Hukum Mengambil Gaji Buta

Gaji buta adalah istilah yang ditujukan kepada pegawai ataupun karyawan yang tetap menerima gaji walaupun dia tidak bekerja sebagaimana mestinya atau sama sekali tidak menunaikan kewajibannya. Lantas, bagaimanakah hukum mengambil gaji buta?

Dalam literatur kitab fikih, seorang karyawan diharuskan untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya berdasarkan kontrak yang telah dibuat antara dirinya dan pihak kantor. Apabila dia tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya atau sama sekali tidak menunaikan kewajibannya, maka dihukumi haram selama tidak ada toleransi dari pihak yang berwenang.

Sebagaimana keterangan dalam Darul Ifta Mesir berikut,

إذا تعارض الواجب والمستحب لزم تقديم الواجب، وقيام العاملين والموظفين بما أنيط بهم من مهام وتكاليف هو أمر واجب التزموا به بموجب العقد المبرم بينهم وبين جهة العمل، فانصرافه وتشاغله عنه -ولو بالعبادة المستحبة- حرامٌ شرعًا؛ لأنه تشاغلٌ بغير واجب الوقت، ما لم يكن ذلك مسموحًا به في لوائح العمل؛

Artinya : “Jika terjadi pertentangan antara perkara wajib dan sunnah, maka perkara wajib harus didahulukan. Melaksanakan tugas bagi karyawan terhadap segala hal yang dipercayakan padanya adalah hal wajib yang menyebabkan mereka terikat berdasarkan kontrak yang dibuat antara mereka dan majikan. Sehingga jika mereka beralih kepada aktifitas lain sekalipun dengan melaksanakan ibadah Sunnah maka dihukumi haram selama belum ada toleransi dari pihak yang berwenang.”

Selain itu, apabila seorang karyawan menerima gaji disaat tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya atau sama sekali tidak menunaikan kewajibannya, maka gaji yang didapat dihukumi haram dan tidak boleh untuk disedekahkan. Hal ini karena dia telah mengambil upah dari perkara maksiat yang diharamkan.

Sebagaimana dalam penjelasan kitab Ahkamul Fuqoha berikut,

وفى نفس الكتاب اجرة العمل الذى يتعلق بالمعصية حرام والتصدق به منها لايجوز ولايصح إهـ

Artinya : “Dalam redaksi kitab upah seseorang dari pekerjaan yang berhubungan dengan perkara maksiat dihukumi haram. Tidak diperbolehkan untuk disedekahkan dan dihukumi tidak sah.”

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa apabila seorang karyawan menerima gaji disaat tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya atau sama sekali tidak menunaikan kewajibannya, maka gaji yang didapat dapat dihukumi haram dan tidak boleh untuk disedekahkan.

Demikian penjelasan mengenai hukum mengambil gaji buta. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Kemenag Berencana Buka Toko Haji di 13 Embarkasi

Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) berencana akan membuka hajj store atau toko haji di embarkasi. Saat ini, tercatat ada 13 embarkasi yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.

Rencana tersebut dipaparkan Dirjen PHU Hilman Latief, saat membuka acara Penguatan Ekosistem Ekonomi Haji. Adapun kegiatan ini berlangsung di Asrama Haji Bekasi, 21-23 Desember 2022.

Menurutnya, penyelenggaraan ibadah haji tidak semata berdimensi spiritual, tapi juga aspek sosial dan ekonomi. Untuk itu, penguatan ekosistem ekonomi haji menjadi sangat penting.

“Insya Allah di 13 embarkasi yang akan dipakai, kami sedang mendorong untuk dibuka hajj store atau toko haji. Toko haji ini akan menyediakan produk-produk UKM yang terkait dengan kebutuhan jamaah,” kata Hilman dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (22/12/2022).

Ddalam penyelenggaran haji, ia menyebut setidaknya ada Rp 20 triliun dana yang dikelola dalam dua bulan. Dari dana sebesar itu, perlu dipikirkan manfaat yang bisa diterima masyarakat.

“Ada petani, ada nelayan, ada pengajian. Ayo bareng-bareng dipikirkan, apa yang bisa kita kontrubusikan sehingga dana yang dikelola dalam penyelenggaraan ibadah haji juga bisa berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” lanjut dia.

Hilman mengaku telah bertemu dengan berbagai pihak baik dari pengusaha dan BUMN. Pertemuan itu mendiskusikan upaya agar Indonesia bisa mengekspor kebutuhan jamaah haji dan umroh. Terlebih, jumlah jamaah umroh Indonesia sangat besar, per minggu mencapai 45 ribu orang.

Ia lantas menyampaikan harapannya agar terobosan ini dapat mendorong sebaran produk yang dimiliki para pengrajin UMK. Dia mengaku upaya itu tidak bisa dilakukannya sendiri.

Untuk itu, ia telah mengajak dan mengharap dukungan dari Kemenkop UKM, Kemendag, Kadin, dan seluruh pemangku kepentingan perhajian. Seminar ini diikuti perwakilan Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Baznas, Kadin, Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU), Bank Syariah Indonesia (BSI), Akademisi, serta Pelaku UMK dan Industri Halal.

IHRAM

Teks Khotbah Jumat: Mencontoh Nabi dalam Bertoleransi

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral Muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Mengawali khotbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala. Baik itu dengan menjalankan perintah-Nya ataupun dengan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena tidaklah kita semakin mulia, kecuali dengan bertakwa. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Di penghujung tahun seperti ini, telinga kita dibuat akrab dengan istilah-istilah ‘Selamat Hari Natal’, ‘Selamat Tahun Baru’ dan ucapan-ucapan yang semisalnya. Ucapan-ucapan yang mengarah pada dua perayaan yang sejatinya dicetuskan dan dibuat-buat oleh mereka yang tidak beriman kepada Allah Ta’ala.

Pada momen-momen seperti ini, kaum muslimin dihadapkan pada dua hal. Masyarakat muslim yang tidak tahu menahu atau pura-pura tidak tahu tentang hukumnya, seringkali akan ikut meramaikan dan merayakan dua perayaan ini bersama orang-orang nonmuslim. Beralasan bahwa apa yang mereka lakukan ini adalah bagian dari Islam yang rahmatan lil ‘alamin, atau beralasan bahwa ini adalah bentuk rasa toleransi mereka kepada mereka yang nonmuslim.

Lalu, kaum muslimin yang lainnya (yaitu yang telah mengetahui bagaimanakah hukum ikut serta dalam perayaan nonmuslim lalu kemudian tidak merayakannya) oleh mereka yang membenci agama ini dikatakan sebagai ‘intoleran’, ‘keras’, dan ‘kaku’.

Jemaah yang semoga selalu mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah Ta’ala.

Sungguh ini adalah kekeliruan yang sangat besar. Mengatasnamakan keikutsertaannya pada perayaan tersebut sebagai bentuk toleransi, lalu menghukumi mereka yang tidak merayakannya dengan sebutan ‘intoleran’.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala.

Agama Islam adalah agama yang sempurna. Setiap tindakan, sikap, dan budi pekerti yang baik telah diajarkan oleh Allah Ta’ala melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, tak terkecuali sikap dan muamalah kita terhadap orang-orang non-Islam, Islam pun telah mengajarkannya.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada mereka yang beragama Islam dan juga mereka yang non-Islam. Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu (dari kalangan orang-orang kafir) dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Di ayat yang lain, Allah Ta’ala halalkan makanan yang mereka berikan kepada kita, dan Allah halalkan juga memberikan mereka makanan,

اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۗ وَطَعَامُ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حِلٌّ لَّكُمْ ۖوَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ

“Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan) ahli kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka.” (QS. Al-Maidah: 5)

Kaum muslimin, jemaah salat Jumat yang Allah rahmati.

Sebagai kaum muslimin yang percaya dan yakin bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik suri teladan bagi dirinya, yang yakin bahwa Nabi Muhammad membawa kebenaran, seharusnya juga mengetahui dan mempelajari kembali bagaimana sikap Nabi terhadap nonmuslim, bagaimana muamalah beliau dengan mereka, dan bagaimana batas toleransi yang benar yang telah beliau ajarkan.

Begitu banyak riwayat-riwayat hadis yang sampai kepada kita, yang mengisahkan bagaimana perlakuan dan akhlak Nabi terhadap nonmuslim. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau membesuk orang yang sakit di antara mereka, berbuat baik terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan di antara mereka.

Dikisahkan juga bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suatu ketika meminjam sejumlah uang kepada ahlul kitab. Sampai-sampai di akhir hayat beliau, baju perang beliau tergadaikan kepada seorang Yahudi, karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminjam uang darinya.

Toleransi beliau juga terwujud dalam kisah penaklukan kota Makkah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengampuni dan memaafkan kaum Quraisy yang telah menyakiti beliau, kecuali beberapa orang saja! Bahkan, beliau memberikan jaminan keselamatan kepada penduduk Makkah, meskipun mereka belum mau masuk ke dalam Islam. Dalam sebuah hadis sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ عامَ الفتحِ جاءَهُ العبَّاسُ بنُ عبدِ المطَّلبِ بأبي سفيانَ بنِ حربٍ فأسلمَ بمرِّ الظَّهرانِ فقالَ لَهُ العبَّاسُ: يا رَسولَ اللَّهِ إنَّ أبا سفيانَ رجلٌ يُحبُّ هذا الفخرِ، فلو جعلتَ لَهُ شيئًا قالَ: نعَم مَن دخلَ دارَ أبي سفيانَ فَهوَ آمنٌ، ومَن أغلقَ علَيهِ بابَهُ فَهوَ آمنٌ

“Saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak menaklukkan kota Makkah, Al-Abbas bin Abdul Mutthalib mendatanginya sembari membawa Abu Sufyan bin Harb, maka masuk Islamlah dia (Abu Sufyan) di tempat yang disebut ‘Maar Adz-Dzahran’. Al-Abbas mengatakan kepada beliau (Nabi), ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu senang apabila memiliki kewibawaan, sekiranya engkau berikan sesuatu untuknya (untuk dibanggakan).’ Maka, Nabi mengatakan, ‘Siapa saja yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka ia mendapatkan jaminan keamanan (tidak dibunuh). Dan siapa pun yang menutup pintunya, maka ia juga mendapatkan keamanan.” (HR. Abu Dawud no. 3021, Ibnu Abi Syaibah no. 38078 dan Al-Baihaqi no. 18740)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda,

ألا مَن ظلمَ مُعاهدًا، أوِ انتقصَهُ، أو كلَّفَهُ فوقَ طاقتِهِ، أو أخذَ منهُ شيئًا بغَيرِ طيبِ نفسٍ، فأَنا حَجيجُهُ يومَ القيامةِ

“Ketahuilah, bahwa orang yang menzalimi orang kafir yang menjalin perjanjian dengan Islam atau mengurangi haknya atau membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil darinya sesuatu yang ia relakan, maka aku adalah lawannya pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud no. 3052 dan disahihkan oleh Syekh Albani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan memberikan ancaman bagi mereka yang membunuh orang-orang nonmuslim yang sedang dalam perlindungan dan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن قَتَلَ مُعاهَدًا لَمْ يَرِحْ رائِحَةَ الجَنَّةِ، وإنَّ رِيحَها تُوجَدُ مِن مَسِيرَةِ أرْبَعِينَ عامًا.

“Siapa yang membunuh (kafir) mu’ahad (terikat perjanjian damai), maka dia tidak akan dapat mencium wangi surga. Padahal, sesungguhnya harumnya (surga) dapat tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166)

Jemaah yang berbahagia, sesungguhnya toleransi kaum muslimin inilah yang menjadi sebab cepatnya persebaran Islam di seluruh dunia. Semuanya kembali pada asas keadilan dan hikmah yang dibawa oleh syariat Islam. Keadilan yang berlaku untuk semua masyarakatnya dan siapapun yang sedang di bawah kepemimpinannya, tak terkecuali mereka yang nonmuslim.

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Maasyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Di dalam bertoleransi, Islam juga menerapkan beberapa aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar oleh setiap pemeluknya. Di antaranya adalah larangan ikut serta di dalam merayakan perayaan agama lain dan memberikan ucapan selamat atas hari raya mereka.

Karena di dalam keikutsertaan seorang muslim pada hari raya mereka terdapat bentuk saling tolong menolong dalam sebuah dosa. Sedang Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Belum lagi, ikut serta dalam perayaan mereka merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai nonmuslim) yang paling nyata! Sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَومٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud no. 4031 dan Ahmad no. 5114)

Subhanallah! Nabi hukumi orang seperti ini dengan hukum yang sama dengan orang-orang kafir tersebut. Bisa jadi keikutsertaan seseorang dalam perayaan agama lain ini mengantarkannya kepada kekufuran, wal iyyadhu billah, atau seminimal-minimalnya mengantarkannya kepada perbuatan dosa.

Jemaah salat Jumat yang senantiasa dalam lindungan Allah Ta’ala.

Jangan sampai diri kita tertipu dan merasa gengsi serta malu ketika tidak ikut memeriahkan perayaan-perayaan semacam ini, merasa malu hanya karena banyaknya manusia yang ikut merayakannya. Tugas kita hanyalah menaati Allah dan Rasul-Nya. Hiraukan omongan manusia, hiraukan kebiasaan mereka, karena mayoritas dan kebanyakan manusia tidak peduli dengan apa yang telah Allah Ta’ala syariatkan. Allah Ta’ala berfirman,

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ

“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanyalah persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.” (QS. Al-An’am: 116)

Allah Ta’ala juga berfirman.

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

“Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf: 103)

Oleh karenanya jemaah sekalian, perayaan-perayaan yang menyelisihi syariat maka hukumnya terlarang, meskipun banyak dikerjakan dan dirayakan oleh masyarakat dan manusia.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita, memberikan kita hidayah untuk selalu menimbang segala ucapan, perbuatan, dan perayaan manusia dengan melihat dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis. Apa yang sejalan dengan keduanya ataupun salah satu dari keduanya, maka boleh diamalkan meskipun sedikit sekali dari masyarakat yang melakukannya.

Sedangkan apa yang menyelisihi keduanya ataupun salah satu darinya, maka tidak boleh diamalkan. Meskipun banyak sekali masyarakat dan manusia yang  melakukannya.

Wallahu a’lam bisshawab.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/81661-teks-khotbah-jumat-mencontoh-nabi-dalam-bertoleransi.html

Khutbah Jumat: Hari-Hari Ibu

Ringkasan Khutbah Jumat: Ada dan tidaknya peringatan hari ibu, setiap waktu Islam menganjurkan umatnya memuliakan ibu, sebelum meluliakan orang lain

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

ISLAM mengajarkan umatnya berlaku baik dengan mengutamakan kebaikan kepada ibu sebelum melakukannya kepada orang lain. Itulah akhlak Muslim kepada ibunya, tanpa perlu memperingati “Hari Ibu” setiap tahun. Inilah naskah ringkasan Khutbah Jumat:

Khutbah Jumat Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat Rahimakumullah

Peringatan Hari Ibu yang diselenggarakan di berbagai negara, termasuk di Tanah Air kita setiap 22 Desember, memang masih menjadi perkara yang diperselisihkan di antara ulama. Ada yang membolehkan. Ada pula yang melarang.

Beberapa ulama yang membolehkan adalah Syekh Syauqi Allam (mufti Mesir), Syekh Ali Jum’ah (mantan mufti Mesir), Syekh Abdul Fattah Asyur, Syekh Muhammad Ismail Bakar, dan Lembaga Fatwa Mesir (Darul Ifta’ Al-Mishriyyah). Sementara sebagian ulama yang melarang seperti Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Shalih al-Fauzan, Syekh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, dan Lembaga Fatwa Arab Saudi (Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Fatwa).

Sebagai umat Baginda Nabi Muhammad ﷺ kita menganut keyakinan bahwa Allah ﷻ telah mewajibkan kepada kita sebagai anak untuk berbuat baik, untuk bakti kepada ayah bunda kita, di tiap waktu, bukan di satu waktu tertentu. Allah ﷻ juga memberikan ancaman berupa sanksi tegas kepada kita sebagai anak jika sampai berani berlaku durhaka kepada orang tua, baik durhaka dalam bentuk sikap atau ucapan.

Allah ﷻ berfirman  :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS; Al-Isra’ : 23)

Dikisahkan, Abdullah bin Umar pernah melihat seorang lelaki menggendong wanita yang telah tua renta. Ia gendong di punggungnya sembari tawaf mengelilingi Ka’bah sekian putaran.

Abdullah bin Umar bertanya, “Siapa wanita ini?” Ia menjawab, “Sesungguhnya ia adalah ibuku. Apakah menurutmu, aku telah bisa memenuhi haknya?” Abdullah bin Umar menjawab, “Demi Allah, sekali pun engkau melakukan seperti ini, tetap tak akan mampu menandingi satu erangan dari rasa sakit saat melahirkanmu.”

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jumat Hafidzakumullah

Menilik kehidupan masyarakat sekuler seperti di negara-negara Barat, ada beberapa keluarga yang memandang orang tua mereka sebagai beban hidup. Banyak dari mereka yang kemudian memasukkan orang tuanya ke panti-panti jompo karena tidak sanggup melayani dan berkhidmat kepada mereka.

Dalam momen seperti Hari Ibu, mereka berbondong-bondong mendatangi para orang tuanya, memuliakan, membawakan hadiah, makanan, dan minuman. Setelah itu, keadaan yang sunyi kembali dirasakan oleh para ibu. Mereka ditinggal oleh anak anak yang telah ia lahirkan antara hidup dan mati, yang ia rela berkorban demi kehidupan anak-anaknya. Mereka dilupakan begitu saja.

Beragam cara telah diajarkan Islam dalam berbakti kepada ibu. Pertama, berlaku baik dengan mengutamakan kebaikan kepada ibu sebelum melakukannya kepada orang lain dan mencegahnya dari semua hal yang menganggu atau membuatnya merasa tidak nyaman. Ibu adalah sosok yang paling berhak mendapatkan perlakuan terbaik yang bisa kita lakukan.

Dalam hadits disebutkan,

يا رَسُولَ الله من أَحَقُّ الناس بِحُسْنِ صَحَابَتِي قال أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أَبُوكَ

“Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?” Jawab Rasulullah, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ayahmu.” (HR: Bukhari-Muslim)

Diriwayatkan juga :

أن جاهمة جاء إلى النبي  صلى الله عليه وسلم  فقال يا رسول الله أردت أن أغزو وقد جئت أستشيرك فقال هل لك من أم قال نعم قال فالزمها فإن الجنة تحت رجليها

“(Ada seorang bernama) Jahimah datang kepada Nabi lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku menemuimu untuk meminta pendapatmu.” Rasul berkata, “Apakah engkau memiliki ibu?” Ia menjawab, “Iya,” Rasul berkata, “Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya.” (HR: Nasa’i)

Kedua, memenuhi segala kebutuhan ibu kita. Seorang anak yang berbakti harus cerdas dalam mengetahui apa yang menjadi kebutuhan ibunya, kemudian berusaha memenuhi sesuai kemampuan yang dimilikinya.

Karena banyak dari ibu yang merasa sungkan dan malu untuk meminta langsung. Di sinilah diperlukan kepekaan dari diri kita sebagai anak sehingga kita dapat menunaikan kebutuhan ibu kita. Caranya dengan sering duduk bersamanya.

Kita bisa belajar banyak kepada Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Beliau tidak berani makan bersama ibunya, padahal beliau ini termasuk anak yang sangat berbakti kepadanya.

Ketika ditanya mengapa ia tidak pernah makan bersama ibunya, ia menjawab, “Aku takut saat makan bersama ibuku, tanganku terlebih dahulu mengambil makanan yang sebenarnya diinginkan oleh ibuku, tanpa aku sadari. Dengan demikian aku menganggap hal ini sebagai perbuatan durhaka kepadanya.”

Ketiga, membantu dan berkhidmat dengan sebaik-baiknya kepada ibu. Kita mesti mengetahui apa yang menjadi kesukaan ibu kita dan apa yang tidak disukai.

Kita harus tahu apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya marah. Jika memungkinkan, kita perlu mengetahui apa isi hati yang menjadi keinginannya lalu kita penuhi.

Dikisahkan, Ibnu Sirin pernah membeli satu pohon kurma yang harganya kala itu tengah melambung tinggi, mencapai seribu dirham. Setelah ia beli, ia lubangi dan mengambil isi pohon tersebut, kemudian ia berikan kepada ibunya.

Orang-orang bertanya, “Apa yang membuat engkau melakukan hal ini, padahal engkau tahu harga kurma mencapai seribu dirham?” Ibnu Sirin mengatakan, “Karena ibuku menginginkannya, tidaklah ibu menginginkan sesuatu dan aku mampu memberikannya, pasti akan aku berikan.”

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Keempat, mengalokasikan harta secara khusus untuk ibunya. Meski ibu kita misalnya, termasuk orang kaya, tapi sebagai anak yang berbakti, sudah sepatutnya kita tidak bersikap kikir, kita berikan hadiah dari harta yang kita miliki, untuk menyenangkan hatinya. Insya Allah harta kita diberkahi oleh Allah ﷻ sebab pemberian kepada ibu.

Demikianlah beberapa cara dalam berbakti kepada orang tua kita khususnya ibu. Ada dan tidaknya peringatan hari ibu, setiap waktu kita tetap berusaha berlaku luhur dan mulia kepadanya.

Kita berkhidmat dengan baik, kita sisihkan sebagian gaji atau harta untuk memberinya, dan memenuhi segala kebutuhannya. Insya Allah kita termasuk anak yang mengamalkan ajaran birrul walidain (berbakti kepada orang tua).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat ini diterbitkan Rabithah Alawiyah Kota Malang, Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI

HIDAYATULLAH

Mulai dari ‘Syeikh Messi’, sampai Quran Dibacakan di Pembukaan, Inilah 5 Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022!

APA momen paling berkesan di Piala Dunia Qatar 2022?

Setelah 28 hari penuh antusiasme, emosi, dan kegembiraan, Piala Dunia pertama di negara Arab berakhir pada Ahad, 18 Desember, saat Lionel Messi mengangkat piala untuk Argentina.

Dari kejutan, hingga air mata kegembiraan dan kesedihan, momen kejayaan dan gol spektakuler, turnamen di Qatar ini akan terus dikenang selama bertahun-tahun yang akan datang.

Berikut beberapa momen paling berkesan Piala Dunia 2022 yang kami abadikan untuk Anda.

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022: Qur’an dalam Upacara Pembukaan

Morgan Freeman,
Foto: Give Me Sport

Piala Dunia Qatar 2022 dimulai dengan pembacaan Alquran oleh Ghanim Al Muftah, mengirimkan pesan persatuan, keragaman, dan cinta.

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022: Arab Saudi Mengalahkan Argentina

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022

Argentina dikalahkan oleh Arab Saudi. Sebuah kekalahan yang tak terduga. Saudi meraih kemenangan ajaib 2-1 atas Argentina, dan ini menjadi kemenangan terbesar dalam sejarah Saudi.

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022:  Sujud ‘Ajaibnya’ Maroko

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022

Singa Gurun Maroko merobek buku sejarah di Piala Dunia Qatar, menjadi negara Afrika dan Arab pertama yang mencapai semifinal, mengalahkan Belgia, Spanyol dan Portugal. Foto-foto pemain Maroko yang menunjukkan bersujud di tanah untuk bersyukur kepada Allah Yang Maha Kuasa setelah setiap pertandingan akan selalu tak terlupakan. Epik emang!

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022:  Ibu dan Pemain

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022

Pemandangan para pemain Maroko merayakan kemenangan mereka yang belum pernah terjadi sebelumnya di Piala Dunia 2022 bersama ibu dan keluarga mereka tersebar di seluruh media, menghangatkan hati banyak orang dan menunjukkan pentingnya cinta keluarga!

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022: ‘Syeikh’ Messi

Momen Paling Berkesan di Piala Dunia Qatar 2022

Menjadi kapten tim nasionalnya untuk ke-100 kalinya, Lionel Messi membawa Argentina meraih kejayaan Piala Dunia pada hari Ahad, mencetak dua gol melawan Prancis di salah satu final hebat sepanjang masa.

Syeikh Tamim bin Hamad Al Thani dari Qatar menawari Messi sebuah bisht, jubah tradisional Arab, yang dikenakannya saat mengangkat trofi yang didambakan untuk pertama kalinya dalam hidupnya dan yang ketiga untuk negaranya.

Nah, sahabat mulia Islampos, adegan berkesan apa lagi yang mungkin lewat di kamu? []

SUMBER: ABOUT ISLAM

7 Tips Memilih Sekolah yang Baik bagi Muslim

SAHABAT Islampos, pendidikan menjadi salah satu halpenting dalam Islam. Demikian juga dalam sebuah keluarga. Demi pendidikan yang baik, orang tua perlu memilih sekolah yang baik bagi anak-anaknya. Nah, bagaimana tips memilih sekolah yang baik dalam pandangan syariat Islam?

Tips memilih sekolah

Berikut beberapa tipsnya:

1 Pastikan sekolah dikelola muslim dan dijalankan sesuai semangat keislaman

Upayakan jangan menyekolahkan anak di sekolah yang bertentangan dengan akidah Islam, sebagus apapun sistem pendidikannya. Sebab, akidah merupakan pondasi yang harus dibangun dengan kokoh dalam diri anak-anak.

2 Pilih sekolah yang mengajarkan agama dan membina akhlak

Pilihlah sekolah yang memberikan perhatian terhadap pelajaran agama Islam dan pembinaan akhlak. Jika perlu, masukkan anak ke sekolah dengan kurikulum Islami.

3 Jangan menilai sekolah hanya dari promo atau iklan saja

Salah satu keunggulan yang ditampilkan sekolah-sekolah untuk menjaring siswa adalah prestasinya dalam lomba-lomba. Namun, pada dasarnya hal itu tidak dapat menjadi tolak ukur kualitas atau keunggulan sekolah. Jadi, kenali dahulu lingkungan sekolah tersebut dengan baik, sebelum memutuskan memasukan anak ke sekolah tersebut.

4 Cari tahu penilaian dari orang tua murid lainnya

Penilaian paling objektif terhadapsuatu sekolah adalah penilaian dari para orang tua murid-muridnya. Oleh karena itu, ada baiknya menanyakan kepada orang tua murid di sekolah tersebut. Meskipun jawabannya bisa jadi tergantung persepsi masing-masing, namun biasanya jawabnnya jujur.

5 Berkunjung langsung ke sekolah

Sempatkan waktu berkunjung ke sekolah yang dituju. Jikadiperbolehkan, Anda bisa melihat langsung proses pembelajaran, berbicara dengan guru dan murid juga.

6 Pilih asrama atau pesantren

Bagi anak remaja atau jenjang SMA, pesantren atau sekolah asrama bisa menjadipilihan. Sekolah di lingkungan tersebut bisa melatih kemandirian dan mencegah anak terlibat pergaulan yang kurang baik di luar.

7 Diskusikan dengan anak

Ajak anak berdiskusi tentang sekolah yang akan dipilih. Sebab, bagaimanapun anak lah yang akan menjalani kehidupan di sekolah tersebut. Jadi, dia harus merasa nyaman terhadap setiap pilihan terkait dirinya sendiri.

Demikian tips memilih sekolah yang baik. Semoga bermanfaat. []

Referensi: Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah & Lebih Efektif/Karya: Wendi Zarman/Penerbit: Ruang Kata/Tahun: 2011

Hari AIDS Sedunia; Ajaran Islam dalam Pencegahan HIV/AIDS

Pada tanggal 1 Desember adalah merupakan momen peringatan hari AIDS sedunia, dimana peringatan ini dibuat adalah untuk meningkatkan kesadaran akan bahayanya penyakit HIV serta menghormati seseorang yang mengidap penyakit tersebut.

Menurut informasi yang beredar, hari AIDS sedunia terbentuk pada tahun 1988 setelah kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat. Konsep hari Aids sedunia berasal dari konferensi tingkat tinggi (KTT) menteri kesehatan sedunia pada tahun 1988 yang mempunyai tujuan menjalankan program pencegahan AIDS pada masyarakat sedunia.

Pada tahun 1996 peringatan hari AIDS sedunia diambil alih oleh PBB dengan tujuan edukasi dan pencegahan HIV/AIDS, terus berlanjut sampai tahun 2004.  Pada tahun ini kampanye AIDS sedunia terdaftar sebagai organisasi nirlaba di Belanda.

Peringatan ini penting direalisasikan mengingat HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sel darah putih dalam tubuh (limfosit) serta dapat mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Oleh karenanya, berbagai penyakit rentan memasuki tubuh dan sulit untuk disembuhkan.

Sementara AIDS atau Auquired Immune Deficiency Syndrome adalah aneka ragam penyakit yang timbul karena faktor turunnya gejala tubuh, fenomena ini merupakan gejala yang serius.

Beberapa pakar ilmuan, dokter, termasuk agamawan telah memberikan segenap upaya dalam rangka mencegah penyebaran HIV/AIDS ini. Hal ini memberikan kesan bahwa hendaknya kita semua bekerja sama dalam memberantas penyakit HIV ini, tanpa membedakan subjek maupun objek.

Menurut pakar agama islam, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah HIV dan AIDS ini, seseorang dapat mengetahuinya dengan mengikuti sunnah nabi serta menjadikannya sebagai pedoman. Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, menikah bagi yang sudah mampu. Artinya, dari pada melampiaskan hasrat seksual pada hal-hal yang diharamkan oleh syariat dengan cara berzina, hendaknya seseorang menikah saja. Apalagi orang tersebut adalah orang yang mampu finansial dan biologis untuk memberikan nafkah lahir batin sang istri.  Rasulullah bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Hai sekalian pemuda, barang siapa diantara kalian sudah memiliki kemampuan, segeralah menikah, karena menikah dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa belum sanggup menikah, berpuasalah, karena puasa akan menjadi benteng baginya”. (HR. Muttafaq Alaih)

Kedua, setia kepada pasangan. Faktor ini menjadi pertimbangan karena perilaku seks bebas adalah merupakan faktor yang paling dominan dalam penyebaran virus HIV, penularan ini terjadi melalui kontak secara langsung antara aliran darah dengan dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.

Timbulnya penyakit HIV ini bisa jadi adalah merupakan hikmah di balik pensyariatan larangan berzina, dengan kata lain ajaran agama islam koheren dengan ilmu kesehatan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang setia pada pasangan dalam rangka penanggulangan HIV ini serta tidak berzina yang pelarangannya sangat tegas dalam agama.

Ketiga, pendidikan seks bagi remaja. Dewasa ini untuk menemukan konten dewasa tidaklah sulit bagi remaja, sebab itu edukasi seksual penting bagi seorang remaja dalam rangka menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan, semisal kekerasan seksual, seks bebas, dan sebagainya.

Dalam kaidah fikih disebutkan bahwa Dar’u al-Mafashid Aula min Jalbi al-Mashalih, artinya menolak mafsadat lebih utama dari pada mendatangkan maslahat. Edukasi penting dalam rangka menolak mafsadat, yaitu penyebaran HIV.

Kaidah ini jika dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia secara gampang, yaitu sedia payung sebelum hujan.

Di pondok pesantren, khususnya di salafiyyah syafi’iyyah sukorejo situbondo, seorang guru, kiyai, ustadz, merealisasikan pendidikan seksual bagi para santrinya dengan memberikan pemahaman kandungan ayat yang menceritakan kisah Nabi Yusuf tatkala hendak diperkosa oleh Siti Zulaikha.

Kendati zulaikha adalah orang yang cantik sedang menggoda nabi Yusuf, namun ia tetap tidak berpengaruh.

Keempat, menghindari penggunaan narkoba. Infeksi HIV menyebar secara mudah bila orang memakai alat suntik secara bergantian dalam penggunaan narkoba. Penggunaan alat bergantian juga menularkan virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan penyakit gawat lain.

Darah yang terinfeksi terdapat pada semprit (insul) kemudian disuntikkan bersama dengan narkoba saat pengguna berikut memakai semprit tersebut. Ini adalah cara termudah untuk menularkan HIV karena darah yang terinfeksi langsung dimasukkan pada aliran darah orang lain. Dalam kaidah fikih disebutkan bahwa Dharar Yuzalu, artinya kemudharatan harus dienyahkan.

Kelima, memberikan bantuan pada penderita HIV/AIDS.Ajaran Islam adalah rahmatan lil alamin, dengan demikian kasih sayang dan keadilan harus merata kepada seluruh makhluk tanpa pandang bulu.

Penderita HIV adalah seseorang yang sedang butuh bantuan, seorang muslim wajib membantunya, mengarahkannya, serta memberikan keamanan. Dalam al-Qur’an surah at-Taubah ayat 6 disebutkan:

وَاِنْ اَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ اسْتَجَارَكَ فَاَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللّٰهِ ثُمَّ اَبْلِغْهُ مَأْمَنَهٗ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُوْنَ

“Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.”

Ayat di atas mengajak seseorang untuk memberi perlindungan pada orang musyrik, jika ia meminta perlindungan. Ini artinya, jika orang musyrik saja harus ditolong, apalagi dengan penderita HIV yang kondisinya sedang membutuhkan bantuan.

Demikian penjelasan mengenai beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi HIV dan AIDS. Segala daya dan upaya harus senantiasa ditegakkan dalam rangka mencegah penyebaran HIV serta mengurangi dampak negatifnya. Wallahua’lam.

BINCANG SYARIAH

Kisah Runtuhnya Keluarga Kaya

Surah al-Qalam sempat menceritakan secara detail tentang keluarga kaya pemilik kebun ashhaabul Jannah.Mujahid menyebutkan itu kebun anggur.Mereka bersepakat akan memetik hasil panennya sepagi mungkin sebelum orang-orang miskin datang sebagaimana biasanya untuk mengambil hak mereka Idz aqsammuu layshrimunnahaa mushbihiin. (QS 68: 17).

Kata aqsamuu maknanya kemauan yang kuat. Malam itu pada saat mereka tidur lelap, Allah langsung menghanguskan semua kebun tersebut, Fa thaafa `alaihaa thaaifun mirr rabbika wa hum naaimuun. (QS 68: 19).

Kebun itu menjadi hitam legam, Fa ashbahat kash shariim. (QS 68: 20).

Ini bukti bahwa kemauan yang kuat untuk berbuat jahat, sekalipun belum dilakukan adalah termasuk kemaksiatan. Karena itu Allah langsung menurunkan azab atas mereka. Rasulullah SAW bersabda:Iayyakum wal ma’aashii innal ‘abda layudznibudz dzanba fa yuhrim bihii rizqan qad kaan huyyia lahu (Jauhilah maksiat, sesungguhnya seorang hamba boleh jadi melakukan maksiat, dengannya rezeki yang sudah dipersiapkan baginya menjadi terhalang).” (HR Abu Hatim).

Seharusnya pemilik kebun itu bisa menuai hasil panennya.Namun, karena maksiat yang mereka perbuat dengan bersepakat untuk tidak berbagi kepada fakir miskin, kesepakatan bejat tersebut menghalangi hasil panennya.

Lalu, Allah menggambarkan secara dramatis bagaimana detik- detik hangusnya kebun tersebut.Pagi itu mereka segera saling membangunkan antarmereka supaya tidak terlambat menuju kebun, Fatanadau mushbihiin. (QS 68: 21). Itu mereka lakukan secara diam-diam, Fan thalaquu wa hum yatakhaafathuun. (QS 68: 23). Kata yatakhaafathuun menunjukkan makna ekstrarahasia. Tujuannya supaya tidak ada satupun orang miskin di sekitar mereka yang tahu, Allaa yadkhulannahal yauma `alaikum miskiin. (QS 68: 24).

Mereka yakin pagi itu akan berhasil menguasai hasil kebunnya, Wa ghadau `alaa hardin qaadirin. (QS 68: 25).

Setibanya mereka di kebun yang dituju, ternyata tidak ada sedikit pun dari hasil panen yang bisa mereka petik. Semuanya sudah menjadi tumpukan arang yang berserakan.Tadinya mereka sempat ragu, jangan-jangan ini bukan kebun mereka: Innaa ladhaallun (Kita salah jalan),” kata mereka. (QS 68: 26).

Namun, setelah mereka perhatikan ciri-cirinya, ternyata itu benar. Seketika mereka mengatakan bahwa hari itu mereka tidak ada hasil panen, Bal nahnu mahruumuun.” (QS 68: 27). Lalu mereka segera bertobat dan mengakui atas kesalahannya, Inna kunna hzaalimiin(kami telah berbuat lalim).” (QS 68: 29). Lalu dipertegas lagi, Innaa kunnaa thaahgiin(kami telah melampaui batas).” (QS 68: 31).

Pada saat yang sama, mereka berdoa semoga kebun yang rusak itu diganti oleh Allah dengan yang lebih baik, Asaa rabbuna ayyubdilanaa khairan minhaa.” (QS 68:32). Dr Az Zuhaily menjelaskan bahwa tobat dan doa mereka diterima, lalu Allah menggantinya dengan kebun yang lebih baik.

Diasuh oleh:Ustaz Dr Amir Faishol Fath, Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional & CEO Fath Institute

IHRAM

Sudah Benarkah Tawakal Kita?

Tawakal memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Bahkan, Allah kaitkan dengan ibadah sebagaimana di dalam firman-Nya,

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِۗ

“Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” (QS. Hud: 123)

Allah Ta’ala jadikan tawakal ini sebagai sebab untuk mendapatkan kecintaan-Nya. Ia berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

“Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. Al-Imran: 159)

Para rasul adalah orang terdepan dan pemimpin manusia dalam hal tawakal kepada Allah Ta’ala. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata,

رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal, hanya kepada Engkau kami bertobat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)

Nabi Syuaib ‘alaihissalam juga pernah berkata,

وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ

“Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.” (QS. Hud: 88)

Tawakal adalah kunci utama terwujudnya keinginan, harapan, dan impian. Karena Allah Ta’ala berjanji akan mencukupi mereka yang bertawakal kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.(QS. At-Talaq: 3)

Hakikat tawakal yang benar

Lalu, bagaimanakah tawakal yang benar itu?

Hakikat tawakal yang benar adalah dengan menjalankan sebab-sebab yang ada dengan tetap menyandarkan hati kepada Allah Ta’ala. Yakin bahwa segala sesuatu berada di bawah kehendak-Nya. Jika Allah berkehendak, maka akan Allah wujudkan dan kabulkan. Dan jika Allah tidak berkehendak, maka hal tersebut tidak akan terwujud dan tidak akan dikabulkan.

Mukmin yang benar, tidak akan memasrahkan urusannya secara total hanya kepada sebab saja (bekerja keras dan meyakini bahwa kesuksesannya hanya bisa diraih dengan kerja kerasnya sendiri) tanpa campur tangan Allah Ta’ala.

Mukmin yang benar juga tidak hanya berpangku kepada takdir Allah Ta’ala dan meremehkan usaha serta kerja keras. Mukmin yang benar memiliki sikap pertengahan dan bijaksana. Ia akan berusaha menjalani sebab-sebab yang ada, bekerja keras, lalu memasrahkan semua hasilnya kepada Allah Ta’ala.

Allah memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan menjalani langkah-langkah (sebab) yang ada. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman,

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ 

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS. Al-Anfal: 60)

Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik teladan dalam hal menjalankan sebab dan bertawakal kepada Allah Ta’ala. Keseimbangan dan sikap pertengahan beliau ini terlihat jelas dalam perjalanan hijrah beliau ke Madinah.

Lihatlah bagaimana sempurnanya rencana beliau? Bagaimana hati-hatinya beliau hingga keluar untuk menemui Abu Bakar di waktu yang tidak biasa agar manusia tidak melihatnya?

Bahkan, beliau menyewa orang yang ahli dan berpengalaman di dalam mengetahui peta jalan dan padang pasir untuk membantunya keluar dari kota Makkah, meskipun orang tersebut adalah seorang musyrik. Beliau rencanakan segala sesuatunya dengan cermat dan cerdik.

Semua itu beliau lakukan dengan kondisi yakin bahwa Allah Ta’ala akan menolongnya dan membantunya!

Bahkan, beliau juga pernah bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَىٰ اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rezeki (oleh Allah Ta’ala), sebagaimana seekor burung diberi rezeki. Ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164 dan Ahmad no. 205)

Burung yang notabene tidak memiliki akal saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kisahkan pergi di pagi hari dan pulang di sore hari untuk mendapatkan makanan. Lalu, bagaimana halnya dengan kita yang berakal?! Tentu saja berusaha dan mengambil sebab seharusnya sudah mengakar kuat pada diri kita.

Salah dan keliru bila ada yang mengira bahwa makna tawakal adalah berserah diri total kepada Allah Ta’ala, tanpa perlu berusaha dan mencari sebab untuk mencapai tujuan. Ingin sukses dan memiliki harta, namun yang ia lakukan hanya berdoa kepada Allah tanpa bekerja. Sungguh ini adalah anggapan yang keliru.

Buah manis bertawakal dengan benar

Tawakal yang benar akan menentramkan jiwa dan menstabilkan keadaan. Dengan rasa tawakal ini pula seorang mukmin bisa berlepas diri dari bergantung dan mengandalkan orang lain. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan,

وَمَا رَجَا أَحَدٌ مَخْلًوْقًا أَوْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ إِلَّا خَابَ ظَنُّهُ فِيْهِ

“Tidaklah seseorang itu berharap kepada makhluk atau menggantungkan dirinya kepadanya, kecuali ia akan kecewa kepadanya.” (Al-Fatawa, 10: 257)

Siapa yang memasrahkan seluruh urusannya kepada Allah Ta’ala, maka sungguh ia akan mendapatkan seluruh keinginannya.

Lihatlah bagaimana Nabi Zakaria ‘alaihissalam, meskipun ia telah mencapai usia yang sangat tua dan istrinya tervonis mandul, namun Allah berikan kepada mereka anak yang sangat mulia, anak yang kelak akan menjadi salah satu Nabi utusan Allah Ta’ala.

Lihat juga bagaimana ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di lembah tandus yang tidak ada air maupun tumbuhan apapun. Lalu, Allah takdirkan anaknya ini menjadi seorang nabi yang mulia, nabi yang sangat berbakti kepada kedua orangtuanya.

Sungguh semua itu, tidak lain karena besarnya tawakal mereka kepada Allah Ta’ala. Tingkat keimanan yang susah dijangkau oleh kita semua di masa sekarang. Imam Fudhail rahimahullah pernah mengatakan,

لَوْ يَئِسْتَ مِنَ الخَلْقِ لَا تُرِيْد مِنْهُمْ شَيْئًا لَأَعْطَاكَ مَوْلَاكَ كُلُّ مَا تُرِيْدُ

“Jika engkau berhenti berharap dari makhluk dan tidak menginginkan apapun dari mereka, maka Tuhanmu akan memberikanmu apapun yang engkau inginkan.”

Maka, gantungkanlah keinginanmu hanya kepada Allah Ta’ala, berharaplah kepada-Nya, serahkan seluruh urusanmu kepada-Nya, berhentilah terlalu mengharapkan sesuatu dari makhluk dan jangan bergantung kepada mereka.

Ketahuilah wahai saudaraku, jika pengharapan dan tawakal kita kepada Allah Ta’ala menguat, dan doa-doa yang kita panjatkan itu penuh dengan ketulusan dan keseriusan; maka sungguh harapan kita tak akan tertolak.

Allah Ta’ala berfirman,

اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْۤءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاۤءَ الْاَرْضِۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗقَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ

“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An-Naml: 62)

Wallahu a’lam bisshawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/81583-sudah-benarkah-tawakal-kita.html

5 Rahasia Shalat Shubuh

SHALAT shubuh menyimpan satu kekuatan yang luar biasa. Ada rahasia shalat shubuh yang menakjubkan.

Shalat shubuh adalah ibadah fardhu paling berat, dikarenakan, bayangkan, ketika tengah terlelap, kita dibangunkan untuk menunaikan panggilan Allah SWT.

Namun shalat shubuh juga menyimpan berbagai keutamaannya. Ada lima keutamaan jika kita menjaga shalat subuh ketika hidup.

1. Rahasia Shalat Shubuh: Jaminan masuk surga

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat Shubuh dan Ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari, no. 574 dan Muslim, no. 635).

2. Rahasia Shalat Shubuh:Tidak akan masuk neraka

Dari ‘Umaroh bin Ruwaibah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّ ى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا

“Tidaklah akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat Shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat Ashar).” (HR. Muslim, no. 634).

3. Rahasia Shalat Shubuh: Pembelaan dari Allah

Dari Jundab bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِى ذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَىْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ

“Barangsiapa yang shalat Shubuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim, no. 657).

4. Rahasia Shalat Shubuh: Disaksikan oleh para malaikat

Allah Ta’ala berfirman,

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra’: 78)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ ، يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ : اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ : (وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

“Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat Shubuh.” Abu Hurairah berkata, ‘Bacalah ketika itu sesukamu karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Lakukanlah shalat Shubuh karena sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)’” (HR. Bukhari, no. 4717 dan Muslim, no. 649).

5. Rahasia Shalat Shubuh: Berat bagi orang-orang munafik

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat Isya. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no. 657).

Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,

وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى

“Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas.” (QS. At-Taubah: 54). Akan tetapi, shalat Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena shalat Isya adalah waktu di mana orang-orang beristirahat, sedangkan waktu Shubuh adalah waktu nikmatnya tidur. (Fath Al-Bari, 2:141). []

ISLAMPOS