Month: April 2018
Taubati Keburukan Sekecil Apapun
ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Tiada yang kuasa menggilirkan siang dan malam kecuali Allah. Tiada yang mampu menciptakan dan memelihara segala yang ada kecuali Allah. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Allah Swt berfirman, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nisaa [4] : 79)
Saudaraku, hal ini perlu sering kali kita ingat kembali. Bahwa tidak ada yang membuat kita sengsara, tidak ada yang membuat kita celaka, tidak ada yang membuat kita resah dan gelisah selain dari keburukan diri kita sendiri.
Bahkan, bukan syaitan yang membuat kita celaka. Syaitan hanya membisiki saja, mengajak kita untuk berbuat maksiat. Sedangkan yang menentukan pilihan apakah kita akan mengikuti ajakan syaitan ataukah kita menolaknya, maka itu di tangan kita sendiri. Allah Swt memberikan kita kemampuan untuk memilih yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
Namun, yang membuat repot adalah kita lebih melihat keburukan orang lain sebagai ancaman bagi kita, daripada keburukan diri kita sendiri. Padahal keburukan yang kita lakukan sekecil apapun adalah bagaikan kita menebar paku di jalan yang pasti akan kita lewati, kita sendiri yang akan terluka karena menginjaknya.
Maka, jika kita merasa hidup kita banyak sulitnya, hati kita lebih banyak tidak bahagianya, lebih banyak orang yang menyakiti kita daripada yang menyayangi kita, maka langkah terbaik adalah muhasabah diri dan bertaubat. Sekecil apapun keburukan, taubatilah. Supaya Allah melapangkan jalan dalam hidup kita. Insyaa Allah. [smstauhiid]
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
INILAH MOZAIK
Kumandang Azan Berawal dari Mimpi Sahabat Nabi
ABDULLAH bin Zaid bin Tsalabah adalah sahabat Nabi dari suku Khajraz yang menyaksikan baiat Aqabah kedua. Ia ikut dalam perang badar dan menyaksikan kehancuran dahsyat kaum Quraisy yang saat itu jumlahnya tiga kali kaum Muslim.
Ketika Rasulullah telah menetap dengan tenang di Madinah bersama para sahabat dari kaum Muhajirin and Anshar, Islam telah kokoh, salat telah ditegakkan, zakat dan puasa telah diwajibkan, hukum pidana telah ditegakkan, halal dan haram telah disyari’atkan, Islam telah tegak di tengah-tengah mereka dan kaum Anshar telah menyerahkan tanah air mereka dan beriman kepada Allah dan RasulNya.
Awal mula ketika Rasulullah menetap di kota Madinah, kaum muslimin mengerjakan salat bersama Rasulullah apabila waktu salat telah datang tanpa ada panggilan atau seruan. Pada awalnya Rasulullah ingin menjadikan terompet seperti yang digunakan orang-orang Yahudi untuk panggilan ibadah mereka. Akan tetapi kemudian Rasulullah tidak menyukainya. Kemudian beliau memerintahkan agar membuat lonceng yang dipukul untuk memanggil kaum muslimin mengerjakan salat.
Dalam keadaan demikian, Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah saudara Al-Harits bin Al-Khazraj mendengar seruan azan dalam mimpinya. Kemudian ia datang menemui Rasulullah dan berkata,” Wahai Rasulullah, tadi malam aku bermimpi didatangi seseorang, lalu seorang laki-laki yang mengenakan baju berwarna hijau lewat di hadapanku. Ia membawa lonceng di tangannya. Aku berkata padanya,” Wahai hamba Allah maukah engkau menjual lonceng itu ?
“Untuk apa?” Ia balik bertanya.
“Untuk kami jadikan alat memanggil kaum muslimin berkumpul mengerjakan salat,”kataku. Lelaki itu berkata,” Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada itu?”
“Apa itu?” aku balik bertanya.
Dia menjawab:” ucapkanlah:
“Allahu akbar Allahu akbar, Allahu akbar Allahu akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Hayya ‘alash sholah, Hayya ‘alash sholah. Hayya ‘alal falah, Hayya ‘alal falah. Allahu akbar Allahu akbar, Laailaaha illallah.”
Ketika Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya itu kepada Rasulullah saw, Beliau bersabda,” Sesungguhnya itu adalah mimpi yang haq. Pergi dan temui Bilal, lalu ajarkan lafadz itu agar ia mengumandangkannya. Karena suara Bilal lebih keras dari suaramu.
Ketika Umar bin Khattab mendengar Bilal mengumandangkan seruan adzan itu, dia keluar menemui Rasulullah lalu berkata,” Wahai Nabi Allah, demi Allah yang telah mengutus engkau dengan haq, sungguh aku telah mendengar seruan itu dalam mimpiku.”
Rasulullah bersabda,” segala puji bagi Allah atas semua itu.” (Tahdzib Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Abdussalam Harun 158)
Inti dari Berbaik Sangka kepada Allah ialah…
HUSNUDZAN (berbaik sangka) kepada Allah termasuk ibadah hati yang memiliki nilai besar. Dan inti dari husnudzan kepada Allah adalah membangun keyakinan sesuai dengan keagungan nama dan sifat Allah, dan membangun keyakinan sesuai dengan konsekuensi dari nama dan sifat Allah.
Misalnya, membangun keyakinan bahwa Allah akan memberi rahmat dan ampunan bagi para hamba-Nya yang baik. Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa: 110)
Membangun keyakinan bahwa Allah akan mengampuni hamba-Nya yang mau bertaubat. Allah berfirman, “Orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqan: 71)
Membangun keyakinan bahwa Allah akan memberi pahala bagi hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.” (QS. al-Baqarah: 277)
Membangun keyakinan bahwa siapa yang tawakkal kepada Allah akan diberi kecukupan oleh Allah. Allah berfirman, “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya.” (QS. at-Thalaq: 3)
Membangun keyakinan bahwa setiap takdir dan keputusan Allah memiliki hikmah yang agung. Allah berfirman, “Tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. al-Hijr: 21)
Penawar Hati yang Gundah
Hakikat hati adalah tidak terlihat dan samar bagi pancaindra manusia. Namun, keberadaan hati dapat dirasakan. Keberadaan hati pun termasuk perkara gaib bagi manusia, sama halnya dengan ruh. Oleh sebab itu, al-Ghazali menempatkan hati pada hakikat ruh. Ia menyebut hati sebagai bagian dari jenis ma laikat.
Modal Berhijrah
Berhijrah semakin digandrungi kaum Muslimin Indone sia zaman kini. Ber bagai kajian ber temakan hijrah di masjid-masjid penuh oleh me reka yang haus akan nilai-nilai agama Islam baik muda maupun yang sudah usia tua. Ustaz Muhammad Nuzul Dzi kri dalam kajian “Hijrah Angan & Realitas” di Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Cawang, Jakarta Timur, memberikan penjelasan apa dan bagaimana hijrah itu. Me nurut Ustaz Muhammad, orang yang berhijrah harus me nyiapkan diri untuk bersabar meng hadapi ujian dari Allah SWT.
Diberikan pada Malam Isra’, Inilah Kalimat Dzikir yang Merupakan Tanaman Surga
Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam merupakan bapak dari para Nabi dan Rasul. Dari darah daging beliau, lahirlah Nabi Ismail dan Nabi Ishaq ‘Alaihimas salam. Dari keduanya, terlahirlah para Nabi-nabi dan Utusan-utusan setelahnya hingga Nabi Isa ‘Alaihis salam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Nabi Ibrahim berjuluk khalilullah, kekasih Allah Ta’ala. Guna meneladaninya, syariat ibadah haji, khitan, qurban, dan lain sebagainya diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah memilihnya sebagai kekasih sebagaimana pilihan-Nya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menjadi Nabi terakhir dan imam para Utusan Allah Ta’ala.
Hal ini juga menjadi bukti, bahwa risalah dari Allah Ta’ala tersambung. Sejak Nabi Adam ‘Alaihis salam hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semuanya mendakwahkan tauhid; mengesakan Allah Ta’ala dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu pun selain-Nya.
Sebagai salah satu kemukjizatan bagi para Nabi dan bukti Mahakuasa-Nya Allah Ta’ala, Dia Ta’ala pernah mempertemukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan para nabi sebelumnya. Peristiwa ini terjadi di malam Isra’ Mi’raj.
Selain mendapatkan perintah shalat fardhu lima waktu dalam sehari, Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam juga mendapatkan banyak hikmah lain dari peritiwa yang terjadi di Tahun Kesedihan itu. Salah satunya adalah kalimat dzikir yang diberikan dari Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam. Suami Siti Hajar dan Siti Sarah ini menyebut kalimat dzikir ini sebagai pohon-pohon di surga.
لقيت ابراهيم عليه السلام ليلةاسري بى، فقال: يا محمد! اقرىءامتك السلام، واخبرهم ان الجنةطيبةالتربةعذبةالماء، وانهاقيعان، وان غراسها: سبحان الله والحمدلله ولااله الاالله والله اكبر
Laqiituu Ibrahiima ‘alaihi as-salam lailata usriya bii. Faqaala: Ya Muhammad! Aqri-u ummataka as-salam, wa akhbirhum anna al-jannata thayyibatu at-turbati ‘adzbatu al-ma-i, wa annahaa qi-‘aanun, wa anna ghirasahaa: Subhanallahi wa al-hamdulillahi wa laa ilaha illa Allahu wa Allahu akbar.
Abu Dzar al-Ghifari meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dengan derajat Hasan,
“Aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam pada malam Isra’. Dia (Nabi Ibrahim) berkata, ‘Ya Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu. Kabarkan kepada mereka bahwa surga itu, tanahnya subur dan airnya tawar. Surga merupakan padang yang datar dan tumbuh-tumbuhannya adalah kalimat Subhanallahi wa al-hamdulillahi wa laa ilaha illallahu wa Allahu akbar (Mahasuci Allah, dan segala puji baginya, dan tiada Tuhan yang hak disembah kecuali Allah,dan Allah Mahabesar)’.”
Wallahu a’lam bish showwab.
Indahnya Malam Jihad di Jalan Allah
TERSEBUTLAH kisah dua orang mujahid di medan perang bernama Hatim Al-A’sham dan Shaqiq. Shaqiq merupakan seorang perawi hadits dari Ubad bin Katsir serta sahabat karib Ibrahim bin Adham. Ia menemui syahidnya dalam Perang Kulan pada tahun 194 H.
Salah satu malam dari banyaknya malam yang ia habiskan di medan perang, dimana sepanjang mata memandang hanyalah pandangan kepala yang tertebas dan pedang saling beradu. Shaqiq bertanya, “Wahai Hatim, kita berada di antara dua baris pejuang. Bagaimana menurutmu hari ini? Apakah seindah malam pertamamu?”
“Tidak, demi Allah,” jawab Hatim.
emudia Shaqiq berkata, “Demi Allah, pada hari ini, saya merasa lebih bahagia daripada apa yang saya rasakan ketika malam pertama.” Lalu, ia berbaring di antara dua baris pejuang yang mati syahid dan menempatkan tameng dari kulit di bawah pipinya sampai tertidur pulas dan dengkurannya terdengar.
Shaqiq juga sempat berkata, “Bertemanlah dengan orang-orang seperti dirimu ingin bermain dengan api, ambil yang bermanfaat dari mereka. Tapi berhati-hatilah jangan sampai terbakar.”
Begitulah indahnya malam Jihad fi Sabilillah bagi para mujahid hingga mereka menemui syahidnya. Bahkan lebih indah dibandingkan malam pertama bagi seorang pengantin.
Dan, sebagaimana pesan beliau, alangkah indahnya bila kita mampu berteman dengan mereka yang baik akhlak dan ibadahya. Karena sungguh, jauhilah teman-teman yang buruk meski mereka dekat, dan dekatilah teman-teman yang baik meski mereka jauh dari hidup kita. Selamat mencari teman hidup ya.
Perjalanan Hijrah Dimas Seto dan Dini Aminarti
Perjalanan pasangan artis muda Dimas Seto dan Dini Aminarti berhijrah tidak dilakukan secara spontan. Mereka membutuhkan waktu panjang dan usaha yang tidak kecil untuk mempelajari serta mendalami agama secara konsisten.
Dimas mengatakan, sebenarnya ia dididik di keluarga taat beragama. Tapi, dirinya saja yang kerap bandel, termasuk ketika bekerja di dunia seni selama hampir 19 tahun.
“Secara duniawi, saya memang menghasilkan banyak. Namun, untuk akhirat, saya menganggapnya tidak ada,” ujarnya dalam sebuah talkshow di Masjid At-Taqwa Thamrin Residence, Jakarta Pusat, Ahad (8/4).
Saat bekerja di dunia hiburan itu, Dimas merasa hanya mengejar hal duniawi. Ia bahkan tidak sungkan mengorbankan waktu dua hari tidak pulang untuk sekadar mengejar kepuasan semata tanpa henti.
Kesadaran itu perlahan muncul pada 2003 ketika rasa ingin tahu terhadap agama timbul dalam diri Dimas. Ia ingin mencari tahu, apa yang menyebabkannya selalu gelisah, merasa kurang dan emosional tidak terkontrol.
“Saya cari tahu dan saya menyadari rasa itu ada karena selama ini saya tidak mengimbangi kepuasan duniawi dengan akhirat,” ujar Dimas.
Penggalian Dimas terhadap agama terus berlanjut sampai 2009 ia memutuskan menikah dengan Dini. Keduanya sama-sama memiliki rencana menata hidup lebih rapi. Komitmen itu semakin dirasa kuat pada 2012, saat teman-teman terdekat Dimas satu persatu meninggal dunia di usia yang masih muda.
Di saat proses penggalian ilmu semakin besar, sempat timbul keinginan Dimas untuk berhenti dari dunia seni. Tapi, ia menyadari di dunia banyak jalan berdakwah.
“Saya bisa menjadi virus yang baik. Tidak perlu berceramah di depan orang-orang, cukup mengajak kebaikan, misal shalat tepat waktu,” ucap Dimas.
Kondisi serupa juga terjadi pada Dini. Perjalanannya untuk berhijrah yang diawali dengan berhijab tidak dilakukan secara instan. Ia bahkan harus mempertimbangkan berkali-kali untuk menutup auratnya.
Dini menceritakan, pada awal nikah, Dimas sempat menyatakan keinginannya memilki istri berhijab. Dini yang waktu itu belum berhijab hanya meminta sang suami mendoakan.
“Saya saat itu jawabnya hanya asal. Doain saja ya,” ujarnya.
Sampai suatu hari, Dini membaca sebuah artikel dengan cerita yang tidak akan pernah dilupakannya. Dalam artikel itu tertulis ada seorang perempuan tidak dapat masuk surga karena tidak berhijab.
Dengan berbagai pemikiran, sepekan setelahnya, Dini memutuskan berhijab. Keputusan itu diambilnya setelah berbicara dengan sang ibu, sepupu terdekat dan suami.
“Saya merasa, sebenarnya saya sudah mendapatkan hidayah sejak lama, hanya suka memungkiri,” ujarnya.
Tidak sampai di sini, Dini dan Dimas berupaya terus belajar mendalami agama secara beriringan. Selain belajar dengan menghadiri berbagai kajian di masjid, keduanya rutin bertukar pikiran bersama orang-orang yang lebih memahami ilmu agama.
Kelengkapan Koleksi Masjid Bait Alquran Dipuji
Bait Alquran telah diakui sebagai salah satu museum terbaik di seluruh dunia. Pujian demikian bukan hanya tentang kelengkapan koleksi dan fasilitasnya, melainkan juga arsitektur Bait Alquran ini.