Pada satu ketika, Nafi’ bin Utbah pernah bersama dalam Rasulullah SAW dalam satu peperangan. Nabi SAW menemui suatu kaum berbaju wol di dekat suatu bukit.
Mereka berdiri sementara Rasulullah SAW duduk. Dalam hati, Nafi’ berkata untuk mendatangi pertemuan tersebut. Dia hendak berdiri di antara mereka dan Rasulullah SAW demi menjaga Rasulullah SAW dari penyerangan.
Nafi’ pun mengikuti kata hatinya untuk mendatangi dan berdiri diantara mereka. Nafi’ lantas menghafal empat kalimat Nabi SAW.
Nabi SAW bersabda: “Kalian akan memerangi jazirah Arab lalu Allah menaklukkannya, setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya selanjutnya kalian memerangi Dajjal lalu Allah menaklukkannya.” Kemudian Nafi’ berkata: “Haji Jabir, kami tidak berpendapat Dajjal muncul hingga Romawi ditaklukkan.” (Hadis Riwayat Muslim No 5161).
Nubuwat Nabi terbukti. Pada 642 Masehi, Khalifah Umar mengerahkan pasukan kaum Muslimin untuk menaklukkan Kekaisaran Persia. Jaraknya hanya sepuluh tahun sejak Nabi SAW wafat.
Lantas, pada 674, pasukan kaum Muslimin telah sampai di tembok Konstantinopel untuk memulai kampanye penaklukan terhadap Romawi Timur. Meski pasukan yang dipimpin Yazid bin Muawiyah gagal, namun cita-cita untuk menaklukkan Romawi masih digantung dengan dikuburnya Abu Ayyub al-Anshari di dekat tembok Konstantinopel. Pada 29 Mei 1453, sultan ketujuh Turki Utsmani, Muhammad al Fatih menaklukkan konstantinopel saat usianya baru 21 tahun.
Adi bin Hatim juga pernah menjadi saksi nubuwat dari Nabi SAW. Adi yang tadinya beragama Nasrani lari ke Syam untuk menghindari kaum Muslimin. Dia membawa harta dan keluarganya tetapi meninggalkan saudarinya, Saffanah binti Hatim. Saffanah pun meminta kepada Rasulullah untuk menjemput Adi ke Syam. Permintaan tersebut dikabulkan. Adi berhasil dibawa ke Madinah.
Adi datang ke Madinah dengan kalung salib peraknya. Saat masuk ke masjid, ia mendengar Rasulullah SAW sedang membaca firman Allah. “Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahibrahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS at-Taubah: 31).
Usai bertemu Nabi SAW di masjid, Adi lantas diundang Rasulullah SAW menjadi tamunya. Nabi memegang tangannya un tuk datang ke rumahnya. Di rumah Nabi, Adi hanya melihat rumah sederhana berupa kamar kecil berlantai tanah.
Di sana ada bantal usang berisi sabut. Nabi SAW memberinya bantal untuk memuliakan Adi sebagai tamu. Adi tak menerima bantal itu, tapi Nabi berkeras. Dalam Islam, memuliakan tamu adalah kewajiban.
Kemudian, terjadi dialog antara Nabi SAW dengan Adi. Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Adi! Aku tahu hal yang menghalangimu masuk Islam! Engkau terhalang masuk Islam karena melihat kefakiran kaum Muslimin dan kekayaan musuh-musuh mereka! Wahai Adi! Demi Allah, Allah pasti akan menyempurnakan urusan ini hingga harta melimpah di hadapan kaum Muslimin sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya!”
Nabi kembali bersabda kepadanya: “Wahai Adi! Aku tahu hal yang menghalangimu masuk Islam! Engkau terhalang masuk Islam karena melihat minimnya kaum Muslimin dan banyaknya musuh mereka!”
“Wahai Adi! Pernahkah melihat Kota al-Hirah?” Adi menjawab: “Aku pernah mendengar tapi belum pernah melihatnya.” Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, Allah pasti akan menyempurnakan urusan ini hingga wanita (wanita yang berada di atas untanya) berjalan dari al-Hirah ke Baitul Haram untuk thawaf disana tanpa disertai siapa pun. Dia tidak takut kecuali kepada Allah”. Adi berkata dalam dirinya dimanakah penyamun Thayyi yang membegal dan membunuh manusia?
Nabi kembali bersabda: “Wahai Adi! Aku tahu hal yang menghalangimu masuk Islam! Engkau terhalang masuk Islam karena melihat eksistensi kerajaan dan kekuasaan di tangan musuh-musuh mereka! Demi Allah, Allah akan menyempurnakan urusan ini hingga istana-istana kisra ditaklukkan dan harta-harta simpanannya menjadi milik kaum Muslimin!”
Adi meminta penjelasan Rasulullah dengan bertanya: “Kisra bin Hurmuz? Ya, Kisra bin Hurmuz.” Usai dialog tersebut, Adi yang notabene berasal dari keturunan bangsawan, tampak puas. Dia pun menyatakan diri untuk masuk Islam. Adi beruntung bisa berumur panjang. Dia bisa menyaksikan dua ramalan Nabi SAW yang disampaikan langsung kepadanya. Dari penaklukan Kisra hingga keamanan di negeri kaum Muslimin. Nubuwah ketiga terjadi usai wafatnya Adi bin Hatim.
Buya Hamka mengungkapkan, faktor penting yang menjadi penyebab kaum Muslimin bisa menundukkan dua kerajaan adidaya itu tak lain karena kepercayaan terhadap Nubuwah Nabi SAW. Pada masa jahiliyah, siapalah bangsa Arab itu. Mereka hanya bangsa yang terkotak-kotak dalam kabilah dan suku-suku tanpa seorang raja. Mereka tak memiliki persatuan politik.
Rasulullah yang diutus menjadi Nabi di jazirah nan tandus itu membawa angin perubahan. Di bawah kepemimpinan Rasulullah yang diteruskan para khalifah, mereka menekuk dua negara penguasa dunia.
Tidak heran ahli sejarah Inggris Arnold Toynbee mengungkapkan, peristiwa seja rah kebangkitan Islam di bawah kepemim pinan Nabi SAW adalah satu dari tiga yang terhebat pada masa itu. Iman generasi awal umat Islam begitu paripurna. Tak terkecuali dengan takdir yang dinubuwatkan lewat pesan dari baginda Rasulullah SAW. Bahkan untuk kasus Konstantinopel, Nabi pun mengungkap “Sesungguhnya Konstantinopel itu pasti akan dibuka (dibebaskan). Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya,” HR Bukhari.
Meski demikian, sejarah mencatat kejayaan umat Islam kian memudar setelah Turki Utsmani runtuh. Negeri-negeri kaum Muslimin dipecah dan menjadi ghanimah negeri-negeri Barat. Romawi yang dahulu pernah takluk di bawah kekuasaan umat Islam. Hingga kini, hancurnya Suriah akibat fitnah di antara kaum Muslimin hing ga penjajahan terhadap Palestina masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus dibayar.
Ikhtiar umat ini untuk mengubah nasibnya agar kembali meraih kejayaan se per ti pada masa Rasulullah SAW dan saha bat masih berjalan. Janji Allah jika Islam akan dimenangkan semestinya menjadi motivasi bagi umat usai merayakan syawal, bulan kemenangan.
“Dialah yang meng utus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan- Nya terhadap semua agama. Walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai,” (QS at-Taubah: 33).
Nabi SAW pun bersabda: “Sesungguhnya Allah melipatkan bumi untukku bagian barat dan bagian timurnya. Dan kelak kerajaan umatku akan mencapai semua bagian yang dilipatkan bagiku darinya.” Namun, Nabi SAW memberi catatan terhadap para penguasa. Alih-alih memuliakan mereka, Nabi SAW pun bahkan mengancam mereka dengan api neraka dan memberi syarat kepada yang penguasa yang selamat.
“Sesungguhnya kelak akan dibukakan bagi kalian belahan timur dan belahan barat bumi ini dan sesungguhnya orang-orang yang menguasainya dimasukkan ke dalam neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan menunaikan amanat.”
REPUBLIKA