DPR RI Apresiasi Kemenag Kelola Haji

Jakarta (PHU)–Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI TB. Hasan Sadzily menegaskan, DPR mengapresiasi Kementerian Agama (Kemenag) untuk mengelola penyelanggaraan ibadah haji.

Demikian dikatakannya saat menjadi pembicara pada Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi Tahun 1440H/2019M di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Kamis malam (25/04).

“DPR sampai saat ini masih mempercayakan Kemenag untuk mengelola penyelenggaraan haji,” kata Ace.

Memang, kata Ace ada usulan dari beberapa pihak yang menginginkan penyelenggaraan haji dikelola oleh lembaga atau badan baru.

“Namun dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) haji terbaru, Kemenag tetap menjadi penyelenggara haji reguler,” jelas Ace.

Terkait penambahan kuota 10ribu yang diberikan Pemerintah Arab Saudi kepada jemaah haji Indonesia, dirinya mengkritisi jumlah petugas yang tidak sebanding dengan jumlah jemaah.

“Rasionya 1 petugas melayani 62 jemaah haji,” ujarnya.

Apalagi, kata dia jumlah jemaah lanjut usia mendominasi kuota jemaah pada tahun ini, maka dari itu, dibutuhan petugas yang sigap dan mampu memberikan pelayanan jemaah lansia tersebut.

“Kita butuh petugas yang sigap dan mampu dalam memberikan pelayanan, pembinaan dan perlindungan kepada jemaah khususnya jemaah lansia,” tuturnya.

DPR berharap, hasil rapat kerja DPR dengan Kemenag serta BPKH terkait penambahan kuota jemaah ini dapat langsung direalisasikan juga pada tahun ini.

“Penambahan anggaran juga sudah disetujui,” kata Ace.

“Dan yang terpenting jemaah haji dapat berangkat tahun ini,” pungkasnya.(ha/ha)

 

KEMENAG RI

Ketika Romawi dan Islam Bertemu

Diakhir kejayaannya, Romawi bertemu Islam di Afrika Utara

Selama berabad-abad, beragam bangsa pernah menguasai Tripoli di Libya, yaitu Fe nisia (Phoenicia), Numidia, Vandal, Bizantium (Yunani), Berber, Normandia, Spanyol, Italia, Ro ma wi, Arab, negara-negara sekutu pada Perang Dunia II, hingga akhirnya Tripoli menjadi ibu kota Libya yang saat itu berbentuk monarki republik. Tripoli pernah dipimpin oleh seorang kaisar, raja, sultan, pasha, Four Power Commission, hingga akhirnya presiden diktator Muamar Qaddafi yang dijatuhkan rakyatnya pada 2011.

Sejak abad ke-8 SM, Afrika Utara di kuasai oleh Fenisia, bangsa pelaut yang per nah merajai wilayah Laut Tengah dari Levant (pantai Mediterania Timur) hing ga Afrika Utara. Dalam bahasa Fe nisia, wilayah Afrika Utara disebut Ui’at dan dalam bahasa Latin disebut Oea. Mereka yang pertama kali hadir di tempat yang kemudian diberi nama Tripoli. Ini adalah kota kedua yang mereka beri nama Tripoli. Di Lebanon, tempat asal bangsa Fenisia, mereka lebih dulu mendirikan kota Tripoli.

Di Afrika Utara, Fenisia mendirikan Kota Sabratha, Oea, dan Leptis Magna, serta memperkenalkan budidaya pohon zaitun. Pada awal abad ke-7 SM, bangsa Fenisia berusaha memperketat kekuasaannya di pantai Afrika Utara dari Teluk Sirte hingga ke Atlantik. Bangsa Fenisia sempat mendirikan kerajaan besar di Tunisia yang bernama Kartago. Kerajaan yang berseteru dengan Yunani dan Ke kaisaran Romawi ini menguasai kota-kota di sepanjang Afrika Utara dari Ma roko hingga Libya pada abad ke-6 SM.

Sayangnya, sejarah Fenisia cukup sampai di situ karena tidak meninggalkan catatan tertulis dan tidak terdapat pula reruntuhan dari periode Fenisia di Tripoli. Pada abad ke-5 SM, pernah muncul Kerajaan Garamantian yang berpusat di Fezzan, pedalaman Libya. Bangsa Yunani juga pernah mendirikan koloni di Sirenaika, di wilayah timur Libya saat ini.

Setelah Fenesia dikalahkan dan Kartago dihancurkan oleh Romawi pada 146 SM, wilayah ini berada di bawah kendali prokonsularis Romawi di Afrika. Dari se kadar protektorat, Libya kemudian menjadi sebuah provinsi penuh Romawi de ngan nama Tripolitania yang dalam bahasa Latin berarti tiga kota.

Di bawah kekuasaan Romawi, dari abad kelima SM hingga abad kedua SM, Tripoli menjadi kota pelabuhan dan kota perdagangan yang penting. Minyak zaitun, gandum, anggur, dan budak dikirim dalam jumlah besar melalui kota ini menuju Roma. Peninggalan bangsa Romawi di kota ini berupa kubah untuk menghormati kaisar Markus Aurelius.

Tripoli tak hanya menjadi provinsi Romawi, namun juga memainkan peran penting dalam perpolitikan. Vespanius merupakan senator pertama dari Afrika Utara yang berhasil menjadi kaisar Romawi pada 69 M. Kemudian, pada 193 M, Sep timius Severus yang keturunan Fe nisia dan lahir di Leptis Magna, sekitar 120 kilometer sebelah timur Tripoli, juga menjadi kaisar Romawi.

Pada pertengahan abad kelima M, kekaisaran Romawi berada pada ujung keruntuhannya akibat konflik dan perpecahan politik. Saat itulah, kaum Vandal, sebuah suku Jermania yang berdiam di Jutland (Denmark), mulai merajalela di seluruh Eropa. Di Spanyol, kaum Vandal yang mendapat perlawanan dari penguasa Romawi dan Visigoth, memutuskan untuk merebut provinsi makmur milik Romawi di Afrika Utara.

Pada tahun 429 M, Raja Gaiserik mengirimkan pasukan Vandal menyeberangi Selat Gibraltar. Satu per satu kota-kota Romawi di Afrika Utara dijarah. Vandal menguasai Tripolitania lebih dari 100 tahun sebelum akhirnya Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium merebutnya kembali pada 533 M. Namun, Tripolitania sudah telanjur lumpuh dijarah Vandal hingga kemudian tentara Arab melintasi Afrika Utara pada abad ke-7.

 

MOZAIK REPUBLIKA

Kemenag Keluarkan Edaran, Rekam Biometrik Tidak Diwajibkan untuk Penerbitan Visa

Jakarta (PHU)–Bagian Konsuler Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia mengumumkan bahwa Pemerintah Arab Saudi tidak jadi memberlakukan rekam biometrik sebagai syarat penerbitan visa.

“Divisi Konsuler menyampaikan bahwa telah terbit Keputusan Kerajaan Arab Saudi Nomor 43313 tanggal 4/8/1440 H (9/4/2019 M) terkait tidak diwajibkannya perekaman biometrik di negaranya untuk proses penerbitan visa haji dan umrah bagi para jamaah,” demikian bunyi pengumuman yang diterbitkan Bagian Konsuler Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia, tertanggal 22 April 2019.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar membenarkan kebijakan baru tersebut. “Saya sudah mengkonfirmasi dan pengumuman itu benar adanya,” terang Nizar di Jakarta, Rabu (24/03).

Menurut Nizar, ada dispensasi dalam surat tersebut dinyatakan bahwa biometric tetap dilakukan di titik-titik yang sudah ada. Untuk wilayah yang tidak terjangkau oleh VFS Tasheel akan dilakukan proses biometriknya diasrama haji,

“Kalaupun tidak dilakukan di Indonesia akan dilakukan di Arab Saudi,” terang Nizar.

Sebagai tindak lanjut, Kemenag sudah membuat surat edaran kepada seluruh Kakanwil Kemenag Provinsi se-Indonesia. Surat yang Bernomor Surat : B-24010/DJ/Dt.II.II.2/KS.02/04/2019 terkait Perekaman data biometrik tersebut .

Menurutnya, berdasarkan pengumuman tersebut, maka proses penerbitan visa bisa dilakukan tanpa harus menunggu rekam biometrik.
“Rekam biometrik akan dilakukan di Bandara Madinah dan Jeddah, kecuali bagi jemaah yang sudah melakukan perekaman di Tanah Air,” tuturnya.

Dirinya juga mengakui kebijakan ini tidak akan mempengaruhi program fast track, khusus fast track, pelaksanaan perekaman data biometriknya saat Jemaah berada di asrama haji.

“Khusus fast track biometriknya kan disini, kalau ini kan khusus wilayah yang sulit terjangkau pelaksanaannya, semaksimal mungkin dilakukan seperi tahun kemarin di asrama haji sehingga proses pre clearance berada diindonesia. Sehingga saat di Imigrasi Saudi hanya verifikasi satu sidik jari saja, verifikasi data kemudian langsung stempel,” jelas Nizar

Hal ini senada dengan Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Muhajirin Yanis. Muhajirin menambahkan, proses perekaman melalui VFS Tasheel di Indonesia tetap dibuka. Namun, layanan itu semantara hanya untuk daerah yang mudah aksesnya sehingga mungkin untuk terus dilanjutkan.

“Untuk jemaah dari wilayah-wilayah kepulauan yang jaraknya jauh, perekaman akan dilakukan saat tiba di Madinah dan Jeddah,” jelasnya.

Kasubdit Penyiapan Dokumen Haji Reguler Nasrullah Jassam mengatakan bahwa sampai Selasa sore, tercatat sebanyak 152 ribu jemaah yang sudah melakukan rekam biometrik. “Alhamdulillah, proses berjalan lancar. Sudah 65% jemaah haji Indonesia yang melakukan rekam biometrik,” tandasnya.

Berikut isi surat edaran tersebut :

  1. Jemaah haji dari provinsi yang belum memiliki fasilitas rekam data biometric di wilayahnya dan yang berdomisili jauh serta sulit diakses, diperkenankan untuk tidak melakukan perekaman data biometrik sebelum proses pemvisaan.
  2. Jemaah Haji dari provinsi yang memiliki fasilitas rekam data biometrik diwilayahnya dan memungkinkan untuk melakukan perekaman data biometrik, agar tetap melakukan perekaman data biometrik.
  3. Jemaah Haji yang telah melakukan rekam data biometrik di Indonesia tidak melalui proses perekaman data biometrik, data biometriknya akan diambil di Bandara Internasional Jeddah atau Madinah saat kedatangan.
  4. Jemaah Haji yang belum melakukan perekaman data biometrik, data biometriknya akan diambil di Bandara Internasional Jeddah atau Madinah saat kedatangan.(ha/ha)

 

KEMENAG RI

Inilah Beberapa Faedah Puasa

Puasa bermanfaat meningkatkan kesabaran, ketakwaan, sosial dan kesehatan.

Bulan Ramadhan 1440 H tinggal menghitung hari. Sebentar lagi kaum Muslimin berjumpa dengan bulan penuh barokah (syahrul mubarok) yang bernama Ramadhan.

Salah satu ibadah yang utama di bulan Ramadhan adalah puasa. “Ibadah puasa mempunyai banyak sekali faedah,” kata  Dr Habib Abdurrahman Al-Habsy saat mengisi pengajian guru Sekolah Bosowa Bina Insani di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/4).

Faedah pertama, kata Abdurrahman, puasa adalah madrasah ruhani. “Puasa mendidik seseorang menjadi orang yang  sabar dan tawakal kepada Allah. Puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk menahan emosi,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (26/4).

Faedah kedua, kata dia, ibadah puasa itu melekatkan  ketakwaan kepada Allah SWT.

“Ketiga, puasa juga mempunyai faedah secara sosial, yakni kita diajarikan disiplin untuk memperkuat persatuan terutama dengan keluarga  dan berkumpul dengan masyarakat.  Ini efek dari ijtimaiyyah (kebersamaan),” ujarnya

Kempat, puasa juga bermanfaat untuk kesehatan. “Ibadah puasa yang kita laksanakan selama bulan Ramadhan insya Allah berdampak nyata untuk kesehatan diri kita. Rasulullah menegaskan,  ‘berpuasalah, kalian pasti sehat’,” papar Habib Abdurrahman Al Habsy.

 

REPUBLIKA

Delapan Keutamaan Ukhuwah Islamiyah

PERSAUDARAAN karena Islam (ukhuwah Islamiyah), atau persaudaraan karena iman (ukhuwah imaniyah), atau persaudaraan karena Allah, memunculkan banyak keistimewaan dan keutamaan.

Ia juga memberikan pahala, berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiyah memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

1. Kelak di hari kiamat mereka memiliki kedudukan yang mulia yang dicemburui oleh para syuhada, wajah-wah mereka bagaikan cahaya di atas cahaya.

Umar bin Khattab radhiallahu anhu, berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya dari hamba-hamba Kami ada sekelompok manusia, mereka itu bukan para Nabi dan bukan para syuhada. Para Nabi dan syuhada merasa cemburu kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah di hari kiamat. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah padahal tidak ada hubungan persaudaraan (saudara sedarah) antara mereka, dan tidak ada hubungan harta (waris), Maka demi Allah sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya, dan sesungguhnya mereka di atas cahaya, mereka tidak takut ketika manusia merasa takut, dan tidak pula sedih ketika manusia sedih, kemudian beliau membaca ayat ini: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [QS Yunus, 10: 62]. (HR Abu Dawud, no: 3060)

2. Mereka kelak di hari Kiamat akan mendapatkan naungan dari Allah yang tidak ada naungan kecuali dari padanya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:

“Tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan Allah, (mereka itu ialah): pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah atas dasar cinta Allah, seorang laki-laki yang diajak (mesum) oleh seorang wanita cantik dan menawan lalu dia berkata: Sesungguhnya saya takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya dan seorang laki-laki yang mengingat Allah dalam sendirian maka kedua matanya meneteskan airnya.” (HR Bukhari, no: 620)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku?” (HR Muslim, no: 4655)

Dari Irbadh bin Sariyah radhiallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Allah subhanahu wa taala berfirman: Orang-orang yang saling mencintai karena Aku akan berada di bawah naungan Arsy-Ku pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku.” (HR Ahmad, no: 16532)

3. Orang yang saling mencintai karena Allah, wajib mendapat kecintaan Allah.

Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan berada di bawah naungan Arsy pada hari kiamat.” (HR Ahmad, no: 21022)

Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Rabbnya Azza wa Jalla:

“Cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling menasehati karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang bersilaturrahim karena Aku. Dan orang-orang yang saling mencintai karena Aku berada di atras mimbar-mimbar dari cahaya di bawah naungan Arsy pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku.” (HR Ahmad, no: 21052)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Suatu hari, seseorang melakukan perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu kampung. Maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk mencegat di suatu tempat di tengah-tengah perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut, Malaikat bertanya: Hendak kemana engkau? Ia menjawab: Aku hendak mengunjungi saudaraku yang berada di kampung ini. Malaikat kembali bertanya: Apakah kamu punya kepentingan duniawi yang diharapkan darinya? Ia menjawab: Tidak, kecuali karena aku mencintainya karena Allah. Lantas Malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang dikirim kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah telah mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu.” (HR Muslim, no: 4656)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai Fulan maka cintailah dia. Jibril pun mencintainya, kemudian dia mengumumkan pada penduduk langit: Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian diletakkan untuknya kecintaan di muka bumi. Dan apabila Dia membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku membenci Fulan maka bencilah dia. Jibril pun membencinya, kemudian dia mengumumkan pada penduduk langit: Sesungguhnya Allah membenci Fulan maka bencilah dia. Maka penduduk langit pun membencinya. Kemudian diletakkan untuknya kebencian di muka bumi.” (HR Muslim, no: 4772)

Dari Anas radhiallahu anhu, dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tiga perkara siapa yang memiliknya dia akan merasakan manisnya iman: Orang yang mencintai seseorang tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah, orang yang Allah dan Rasul-Nya paling ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih suka dicampakkan kedalam api neraka daripada ia kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya (kekafiran).” (HR Muslim, no: 16)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa yang ingin merasakan kelezatan iman, maka mestilah ia mencintai seseorang, tidak dicintainya melainkan karena Allah Azza wa Jalla.” (HR Ahmad, no: 10321)

4. Mereka merasakan manisnya iman. Sedangkan selain mereka tidak.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)

5. Mereka berada di bawah naungan cinta Allah, di bawah Arasy Al-Rahman.

Allah Taala berfirman,

“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim)

6. Mereka dijamin sebagai ahli surga di akhirat kelak.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. At-Tirmizi)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat)

7. Bersaudara karena Allah adalah amal mulia yang mendekatkan hamba kepada Allah.

Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda,

“Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah” Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR. Al-Munziri)

8. Semua dosa-dosa mereka diampunkan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis yang ditakhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dhaif).

Wallahualam bish shawab []

 

INILAH MOZAIK

Saudaraku, Inilah Keutamaan Puasa Ramadhan

Pada pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bersama mengenai keutamaan Ramadhan dan puasa di dalamnya. Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)

Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah)

Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.

Allah ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ – وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ – لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3)

Dan Allah ta’ala juga berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)

Ibnu Abbas, Qotadah dan  Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi)

Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

Keutamaan Puasa

1. Puasa adalah Perisai

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)

2. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pahala yang Tak Terhingga

3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Dua Kebahagiaan

4. Bau Mulut Orang yang Bepuasa Lebih Harum di Hadapan Allah daripada Bau Misik/Kasturi

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ . وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ . وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Puasa akan Memberikan Syafaat bagi Orang yang Menjalankannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid)

6. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Bagi Orang yang Berpuasa akan Disediakan Ar Rayyan

Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama  Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga pembahasan di atas dapat mendorong kita agar lebih bersemangat untuk mendapatkan keutamaan berpuasa di bulan Ramadhan dengan cara menghiasi hari-hari di bulan yang penuh berkah tersebut dengan amal saleh yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang mulia.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Maroji’:
Shifat Shaum Nabi fi Ramadhan,
 Syaikh Salim Al Hilali & Syaikh Ali Hasan Al Halabi dengan sedikit tambahan

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Abu Sa’ad

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/343-keutamaan-puasa-ramadhan.html

Apa yang Dilakukan Menjelang Bulan Ramadhan?

BULAN Ramadhan adalah bulan yang istimewa untuk kaum mukminin. Pada bulan Ramadhan orang-orang yang beriman terdorong untuk melakukan berbagai amal ibadah yang Allah syariatkan.

Sepanjang pagi hingga sore mereka menahan diri dari lapar dan dahaga serta hal yang membatalkan puasa. Pada malam harinya, mereka hidupkan malam dengan rangkaian shalat taraweh dan membaca kitab suci Al Quran. Penghujung malam mereka bangun untuk melakukan makan sahur.

Lalu apa yang dilakukan menjelang Ramadhan yang kian dekat ini? Yang pertama adalah menyelesaikan utang puasa Ramadhan tahun lalu. Apabila masih ada, segera selesaikan jangan tunggu hari semakin dekat ke bulan Ramadhan.

Berikutnya, mencari ilmu tentang Ramadhan. Khususnya seputar puasa Ramadhan. Agar ibadah puasa kita sesuai sunnah Nabi. Juga ilmu tentang keutamaan ibadah lain pada bulan Ramadhan agar kita nanti lebih terpacu dalam mengamalkannya.

Persiapan lainnya adalah mempersiapkan diri dari sekarangan dengan berlatih memperbanyak amal shaleh. Amalan yang dapat kita lakukan dari sekarang misalnya dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Syaban ini. Di samping kita mendapat pahala, kita juga membuat iklim pada tubuh agar terbiasa menahan lapar dan dahaga.

Selain menyeringkan puasa sunnah di bulan Syaban, kita juga harus lebih menyeringkan membaca kitab suci Al Quran. Hal ini karena bulan Ramadhan adalah Syahrul Quran, bulan Al Quran. Maka jauh menyeringkan membaca Al Quran pada bulan Ramadhan adalah target habit yang harus kita wujudkan.

Hal lain yang harus kita ajari diri kita mulai sekarang adalah bersedekah. Nabi shalallahu alaihi wasallam adalah orang yang dermawan, dan sifat dermawan beliau lebih terlihat ketika bulan Ramadhan. Apabila kita melatih diri kita sering berderma dari sekarang, InsyaAllah pada bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba, kita akan menjadi lebih pemurah lagi.

Terakhir yang kita lakukan adalah berdoa. Memohon pada Allah agar Allah pertemukan kita dengan Ramadhan. Dan memohon kepada Allah kekuatan fisik dan keimanan agar kita bisa melalui Ramadhan dengan sukses dunia dan akhirat.

Allahu Alam.

 

INILAH MOZAIK

Pekerjaan Paling Mulia di Mata Rasulullah

PEKERJAAN apakah yang paling baik dan paling mulia? Melalui empat hadis sahih ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menerangkannya kepada kita.

Dari Said bin Umair dari pamannya, dia berkata,

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua pekerjaan yang baik.” (HR. Baihaqi dan Al Hakim; shahih lighairihi)

Dari Khalih, ia berkata,

“Nabi shallallahu alaihi wasallam ditanya tentang pekerjaan yang paling utama. Beliau menjawab, “perniagaan yang baik dan pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri” (HR. Al Bazzar dan Thabrani dalam Al Mujam Kabir; shahih lighairihi)

Dari Ibnu Umar, ia berkata,”

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perniagaan yang baik.” (HR. Thabrani dalam Al Mujam Kabir; shahih)

Dari Rafi bin Khadij, ia berkata,

“Rasulullah ditanya, “Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap perniagaan yang baik.” (HR. Ahmad dan Al Bazzar; shahih lighairihi)

Dari keempat hadis tersebut, meskipun kadang Rasulullah ditanya dengan istilah “pekerjaan yang paling baik” dan kadang ditanya dengan istilah “pekerjaan yang paling utama”, ternyata jawaban beliau hampir sama. Yakni pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan perniagaan yang baik.

Pekerjaan dengan tangan sendiri maksudnya adalah pekerjaan yang dilakukan seseorang tanpa meminta-minta. Pekerjaan itu bisa berupa profesi sebagai tukang batu, tukang kayu, pandai besi, maupun pekerjaan lainnya. Dalam hadits yang lain dicontohkan pekerjaan seseorang yang mencari kayu bakar. Profesi dokter, arsitek, dan sejenisnya di zaman sekarang juga termasuk dalam hadits ini.

Sedangkan perniagaan yang baik maksudnya adalah perniagaan atau perdagangan yang bersih dari penipuan dan kecurangan. Baik kecurangan timbangan maupun kecurangan dengan menyembunyikan cacatnya barang yang dijual.

Jadi, dalam Islam, pekerjaan apapun baik. Pekerjaan apapun bisa menjadi pekerjaan paling baik. Asalkan halal dan bukan meminta-minta. Baik menjadi karyawan, profesional, pebisnis maupun pengusaha, semua punya peluang yang sama. []

Sumber : bersamadakwah/ Shahih At-Targhib wa At-Tarhib dan Maktabah Syamilah

INILAH MOZAIK

Jelang Ramadan: Hukum Ziarah Kubur dan Adabnya

BULAN Ramadan semakin dekat. Saat ini tempat-tempat pemakaman umum ramai dengan peziarah. Seperti biasa terjadi kontroversi dalam ziarah kubur. Ada yang kritik dengan alasan melanggar batasan-batasan Islam dalam berziarah kubur.

Berikut ini kami ringkaskan pembahasan mengenai hukum ziarah kubur dan adab-adabnya dari kitab Fiqih Islami wa Adilatuhu karangan Syaikh Prof. DR. Wahbah Az Zuhaili, seorang ulama fiqih dari Suriah yang sangat masyhur. Kami lengkapi juga dari sumber-sumber lain.

Tentang Ruh si Mayit

Pendapat Ahlu Sunnah wal Jamaah, bahwa ruh yaitu jiwa yang dapat berbicara, yang mampu untuk menjelaskan, memahami objek pembicaraan, tidak musnah karena musnahnya jasad. Ia adalah unsur inti, bukan esensi. Ruh-ruh orang yang sudah meninggal itu berkumpul, lalu yang berada di tingkatan atas bisa turun ke bawah, tapi tidak sebaliknya.

Menurut Salafush Shahih dan para pemukanya, bahwa siksa dan kenikmatan dirasakan oleh ruh dan badan mayat. Ruh tetap kekal setelah terpisah dari badan yang merasakan kenikmatan atau siksaan, kadang juga bersatu dengan badan sehingga merasakan juga kenikmatan dan siksaan. Ada pendapat lain dari Ahlus Sunnah bahwa kenikmatan dan siksa untuk badan saja, bukan ruh.

Hukum Ziarah Kubur

Untuk kaum laki-laki, ulama fiqih tidak ada pertentangan mengenai hukumnya, yakni sunah. Bahkan Ibnu Hazm mengatakan, “Sesungguhnya ziarah kubur itu wajib, meski sekali seumur hidup, karena ada perintahnya.”

Namun, untuk perempuan, ulama fiqih berselisih pendapat.

1. Sunah Bagi Perempuan, Seperti Halnya Laki-laki

Ini adalah pendapat paling sahih dalam mazhab Hanafi. Dalilnya adalah keumuman nash tentang ziarah. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)! Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim dari Abu Buraidah)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah bahwa, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendatangi makam syuhada Uhud setiap awal tahun, seraya bersabda, Keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian, sungguh sebaik-baik tepat tinggal terakhir.”

Namun mereka juga mengatakan bahwa tidak diperbolehkan kaum perempuan berziarah jika untuk mengingat kesedihan, menangis, atau melakukan apa yang biasa dilakukan oleh mereka, dan akan terkena hadits, “Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur.” Namun, jika tujuannya mengambil pelajaran, memohon rahmat Allah tanpa harus menangis, maka diperbolehkan.

2. Makruh Bagi Perempuan

Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Sebab asal hukum ziarah mereka itu dilarang, lalu dihapus. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)!”

Sebab dimakruhkannya perempuan untuk ziarah kubur karena mereka sering menangis, berteriak, disebabkan perasaannya lembut, banyak meronta, dan sulit menghadapi musibah. Namun, hal itu tidak sampai diharamkan.

Dalam riwayat Muslim, Ummu Athiyah berkata, “Kami dilarang untuk berziarah kubur, tetapi beliau tidak melarang kami dengan keras.”

Imam At Tirmidzi meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur.” (shahih)

Akan tetapi, menurut mazhab Maliki, hal ini berlaku untuk gadis, sedangkan untuk wanita tua yang tidak tertarik lagi dengan laki-laki, maka dihukumi seperti laki-laki.

Tatacara dan Adab Ziarah Kubur

Tujuan utama ziarah kubur adalah mengingat mati dan mengingat akhirat sebagaimana dinyatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)! Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim dari Abu Buraidah)

Dari Anas bin Malik, “Sesungguhnya ziarah itu akan melunakkan hati, mengundang air mata dan mengingatkan pada hari kiamat.” (HR Al Hakim). Oleh karena itu, tujuan itu harus senantiasa dipancangkan di dalam hati orang yang berziarah.

Selain itu, ada beberapa adab dalam berziarah kubur:

1. Dianjurkan Melepas Alas Kaki

Dianjurkan menurut mazhab Hanbali, melepas sandal ketika masuk ke areal pemakaman karena ini sesuai dengan perintah dalam hadits Busyair bin Al Khashahshah:

Ketika aku berjalan mengiringi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ternyata ada seseorang berjalan di kuburan dengan mengenakan kedua sandalnya. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan “Hai pemakai dua sandal, tanggalkan kedua sandal kamu!” Orang itu pun menoleh. Ketika dia tahu bahwa itu ternyata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia melepaskannya serta melemparkan keduanya. (HR. Abu Dawud, hasan)

Diperbolehkan tetap memakai sandal jika ada penghalang semacam duri, kerikil yang panas, atau semacam keduanya. Ketika itu, tidak mengapa berjalan dengan kedua sandal di antara kuburan untuk menghindari gangguan itu.

2. Mengucapkan Salam

Disunnahkan bagi orang yang berziarah mengucapkan salam kepada penghuni kuburan Muslim. Adapan ucapan salam hendaklah menghadap wajah mayat, lalu mengucapkan salam sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para Shahabatnya ketika mereka berziarah kubur, “Assalamu alaikum dara qaumin Muminin, wa insya Allah bikum laa hiqun.” Artinya, “Keselamatan atas kalian di tempat orang Mukmin, dan kami insya Allah akan menyusul kalian juga.”

Atau bisa juga dengan lafal lain, “Assalamu ala ahlid diyari minal Muminina wal Muslimin, wa inna insya Allah taala bikum laa hiqun. As-alullahu lana wa lakumul afiyah.”

Artinya, “Keselamatan kepada penghuni kubur dari kaum Mukminin dan Muslimin, kami insya Allah akan menyusul kalian. Aku memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan kalian semua.” Kedua lafazh salam tersebut diriwayatkan Imam Muslim.

3. Membaca Surat Pendek

Dianjurkan membacakan Alquran atau surat pendek. Ini adalah sunah yang dilakukan di kuburan. Pahalanya untuk orang yang hadir, sedang mayat seperti halnya orang yang hadir yang diharapkan mendapatkan rahmat.

Disunnahkan membaca surat Yasin seperti yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Al Hakim dari Maqal bin Yassar, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Bacakanlah surah Yasin pada orang yang meninggal di antara kalian.”

Sebagian ulama menyatakan hadits ini dhaif. Imam Asy Syaukani dan Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyebutkan bahwa hadits ini berstatus hasan. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa membacakan Alquran ini dilakukan saat sakaratul maut, bukan setelah meninggal.

4. Mendoakan si Mayat

Selanjutnya mendoakan untuk mayat usai membaca Alquran dengan harapan dapat dikabulkan. Sebab doa sangat bermanfaat untuk mayat. Ketika berdoa, hendaknya menghadap kiblat.

Saat berziarah kubur di Baqi, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdoa dengan lafazh, “Allahummaghfir li Ahli Baqiil gharqad.”

5. Berziarah dalam Posisi Berdiri

Disunnahkan ketika berziarah dalam keadaan berdiri dan berdoa dengan berdiri, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika keluar menuju Baqi.

Selain itu, jangan duduk dan berjalan di atas pusara kuburan. Dalam riwayat Muslim, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya dan menembus kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di atas kubur.” Sedangkan jika berjalan di samping atau di antara pusara-pusara kubur, maka itu tidak mengapa.

6. Menyiramkan Air di Atas Pusara

Diperbolehkan menyiramkan air biasa di atas pusara si mayat berdasarkan hadits berikut, “Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya.” Hadits diatas oleh Abu Dawud dalam Al Marasil, Imam Baihaqi dalam Sunan, Thabarani dalam Mujam Al Ausath. Syaikh Al Albani menyatakan sanadnya kuat di dalam Silsilah Ahadits Shahihah. Sedangkan menyiram dengan air kembang tujuh rupa atau menabur bunga, maka itu tidak dituntunkan oleh syariat.

Hal-hal yang Makruh dan Munkar Saat Berziarah

Mazhab Maliki menyatakan makruh hukumnya makan, minum, tertawa, dan banyak bicara, termasuk juga membaca Al Quran dengan suara keras. Tidaklah pantas bagi seseorang yang berada di pekuburan, baik dia bermaksud berziarah atau hanya secara kebetulan untuk berada dalam keadaan bergembira dan senang seakan-akan dia berada pada suatu pesta, seharusnya dia ikut hanyut atau memperlihatkan perasaan ikut hanyut di hadapan keluarga mayat.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyebutkan, “Makruh hukumnya mencium peti yang dibuat di atas makam, atau mencium makam, serta menyalaminya, atau mencium pintunya ketika masuk berziarah makam aulia.”

Mengkhususkan hari-hari tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jumat, tujuh atau empat puluh hari setelah kematian, pada hari raya dan sebagainya, maka itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliau pun tidak pernah mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berziarah kubur. Sedangkan hadits-hadits tentang keutamaan ziarah pada hari Jumat adalah dhaif sebagaimana dinyatakan para Imam Muhaditsin. Oleh karena itu, ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja.

Sedangkan salat persis di atas kuburan seseorang dan menghadap kuburan tanpa tembok penghalang, maka ulama sepakat tentang ketidakbolehannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian shalat menghadap kuburan dan jangan pula kalian duduk di atasnya.” (HR Muslim) Sedangkan jika di samping kubur, maka terjadi sejumlah perselisihan ulama, ada yang memakruhkannya, dan ada yang mengharamkannya. Demi kehati-hatian, kami berpendapat untuk tidak melaksanakan shalat di kompleks pekuburan. Selain itu, Ibnu Hibban meriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang dari shalat di antara kuburan.” Dikecualikan dari hal ini adalah bagi seseorang yang ingin melaksanakan shalat jenazah, tetapi tidak berkesempatan menshalati mayit saat belum dikuburkan.

Dilarang juga mengencingi dan berak di atas kuburan. Diriwayatkan Abu Hurairah, bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Barang siapa yg duduk di atas kuburan, yang berak dan kencing di atasnya, maka seakan dia telah menduduki bara api.”

Tidak diperbolehkan melakukan thawaf (ibadah dengan cara mengelilingi) kuburan. Hal ini sering dijumpai dilakukan oleh orang-orang awam di kuburan orang-orang salih. Dan ini termasuk dalam kesyirikan. Thawaf hanya boleh dilakukan pada Baitullah Kabah. Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf disekeliling rumah yang tua (Baitul Atiq atau Baitullah) itu.” (QS Al Hajj : 29)

Berdoa, meminta perlindungan, meminta tolong, pada penghuni kubur juga tidak diperbolehkan, hukumnya haram dan merupakan kesyirikan. Berdoa hanya boleh ditujukan pada Allah Subhanahu wa Taala. Sedangkan berdoa dengan perantaraan si mayit (tawasul), maka hal itu diperselisihkan. Pendapat yang kuat adalah tidak diperbolehkan.

Tidak diperbolehkan memasang lilin atau lampu di atas pusara kuburan. Selain hal itu merupakan tatacara ziarah orang Ahli Kitab dan Majusi, dalam riwayat Imam Al Hakim disebutkan, “Rasulullah melaknat.dan (orang-orang yang) memberi penerangan (lampu pada kubur).”

Tidak boleh memberikan sesajen berbentuk apapun, baik berupa bunga, uang, masakan, beras, kemenyan, dan sebagainya. Juga dilarang menyembelih hewa atau kurban di kuburan. Selain itu, tidak boleh mengambil benda-benda dari kubur seperti kerikil, batu, tanah, bunga, papan, pelepah, tulang, tali dan kain kafan, serta yang lainnya untuk dijadikan jimat. []

INILAH MOZAIK

Kehidupan Yang Damai dan Penuh Toleransi dalam Al-Qur’an

Salah satu bagian terpenting dari Al-Qur’an adalah bagaimana manusia dapat menjalin hubungan baik dengan seluruh lapisan masyarakat. Karena itu wajah Islam yang paling menonjol adalah tingginya toleransi didalamnya.

Ayat-ayat Al-Qur’an dan hukum syariat didalam Islam semuanya mengatur bagaimana mewujudkan kehidupan damai diantara manusia. Islam membimbing secara detail bagaimana menjalin hubungan dan bertoleransi dengan sesama agama, bahkan dengan yang lain agama.

Pertama, kita akan menyaksikan bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an menjadikan asas persaudaraan dan kasih sayang sebagai pondasi hubungan diantara kaum mukminin.

Allah swt berfirman,

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَة

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS.Al-Hujurat:10)

Kedua, Islam sangat anti terhadap pergaulan yang diwarnai dengan kebencian dan fanatisme golongan.

۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS.An-Nahl:90)

Begitulah sejarah Rasulullah saw yang selalu memberi yang terbaik. Islam jauh dari kemarahan, kebencian dan kebengisan apalagi sikap rasis antar golongan.

Ketiga, Islam juga selalu mengajak kaum muslimin untuk menyelesaikan persoalan bersama-sama dan disertai gotong royong.

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS.Al-Ma’idah:2)

Keempat, Islam melarang keras untuk berbuat dzalim walau kepada musuh-musuh Islam sekalipun. Bahkan hanya menghina atau mencaci keyakinan orang lain juga tidak diizinkan sedikitpun dalam agama suci ini.

Allah swt berfirman,

وَلَا تَسُبُّواْ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّواْ ٱللَّهَ عَدۡوَۢا بِغَيۡرِ عِلۡمٖ

“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.” (QS.Al-An’am:108)

Islam selalu mengajak untuk hidup damai dengan siapapun. Walau dengan mereka yang tak seagama, walau dengan mereka yang tak sepemikiran. Kita dilarang untuk mengganggu kehidupan mereka.

لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS.Al-Mumtahanah:8)

Akan tetapi saat orang-orang kafir menyerang kaum muslimin, maka kita diperintahkan untuk melawan dan membela diri.

وَقَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS.Al-Baqarah:190)

Hal ini tentu disepakati oleh semua orang yang berakal bahwa setiap ada serangan kita wajib membela diri. Namun lihatlah bagaimana Islam membimbing kita dengan mengakhiri ayat ini dengan kalimat “Tetapi jangan melampaui batas.!

Artinya perlawanan dan balasan kita pun bukan dengan menghalalkan segala cara. Semua ada aturannya.

Dan perlu kita pahami bahwa tidak semua orang dapat menyimpulkan bahwa Islam sedang diserang dan kita wajib melawan, prosedurnya telah disebutkan dalam buku-buku fikih tentang siapa yang disebut orang kafir yang melawan Islam.

Dan ketika peperangan berkecamuk, tetaplah Islam memberi jalan untuk berdamai. Bukankah Allah swt berfirman,

۞وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلۡمِ فَٱجۡنَحۡ لَهَا وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS.Al-Anfal:61)

Dari ayat-ayat diatas kita akan mendapat gambaran wajah Islam yang menginginkan kedamaian dan penuh toleransi. Walaupun kedzaliman harus dilawan, tapi tetap ada prosedur dan tata caranya.

Dalam peperangan pun kita melihat keindahan Islam dalam menjaga peperangan itu agar jangan menyakiti orang tua, wanita dan anak-anak, jangan memutilasi musuh, jangan memutus air, jangan menghancurkan tempat ibadah dan sebagainya.

Inilah Islam yang selalu mengajak menuju kedamaian hidup dan selalu mempermudah hal-hal yang sulit.

Semoga bermanfaat

 

KHAZANAHALQURAN