Pelajaran Isra Mi’raj Nabi SAW

Setiap bulan Rajab, kaum Muslimin memperingati peristiwa fenomenal sekaligus mukjizat teragung, yaitu Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Jumhur sepakat bahwa perjalanan itu dilakukan oleh Nabi SAW dengan jasad dan roh.

Isra adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Haram (di Makkah) ke Masjidil Aqsha (di al-Quds, Palestina). Mi’raj adalah kenaikan Nabi SAW menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk. Semua itu ditempuh dalam semalam.

Peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada tahun ke-10 dari Nubuwah, ini pendapat al-Manshurfury. Menurut riwayat Ibnu Sa’d di dalam Thabaqat-nya, peristiwa ini terjadi 18 bulan sebelum hijrah. Dengan tujuan untuk menenteramkan perasaan Nabi SAW; sebagai nikmat besar yang dilimpahkan kepadanya.

Lalu, agar Nabi SAW merasakan langsung adanya pengawasan dan perlindungan Allah SWT, karena sebelumnya Nabi mengalami kesulitan dan penderitaan selama menjalankan dakwah dan kehilangan orang-orang yang sangat dicintai, yaitu Abu Thalib dan istri tercintanya Khadijah binti Khuwailid; untuk menunjukkan pada dunia bahwa Nabi SAW merupakan Nabi yang teristimewa; untuk menunjukkan keagungan Allah (QS al-Isra’ [17]: 1, QS al-An’am [6]: 75, dan QS Thaha [20]: 23); dan untuk menguji keimanan umat manusia.

Mengapa perjalanan Isra Mi’raj dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha? Peristiwa ini memberikan isyarat bahwa kaum Muslimin di setiap tempat dan waktu harus menjaga dan melindungi Rumah Suci (Baitul Maqdis) dari keserakahan musuh Islam. Hal ini juga mengingatkan kaum Muslimin zaman sekarang agar tidak takut dan menyerah menghadapi kaum Yahudi yang selalu menodai dan merampas Rumah Suci.

Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Nabi SAW dipertemukan dengan para nabi terdahulu, hal ini merupakan bukti nyata adanya ikatan yang kuat antara Nabi SAW dan nabi-nabi terdahulu.

Nabi SAW bersabda, “Perumpamaan aku dengan nabi sebelumku ialah seperti seorang lelaki yang membangun sebuah ba ngunan, kemudian ia memperindah dan mempercantik bangunan tersebut, kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang mengitarinya, mereka kagum dan berkata, “Amboi indahnya, jika batu batu ini diletakkan?” Akulah batu bata itu, dan aku adalah penutup para nabi.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis shahih diriwayatkan, Nabi SAW mengimami para nabi dan rasul terdahulu dalam shalat jamaah dua rakaat di Masjidil Aqsha. Kisah ini menunjukkan pengakuan bahwa Islam adalah agama Allah terakhir yang diamanahkan kepada manusia. Agama yang mencapai kesempurnaannya di tangan Nabi SAW.

Pilihan Nabi SAW terhadap minuman susu, ketika Jibril menawarkan dua jenis minuman, susu dan khamr, merupakan isyarat secara simbolis bahwa Islam adalah agama fitrah. Yakni, agama yang akidah dan seluruh hukumnya sesuai dengan tuntunan fitrah manusia. Di dalam Islam, tidak ada sesuatu pun yang bertentangan dengan tabiat manusia.

Perjalanan Isra Mi’raj dalam rangka menerima perintah shalat dari Allah, tanpa melalui perantara. Hal ini menunjukkan pentingnya shalat bagi kaum Muslimin. Shalat yang dilakukan akan dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih bermakna.

Jika pelajaran dari Isra Mi’raj ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan, dapat membawa perubahan kehidupan menjadi lebih baik. Semoga.

Taubati Keburukan Sekecil Apapun

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Tiada yang kuasa menggilirkan siang dan malam kecuali Allah. Tiada yang mampu menciptakan dan memelihara segala yang ada kecuali Allah. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nisaa [4] : 79)

Saudaraku, hal ini perlu sering kali kita ingat kembali. Bahwa tidak ada yang membuat kita sengsara, tidak ada yang membuat kita celaka, tidak ada yang membuat kita resah dan gelisah selain dari keburukan diri kita sendiri.

Bahkan, bukan syaitan yang membuat kita celaka. Syaitan hanya membisiki saja, mengajak kita untuk berbuat maksiat. Sedangkan yang menentukan pilihan apakah kita akan mengikuti ajakan syaitan ataukah kita menolaknya, maka itu di tangan kita sendiri. Allah Swt memberikan kita kemampuan untuk memilih yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.

Namun, yang membuat repot adalah kita lebih melihat keburukan orang lain sebagai ancaman bagi kita, daripada keburukan diri kita sendiri. Padahal keburukan yang kita lakukan sekecil apapun adalah bagaikan kita menebar paku di jalan yang pasti akan kita lewati, kita sendiri yang akan terluka karena menginjaknya.

Maka, jika kita merasa hidup kita banyak sulitnya, hati kita lebih banyak tidak bahagianya, lebih banyak orang yang menyakiti kita daripada yang menyayangi kita, maka langkah terbaik adalah muhasabah diri dan bertaubat. Sekecil apapun keburukan, taubatilah. Supaya Allah melapangkan jalan dalam hidup kita. Insyaa Allah. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Kumandang Azan Berawal dari Mimpi Sahabat Nabi

ABDULLAH bin Zaid bin Tsalabah adalah sahabat Nabi dari suku Khajraz yang menyaksikan baiat Aqabah kedua. Ia ikut dalam perang badar dan menyaksikan kehancuran dahsyat kaum Quraisy yang saat itu jumlahnya tiga kali kaum Muslim.

Ketika Rasulullah telah menetap dengan tenang di Madinah bersama para sahabat dari kaum Muhajirin and Anshar, Islam telah kokoh, salat telah ditegakkan, zakat dan puasa telah diwajibkan, hukum pidana telah ditegakkan, halal dan haram telah disyari’atkan, Islam telah tegak di tengah-tengah mereka dan kaum Anshar telah menyerahkan tanah air mereka dan beriman kepada Allah dan RasulNya.

Awal mula ketika Rasulullah menetap di kota Madinah, kaum muslimin mengerjakan salat bersama Rasulullah apabila waktu salat telah datang tanpa ada panggilan atau seruan. Pada awalnya Rasulullah ingin menjadikan terompet seperti yang digunakan orang-orang Yahudi untuk panggilan ibadah mereka. Akan tetapi kemudian Rasulullah tidak menyukainya. Kemudian beliau memerintahkan agar membuat lonceng yang dipukul untuk memanggil kaum muslimin mengerjakan salat.

Dalam keadaan demikian, Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah saudara Al-Harits bin Al-Khazraj mendengar seruan azan dalam mimpinya. Kemudian ia datang menemui Rasulullah dan berkata,” Wahai Rasulullah, tadi malam aku bermimpi didatangi seseorang, lalu seorang laki-laki yang mengenakan baju berwarna hijau lewat di hadapanku. Ia membawa lonceng di tangannya. Aku berkata padanya,” Wahai hamba Allah maukah engkau menjual lonceng itu ?

“Untuk apa?” Ia balik bertanya.

“Untuk kami jadikan alat memanggil kaum muslimin berkumpul mengerjakan salat,”kataku. Lelaki itu berkata,” Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada itu?”

“Apa itu?” aku balik bertanya.

Dia menjawab:” ucapkanlah:

“Allahu akbar Allahu akbar, Allahu akbar Allahu akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Hayya ‘alash sholah, Hayya ‘alash sholah. Hayya ‘alal falah, Hayya ‘alal falah. Allahu akbar Allahu akbar, Laailaaha illallah.”

Ketika Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya itu kepada Rasulullah saw, Beliau bersabda,” Sesungguhnya itu adalah mimpi yang haq. Pergi dan temui Bilal, lalu ajarkan lafadz itu agar ia mengumandangkannya. Karena suara Bilal lebih keras dari suaramu.

Ketika Umar bin Khattab mendengar Bilal mengumandangkan seruan adzan itu, dia keluar menemui Rasulullah lalu berkata,” Wahai Nabi Allah, demi Allah yang telah mengutus engkau dengan haq, sungguh aku telah mendengar seruan itu dalam mimpiku.”

Rasulullah bersabda,” segala puji bagi Allah atas semua itu.” (Tahdzib Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Abdussalam Harun 158)

 

INILAH MOZAIK

Inti dari Berbaik Sangka kepada Allah ialah…

HUSNUDZAN (berbaik sangka) kepada Allah termasuk ibadah hati yang memiliki nilai besar. Dan inti dari husnudzan kepada Allah adalah membangun keyakinan sesuai dengan keagungan nama dan sifat Allah, dan membangun keyakinan sesuai dengan konsekuensi dari nama dan sifat Allah.

Misalnya, membangun keyakinan bahwa Allah akan memberi rahmat dan ampunan bagi para hamba-Nya yang baik. Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa: 110)

Membangun keyakinan bahwa Allah akan mengampuni hamba-Nya yang mau bertaubat. Allah berfirman, “Orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqan: 71)

Membangun keyakinan bahwa Allah akan memberi pahala bagi hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.” (QS. al-Baqarah: 277)

Membangun keyakinan bahwa siapa yang tawakkal kepada Allah akan diberi kecukupan oleh Allah. Allah berfirman, “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya.” (QS. at-Thalaq: 3)

Membangun keyakinan bahwa setiap takdir dan keputusan Allah memiliki hikmah yang agung. Allah berfirman, “Tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. al-Hijr: 21)

 

INILAH MOZAIK

Penawar Hati yang Gundah

Hakikat hati adalah tidak terlihat dan samar bagi pancaindra manusia. Namun, keberadaan hati dapat dirasakan. Keberadaan hati pun termasuk perkara gaib bagi manusia, sama halnya dengan ruh. Oleh sebab itu, al-Ghazali menempatkan hati pada hakikat ruh. Ia menyebut hati sebagai bagian dari jenis ma laikat.

Hati adalah suatu bentuk abstrak bagi manusia atau tidak dapat dilihat pan caindra manusia. Pengertian hati menurut Islam juga merupakan tempat memperolehnya pengetahuan secara hakiki setelah pancaindra. Jika saja Allah tidak menciptakan hati kepada manusia maka seseorang tidak akan mengetahui sesuatu sampai hakikatnya.

Namun, suasana hati bisa berubah-ubah setiap saat. Ini bisa saja merupakan gambaran kepribadian yang belum stabil atau mengalami perlambatan dalam pematangan menuju dewasa. Bisa juga berupa gangguan psikis yang disebut gangguan bipolar. Walaupun untuk didiagnosis gangguan bipolar, pasien harus memenuhi adanya gejala manik dan depresif.

Pimpinan Pesantren Darush Sholihin Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal memberikan penawar bagi siapa saja yang merasa hatinya sedang galau gulana. Salah satu obat paling manjur untuk mengatasi suasana demikian dengan zikir atau mengingat Allah. Dalam beberapa ayat disebutkan tentang keutamaan zikir, seperti dalam surah al-Ankabut ayat 45 yang artinya “…Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamannya dari ibadah-ibadah yang lain).”

Syekh as-Sadi menyatakan, dalam shalat itu terdapat zikir pada Allah de ngan hati, lisan, dan anggota badan. Allah yang menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan sebaik-baik ibadah adalah shalat. Dalam ayat yang lain disebutkan keutamaan zikir, yaitu dalam surah al-Baqarah ayat 152.

Pada ayat itu, Allah berjanji akan mengingat hamba-Nya yang selalu ingat Allah. Syekh Shalih al-Munajjid menyatakan, siapa saja yang berzikir kepada Allah maka ia akan mendapat maslahat yang besar, yaitu Allah akan senantiasa mengingatnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi, “Aku sesuai dengan prasangkaan hamba pada-Ku.” (Mutta faqun Alaihi)

Kita harus senantiasa berzikir kepa da Allah. Termasuk ketika masuk pasar sekalipun. Sebab, pasar adalah tempat yang paling besar kesempatan manusia akan lalai terhadap tuhannya, kata Ustaz Abduh kepada jamaah yang begitu khidmat mendengarkan ceramahnya.

Ustaz Abduh Tuasikal melanjutkan paparannya. Kali ini, pengasuh Rumay sho membawakan ayat lain, yaitu surah al-Araf ayat 35. Ustaz Abduh Tuasikal mengutip perkataan Imam asy-Syaukani menyebutkan bahwa kalimat ghafilin pada ayat tersebut memiliki makna agar jangan menjadi orang yang lalai dari zikir kepada Allah. Dalam ayat ini juga ada perintah untuk berzikir dengan suara lirih. Sebab, hal tersebut lebih mendekati ikhlas.

Tak lupa, Ustaz Abduh Tuasikal juga mengajak para jamaah untuk senantiasa berzikir kala pagi dan petang. Mengutip pendapat Syekh as-Saddi, ia mengata kan, zikir yang banyak adalah dengan membaca tahlil, tahmid, tasbih, takbir, dan perkataan lainnya yang mendekat kan diri kepada Allah. Yang paling mi nimal adalah kita merutinkan zikir pagipetang, zikir bakda shalat lima waktu, serta zikir ketika muncul sebab tertentu. Zikir ini baiknya dirutinkan tiap waktu dan keadaan.

Dalam sebuah hadis, kata ustaz Abduh Tuasikal, disebutkan bahwa dua kalimat yang ringan di lisan tetapi berat dalam timbangan (amalan) dan dicintai oleh ar-Rahman, yaitu subhanallahi wa bihamdih dan subhanallahil azhim (Mahasuci Allah segala pujian untuk-Nya. Mahasuci Allah Yang Mahamulia). Itulah obat hati yang galau menurut Us taz Abduh Tuasikal.

Modal Berhijrah

Berhijrah semakin digandrungi kaum Muslimin Indone sia zaman kini. Ber bagai kajian ber temakan hijrah di masjid-masjid penuh oleh me reka yang haus akan nilai-nilai agama Islam baik muda maupun yang sudah usia tua. Ustaz Muhammad Nuzul Dzi kri dalam kajian “Hijrah Angan & Realitas” di Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Cawang, Jakarta Timur, memberikan penjelasan apa dan bagaimana hijrah itu. Me nurut Ustaz Muhammad, orang yang berhijrah harus me nyiapkan diri untuk bersabar meng hadapi ujian dari Allah SWT.

Ustaz Muhammad mengata kan, dalam Alquran, Allah SWT ber firman pasti akan menguji umat Muslim yang berhijrah. Se bab, hijrah yang dilakukan oleh seseorang harus ditutup dengan khusnul khatimah. Sedangkan untuk mendapatkan itu harus me lewati berbagai ujian.”Gak mungkin khusnul khatimah itu gratisan. Makanya ketika Allah bicara hijrah konteksnya gak ada kata santai-santai,” ujar Ustaz Muhammad, belum lama ini.

Ujian Allah bagi orang yang berhijrah juga sudah dituangkan dalam Alquran surah Ali-Imran ayat 195 yang berbunyi “Maka Tu han mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orangorang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu ada lah keturunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berpe rang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-ke salahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahal di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”

Menurut dia, hambatan berhijrah dapat datang dari mana saja. Karena itu, tidak mengherankan jika tidak sedikit orang yang mengalami hambatan berhijrah dari keluarganya sendiri. Namun, ia menilai tantangan tersebut sa ngat kecil apabila dibandingkan dengan yang disebutkan dalam QS Ali Imran tersebut. “Jadi, hij rah itu bukan klaim, bukan quote-quote indah, tapi berat, gak mudah. Setelah ujian, Allah am puni dosa-dosanya dan masuk surga. Pemberian langsung dari Allah,” kata Ustaz Muhammad.

Ustaz Muhammad juga me nyinggung orang yang berhijrah ha nya karena kepentingan dunia wi. Misalnya, hijrah yang mereka jalankan agar seluruh permasalahan hidupnya terselesaikan. Pa da hal, menurut Ustaz Muham mad, hal tersebut merupakan niat yang keliru. Hijrah, tuturnya, me rupakan menyerahkan diri ke pada Allah. Allah juga akan me nilai manusia apakah proses hij rah yang dijalani karena Allah atau manusia. Itu sebabnya, Allah akan menguji mereka dengan ber bagai cobaan.

Proses hijrah yang dilakukan Rasulullah SAW dapat dijadikan contoh oleh umat Muslim saat ini. Menurutnya, Rasulullah mengalami banyak ujian mulai intimidasi dan ancaman pembunuhan. Namun, ia hadapi ujian tersebut dengan sabar sehingga bisa melewatinya. Berhijrah adalah ujian keikhlasan loyalitas dan komitmen kepada Allah agar menda patkan ridha-Nya. “Dunia itu kam pungnya ujian. Dunia itu amal,” ujar Ustaz Muhammad me nambahkan.

Banyaknya ujian yang akan dihadapi membuat mereka harus mampu untuk bertahan. Karena itu, dia menilai, pelaku hijrah ha rus ikhlas dan jujur agar mereka tetap bertahan dalam berhijrah. Ini sesuai dengan QS al-Baqarah ayat 218, yakni “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

“Contoh ibadah ikhlas itu ada lah hijrah. Hijrah mencari rah mat Allah,” kata Ustaz Mu ham mad. Untuk istiqamah dalam hijrah, menurut dia, para pelaku nya harus belajar menjadi pelari maraton bukan sprinter. Artinya, mereka harus menjalan proses berhijrah dengan terus-menerus karena berhijrah tak memiliki ba tas. Dia pun meminta orang yang hendak berhijrah untuk belajar dan dilakukan secara bertahap. “Allah suka kelembutan. Jika kelembutan dicabut, akan meru sak situasi. Fokus ke iman dan aki dah sebelum bicara ikhtilaf. Dan ilmu itu harus kita amal kan,” ujarnya.

Diberikan pada Malam Isra’, Inilah Kalimat Dzikir yang Merupakan Tanaman Surga

Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam merupakan bapak dari para Nabi dan Rasul. Dari darah daging beliau, lahirlah Nabi Ismail dan Nabi Ishaq ‘Alaihimas salam. Dari keduanya, terlahirlah para Nabi-nabi dan Utusan-utusan setelahnya hingga Nabi Isa ‘Alaihis salam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Nabi Ibrahim berjuluk khalilullah, kekasih Allah Ta’ala. Guna meneladaninya, syariat ibadah haji, khitan, qurban, dan lain sebagainya diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah memilihnya sebagai kekasih sebagaimana pilihan-Nya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menjadi Nabi terakhir dan imam para Utusan Allah Ta’ala.

Hal ini juga menjadi bukti, bahwa risalah dari Allah Ta’ala tersambung. Sejak Nabi Adam ‘Alaihis salam hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semuanya mendakwahkan tauhid; mengesakan Allah Ta’ala dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu pun selain-Nya.

Sebagai salah satu kemukjizatan bagi para Nabi dan bukti Mahakuasa-Nya Allah Ta’ala, Dia Ta’ala pernah mempertemukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan para nabi sebelumnya. Peristiwa ini terjadi di malam Isra’ Mi’raj.

Selain mendapatkan perintah shalat fardhu lima waktu dalam sehari, Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam juga mendapatkan banyak hikmah lain dari peritiwa yang terjadi di Tahun Kesedihan itu. Salah satunya adalah kalimat dzikir yang diberikan dari Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam. Suami Siti Hajar dan Siti Sarah ini menyebut kalimat dzikir ini sebagai pohon-pohon di surga.

لقيت ابراهيم عليه السلام ليلةاسري بى، فقال: يا محمد! اقرىءامتك السلام، واخبرهم ان الجنةطيبةالتربةعذبةالماء، وانهاقيعان، وان غراسها: سبحان الله والحمدلله ولااله الاالله والله اكبر

Laqiituu Ibrahiima ‘alaihi as-salam lailata usriya bii. Faqaala: Ya Muhammad! Aqri-u ummataka as-salam, wa akhbirhum anna al-jannata thayyibatu at-turbati ‘adzbatu al-ma-i, wa annahaa qi-‘aanun, wa anna ghirasahaa: Subhanallahi wa al-hamdulillahi wa laa ilaha illa Allahu wa Allahu akbar.

Abu Dzar al-Ghifari meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dengan derajat Hasan,

“Aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam pada malam Isra’. Dia (Nabi Ibrahim) berkata, ‘Ya Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu. Kabarkan kepada mereka bahwa surga itu, tanahnya subur dan airnya tawar. Surga merupakan padang yang datar dan tumbuh-tumbuhannya adalah kalimat Subhanallahi wa al-hamdulillahi wa laa ilaha illallahu wa Allahu akbar (Mahasuci Allah, dan segala puji baginya, dan tiada Tuhan yang hak disembah kecuali Allah,dan Allah Mahabesar)’.”

Wallahu a’lam bish showwab.

 

[Pirman/BersamaDakwah]

Indahnya Malam Jihad di Jalan Allah

TERSEBUTLAH kisah dua orang mujahid di medan perang bernama Hatim Al-A’sham dan Shaqiq. Shaqiq merupakan seorang perawi hadits dari Ubad bin Katsir serta sahabat karib Ibrahim bin Adham. Ia menemui syahidnya dalam Perang Kulan pada tahun 194 H.

Salah satu malam dari banyaknya malam yang ia habiskan di medan perang, dimana sepanjang mata memandang hanyalah pandangan kepala yang tertebas dan pedang saling beradu. Shaqiq bertanya, “Wahai Hatim, kita berada di antara dua baris pejuang. Bagaimana menurutmu hari ini? Apakah seindah malam pertamamu?”

“Tidak, demi Allah,” jawab Hatim.

emudia Shaqiq berkata, “Demi Allah, pada hari ini, saya merasa lebih bahagia daripada apa yang saya rasakan ketika malam pertama.” Lalu, ia berbaring di antara dua baris pejuang yang mati syahid dan menempatkan tameng dari kulit di bawah pipinya sampai tertidur pulas dan dengkurannya terdengar.

Shaqiq juga sempat berkata, “Bertemanlah dengan orang-orang seperti dirimu ingin bermain dengan api, ambil yang bermanfaat dari mereka. Tapi berhati-hatilah jangan sampai terbakar.”

Begitulah indahnya malam Jihad fi Sabilillah bagi para mujahid hingga mereka menemui syahidnya. Bahkan lebih indah dibandingkan malam pertama bagi seorang pengantin.

Dan, sebagaimana pesan beliau, alangkah indahnya bila kita mampu berteman dengan mereka yang baik akhlak dan ibadahya. Karena sungguh, jauhilah teman-teman yang buruk meski mereka dekat, dan dekatilah teman-teman yang baik meski mereka jauh dari hidup kita. Selamat mencari teman hidup ya.

 

INILAH MOZAIK

Perjalanan Hijrah Dimas Seto dan Dini Aminarti

Perjalanan pasangan artis muda Dimas Seto dan Dini Aminarti berhijrah tidak dilakukan secara spontan. Mereka membutuhkan waktu panjang dan usaha yang tidak kecil untuk mempelajari serta mendalami agama secara konsisten.

Dimas mengatakan, sebenarnya ia dididik di keluarga taat beragama. Tapi, dirinya saja yang kerap bandel, termasuk ketika bekerja di dunia seni selama hampir 19 tahun.

“Secara duniawi, saya memang menghasilkan banyak. Namun, untuk akhirat, saya menganggapnya tidak ada,” ujarnya dalam sebuah talkshow di Masjid At-Taqwa Thamrin Residence, Jakarta Pusat, Ahad (8/4).

Saat bekerja di dunia hiburan itu, Dimas merasa hanya mengejar hal duniawi. Ia bahkan tidak sungkan mengorbankan waktu dua hari tidak pulang untuk sekadar mengejar kepuasan semata tanpa henti.

Kesadaran itu perlahan muncul pada 2003 ketika rasa ingin tahu terhadap agama timbul dalam diri Dimas. Ia ingin mencari tahu, apa yang menyebabkannya selalu gelisah, merasa kurang dan emosional tidak terkontrol.

“Saya cari tahu dan saya menyadari rasa itu ada karena selama ini saya tidak mengimbangi kepuasan duniawi dengan akhirat,” ujar Dimas.

Penggalian Dimas terhadap agama terus berlanjut sampai 2009 ia memutuskan menikah dengan Dini. Keduanya sama-sama memiliki rencana menata hidup lebih rapi. Komitmen itu semakin dirasa kuat pada 2012, saat teman-teman terdekat Dimas satu persatu meninggal dunia di usia yang masih muda.

Di saat proses penggalian ilmu semakin besar, sempat timbul keinginan Dimas untuk berhenti dari dunia seni. Tapi, ia menyadari di dunia banyak jalan berdakwah.

“Saya bisa menjadi virus yang baik. Tidak perlu berceramah di depan orang-orang, cukup mengajak kebaikan, misal shalat tepat waktu,” ucap Dimas.

Kondisi serupa juga terjadi pada Dini. Perjalanannya untuk berhijrah yang diawali dengan berhijab tidak dilakukan secara instan. Ia bahkan harus mempertimbangkan berkali-kali untuk menutup auratnya.

Dini menceritakan, pada awal nikah, Dimas sempat menyatakan keinginannya memilki istri berhijab. Dini yang waktu itu belum berhijab hanya meminta sang suami  mendoakan.

“Saya saat itu jawabnya hanya asal. Doain saja ya,” ujarnya.

Sampai suatu hari, Dini membaca sebuah artikel dengan cerita yang tidak akan pernah dilupakannya. Dalam artikel itu tertulis ada seorang perempuan tidak dapat masuk surga karena tidak berhijab.

Dengan berbagai pemikiran, sepekan setelahnya, Dini memutuskan berhijab. Keputusan itu diambilnya setelah berbicara dengan sang ibu, sepupu terdekat dan suami.

“Saya merasa, sebenarnya saya sudah mendapatkan hidayah sejak lama, hanya suka memungkiri,” ujarnya.

Tidak sampai di sini, Dini dan Dimas berupaya terus belajar mendalami agama secara beriringan. Selain belajar dengan menghadiri berbagai kajian di masjid, keduanya rutin bertukar pikiran bersama orang-orang yang lebih memahami ilmu agama.

 

REPUBLIKA

Kelengkapan Koleksi Masjid Bait Alquran Dipuji

Bait Alquran telah diakui sebagai salah satu museum terbaik di seluruh dunia. Pujian demikian bukan hanya tentang kelengkapan koleksi dan fasilitasnya, melainkan juga arsitektur Bait Alquran ini.

Seperti dilansir dari Time-Out Bahrain, bangunan Bait Alquran dirancang, seperti sebuah buku besar. Pada permukaan dindingnya terdapat guratan kaligrafi Alquran. Demikian pula pada menaranya. Desain bangunan utama Bait Alquran meng ambil inspirasi dari masjid tertua di Bahrain, Masjid al-Khamis.

Cagar budaya itu di duga telah berdiri sejak abad ke-12 Masehi. Bait Alquran terdiri atas lima lantai. Lantai pertama disebut juga dengan majlis atau aula. Selanjutnya, ada sebuah kawasan khusus tempat berdirinya Masjid Abdul Latif Jassim Kanoo.

Luasnya masjid tersebut dapat menampung hingga 150 orang jamaah. Kubahnya berbahan dasar kaca, sehingga memantulkan kesan elegan pada bagian aula Bait Alquran. Mihrabnya dilapisi keramik berwarna biru dengan hiasan bercorak geometris yang berpadu dengan kaligrafi ayat-ayat suci Alquran dengan gaya Kufi.

Lantai kedua ber ungsi sebagai perpustakaan. Di dalamnya terdapat lebih dari 20 ribu buku serta manuskrip-manuskrip dalam berbagai bahasa. Ke ba nyak an membahas se putar agama Islam, se dangkan lainnya ber tema pengetahuan umum atau seni bu daya. Adapun lantai ketiga merupakan Auditorium Mohammed bin Khalifa bin Salman. Sebagaimana Masjid Kanoo, daya tampungnya mencapai 150 orang.

Lantai keempat adalah semacam madrasah tempat studi Alquran, yakni Yusuf bin Ahmad Kanoo School. Kelaskelasnya mencakup khusus untuk anakanak hingga peneliti aka de mis. Murid atau ma hasiswa laki-laki dan pe rem puan ditem patkan seca ra terpisah. Akhirnya, pusat Bait Al quran terletak di lantai lima, yakni Museum al- Hayat. Lan taran fungsi utamanya, Mu seum al-Hayat terbagi menjadi dua lantai.

Di sini lah di pamerkan ma nus kripmanuskrip langka yang me muat ayat-ayat suci Al quran. Ko leksinya ber asal mu lai dari abad per tama Hijriyah, yakni manuskrip Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad.