Kisah-kisah Khusnul Khotimah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

[1] Wudhu Terakhir

Dari Ummu Hisyam at-Thaiyah

رأيت عبد الله بن بسر يتوضأ، فبينما هو يتوضأ خرجت نفسه

Aku melihat Abdullah bin Busr berwudhu. Di tengah beliau wudhu, ruhnya keluar (meninggal). (Tarikh Abu Zur’ah ad-Dimasyqi, 1/255)

[2] Meninggal ketika membaca al-Quran

Ketika Misrah bin Muslim mendekati kematian, beliau mulai membuka al-Quran, dan tepat di surat Thaha. Hingga ketika sampai di firman Allah,

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

“Aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).”

Lalu beliau meninggal dunia. (Tartib al-Madarik, al-Qadhi Iyadh, 6/217)

[3] Dari Abul Husain bin Fadhl al-Qatthan, beliau bercerita,

Saya menemui Abu Bakr an-Naqqasy – ketika itu bertepatan hari selasa tanggal 3 Syawal tahun 351 H. Abu Bakr sangat memperhatikan untuk beramal baik. Beliau bergumam sesuatu, saya tidak tahu apa yang beliau baca. Tiba-tiba beliau membaca ayat ini dengan keras,

لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ

“Yang kemenangan seperti inilah seharusnya dijadikan tujuan orang-orang yang beramal.” (QS. as-Shaffat: 61)

Beliau baca sebanyak 3 kali, lalu beliau meninggal.. (Tarikh Baghdad, al-Khatib al-Baghdadi, 2/607).

[4] Dari Abu Bakr bin Ziyad

Saya ikut menyaksikan proses kematian Ibrahim bin Hani’. Ketika itu beliau puasa, lalu berkata kepada anaknya,

“Aku haus sekali.”

Datanglah putranya dengan membawa air.

Lalu Ibrahim bertanya, “Apakah matahari sudah tenggelam?”

“Belum.” Jawab anaknya.

Beliaupun menolak untuk minum air itu. Lalu beliau membaca,

لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ

“Yang kemenangan seperti inilah seharusnya dijadikan tujuan orang-orang yang beramal.” (QS. as-Shaffat: 61)

Kemudian beliau meninggal.. rahimahullah..

(Tarikh Baghdad, al-Khatib al-Baghdadi, 7/163).

[5] Dikisahkan bahwa Abdullah bin Ibrahim al-Khabari meninggal ketika menulis mushaf.

Beliau sedang duduk menulis mushaf. Lalu beliau letakkan pena dari tangannya, dan bersandar. Lalu beliau mengatakan,

واللّه هذا موت طيّب هيّن

“Demi Allah, ini kematian yang baik, mudah..”

Lalu beliau meninggal. (Thabaqat as-Syafi’iyah, al-Husaini, hlm. 173).

[6] Kisah wafatnya Ismail an-Naisaburi

Menjelang wafat, ibunya bertanya kepadanya.

‘Apa yang terjadi denganmu?’

Ismail tidak bisa bicara. Lalu beliau tuliskan di tangan ibunya,

رَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ

“Ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan..”

Kemudian beliau meninggal. (Siyar A’lam an-Nubala’, 20/161).

[7] Wafatnya Abu Zur’ah ar-Razi – ulama ahli hadis –

Abu Ja’far, Muhammad bin Ali bercerita,

Kami hadir ketika peristiwa wafatnya Abu Zur’ah. Ketika beliau sakit parah, ada banyak ahli hadis yang menjenguk. Ada Abu Hatim, Ibnu Warah, al-Mundzir bin Syadzan, dan para ulama hadis lainnya.

Merekapun saling mengingatkan untuk mentalqin Abu Zur’ah. Namun mereka semua segan dengan Abu Zur’ah.

“Coba kita bacakan hadis.” Usulan salah satu diantara mereka.

Ibnu Warah, “Telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, bahwa Abdul Hamid bin Ja’far telah menceritakan kepada kami…”

Abu Hatim, “Telah menceritakan kepada kami Imam Bundar, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, bahwa Abdul Hamid bin Ja’far telah menceritakan kepada kami…”

Sementara yang lain terdiam.

Tiba-tiba Abu Zur’ah membuka matanya dalam kondisi mendekati kematian, sambil menyebut hadis,

حدثنا بندار، حدثنا أبو عاصم، حدثنا عبد الحميد، عن صالح بن أبي عريب، عن كثير بن مرة، عن معاذ بن جبل، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (من كان آخر كلامه: لا إله إلا الله، دخل الجنة)

“Telah menceritakan kepada kami Imam Bundar, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, bahwa Abdul Hamid telah menceritakan kepada kami, dari Soleh bin Abi Arib, dari Katsir bin Murrah, dari Muadz bin Jabal, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang kalimat terakhirnya, ‘Laa ilaaha illallah’ maka dia akan masuk surga.”

Lalu beliau meninggal. Rahimahullah…

Kematian itu pasti dan hanya sekali…

Ya Rab.. jadikan kematian kami adalah kematian yang baik.. anugerahkanlah untuk kami husnul khatimah..

Amiin…

Dinukil dari WA grup Syaikh al-Walid Saifun Nashr dan diterjemahkan secara bebas oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Read more https://konsultasisyariah.com/31896-kisah-kisah-khusnul-khotimah.html

Telat Bayar SPP Sekolah

Apa hukumnya jika wali murid telat bayar SPP sekolah? Apakah wali murid berdosa? Ini banyak terjadi d kota kami..

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Ketika seorang wali murid memasukkan anaknya ke sebuah lembaga pendidikan, dan dia diwajibkan untuk membayar, maka status akadnya adalah ijarah (transaksi jasa). Dimana lembaga pendidikan berstatus sebagai penyedia jasa belajar, sementara wali murid sebagai klien yang berhak mendapat layanan jasa pembelajaran dengan membayar senilai tertentu.

Karena itulah, aturan yang berlaku dalam akad ini, dikembalikan kepada kesepakatan semua pihak. Seperti berapa nilai uang gedung (biaya sewa gedung), nilai SPP, waktu pembayarannya, atau lainnya. Termasuk rincian layanan yang diberikan, seperti berapa hari masuk sekolah, fasilitas apa saja yang diberikan, dst.

Ini semua kembali kepada kesepakatan, yang selanjutnya mengikat kedua pihak.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ

“Setiap muslim harus memenuhi kesepatan mereka.” (HR. Abu Daud 3594 dan dihasankan al-Albani).

Bagaimana jika telat bayar SPP?

Jika telah disepakati SPP dibayar setiap awal bulan, maka telat bayar SPP berarti menyalahi kesepakatan. Bagi yang melakukannya karena ada kesengajaan, jelas ini pelanggaran.

Idealnya SPP dibayar sebelum jatuh tempo. Agar kita bisa mengamalkan hadis berikut,

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْطُوا الْأَجِيرَ أَجْرَهُ، قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ

Berikan upah kepada karyawan sebelum dia kering keringatnya. (HR. Ibnu Majah 2443 dan dishahihkan al-Albani)

Hati-hati dengan Kedzaliman

Yang sangat disayangkan, terkadang ada diantara wali murid yang nunggak bayar SPP sampai berbulan-bulan. Bagi wali murid yang belum bayar SPP beberapa bulan, sejatinya dia berutang kepada sekolah. Dan orang mampu yang sengaja menunda pembayaran utang, termasuk pelaku kedzaliman.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ

Menunda pelunasan utang yang dilakukan orang yang mampu adalah kedzaliman. (HR. Bukhari 2287, Ahmad 5395 dan yang lainnya).

Kedepankan prinsip nasehat, memberikan sikap yang terbaik kepada orang lain, sebagaimana kita ingin disikapi yang sama. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Kalian tidak akan beriman, sampai kalian mencintai sikap untuk saudara kalian sesama mukmin, sebagimana dia suka jika itu diberikan untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari 13 & Muslim 45)

Hadis ini mengajarkan prinsip sederhana yang luar biasa. Jika anda ingin disikapi baik oleh orang lain, maka sikapilah orang lain dengan sikap yang sama. Jika anda tidak ingin disikapi buruk oleh orang lain, maka jangan sikapi orang lain dengan sikap yang sama.

Karena itu, cara yang paling mudah untuk bisa melakukan nasehat ketika berinteraksi dengan sesama adalah bayangkan bahwa anda menjadi lawan interaksi anda. Jika anda seorang penjual, bayangkan anda menjadi pembeli, atau sebaliknya. Sikap seperti apa yang anda harapkan dari lawan transaksi anda, berikan sikap itu kepadanya.

Ketika anda di posisi sebagai wali murid, bayangkan anda sebagai guru atau pihak sekolah. Karena anda karyawan, anda berharap, upah anda dibayar penuh dan tepat waktu. Berikan sikap ini kepada sekolah, bayar SPP secara penuh dan tepat waktu.

Waspada Sikap Tathfif

Terkait hak dan kewajiban dalam berinteraksi dengan orang lain, terkadang ada model manusia yang hanya semangat dalam menuntut hak, tapi malas dalam menunaikan kewajiban. Perbuatan ini diistilahkan dengan tathfif, orangnya disebut muthaffif.

Model manusia semacam ini telah Allah singgung dalam Alquran, melalui firman-Nya:

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (1) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (2) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

“Celakalah para muthaffif. Merekalah orang yang ketika membeli barang yang ditakar, mereka minta dipenuhi. tapi apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Mutaffifin: 1 – 3).

Cerita ayat tidak sampai di sini. Setelah Allah menyebutkan sifat mereka, selanjutnya Allah memberi ancaman keras kepada mereka. Allah ingatkan bahwa mereka akan dibangkitkan di hari kiamat, dan dilakukan pembalasan setiap kezaliman.

Para ulama ahli tafsir menegaskan bahwa makna ayat ini bersifat muta’adi. Artinya, hukum yang berlaku di ayat ini tidak hanya terbatas untuk kasus jual beli. Tapi mencakup umum, untuk semua kasus yang melibatkan hak dan kewajiban. Setiap orang yang hanya bersemangat dalam menuntut hak, namun melalaikan kewajibannya, maka dia terkena ancaman tathfif di ayat ini. (Simak Tafsir As-Sa’di, hal. 915).

Seorang wali murid yang hanya bisa menuntut kewajiban pihak sekolah, sementara malas dalam memberikan hak mereka, maka dia terkena ancaman tathfif. Sebaliknya, pihak sekolah yang hanya semangat menuntut haknya, sementara malas dalam menunaikan kewajibannya, juga terancam dengan ayat ini.

Memang ketika kita berinteraksi kita saling mengawasi. Namun yang lebih penting kita awasi adalah diri kita sendiri, jangan sampai melakukan kedzaliman atau pelanggaran hak orang lain.

Bisa Menjadi Musuh Allah di Hari Kiamat

Jika sampai ada keinginan tidak bayar, dan langsung keluar dari sekolah, sementara pihak sekolah telah memberikan layanan pembelajaran sesuai yang dijanjikan, maka pihak wali murid bisa jadi masuk dalam ancaman dalam hadis berikut,

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: … وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُوَفِّهِ أَجْرَهُ “

Allah berfirman, “Tiga orang, Aku akan menjadi musuhnya pada hari kiamat, … (diantaranya) Orang yang mempekerjakan orang lain, namun setelah orang tersebut bekerja dengan baik upahnya tidak dibayarkan” (HR. Bukhari 2227).

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/31867-telat-bayar-spp-sekolah.html

Penggalian Khandaq dan Spirit Ramadhan

RAMADHAN selalu  menjadi spirit para pejuang. Dalam sirah nabawiyah dikisahkan bahwa sebelum Pertempuran Khndaq atau Perang Ahzab meletus (tahun 5 Hijriah di bulan Syawal), Nabi dan para sahabat menyiapkannya dengan sangat baik pada bulan Ramadhan. Sayyid bin Husain al-‘Affani dalam buku Nidâ`u al-Rayyân fî Fiqhi al-Shaum wa Fadhli Ramadhân (1417: 314) menukil pendapat Ibnu Qayyim mengenai persiapan monumental sebelum terjadinya perang dahsyat ini.

Penggalian parit (persiapan pra Ahzab) –yang diinisiasi oleh Salman Al-Farisi- di depan gunung Sala’, menurut Ibnu Qayyim, menghabiskan waktu sebulan penuh. Sedangkan menurut Dr. Ragib As-Sirjani malah hanya dua minggu. Panjang parit mencapai lima ribu hasta. Sedangkan kedalamannya mencapai tujuh hasta dan lebarnya sekitar tujuh hasta juga. Dengan pertolongan Allah, perjuangan gigih dan mental yang tak pernah putus asa mereka sanggup melampau tantangan ini dan ini terjadi di bulan Ramadhan.

Dr. Syauqi Abu Khalil dalam buku Athlas al-Târikh al-‘Arabi al-Islâmi (2005: 33) memberikan gambaran secara rinci mengenai kondisi parit. Menurut hitungan beliau, panjanga parit: 5544 Meter. Lebar standarnya: 4, 62 Meter. Sedangkan kedalamannya: 3,234 Meter.

Di samping itu, medan parit yang digali tidak semuanya mudah. Ada juga yang berisi batu-batu yang sulit untuk digali. Umat Islam berjumlah 3000 banding 10.000 orang. Dalam kondisi tidak berpuasa saja, tiga ribu orang mengerjakan proyek besar ini begitu berat, apalagi jika pada momentum puasa?

Pada akhirnya, Perang Khandaq yang meletus pada 5 Hijriah di bulan Syawal antara tiga ribu pasukan muslim melawan sepuluh ribu pasukan koalisi Yahudi-Kafir Qurays dimenangkan oleh umat Islam. Namun, kalau mau menelaah kembali sejarah, yang menjadi catatan menarik justru bagaimana persiapan mereka dalam menggali parit di bulan Ramadhan. Kemenangan gemilang yang dianugerahkan Allah kepada mereka –setelah rahmat-Nya- tidak bisa dilepas dari persiapan begitu matang dan mengharukan ini yang lahir dari spirit Ramadhan.

 

Bayangkan! Dalam momen bulan Ramadhan, musim dingin, kondisi pangan lagi susah, diembargo secara ekonomi, jumlah pasukan ala kadarnya (3000 orang), harus menghadapi koalisi adikuasa Yahudi-Kafir Qurays.

Bagi yang lemah iman, hati berpenyakit seperti orang-orang munafik mungkin persiapan ini dianggap gila. Komentar mereka digambarkan secara gamblang dalam al-Qur`an, “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 12). Sedangkan orang beriman dengan lantang dan yakin menyatakan, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. (QS. Al-Ahzab [33]: 22). Justru tantangan ini menambah keimanan dan ketundukan mereka.

Persiapan mereka ketika menggali Khandaq sungguh mengharukan. Mereka begitu kompak mematuhi perintah Rasul. Setiap empat puluh hasta dibagi 10 orang untuk menggalinya. Dalam momen ini tak jarang di antara mereka yang kelaparan hingga menahan perutnya dengan satu batu. Rupanya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sendiri tak kalah susah. Dua batu ditindih diperutnya untuk menahan lapar. Hebatnya, beliau juga turun langsung menggali, karena pemimpin harus menjadi teladan terdepan dalam perjuangan.

 

Pertanyaannya, apakah mereka kalut dan sedih dalam kondisi demikian? Sama sekali tidak. Meski alat yang digunakan untuk menggali begitu ala kadarnya dan tentu saja kalah canggi dibanding dengan alat sekarang, tidak menghalangi mereka untuk tetap manggali. Mereka sangat kompak, solidaritasnya tinggi, taat kepada pimpinan, tidak keluar tanpa izin. Sesekali, mereka bersama Rasul menyenandungkan syair untuk memperkuat spirit. Misalnya kalangan Anshar bersenandung:

نَحْنُ الَّذِينَ بَايَعُوا مُحَمَّدَا … عَلَى الجِهَادِ مَا حَيِينَا أَبَدَا

Kami adalah orang-orang yang membaiat Muhammad

          Selama kami masih hidup untuk berjihad

Kemudian oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dibalas:

          «اللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلَّا عَيْشُ الآخِرَهْ … فَأَكْرِمِ الأَنْصَارَ وَالمُهَاجِرَهْ»

Ya Allah tiada kehidupan selain akhirah

          Maka muliakanlah Anshar dan Muhajirah (HR. Bukhari)

 

Bahkan, dalam momen yang sangat mencekam ini, Rasulullah memberi kabar gembira, bahwa kelak Syam (basis Romawi Timur), Persia dan Yaman akan dikuasai orang-orang Islam (HR. Ahmad). Optimisme selalu ditanamkan nabi dalam momen seperti ini. Sehingga mereka tetap semangat, meski kondisi begitu susah sangat.

Dengan demikian maka tidak salah jika momentum Ramadhan selalu melahirkan spirit baru bagi para pejuang yang senantiasa semangat dalam gelanggang perjuangan. Tidak mengherankan jika orang yang memiliki karakter dan ketangguhan jiwa seperti ini, atas izin Allah, akan mendapatkan kemenangan gemilang.*/Mahmud Budi Setiawan

HIDAYATULLAH

Kemenag Pastikan Layanan Haji 1439 H Sudah Siap

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memastikan layanan buat jamaah Indonesia di Arab Saudi pada musim haji 1439H/2018M sudah siap.

Penegasan ini disampaikan Menag usai melakukan pengecekan langsung sejumlah layanan haji,  baik di Madinah maupun Makkah.

“Alhamdulillah, checking persiapan akhir Haji 2018 berjalan lancar. Bersyukur bahwa hotel-hotel di Madinah dan Makkah, transportasi, dan katering telah siap,” jelas Menag di Makkah, Senin (11/06/2018) dalam rilis diterima baru-baru ini.

Menag Lukman bertolak ke Arab Saudi pada Kamis (07/06/2018) lalu. Setibanya di Jeddah, Menag langsung memimpin rapat bersama jajaran Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, tim penyedia layanan, serta Konjen RI di Jeddah dan tim Kantor Urusan Haji (KUH).

Rapat membahas update kesiapan layanan haji tahun ini. Setelah itu, Menag bertolak ke Madinah lalu ke Makkah untuk mengecek langsung kesiapan layanan untuk jamaah. Menag dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada Rabu (13/06/2018).

“Secara keseluruhan, layanan akomodasi, transportasi, dan konsumsi sudah siap 90-95 persen. Tinggal finalisasi kontrak beberapa hotel di Madinah dan penyelesaian kontrak katering,” tutur Menag.

“Semua hotel yang disewa sesuai standar minimal, yaitu: setara hotel bintang 3 dan 4,” sambungnya.

Tahun ini, Kemenag menyewa 165 hotel di Makkah yang tersebar di tujuh wilayah,  yaitu: Aziziah (19 hotel), Mahbas Jin (16), Misfalah (23), Jarwal (6), Syisyah (57), Raudhah (29), dan Rei Bakhsy (15). Sebanyak 109 hotel di antaranya adalah repeat order karena dinilai oleh jamaah memberikan layanan yang baik pada musim haji tahun lalu.

Di Madinah, Kemenag menyewa 107 hotel yang semuanya berada di wilayah Markaziah. Sebanyak 32 hotel bahkan dikontrak satu musim penuh atau full musim, sedang 75 hotel disewa blocking time.

Untuk layanan katering, Kemenag melakukan kontrak dengan 36 perusahaan di Makkah, dua perusahaan di Jeddah, dan 15 perusahaan katering di Madinah. Katering pada fase puncak haji,  Arafah-Mina-Muzdalifah (Armina), akan disiapkan 19 perusahaan yang juga sudah menandatangani kontrak kerja sama.

Kementerian Agama juga telah melakukan kontrak kerja sama dengan tujuh perusahaan yang akan melayani transportasi antar kota perhajian (Jeddah, Makkah, dan Madinah). Ketujuh perusahaan itu adalah Saptco, Rawahel, Rabitat, Dallah, Al Masa, Al Qaid, dan Hafil.

Moda transportasi ini paling tua buatan 2013. Semua sudah dilengkapi AC,  kulkas, toilet, dan kursi 2 – 2. Adapun khusus untuk bus shalawat, Kemenag melakukan kontrak kerjasama dengan Saptco dan Rawahel.

Menag berharap, sejumlah peningkatan layanan tersebut akan menambah kenyamanan jamaah dalam beribadah.*

 

HIDAYATULLAH

Inilah Deretan Pesepakbola Muslim yang Rayakan Idul Fitri di Piala Dunia 2018

Bagi sejumlah pemain, Piala Dunia 2018 terasa sangat berbeda, khususnya bagi mereka yang beragama Muslim, karena ajang empat tahunan kali ini digelar bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1439 H.

Namun demi profesionalitas, pemain-pemain muslim harus melupakan sejenak berlebaran dengan keluarganya. Mereka harus membela negara masing-masing di turnamen akbar empat tahunan ini.

Berikut daftar pemain Muslim per Grup yang merayakan Hari Raya Idul Fitri di Rusia:

  1. Mohamed Salah

Pemain Liverpool ini dikenal serius jika sudah berbicara soal urusan agama. Mohamed Salah dipandang sebagai Muslim yang taat dan itu ia tunjukkan dengan gaya bersujudnya saat melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang lawan.

Namun tahun ini Salah tak bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan keluarganya. Ia harus memperkuat Mesir yang tergabung di babak penyisihan grup A.

  1. Medhi Benatia

Dari grup B, ada Medhi Benatia. Bek tangguh Juventus ini dipercaya mengawal tembok pertahanan Timnas Maroko.

Benatia tidak sendiri. Mayoritas pemain Maroko memiliki keyakinan yang sama dengannya. Namun tahun ini mereka harus merayakan Idul Fitri jauh dari rumah masing-masing.

  1. Paul Pogba

Timnas Prancis diperkuat sejumlah pemain yang beragama Muslim. Namum satu yang paling menyorot perhatian tentu sang gelandang tangguh nan cerdik, Paul Labile Pogba.

Beberapa hari jelang Piala Dunia, Pogba sempat beribadah umrah ke Tanah Suci Makkah. Hal itu dilakukannya setelah kompetisi Liga Inggris musim 2017-2018 selesai digulirkan.

  1. Ahmed Musa

Cepat dan tidak kenal menyerah, itulah tipikal permainan Ahmed Musa. Bermodalkan bakatnya tersebut, eks Leicester City ini akhirnya dipanggil Timnas Nigeria untuk bermain di Piala Dunia 2018.

Baginya, ini jadi kesempatan perdana main di ajang sekelas Piala Dunia. Namun sebagai gantinya, ia tak bisa menikmati lebaran dengan keluarga besarnya.

  1. Xherdan Shaqiri

Di Timnas Swiss, ada beberapa pemain yang juga beragama Muslim. Salah satunya adalah Xherdan Shaqiri yang konsisten memperkuat negaranya sejak 2007

Shaqiri juga dikenal sebagai Muslim yang taat. Itu terlihat dengan kebiasaannya berdoa sebelum memulai pertandingan.

  1. Mesut Ozil

Mesut Ozil bisa mewakili pemain-pemain Islam yang ada di skuad Timnas Jerman. Sebagai seorang Muslim, ia dikenal fasih saat membaca kitab suci Al Quran. Hal itu diketahui lewat pernyataan Cristiano Ronaldo beberapa tahun lalu yang mengaku tersentuh ketika Ozil sedang mengaji.

Namun sayang, Ozil tak bisa mengawali Hari Raya Idul Fitri di negaranya dan bersama keluarganya. Gelandang berdarah Turki tersebut jadi andalan Jerman di Piala Dunia 2018.

  1. Marouane Fellaini

Sangat mudah melihat Marouane Fellaini di antara 22 pemain yang berlaga di atas lapangan hijau. Ini terjadi karena gaya rambut sang pemain yang berbeda dengan rekan-rekan atau lawan-lawannya.

Jarang yang tahu kalau Fellaini beragama Muslim. Di skuad Belgia untuk Piala Dunia 2018, Fellaini akan menjalani Hari Raya Idul Fitri bersama Adnan Januzaj, Moussa Dembele, dan Nacer Chadli.

  1. Sadio Mane

Rekan Mo Salah di Liverpool ini juga sangat taat dalam keyakinannya. Sadio Mane selalu melakukan selebrasi dengan bersujud sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.

Tahun ini Mane juga harus merayakan Idul Fitri jauh dari kampung halamannya. Namun ini terbayar sebab ia bakal bermain membela Senegal di ajang sebesar Piala Dunia. (fj)

 

 

ERA MUSLIM

Keistimewaan Puasa Syawal

KITA tahu bersama bahwa puasa Syawal itu punya keutamaan, bagi yang berpuasa Ramadan dengan sempurna lantas mengikutkan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia akan mendapatkan pahala puasa setahun penuh.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim no. 1164).

Itulah dalil dari jumhur atau mayoritas ulama yag menunjukkan sunnahnya puasa Syawal. Yang berpendapat puasa tersebut sunnah adalah madzhab Abu Hanifah, Syafii dan Imam Ahmad. Adapun Imam Malik memakruhkannya. Namun sebagaimana kata Imam Nawawi rahimahullah,

“Pendapat dalam madzhab Syafii yang menyunnahkan puasa Syawal didukung dengan dalil tegas ini. Jika telah terbukti adanya dukungan dalil dari hadits, maka pendapat tersebut tidaklah ditinggalkan hanya karena perkataan sebagian orang. Bahkan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah ditinggalkan walau mayoritas atau seluruh manusia menyelisihinya.

Sedangkan ulama yang khawatir jika puasa Syawal sampai disangka wajib, maka itu sangkaan yang sama saja bisa membatalkan anjuran puasa Arafah, puasa Asyura dan puasa sunnah lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51)

[Muhammad Abduh Tuasikal]

INILAH MOZAIK

Puasa 6 Hari Syawal, Sempurnakan Puasa Setahun

KENAPA puasa Syawal bisa dinilai berpuasa setahun? Mari kita lihat pada hadits Tsauban berikut ini,

Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Barangsiapa berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Idul Fitri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas sepuluh kebaikan semisal.” (HR. Ibnu Majah no. 1715. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Disebutkan bahwa setiap kebaikan akan dibalas minimal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Ini menunjukkan bahwa puasa Ramadan sebulan penuh akan dibalas dengan 10 bulan kebaikan puasa.

Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal akan dibalas minimal dengan 60 hari (2 bulan) kebaikan puasa. Jika dijumlah, seseorang sama saja melaksanakan puasa 10 bulan + 2 bulan sama dengan 12 bulan.

Itulah mengapa orang yang melakukan puasa Syawal bisa mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Rahasia Dibalik Perintah Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Setelah berpuasa satu bulan penuh di bulan Suci Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk menjalankan puasa selama 6 hari di bulan Syawal. Hal yang terkadang terasa berat karena di Hari Raya Idul Fitri ini banyak orang yang menghabiskan waktu untuk pergi berlibur dan merasakan nikmatnya makan di pagi dan siang hari.

Mungkin, hanya sebagian kaum Muslimin saja yang melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang satu ini. Banyak orang lebih memilih untuk tidak berpuasa kembali. Padahal, jika ia tahu rahasia di balik puasa Syawal, maka ia akan merasakan rugi.

Rahasia puasa Syawal apa?

Dari Abdul Wahab, ia berkata, “Rahasia yang terkandung dalam anjuran puasa 6 hari Syawal ini yaitu, ‘Bahwa tidak tertutup kemungkinan terjadinya pelampiasan nafsu terhadap syahwatnya di hari raya, mengakibatkan kelengahan dan terpatri hatinya, maka puasa 6  hari seolah-olah menjadi penebus terhadap apa-apa yang kurang sempurna dalam pengetrapannya, dan cacat dalam melaksanakan puasa Ramadhan seperti persunatan yang mengiringi fardhu atau sujud syahwi.’ Sedang teknis pelaksanaannya (puasa 6 hari) adalah terusan, sejak hari pertama hingga ke 6, itulah yang diutamakan menurut ulama ahli tahqiq/ kebenaran, dan manfaat demikian ini dapat lebih mendekatkan pada kecerahan jiwa.

Rahasia puasa Syawal apa?

Dari Abdul Wahab, ia berkata, “Rahasia yang terkandung dalam anjuran puasa 6 hari Syawal ini yaitu, ‘Bahwa tidak tertutup kemungkinan terjadinya pelampiasan nafsu terhadap syahwatnya di hari raya, mengakibatkan kelengahan dan terpatri hatinya, maka puasa 6  hari seolah-olah menjadi penebus terhadap apa-apa yang kurang sempurna dalam pengetrapannya, dan cacat dalam melaksanakan puasa Ramadhan seperti persunatan yang mengiringi fardhu atau sujud syahwi.’ Sedang teknis pelaksanaannya (puasa 6 hari) adalah terusan, sejak hari pertama hingga ke 6, itulah yang diutamakan menurut ulama ahli tahqiq/ kebenaran, dan manfaat demikian ini dapat lebih mendekatkan pada kecerahan jiwa.

 

ERA MUSLIM

Ramadan Berlalu, Yakin telah Kembali Suci?

SETELAH kita melihat bahwa di bulan Ramadan ini penuh dengan pengampunan dosa dari Allah Taala, namun banyak yang menyangka bahwa dirinya kembali suci seperti bayi yang baru lahir selepas bulan Ramadan, padahal kesehariannya di bulan Ramadan tidak lepas dari melakukan dosa-dosa besar.

Sebagaimana yang telah kami jelaskan bahwa dosa-dosa kecil bisa terhapus dengan amalan puasa, salat malam dan menghidupkan malam lailatul qadar. Namun ingatlah bahwa pengampunan tersebut bisa diperoleh bila seseorang menjauhi dosa-dosa besar.

Lalu bagaimanakah dengan kebiasaan sebagian kaum muslimin yang berpuasa namun menganggap remeh salat lima waktu, bahkan seringkali meninggalkannya ketika dia berpuasa padahal meninggalkannya termasuk dosa besar?

Sebagian kaum muslimin begitu semangat memperhatikan amalan puasa, namun begitu lalai dari amalan salat lima waktu. Padahal dengan sangat nyata dapat kami katakan bahwa orang yang berpuasa namun enggan menunaikan salat, puasanya tidaklah bernilai apa-apa. Bahkan puasanya menjadi tidak sah disebabkan meninggalkan salat lima waktu.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan salat tidaklah diterima karena orang yang meninggalkan salat telah melakukan dosa kekafiran dan murtad. Dalil bahwa meninggalkan salat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Taala,

“Jika mereka bertaubat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS At Taubah: 11)

Alasan lain adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan salat.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai salat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”

Namun ini nyata terjadi pada sebagian orang yang menunaikan puasa. Mereka begitu semangat menunaikan puasa Ramadan, namun begitu lalai dari rukun Islam yang lebih penting yang merupakan syarat sah keislaman seseorang yaitu menunaikan salat lima waktu. Hanya Allah lah yang memberi taufik.

Lalu seperti inikah Idul Fitri dikatakan sebagai hari kemenangan sedangkan hak Allah tidak dipedulikan? Seperti inikah Idul Fitri disebut hari yang suci sedangkan ketika berpuasa dikotori dengan durhaka kepada-Nya? Kepada Allah-lah tempat kami mengadu, semoga Allah senantiasa memberi taufik. Ingatlah, meninggalkan salat lima waktu bukanlah dosa biasa, namun dosa yang teramat bahaya.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah- mengatakan,

“Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan salat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”

Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kabair, Ibnu Hazm rahimahullah- berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan salat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.”

Itulah kenyataan yang dialami oleh orang yang berpuasa. Kadang puasa yang dilakukan tidak mendapatkan ganjaran apa-apa atau ganjaran yang kurang dikarenakan ketika puasa malah diisi dengan berbuat maksiat kepada Allah, bahkan diisi dengan melakukan dosa besar yaitu meninggalkan salat.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Jika demikian, di manakah hari kemenangan yang selalu dibesar-besarkan ketika Idul Fitri? Di manakah hari yang dikatakan telah suci lahir dan batin sedangkan hak Allah diinjak-injak? Lalu apa gunanya minta maaf kepada sesama begitu digembar-gemborkan di hari ied sedangkan permintaan maaf kepada Rabb atas dosa yang dilakukan disepelekan? [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK