Mualaf Juan, Risiko Berat Berjuang Sembunyikan Islamnya

Mualaf Juan menghadapi beragam dilema selama sembunyikan Islamnya

Juan Dovandi (19 tahun) masih terus berproses sebagai mualaf. Karena hingga saat ini dia masih merahasiakan keislamannya dari keluarga.  

Juan Dovandi merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Kisah hidupnya cukup pelik, karena sejak balita telah ditinggal oleh ibunya pergi tanpa kabar. 

Tak hanya ibu, ayahnya pun dua tahun kemudian pergi meninggalkan dia dan adiknya. Semula dia hendak dititipkan di panti asuhan, namun saudari ayahnya iba sehingga merawat keduanya hingga saat ini. 

Juan saat ini duduk di kelas tiga SMA, karena tantenya seorang non-Muslim, sehingga sejak kecil dia diajarkan agama tantenya hingga saat ini. Kemudian ketika menginjak kelas empat SD, Juan daftar ulang dan tidak sengaja melihat kartu keluarga milik keluarganya. Saat itu, Juan belum terdaftar di kartu keluarga tantenya.  

“Saya melihat ada nama ibu saya dan beragama Islam dan juga nama saya dan adik saya yang Islam namun ayah saya Buddha,” ujar dia kepada Republika.co.id, belum lama ini. 

Saat itu Juan bertanya-tanya dalam hati karena agama yang dianutnya saat itu berbeda dengan yang ada di kartu keluarganya. Namun dia tak berpikir panjang sampai satu ketika hidayah sampai kepadanya. 

Ketika kelas empat SD, sebagai non-Muslim biasanya saat belajar agama Islam, siswa diperbolehkan keluar kelas. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan Juan yang saat itu bersekolah di sekolah negeri. 

Juan merasa penasaran dengan hal yang dipelajari Muslim. Juan yang keturunan Tionghoa kental dengan adat budaya dalam kesehariannya kemudian rutin ikut dalam pelajaran agama Islam. 

Dia tertarik dengan kisah Nabi Ibrahim tentang pencarian Tuhan. Bahwa dalam mencari Tuhan, Ibrahim AS pernah bertanya tentang patung yang disembah ayah dan masyarakatnya saat itu.  

Tetapi anehnya patung tersebut bisa dirusak. Ibrahim pun kemudian melakukan perjalanan dalam mencari Tuhan. Dia pernah bertanya tentang bintang yang bersinar apakah Tuhan tetapi keindahannya kalah dengan bulan. Demikin juga dengan bulan yang ternyata tenggelam saat matahari terbit dengan cahayanya yang lebih terang. 

Kemudian hingga akhir, Ibrahim yakin bahwa Tuhan adalah yang menciptakan semua hal yang telah dilihatnya. Kisah tersebut terdapat dalam Alquran, surat Al Anam ayat 76-79.   

Juan kemudian terus mempelajari Islam hingga kelas enam SD dan wali kelasnga tahu keinginan dia untuk memeluk Islam. Wali kelasnya menguatkan keyakinannya, dia sempat ragu karena keluarga yang telah membesarkan pasti melarangnya.  

Sejak mempelajari Islam, Juan tidak pernah lagi ikut ibadah tantenya. Ada saja alasan yang dia buat untuk menghindari ajakannya namun tetap saja terkadang dia terpaksa ikut.  

Hingga kelas delapan SMP, Juan semakin bertekad ingin membahas masalah agamanya. Benar saja, tantenya marah besar dan hendak mengusirnya. 

“Sejak saat itu saya tidak lagi membahas masalah agama dengan bibi saya, dan akan terang-terangan dengan keislaman saya jika telah bekerja dan mandiri,”ujar dia  

Karena dia merasa masih bergantung dengan keluarga bibinya maka dia menuruti kehendak bibinya. Namun diam-diam, Juan telah bersyahadat tanpa sepengetahuan bibinya. 

Dia juga diam-diam belajar sholat dan menyembunyikan buku-buku Islam termasuk juz “amma” di kamarnya. Hanya adik yang berbeda tiga tahun darinya yang mengetahui hal ini. 

Sejak SD dan SMP, Juan diberikan kemudahan mempelajari Islam di sekolah karena bersekolah di negeri. Setiap hari ada kajian di sekolah kemudian setiap Jumat ada mengaji yasin. Itu semua dia ikuti di sekolah. 

Namun saat menginjak SMA, tantenya yang selama ini tinggal bersamanya memiliki kesulitan ekonomi.  

Sehingga saat itu Juan terlambat untuk mendaftar sekolah negeri. Bibinya yang lain kemudian mendaftarkannya di sekolah swasta non-Muslim di SMK. 

Meski dia kesulitan untuk belajar Islam, dia bersyukur masih bisa bersekolah dan tetap belajar Islam meski seorang diri.  

Juan tidak berani untuk terang-terangan ibadah ke masjid. Karena keluarganya cukup dikenal di lingkungan rumah dan khawatir akan diadukan jika ketahuan sholat. Pernah dia ke masjid itupun saat SMP, di masjid sekolah, selain dari itu dia tidak berani.  

Jangankan untuk sholat dan mengaju keluar, untuk sekadar kegiatan sekolah pun memang keluarganya sangat ketat. Itu semata-mata bibinya khawatir dengannya.  

Untuk tetap mendalami Islam, selain belajar dari buku Juan mengikuti kajian online melalui internet dan ikut komunitas Islam online untuk bertukar pikiran.  

Ujian berat pernah terasa, saat keimananya goyah ketika ayahnya dikabarkan meninggal dunia. Dia juga sempat terpengaruh dengan lingkungan sekolahnya. 

Dia kemudian beristighfar dan kembali kepada Islam. Tantangan kedua juga adalah ketika keluarganya menyajikan makanan yang tidak halal. 

Dia merasa kesulitan karena belum memiliki uang sendiri untuk membeli makanan halal. Dia akan berpuasa jika memang makanan yang disajikan adalah makanan yang tidak halal. 

Juan sering berpuasa Senin-Kamis, meskipun belum rutin. Tahun lalu, dia bisa berpuasa Ramadhan meskipun belum penuh selama 30 hari. Karena khawatir ketahuan, Juan biasanya tidak sahur dan saat berbuka harus lewat dari magrib karena makan bersama keluarga sekitar pukul tujuh malam.  

Juan berharap dan berdoa keluarga yang telah membesarkannya bisa menerima keislamannya. Dia akan tetap menjalin silaturahim, jika suatu saat nanti secara terbuka telah menyatakan sebagai Muslim.”Saya terus berdoa agar tetap dikuatkan iman Islam saya,” tutur dia.  

Setelah lulus SMK, Juan memberanikan diri untuk meminta di khitan oleh bibinya. Setelah dikhitan, bibinya kemudian menanyakan alasan Juan. 

Juan kembali jujur bahwa dia masih menganut Islam dan tetap yakin dengan agama yang dibawa Rasulullah ini. Setelah keluarga di rumah mengetahui, keluarga besarnya pun berkumpul dan meminta Juan untuk kembali ke agama lamanya.  

Bahkan keluarganya pun akan menerima Juan jika memilih agama lain asalkan bukan Islam. Namun Juan tetap teguh, dia pun diancam untuk pergi dari rumah dan tidak boleh berhubungan dengan keluarga maupun adik kandungnya.  

“KTP dan ijazah saya tidak diberikan karena khawatir saya akan membuat masalah dan mendatangi mereka, sehingga saat ini saya belum bisa melamar kerja,”ujar dia.  

Juan memilih keluar dari rumah dan kini ditampung DKM Masjid Al Iman, Cipondoh, Tangerang. Dia diberikan sebuah ruangan untuk tempat tinggal.

Sembari menunggu pondok pesantren yang buka untuk dia mendalami Islam. Saat ini untuk hidup sehari-hari dia masih mengandalkan zakat dan infak kepadanya sebagai seorang mualaf.   

KHAZANAH REPUBLIKA

Buya Hamka: Semua Rasul Dakwahkan Tauhid, Termasuk Nabi Isa

Tauhid adalah risalah semua nabi dan rasul yang pernah diutus Allah SWT

Para nabi yang diutus Allah SWT untuk berdakwah membawa risalah Islam dan bukan agama lain, termasuk Nabi Isa alahissalam.  

Dalam Tafsir Al-Azhar, Prof Hamka menegaskan kita kaum Muslimin mempercayai dengan sedalam-dalamnya, bahkan menjadi bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan itikad kita. “Bahwa agama yang diajarkan Nabi Isa Almasih tidak lain dari pada agama Islam,” tulis Prof Hamka.  

Hal ini, kata Prof Hamka, sebagai yang telah ditunjukkan ayat ini, dan ayat yang lain, penyerahan diri yang timbul daripada ilmu keinsafan kepada Allah SWT, lalu dirumuskan menjadi La llaha llla Allah, tiada Tuhan melainkan Allah, dan Isa Rasulullah! Asasnya ialah Tauhid. 

Tetapi karena pengaruh raja-raja yang berkuasa, berpadu dengan pengaruh pimpinan agamawan, yaitu kaum pendeta bagi kepentingan politik dan kekuasaan, dibentuklah kepercayaan itu menurut kehendak mereka dan diputuskan demikian, dan tidak boleh dilanggar dari yang diputuskan itu.  

“Akhirnya timbullah perpecahan yang dahsyat di antara satu golongan dengan golongan yang lain dalam satu agama, sampai musnah memusnahkan,” katanya. 

Golongan Arius misalnya. Arius terkenal menolak keras kepercayaan trinitas dan dia menegaskan tauhid, Allah adalah Esa, Isa Almasih adalah Rasul Allah, Ruhul  Qudus bukan sebahagian dari Tuhan. Arius menentang syirik. 

Maka Kaisar Constantin yang telah menerima agama Kristen dengan resmi menjadi agama kerajaan Roma sesudah ditantang demikian hebat di zaman Nero, Constantin telah campurtangan menyelesaikan soal itu. Kaisar enyebelahi paham Trinitas. 

Dan Arius serta sekalian penganut fahamnya dipandang telah melanggar ketentuan gereja. Kitab-kitabnya dibakar dan penganutnya di mana-mana dikejar-kejar. Ini terjadi dalam tahun 325 Masehi, artinya 3 abad setelah Nabi Isa meninggal dunia.  

Dan 300 tahun pula sesudah itu (tahun 628) dikeluarkan lagi undang-undang untuk menyapu bersih segala paham Arius, karena rupanya masih saja ada. Undang-undang ini dikeluarkan  Kaisar Theodusius II. 

Terus-menerus terjadi pertentangan paham agama yang hebat, tidak berhenti-henti, dan lebih terkenal lagi perang 80 tahun di Eropa di antara pembela Katholik dengan pembela Protestan, sehingga akhirnya ahli-ahli negara yang kemudian memutuskan saja bahwa agama mesti dipisahkan dari urusan kenegaraan,karena hanya akan membawa kacau saja. 

Prof Hamka menegaskan, bahwa dia sengaja mengemukan soal ini ialah untuk membuktikan maksud ayat bahwa Ahlul-Kitab timbul silang sengketa sesudah mereka mendapat ilmu yang nyatatentang hakikat agama, ialah setelah ada ‘baghyan’ artinya pelanggaran batas. 

Yaitu pemuka agama telah melampaui batas mereka, mereka telah menguasai agama dan memutuskan tidak boleh berpikir lain dari apa yang mereka putuskan. 

Dan kalau mereka berkuasa, mereka tidak segan bertindak kejam kepada orang yang dipandang sesat, walaupun dengan memberikan hukuman yang sengeri-ngerinya sekalipun. 

“Ayat ini adalah satu peringatan (sinyalemen), terutama kepada kita kaum Muslimin,” katanya.  

Apabila orang telah melampaui batasnya, manusia hendak mengambil hak Tuhan, perpecahan itu pulalah yang akan terjadi. Dalam Islam telah timbul berbagai mazhab. Seumpama Syiah. Khawarij, Murjiah, Muktazilah, dan Ahlus-sunnah.  

Sejarah 14 abad bukan sedikit, menumpahkan darah sesama Muslimin karena perlainan mazhab. Wazir Al Alqami yang bermazhab Syiah tidak merasa keberatan membuat hubungan rahasia dengan Hulagu Khan, sehingga Baghdad, pusat Khalifah Bani Abbas diserang, dihancurkan, dibakar habis dan khalifah dibunuh. (656 H-1268 M).

Apa sebab dia berkhianat demikian rupa? Ialah karena dia membela faham Syiah, dan khalifah sendiri adalah seorang penganut paham Sunni. Akhirnya wazir itu sendiripun dibunuh Hulagu Khan.   

KHAZANAH REPUBLIKA

Saudi Tingkatkan Jamaah hingga 70.000

Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi telah mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan kapasitas jamaah umroh menjadi 70 ribu sehari. Peningkatan ini dimulai dari Kamis, 9 September.

“Dengan penekanan pada penerapan langkah-langkah pencegahan, Kementerian Haji dan Umrah, berkoordinasi dengan otoritas yang berwenang, meningkatkan kapasitas harian menjadi 70 ribu jamaah,” kata kementerian itu dalam sebuah tweet, dilansir dari laman Alarabiya pada Selasa (14/9).

Di samping itu, kaum muslim yang ingin pergi umroh di kota suci Islam, Makkah, dapat memesan melalui aplikasi pelacakan Covid-19 Arab Saudi Tawakkalna.

Kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA) melaporkan, pada bulan lalu, kementerian mengumumkan bahwa mereka akan mulai secara bertahap menerima permintaan umrah dari berbagai negara mulai 9 Agustus.

Kementerian juga akan secara bertahap meningkatkan kapasitas untuk mencapai dua juta jemaah per bulan.

Izin akan dikeluarkan melalui aplikasi seluler Eatmarna dan Tawakkalna. Hal itu dilakukan di tengah sistem layanan terpadu dan tindakan pencegahan, yang diambil oleh Kerajaan untuk keselamatan dan kesehatan mereka yang ingin melakukan ritual Umrah dan Ziarah.

Kementerian juga menegaskan akan memberikan izin umrah dalam negeri kepada jamaah berusia 12-18 tahun. Mereka juga telah menerima dua dosis vaksin Covid-19.

Izin akan dikeluarkan melalui aplikasi seluler Eatmarna dan Tawakkalna. Hal itu dilakukan di tengah sistem layanan terpadu dan tindakan pencegahan, yang diambil oleh Kerajaan untuk keselamatan dan kesehatan mereka yang ingin melakukan ritual Umrah dan Ziarah.

Kementerian juga menegaskan akan memberikan izin umrah dalam negeri kepada jamaah berusia 12-18 tahun. Mereka juga telah menerima dua dosis vaksin Covid-19.

IHRAM

5 Hal Pembatal Wudhu

Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat. Untuk itu perlu diketahui apa saja yang dapat membatalkan wudhu.

Dilansir dari laman Elbalad pada Ahad (16/9), berikut beberapa hal yang membatalkan wudhu

1. Buang angin. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ: أَخْرَجَ مِنْهُ شَيْئٌ أَمْ لاَ؟ فَلاَ يَخْرُجَنَّ مِنَ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيْحًا! 

“Apabila salah seorang dari kalian mendapatkan sesuatu dalam perutnya, maka membuatnya ragu, apakah ada yang keluar (angin) darinya atau tidak? Maka janganlah keluar dari masjid hingga mendengar suara atau mendapatkan bau!”(HR. Muslim).

2. Muntah, dan mengeluarkan darah. Aisyah radhiyallahu anha bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَصَابَهُ قَيْءٌ أَوْ رُعَافٌ أَوْ قَلَسٌ أَوْ مَذْيٌ فَلْيَنْصَرِفْ فَلْيَتَوَضَّأْ ثُمَّ لِيَبْنِ عَلَى صَلَاتِهِ وَهُوَ فِي ذَلِكَ لَا يَتَكَلَّمُ أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَ ه وَضَعَّفَهُ أَحْمَدُ وَغَيْرُهُ

“Barangsiapa yang muntah atau mengeluarkan darah dari hidung (mimisan) atau mengeluarkan dahak atau mengeluarkan madzi maka hendaklah ia berwudlu lalu meneruskan sisa shalatnya namun selama itu ia tidak berbicara” (HR Ibnu Majah namun dianggap lemah oleh Ahmad dan Al Baihaqi).

3. Tertidur pulas. Dari Ali bin Abu Thalib berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

 الْعَيْنُ وِكَاءُ السَّهِ فَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ

“Mata adalah tali penutup dubur, maka barangsiapa tertidur hendaklah ia wudlu.” ( HR Ibnu Majah). 

Namun hal ini berbeda jika tidak sampai pulas.

عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُا كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنَامُونَ ثُمَّ يُصَلُّونَ وَلَا يَتَوَضَّئُونَ قَالَ قُلْتُ سَمِعْتَهُ مِنْ أَنَسٍ قَالَ إِي وَاللَّهِ

Dari (Qatadah) dia berkata, saya mendengar (Anas) berkata, “Dahulu para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertidur, kemudian mereka shalat tanpa berwudhu.” Dia berkata, “Aku berkata, ‘Aku mendengarnya dari Anas. Dia berkata, ‘Ya, demi Allah’.” (HR Muslim)

4. Menyentuh kemaluan

عن بسرة بنت صفوان رضي الله عنه قال: من مس فرجه فلا يصلى حتى يتوضأ.

Dari Basrah binti Shafwan, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Barang siapa menyentuh kemaluannya maka jangan shalat sampai ia wudhu.” (HR An-Nasai)

5. Memandikan Jenazah. Riwayat dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas di mana keduanya memerintahkan untuk berwudhu bagi yang memandikan jenazah. Perkataan Ibnu Umar dikeluarkan oleh Abdurrazaq. Sedangkan perkataan Ibnu Abbas, tidak tahu siapa yang mengeluarkannya. 

Ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ

“Siapa yang memandikan jenazah, maka hendaklah ia mandi. Siapa yang memikul jenazah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Daud).

Di samping itu, sebuah pertanyaan diajukan kepada Sekretaris Fatwa di Dar al-Ifta, Dr. Mahmoud Shalabi terkait apakah rokok dapat membatalkan wudhu. Kemudian dia menjawab melalui Facebook bahwa Merokok tidak membatalkan wudhu.

IHRAM

Jual Rumah, Berapa Zakatnya?

Bismillahirrahmanirrahim

Setelah rumah laku terjual, apakah ada kewajiban zakat dari hasil penjualan rumah?

Agar tidak salah paham, ada dua hal yang harus kita bedakan:

1. Menjual rumah

2. Jualan rumah.

Menjual rumah artinya dia bukan sebagai pedagang properti. Atau rumah yang dia beli sejak awal tidak diniatkan untuk diperdagangkan.

Adapun jualan rumah, dia menjadikan aktivitas menjual rumah sebagai profesi. Atau dia menggeluti bisnis properti. Dia meniatkan rumah yang dibeli untuk diperdagangkan.

Untuk yang pertama, yakni menjual rumah, ini tidak ada zakatnya. Adapun yang kedua, yakni jualan rumah, maka ada kewajiban zakatnya. Karena di antara syarat barang menjadi wajib dizakati adalah ketika barang diniatkan untuk diperdagangkan.

Sebagaimana penjelasan Syekh As-Samarqandi rahimahullah di dalam
Uyun Al-Masail,

وقَالَ هشام سألت محمداً : عن رجل اشترى خادماً للخدمة وهو ينوي إن أصاب ربحاً باع ، هل فيها الزكاة؟  قَالَ: لا، هكذا شِرَى الناس إذا أصابوا ربحاً باعوه

Hisyam berkata, “Aku bertanya ke Muhammad (yakni Ibnu Hasan as-Syaibani) tentang seorang yang membeli hamba sahaya untuk dijadikan pembantu, dan dia berniat jika ada keuntungan, akan dijual. Apakah ada zakatnya?” Muhammad bin Hasan menjawab, “Tidak ada zakat. Seperti itu pula ketika ada orang beli, lalu jika nanti menguntungkan akan dijual.” (Uyun Al-Masail fi Furu’ Al-Hanafiyah, as-Samarqandi, hlm. 33)

Demikian pula penjelasan Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin,

لو كان عند إنسان عقارات لا يريد التجارة بها، ولكن لو أُعطي ثمناً كثيراً باعها فإنها لا تكون عروض تجارة ؛ لأنه لم ينوها للتجارة ، وكل إنسان إذا أتاه ثمن كثير فيما بيده، فالغالب أنه سيبيع ولو بيته ، أو سيارته ، أو ما أشبه ذلك

Bila seorang mempunyai tanah, bukan untuk diperdagangkan, namun jika nanti ditawar dengan harga tinggi, akan dia jual. Harta seperti ini bukan tergolong barang dagangan. Karena dia tidak berniat untuk diperdagangkan. Dan semua orang yang memiliki barang, jika barangnya ditawar dengan harga yang tinggi, biasanya dia akan menjualnya, sampaipun rumahnya, mobilnya, atau barang semisalnya.” (As-Syarh Al-Mumthi’, 6/142).

Zakat jualan rumah mengikuti ketentuan zakat perdagangan.

Berikut cara menghitungnya :

– Ketahui nishob (batasan kadar wajib zakat) pada zakat perdagangan.

Nishobnya adalah seperti nishob emas. Nishob emas = 85 gram. Jika ingin diuangkan, dikalikan dengan harga beli emas di saat jatuh tempo wajib zakat.

Contohnya:

Harga emas per gramnya saat ini Rp. 870.263,- / gram (sumber : indogold.id)

Maka, nishobnya adalah:

Rp. 870.263,- × 85 gram = Rp. 73.972.355,-

– Cara mengetahui apakah bisnis tanah sudah masuk wajib zakat perdagangan dan cara menghitung zakatnya adalah :

Menghitung nilai barang ditambah keuntungan bersih dikurangi utang dan biaya operasional. Nilai barang adalah harga barang di saat jatuh tempo zakat.

Jika hasil perhitungan tersebut sudah mencapai nishob, maka dikeluarkan 2,5 % dari jumlah tersebut.

Misal:

Ada seorang penjual tanah. Di akhir tahun, ia memiliki nilai aset dagang sebesar 2 milyar rupiah. Lalu keuntungan bersih sebesar 1 milyar rupiah. Hutang dan biaya operasional sebesar 500 juta rupiah. Maka, cara menghitung zakatnya adalah :

2 milyar + 1 milyar – 500 juta = 2,5 milyar

Lalu 2,5 milyar × 2,5 % = 62.500.000

Maka, zakat yang dikeluarkan sebesar Rp. 62.500.000.

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/68889-jual-rumah-berapa-zakatnya.html

Heboh Anal Seks, KH Cholil Nafis: Haram Hukumnya!

Akhir-akhir ini heboh pemberitaan seorang wanita dan istri yang melaporkan suaminya yang juga ayah seorang hafiz dan konten kreator dengan tuduhan melakukan kekerasan seks. Dilaporkan selama dua bulan pernikahan mereka, wanita tersebut mengaku tersiksa dengan perilaku suaminya yang memaksa ia melayani seks anal. Bahkan itu dilakukan saat wanita itu tengah datang bulan.

Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengatakah, haram hukumnya berhubungan intim suami istri jika melalui belakang (dubur). Agama Islam sendiri sudah mengajarkan adab-adab ketika berhubungan intim.

“Jadi siapa pun yang mempunyai hubungan bukan pada tempatnya, itu tidak boleh dalam Islam, dan hukumnya haram,” ujar KH Cholil Nafis saat menjadi bintang tamu di Hotman Paris Show iNews TV, Kamis (16/9/ 2021) dikutip dari laman okezone.com.

Ia melanjutkan, larangan berhubungan intim melalui belakang atau anal seks ini tertulis dalam hadis. Kemudian tidak ada satu ulama pun yang membolehkan berjimak yang bukan pada tempatnya.

“Boleh saja posisi, pola, modelnya itu dilakukan. Tapi masih pada tempatnya itu, bukan tempatnya yang lain,” tuturnya.

Kiai Cholil mengatakan, anal seks ini apabila dilakukan hukumnya dosa. Akan tetapi jika meninggalkannya karena niat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala maka akan mendapatkan pahala.

Hadis yang dimaksud yaitu dari Imam At-Turmudzi dan An-Nasaa’i meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى رَجُلٍ أَتَى رَجُلاً أَوْ امْرَأَةً فِيْ الدُبُرِ

Artinya: “Allah tidak akan melihat orang laki-laki yang bersetubuh dengan sesama laki-laki atau orang laki-laki yang menyetubuhi perempuan di duburnya.”

ISLAM KAFFAH

Ibnu Hajar Al Haitami; Minum Kopi Adalah Obat Hati yang Gelisah

Saat ini, kopi termasuk minuman primadona. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Di  dalam negeri, animo masyarakat terbilang tinggi terhadap kopi. Warung kopi berjejeran. Kafe-kafe yang menyediakan kopi bertebaran. Lengkap dengan varian  kopi yang sudah diolah.  Pelanggan tinggal menikmati minum kopi.

Itu tak terlepas dari kebudayaan masyarakat Indonesia yang senantiasa minum kopi. Saban hari manusia Indonesia tak bisa lepas dari kopi. Ada tradisi di sebuah daerah, tiap pagi—selepas subuh—, kaum prianya, minum kopi ke warung kopi. Bahkan ketika bertamu pun, tawaran kopi senantiasa terbuka. Itulah budaya kopi di Indonesia.

Di samping sebagai sebuah tradisi, minum kopi juga ternyata memiliki manfaat lain. Imam Ibnu Hajar Al Haitami dalam kitab al I’ab Syarh al ‘Ubab menyebutkan bahwa minum kopi adalah obat hati yang gelisah. Ini juga tradisi yang dipelihara kaum sufi. Tegukan segelas kopi, membuat hati seorang sufi—yang rindu akan Tuhan—bersinar dan memantulkan cahaya. Ibnu Hajar berkata;

ثم اعلم ايها القلب المكروب أن هذه القهوه قد جعلها اهل الصفاء مجلبة للأسرار مذهبة للأكدار

Artinya: kemudian, ketahuilah duhai hati yang gelisah bahwa kopi ini telah dijadikan oleh Ahli Shofwah (Orang-Orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan, penghapus kesusahan

Pada sisi lain, tergambar dalam kitab Tarikh Ibnu Thayyib, bahwa kopi cocok untuk anak muda. Pasalnya, kopi memiliki efek yang mampu menghilangkan kegundahan dan kegelisahan pemuda. Pun kopi mampu memikat manusia untuk lebih mencintai Tuhannya.

Minum kopi bukan sekadar untuk gagah-gagahan. Kopi juga tak sekedar tradisi semata. Kopi adalah simbol ketaatan dan kerinduan. Simbol hati yang rindu akan Tuhan. Hati yang senantiasa ingin melafalkan asma Allah. Itulah hakikat Kopi. Simak syair Ibnu Tayyib berikut;

يا قهوة تذهب هم الفتى # انت لحاوى العلم نعم المراد
شراب اهل الله فيه الشفا # لطالب الحكمة بين العباد
حرمها الله على جاهل # يقول بحرمتها بالعناد

Artinya; Kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, senikmat-nikmatnya keinginan bagi engkau yang sedang menuntut ilmu.
Kopi adalah minuman orang yang dekat pada Allah di dalamnya ada kesembuhan bagi para pencari hikmah di antara manusia.
Kopi diharamkan bagi orang bodoh dan mengatakan keharamannya dengan keras kepala.

Demikian hakikat minum kopi menurut Ibnu Hajar. Dengan meneguk segelas kopi, hati manusia akan hilang rasa gundah, gelisah, dan resah. Cocok diamalkan oleh orang yang sedang mendalami hakikat jiwa. Pun cocok untuk anak muda. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Gila Jabatan Termasuk Penyakit Hati? Ini Kata Imam al-Ghazali

Jabatan dan kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah SWT, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah SWT di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia. Oleh karena itu, Imam al-Ghazali mengingatkan terhadap seseorang yang menggebu-gebu ingin menjadi pemimpin.

قال الغزالي: حب الرياسة والجاه من أمراض القلوب وهو من أضر غوائل النفس وبواطن مكائدها يبتلى به العلماء والعباد.

Sifat menggebu-gebu ingin jadi pemimpin dan memiliki jabatan itu termasuk penyakit hati. Sifat ini termasuk nafsu yang paling buruk dan tipuan terselubung yang mana ulama dan para ahli ibadah itu seringkali diuji dengannya.

Kata Imam al-Ghazali, nafsu cinta jabatan ini merupakan nafsu terselubung. Memang kelihatannya mereka tidak berbuat suatu kemaksiatan yang secara jelas melanggar aturan Allah. Namun, persaan ingin dipuji, disanjung, dan dihormati itu termasuk penyakit orang-orang munafik. Mereka merasa dirinya hebat, dan termasuk orang yang dekat dengan Allah, tapi ternyata Allah menilai sebaliknya.

Oleh karena itu, Imam al-Ghazali menyarankan biarlah Allah sendiri yang mempromosikanmu di hadapan makhluk-makhluknya tanpa perlu susah payah. Kesusahpayahnmu mengejar jabatan karena ingin dianggap oleh orang lain itulah yang bagi orang-orang saleh dianggap sebuah dosa yang samar. Hanya orang yang waspada sajalah yang memahami hal tersebut. Namun demikian, bukan berarti kita tidak boleh menjadi pemimpin, sebagaimana imam al-Ghazali berpesan.

قال الغزالي: فيه أن الإمارة والخلافة من أفضل العبادات إذا كانتا مع العدل والإخلاص ولم يزل المتقون يحترزون منها ويهربون من تقلدها لما فيها من عظيم الخطر إذ تتحرك به الصفات الباطنة ويغلب على النفس حب الجاه والاستيلاء ونفاذ الأمر وهو أعظم ملاذ الدنيا

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa kepemerintahan dan kepemimpinan itu termasuk ibadah yang paling utama jika dilaksanakan secara adil dan ikhlas. Tapi orang-orang bertakwa menghindar dan lari dari keduanya, karena lebih berat bahayanya. Sebab itu, bisa jadi hati tergerak dan cenderung pada cinta jabatan, rasa ingin menguasai, dan dipermudah. Semuanya itu termasuk kelezatan dunia yang paling besar.

BINCANG SYARIAH

Melayani Makhluk Itu Melayani Allah

Dalam MatsnawiJalaluddin Rumi pernah menceritakan kisah menyentil tentang Nabi Musa. Suatu hari, Nabi Musa turun dari Gunung Sinai. Kemudian, ia bertemu dengan beberapa umatnya di sana.

Salah seorang dari umat tersebut bertanya kepada Nabi Musa, “Bisakah engkau mengundang Tuhan untuk makan malam?” Tentu saja sesaat setelah mendengar pertanyaan itu, Nabi Musa gusar, karena konsep tentang Tuhan yang dipikirkan oleh orang tersebut, menurut Nabi Musa, amat salah.

Nabi Musa pun menjawab, “Apa maksudmu? Tuhan tidak seperti yang kamu bayangkan. Dia tidak sebagaimana manusia yang memiliki mulut dan butuh makan. Tuhan itu tak terbatas, tak bisa dibayangkan, tidak makan atau minum, melampaui bentuk-bentuk fisik manusia. Dia tidak seperti kau dan aku, dia melampaui batas-batas ragawi.”

Orang tersebut pun tampak muram dan kecewa karena nyatanya harapannya untuk bisa makan malam dengan Tuhan tak terwujud. Kendati begitu, ia masih menegaskan pertanyaanya lagi, barangkali Nabi Musa berubah pikiran, “Jadi, kau yakin kalau Tuhan tidak bisa diundang untuk makan malam bersama kita?”

“Ya!” Nabi Musa menjawab dengan sungguh tegas.

Ketika Nabi Musa kembali ke Gunung Sinai, Tuhan bertanya tentang undangan makan malam dari salah seorang hamba tersebut. Tentu Nabi Musa lekas merespons, “Aku bilang kalau Engkau tidak makan dan tidak sebagaimana yang ia bayangkan.”

Tapi, nyatanya Allah malah menegur Nabi Musa dan berkata, “Kembalilah kepada mereka dan bilang pada mereka untuk menyiapkan pesta makan di sore hari untuk kedatanganku di pesta makan malam bersama mereka.”

Dapat dibayangkan dengan jelas bagaimana perasaan Nabi Musa ketika sebelumnya bilang kalau Tuhan tidak butuh makan, tetapi setelahnya ia ternyata keliru dan malah menyuruh mereka untuk menyiapkan pesta makan karena Tuhan akan datang.

Bagaimanapun, Nabi Musa tidak bisa menolak apa yang diperintahkan oleh Allah, sehingga ia pergi kembali kepada umatnya tersebut dan menyampaikan kekeliruannya—bahwa ia telah berkata Tuhan tidak butuh makan dan sebagainya—pada mereka, agar mereka menyiapkan pesta makan malam tersebut esok hari.

Akhirnya, semua orang senang mendengar kabar baik itu, bahwa Tuhan mau diundang untuk menghadiri pesta makan malam mereka. Oleh karenanya, setiap orang berantusias untuk gotong royong menyiapkan pesta makan malam tersebut.

Ketika semua orang sedang repot menyiapkan pesta makan tersebut, seorang lelaki tua yang datang dari gurun dan tampak sangat kelaparan sekonyong-konyong muncul. Ia menanyakan apakah ia boleh untuk turut serta menumpang makan dan minum di situ. Nabi Musa menjawab, “Tunggu dulu. Tuhan akan datang ke sini untuk makan malam. Tidak seorang pun boleh makan sebelum Tuhan datang. Jadi, tunggulah dulu.”

Alih-alih lekas diberi makan, orang tua yang tampak kelaparan itu malah disuruh para juru masak untuk membantu menyiapkan minuman-minumannya. Ketika semua sudah siap, orang tua yang sudah membantu menyiapkan pesta dan tampak kelaparan pun juga mesti menunggu kedatangan Tuhan.

Malam semakin suntuk, makanan-makanan menjadi dingin, tetapi Tuhan yang mereka sedang tunggu-tunggu tak kunjung-kunjung datang. Tentu saja orang-orang langsung mengeluh dan menegur Nabi Musa, “Pertama kau bilang kalau Tuhan tidak dapat diundang makan malam karena ia tidak makan, lalu kau bilang bahwa kau keliru dan Tuhan berkehendak untuk hadir pada makan malam kita, tapi nyatanya sampai sekarang Dia tak kunjung datang. Nabi macam apa kau ini?”

Keesokan harinya Nabi Musa ke Gunung Sinai dan mengaduh, “Wahai Tuhan, aku sudah berkata pada kaumku kalau Engkau tidak butuh makan, tetapi Engkau menuduhku keliru dan menyuruhku untuk bilang kepada mereka bahwa Engkau akan datang di perjamuan, tetapi malah Engkau tidak juga muncul.”

Allah pun membalas, “Aku sudah muncul. Aku datang ke sana dengan kelaparan dan kehausanku, tetapi tak seorang pun memberi-Ku makan dan minum, tak seorang pun mau melayani-Ku. Lelaki tua yang tampak kelaparan dan datang dari gurun itu adalah hamba-Ku, ketika kalian memberi makan hamba-Ku, kalian sama saja memberi-Ku makan, dan tatkala kalian melayani hamba-Ku, kalian sebenarnya melayani-Ku.”

Kisah ini membuat kita, yang selain hidup sebagai makhluk sosial, sadar bahwa sebagai makhluk spiritual ketika kita sedang memberi makan atau melayani orang lain, sebenarnya kita sedang melayani Allah. Tak diduga bahwa orang tua yang tampak kelaparan itu ternyata adalah salah satu pertanda kehadiran Tuhan, sebagai representasi atau wakil Allah yang mendatangi sebuah pesta kerena diundang.

Di tengah-tengah pagebluk yang kini masih menerpa kehidupan sosial kita, semestinya kita menyadari bahwa orang lain yang kurang mampu dari kita harus dibantu oleh kita yang lebih mampu. Hidup di era pandemi di mana kondisi ekonomi orang-orang menengah ke bawah sedang mengancam kehidupannya seharusnya membuat kita menjadi insaf bahwa mereka membutuhkan bantuan dan pelayanan kita yang lebih mampu.

Hal itu tidak sekadar muncul sebagai sebuah peristiwa moral antarmanusia, melainkan sebuah peristiwa spiritual di mana sewaktu kita membantu atau melayani orang lain, kita sesungguhnya sedang melayani Tuhan, yang artinya pelayanan itu merupakan ibadah kepada Allah. Menjadi sungguh berdosa malahan ketika melihat orang lain kesusahan, kita tidak melayaninya, lebih-lebih kalau kita malah mengambil sesuatu yang merupakan bagian dari hak dan miliknya.

Melayani Allah tidak melulu dengan beribadah yang sifatnya sangat individual seperti salat dan zikir, tetapi juga secara sosial, yaitu kita menjadi peka untuk terus ringan tangan kepada orang yang membutuhkan. Dengan demikian, sebagaimana kisah yang dituturkan Rumi, tatkala kita membantu dan melayani orang lain yang membutuhkan, hakikatnya kita sedang melayani Allah, dan tentu saja hal itu merupakan ibadah yang akhir-akhir ini tampak urgen dilakukan.

BINCANG SYARIAH

Menyempurnakan Wudhu dan Sholat

Ketika melaksanakan sholat, terlebih sholat maktubah, maka lakukanlah dengan sungguh-sungguh, tertib dan sempurna baik dalam gerakan, tuma’ninah an, hingga bacaan. Jangan sampai melaksanakan sholat dengan asal-asalan atau sekedar menggugurkan kewajiban. Sebab sholat yang dilakukan dengan asal-asalan tidak akan mendatangkan kebaikan.

Maka ketika hendak melaksanakan sholat yang perlu diperhatikan dulu adalah menyempurnakan wudhunya. Jangan sampai ada bagian tubuh yang masuk dalam rukun wudhu justru tidak terbasuh air. Selain itu perhatikan juga pakaian dan tempat, usahakan menggunakan yang pantas lagi bersih dan suci. Teliti dan tidak terburu-buru saat membaca surat, serta tidak terburu-buru saat melakukan gerakan sholat.  

Dalam kitab at Targib wat Tarhib  dituliskan sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Baihaqi:

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : مَنْ تَوَضَّأَفَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَثُمَّ قَامَ اِلَى الصَّلَاةِ فَأَتَمَّ رُكُوْعَهَاوَسُجُوْدَهَاوَالْقِرَاءَةَ فِيْهَاقَالَتِ الصَّلَاةُ حَفِظَكَ اللَّهُ كَمَاحَفِظْتَنِى ثُمَّ صُعِدَبِهَااِلَى السَّمَاءِ وَلَهَا ضَوْءٌ وَنُوْرٌ وَفُتِحَتْ لَهَاأَبْوَابُ السَّمَاءِ حَتَّى يُنْتَهَى بِهَا اِلَى اللَّهِ فَتَشءفَعُ لِصَاحِبِهَا وَاِذَالَمْ يُتِمَّ رُكُوْعَهَاوَلَاسُجُوْدَهَاوَلَا الْقِرَاءَةَ فِيْهَاقَالَتِ الصَّلَاةُ ضَيَّعَكَ اللَّهُ كَمَا ضَيَّعْتَنِى ثُمَّ صُعِدَبِهَا إِلَى السَّمَاءِ وَعَلَيْهَاظُلْمَةٌ فَاُغْلِقَتْ دُوْنَهَاأَبْوَابُ السَّمَاءِ ثُمَّ تُلَفُّ كَما يُلَفُّ الثَّوْبُ الْخَلَقَ فَيُضرَبُ بِهَا وَجْهُ صَاحِبِهَا.

Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa berwudhu dengan sebaik-baiknya, kemudian menunaikan sholat, kemudian dia sempurnakan rukuknya, dan juga menyempurnakan sujudnya, dan juga menyempurnakan bacaan dalam sholatnya, maka sholat yang dikerjakannya itu akan berkata: Semoga Allah memeliharamu sebagaimana kamu telah memeliharaku. Kemudian sholat yang dikerjakan itu dinaikan ke langit, sholat itu bercahaya, dan kemudian dibuka semua pintu-pintu langit sehingga sholat itu sampai diterima Allah, kemudian sholat yang sempurna itu mensyafaati orang yang mengerjakannya.

Sebaliknya jika seseorang tidak menyempurnakan rukuknya, juga tidak menyempurnakan sujudnya, dan tidak juga menyempurnakan bacaan sholatnya, maka sholat yang tidak sempurna itu berkata: Semoga Allah menyia-nyiakan kamu, sebagaimana kamu menyia-nyiakanku. Kemudian sholat yang tidak sempurna itu dinaikan ke langit, sholat itu gelap, lalu pintu-pintu langit dikunci, kemudian dilipat sebagaimana dilipatnya kain yang sudah rusak. Maka wajah orang itu dipukul dengan sholat yang tidak disempurnakan.

IHRAM