Baca Dua Ayat Al-Baqarah Hidup Akan Kecukupan

SIAPA yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia dijauhkan dari gangguan setan.

Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit. Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah mencukupi dari salat malam. Benarkah?

Dua ayat tersebut, Allah Taala berfirman,

“Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 285-286)

Disebutkan dalam hadis dari Abu Masud Al-Badri radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)

Hadis di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap pasrah kepada Allah Taala. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat doa untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.

Al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat malam. Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya pada Alquran.

Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan dengan membaca ayat tersebut. Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula doa kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Muallim, 3: 176, dinukil dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).

Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi kecukupan padanya menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam. Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6: 83-84.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan diberi kecukupan. Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam doa karena dalam ayat tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam Al-Quran Al-Karim, 2: 540-541).

Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir Al-Baqarah ini mulai dari malam ini. Semoga kita meraih kebaikan dan keberkahan. Semoga Allah memberi taufik. [rumaysho]

INILAH MOZAIK

Menutupi Aib

Setiap orang memiliki aib masing-masing

Dikisahkan bahwa suatu ketika Bani Israel dilanda kekeringan yang panjang. Tanah kering, cadangan air habis, dan rerumputan pun layu. Kondisi seperti itu menjadikan masyarakat kepayahan. Melihat kondisi yang sedemikian itu, Nabi Musa mengajak kaumnya tersebut untuk menunaikan Istisqa, doa bersamasama memohon hujan kepada Allah.

Setelah beberapa kali dilakukan, ternyata hujan tan kunjung turun. Allah mengabarkan kepada Nabi Musa bahwa di antara kaumnya, masyarakat Bani Israel, ada salah seorang yang gemar berbuat maksiat. Oleh karenanya, Allah enggan menurunkan hujan. Nabi Musa pun menyampaikan kabar dari Allah tersebut dan menghendaki agar ia yang merasa gemar berbuat maksiat segera keluar dari kaum Bani Israel. Akan tetapi, tidak ada seorang pun di antara mereka yang keluar. Maka, hujan pun tak kunjung turun.

Mendengar yang disampaikan oleh Nabi Musa, seseorang yang gemar berbuat maksiat tersebut malu. Ia akan dilecehkan dan dihinakan jika ia menuruti apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa untuk keluar dari kaum mereka. Akan tetapi, jika ia tidak keluar, hujan tidak akan kunjung turun dan kekeringan akan semakin panjang saja entah sampai kapan berakhirnya.

Orang yang gemar berbuat maksiat itu kemudian mengadu kepada Allah dalam hati bahwa jika ia keluar dari kaum tersebut maka semua orang akan tahu bahwa dialah yang menyebabkan hujun tak kunjung turun. Jika semua orang tahu, ia akan merasa sangat malu dan akan dipermalukan sedemikian rupa.

Oleh karena itu, ia bertobat kepada Allah. Hujan pun turun dengan deras secara tiba-tiba. Nabi Musa heran dengan hujan tersebut karena sejak tadi belum ada seorang pun yang keluar, tapi hujan sudah turun. Allah pun mengabarkan bahwa orang yang gemar berbuat maksiat tersebut sudah bertobat.

Sekelumit kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa aib seseorang itu sudah selayaknya tidak dibongkar. Aib adalah sesuatu hal yang membuat seseorang itu malu jika diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu, jika kita mengetahui aib orang lain, hendaklah kita menutupi aibnya dan tidaklah kita mengumbar aib orang lain di depan publik, sehingga ia merasa sangat malu.

Perlu kita ketahui juga bahwa setiap orang itu mempunyai aib sendiri-sendiri, termasuk kita. Kita akan merasa malu jika aib kita tampak oleh orang lain, sehingga kita berusaha menutupi aib kita. Dengan demikian, marilah kita menutupi aib orang lain agar aib kita sendiri juga turut tertutupi.

Allah memberikan kemuliaan bagi orang yang mampu menutupi aib orang lain. Hal itu sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR Muslim).

Jika kita menutupi aib orang lain sehingga tidak membuatnya malu, Allah kelak akan menutupi aib kita pada hari kiamat. Dengan kata lain, aib kita yang berupa dosa-dosa itu akan diampuni oleh Allah di akhirat kelak. Namun, tentu saja hal ini berbeda jika menyangkut persoalan hukum. Seseorang yang berbuat kriminal hendaklah tidak ditutupi kesalahannya di muka pengadilan hukum. Ini memang aib, tapi ini menyangkut fikih untuk menjatuhkan hukuman. Wallahu a’lam.

Oleh: Supriyadi

KHAZANAH REPUBLIKA

Baca Buku-Buku Sunnah Digital dari HP Adroid Anda, undu dan instal aplikasinya di sini!

Surga Paling Dekat: Rumah Kita

SURGA yang paling terdekat ialah ada di rumah kita.

Banyak yang tidak tahu bagaimana cara meraihnya dan betapa sulitnya untuk mendapatkan Surga yang belum pernah kita lihat dan tidak dapat kita bayangkan bagaimana wujudnya, sedangkan surga terdekat pun kita lupa bahkan tidak mengetahui bahwa surga itu juga ada di dalam rumah kita sendiri.

Kita boleh merantau sejauh kaki melangkah, hingga di ujung belahan dunia sekalipun. Namun jangan pernah melupakan surga yang ada di rumah kita. Jika tidak sempat bertatap muka, bercengkrama manja, merasakan belaian kasih sayang mereka, bersandar di bahu mereka dan duduk di pangkuan mereka, kita yang jauh dari orangtua bisa bercengkrama lewat telepon.

Kedua orangtua adalah surga bagi kita. Tempat kita mengadu pilu, resah dan sedih ialah kedua orangtua. Maka ketika sudah sukses, jangan pernah lupakan mereka. Jangan lupa dan bagilah kabar sukses, bahagiamu, canda tawamu dan bahagiakanlah mereka dengan kata-kata manismu meskipun lewat telepon. Karena cengkramanya anak kepada kedua orangtua bukanlah gombalan, dan tidak akan dibilang gombal oleh kedua orangtua. Bercengkrama kepada kedua orangtua adalah pribahasa yang murni, bukan gombalisasi.

Saya juga suka duduk di samping teman yang sedang menelepon dengan orangtuanya dan ia juga tidak keberatan saya mendekatinya dan duduk di sampingnya. Saya mendengarkan lantunan kata manis-manjanya kepada kedua orangtuanya, kata-kata yang mengunggah jiwa, dan itu murni lagi-lagi bukan gombal alias basi.

Surga yang dirindukan adalah kedua orangtua.

Ada sebuah cerita dari anak yang sukses. Dia seorang pengusaha, karyawannya banyak. Bahkan setiap tahun ia meng-umrohkan karyawannya dan hampir setiap tahunnya ia berangkat haji.

Sehingga seorang pemuda lain pun yang sedang duduk di dekatnya pada sore itu berkata padanya, “Luar biasa ibadahmu!” Pemuda itu pun berkata, “Saya mau masuk surga” Temannya yang duduk di sampingnya tersenyum mendengarnya, dan tidak lama kemudian sedang asiknya mengobrol, handphonenya berdering, tetapi dia tidak mengangkatnya. Berbunyi lagi dan berbunyi lagi tetapi tetap tidak pernah di angkatnya. Temannya berkata, “Angkat…”

Dia menjawab, “Tidak usah, biar saja, ganggu!”. Tidak lama kemudian handphone itu kembali berbunyi, lalu temanya berkata, “Tidak apa-apa, lebih baik di angkat.”

Namun, temanya malah berkata, “Nanti saja saya urus, bisa saya telepon balik kok.”

Karena temannya penasaran, lalu temannya mengambil handphonenya ternyata dilayarnya tertulis ibunya yang menelpon. Lalu ia sodorkan handphone itu kepada temanya, berkata “Angkat!” Maka dengan sangat terpaksa pemuda Pengusaha itu mengambil handphone itu lalu dia mengangkatnya. Dan dia bilang, “Ada apa bu?”

Ibunya menjawab, “Nak, ibu rindu sama kamu, ibu kangen, datang ke rumah sebentar saja. Ibu mau bertemu kamu, ibu ingin melihat wajahmu. ”

Pemuda itu pun menjawab, “Buk, saya lagi banyak urusan, saya sibuk! Saya banyak pekerjaan, kapan-kapan lah saya datang ke rumah.”

Ibunya menjawab, “Sekali-sekali saja nak.”

“Ya nanti saja bu…”

Lalu ia mematikan handphonenya.

Ketika temannya yang duduk dengannya sore itu sampai di rumah, malam tiba dan temannya itu dikagetkan oleh sebuah telepon yang ternyata adalah dari temannya yang bertemu sore itu (Pemuda Pengusaha). Dia bicara dengan nada yang begitu keras, sehingga temannya tidak bisa mendengar bahwa ia bicara apa, dan temannya bertanya, “Ada apa?”

“Ibu saya meninggal dunia,” jawab pemuda Pengusaha itu.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…

Para pembaca teman-teman yang InsyaAllah dimuliakan Allah,…

Kita selalu mencari surga-surga yang jauh, pergi haji berkali-kali, memberi makan anak yatim begitu banyak, amal begitu murah hati dan puasa senin kamis setiap minggu, tetapi kita lupa surga kita yang begitu dekat, begitu mudah kita dapatkan, kita lupakan!

Surga tersebut ada di rumah kita, surga yang paling mudah dan paling cepat kita dapatkan adalah orangtua kita.

*Cerita ini diambil (saya tulis kembali) dari sebuah film yang berjudul, ” Ada Surga di Rumahmu”

Teman-teman semuanya, mari kita raih surga terdekat kita.

Yang lagi jauh dari orangtua, ayo…telepon mereka.

Yang lagi rajin ngaji di Pesantren, orangtua gak bisa datang ke pesantren karena jauh, pinjam handphone ustadz/ustadzah atau hp wartel, telpon surga kita.

Yang lagi kuliah dan ngekos, mari kita telpon surga kita.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Oleh: Muhammad Daud Farma
ulviyeturk94@gmail.com

ISLAMPOS

Baca Buku-Buku Sunnah Digital dari HP Adroid Anda, undu dan instal aplikasinya di sini!

Shalat Sunat Rawatib, Apa Saja Keutamaan dan Jenisnya?

Shalat sunat rawatib tak pernah ditinggalkan Rasulullah.

Selain melaksanakan shalat fardhu, umat Muslim sebaiknya juga melaksanakan shalat sunat rawatib guna meningkatkan amalannya. 

Yakni shalat yang dikerjakan sebelum ataupun sesudah shalat fardhu (shalat lima waktu).

Nabi Muhammad SAW diketahui selalu melaksanakan shalat sunah rawatib ini. Sejumlah hadis juga menyebutkan keutamaan shalat sunat rawatib.

Imam Muslim meriwayatkan hadis yang mengatakan bahwa, Ummu Habibah RA berkata: ‘Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang shalat 12 rakaat di dalam sehari semalam maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga.” (HR Muslim no 728). 

Dalam hadis riwayat Muslim nomor 725, juga disebutkan keutamaan shalat sunat rawatib. Rasulullah bahkan menyebut bahwa, dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya dan dua rakaat sebelum shubuh lebih dia cintai daripada dunia seisinya.

Begitupun shalat sunat rawatib sebelum Zhuhur. Nabi Muhammad bersabda, sebagaimana tercantum dalam hadis at-Tirmidzi Nomor 428, “Barangsiapa yang menjaga empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan api neraka.

Adapun shalat sunat rawatib terbagi dalam dua jenis. Yakni yang dikerjakan sebelum shalat fardhu disebut qabliyah dan yang dilaksanakan sesudah shalat fadhu disebut ba’diyah.

Sedangkan berdasarkan anjuran untuk melaksanakannya, shalat sunat ini juga dibagi menjadi dua. Yakni, shalat rawatib muakkad atau sangat dianjurkan dan ghairu muakkad atau tidak terlalu ditekankan untuk dilaksanakan.

Untuk shalat rawatib muakkad, sebagaimana tertulis dalam hadist riwayat at-Tirmidzi nomor 414, berikut jumlah rakaat dan waktu pelaksanaannya:

  1. 2 rakaat sebelum shalat Shubuh
  2. 4 rakaat sebelum shalat Zhuhur
  3. 2 rakaat sesudah shalat Zhuhur
  4. 2 rakaat sesudah shalat Maghrib
  5. 2 rakaat sesudah shalat Isya

Sedangkan untuk shalat sunat rawatib yang ghairu muakkad, berikut jumlah rakaat dan waktu pelaksanaannya: 

  1. 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar (dikerjakan dua kali salam jika 4 rakaat)
  2. 2 rakaat sebelum shalat Maghrib
  3. 2 rakaat sebelum shalat Isya

Syekh Muhammad bin Utsaimin berkata: “Shalat sunat rawatib terdapat di dalamnya salam. Seseorang yang shalat rawatib empat rakaat maka dengan dua salam bukan satu salam, karena sesungguhnya Nabi bersabda: Shalat (sunah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam.” (Majmu’ Fatawa, al-Utsaimin 14/288).

Adapun waktu pelaksanaan shalat sunat rawatib ini dijelaskan hadis riwayat al-Mughni 2/554, yang berbunyi sebagai berikut. 

Ibnu Qudamah berkata: “Setiap sunah rawatib qabliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu shalat fardhu hingga shalat fardhu dikerjakan, dan shalat rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya shalat fardhu hingga berakhirnya waktu shalat fardhu tersebut”.

KHAZANAH REPUBLIKA

Ini Bacaan Zikir yang Menjadi Tanaman Surga

ADA bacaan dzikir yang ringan yang menjadi tanaman di surga. Apa itu?

Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan, SUBHANALLOH WA BIHAMDIH (Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya), maka ditanamkan untuknya satu pohon kurma di surga.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 3464. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly menyatakan bahwa hadits ini shahih dengan syawahidnya, yaitu penguatnya]

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku bertemu Ibrahim pada malam aku diperjalankan (Isra Miraj). Ibrahim berkata, Wahai Muhammad, bacakan salam dariku untuk umatmu dan kabarkan kepada mereka bahwa surga itu tanahnya harum, airnya segar, tanahnya luas/ lapang, dan tanamannya adalah SUBHANALLOH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAHA ILLALLOH WALLOHU AKBAR (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Mahabesar).” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 3462. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly menyatakan bahwa hadits ini hasan dengan syawahidnya, yaitu penguatnya]

Faedah Hadits:
– Berdzikir kepada Allah sebab masuk surga.
– Semakin banyak seseorang berdzikir kepada Allah, semakin banyak ia menanam tanaman di surga.
– Sifat surga adalah tanahnya harum, airnya segar, sedangkan tanamannya adalah kalimat thoyyibah yaitu dzikrullah.
– Hadits ini mendorong kita untuk memperbanyak dzikir agar semakin banyak tanaman di surga.
– Adanya mukjizat isra miraj.
– Keutamaan umat Islam sampai Nabi Ibrahim pun menyampaikan salam untuk umat ini.

[Referensi: Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:462-463.]

INILAH MOZAIK

Doa Taubat Nabi Adam Saat Diusir dari Surga

Nabi Adam ‘alaihis salam pernah melanggar perintah Allah SWT sehingga diusir dari surga. Ia pun melakukan taubat agar diampuni oleh Allah SWT. Nah seperti apa doa nabi Adam ketika itu?

Saat berada di surga, Allah melarang Adam dan Hawa memakan buah khuldi. Namun atas bujuk rayu setan keduanya kemudian memakan buah khuldi. Mereka pun diusir dari surga dan diturunkan ke bumi.

Sesampai di bumi Nabi Adam dan Hawa mengakui kesalahan dan bertaubat. Nabi Adam ‘alaihis salam mendatangi Ka’bah, sholat dua rakaat, dan berdoa di multazam.

Maksud doanya, Nabi Adam mengakui kesalahannya dan meminta ampun agar tidak menjadi orang yang merugi. Doa Nabi Adam tersebut ditulis oleh Allah SWT dalam Quran Surat Al Araf ayat 23 yang berbunyi

Arab: قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Artinya: Ya Tuhan kami, kami telah dzalimkan diri kami sendiri, Jika Engkau tidak mengampuni kami dan Engkau rahmatkan kami, tentu lah kami menjadi orang yang rugi.

Nah, doa Nabi Adam ini bisa dipanjatkan untuk taubat ya!
(pay/erd)

DETIK

Bandingkan Musibahmu dengan yang Lebih Berat

BANYAK sekali pesan masuk yang belum saya jawab. Walaupun banyak, warna dari pesan itu, baik yang lewat WA, Messenger, SMS dan lainnya, adalah bermuara pada satu hal saja, yakni keluhan atas musibah dan derita yang dialaminya. Ada yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan keluarga, ini yang paling banyak, dan ada pula yang berkaitan dengan masalah sosial politik serta ada pula yang bersentuhan dengan dunia hati.

Tulisan kali ini adalah jawaban saya untuk semua pesan itu. Versi singkat jawaban saya: “Tetaplah bersyukur karena Anda masih lebih mujur ketimbang orang yang musibah atau ujiannya lebih besar dibandingkan dengan yang Anda alami.” Versi sedang dari jawaban saya: “Cobalah dengarkan berita yang bertebaran di sekeliling kita tentang orang yang terpuruk bisnisnya sampai berutang bermiliar-miliar, tentang orang yang ditinggal mati seluruh keluarganya karena bencana, tentang orang yang sakit seluruh badannya sekaligus sakit hatinya karena ditinggal orang yang dicinta. Lalu cobalah menghitung diri, jangan-jangan kita memang tengah jauh dari Tuhan atau bahkan telah lama memusuhiNya sehingga pantas mendapat teguran. Renungkanlah.”

Jawaban saya dalam versi yang agak panjang adalah bahwa sesungguhnya musibah kita itu tidak ada seberapanya dibandingkan dengan musibah atau ujian yang dijalani para manusia pilihan, mulai dari para Rasul, para Nabi sampai para ulama nan shalih. Beliau diuji bukan karena kesalahan mereka, namun sebagai cermin dan tauladan bagi kita semua bahwa kadang musibah adalah salah satu cara Allah menjadikan hambaNya sebagai manusia pilihan. Jangan-jangan, musibah yang menimpa kitapun adalah cara Allah untuk mengangkat derajat kita. Tetaplah bersyukur.

Bagi yang sedang sakit, bacalah kisah Nabi Ayyub yang berpenyakit sangat parah, yang dalam beberapa kisah tafsir disebutkan sebagai tertimpa segala jenis penyakit selain penyakit hati. Bagi yang sedang terusir dari kampung halaman, bacalah kisah Nabi Musa yang harus pergi dan tetap dikejar serta diancam bunuh. Bagi yang dihina dan dicaci serta diberitakan tak benar, cobalah membaca kisah Nabi Muhammad yang tetap sabar di tengah gempuran hal tak nyaman dalam masa panjang.

Bagi yang sedang dijauhi banyak orang dan dianggap sebagai orang gila dan tak normal, bacalah kisah Nabi Nuh yang dijauhi kaumnya dan bahkan dikhianati istri dan anaknya. Bagi yang sedang diberi ujian sebagai korban fitnah, iri hati dan dengki, mengapa tak membaca kisah Nabi Yusuf yang dikukuhkan Allah sebagai kisah terindah. Lalu, bandingkanlah musibah kita dengan manusia-manusia pilihan itu. Masihkan akan mengeluh? Bersyukurlah.

Dunia adalah ladang ujian, jika kita lulus maka kelak kita akan mendapatkan anugerah besar. Sebagai ladang ujian, selalu saja ada yang tak nyaman. Kenyamanan abadi adalah nanti, mulai saat kita injakkan sebelah kaki kita di taman surga. Kini, bersabarlah dan tetaplah bersyukur karena Allah sangat senang dan sayang pada hambaNya yang senantiasa bersabar dan bersyukur. Selalulah melihat segala yang terjadi dari sisi positifnya.

Seorang pemikir cerdas berwajah jelek sangat bersyukur sekali mendapatkan istri cantik walaupun bodoh. Bukan bodohnya yang dibacanya, namun cantiknya. Pun istrinya, melihat cerdasnya dan bukan jeleknya. Mereka berdua bersyukur dan berbahagia menikmati takdir, sambil berharap anaknya kelak cantik atau ganteng nurun wajah ibunya serta cerdas pandai nurun otak bapaknya. Sungguh adalah cara bersyukur yang baik.

Lahirlah anak yang ditunggu-tunggunya yang saat tumbuh besar nyata sekali bahwa anak itu adalah keturunan sepasang suam istri itu; wajahnya jelek nurun dari bapaknya dan otaknya bodoh seperti ibunya. Walau berbeda dengan yang diharapkannya, apakah sepasang suami istri itu sedih menangis? Ternyata tidak. Keduanya tertawa dan bersyukur bahagia. Tahukah, mengapa? Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Penyakit ‘Ain Melalui Foto dan Video

Hendaknya kita berhati-hati men-share foto atau video kita, keluarga kita atau anak kita di sosial media, karena penyakit ‘ain bisa terjadi melalui foto ataupun video. Meskipun tidak pasti setiap foto yang di-share terkena ‘ain tetapi lebih baik kita berhati-hati, karena sosial media akan dilihat oleh banyak orang.

Penyakit ‘ain adalah penyakit baik pada badan maupun jiwa yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang dengki ataupun takjub/kagum, sehingga dimanfaatkan oleh setan dan bisa menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena.

Ibnul Atsir rahimahullah berkata,

ﻳﻘﺎﻝ: ﺃﺻَﺎﺑَﺖ ﻓُﻼﻧﺎً ﻋﻴْﻦٌ ﺇﺫﺍ ﻧَﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ ﻋَﺪُﻭّ ﺃﻭ ﺣَﺴُﻮﺩ ﻓﺄﺛَّﺮﺕْ ﻓﻴﻪ ﻓﻤَﺮِﺽ ﺑِﺴَﺒﺒﻬﺎ

Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit” 1.

Sekilas ini terkesan mengada-ada atau sulit diterima oleh akal, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa ‘ain adalah nyata dan ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﻟﻌﻴﻦ ﺣﻖُُّ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺷﻲﺀ ﺳﺎﺑﻖ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻟﺴﺒﻘﺘﻪ ﺍﻟﻌﻴﻦ

Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya” 2.

Contoh kasus:

  • Foto anak yang lucu dan imut diposting di sosial media, kemudian bisa saja terkena ‘ain. Anak tersebut tiba-tiba sakit, nangis terus dan tidak berhenti, padahal sudah diperiksakan ke dokter dan tidak ada penyakit.
  • Bisa juga gejalanya tiba-tiba tidak mau menyusui sehingga kurus kering tanpa ada sebab penyakit.

Hal ini terjadi karena ada pandangan hasad kepada gambar itu atau pandangan takjub dan PENTING diketahui bahwa penyakit ‘ain bisa muncul meskipun mata pelakunya tidak berniat membahayakannya (ia takjub dan kagum).

Penyakit ‘ain bisa melalui gambar atau video

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,

ﻭﻧﻔﺲ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻻ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﺗﺄﺛﻴﺮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﻋﻤﻰ ﻓﻴﻮﺻﻒ ﻟﻪ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﻓﺘﺆﺛﺮ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺮﻩ ، ﻭﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﻨﻴﻦ ﻳﺆﺛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ ﺑﺎﻟﻮﺻﻒ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺭﺅﻳﺔ

”Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab ‘ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ‘ain, hanya dengan cerita saja tanpa melihat langsung”3.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menjelaskan,

ﻭﺑﻬﺬﺍ ﻳﺘﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻗﺪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻠﻔﺎﺯ ، ﻭﻗﺪ ﻳﺴﻤﻊ ﺃﻭﺻﺎﻓﻪ ﻓﻴﺼﻴﺒﻪ ﺑﻌﻴﻨﻪ ، ﻧﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺴﻼﻣﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ

“Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ‘ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.” 4.

Demikian semoga bermanfaat.

***

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28858-penyakit-ain-melalui-foto-dan-video.html

Makan Berlebihan Sumber Utama Penyakit

Di zaman modern ini, pola makan bisa jadi tidak terkendali. Banyaknya makanan dan minuman siap saji dengan kalori dan gula yang tinggi menyebabkan munculnya penyakit. Kemudahan mendapatkan makanan dan minuman siap saji, jajan dan kue sebagai cemilan setiap saat juga menjadi pola hidup zaman modern. Tentunya manusia yang sangat minim bergerak karena dimanjakan oleh teknologi juga mendukung berbagai penyakit muncul dengan mudah.

Dalam ajaran Islam yang mulia, manusia diperintahkan oleh Allah agar makan secukupnya saja dan tidak berlebihan.

Allah berfirman,

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini,

قال بعض السلف : جمع الله الطب كله في نصف آية : ( وكلوا واشربوا ولا تسرفوا )

“Sebagian salaf berkata bahwa Allah telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.” [1]

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa perut manusia adalah wadah yang paling buruk yang selalu diisi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihkannya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas” [2]

Maksudnya, perut yang penuh dengan makanan bisa merusak tubuh. Syaikh Muhammad Al-Mubarakfury menjelaskan,

ﻭﺍﻣﺘﻼﺅﻩ ﻳﻔﻀﻲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺪﻧﻴا

“Penuhnya perut (dengan makanan) bisa menyebabkan kerusakan agama dan dunia (tubuhnya)” [3]

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahaya kekenyangan karena penuhnya perut dengan makanan, beliau berkata,

لان الشبع يثقل البدن، ويقسي القلب، ويزيل الفطنة، ويجلب النوم، ويضعف عن العبادة

“Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.” [4]

Jika sampai full kekenyangan yang membuat tubuh malas dan terlalu sering kekenyangan, maka hukumnya bisa menjadi haram. Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan,

وما جاء من النهي عنه محمول على الشبع الذي يثقل المعدة ويثبط صاحبه عن القيام للعبادة ويفضي إلى البطر والأشر والنوم والكسل وقد تنتهي كراهته إلى التحريم بحسب ما يترتب عليه من المفسدة

“Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat perut penuh dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah dan membuat angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Hukumnya dapat berubah dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan (misalnya membahayakan kesehatan, pent).” [5]

Demikian semoga bermanfaat

@ Kereta Api perjalanan Cileungsi – Yogyakarta

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/35855-makan-berlebihan-sumber-utama-penyakit.html

Hukum Berbicara Ketika Makan

Berbicara ketika makan ternyata hal yang biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Sehingga ini bukan adab yang tercela sebagaimana disangka oleh sebagian orang yang terpengaruh budaya orang barat. Bahkan berbicara ketika makan adalah adab yang mulia karena menimbulkan kebahagiaan bagi orang-orang yang makan. Hal ini bisa disimak dalam beberapa hadits berikut ini:

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata:

أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بِلَحْمٍ ، فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ ، وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ ، فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسَةً فَقَالَ : أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ …

“Suatu hari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dihidangkan makanan berupa daging, kemudian disuguhkan daging paha untuk beliau. Dan beliau sangat menyukainya. Maka beliau pun menyantapnya. Kemudian beliau bersabda: ‘Aku adalah pemimpin manusia di hari kiamat…’” (HR. Bukhari no.3340, Muslim no.194).

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu ia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ ، فَقَالُوا: مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ . فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ: ( نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ ، نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ )

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam meminta ‘udm (lauk; makanan pendamping makanan pokok) kepada istrinya. Maka para istrinya menjawab: kita tidak punya apa-apa selain cuka. Maka Nabi pun meminta dibawakan cuka tersebut dan makan dengan cuka itu. Kemudian beliau bersabda: udm yang paling nikmat adalah cuka.. udm yang paling nikmat adalah cuka.. “ (HR. Muslim no. 2052).

Dari Abu ‘Usaib radhiallahu’anhu, maula Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Hadits yang panjang, disebutkan di dalamnya:

فأكل رسولُ اللهِ – صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ – وأصحابُه، ثم دعا بماءٍ باردٍ فشرب، فقال : لتُسألُنَّ عن هذا النعيمِ يومَ القيامةِ، قال : فأخذ عمرُ العذقَ، فضرب به الأرضَ حتى تناثر البُسرُ قبلَ رسولِ اللهِ – صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ -، ثم قال : يا رسولَ اللهِ ! إنا لمسؤولونَ عن هذا يومَ القيامةِ ؟ ! قال : نعم

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya makan, kemudian beliau meminta dibawakan air lalu meminumnya. Beliau lalu bersabda: sungguh nikmat ini akan ditanyakan di hari kiamat. Kemudian Umar bin Khathab mengambil tandan kurma dan memukulkannya ke tanah hingga berjatuhanlah kurma-kurma muda di belakang Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Kemudian Umar bertanya: wahai Rasulullah, apakah kita akan ditanya tentang nikmat (kurma) ini di hari kiamat? Nabi menjawab: iya…” (HR. As Suyuthi dalam Al Budur As Safirah [195], ashl hadits ini dalam Shahih Muslim [2038] dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu).

Dalam hadits-hadits di atas dan juga hadits-hadits lainnya, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam saling berbicara ketika makan. Menunjukkan hal ini diperbolehkan. Bahkan dianjurkan jika dapat mencairkan suasana dan menyenangkan orang-orang yang makan bersama. Al Imam An Nawawi mengatakan:

وَفِيهِ اِسْتِحْبَاب الْحَدِيث عَلَى الْأَكْل تَأْنِيسًا لِلْآكِلِينَ

“Dalam hadits ini (yaitu hadits Jabir) terdapat anjuran untuk mengobrol ketika makan untuk menyenangkan orang-orang yang makan bersama” (Syarah Shahih Muslim, 7/14).

Maka tidak tepat adab makan ala barat (dan orang-orang yang meniru mereka) yang melarang berbicara ketika makan.

Walaupun demikian, hendaknya tetap menjaga adab ketika berbicara ketika makan, tidak sampai melebihi batas. Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan:

الكلام على الطعام كالكلام على غير الطعام ؛ حسنه حسن ، وقبيحه قبيح

“Berbicara ketika makan, hukumnya seperti berbicara di luar makan. Jika pembicaraannya baik, maka baik. Jika pembicaraannya buruk, maka buruk” (Silsilah Huda wan Nuur, 1/15).

Wallahu a’lam.

Penulis: Yulian Purnama

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/47974-hukum-berbicara-ketika-makan.html