Tangisan Kegembiraan Warga China Saat Berhaji Tahun Ini

Jamaah haji asing bersyukur diberi kemudahan menunaikan haji.

Dengan air mata kegembiraan yang luar biasa, warga negara China Ahmed Al-Seeny tampak mengenakan jubah Ihram putihnya. Ia merasa bangga menuju Tanah Suci Makkah untuk melakukan haji pertamanya.

“Tahun ini menandai tahun pertama memiliki aplikasi haji setelah pandemi dan sebagai seorang Muslim muda, saya ingin menyelesaikan rukun kelima seperti Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Siapa pun yang ingin melakukan haji harus bergegas,’” katanya kepada Arab News. 

Al-Seeny adalah seorang ekspatriat Tionghoa yang tinggal dan belajar di Madinah. Ia mengambil jurusan studi Islam di Universitas Islam Madinah. Saat namanya terpilih untuk menunaikan ibadah haji tahun ini, ia tak mampu membendung air matanya. Ia menangis dengan penuh kegembiraan. 

“Ketika saya mendengar nama saya terpilih sebagai salah satu orang yang paling beruntung untuk melakukan haji, saya menangis. Saya sangat senang berada di sini,” ucapnya. 

Arab News bertemu Al-Seeny di Mina pada Kamis (7/7/2022), hari pertama jamaah memulai perjalanan haji mereka. Saat itu, jamaah bermalam di Mina untuk berdoa dan mengikuti sunnah Nabi.

Orang-orang mencium aroma yang berbeda saat memasuki Mina, seperti rempah-rempah yang lezat ketika melewati bagian Asia Selatan. Setiap musim haji, para penjual selalu semangat bisa untuk melayani jamaah dengan hidangan yang biasa mereka makan di negara asal mereka.

Arab News melihat beberapa jamaah menikmati cuaca dan makan makanan ringan di trotoar Mina, termasuk sepasang suami istri dari Afrika Selatan. “Saya dan suami saya mengajukan haji pada  2016, dan kami diterima untuk tahun ini, jadi ada daftar tunggu yang panjang di Afrika Selatan, jadi terima kasih Tuhan atas berkahnya,” kata jamaah asal Afrika Selatan, Khadijah.

Sebelum Khadijah berangkat haji, semuanya telah diatur dengan sangat baik dan bahkan dapat melakukan pemesanan paket haji yang sangat mudah. Khadijah dan suaminya telah membayar semuanya terlebih dahulu secara online sehingga ia hanya perlu datang ke Makkah untuk melakukan ibadah. 

“Ini lebih nyaman dan lebih mudah daripada yang dilakukan orang tua kami, jadi kami bersyukur,” ungkap pasangan itu.

Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq Al-Rabiah menjelaskan musim haji tahun ini menampung satu juta jamaah sambil memastikan keselamatan dan kualitas layanan mereka, meskipun ada Covid-19 yang sedang berlangsung.

IHRAM

Jamaah dengan Penyakit Jantung Diminta tidak Paksakan Diri Melontar Jumrah

Kepala Pos Kesehatan Mina Enny Nuryanti Enny mengimbau seluruh tenaga kesehatan haji (TKH) kelompok terbang (kloter) mengarahkan agar jamaah risiko tinggi (risti), terutama penyakit jantung melontar jumrohnya dibadalkan. Karena secara medis jamaah yang memiliki riwayat penyakit jantung tidak boleh kelelahan.

Hal itu demi mengurangi risiko kematian akibat kelelahan. “Kami meminta teman-teman TKH, yang mau melontar, agar jamaahnya yang memiliki penyakit jantung diarahkan untuk dibadalkan saja,” katanya, Sabtu (9/7/2022).

Seorang jamaah haji dengan penyakit jantung meninggal dunia saat berangkat ke jamarat untuk melontar jumroh, Sabtu pukul 05.45 WAS. Jamaah asal Bandung, Jawa Barat ini wafat karena kelelahan saat perjalanan melontar jumrah. 

“Menurut keterangan keluarga, almarhum disarankan badal melontar jumroh, tapi memaksakan diri ingin melontar sendiri,” kata Enny. 

Enny menuturkan, masih menurut keluaganya, almarhum memang memiliki riwayat jantung sejak di Tanah Air. Untuk itu, almarhum membawa obat-obatan pribadinya untuk diminum selama di Tanah Suci. 

Enny mengatakan, saat ini banyak jamaah dengan penyakit jantung yang mengalami serangan akut karena memaksakan diri untuk melontar. “Mohon ini menjadi perhatian teman-teman di kloter,” katanya.

Dokter Spesialis Jantung Pos Kesehatan Mina Muhaimin Munizu mengatakan sampai pukul 10.12 WAS, ada 18 jamaah haji yang dirawat dengan penyakit jantung. Hampir seluruh jamaah kelelahan menjalani prosesi Armuzna. 

“Beberapa diantaranya memaksakan diri tetap melaksanakan lontar jumrah sehingga mengalami serangan jantung dan gagal jantung akut,” katanya.

Untuk itu, Muhaimin menghimbau kembali kepada TKH agar mengingatkan jamaahnya terutama yang memiliki riwayat penyakit jantung agar prosesi lontar jumrahnya dibadalkan. “Demi menjaga jiwa, melontar jumrahnya lebih baik dibadalkan saja,” katanya.

IHRAM

Menyoal Klaim Bagian Amil dari Donasi ACT

Publik dikagetkan dengan organisasi filantropi yang diduga menyelewengkan dana hasil donasi para dermawan. Adalah donasi ACT, yang dipergunakan untuk gaji petinggi Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan bonus tinggi. Alasannya bahwa organisasi mereka merupakan taraf internasional.

Sehingga mereka mewajarkan jika gaji mereka sangat tinggi, dan uniknya mereka mengadopsi konsep amil dalam zakat, guna melegitimasi pengambilan dana donasi ACT. (Baca: Viral Dugaan Sumbangan ACT Diselewengkan; Ini Hukum Menilap Sumbangan Umat).

Padahal tentu kita tahu, konsep amil yang ada dalam literatur turats maupun kontemporer, semuanya mengarah pada bab zakat saja. Bukan ada konteks infaq, hibah, sedekah, dan lainnya.

Al-Habib Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Kaff mendefinisikan amil seperti dalam redaksi berikut;

العامل: ويسمى الساعي، وهو الذي يستعمله الحاكم في أخذ الزكوات من أربابها وصرفها إلى مستحقيها، فيعطى من الزكاة وإن كان غنياً، هذا إن لم يجعل له الحاكم أجرة من بيت المال، وإلا فلا يعطى.

Amil atau yang biasa disebut dengan sa’i, ialah orang yang dipekerjakan oleh pemerintah untuk mengambil harta zakat, lalu ia menyerahkannya kepada para mustahik zakat. Maka ia berhak menerima bagian zakat, atas nama amil, meski ia kaya.

Hanya saja ini dibatasi, jika dalam melakukannya ia mendapat upah dari kas negara, maka ia tidak mendapat bagian zakat atas nama amil. Jika tidak diberi zakat, maka ia befhak mendapatkannya. (Taqrirat al-Sadidah fi al-Masail al-Mufidah,  Juz 1 hal. 424)

Dengan demikian, konsep amil dalam penggalangan dana yang dilakukan ACT, tidaklah bisa terakomodir dalam amilnya zakat. Bahkan, amil zakat sendiri pun juga dibatasi. Ia tidak bisa semena-mena meminta bagian zakat, sebab bagiannya dibatasi dengan gaji.

Jika ia sudah mendapat gaji dari pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sebagai amil, maka ia tidak berhak mendapatkan bagian zakat. Jika tidak demikian, maka boleh baginya.

Entah dapat ide dari mana mereka mengadopsi konsep ini, kiranya referensi manapun belum bisa melegitimasi konsep yang merela usung. Dalam fikih muamalah pun, status Act ini juga belum jelas. Jika beralasan statusnya sebagai wakil, ternyata belum ada sighat antara pihak ACT dengan donatur. Ini pun bisa sah, jika mereka melakukan sighat, meski satu pihak. Fikih Maliki melegitimasinya, namun agaknya yang mereka jalankan tidak demikian.

Adapun dalam fikih Syafi’i, ada satu konsep yang bisa melegitimasi pengambilan dana dari para donatur, hanya saja ini dibatasi oleh kemampuan finansial mereka.

(فَرْعٌ) لَيْسَ لِلْوَلِيِّ أَخْذُ شَيْءٍ مِنْ مَالِ مُوَلِّيهِ إنْ كَانَ غَنِيًّا مُطْلَقًا فَإِنْ كَانَ فَقِيرًا وَانْقَطَعَ بِسَبَبِهِ عَنْ كَسْبِهِ أَخَذَ قَدْرَ نَفَقَتِهِ عِنْدَ الرَّافِعِيِّ وَرَجَّحَ الْمُصَنِّفُ أَنَّهُ يَأْخُذُ الْأَقَلَّ مِنْهَا وَمِنْ أُجْرَةِ مِثْلِهِ وَإِذَا أَيْسَرَ لَمْ يَلْزَمْهُ بَدَلُ مَا أَخَذَهُأَخَذَهُ … إلى أن قال… وَقِيسَ بِوَلِيِّ الْيَتِيمِ فِيمَا ذُكِرَ مَنْ جَمَعَ مَالًا لِفَكِّ أَسْرِ أَيْ: مَثَلًا فَلَهُ إنْ كَانَ فَقِيرًا الْأَكْلُ مِنْهُ كَذَا قِيلَ.

Seorang wali tidak boleh mengambil hartanya muwalli-nya (orang yang diurus wali), jika ia orang yang kaya. Namun jika ia merupakan orang fakir, dan sebab mengurusnya, ia tidak bisa bekerja, maka ia boleh mengambil hartanya muwalli, sekadar jumlah nafkahnya.

Ini merupakan pendapatnya Imam al-Rafi’i, sedangkan menurut mushannif (imam Al-Nawawi), ia boleh mengambil sedikit dari hartanya muwalli dan unrah mitsilnya (upah minimum dalam pekerjaannya). Dan jika ia nanti menjadi kaya, ia tidak wajib menggganti nominal yang dulu ia ambil dari hartanya muwalli-nya.

Disamakan dengan konsep walinya anak yatim, yaitu orang yang menggalang dana guna menebus tawanan perang contohnya. Jika ia fakir, diperbolehkan baginya untuk mengambil upah darinya. (Tuhfat al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, Juz 5 hal. 186)

Komentator kitab ini, memberikan contoh lain dari penggalangan dana untuk membebaskan tawanan. Syekh Al-Syarwani mengatakan;

(قَوْلُهُ أَيْ: مَثَلًا) يُدْخِلُ مَنْ جَمَعَ لِخَلَاصِ مَدِينٍ مُعْسِرٍ أَوْ مَظْلُومٍ مُصَادَرٍ وَهُوَ حَسَنٌ مُتَعَيِّنٌ حَثًّا وَتَرْغِيبًا فِي هَذِهِ الْمَكْرُمَةِ اهـ سَيِّدْ عُمَرْ أَقُولُ وَكَذَا يُدْخِلُ مَنْ جَمَعَ لِنَحْوِ بِنَاءِ مَسْجِدٍ.

Di antara contoh serupa dari orang yang menggalang dana guna menebus tawanan adalah orang yang menggalang dana guna menebus hutangnya seseorang, atau orang yang didzalimi. Yang demikian merupakan perbuatan mulia, ini merupakan pandangnnya Sayyid Umar. Menurutku (Syekh al-Syarwani), orang yang menggalang dana guna pembangunan masjid juga masuk dalam konteks demikian. (Hasyiyah Al-Syarwani ala Tuhfat al-Muhtaj,  Juz 5 hal. 186)

Dari referensi ini, ada celah untuk menganalogikan ACT dengan konsep di atas. Memandang rerata petinggi Act ialah orang yang kaya, setidaknya mereka tidak bisa distatuskan dengan nomenklatur fakir miskin dalam fikih, tentunya mereka tidak berhak sepeserpun atas hasil dari penggalangan dana.

Bahkan, jikapun ia fakir miskin, namun kegiatan ACT tidak mengganggu aktivitas pekerjaannya, ia tidak boleh mengambil dana ACT, meski ia fakir miskin. Jadi, fikih sangat berhati-hati jika berkaitan dengan hak sesama, seyogyanya mereka meminta fatwa kepada orang Alim atas kasus mereka.

Sebelum terjerumus lebih jauh, silahkan kembali. Terkait gaji mereka yang tidak wajar, karena fikih tidak melegitimasi upah bagi mereka, apalagi terbilang fantastis angkanya, mereka harus mengembalikannya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh para donatur.

Jika dulu mereka mendermakan hartanya untuk membantu korban banjir Palu, maka pihak ACT harus mengembalikannya. Intinya uang yang mereka dapat dari donatur, ia harus mengembalikannya sesuai dengan yang dimaksudkan para donatur.

Demikian penjelasan menyoal klaim bagian Amil dari Donasi ACT. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Ini Doa Rasulullah Waktu Sore Hari Arafah

Ini doa Rasulullah waktu sore hari Arafah. Doa ini terdapat dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir, Imam Al-Thabrani. Pada kitab tersebut  termaktub sebuah riwayat yang bersumber dari Abdullah Ibnu Abbas, dia berkata bahwa doa yang dibaca oleh Rasulullah di waktu sore hari Arafah adalah sebagai berikut; 

اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَسْمَعُ كَلاَمِي وَتَرَى مَكَانِي وَتَعْلَمُ سِرِّي وَعَلاَنِيَتِي لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ شَيْءٌ مِنْ أَمْرِي أَنَا الْبَائِسُ الْفَقِيرُ الْمُسْتَغِيثُ الْمُسْتَجِيرُ الْوَجِل الْمُشْفِقُ الْمُقِرُّ الْمُعْتَرِفُ بِذَنْبِهِ أَسْأَلُكَ مَسْأَلَةَ الْمِسْكِينِ وَأَبْتَهِل إِلَيْكَ ابْتِهَال الْمُذْنِبِ الذَّلِيلِ وَأَدْعُوكَ دُعَاءَ الْخَائِفِ الضَّرِيرِ مَنْ خَضَعَتْ لَكَ رَقَبَتُهُ وَفَاضَتْ لَكَ عَيْنَاهُ وَذَل لَكَ جَسَدُهُ وَرَغِمَ أَنْفُهُ لَكَ اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي بِدُعَائِكِ شَقِيًّا، وَكُنْ بِي رَؤُوفًا رَحِيمًا يَا خَيْرَ الْمَسْؤُولِينَ وَيَا خَيْرَ الْمُعْطِينَ

Allohumma innaka tasma’u kalaamii wa taroo makaanii wa ta’lamu sirrii wa ‘alaaniyatii laa yakhfaa ‘alaika syai-un min amrii. Anal yaa-isul faqiirul mustaghiitsul mustajiirul wajilul musyfiqul muqirrul mu’tarifu bidzanbihii.

As-aluka mas-alatal miskiini wa abtahilu ilaika ibtihaalal mudznibidz dzaliil wa ad’uuka du’aa-al khoo-ifidh dhoriir, man khodho’at laka roqobatuhuu wa faadhot laka ‘ainaahu wa dzalla laka jasaduhuu wa roghima anfuhuu laka.

Allohumma laa taj’alnii bidu’aa-ika syaqiyyan wa kun bii rouufan rohiiman yaa khoirol mas-uulinn wa yaa khoirol mu’thiin.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau mendengar ucapanku dan melihat tempatku, Engkau mengetahui batinku dan lahiriahku, tiada sesuatu pun dari urusanku yang samar bagi-Mu. Aku orang yang butuh,  fakir, meminta pertolongan, meminta perlindungan, malu, mohon belas kasihan, dan orang yang mengakui serta menyadari dosa-dosanya.

 Aku memohon kepada-Mu seperti layaknya orang miskin memohon, aku beribtihal kepada-Mu seperti layaknya orang yang berdosa lagi hina melakukan ibtihal, aku memohon kepada-Mu.  

Seperti layaknya orang sebagaimana layaknya orang yang takut lagi terpaksa memohon, yaitu doa orang yang tunduk patuh kepada-Mu, air matanya mengalir karena-Mu, dan jasadnya hina karena-Mu, serta menyerahkan dirinya kepada-Mu.

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan diriku orang yang kecewa dalam berdoa kepada-Mu, belas kasihanilah aku dan sayangilah aku. Wahai Tuhan  sebaik-baik yang diminta, Wahai Tuhan  sebaik-baik yang memberi.

Demikian Ini Doa Rasulullah Waktu Sore Hari Arafah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Doa Nabi Saat Wukuf di Arafah

Doa Nabi saat wukuf di Arafah. Doa ini bisa diamalkan seorang muslim ketika Wukuf di Arafah.

Haji merupakan ibadah yang memiliki rangkaian tahapan yang cukup panjang. Semua ketentuannya pun telah dijelaskan dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw sendiri sebagai utusan terakhir Tuhan.

Sebagaimana yang sabda, haji telah dan menjadi bagian dari ibadah yang wajib dilakukan sesuai tuntunan dari Nabi Muhammad Saw sendiri.

خذوا عني مناسككم

Ambillah dariku ibadah haji kalian

Salah satu rukun ibadah Haji yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim yang sedang berhaji ialah wukuf di Arafah. Atau berdiam diri meski sejenak pada tanggal 09 Dzulhijjah di tanah Arafah. Wukuf tersebut sendiri memiliki batas waktu sampai pada fajar hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

Ada banyak hal yang sunnah dilakukan pada saat wukuf di Arafah, seperti: berdzikir, membaca shalawat, membaca talbiah dan lain sebagainya. Namun, dari do’a-do’a yang ada dan warid dibaca oleh Nabi, ada satu do’a yang sering dibaca Nabi Saw pada saat wukuf di Arafah.

Hal tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar an-Nawawi” hal 281, Imam Nawawi meriwayatkan hadits dari at-Tirmidzi dari jalur Ali bin Abi Thalib berkata, yang artinya:

“Doa yang paling banyak dibaca oleh Nabi Muhammad Saw  pada saat wukuf di Arafah ialah:

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِيْ نَقُوْلُ, وَخَيْرًا مِمَّا نَقُوْلُ. اللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ, وَإِلَيْكَ مَأَبِيْ, وَلَكَ رَبِّ تُرَاثِيْ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ, وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَّاتِ الْأَمْرِ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَجِيْءُ بِهِ الرِّيْحُ.

Allahumma lakal hamdu kalladzi naquulu wa khoyron mimmaa naquulu. Allahumma laka sholaatii wa  nusukii wa mahyaaya wa mamaatii, wa ilaika ma-aabii, wa laka Robbi turootsii.

Allahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qobri, wa waswasatis sodri wa syattaatil amri. Allahumma innii a’uudzu bika min syarri ma tajii-u bihir riihu.

Artinya: “Ya Allah segala puji bagi-Mu seperti yang kami ucapkan. Ya Allah hanya untuk-Mu shalatku, ibadah hajiku, hidupku dan matiku. Hanya kepada Engkau kembaliku dan bagi-Mu ya Tuhanku segala yang kumiliki.

Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, gangguan pada hati dan banyaknya urusan. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari keburukan sesuatu yang dibawa oleh angin”.

Demikian doa yang paling banyak dibaca Nabi Saw pada saat wukuf di Arafah. Wallahu a’lam .

BINCANG SYARIAH

6 Perkara Sunnah Sebelum Shalat Idul Adha

Terdapat 6 perkara sunnah sebelum shalat Idul Adha. Kesunnahan sebelum shalat Idul Adha ini seyogianya diamalkan oleh kaum muslim menjelang shalat Idul Adha  10 Dzulhijjah. 

Di hari Idul Adha, kita dianjurkan untuk melakukan shalat sunnah Idul Adha secara berjamaah, baik di masjid, mushalla, atau lapangan terbuka. Namun sebelum kita melaksanakan shalat Idul Adha, terdapat beberapa perkara yang dianjurkan untuk kita kerjakan. Setidaknya, ada enam perkara yang dianjurkan untuk kita kerjakan sebelum melaksanakan shalat Idul Adha.

Perkara Sunnah Sebelum Shalat Idul Adha

Pertama, menghidupkan malam Idul Adha dengan memperbanyak beribadah kepada Allah, baik dengan shalat sunnah malam, membaca Al-Quran, zikir, berdoa, bertakbir dan lainnya. 

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Ibnu Majah dari Abu Umamah, bahwa Nabi Saw bersabda;

من قام ليلتي العيد، محتسباً لله تعالى، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب

Barangsiapa yang beribadah pada Idul Fitri dan Idul Adha semata-mata mengharap ridha Allah, maka hatinya itu tak akan mati di mana hati-hati orang lain mati.

Kedua, mandi sebelum berangkat melaksanakan shalat Idul Adha. Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas, dia berkata;

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يغتسل يوم الفطر والأضحى

Sesungguhnya Rasulullah Saw mandi di hari Idul Fitri dan Idul Adha.

Ketiga, memakai pakaian yang bagus, rapi dan memakai parfum. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Hakim berikut;

اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى الْعِيْدَيْنِ اَنْ نَلْبَسَ اَجْوَدَ مَا نَجِدُ وَاَنْ نَتَطَيَّبَ بِاَجْوَدِ مَانَجِدُ وَاَنْ نُضَحِّيَ بِاَثْمَنِ مَا نَجِدُ

Rasulullah  Saw memerintahkan kepada kami agar pada kedua hari raya memakai pakaian yang terbagus, memakai wangi-wangian yang terbaik dan berkurban dengan hewan yang paling berharga. 

Keempat, tidak makan dan minum sebelum shala Idul Adha. Sebelum shalat Idul Adha kita dianjurkan untuk imsak atau tidak makan dan minum. Kita hendaknya makan dan minum setelah selesai melaksanakan shalat Idul Adha.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Tirmidzi dari Buraidah bin Hushaib, dia berkata;

كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلاَ يَطْعَمُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّىَ

Pada hari Idul Fitri, Nabi Saw tidak keluar menuju lapangan hingga beliau sarapan dulu. Dan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan, hingga beliau shalat.

Kelima, memperbanyak membaca takbir saat berangkat menuju tempat pelaksanaan shalat Idul Adha. 

Keenam, saling mengucapkan selamat atau tahniah saat berjumpa dengan orang lain ketika berangkat menuju tempat pelaksanaan shalat Idul Adha. Ini sebagaimana riwayat yang disebutkan dalam kitab Fathul Bari dari Jubair bin Nufair, dia berkata;

كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك

Para sahabat Rasulullah Saw berjumpa dengan pada hari raya, satu sama lain saling mengucapkan; Taqobbalallaahu minnaa wa minka

Demikian 6 perkara sunnah sebelum shalat Idul Adha. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Batal Wudhu Saat Tawaf, Apakah Harus Mengulanginya?

Dalam ihram, yang merupakan tahap pertama melakukan haji atau umroh, seseorang harus bebas dari hadas besar atau kecil. Tabu waktu juga telah ditetapkan.

Ada kegiatan yang harus dilakukan dalam kondisi suci dari hadas selama ihram, seperti sholat sunnah dan pendapat sebagian besar ulama bahkan selama tawaf. Orang yang sedang tawaf baik itu tawaf sunnah, qudum, umroh, ataupun ifadah jika berhadas saat tawafnya, maka harus keluar dan mengambil wudhu lagi.

Tapi apakah harus mengulang kembali tawafnya dari hitungan awal atau melanjutkan hitungan sejak batalnya? Dalam hal ini mayoritas para ulama mengatakan setelah berwudhu, dia bisa mulai lagi dan melanjutkan sejak hitungannya yang batal.

Menurut buku Perihal Penting Haji yang Sering Ditanyakan karya Siti Chozanah, berikut pembahasannya. Misalkan saat tawaf di hitungan ke empat dia batal, maka dia mulai lagi tawafnya untuk putaran ke empat setelah berwudhu. Demikian yang dijelaskan oleh Darul Ifta dengan menukil dari kitab Mughnil Muhtaj.

Permasalahannya adalah banyak jamaah yang tidak tahu kalau di Masjidil Haram ternyata ada tempat wudhu dan mereka tidak perlu keluar masjid untuk menuju toilet.

Cobalah keliling masjid, Kalau Anda berada di dekat Kabah, perhatikan semua tangga besar dan lebar dari lantai 1 untuk turun ke pelataran Kabah. Ada lima tangga di berbagai arah Ka’bah, dan di bawah semua tangga besar ini tersembunyi tempat wudhu yang tidak diketahui orang. Berwudhulah di situ.

Namun, jika terjadi hadas kecil (batalnya wudhu) ketika sedang tawaf dalam keadaan jamaah penuh sesak, terutama di saat puncak haji ketika tawaf ifadah (yang termasuk rukun haji) dan tidak memungkinkan mendapatkan air atau jika pun bisa mendapatkan air akan menyusahkan dan memberatkan, maka berdasarkan prinsip taisir (memudahkan) dan ‘adamul-haraj (meniadakan kesulitan), tawaf tetap dilanjutkan tanpa mengulangi wuduk dengan dasar keringanan dan menghindari mudarat.

Dengan demikian, langkah hati-hatinya adalah tetap berwudhu dan mengulangi wudhu jika batal saat melakukan tawaf manakala tidak menimbulkan kesulitan. Jika sulit karena kondisi yang penuh sesak saat tawaf, maka kita boleh mengambil keringanan. Jadi tawaf yang keadaan sucinya batal karena hadas kecil tetap memadai (mujzi’).

IHRAM

Khotbah Iduladha: Memetik Hikmah dari Haji Wadak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، مُكْرِمِ النَّاسِ بِمَوَاسِمِ الخَيْرِ وَأَيَّامِ الفَرَحِ وَالسَّعَادَةِ وَهُوَ أَرْحَمُ الرّاحِمِينَ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، مُفِيضُ النِّعَمِ لِلشَّاكِرِينَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، مَنْ أَتَمَّ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ النِّعْمَةَ وَأَكْمَلَ بِهِ الدِّينَ، ﷺ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ،

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أما بعد،

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخير الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وكل ضلالة في النار

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Ma’asyiral mukminin, jemaah salat Iduladha yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah Ta’ala. Dengan beriman dan bertakwa, kita akan meraih banyak sekali kenikmatan dan keutamaan. Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala menyebutkan banyak sekali keutamaan orang yang bertakwa. Di antaranya adalah firman-Nya,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗٓ اَجْرًا

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS. At-Talaq: 5)

Sesungguhnya, hari ini adalah hari yang sangat mulia. Hari di mana Allah Ta’ala masih memberikan kesempatan dan kenikmatan kepada kita untuk bertemu dengannya. Hari ini adalah hari yang Allah sebut dengan nama Al-Yaumu Al-Hajji Al-Akbar, Hari Haji Besar. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ

“Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar.” (QS. At-Taubah: 3)

Syekh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, salah satu ulama pakar tafsir mengatakan di dalam kitabnya Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir,

“Yakni di hari Iduladha. Allah menyebutnya dengan sebutan ‘besar’ karena pada hari itu orang-orang yang melaksanakan haji berkumpul. Atau karena hari itu adalah hari dikerjakannya sebagian besar manasik-manasik haji.”

Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutnya sebagai hari yang paling agung. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ أعظمَ الأيَّامِ عندَ اللَّهِ تبارَكَ وتعالَى يومُ النَّحرِ

“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari kurban (Iduladha).” (HR. Abu Dawud no. 1765)

Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari berkumpulnya dan bersatunya seluruh kaum muslimin. Hari yang penuh dengan menyambung tali silaturahmi dan saling mengasihi. Hari yang dipenuhi dengan kegembiraan dan wajah yang berseri-seri. Hari di mana Allah Ta’ala ingin seluruh kaum muslimin berbahagia dan bergembira.

Kaum muslimin yang berbahagia.

Oleh karenanya, salah satu ibadah yang paling besar dan paling utama di dalamnya adalah menggembirakan hati-hati yang bersedih dan menolong orang yang membutuhkan. Hari yang tepat untuk menyambung silaturahmi kepada sanak saudara dan seluruh kaum muslimin. Hari yang harus dipenuhi dengan mengingat Allah, berzikir kepada-Nya atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ

Hari-hari tasyrik adalah hari-hari (waktunya) makan, minum, dan berzikir kepada Allah.” (HR. Muslim no. 1141)

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ… لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

Ucapan Nabi ini bukan tanpa alasan. Mengapa? Karena semua kegembiraan, kebahagiaan, dan keceriaan yang kita rasakan pada hari ini, itu merupakan salah satu bentuk nikmat dan karunia yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita. Nikmat dan karunia yang wajib kita syukuri. Salah satu caranya dengan berzikir, mengingat Allah Ta’ala.

Kegembiraan dan euforia yang kita rasakan hari ini juga merupakan bentuk pembuktian atas benarnya firman Allah Ta’ala,

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)

Kaum muslimin yang berbahagia.

Pada hari yang mulia, hendaknya kita mengingat kembali dan mengingatkan keluarga kita serta anak-anak kita bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bergembira ketika menyambut datangnya hari raya ini sebagaimana kita pun bergembira. Ingatlah, bagaimana beliau bersiap-siap menyambutnya dengan mengenakan pakaian terbaik yang beliau miliki, mengucapkan salam untuk setiap sahabat yang beliau temui di jalan menuju tempat salat, menampakkan wajah yang penuh dengan keceriaan dan senyuman, melaksanakan salat, kemudian menyembelih sembelihannya.

Semuanya itu tidak lain adalah bentuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, mengharapkan dan menginginkan pahala dari-Nya dan sebagai bentuk rasa syukur beliau atas semua kenikmatan yang telah Allah limpahkan untuknya.

Semua itu adalah tata cara serta petunjuk merayakan hari raya ini dengan penuh dengan ketakwaan. Dicontohkan oleh generasi yang paling bertakwa, Rasulullah dan para sahabatnya yang Allah telah rida kepada mereka semua.

Saat mengingat kembali bagaimana Nabi merayakan hari raya ini, ingatlah juga firman Allah Ta’ala,

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al-Hajj: 37)

Allah Ta’ala menekankan bahwa tujuan utama dari sembelihan yang kita lakukan adalah ketakwaan dan keikhlasan. Kedua hal itulah yang harus diperhatikan oleh seorang muslim.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ… لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

Jemaah salat id yang berbahagia.

Haji wadak adalah haji terakhir dan haji perpisahan Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini adalah tanda selesainya tugas beliau untuk mendakwahkan agama Islam yang mulia ini. Haji wadak adalah detik-detik akhir kisah Nabi kita setelah 23 tahun lamanya beliau mengemban tugas dakwah ini. Allah Ta’ala sendiri yang menjelaskan bahwa agama ini telah sempurna dan semua kenikmatan ini telah terpenuhi. Allah Ta’ala berfirman,

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam sebagai agama bagimu.(QS. Al-Ma’idah: 3)

Sungguh diutusnya beliau adalah tanda kasih sayang Allah Ta’ala kepada umat manusia. Dengan diutusnya beliau, manusia dapat keluar dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang. Dengan diutusnya beliau, manusia akhirnya keluar dari kesempitan menuju kesuksesan, dari kesesatan menuju hidayah yang penuh kebenaran. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164)

Pada haji perpisahan beliau, di hari yang sangat mulia, yaitu hari Arafah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhotbah menyampaikan dan memberikan wasiat kepada manusia perihal pokok-pokok ajaran Islam, menjelaskan kepada mereka tujuan dan maksud yang mulia dari ajaran-ajaran tersebut.

Di antaranya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa seluruh kaum muslimin pada hakikatnya saling bersaudara, darah dan harta mereka haram hukumnya untuk ditumpahkan dan dirampas hingga hari kiamat nanti. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajak umatnya untuk menjaga amanah dan menjalankannya sebagaimana yang terdapat di dalam ayat,

يا ايها الذين امنوا لا تخونواالله والرسول وتخونواأمنتكم وانتم تعلمون

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS: Al-Anfaal ayat 27)

Nabi juga melarang kita dari menyembah setan dan mengikuti bisikannya, karena hal itu merupakan biang kerok kerugian kita di dunia maupun di akhirat. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan hak-hak istri yang harus dipenuhi oleh suami dan juga mengingatkan hak-hak suami yang harus dipenuhi oleh para istri. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ألا إنَّ لكم على نسائكم حقًّا . ولنسائكم عليكم حقًّا

“Sesungguhnya, kalian memiliki hak atas istri kalian, dan istri kalian juga mempunyai hak atas kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1163)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda dengan perkataannya yang sangat membekas,

أيُّها النَّاسُ، اسمعوا قولي، فإنِّي لا أدري لعلِّي لا ألقاكم بعدَ عامي هذا، بِهذا الموقِفِ أبدًا

“Wahai manusia sekalian, dengarkanlah perkataanku ini, karena aku tidak mengetahui apakah aku dapat menjumpaimu lagi setelah tahun ini di tempat wukuf ini.”

Sebuah ucapan yang menyayat hati para pendengarnya, menghancurkan setiap hati dan menjatuhkan pula setiap air mata. Karena para sahabat sadar bahwa waktu perpisahan mereka dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah dekat.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ… لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

Wahai kaum muslimin.

Ketahuilah bahwa keluarga kita adalah amanah paling besar yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Jagalah istri-istri kita, anak-anak kita, semuanya tanpa terkecuali. Jangan biarkan dan tinggalkan mereka terlena dengan gadget yang berbahaya ini siang dan malam tanpa pengawasan dan pengarahan. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)

Jauhkanlah pintu-pintu setan dari keluarga kita, sering-seringlah menasihati dan mengingatkan mereka. Didik mereka untuk mempelajari pokok-pokok ajaran Islam dan akhlak yang baik. Ajarkan kepada mereka Al-Qur’an, karena itulah sebaik-baik yang bisa kita ajarkan kepada anak kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ad-Dhahhak dan Muqatil rahimahumallah,

حَقُّ عَلَى المسْلِمِ أَنْ يُعَلِّمَ أَهْلَهُ، مِنْ قُرَابَتِهِ وَإِمَائِهِ وَعَبِيْدِهِ، مَا فَرَضَ اللهُ عَلَيْهِمْ، وَمَا نَهَاهُمُ اللهُ عَنْهُ

“Menjadi kewajiban seorang muslim untuk mengajari keluarganya, termasuk kerabat, sampai pada hamba sahaya laki-laki atau perempuannya. Ajarkanlah mereka perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang Allah larang.” (HR. Ath-Thabari, dengan sanad sahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah, dari Qatadah. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 321)

Jangan tinggalkan waktu anak-anak kita kosong, karena waktu kosong adalah sarana kepada banyaknya kerusakan. Sibukkkanlah mereka dengan hal-hal yang bermanfaat. InsyaAllah jika kita menjaga keluarga kita, maka kita akan berbahagia melihat mereka di dunia dan di akhirat kelak. Keluarga kita akan bersama-bersama kita masuk ke dalam surga. Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۗ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ

“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Tur: 21)

Selanjutnya, marilah kita berdoa memohon kepada Allah agar menjadi salah satu hamba-Nya yang bisa menjalankan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sempurna, menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang dapat menjaga dan menjalankan seluruh amanah. Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga seluruh keluarga kaum muslimin dari kerusakan dan marabahaya, menghindarkan mereka dari fitnah, dan memasukkan mereka semua ke dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan. Amiin ya Rabbal Aalamiin.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَاهْدِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى الْحَقِّ، وَاجْمعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الخَيْرِ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلامَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ بِكَ نَستَجِيرُ، وَبِرَحْمَتِكَ نَستَغِيثُ أَلاَّ تَكِلَنَا إِلَى أَنفُسِنَا طَرفَةَ عَينٍ، وَلاَ أَدنَى مِنْ ذَلِكَ، وَأَصلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا مُصلِحَ شَأْنِ الصَّالِحِينَ.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِ نِعمَتَكَ، وَأَيِّدْهُ بِنُورِ حِكْمَتِكَ، وَسَدِّدْهُ بِتَوفِيقِكَ، وَاحفَظْهُ بِعَينِ رِعَايَتِكَ.

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ.

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَات، المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاء

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/76777-khotbah-idul-adha-memetik-hikmah-dari-haji-wada-nabi.html

Inilah Tujuh Nama dari Golongan Jin yang Pertama Masuk Islam

Kebanyakan ulama salaf berpendapat bahwa Nabi Saw tidak hanya diutus untuk manusia, tapi juga diutus pada golongan jin. Karena itu, tidak sedikit dari golongan jin yang masuk Islam dan menerima dakwah Nabi Saw, baik ketika beliau masih hidup atau sesudah beliau wafat.

Dalam kitab Tafsirnya, Imam Al-Baghawi menegaskan mengenai keberadaan kaum muslim dari golongan jin ini. Beliau berkata;

وَفِي الْجِنِّ مُسْلِمُوْنَ وَكَافِرُوْنَ، وَيَحْيَوْنَ وَيَمُوْتُوْنَ، وَأَمَّا الشَّيَاطِيْنُ؛ فَلَيْسَ مِنْهُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَيَمُوْتُوْنَ إِذَا مَاتَ إِبْلِيْسُ.

Di dalam golongan jin ada yang muslim juga ada yang kafir. Mereka juga hidup dan mati. Adapun golongan setan, maka tidak ada di antara mereka yang muslim, dan mereka mati jika Iblis mati.

Pada saat Nabi Saw masih hidup, sudah dijumpai beberapa golongan jin yang masuk Islam. Mereka mendengarkan Al-Quran, menerima dakwah Nabi Saw dan turut menyebarkan serta mengajarkan ajaran Nabi Saw tersebut kepada kaumnya. Ini sebagaimana dikisahkan oleh Allah dalam surah Al-Ahqaf ayat 29;

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا ۖفَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata; ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).’ Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.

Menurut para ulama, sekolompok jin yang mendengarkan Al-Quran sebagaimana dikisahkan dalam ayat di atas adalah golongan jin yang pertama kali masuk Islam dan menerima ajaran Nabi Saw. Dalam kitab Tafsir Al-Qurthubi disebutkan bahwa menurut Imam Al-Suhaili bahwa sekolompok jin tersebut berjumlah tujuh. Mereka awalnya beragama Yahudi, kemudian memeluk Islam.

Nama-nama mereka menurut Imam Mujahid adalah Hassa, Massa, Munasysya, Syashir, Mashir, Arad, Aniyyan dan Ahqam. Sementara menurut Hamzah bin Utbah bin Abi Lahab adalah Hassa, Massa, Syashir, Mashir, Afkhar, Arad, dan Anyal.

Nama-nama ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Tafsir Al-Qurthubi berikut;

وَقَدْ ذَكَرَ الْمَاوَرْدِيُّ أَسْمَاءَهُمْ عَنْ مُجَاهِدٍ فَقَالَ : حَسَّى وَمَسَّى وَمُنَشَّى وَشَاصِرٌ وَمَاصِرٌ وَالْأَرَدُ وَأَنِيَّانُ وَالْأَحْقَمُ . ..كَانَ حَمْزَةُ بْنُ عُتْبَةَ بْنِ أَبِي لَهَبٍّ يُسَمِّي جِنَّ نَصِيبِينَ الَّذِينَ قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَيَقُولُ : حَسَّى وَمَسَّى وَشَاصِرُ وَمَاصِرُ وَالْأَفْخَرُ وَالْأَرَدُ وَأَنْيَالُ

Imam Mawardi menyebutkan nama-nama jin yang datang pertama kali kepada Nabi Saw. Ia berkata bahwa namanya adalah Hassa, Massa, Munasysya, Syashir, Mashir, Arad, Aniyyan dan Ahqam. Sementara Hamzah bin Utbah bin Abi Lahab menamai jin Nashibin yang datang menemui Rasulullah Saw sebagai ‘Hassa, Massa, Syashir, Mashir, Afkhar, Arad, dan Anyal.

BINCANG SYARIAH

Harga Naik Hingga 450 Riyal, Banyak Jamaah Batal Ambil Tarwiyah

Ribuan jamaah haji Indonesia yang mengambil tarwiyah mulai bergerak untuk mabit di Mina pada Rabu (6/7) malam Waktu Arab Saudi (WAS). Meski demikian, ada jamaah yang membatalkan keberangkatannya untuk mengambil tarwiyah karena pihak maktab menaikkan harga pada saat saat terakhir. 

“Jamaah mikir lagi untuk tarwiyah karena bayarnya mahal 450 riyal per jamaah,”ujar Kepala Seksi Bimbingan dan Ibadah (Bimbad) Daker Makkah Ansor saat diwawancara Tim MCH di Daker Makkah, Rabu (6/7). 

Menurut Ansor, biaya senilai 450 riyal tersebut harus dibayar jamaah kepada pihak maktab sebagai ongkos operasional selama tarwiyah. Ansor menjelaskan, jamaah akan mendapatkan transportasi pemberangkatan dari hotel menuju Mina dan konsumsi. 

Ansor menjelaskan, data yang masuk ke Daker Makkah hingga Rabu siang, ada 4.569 jamaah. Paling banyak, ujar dia, jamaah yang berasal dari Sektor Jarwal yang notabene berasal dari Embarkasi Solo (SOC) dengan angka 1.600-an jamaah. Kedua, jamaah dari Jakarta-Bekasi (JKS) dengang 1300 jamaah. 

Ketua Sektor 5 Misfalah, Makkah, M Ansori menjelaskan, ada 108 jamaah yang memutuskan untuk mundur dari pendaftaran tarwiyah. Mereka membatalkan tarwiyah karena maktab yang semula akan memfasilitasi tidak menyediakan pemberangkatan menuju ke Mina.

Menurut Ansori, ada sebanyak 2.208 jamaah dari 32 kloter yang akan berangkat Tarwiyah malam ini. Berdasarkan informasi yang diterima, dia menjelaskan, setiap jamaah membayar senilai 250-300 riyal kepada maktab masing-masing.

Dia menjelaskan, pemerintah tidak menanggung operasional jamaah yang hendak mengambil tarwiyah. Mereka berangkat mandiri dengan rombongan masing-masing. Meski demikian, Ansori menjelaskan, setiap jamaah diharuskan melapor dan mengisi formulir terlebih dahulu ke sektor masing-masing.”Kami berpesan kepada ketua rombongan jangan sampai ada satupun yang ditinggal. Kami minta betul-betul di sweeping,”jelas dia.

IHRAM