Sabda Rasulullah tentang Pedagang yang Amanah

HUDZAIFAH ibnul Yaman radhiyallaahu anhuma mengatakan, Rasulullah pernah menyampaikan dua hadits kepada kami. Aku telah menyaksikan kebenaran hadits pertama, dan sedang menanti yang kedua. Beliau mengabarkan bahwa “Amanah pertama kali turun pada jantung hati manusia. Kemudian turunlah Al-Quran dan mereka pun belajar tentang amanah darinya, dan belajar pula dari Sunnah Rasulullah”. Kemudian, beliau mengabarkan bahwa sifat ini akan dicabut. Kata beliau, “Ketika seseorang terlelap dalam tidurnya, dicabutlah amanah dari hatinya hingga tersisa sedikit saja. Kemudian ia terlelap lagi, dan dicabutlah amanah yang tersisa hingga tinggal bekasnya. Seperti ketika engkau menendang bara api dengan kakimu, lalu ia melepuh dan membengkak, namun tak ada apa-apa padanya. Orang-orang pun lalu berjual beli seperti biasa, namun hampir tak seorang pun yang bersikap amanah. Sampai-sampai dikatakan bahwa di kabilah fulan ada satu orang yang amanah. Dan sampai-sampai ada orang yang berkata, “Alangkah cemerlang akal si fulan, dan alangkah baik dan uletnya dia” padahal tak ada sedikitpun iman yang tersisa di hatinya”. Hudzaifah lantas berkata, “Sungguh, aku pernah mengalami suatu masa di mana aku tak memedulikan siapa yang kuajak berjual beli. Kalau dia seorang muslim, maka Islam-lah yang mencegahnya (dari sikap khianat). Namun jika ia seorang Yahudi atau Nasrani, maka penguasa-lah yang akan membelaku. Adapun sekarang, maka aku takkan berjual beli kecuali dengan si fulan dan si fulan”, lanjut Hudzaifah. (Muttafaq alaih)

Benarlah apa yang disabdakan Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Mendapatkan orang yang amanah lebih sulit dari pada intan. Sampai-sampai jika ada seorang yang amanah, dia segera menjadi buah bibir. “Di kabilah fulan ada seorang yang amanah!” kata mereka. Artinya, dari ratusan atau bahkan ribuan anggota kabilah tersebut, hanya ada satu yang amanah!! Sungguh mengerikan dan ironis memang.

Agaknya memang seperti itulah kenyataannya. Amanah dan kejujuran telah demikian mahal nilainya. Kalaulah di zaman sahabat amanah telah sedemikian langka hingga Hudzaifah tak lagi mau berjual-beli dengan siapa saja, maka bagaimana pula di zaman kita?

Kendatipun demikian, kita tidak boleh berputus asa karenanya. Bahkan sebaliknya, hadits di atas bukan sekedar memberitakan, namun juga menjadi ancaman. Jangan sampai kita menjadi orang yang dinilai pandai, baik, dan ulet di mata orang; akan tetapi tak ada keimanan yang tersisa dalam dada. Artinya, siapa tidak memiliki sifat amanah sama sekali, berarti bukanlah orang beriman yang sejati. Sebab sifat amanah sangat erat kaitannya dengan iman. Karenanya, dalam hadits lainnya disebutkan, “Tidak ada iman bagi yang tidak punya sifat amanah”.

Hadits di atas juga menyiratkan betapa mahalnya sifat amanah tadi. Sebab makin langka sesuatu, otomatis semakin mahal harganya. Karenanya, Nabi shallaallaahu alaihi wa sallam bersabda:

“Pedagang yang amanah, jujur, dan muslim, akan bersama para syuhada di hari kiamat.”

Hebat kan? Itulah Amanah. Sebuah kalimat indah yang mudah diucapkan, namun amat sulit ditemukan.

 

[Ustadz Sufyan Baswedan, MA]

Dakwah Lewat Akhlak Lebih Manjur dari Ceramah

PEDAGANG umumnya lebih dikenal sebagai agen penipuan. Padahal sadarkah anda, islam masuk di indonesia karena peran pedagang muslim. Kejujuran dan keindahan akhlak mereka membuat masyarakat kita tertarik masuk islam.

Sejak zaman dahulu, para pedagang memainkan peran vital dalam kehidupan kaum muslimin. Ribuan mil mereka tempuh dalam berniaga demi memenuhi hajat manusia. Melalui akhlak mereka yang indah dan mengagumkan, banyak negeri kafir yang masuk dalam pangkuan Islam. Bahkan, luasnya daerah yang ditaklukkan oleh para pedagang, melebihi apa yang dicapai melalui perang dan pedang!

Lihatlah negeri kita tercinta, bagaimana indonesia menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia? Tak lain adalah berkat jasa para pedagang. Mereka berlayar jauh-jauh dari Hadramaut dan India, dan terombang-ambing di tengah samudra berbulan-bulan lamanya, untuk menjejakkan kaki dan berniaga di bumi pertiwi.

Negeri yang subur makmur loh jinawi ini, dari Sabang sampai Merauke-nya konon tak ada yang mengenal Islam sebelum kedatangan mereka. Yang tumbuh subur kala itu adalah agama Hindu, Budha, dan penyembahan terhadap berhala.

Para pedagang tadi bukanlah ulama. Dan kalaupun ada yang berilmu di antara mereka, paling hanya satu-dua. Mereka tak pandai berceramah dan memberi pengajian. Lagi pula, untuk apa berceramah? Toh masyarakat Indonesia takkan faham dengan bahasa mereka. Akan tetapi, sikap amanah mereka dalam berniaga demikian mengesankan. Akhlak mereka dalam berdagang sungguh mengagumkan.

Perlahan-lahan, masyarakat Indonesia pun mulai tertarik dengan kejujuran dan sifat amanah mereka. Ternyata, sifat amanah dan jujur tadi bukan sekedar kebiasaan, namun lahir dari akidah dan keyakinan. Islam-lah yang mengajarkan mereka untuk tidak menipu, tidak memakan harta orang secara batil, dan tidak memungut riba.

Memang, karakter bangsa Indonesia yang mudah terpedaya oleh perilaku, menjadi faktor penting dalam penyebaran setiap ajaran, termasuk Islam. Oleh karenanya, berdakwah lewat tingkah laku lebih manjur dari pada ceramah melulu.

Kesan yang kita rasakan saat bermuamalah dengan orang yang amanah, jauh lebih mendalam dari pada mendengar sepuluh kali ceramah. Namun sayangnya, sifat amanah hari ini sangat jarang dijumpai. Amanah -sebagaimana sabda Nabi- adalah sifat yang pertama kali dicabut dari umat ini.

 

INILAH MOZAIK

Inilah 15 Gerakan yang Sunnah di Dalam Sholat

Di dalam sholat, baik sholat wajib maupun sunnah ada gerakan-gerakan yang bernilai sunnah. Apa saja itu? Berikut penjabarannya.

  1. Mengangkat kedua tangan pada saat takbiratul ihram, takbir hendak rukuk, takbir ketika bangkit dari rukuk, dan takbir ketika bangkit dari tasyahud awal pada shalat tiga rakaat atau empat rakaat. Pada waktu akan sujud, tidak perlu mengangkat tangan. Penjelasannya ada di dalam hadits Malik bin Al-Huwalrits dan yang lainnya. (HR. Muslim).
  2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas pusar atau dada sebagaimana diajarkan Rasulullah. Tidak ada dalil yang menerangkan bahwa meletakkan kedua tangan di bawah pusar. (HR. Abu Dawud)
  3. Mengarahkan pandangan ke tempat sujud. Keadaan demikian lebih mendekatkan pada sempumanya khusyuk. Para ulama sepakat bahwa posisi tersebut lebih memfokuskan pandangan dan Nabi melarang menengadahkan pandangan ke langit ketika shalat. (HR. Muslim)
  4. Menggenggam kedua lutut dengan kedua tangan dengan merenggangkan jari-jari. Ini sebagaimana hadits Mus’ab bin Sa’ad dari ayahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
  5. Meluruskan punggung dan menjadikan kepala menghadap ke depan tanpa merunduk atau menengadah. Ini sebagaimana diriwayatkan Abu Hamid As-Sa’idi tentang sifat shalat Nabi SAW (HR.Bukhari), hadits Aisyah (HR. Muslim) serta yang lainnya.
  6. Meletakkan kedua lutut kemudian kedua tangan kemudin kening dan hidung ketika bersujud. Ini sebagaimana hadits Wa’il bin Hajar. (HR. Ashabussunan dan Abu Dawud). Meski demikian, tidak mengapa apabila meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut. Kesepakatan ulama membolehkan keduanya. Hanya saja terjadi perbedaan pendapat tentang mana yang lebih utama. Tiap pendapat memiliki pandangan dan pemahaman berdasarkan dalil. Bisa jadi perkara seperti ini adalah di antara yang Allah bebaskan dalam pengamalannya.
  7. Menyempumakan anggota sujud hingga menempel lantai. Ini sebagaimana dilakukan Nabi.
  8. Muslimah hendaknya merapatkan semua anggota badannyaa; tidak boleh merenggangkannya. Demikian ini lebih tertutup baginya dan agar terhindar dari terbukanya aurat. Berbeda dengan laki-laki yang disunnahkan untuk merenggangkan semua anggota badannya. Tetapi, jika muslimah harus merenggangkan anggota badannya dengan~syarat~tetap tertutup dan tidak ada laki-laki asing itu dibolehkan.
  9. Duduk istirahat sejenak seusai rakaat pertama dan ketiga. Nabi biasa melakukannya sebagaimana diterangkan di dalam hadits Malik bin Al-Huwairits, dia berkata, “Aku melihat Nabi jika setelah rakaat ganjil di dalam shalatnya, beliau tidak (langsung) bangkit hingga beliau duduk sebentar terlebih dahulu.” (HR. Bukhari)
  10. Bangkit dengan bertumpu pada kedua telapak kaki dan bertopang pada kedua lutut. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah RA, “Nabi biasa bangkit dengan bertumpu pada kedua telapak kakinya yang bagian depan.” (HR. Tirmidzi). Dibolehkan pula bangkit dengan bertopang pada kedua tangan, sebagaimana keterangan dari Nabi. Gerakan yang seperti ini bahkan lebih kuat dalilnya. Keduanya dilakukan.
  11. Duduk di atas kaki kiri (iftirasy) di antara dua sujud dan ketika tasyahud awal. Dalilnya adalah hadits Abu Humaid As-Sa’idi tentang sifat shalat Nabi, ”Kemudian beliau melipat kaki kirinya dan duduk di atasnya.” Dia berkata, ”Jika Nabi duduk setelah dua rakaat, beliau duduk di atas (kaki) kiri dan menegakkan kaki yang lain (kanan).” (HR. Bukhari)
  12. Duduk dengan menyilangkan kaki kiri ke bawah kaki kanan pada tasyahud kedua (duduk tawaruk atau pantat bagian kiri menempel lantai). Haditsnya sama seperti yang disebut di atas. Abu Humaid berkata, ”Jika sujud terakhir yang diikuti salam, Nabi mengeluarkan kaki kirinya dan duduk tawaruk pada bagian kiri beliau dam bertumpu pada tempat duduk beliau.”
  13. Meletakkan kedua tangan di kedua lutut dengan jari-jari terbentang (tidak dirapatkan) ketika duduk di antara dua sujud. Pada saat tasyahud, menggabungkan jari-jari tangan kanan sehingga membentuk lingkaran, mengangkat jari telunjuk dan menggerak-gerakkannya sembari berdoa. Ini terdapat di dalam hadits Ibnu Umar dan Wa’il bin Hajar tentang sifat shalat Nabi.(HR. Muslim)
  14. Menengokkan wajah ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam dengan tengokan yang sempurna. lni seperti yang dilakukan Nabi dan termuat di dalam hadits Amir bin Sa’ad dari ayahnya, dia berkata, ”Aku pemah melihat Nabi mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri hingga aku melihat beliau yang putih.” (HR. Asbabussunan dan Abu Dawud)
  15. Jika seorang muslimah shalat sebagai makmum seorang diri di belakang para makmum laki-laki, shalatnya sah. Dari Anas berkata, ”Ketika di rumah kami, aku pernah sholat di belakang Nabi, sedangkan ibuku, Ummu Sulaim berada di belakang kami.” (HR. Bukhari)

Wallahua’lam.

 

BERSAMA DAKWAH

Doa Dan Amalan Agar Cepat Naik Haji

Ada keinginan yang menggebu-gebu untuk melaksanakan ibadah haji pada pasangan Yazid, salah satu warga Solo, Jawa Tengah. Untuk meraih mimpinya ini, Yazid berusaha menjual tanah yang ia punya sebagai ongkos untuk naik haji (ONH).

Berbagai macam usaha telah ia lakukan, namun belum kunjung berhasil. Tanah yang ia tawarkan kesana tak juga laku. Sehingga timbul inisiatif, ia berniat ingin menawarkan tanahnya kepada KH Abdul Muid Ahmad, Pesantren Al Muayyad, Mangkuyudan, Solo.

Sebetulnya, tanah yang ditawarkan Yazid tidak begitu mahal. Ia hanya butuh uang 70 juta untuk berangkat haji bersama istrinya.

Meski hanya ditawarkan di angka 70 juta, karena Kiai Muid waktu itu sedang banyak pengeluaran, termasuk di antaranya juga ingin membayarkan biaya haji anaknya sendiri, Kiai Muid tidak bisa memenuhi permintaan Yazid tersebut.

Karena keinginan Yazid yang sangat menggebu-gebu untuk menunaikan ibadah haji, Kiai Muid kemudian memberikan amalan supaya Yazid dan istri mengamalkan bacaan shalawat yang telah diterima sanadnya dari KH Ahmad Baedlowie Syamsuri, Brabo, Grobogan, dengan syarat shalawat ini dibaca satu kali setiap habis shalat Isya’ dan dibaca 40 kali setiap malam Jum’at.

Shalawat itu adalah sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَزِيَارَةَ حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ اَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلاَمِ، فِي صِحَّةٍ وَعَافِيَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Selain itu doa dibawah ini juga dibaca 7 kali usai shalat subuh:
اللَّهمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيْدُ، يَا مُبْدئُ يا مُعيدُ، يا رَحيْمُ يا وَدُوْدُ، اَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَ بِفَضْلِكَ عمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah Yang Maha Kaya, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengembalikan, Yang Maha Penyayang, Maha mengasihi. Ya Allah jadikanlah kami kaya dengan apa yang telah Engkau halalkan dari yang Engkau haramkan, dan dengan ketaatan padaMu dari bermaksiat padaMu, dan karuniaMu dari pihak selain diriMu”

____

Sepulang Yazid dari Kiai Muid, ia lalu ditanya oleh sang Ibunya, “Dari mana tadi, Zid?”

“Ini Bu, dari sowan Mbah Muid, mau jual tanah tapi beliau nggak bisa bantu. Aku malah dikasih amalan dan doa” jawab Yazid.

“Oh…. , lha apa coba aku ikut mengamalkan, barangkali bisa ikut membantu kamu?”

Yazid kemudian turut memberikan. Hingga, ijazah shalawat tersebut diamalkan oleh Yazid, istrinya beserta Sang Ibunda. Justru ibunya yang tidak langsung mendapat ijazah dari Kiai Muid langsung ini, malah yang istiqomah mengamalkannya dari pada Yazid dan istrinya.

Tidak sampai jeda waktu yang lama, setelah mereka mengamalkan shalawat, Yazid ditakdirkan Allah bertemu dengan kakaknya yang berprofesi sebagai makelar tanah atau bisnis properti.

Ia minta tolong kakaknya ini untuk dijualkan tanah dengan sebuah ikat janji bahwa yang dibutuhkan Yazid hanya uang 70 juta saja. Selebihnya ia tak mau tahu, silakan kalau mau ambil untung. Untung berapa pun di atas 70 juta, ia serahkan menjadi hak milik sang adik.

Tanah, yang semula ia tawarkan ke berbagai macam orang dengan patokan harga 70 juta tidak kunjung terjual itu sekarang berubah justru laku pada kisaran angka 100 juta melalui tangan kakaknya.

Sesuai dengan janji yang telah ia sampaikan, Yazid tidak berkenan menerima kelebihan dari harga yang ia butuhkan. Bagaimanapun juga, ia sudah mengikat janji. Begitu pula kakaknya, sebagai saudara, ia ikhlas tak menginginkan balasan apapun dalam hal ini. Ia hanya ingin membantu kelancaran cita-cita sang adik yaitu menunaikan rukun Islam ke-5 berupa ibadah haji.

Akhirnya uang sisa dari 70 juta yang ditolak masing-masing kedua belah pihak, oleh sang kakak  mengusulkan bagaimana kalau kelebihan uang 30 juta ini dibuat membiayai sang ibunda menunaikan ibadah haji sekalian. Sehingga akhirnya mereka telah mencapai kata sepakat.

Jadi, karena keberkahan shalawat itu setelah dibaca oleh orang tiga, ketiga orang itu pula dipanggil oleh Allah Ta’ala untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah.

Semoga haji mereka mabrur, kita mendapatkan barakahnya, Aamiin.

 

KABARMAKKAH

 

Download aplikasi Cek Porsi Haji ini untuk memantapkan Niat Suci Anda berhaji atau umrah. Klik di sini!

20 Tahun Nabung, Mimpi Nenek Penjual Bunga Kenanga Naik Haji Kesampaian

Setelah menabung selama 20 tahun lebih, niat Marsiyem untuk naik haji akhirnya bisa terlaksana. Ini tak lain hasil keringatnya sendiri sebagai penjual bunga kenanga di usianya yang sudah menginjak 90 tahun.

Namun siapa sangka, saat ditemui di rumahnya Dusun Domot, Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, nenek Marsiyem masih terlihat sangat sehat. Senyumnya sumringah walaupun jalannya sudah mulai kelihatan lelah.

“Woo… Saya masih kuat naik sepeda lho. Tiap hari cari bunga kenanga itu keliling desa. Dari Purwokerto, Karanggayam sampai Dusun Lempung Pakisrejo,” kisahnya sambil tertawa, saat berbincang dengan detikcom, Senin (16/7/2018).

Ketiga desa yang disebutkan nenek Marsiyem itu memiliki jarak sekitar 20 km dari rumahnya. Namun setiap pagi, nenek Marsiyem mengayuh sepeda tuanya mencari bunga kenanga. Bunga yang telah dikumpulkan dari tiga desa tersebut lalu disetorkan ke pengepul.

“Saya nunggu di pos terus telepon pengepul buat disetor ke penyulingan. Saya beli dari yang punya pohon kenanga itu Rp 18 ribu/kg. Lalu saya jual ke pengepulnya Rp 19 ribu/kg,” ujarnya.

Dari uang seribu per kilogram keuntungan jual bunga kenanga inilah, Nenek Marsiyem mulai merajut mimpinya untuk naik haji. Jika bunga kenanga sedang musim, ia bisa mengumpulkan sebanyak 2 kuintal bunga kenanga. Namun jika musim hujan tiba, ia hanya bisa menyetorkan sekitar 10 kg bunga kenanga kepada pengepul.

“Sedikit-sedikit saya kumpulkan di bawah karpet. Kalau bisa nabung Rp 20 ribu yang ditabung tiap hari. Kalau nggak bisa segitu, ya seadanya. Pokok harus ada yang disisihkan,” jelasnya.

Ketika uang itu telah terkumpul seharga satu gram emas, maka uang tabungan itu dibelikan perhiasan. Begitu seterusnya hingga berat perhiasan yang dimilikinya senilai Rp 35 juta. Uang inilah yang digunakan untuk membayar uang muka pendaftaran haji.

“Saya didaftarkan cucu saya. Tahun 2010 itu bayar Rp 25 juta. Sekarang tinggal melunasi yang Rp 11,1 juta,” katanya penuh syukur.

Namun karena ketekunan nenek Marsiyem, ia tak perlu menjual seluruh perhiasan yang dimilikinya untuk melunasi biaya perjalanan haji. Ia masih memiliki sisa tabungan untuk digunakan membiayai keperluan lainnya.

Delapan tahun berselang, nenek Marsiyem akhirnya mendengar kabar gembira. Tanggal 4 Agustus nanti, ia dijadwalkan masuk asrama haji untuk persiapan berangkat ke tanah suci. Ia berangkat Bersama dengan anak menantunya, nenek Marsiyem tergabung di kloter 56 embarkasi Juanda.

“Sudah persiapan. Yang penting sehat dan semangat naik haji,” pungkasnya.

 

DETIK.com

 

MAU cek JadwlHAji Anda? Atau Visa Umrah? Download aplikasinya, klik di sini!
Share Aplikasi Andoid ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

Lihatlah Masjid Ibn Tulun di Kairo

Suatu kali, Titus Burckhardt, pakar arsitektur dan budaya Islam, ditanya tentang bagaimana cara memahami peninggalan Islam. Apa jawabannya? Pakar arsitektur dan budaya Islam asal Eropa ini hanya menjawab singkat, `’Lihatlah Masjid Ibn Tulun di Kairo”.

Kairo merupakan salah satu tempat terkonsentrasinya peninggalan sejarah Islam. Menurut Doris Behrens-Abouseif dalam salah satu bukunya, Islamic Architecture in Cairo:An Introduction, padatnya Kairo dengan bangunan-bangunan sejarah peninggalan Islam karena dinasti Islam di Mesir kala itu tak punya ibu kota lain kecuali Kairo. Hal itulah yang menyebabkan Kairo sangat berbeda dibandingkan kota-kota besar lain pada era kejayaan Islam.

Sejak awal, nama Kairo dan Mesir sudah di gunakan untuk istilah terpisah. Kairo berasal dari turunan kata Bahasa Arab, `’Qahira”. Qahira merupakan nama daerah di ibu kota Dinasti Fatimiyah yang didirikan pada 969 M dan diperuntukan sebagai kawasan permukiman.

Sementara, Mesir berasal dari kata `’Misr” yang merupakan singkatan dari Fustat-Misr yang merupakan ibu kota Islam yang didirikan oleh Amr ibn al-As pada 641-642 M. Istilah Misr kemudian meluas dan mencakup semua wilayah di ibu kota, baik Fustat maupun Qahira.

Memahami kebudayaan Islam adalah jalan utama memahami Islam. Seni dan budaya Islam sendiri diturunkan dari nilai Tauhid (keesaan Allah SWT). Seni tulis ayat Alquran atau kaligrafi merupakan seni pertama yang berkembang dalam Islam sebelum seni bangunan terutama masjid muncul kemudian.

Dalam bukunya, Mosques of Egypt : A Magnificent Celebration of Egypt’s Rich Islamic Architectural Heritage, Bernard O’Kane memandu pembaca untuk berkeliling menjelajahi masjid-masjid paling bersejarah di Mesir, mausoleum, madrasah, mihrab, dan menara. Bangunan- bangunan yang dibahas dalam buku itu merupakan warisan Islam yang terentang selama 1.200 tahun, mulai dari peninggalan Dinasti Fatimiyah, Ayyubiyah, Mamluk, Turki Utsmani, dan periode modern.

Masjid Ibn Tulun di Kairo dibangun pada 876 M hingga 879 M. Kala itu, Ahmad Ibn Tu lun dikirim ke Mesir oleh pemimpin Islam yang beribukota di Baghdad. Mulanya, Ahmad Ibn Tulun ditugaskan menjadi Gubernur Fustat. Setelah dua tahun, ia mendirikan dinastinya sendiri.

Masjid Ibn Tulun sendiri terinspirasi dari Masjid Agung di Samarra, Irak, kota tempat Ibn Tulun dibesarkan. Meski demikian, puncak menara masjid yang berbentuk seperti tapal kuda sangat serupa dengan yang nampak pada Masjid Agung Cordoba di Spanyol.

Pertama kali melihat, kita akan terpana oleh keagungan masjid yang tersusun dari bata dengan pintu-pintu besar itu. `’Meski banyak versi sejarah tentang masjid ini, Masjid Ibn Tulun tetap memiliki bentuk dasar arsitektur zaman itu. Dengan estetika yang bertahan sejak masanya hingga saat ini, Masjid Ibn Tulun bisa dibilang adikarya arsitektur dunia,” tulis O’Kane dalam bukunya.

Masjid tertua lainnya di Kairo adalah Masjid Amr ibn al-As. Kurang dari 10 tahun setelah Rasulullah SAW wafat, Islam mulai menyebar di Mesir pada 639 M melalui pasukan yang dipimpin Amr ibn al-As. Kemenangan pasukan Amr ibn al-As dirayakan dengan pendirian Kota Fustat, wilayah selatan Kairo modern saat ini. Di sanalah kemudian Amr ibn al-As membangun masjid yang kemudian diberi nama dirinya itu.

Masjid Amr ibn al-As tak hanya jadi masjid pertama di Mesir, tapi juga di Afrika. Sejak itu, Masjid Amr mengalami banyak perubahan. Restorasi Masjid Amr sempat dilakukan pada 2002. Hanya sedikit bagian bangunan sebelum abad 19 yang tersisa dari Masjid Amr.

`’Meski rasa masa lampau telah hilang dari Masjid Amr, tetap saja ada rasa bahagia mengunjungi masjid itu sebelum ramai oleh pengunjung lain,” kata O’Kane.

Masjid Amr adalah saksi kehadiran Islam di Mesir. Meski jejak masa lalunya mulai pudar, masjid ini masih saja memikat dan masih banyak orang yang shalat di sana terutama pada hari Jumat. Mayoritas masjid, madrasah, dan menara dalam buku O’Kane berada di Kairo.

Produser film mendiang John Feeney juga punya kesan tersendiri saat berada di kawasan Kota Tua Kairo. Menurut dia, tak ada satu pun tempat di dunia Islam yang punya peninggalan masjid beserta kubah dan menaranya seperti Kairo. Mencuat di tengah keramaian, bangunan-bangunan peninggalan abad pertengahan ini mendominasi langit Kairo.

`’Menara adalah hiburan tersendiri di Kairo. Ornamen Kairo, Kota Seribu Menara,”ujar Feeney.

Dalam bukunya, O’Kane juga memasukkan beberapa contoh peninggalan arsitektur Islam yang memesona di luar Kairo seperti di Esna. Di sana terdapat menara cantik, yakni Menara Emari atau Menara al-‘Amir. Menara ini dibangun oleh pemimpin Dinasti Fatimiyah, Abu Mansur Sartakin pada 1801 M.

Menara ini memiliki bentuk dasar persegi dan dibangun dari material bata yang disisipi kayu dan jendela dengan bingkai yang puncaknya melengkung. Bagian atas menara dibuat silindris dengan balkon kayu. Bagian puncak menara ini berbentuk heksagonal dengan kubah di atasnya.

Menara indah lainnya bisa ditemukan di Masjid El- Mujahidin di Asyut. Menara ini merupakan satu dari sedikit bangunan bersejarah di luar Kairo yang masyhur di mata seniman Skotlandia abad 19, David Roberts.

Masjid lainnya yang juga menarik adalah Masjid New Gourna yang dibangun Hassan Fathy. Hassan Fathy merupakan arsitek gaya modern yang kondang di Mesir. Masjid New Gourna merupakan bangunan yang konstruksinya dikerjakan antara 1945 hingga 1948 M. Masjid ini juga masih terjaga baik sejak dibangun.

Karena posisi masjid ini menghadap jalan tol penghubung tepian Sungai Nil ke Lembah Raja dan Ratu yang jaraknya lima kilometer, desain menara dibuat hati-hati agar sejalan dengan nilai spiritual masjidnya.

`’Masjid New Gourna tidak terisolasi sendiri. Tapi, mereka yang shalat di sana bisa beribadah di tempat yang bersih dan tenang. Meski berada di bawah kubahnya, jamaah tak merasa terputus ikatannya dengan langit. Dari dalam, kubah akan terlihat seperti langit,” kata Fathy dalam tulisannya.

Semula, Masjid New Gourna dirancang untuk jadi pusat kegiatan warga desa. Tapi, sekarang Masjid Gourna benar-benar terisolasi, hanya dikelilingi tanah kosong yang seharusnya jadi permukiman.

Rancangan Masjid New Gourna menunjukkan Fathy tak membedakan penggunakan bentuk simetris dan asimetris. Ia juga menjelaskan, betapa indahnya Kairo yang dikelilingi banyak menara.

`’Saya dikelilingi lima masjid, Alhamdulillah, sehingga saya merasa hidup di bawah naungan langit. Menara-menara ini membuatmu berpikir bahwa semua udara di sekitarmu begitu artistik dan membawa kenyamanan jiwa raga,” kata Fathy.

Karya Hassan Fathy, arsitek modernis dari Mesir, menginspirasi bangunan lain di luar Mesir. Masjid Dar al-Islam di Abiquiu, New Mexico misalnya, menggunakan teknik serupa yang diterapkan Fathy untuk membangun masjid di New Gourna, yakni menggunakan material bata.

Kesan Mark Shaffer Pertama Kali Melihat Kabah

Mark Shaffer memutuskan menjadi Muslim sekitar delapan tahun lalu atau tepatnya pada 17 Oktober 2009. Ia berikrar syahadat saat berada di Arab Saudi.

Ketika itu, Mark sedang menghabiskan waktu liburan di negara petro dolar itu selama 10 hari dengan mengunjungi beberapa kota, seperti Riyadh, Abha, dan Jeddah. Selama kunjungan ini, ia tertarik dengan Islam dan mempelajarinya.

Mark adalah seorang jutawan terkenal sekaligus seorang pengacara di Los Angeles. Spesialisasi kasus yang ia tangani adalah seputar kasus di hukum perdata. Ia merupakan pemilik firma hukum The Shaffer Law Firm. Kasus besar terakhir yang ia tangani adalah kasus penyanyi pop terkenal Amerika, Michael Jackson, sepekan sebelum ia meninggal.

Perkenalan Mark tidak terlepas dari sentuhan pemandu wisata yang menemaninya selama di Arab Saudi. Dhawi Ben Nashir namanya. Menurut Nashir, sejak menginjakkan kaki pertama kali di Arab Saudi dan tinggal di Riyadh selama dua hari, Mark sudah mulai mengajukan pertanyaan soal Islam dan shalat. Dari hari ke hari selama perjalanan wisata, ketertarikan Mark kepada Islam semakin besar, ter utama saat ia mengunjungi padang gurun pasir.

Saat berada di gurun gersang itu, Mark kagum melihat tiga pemuda Saudi yang melaksanakan shalat di atas bentangan padang pasir yang sangat luas. Baginya, hal tersebut merupakan pemandangan yang begitu fantastis.

Setelah dua hari di Al-Ula, Mark dan rombongan mengunjungi Al-Juf. Saat tiba di Al-Juf, Mark mulai berburu buku-buku Islam. Ia meminta Nashir memberikan beberapa buku Islam yang ia butuhkan.

Dengan penuh semangat, Mark membaca semua buku yang diberikan kepadanya. Keesokan paginya, Mark meminta kepada Nashir mengajarinya melakukan gerakan shalat. Nashir mengajari Mark bagaimana berdoa dan mengambil wudhu. Kemudian, ia mengikuti gerakan shalat Nashir.

Setelah shalat, Mark merasakan kedamaian dalam jiwanya. Kamis sore, Mark dan rombongan meninggalkan Al-Ula untuk mengunjungi Jeddah. Dalam perjalanan menuju Jeddah, Mark semakin tampak serius membaca buku-buku Islam.

Saat tiba di Jeddah, Mark mengunjungi kota tua Jeddah. Karena perjalanan bertepatan dengan hari Jumat, Nashir pemandu wisata Mark mohon izin melaksanakan shalat Jumat. Mark meminta Nashir kembali mengajaknya melaksanakan ibadah shalat. Mark ingin tahu bagaimana shalat Jumat dilaksanakan.

Kekaguman Mark kepada Islam semakin besar saat ia ikut serta dalam pelaksanaan shalat Jumat, yang diadakan di masjid dekat hotel ia menginap. Mark begitu kagum dengan banyaknya jamaah yang hadir hingga keluar masjid.

Ditambah lagi setelah shalat selesai dilaksanakan, masing-masing orang saling berjabat tangan dan berpelukan dengan wajah ramah. Baginya ini adalah hal yang begitu indah.

Selesai melaksanakan shalat Jumat, Mark kembali ke hotel. Tiba-tiba ia mengatakan kepada Nashir bahwa ia ingin menjadi seorang Muslim. Tanpa ragu, Nashir mengarahkan Mark. Ia meminta Mark bersuci terlebih dahulu sebelum membimbingnya mengucapkan ikrar syahadat. Akhirnya, Mark resmi menjadi Muslim.

Deklarasi

Mark memutuskan mendeklarasikan keislamannya kepada media Arab Saudi, yakni kepada surat kabar Al-Riyadh. Dalam keterangannya kepada media, Mark mengaku tidak bisa mengungkapkan perasaannya.

Ia merasa seperti dilahirkan kembali dan memulai kehidupan baru. Saya sangat senang. Kebahagiaan ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, terutama ketika saya mengunjungi Masjid al-Haram dan Ka’bah, katanya.

Sebelum menjadi Muslim, ia mengaku sudah memiliki informasi tentang Islam, tapi sangat terbatas. Ketika mengunjungi Arab Saudi dan menyaksikan langsung Muslimin di sana, ia merasa memiliki dorongan yang kuat untuk tahu lebih banyak tentang Islam.

Informasi yang benar terkait Islam yang ia terima, membuatnya yakin bahwa risalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ini adalah agama yang benar.

Mark mengatakan, tidak akan pernah puas dan terhenti mendalami Islam. Ia justru semakin termotivasi belajar agama. Ia sadar masih terlalu banyak yang mesti ia pelajari tentang risalah yang damai ini.

Mark meninggalkan Arab Saudi pada Ahad pagi, 18 Oktober 2009 setelah menyelesaikan perjalanan wisatanya. Sebelum meninggalkan Jeddah, saat mengisi formulir keimigrasian, dengan bangga Mark mencantumkan Islam sebagai agamanya.

Kesan Pertama Kunjungi Ka’bah

Setelah memeluk Islam, Mark mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi Masjid al- Haram di Makkah dan shalat di sana sebelum meninggalkan Arab Saudi.

Untuk memenuhi keinginan Mark, Nashir mengajaknya pergi ke kantor Dakwah dan Irsyad di kawasan Al- Hamro’, Jeddah, untuk mendapatkan bukti formal bahwa Mark telah memeluk Islam.

Bukti ini diperlukan agar Mark dapat diizinkan memasuki Kota Makkah dan Masjid al-Haram. Mark akhirnya memperoleh sertifikat sementara sebagai bukti ia seorang Muslim.

Dalam kunjungannya ke Masjid al- Haram, Mark ditemani Ustaz Muhammad Turkistani karena Nashir harus mengantar rombongan lainnya kembali ke bandara. Sesampainya di Masjid al-Haram, Mark tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.

Kebahagiaannya semakin bertambah saat memasuki masjid dan menyaksikan secara langsung Ka’bah. Ustaz Muhammad Turkistani yang mendampingi Mark mengaku tidak bisa mengungkapkan apa yang ia saksikan dengan kata-kata.

Setelah melakukan tawaf di sekitar Ka’bah, Mark melaksanakan shalat sunah dan pergi keluar dari Masjid al- Haram. Sejujurnya, ia merasa enggan meninggalkan Masjid al-Haram. Ia berharap suatu saat dapat kembali melaksanakan shalat di Masjid al- Haram.

TERBARU: Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci! Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android!

Adab Bersin dalam Islam

Sejumlah literatur medis mengungkapkan bahwa bersin merupakan salah satu cara tubuh untuk mengeluarkan virus atau bakteri berbahaya yang bisa memicu sakit.  Sebagai agama yang sempurna, Islam mengatur tata cara atau adab saat bersin.

Dalam kaca mata agama, bersin dipandang sebagai nikmat Allah SWT kepada manusia agar terhindar dari dampak bibit penyakit. Maka itu, Rasulullah SAW banyak memberikan tuntunan dan adab ketika bersin.

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, disebutkan saat hendak bersin, Nabi SAW menutup mulutnya dengan tangan atau baju beliau. Tujuannya agar suara bersinnya tidak terlampau keras. Satu hadis lain mengingatkan bersin yang keterlaluan sesungguhnya termasuk perbuatan setan.

‘’Allah SWT membenci perilaku mengencangkan suara bersin dan menguap.’’ (HR Abu Hurairah ra).

Sebaliknya, dianjurkan setelah bersin untuk mengucapkan hamdalah. Ada dua keutamaan. Dijelaskan Shaleh Ahmad asy-Syaami dalam /Berakhlak dan Beradab Mulia/, pertama, ini menunjukkan rasa syukur atas karunia Allah. Dan kedua, jika senantiasa mengingat Allah, tentu Allah pun akan menjaga kondisi tubuh hambanya.

Mereka yang berada di sekitar orang yang bersin, tidak terlepas dari tuntunan serupa. Rasulullah SAW menggaris bawahi bahwa apabila ada di seseorang mengucapkan /alhamdulillah/ ketika sedang bersin, maka wajib hukumnya bagi umat Muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan doa untuknya dengan ucapan /yarhamukallah/ (semoga Allah selalu merahmatimu).

Selanjutnya, bila saudara atau temannya itu ada yang mendoakan saat dia bersin, hendaknya ia membalas dengan ucapan doa /yahdiikumullah wa yushlihu baalakum/ (semoga Allah selalu memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu).

Bagaimana bila seorang yang bersin tidak mengucapkan hamdalah? Sesuai petunjuk Rasulullah, seseorang yang berada di dekatnya tidak perlu mendoakannya.

‘’Dari sahabat Anas ra, suatu ketika ada dua orang yang sedang bersin di dekat Rasulullah SAW, namun beliau hanya mengucapkan doa /yarhakumullah/ kepada salah seorang saja di antara mereka. Lalu orang yang tidak beliau doakan berkata kepadanya, ‘’Si fulan bersin, lalu engkau mendoakannya dan ketika saya yang bersin, engkau tidak mendoakan saya.’’ Lalu Rasulullah berkata kepadanya, ’’Dia mengucapkan hamdalah ketika bersin, sedangkan kamu tidak.’’ (HR Muttafaq ‘alaih)

Ibnu Arabi saat menafsirkan hadis di atas, menyatakan, beliau tidak mengucapkan doa kepada orang yang tidak mengucapkan hamdalah ketika bersin, dan beliau tidak mengingatkannya untuk membaca hamdalah. Hal ini bertujuan sebagai hukuman baginya.

Sebab dengan sikapnya itu, ia seolah tidak ingin mendapat berkah dari ucapan hamdalah, sehingga ia pun tidak perlu diberi berkah doa bersin. ‘’Berarti dengan sikapnya itu, dia telah lupa dengan karunia Allah SWT,’’ tegas Ibnu Arabi.

Pada dasarnya, saling mengucapkan doa ketika bersin, merupakan satu dari enam hak seorang Muslim atas Muslim lainnya. Hak-hak tersebut antara lain, mengucapkan salam, memenuhi undangan, memberi nasihat, mengucapkan hamdalah saat mendengar saudaranya bersin, menjenguk si sakit, dan mengantarkan jenazah orang yang meninggal dunia.

Berdasarkan hadis-hadis tadi, hukum mendoakan orang bersin yang mengucapkan hamdalah adalah fardhu ‘ain bagi setiap yang mendengarnya, tidak cukup hanya seorang dari mereka. Ini mengutip pendapat dua ulama besar Ibnu Abi Zaid dan Abu Bakar al Arabi.

Dalam kamus bahasa Arab, ada istilah at-tasmiit (dengan huruf sin) dan at-tasymiit (dengan huruf syin). Menurut Abu Ubaidah, at tasmiit berarti mendoakan seseorang semoga kondisi kesehatannya membaik dan tenang setelah bersin. Sedangkan makna at tasymiit adalah mendoakan semoga Allah menjauhkan dirinya dari segala kesulitan dan musibah.

Sehingga, mendoakan orang yang sedang bersin dengan doa dinamakan at tasymiit, agar menumbuhkan perasaan tenang di dalam hatinya atas cobaan kesehatan yang sedang dialami. Shaleh asy Syaami menyatakan, itu merupakan amalan mulia, dan jika orang yang bersin dan yang mendoakannya memahaminya, mereka bisa mengambil manfaat yang besar.

‘’Keduanya akan memahami betapa besar nikmat yang dinamakan bersin itu, bukan hanya manfaat bagi tubuhnya, namun bagi hatinya juga,’’ tegasnya.

Bilamana seseorang bersin berulang-ulang, atau lebih dari tiga kali, para ulama sepakat menyatakan bahwa berdasarkan petunjuk hadis, itu menandakan orang tadi sedang terserang flu, sehingga doa yang diucapkan bukan lagi doa untuk orang yang sedang bersin biasa, melainkan doa untuk orang sakit.

Doa tersebut, ungkap Muhammad bin Ajalan, mengharapkan semoga ia diberi kesembuhan dan kesehatan. Ini mengingat flu adalah termasuk salah satu penyakit. ‘’Jika ia bersin lebih dari tiga kali, maka berarti ia terserang flu, dan kamu tidak usah mendoakannya lagi, jika ia memang bersin lebih dari tiga kali.’’ (HR Abu Hurairah) n berbagai sumber,

Menjenguk Lelaki yang Sakit

Muamalah dalam masyarakat sudah berpadu dengan nilai-nilai kebiasaan masyarakat Indonesia. Salah satu kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang amat kuat adalah silaturahim. Jika ada tetangga yang sakit, lazim kita temui berduyun-duyun warga menjenguk tetangga yang sakit tersebut.

Terlebih, menjenguk orang yang sakit adalah sunah yang dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang menjenguk orang sakit akan berada di kebun-kebun surga sampai ia pulang. (HR Muslim). Lalu, dalam perspektif Islam, apakah seorang Muslimah boleh menjenguk seorang lelaki bukan muhrim yang sedang sakit?

Syekh Yusuf Qaradhawi membahas khusus soal ini dalam kumpulan fatwa kontemporernya. Syekh Yusuf Qaradhawi membolehkan seorang wanita untuk menjenguk seorang lelaki yang bukan muhrimnya. Ia mendasarkan pendapatnya ini dari pendapat Imam Bukhari.

Imam Bukhari pernah membuat bab khusus berjudul ‘Iyadatin-Nisa’ ar-Rijal (Wanita Menjenguk Laki-laki) dalam kitab sahihnya. Imam Bukhari meriwayatkan hadis jika Ummu Darda’ pernah menjenguk seorang laki-laki Anshar dari ahli masjid. Imam Bukhari meriwayatkan secara bersambung sanadnya di dalam al-Adabul-Mufrad dari jalan al-Harits bin Ubaid, ia berkata, “Saya melihat Ummu Darda’ di atas kendaraannya yang ada tiangnya tetapi tidak bertutup, mengunjungi seorang laki-laki Anshar di masjid.”

Imam Bukhari juga meriwayatkan hadis Aisyah RA, ia berkata, “Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, Abu Bakar dan Bilal RA jatuh sakit, lalu aku datang menjenguk mereka, seraya berkata, ‘Wahai Ayahanda, bagaimana keadaanmu?’ ‘Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?'” Aisyah berkata, “Abu Bakar apabila terserang penyakit panas, beliau berkata, ‘Semua orang berada di tengah keluarganya, sedang kematian itu lebih dekat daripada tali sandalnya.’ Dan Bilal apabila telah hilang demamnya, ia berkata, ‘Wahai, merinding bulu romaku Apakah aku akan bermalam di suatu lembah Yang dikelilingi rumput-rumput idzkhir dan jalil Apakah pada suatu hari aku menginginkan air Majnah Apakah mereka akan menampakkan kebagusan dan kekeruhanku?'”

Aisyah berkata, “Lalu aku datang kepada Rasulullah SAW memberitahukan hal itu, lantas beliau berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah seperti kami mencintai Makkah atau melebihinya.'”

Yang menjadi dalil kebolehan wanita menjenguk laki-laki dalam hadis tersebut ialah masuknya Aisyah menjenguk ayahnya dan menjenguk Bilal, serta perkataannya kepada masing-masing mereka, “Bagaimana engkau dapati dirimu?”

Pertanyaan tersebut menyiratkan seseorang yang menanyakan kabar kesehatan dari orang yang dijenguknya. Terlebih, Bilal bukan merupakan muhrim dari Aisyah. Rasulullah SAW pun tidak melarang apa yang dilakukan Aisyah, justru mendoakan kebaikan.

Namun, Syekh Yusuf Qaradhawi memberikan beberapa catatan bagi seorang Muslimah yang hendak menjenguk lelaki bukan mahramnya. Pertama, ia harus meninggikan sopan santun sebagai Muslimah. Mulai dari berjalan, gerak-gerik, memandang, berbicara, tidak berduaan antara seorang lelaki dan seorang perempuan tanpa ada yang lain, aman dari fitnah, diizinkan oleh suami bagi yang bersuami, dan diizinkan oleh wali bagi yang tidak bersuami.

Artinya, hendaknya dalam menjenguk lelaki yang sedang sakit dilakukan dengan ditemani muhrimnya agar terbebas dari fitnah. Lewat kebolehan tersebut, Syekh Yusuf Qaradhawi juga menyarankan agar seorang suami dan wali tidak melarang istri atau putrinya menjenguk orang yang mempunyai hak untuk dijenguk olehnya. Namun, tetap dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Kebolehan wanita menjenguk lelaki yang sakit juga berlaku sebaliknya. Seorang lelaki diperbolehkan menjenguk wanita yang bukan muhrimnya. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Berdasar hadis dari Jabir Bin Abdullah disebutkan jika Rasulullah SAW menjenguk Ummu Musayyad dan menanyakan keadaannya. Saat itu, Ummu Musayyad mencela demam yang ia derita. Rasulullah SAW pun menganjurkan agar seorang Mukmin tidak mencela demam.

Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW juga berkesempatan menjenguk Bibi Hizam bin Hakim. Saat itu, Rasulullah SAW memberi kabar gembira jika orang yang sakit dan sabar, dosa-dosanya akan digugurkan. Kebolehan lelaki menjenguk wanita yang sedang sakit, juga tetap memperhatikan adab dan menghindarkan diri dari peluang-peluang terjadinya fitnah.

 

REPUBLIKA

Cuaca Arab Saudi Panas, Jamaah Haji Diminta Tak Perlu Keluar Penginapan

Kementerian Agama Kota Palembang menyarankan agar calon jamaah haji (CJH) tidak keluar penginapan bila tidak perlu atau untuk beribadah karena cuaca di Arab Saudi cukup panas. Suhu di Arab Saudi lebih dari 47 derajat celcius sehingga bila tidak diantisipasi bisa saja menganggu kesehatan,

“Jadi bila tidak perlu jangan sering keluar rumah karena bisa menguras tenaga,” kata Kepala Kantor Kementerian Agama Palembang Deni Priansyah di Palembang, Kamis (12/7/2018).

Namun, bila ingin beribadah atau pergi ke masjid harus membawa pelindung diri. Bisa saja memakai payung dan semprotan air saat berpergian atau keluar rumah untuk beribadah. Lebih lanjut, CJH dalam jaga kesehatan memerlukan fisik yang prima.

“Selain itu harus banyak minum air putih untuk mengantisipasi cuaca panas tersebut,” ujar dia.

Sementara itu, Kasubag Informasi dan Humas Kanwil Kementerian Agama Sumatera Selatan, Saefudin Latief menyebutkan Embarkasi Palembang memberangkatan 19 kelompok terbang (Kloter). Kloter tersebut terdiri 16 dari jamaah Sumsel dan tiga calon haji dari Provinsi Bangka Belitung.

CJH mulai berangkat ke tanah suci pada 18 Juli 2018 dan sehari sebelumnya harus masuk asrama terlebih dahulu.

OKEZONE