andalusia, kekuasaan mereka akan terancam. Kerajaan Kristen akan menyerang mereka atau melakukan praktik adu domba sesama anggota keluarga kerajaan seperti yang terjadi di Andalusia.

Intinya, kerajaan Kristen akan berupaya mempersulit keadaan kerajaan Islam Maroko. Akhirnya, mereka pun mengambil jarak terhadap umat Islam di Andalusia.

Kenyataan ini tampaknya juga diderita oleh pemimpin negara-negara Islam saat ini. Mereka tidak berani memberikan bantuan secara penuh, terutama militer, kepada umat Islam yang tertindas seperti di Palestina, Suriah, Afghanistan, Irak, dan Mindanao. Mereka lebih memilih mengamankan kekuasaan mereka.

Memang sejarah telah mencatatkan para pemimpin yang membantu para mujahidin nasibnya sering berakhir tragis, seperti yang dialami Raja Faishal dari Arab Saudi dan Jenderal Zia Ul Haq dari Pakistan. Tapi itulah resiko perjuangan. Bila tidak ada pengorbanan tidak akan ada kemenangan. Para mujahid pasti sudah siap dengan kematian, karena kematian bisa menjadi jalan kemenangan bagi mereka.

 

Cinta dunia dan takut mati.

Kemudian pada awal abad ke-16 adalah titik nadir umat Islam Andalusia. Mereka sedang bersiap diri menghadapi keruntuhan, sebuah keruntuhan yang dicatat dalam sejarah. Sebuah keruntuhan yang mengundang kepiluan dan kesedihan yang mendalam.

Selama delapan abad lamanya mereka berkuasa di Andalusia dan mendirikan sebuah peradaban yang besar, peradaban ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Peradaban yang mengantarkan mereka menjadi kerajaan paling digdaya di seantero dunia saat itu.

 

Bukanlah kekalahan dan kemenangan itu terjadi karena pihak luar, tetapi terjadi pada umat Islam itu sendiri, dengan izin Allah tentunya. Sebagaimana firman Allah swt, Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga ia mengubahnya sendiri.(QS. Ar-Rad: 11)

Pada saat itu kerajaan Islam Andalusia sudah tercabik-cabik menjadi kerajaan-kerajaan kecil, menjadi 23 kerajaan kecil. Masing-masing anggota kerajaan ingin memiliki kekuasaan. Mereka saling tikam antara satu dengan yang lain. Raja atau sultan silih berganti berkuasa.

Anak membunuh ayahnya, keponakan membunuh pamannya tampaknya sudah menjadi lumrah pada saat itu. Bahkan yang paling buruk adalah anggota kerajaan itu meminta tolong Raja-Raja Kristen untuk membantu mereka menyingkirkan orang-orang yang menurut mereka menghalangi ambisi mereka dalam meraih kekuasaan.

Tentu saja setiap bantuan yang diberikan harus dengan imbalan yang memadai. Dan imbalan itu nyatanya sangat besar jumlahnya. Terus saja seperti ini kejadiannya. Dengan sendirinya Raja-raja Kristen menjadi mudah mengadu domba atas sesama anggota kerajaan Islam Andalusia. Daerah kekuasaan Islam Andalusia sedikit demi sedikit digrogoti oleh Kerajaan Kristen.

Fakta lain, pasti ada saja muncul pahlawan-pahlawan yang menyerukan perang suci menghadapi kaum kufar. Mereka menyerukan kepada kaum muslimin Andalusia untuk bangkit menghadapi pasukan Kristen. Ada saatnya mereka menang, tapi seringkali mereka kalah.

Hal ini terjadi karena kurangnya dukungan pihak kerajaan terhadap aksi mereka. Mereka berjuang secara sporadis dengan jumlah personel terbatas walaupun sangat mematikan. Salah satu di antara para pahlawan itu adalah Jenderal Musa bin Abi Ghassan.

Kata-katanya yang paling terkenal, Mati syahid di bawah reruntuhan pagar Granada lebih mulia daripada hidup di bawah penindasan.

Tetapi suara yang mendominasi saat itu menghendaki Granada diserahkan kepada musuh. Tetapi Musa bin Abi Ghassan tidak setuju. Ia berteriak dan berkata, Kita lebih baik menyebutkan siapa-siapa saja yang menghendaki perjuangan mempertahankan Granada dan siapa yang menghendaki penyerahannya ke tangan musuh.

Namun sayang, tidak ada seorang pun yang mendengarkan dan mendukungnya. Akhirnya, dia pergi meninggalkan majelis kerajaan dan menunggang kudanya meninggalkan Granada yang merupakan benteng paling utama dari Kerajaan Islam Andalusia.

Hingga suatu saat dia bertemu dengan sekelompok pasukan Kristen, ia langsung menyerang dengan ganas menggunakan pisau dan pedangnya. Namun, tentara musuh semakin banyak yang mengepungnya. Dan ketika hendak ditawan, ia mengambil inisiatif untuk menyeburkan dirinya ke dalam laut.

Sementara itu, Raja Abu Abdillah bersegera menyerahkan Granada ke kerajaan Kristen Spanyol. Salah satu dari dua orang yang menjadi negosiator penyerahan Granada ke tangan kerajaan Kristen adalah Ibnu Kamasyah, seorang menteri yang murtad.

Ia memeluk agama Kristen setelah penyerahan, bahkan menjadi seorang pendeta besar. Bukan hanya menteri yang murtad, banyak dari keluarga kerajaan dan pemuka kaum yang murtad. Mereka memeluk Kristen setelah Granada diserahkan kepada Kerajaan Kristen.

Mereka adalah, dua orang pangeran, yakni Saad dan Nasr bin Sultan Abil Hasan, ibunya yang bernama Mahma, Pangeran Yahya An-Niyar, anak paman Raja Abu Abdillah bin Zaghl dan Panglima Mariya bersama anak dan istrinya. Nama-nama mereka diganti dengan nama-nama Kristen.

Demikianlah Andalusia tenggelam karena ruh Islam yang ada dalam jiwa mengalami kematian, sehingga kerusakan pun merajalela. Hal itu diperburuk dengan pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang muslim.

 

REPUBLIKA

Kisah Tentang Rumput

KEMARIN saya berada di aula Fakultas Vokasi Universitas Airlangga untuk menyampaikan kajian keislaman. Merasa asing dengan nama fakultas ini, kan? Saya juga.

Fakultas ini berisikan 20 program studi yang semuanya bersifat terapan. Rupanya, pemerintah membuat pemisahan antara yang teori dan terapan. Di terapan ini, mahasiswanya adalah ikut program D1, D2, D3 dan D4. Belum paham? Search di google.

Sebelum ke fakultas ini saya isi acara di perikanan. Walau di dinas perikanan, temanya adalah tentang rumput. Ada apa dengan rumput? Panjang pula ceritanya. Ijinkan saya sampaikan sebagiannya dulu.

Sering kita dengar: “Rumput di halaman orang lain selalu tampak lebih hijau dari pada rumput di halaman sendiri.” Sepertinya ungkapan ini termasuk ungkapan yang mengabadi untuk menyadarkan kita agar tidak membanding-bandingkan yang kita miliki dengan apa yang dimiliki orang lain. Nikmati saja apa yang dimiliki dan syukuri, maka kepala akan selalu sejuk, tidak panas karena saing-saingan.

Namun saya lebih tertarik dengan ungkapan kakek bijak yang selalu berkata: “Maaf, saya tak punya cukup waktu untuk melihat rumput tetangga. Sempatku hanya melihat rumput sendiri.” Hebat betul kakek ini, tak memiliki kesempatan untuk iri hati dan dengki, adanya adalah bersyukur dan bersyukur.

Sebenarnya saya ingin bicara banyak dengan kakek ini. Sayang, beliau masih sibuk dengan rumput di halamannya yang dibersihkan sambil tersenyum mendengarkan kicau burung yang bertengger di pepohonan rindang depan rumahnya. Kapan-kapan kita sowan bersama ke rumah kakek ya. Salam, AIM

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Amalan Saleh Membela Orang-Orang Mukmin di Dalam Kuburnya

DARI Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya bila seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, ia mendengarkan suara sandal saudara-saudaranya saat mereka meninggalkannya. Jika ia seseorang mukmin maka shalat akan berada di atas kepalanya, puasa berada di samping kanannya, zakat di samping kirinya, perbuatan baik berupa sedekah, shalat sunnah, perbuatan makruf dan berbuat baik kepada manusia berada di ujung kakinya.

Lalu ia didatangi dari sisi atas, maka shalatnya berkata, “Tidak ada jalan dari arahku.” Lalu ia didatangi dari sisi kanan maka puasanya berkata, “Tidak ada jalan dari arahku.” Lalu ia didatangi dari sisi kiri, maka zakatnya berkata, ”Tidak ada jalan dari arahku.” Lalu ia didatangi dari sisi bawah maka perbuatan baiknya yang berupa sedekah, shalat sunnah, perbuatan makruf dan berbuat baik kepada manusia berkata, ”Tidak ada jalan dari arahku.”

Kemudian dikatakan kepadanya, “Duduklah! Ia pun duduk dan matahari telah dinampakkan kepadanya seakan-akan hampir terbenam, lalu ditanya, ’Tahukah kamu siapakah orang yang bersama kamu itu?Apa pendapatmu mengenai dirinya? Apa kesaksianmu atas dirinya? Orang itu menjawab, “Biarkanlah aku mendirikan shalat.” Mereka menjawab, ”Sesungguhnya kamu akan mendirikannya, akan tetapi jawablah pertanyaan kami, tahukah kamu siapakah orang yang bersama kamu itu? Apa pendapatmu mengenai orang itu? Dan apa kesaksianmu atas orang itu?’

Ia menjawab, “Ia adalah Muhammad, Aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ia telah datang dengan kebenaran dari Allah.” Kemudian dikatakan kepada orang itu, “Atas hal itu kamu hidup, atas hal itu kamu mati dan dengan itu Insya Allah kamu akan dibangkitkan.” Seraya dibukakan satu pintu dari pintu-pintu surga, ia diberitahu, “Inilah tempatmu di dalam surga, dan segala hal yang telah Allah sediakan untukmu.”

Ia pun senang dan gembira. Lalu dibukakan untuknya satu pintu dari pintu-pintu neraka dan ia diberitahu, “Inilah tempatmu dan segala hal yang telah Allah sediakan untukmu jika engkau bermaksiat kepada Allah.” Ia pun bertambah senang dan gembira.

Kemudian kuburnya diluaskan seluas tujuh puluh hasta. Ia mendapat cahaya di sana, lalu tubuhnya dikembalikan kepada asal mulanya, bentuknya dijadikan bentuk yang indah, yaitu burung yang memakan tanaman surga, dan itulah yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala firmankan,

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim: 27)

Sedangkan orang kafir jika ia didatangi dari sisi atas, di sana tidak ada apa-apa. Ketika didatangi dari sisi kanan, di sana tidak ada apa-apa. Ketika didatangi dari sisi kiri, di sana tidak ada apa-apa. Dan ketika didatangi dari sisi kaki, di sana tidak ada apa-apa.

Kemudian ia diperintahkan, “Duduklah! Ia pun duduk dengan gemetar ketakutan, kemudian ia ditanya, ”Apakah kamu tahu orang yang ada sebelum kalian itu (Nabi Muhammad SAW)? Ia balik bertanya, ”Orang yang mana? Bahkan ia tidak tahu namanya. Kemudian ia diberitahu, ”(Namanya) Muhammad.” Orang itu menjawab, ”Aku tidak tahu, aku hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, aku pun mengatakan hal serupa.”

Dikatakan kepada orang itu, “Atas hal itu kamu hidup, atas hal itu kamu mati dan dengan itu insya Allah kamu akan dibangkitkan.” Seraya dibukakan satu pintu dari pintu-pintu neraka, ia diberitahu, ”Inilah tempatmu di dalam neraka, dan segala hal yang telah Allah sediakan untukmu.” Ia pun sedih dan menyesal.

Lalu dibukakan untuknya satu pintu dari pintu-pintu surga dan ia diberitahu, “Inilah tempatmu dan segala hal yang telah Allah sediakan untukmu jika engkau taat kepada Allah.” Ia pun bertambah sedih dan menyesal. Kemudian kuburnya disempitkan hingga tulang-tulang rusuknya saling bersilang. Itulah kehidupan yang sempit yang telah Allah sebutkan dalam firman-Nya,

Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghidupkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Taha: 124)

Dalam riwayat lain terhadap orang saleh disebutkan, “Orang itu akan didatangi di dalam kuburnya, ketika ia didatangi dari sisi kepala, bacaan Al-Qur’annya membelanya. Ketika didatangi dari arah tangan, sedekah membelanya dan ketika didatangi dari sisi kaki, perjalanannya ke masjid membelanya.”*/Sudirman STAIL (Sumber buku: Ada Apa Setelah Mati, penulis: Husain bin Audah Al-Awayisyah)

 

HIDAYATULLAH

Orang Bakhil, Tak Disuka Allah, Dibenci Manusia

ORANG pelit yang satu ini keterlaluan. Begitu pelitnya sampai-sampai dia tidak mau keluarkan uangnya untuk hal penting kehidupannya. Untuk hal yang paling primerpun dalam kehidupannya dia berupaya keras bisa mendapatkannya dengan harga super murah, bahkan kalau bisa gratis. Tak jarang kita melihat orang kaya yang bakhil ini berada dalam antrean panjang penerima sedekah. Terlalu sekali bukan?

Untuk lauk makan sekeluarga saja dia tak mau selalu keluarkan uang. Cukup membeli ikan kering super asin yang digantung di atas meja makan untuk dilihat bersama saat makan biar kerongkongannya merasa asin sendiri. Tips bakhil betulan bukan? Bahkan pernah saat dia sakit dan istrinya membelikannya obat, istrinya dimarahi habis-habisan gara-gara tidak membelikannya obat yang hampir kadaluarsa, harganya pasti lebih murah, pikirnya.

Dari kasus ini saya teringat kata-kata bijak menantu Rasulullah yang cerdas dan menjadi pintu ilmu itu, Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu: “Orang bakhil itu hidup di dunia seperti hidupnya orang fakir miskin, dan dihisab atau dimintai pertanggungjawaban di akhirat dengan hisab sebagai orang kaya”.

Sungguh pilihan hidup yang tak menyenangkan, bukan? Inilah alasan mengapa orang bakhil itu tak disuka Allah dan tak disenangi manusia.

Jangan bakhil ya, nikmati anugerah Allah sambil mensyukurinya. Tasharrufkan (pergunakan) harta di jalan yang disuka Allah, pastilah bahagia hadir ke dalam jiwa. Berbagilah bahagia dengan banyak orang, maka akan banyak orang yang akan menjadi pasukan Allah yang akan membahagiakan kita. Life is so simple, jangan dipersulit sendiri. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Mewaspadai Keburukan di Sekitar Kita

SEGALA sesuatu yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia dan yang terjadi padanya merupakan contoh peristiwa yang ada di akhirat. Adapun mengenai makhluk di dunia, Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada sesuatu di surga yang menyerupai apa yang ada di dunia kecuali dari segi nama-namanya.”

Ini karena Allah menghadirkan kerinduan kenikmatan kepada kenikmatan yang lainnya dan menakut-nakuti dengan berbagai bentuk azab. Adapun yang terjadi di dunia ini maka setiap orang yang zalim disiksa di dunia atas kezalimannya, sebelum ia mendapatkan siksaan di akhirat. Demikian pula dengan setiap orang yang berbuat dosa.

Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (QS. an-Nisa: 123)

Barangkali orang yang berbuat maksiat melihat badan dan hartanya selamat sehingga ia mengira bahwa ia tidak disiksa, padahal kelalaiannya terhadap siksaan yang akan diperolehnya itu sebenarnya adalah suatu siksaan.

Orang bijak berkata, “Kemaksiatan itu merupakan siksaan bagi kemaksiatan lainnya, sedang kebaikan setelah kebaikan adalah balasan bagi kebaikan.”

Barangkali pula siksaan di dunia itu berupa sesuatu yang tidak kasat mata, sebagaimana dikatakan oleh sebagian dari rahib Bani Israil, “Hai Tuhan, aku berbuat durhaka kepada-Mu, namun kenapa Engkau tidak menyiksaku ?” Maka dikatakan kepadanya, “Betapa banyak siksaan yang Aku berikan, tapi engkau tidak menyadarinya. Bukankah Aku telah menghalangimu memperoleh manisnya bermunajat dengan-Ku ?”

Barang siapa yang memperhatikan siksaan jenis ini maka ia akan selalu waspada. Wuhaib bin Al-Ward berkata ketika ia ditanya, “Apakah orang yang berbuat maksiat itu mendapatkan lezatnya ketaatan?” Maka ia menjawab, “Tidak pula orang yang ingin melakukannya.”

Tidak jarang orang yang melepaskan pandangannya dengan bebas, lantaran itu Allah menghalanginya dari melakukan iktibar atas penglihatannya atau lidahnya sehingga ia pun terhalang memperoleh kejernihan hati. Barangkali juga ia memilih makanan yang syubhat maka batinnya menjadi gelap, dihalangi dari shalat malam dan manisnya munajat dan lain-lainnya.

Perkara seperti ini diketahui oleh orang yang terbiasa mengintrospeksi diri (muhasabah). Adapun orang yang bertakwa kepada Allah, maka akan mendapatkan balasan atas ketakwaannya dengan sangat cepat. Ini sebagaimana dinyatakan dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Umamah bahwa Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Melihat kepada wanita (bukan mahram) itu merupakan panah beracun daripada panah-panah setan. Barang siapa yang meninggalkannya karena mengharapkan ridha-Ku maka Aku berikan kepadanya keimanan, yang rasa manisnya akan ia dapatkan di dalam hatinya.”

Ini adalah sekelumit dari bentuk yang banyak melalaikan seseorang. Adapun jika berhadap-hadapan dengan perempuan secara nyata maka jarang sekali pandangan bisa tertahankan. Di antaranya seperti yang disabdakan Nabi berikut,

“Tidur di pagi hari itu menghalangi rezeki dan sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar terhalang dari rezeki karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad)

Diriwayatkan oleh mufasir bahwa setiap orang dari kaum Asbath memiliki 12 anak, sedangkan Nabi Yusuf datang dengan 11 keinginan (godaan). Melihat kondisi tersebut maka orang yang memiliki pandangan batin dapat melihat balasan itu dan memahaminya. Ini seperti yang diucapkan Fudhail bin Iyad , “Sesungguhnya aku telah durhaka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, aku mengetahuinya dari sikap binatang tungganganku dan budak perempuanku.”

Utsman an-Nisaburi mengatakan bahwa tali sandalnya terputus ketika ia pergi ke shalat Jumat, kemudian ia berhenti sebentar untuk memperbaikinya seraya berkata, “Ia tidak terputus kecuali karena aku tidak mandi sunnah (sebelum) shalat Jumat.”

Di antara keajaiban balasan di dunia itu adalah tatkala tangan saudara-saudara Nabi Yusuf telah berbuat zalim, yaitu ketika mereka menjualnya dengan harga yang murah. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an,

Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja.” (QS. Yusuf: 20)

Dan ketika Yusuf telah bersabar menahan diri dari godaan nafsu maka akhirnya ia pun mendapatkan wanita tersebut secara halal. Padahal sebelumnya ketika wanita itu menginginkannya, telah menuduhnya dengan mengatakan (seperti disebutkan dalam firman Allah):

Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu.” (QS. Yusuf: 25) Maka kebenaran pun terungkap dengan pengakuannya sendiri, sebagaimana firman Allah berikut, “Akulah yang menggoda dan merayunya.” (QS. Yusuf: 51).

Jika ada seseorang yang meninggalkan maksiat karena Allah maka ia benar-benar akan melihat buah dari itu. Demikian pula, jika ia melakukan ketaatan, sebagaimana disebutkan dalam hadist, “Apabila kalian merasakan kemiskinan maka berniagalah bersama Allah dengan bersedekah!” Yakin berhubunganlah dengan-Nya untuk menambah keuntungan-keuntungan yang segera (di dunia).*/Sudirman STAIL (sumber buku: Be a Winner, Petuah-Petuah untuk Para Pemenang, penulis: Ibnul Jauzi)

 

HIDAYATULLAH

Tradisi Para Nabi, Menenangkan dan Menyenangkan

INGATKAH akan apa yang dikatakan Nabi Yusuf kepada saudaranya yang sedang sedih berduka? Beliau berkata “jangan berduka cita.” Ingatkah akan apa yang disampaikan oleh Nabi Syu’aib kepada Nabi Musa yang sedang ketakutan karena dikejar-kejar orang yang memusuhinya? Beliau menyampaikan “janganlah takut.” Ingatkah akan apa yang didawuhkan Nabi Muhammad kepada Abu Bakar yang sedang bersedih saat di dalam gua Tsur? Beliau bersabda “jangan bersedih.”

Memasukkan rasa tenang dan bahagia ke dalam hati orang lain merupakan tradisi para nabi. Lalu bagaimanakah dengan perlakuan kita kepada orang lain? Apakah membuat mereka tenang atau justru membuat mereka merasa semakin gelisah?

Memberikan pengharapan bahagia, memotivasi orang lain untuk tetap sabar dan tabah menjalani hidup serta membimbingnya menuju pintu bahagia adalah “legacy” atau warisan mulia orang-orang mulia yang putih bersih hatinya. Sekarang tanyakan kepada diri kita apakah kita mau berada dalam satu rentetan gerbong dengan gerbong orang mulia ataukah tidak?

Jangan runtuhkan kepercayaan diri seseorang, jangan robohkan optimisme mereka, jangan bakar harapan mereka dan jangan musnahkan impian mereka. Mereka layak berbahagia sebagaimana kita berbahagia. Saling berpegang tanganlah untuk bahagia bersama.

Saat melihat saudara dan sahabat kita gelisah bersedih dan bergalau hati, ucapkan “Bismillaah, tenang.” Semua punya akhir, semoga akhirnya adalah akhir bahagia.

 

INILAH MOZAIK

Berlaku Adil dengan Sikap Pertengahan

SEBAGIAN dari buah sikap adil dalam memutuskan hukum adalah ketenangan dalam jiwa. Diriwayatkan bahwa Kaisar (Raja) Romawi mengutus seorang utusan untuk melihat keadaan dan aktivitas Umar bin Al-Khattab.

Ketika masuk kota Madinah, utusan itu menanyakan tentang Umar. Ia berkata, “Di mana Raja kalian?” Orang-orang menjawab, “Kami tidak memiliki Raja, tapi kami memiliki pemimpin dan beliau pergi ke daerah pinggir Madinah.“

Lalu utusan itu pergi mencarinya dan mendapati beliau sedang tidur di atas pasir dengan berbantalkan tongkat kecilnya yang selalu dibawanya untuk mengubah kemungkaran. Ketika orang itu melihat beliau dalam keadaan seperti itu, maka hatinya pun merasakan ketenangan dan ia berkata, “Orang yang ditakuti semua raja karena kewibawaannya, tetapi keadaannya seperti ini? Namun, wahai Umar, engkau telah berlaku adil, sehingga engkau pun bisa tidur. Sedangkan raja kami berbuat zalim, maka tidak diragukan lagi bahwa dia senantiasa tidak bisa tidur karena merasa takut!”

Memang sikap pertengahan itu mengarah ke sifat adil. Karena dengan sikap itu, seluruh urusan kaum muslimin dalam kehidupan ini akan menjadi teratur. Sikap lurus adalah jalan tengah antara menyepelekan dan tidak juga kikir. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67)

Sikap pertengahan itu pun harus ada dalam hal berpakaian. Adapun dalam hal berjalan, adalah batas tengah antara sombong dan menghinakan diri. Sikap seorang muslim dalam segala bidang adalah pertengahan, tidak kurang dan tidak berlebihan.

Sikap pertengahan adalah saudara kembar sikap istikamah. Keduanya akhlak yang paling mulia dan luhur, karena keduanya menahan seseorang dari melanggar batasan-batasan Allah dan memotivasi diri untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban-Nya. Sehingga, dia tidak bermalas-malasan dan tidak berlebihan pada salah satu yang dilakukannya.

Istikamah itulah yang mengajarkan seorang muslim untuk menjaga kesucian diri sehingga dia merasa cukup dengan apa yang telah dihalalkan baginya. Juga menjauh dari apa yang telah diharamkan baginya. Cukuplah pelakunya itu mulia dan bangga dengan firman Allah:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istikamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf: 13-14).*/Sudirman STAIL (sumber buku: Minhajul Muslim-Pedoman Hidup Ideal Seorang Muslim, penulis: Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri)

HIDAYATULLAH

Salat dengan Baik Maka Rezeki Akan Datang

SELAIN kedudukan ibadah salat yang amat tinggi di sisi Allah, efek positif dari salat juga langsung menyentuh kehidupan manusia. Bukankah kita mendengar Firman Allah swt,
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS.Al-Ankabut: 45).

Salat yang benar akan membentuk diri manusia untuk antiterhadap perbuatan buruk dan kejam. Tapi di samping itu, salat juga memiliki hubungan erat dengan urusan rezeki. Coba kita perhatikan dua ayat berikut ini,

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah- mudahan mereka bersyukur.” (QS.Ibrahim: 37)

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.Thaha: 132).

Pada ayat pertama, Nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya di tempat yang gersang di sekitar Mekah agar mereka melaksanakan salat. “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat.”

Setelah ungkapan ini ia sampaikan, baru kemudian Ibrahim berdoa agar Allah memberikan rezeki kepada keluarganya: Dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Pada ayat kedua, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengajak keluarganya melakukan salat: Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.

Setelah berfirman mengenai perintah salat ini, Allah melanjutkan tentang masalah rezeki: Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.

Dua ayat ini selalu meletakkan urusan rezeki setelah urusan salat. Seakan ingin menjelaskan bahwa salatlah dengan baik, maka rezeki akan datang setelahnya. Sering kita menunda salat karena ada urusan bisnis yang belum selesai. Sering kita mempercepat salat kita karena ada pembeli yang datang. Sering kita melalaikan salat hanya karena ada orang penting yang harus kita temui.

Coba pikirkan, kenapa kita harus mempercepat salat demi pembeli sementara kita sedang menghadap Sang Pengatur Rezki?

Kenapa kita harus menunda salat demi bertemu klien sementara Allah-lah Sang Pemegang urusan itu? Kenapa kita harus bertemu orang penting dan melupakan pertemuan dengan zat yang segala urusan ada ditangan-Nya?

Mari kita perbaiki cara berpikir kita agar tidak lagi mendahulukan sesuatu yang penting dan melalaikan sesuatu yang jauh lebih penting. Semoga Allah menerima salat-salat kita.[]

 

INILAH MOZAIK

Berdoa Tak Perlu Terlalu Diperinci

ABDULLAH bin Mughoffal pernah mendengar puteranya berdoa, “Ya Allah, jika aku masuk surga berikanlah kepadaku istana berwarna putih di sebelah kanan surga.”

Abdullah lalu berkata pada puteranya, “Wahai anakku jika berdoa mintalah pada Allah surga dan mintalah agar dijauhkan dari neraka karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang pada umat ini orang-orang yang berlebihan dalam bersuci dan dalam berdoa.” (HR. Abu Daud, no. 96; Ibnu Majah, no. 3864. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)

Doa yang terbaik adalah doa yang jawamiul kalim, yang singkat namun sarat makna seperti doa-doa yang dicontohkan dalam Al-Quran dan yang dicontohkan oleh Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam.

(Catatan ini diambil dari Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam fatwa Islamqa, no. 41017)

Semoga tujuh catatan ini menjadi ilmu yang berharga dan bermanfaat. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK