Layanan Haji Terus Meningkat dari Tahun ke Tahun? Ini Pengakuan Jamaah 

Jamaah haji merasakan perbaikan layanan dari tahun ke tahun

Oleh : Agung Sasongko, reporter Republika TV dari Madinah, Arab Saudi

Secara bertahap dan terjadwal, rombongan jamaah haji Indonesia gelombang kedua bakal tiba di Madinah. Selama di Madinah, mereka menempati sejumlah hotel di sekitar Kompleks Markaziyah atau Masjid Nabawi. 

Salah satunya, Kloter JKS 39 dan 40 yang tiba di Hotel Madinah Arjwan di Sektor IV.  Mereka tiba di hotel sekitar pukul 14.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Petugas sektor yang telah menunggu dengan sigap langsung membantu jamaah haji.  

Dedeli Ahmad Sadili,61, warga Bandung, Jawa Barat menilai, jika pelayanan haji tahun ini sudah banyak perbaikan dibandingkan sebelumnya. Dede yang pernah pergi haji pada 2010 menyebut, ada banyak perbaikan dalam pelayanan haji.  

“Makan, alhamdulillah baguslah. Kami dapat makan tiga kali pagi, siang, malam. Kalau dulu 2010 di Makkah enggak di kasih makan. Di Madinah dikasih dua kali habis Zuhur sama Maghrib. Sama sekali di Makkah enggak dikasih makan,” ujarnya, Senin (10/7/2023).

Untuk makan, kata Dede, jamaah masak sendiri. Meski kadangkala ada dermawan yang sedekah memberikan makan tapi hanya sesekali saja. “Saat di Arafah dan Mina jamaah juga dikasih makanan, cuma prasmanan. Kita nasinya ambil sendiri, kalau sekarang kan nasi boks. Kalau terlambat ya kehabisan,” ujarnya.  

Selain itu, pelayanan yang juga mengalami perbaikan adalah toilet. Dede membandingkan bagaimana ketersediaan toilet pada 2010 dengan 2023.  

“Alhamdulillah pelayanan sudah banyak perbaikan. Kalau dulu di Arafah 2010 kalau mau ke toilet antrenya sampai 20 orang di depan pintu. Kalau sekarang cuma tiga orang, jadi tidak terlalu lama. Alhamdulillah sekarang banyak peningkatan,” ucapnya.  

Begitu juga dengan pelayanan akomodasi di Mina. Menurut Dede, tempat tidur jamaah haji saat ini sudah lebih baik. “Kalau dulu tempat tidur cuma karpet saja, kalau sekarang kan pakai kasur. Tendanya permanen, kalau sekarang ada AC, kalau dulu cuma blower aja 

Di sisi lain, Dede mengaku cuaca di Arab Saudi pada 2010 itu sama dengan Jakarta sehingga bisa kapan pun ke Masjidilharam. Berbeda dengan saat ini cuaca sangat panas sehingga dirinya memutuskan untuk mengambil Nafar Awal.  

“Kalau dulu di Makkah saya tinggal di Bakhutmah dekat sekitar 1 Km ke Masjidilharam, kalau naik taksi cuma 2 riyal. Kalau sekarang di Mahbas Jin lebih jauh,” ucap penjual spare part mobil di Baleendah, Bandung Selatan ini. 

Kepala Sektor (Kasektor) IV M Soleh mengatakan, telah menyiapkan layanan untuk jamaah haji gelombang dua yang dari Makkah. “Alhamdulillah, ini kedatangan kloter pertama JKS 39 dan 40 di Sektor IV. Insya Allah kita kedatangan empat kloter, semua ditempatkan di hotel ini. Sejauh pengamatan kami tidak ada kendala,” ujarnya.  

M Soleh mengaku telah melakukan berbagai persiapan dan perbaikan pelayanan di antaranya, pelayanan lansia dengan menambah jumlah kursi roda dari semula 4 kursi roda menjadi 8 kursi roda. 

“Petugas lansia juga bertambah dari 8 sekarang menjadi 12 orang. Mudah-mudahan penambahan ini meningkatkan pelayanan kepada jamaah lansia khususnya,” ucapnya.    

IHRAM

Mengenal Thawaf Wada, Wajib Haji Sebelum Meninggalkan Makkah

Thawaf wada’ adalah thawaf yang dilakukan setelah melakukan seluruh manasik ketika akan meninggalkan kota Makkah. Thawaf ini gugur bagi wanita haidh.

Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

كِتَابُ اَلْحَجِّ

Kitab Haji

بَابُ صِفَةِ اَلْحَجِّ وَدُخُولِ مَكَّةَ

Bab Sifat Haji dan Masuk Makkah

Hukum Thawaf Wada’

Hadits #777

وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: { أُمِرَ اَلنَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرَ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ, إِلَّاأَنَّهُ خَفَّفَ عَنِ الْحَائِضِ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Orang-orang diperintahkan agar akhir dari ibadah haji mereka adalah thawaf di Baitullah, tetapi diberikan keringanan bagi wanita haidh.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1755 dan Muslim, no. 1328, 1327, 380].

Faedah hadits

  1. Hadits ini menjadi dalil wajibnya thawaf wada’ jika telah selesai dari manasik haji. Dalil wajibnya karena ada perintah dalam hadits dan ada kalimat diberikan keringanan, berarti perintahnya itu perintah yang muakkad (ditekankan).
  2. Thawaf wada’ termasuk dalam wajib haji.
  3. Menurut Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan, thawaf wada’ termasuk dalam wajib haji. Walaupun jika ditinggalkan tidaklah terkena dam karena tidak ada dalil khusus yang menunjukkan demikian. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa thawaf wada’ itu wajib, tetapi jika ditinggalkan, tidaklah terkena kewajiban apa pun. Yang meninggalkan thawaf wada’ berarti meninggalkan kewajiban sehingga terkena dosa, tanpa dikenakan dam.
  4. Thawaf wada’ hendaklah menjadi akhir dari manasik haji. Thawaf wada’ tidaklah boleh dilakukan melainkan setelah manasik sempurna seperti melempar jumrah pada hari tasyrik yang tiga.
  5. Tidaklah masalah menunggu setelah thawaf wada’ untuk persiapan safar, menunggu rombongan, berpamitan, menyiapkan kendaraan, yang penting bukan memilih untuk menetap lagi setelah itu.
  6. Wanita haidh termasuk mendapat uzur meninggalkan thawaf wada’ karena wanita haidh tidaklah diperkenankan untuk shalat dan thawaf. Jika wanita haidh tidak thawaf wada’, maka tidaklah kena kewajiban apa pun. Wanita haidh pun tidaklah mesti menunggu hingga suci.
  7. Jika wanita haidh pergi tanpa menunaikan thawaf wada’, lalu ia suci sebelum meninggalkan bangunan kota Makkah, maka wanita tersebut hendaklah mandi, lalu kembali untuk melakukan thawaf wada’. Inilah pendapat jumhur atau mayoritas ulama. Jika wanita haidh telah meninggalkan bangunan kota Makkah, barulah suci, ia tidaklah perlu kembali.
  8. Ada ulama yang mengatakan bahwa thawaf wada’ itu bagian dari manasik, ada pula yang menyatakan bukan bagian dari manasik.
  9. Ibnu Rusyd menukil adanya ijmak (kata sepakat ulama) bahwa thawaf wada’ tidaklah berlaku bagi orang yang berumrah. Orang yang berumrah cukup melakukan thawaf qudum (thawaf kedatangan), yaitu thawaf umrah. Lihat Bidayah Al-Mujtahid, 2:266.

Baca juga:

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 5:357-360.

Diselesaikan di Hotel Maya Palace Ka’kiyyah Makkah, 17 Dzulhijjah 1444 H, 4 Juli 2023

Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/37122-mengenal-thawaf-wada-wajib-haji-sebelum-meninggalkan-makkah.html

Selain Manasik Haji Tamattu’, Ada juga Manasik Haji Qiran, Apa Perbedaan Keduanya?

Selain ada manasik haji tamattu’, ada juga manasik haji qiran. Apa perbedaan di antara keduanya?

Manasik haji qiran adalah berihram dengan niatan haji dan umrah di mana haji dan umrah digabungkan pada bulan-bulan haji, kemudian melakukan amalan haji secara sempurna, ia memasukkan amalan umrah pada amalan haji, cukup dengan sekali thawaf dan sai untuk haji. Namun, untuk haji qiran wajib ada penyembelihan hadyu (menurut madzhab Syafii disebut dengan dam) karena diqiyaskan dengan haji tamattu’, bahkan haji qiran lebih pantas kena dam ini (menurut kalangan Syafiiyah).

Seperti kita ketahui sebelumnya ada tiga jenis manasik.

  1. Tamattu’: berniat ihram untuk umrah dari miqat pada bulan haji dengan niatan LABBAIK ‘UMROTAN, lalu tahallul, kemudian berniat haji pada delapan Dzulhijjah dengan niatan LABBAIK HAJJAN.
  2. Qiran: berniat ihram untuk umrah dan haji sekaligus dari miqat. Niatannya adalah LABBAIK ‘UMROTAN WA HAJJAN.
  3. Ifrad: berniat ihram untuk haji saja dari miqat. Niatannya adalah LABBAIK HAJJAN. Setelah berhaji, barulah berihram.

Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

كِتَابُ اَلْحَجِّ

Kitab Haji

بَابُ صِفَةِ اَلْحَجِّ وَدُخُولِ مَكَّةَ

Bab Sifat Haji dan Masuk Makkah

Hadits #773

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ ( قَالَ لَهَا: { طَوَافُكِ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ اَلصَّفَا وَاَلْمَرْوَةِ يَكْفِيكَ لِحَجِّكِ وَعُمْرَتِكِ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya, “Thawafmu di Baitullah dan saimu antara Shafa dan Marwa telah cukup bagimu untuk haji dan umrahmu.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 1211, 133]

Faedah hadits

  1. Hadits ini menjadi dalil untuk yang memiliki manasik haji qiran, haji dan umrahnya cukup dengan satu kali thawaf dan satu kali sai. Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Yang memilih pendapat ini adalah Imam Syafii, Imam Ahmad, dan Ishaq. 
  2. Para ulama berselisih pendapat untuk haji tamattu’, apakah cukup dengan sekali sai saja. Yang tepat, tetap ada dua sai yaitu sai untuk umrahnya dan sai untuk hajinya. 
  3. Urutan pelaksanaan manasik haji dengan qiran: (1) ihram dengan niat, (2) thawaf qudum, (3) sai haji, (4) tetap berihram, (5) ke Mina di hari Tarwiyah, (6) pergi ke Arafah lalu wukuf, (7) menuju Muzdalifah lalu mabit, (8) menuju Mina pada hari Nahr (10 Dzulhijjah) untuk melempar jumrah ‘Aqabah, (9) menyembelih hadyu, (10) halq atau taqshir (cukur botak atau memendekkan rambut, sudah tahallul awa), (11) thawaf ifadhah, (12) melempar jumrah Ula, Wustha, dan ‘Aqabah pada hari tasyrik, (13) thawaf wada’.
  4. Bedanya dengan urutan pelaksanaan manasik haji dengan tamattu’: (1) ihram dengan niat, (2) thawaf umrah, (3) sai umrah, (4) tahallul untuk umrah dengan halq atau taqshir, sudah boleh melakukan larangan ihram, (5) ihram untuk haji lalu menuju Mina di hari Tarwiyah, (6) pergi ke Arafah lalu wukuf, (7) menuju Muzdalifah lalu mabit, (8) menuju Mina pada hari Nahr (10 Dzulhijjah) untuk melempar jumrah ‘Aqabah, (9) menyembelih hadyu, (10) halq atau taqshir (cukur botak atau memendekkan rambut, sudah tahallul awa), (11) thawaf ifadhah, (12) sai haji, (13) melempar jumrah Ula, Wustha, dan ‘Aqabah pada hari tasyrik, (14) thawaf wada’.

Baca juga: Penjelasan Dalil Haji Tamattu’ dan Qiran, serta Konsekuensinya dan Manakah yang Lebih Afdal

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 5:349-352.
  • Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 2:697-698.

Diselesaikan di Pondok Pesantren Darush Sholihin, 22 Dzulhijjah 1444 H, 11 Juli 2023

Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/37142-selain-manasik-haji-tamattu-ada-juga-manasik-haji-qiran-apa-perbedaan-keduanya.html

Kaum yang Gagal Mengejar Syafaat

Bismillah

Imam Bukhari rahimahullah menuturkan, Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepada kami, dia berkata, Sulaiman menuturkan kepadaku, dari Amr bin Abi Amr, dari Sa’id bin Abi Sa’id Al-Maqburi, dari Abu Hurairah, beliau berkata, “Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’at Anda pada hari kiamat kelak?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Sungguh aku telah mengira, wahai Abu Hurairah, bahwasanya tidak ada seorang pun yang akan menanyakan masalah hadis ini sebelum engkau. Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas dari hati atau jiwanya.” (lihat Shahih Al-Bukhari bersama Fath Al-Bari tahqiq Syaibatul Hamd, 1: 233)

Di antara faedah hadis di atas adalah menunjukkan keutamaan yang ada pada diri Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu. Hadis ini juga menunjukkan besarnya keutamaan bersemangat dalam menimba ilmu syari’at. Demikian makna keterangan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah. (lihat Fath Al-Bari tahqiq Syaibatul Hamd, 1: 233)

Di dalam hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ‘Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaha illallah.’ Kata-kata ini mengandung makna bahwa orang musyrik (kafir) tidak termasuk di dalamnya. Adapun kata-kata ‘dengan ikhlas’, maka di dalamnya terkandung faedah bahwa orang munafik tidak termasuk kategori orang yang akan meraih janji dan keutamaan yang disebutkan di dalam hadis ini. (lihat Fath Al-Bari tahqiq Syaibatul Hamd, 1: 234)

Ibnu Baththal rahimahullah berkata, “Di antara pelajaran yang bisa dipetik dari hadis ini adalah bahwasanya orang-orang yang akan memperoleh syafa’at adalah kaum yang ikhlas (bertauhid) saja. Mereka adalah orang-orang yang membenarkan keesaan Allah dan beriman kepada para rasul-Nya, sebagaimana ditunjukkan oleh sabda beliau ‘alaihis salam, ‘ikhlas dari hati atau jiwanya.’” (lihat Syarh Shahih Al-Bukhari Li Ibni Baththal, 1: 176)

Salah menempuh jalan

Allah berfirman,

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ 

“Orang-orang yang menjadikan selain-Nya sebagai penolong (sesembahan), mereka itu mengatakan, ‘Tidaklah kami beribadah kepada mereka itu, melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah pasti memberikan keputusan di antara mereka dalam apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang pendusta lagi sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3)

Syekh Ibnu Baz rahimahullah menjelaskan, “Maknanya adalah bahwa mereka tidaklah beribadah kepada nabi-nabi dan orang-orang saleh, kecuali supaya mereka itu mendekatkan dirinya kepada Allah sedekat-dekatnya.” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Ibnu Baz, hal. 16)

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Allah telah menyebut mereka di dalam ayat ini dengan sebutan para pendusta dan kafir. Maka, ini menunjukkan bahwa ibadah yang mereka lakukan kepada sesembahan-sesembahan itu dengan alasan untuk mencari kedekatan diri adalah suatu kekafiran dan kemurtadan, meskipun mereka tidak mengatakan bahwa sesembahan-sesembahan itu bisa mencipta dan memberikan rezeki…” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Ibnu Baz, hal. 16)

Kejadian semacam ini pun banyak menimpa pengikut tarekat sufi. Syekh Shalih As-Suhaimi hafizhahullah berkata, “Sebagian thaghut pemilik tarekat menanamkan di dalam benak pikiran pengikut-pengikutnya bahwa barangsiapa yang tidak memiliki syekh/guru yang menjadi perantara antara dirinya dengan Allah, maka amalnya tidak akan sampai kepada Allah. Mereka juga mengatakan, ‘Barangsiapa yang tidak punya syekh/guru tarekat, maka gurunya adalah setan.’ Maka, kita katakan kepadanya, ‘Barangsiapa yang mengangkat syekh, lalu dia menujukan ibadah kepadanya sehingga menjadi sekutu (tandingan) bagi Allah, dia menjadikannya sebagai perantara (antara dirinya dengan Allah), dia meminta diberi syafa’at dengan perantaranya, bernazar kepadanya, atau menyembelih untuk dipersembahkan kepadanya, maka orang seperti inilah yang gurunya adalah setan.” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ oleh Syekh Shalih bin Sa’ad As-Suhaimi, hal. 11)

Syekh Muhammad Raslan hafizhahullah berkata, “Maka, orang-orang musyrik yang disebut oleh Allah sebagai kaum musyrikin, dan Allah tetapkan bahwa mereka dihukum kekal di neraka, mereka tidak mempersekutukan Allah dalam hal rububiyah. Sesungguhnya mereka itu hanyalah berbuat syirik dalam hal uluhiyah. Mereka sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa sesembahan-sesembahan mereka itu adalah sesembahan yang mandiri atau berdiri sendiri. Mereka mengatakan bahwa ‘sesembahan itu semua hanya akan menjadi sarana (perantara) bagi kami untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi penghubung antara kami dengan Allah.’…” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ oleh Syekh Raslan, hal. 18)

Allah berfirman,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

“Mereka itu beribadah kepada selain Allah, sesuatu yang tidak mendatangkan marabahaya maupun manfaat bagi mereka, dan mereka mengatakan, ‘Mereka ini adalah pemberi syafa’at bagi kami di sisi Allah.’.” (QS. Yunus: 18)

Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah menafsirkan, “Maksudnya adalah mereka itu biasa beribadah kepada mereka (sesembahan selain Allah) dengan harapan untuk bisa mendapatkan syafaatnya di sisi Allah.” (Tafsir Ath-Thabari, sumber: http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura10-aya18.html)

Kedua ayat di atas mengandung pelajaran bahwa banyak orang berbuat syirik dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan syafa’at di sisi-Nya. Tidaklah diragukan bahwa mendekatkan diri kepada Allah adalah perkara yang terpuji apabila hal itu dilakukan dengan cara-cara yang Allah ridai. Adapun mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembah selain Allah, maka hal ini justru membuat pelakunya dimurkai oleh Allah.

Begitu pula mendapatkan syafa’at adalah keinginan yang terpuji. Akan tetapi, syafa’at tidak akan diberikan, kecuali bagi orang yang bertauhid. Oleh sebab itu, orang yang berdoa kepada selain Allah tidak akan mendapatkan syafa’at itu karena dia telah berbuat syirik kepada-Nya.

Ibadah adalah hak Allah semata. Tidak boleh menujukan ibadah (apakah itu doa, istighotsah, nazar, sembelihan, dsb) kepada selain Allah. Allah berfirman,

وَأَنَّ ٱلۡمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدۡعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدࣰا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/berdoa bersama dengan Allah ada (sesembahan) yang lain, siapa pun ia.” (QS. Al-Jin: 18)

Maka, tidak boleh berdoa kepada penghuni kubur, wali yang sudah mati, jin atau nabi dengan alasan untuk menjadikan mereka sebagai perantara dalam beribadah kepada Allah atau untuk mendapatkan syafa’at. Ini adalah alasan-alasan yang tertolak di dalam Islam.

Hukum berdoa kepada selain Allah

Syekh Faishal Al-Jasim hafizhahullah menyebutkan 3 keadaan di mana berdoa kepada selain Allah itu dihukumi termasuk perbuatan syirik :

Pertama, apabila dia berdoa (meminta) kepada makhluk sesuatu yang tidak dikuasai, kecuali oleh Allah, seperti memberi petunjuk ke dalam hati, mengampuni dosa, memberikan keturunan, menurunkan hujan, dsb.

Kedua, apabila dia berdoa kepada orang yang sudah meninggal dan meminta kepadanya.

Ketiga, apabila dia berdoa kepada orang yang gaib (tidak hadir) dan tidak berhubungan dengannya dengan sarana telekomunikasi. Karena tidak ada yang bisa meliputi semua suara, kecuali Allah. Tidak ada yang bisa membebaskan dari kesulitan dari jarak jauh, kecuali Allah. Karena hanya Allah yang mampu mendengar semua suara dari mana pun datangnya. (lihat penjelasan beliau dalam Tajrid At-Tauhid min Daranisy Syirki, hal. 24-26)

Demikian sedikit catatan yang bisa kami sajikan, tentunya dengan taufik dari Allah semata. Semoga bermanfaat bagi kita untuk menjauhkan diri dari syirik dan kekafiran. Wallahul musta’aan.

Alhamdulillah selesai disusun ulang di markas YPIA.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Jangan Lupa Bersyukur

Jika belum pernah sakit, kita tidak akan pernah merasakan nikmatnya sehat. Jika belum menderita, kita tidak akan pernah mensyukuri hidup yang serba ada. Jika tidak pernah merasakan lapar, kita terkadang tidak bisa menghargai nikmatnya kenyang.

Jangan pernah bersyukur ketika lepas dari suatu masalah. Namun, kita hendaknya selalu bersyukur ketika tidak mendapati masalah. Artinya, setiap hari seharusnya kita selalu membiasakan bersyukur atas nikmat Tuhan yang tiada batas di dunia ini.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim : 7).

Kenapa Allah menegaskan akan menambah nikmat? Karena sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari itu adalah nikmat Allah. Dari udara, makan, sinar matahari, hingga ketiadaan masalah dan musibah adalah nikmat. Jika kita menyadari dan bersyukur atas kondisi itu, Allah akan menambah nikmat.

Kondisi normal seringkali kita anggap ketiadaan nikmat. Tidak sakit, tidak punya hutang, tidak ada musibah dan hidup berjalan normal sering dianggap bukan nikmat. Itulah yang terkadang membuat kita lupa dan mengingkari nikmat-nikmat itu.

Allah berfirman : Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS : An-Nahl : 18).

Kita baru sadar ketika mendapati hal yang tidak normal dalam hidup. Ketika sakit, kita memohon nikmat sembuh, ketika lapar kita memohon nikmat kenyang, ketika terkena musibah kita berdoa menghilangkan musibah.

Di situasi apa kita akan refleks dan secara spontan ingat Tuhan? Di suatu yang kita anggap ekstrem sangat merugikan atau ketika ada kondisi mendadak yang mengagetkan dan menyakitkan.

Ketika pada batas sakit, sedih dan menderita, kita baru merengek : Ya Allah. Baru pada saat itu kita merasa lemah dan tidak berdaya. Seolah sebelumnya kita perkasa dan tidak membutuhkan Tuhan, bahkan tidak pernah ingat adanya Tuhan.

Terkadang kita masih masih mengeluh kenapa saat musibah dan sangat membutuhkan doa kita tidak terkabul, padahal Allah telah berjanji akan mendengar dan menerima doa hambanya. Lalu kita menyitir ayat menyindir Tuhan :  “berdoalah kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkannya.

Namun, kita sudah lupa untuk membaca secara lengkap ayat tersebut. “berdoalah kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkannya. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahku, akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina”. (Q.S Al-Mu’min : 60).

Kenapa doa kita tidak terkabul? Jangan-jangan kita terlalu merasa sombong saat tidak ada masalah. Kita lupa ketika Bahagia dan bersuka cita. Kita hanya ingat Allah ketika berduka dan menderita. Lalu, apakah kita mengeluh karena Allah melupakan dan tidak menerima doa kita?

Dalam ayat lain Allah menegaskan : Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku (QS : Al Baqarah : 152).

Bagaimana Allah akan mengingat kita ketika dalam kondisi terjatuh, saat bangun gagah kita tidak pernah mengingatNya. Bahkan, terkadang kita ingkar atas semua yang diberikan Tuhan dan merasa nikmat yang didapat selama ini karena jerih payah kita. Ketika hanya diguncang sedikit saja, tiadalah diri kita sebenarnya benar-benar mandiri dan tidak tergantung.

Karena itulah, patut selalu kita bersyukur dalam kondisi apapun. Dalam kondisi normal, mendapatkan kebahagiaan bahkan dalam keadaan berduka cita, kita sepatutnya bersyukur. Selalu ada hikmah di balik cerita suka dan duka yang diberikan Tuhan.

Bukankah kebahagiaan itu bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi bagaimana cara kita menikmati?

ISLAMKAFFAH

10 Malaikat yang Wajib Diketahui Beserta Tugasnya

MALAIKAT terbuat dari cahaya atau “nur” sedangkan jin berasal dari api atau “nar”. Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggoda manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani mereka di neraka.

Malaikat tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT. Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama berbuat kebajikan, sedangkan syetan dan iblis akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir.

Maka berikut ini tugas-tugas malaikat yang wajib di ketahui oleh setiap muslim:

1. Malaikat Jibril tugasnya adalah menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan Rasul.

2. Malaikat Mikail tugasnya adalah memberi rizki / rejeki pada manusia.

3. Malaikat Israfil tugasnya adalah meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat.

4. Malaikat Izrail tugasnya adalah mencabut nyawa makhluk hidup.

5. Malikat Munkar tugasnya adalah menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur.

6. Malaikat Nakir tugasnya adalah menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.

7. Malaikat Raqib / Rokib tugasnya adalah mencatat segala amal baik manusia ketika hidup.

8. Malaikat Atid / Atit tugasnya adalah mencatat segala perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.

9. Malaikat Malik tugasnya adalah untuk menjaga pintu neraka.

10. Malaikat Ridwan tugasnya adalah menjaga pintu sorga / surga.

Malaikat merupakan makhluk Allah yang tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT. Beda Malaikat dengan manusia adalah, kalau Malaikat tidak diberi nafsu oleh Allah sedangkan manusia diberi nafsu, maka dengan itu manusia diberi Allah kelebihan.

Bahkan apabila manusia bisa mengendalikan nafsunya maka manusia bisa lebih mulia dari pada Malaikat karena Allah menciptakan Malaikat tanpa nafsu sehingga terhindar dari segala dosa.

Akan tetapi apabila manusia tidak bisa mengendalikan nafsunya maka manusia bisa lebih hina daripada binatang, karena binatang diciptakan Allah tidak diberi pikiran. Wallahu’alam. []

SUMBER: DINULISLAMI.BLOGSPOT

ISLAMPOS

Gerakan Indonesia Beradab Menolak Penyelenggaraan Pekan LGBT Asia di Jakarta

Gerakan Indonesia Beradab (GIB) menolak rencana diselenggarakanya aktivitas LGBT di Jakarta. Sebelumnya beredar kabar akan diselenggarakannya acara ASEAN QUEER ADVOCACY WEEK yang konon akan dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juli 2023 ini.

“Maka, atas rencana akan diselenggarakannya aktivitas ASEAN QUEER ADVOCACY WEEK oleh ASEAN SOGIE Caucus bekerjasama dengan Arus Pelangi dan FORUM ASIA pada tanggal 17-21 Juli 2023 di Jakarta, maka kami, Gerakan Indonesia Beradab, yang menghimpun 206 organisasi kemasyarakatan di Indonesia, menyatakan secara terbuka dan tegas bahwa kami MENOLAK SEPENUHNYA RENCANA TERSEBUT, baik sebagian atau seluruhnya, diselenggarakan secara terbuka atau tertutup, termasuk segala aktivitas yang semakna serta setujuan dengannya,” demikian disampaikan  Ketua Presidium Gerakan Indonesia Beradab Dr. Bagus Riyono, M.A., dalam pernyataan yang diterima redaksi hari Senin (10/7/2023).

GIB yang keanggotaan banyak didominasi psikolog, cendekiawan dan tokoh agama ini mengatakan Allah telah menciptakan segalanya berpasang-pasangan.  Karena penyelenggaraan acara yang mendorong pria-wanita menolak proses dan sunnah perkembangbiakan yang telah dianjurkan Tuhan harus ditolak dan bertentangan dengan ideology NKRI.

“Segala aktivitas –baik individual maupun kolektif, sporadis maupun terorganisir—yang bertentangan dengannya adalah perbuatan melanggar hukum, moral dan ideologis di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, di media social beredar kabar penyelenggaraan ASEAN Queer Advocacy Week (AAW) di Jakarta yang akan diselenggarakan pada 17 Juli sampai 21 Juli 2023.

Namun Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) Teuku Faizasyah kepada Republika Online mengatakan acara tersebut tidak terkait dengan rangkaian acara Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

“Saya tidak tahu statusnya. Yang pasti tidak terkait dengan rangkaian ASEAN di Jakarta dan Kemlu,” ujar juru bicara Kemlu RI.

Menurut Faiz, ASEAN SOGIE Caucus memiliki nama resmi Southeast Asia Sexual Orientation and Gender Identity and Expression Caucus. Organisasi tersebut berbadan hukum di Filipina. “Bukan entitas resmi ASEAN,” ujarnya.

Penyelenggara acara yang bekerja sama dengan komunitas Arus Pelangi ini pun tidak diketahui oleh Kemlu RI. “Saya tidak ada informasi,” ujar Faiz kepada Republika. Sebelumnya, dalam unggahan Instagram yang kini telah dihapus, akun @aseansoegicaucus mengumumkan penyelenggaraan acara AAW. “Apakah kalian aktivis queer yang berbasis di Malaysia, Thailand, Laos, Singapura dan negara lain di Asia Tenggara? Mari bergabung bersama kami dalam ASEAN Queer Advocacy Week (AAW) Juli ini,” kata keterangan akun tersebut dikutip Republika.*

HIDAYATULLAH

Jelang Bulan Muharram, Ini Amalan  Sunnah 1 Muharram

Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam hitungan tahun Islam. Oleh karenanya usai kita melaksanakan ibadah qurban, maka tak lama lagi kita akan segera memasuki bulan Muharram. Nah berikut amalan sunnah 1 Muharram. 

Dalam Islam, Muharram bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Bulan Muharram juga merupakan salah satu bulan mulia Asyhurul Hurum. Bulan Muharram disebut juga bulan Allah, Syahrullah karena terdapat amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. 

Tradisi Muslim Jelang Muharram

Nah biasanya jelang perayaan Tahun Baru Islam, umat muslim memiliki sejumlah tradisi yang dilakukan bersama keluarga. Selain pawai obor dan mengaji bersama, ternyata ada banyak sekali amalan yang bisa dilakukan untuk menyambut datangnya tahun baru Islam. 

Para ulama telah membagi jenis-jenis amalan yang harus diperbanyak di bulan Muharram menjadi kurang lebih 12 amalan seperti melakukan shalat sunnah, berpuasa, menyambung silaturahim, bersedekah. 

Pun juga dianjurkan mandi atau mensucikan diri, memakai celak mata, berziarah kepada ulama (baik yang hidup maupun yang meninggal), menjenguk orang sakit, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, mengusap kepala anak yatim, membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.

Sunnah Berpuasa

Amalan sunnah yang paling utama di bulan muharram ialah puasa. Kesunnahan puasa di bulan Muharram didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah:

 جاء رجل إلى النبي ضلى الله عليه وسلم فقال: أي الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ قال:  شهر الله الذي تدعونه المحرم  

Artinya : “Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram,”

Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut.

 أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم 

Artinya : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharram.”

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi mengatakan, hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa Muharram. Al-Qurthubi, seperti yang dikutip As-Suyuthi dalam Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim menjelaskan:

 إنما كان صوم المحرم أفضل الصيام من أجل أنه أول السنة المستأنفة فكان استفتاحها بالصوم الذي هو أفضل الأعمال 

Artinya : “Puasa Muharram lebih utama dikarenakan awal tahun. Alangkah baiknya mengawali tahun baru dengan berpuasa, sebab puasa termasuk amalan yang paling utama.”

Memperbanyak puasa di bulan Muharram disunnahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru. Seyogianya tahun baru dihiasi dengan amal saleh dan puasa termasuk amalan yang paling utama.

Tentu harapannya, di bulan selanjutnya, menjalankan ibadah puasa sunnah ini tetap dilakukan dan tidak berhenti sampai akhir bulan Muharram. Selain awal tahun, dalam banyak hadits juga disebutkan bahwa tanggal 10 Muharram dianjurkan untuk berpuasa. 

Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun

Selain melakukan amalan-amalan yang telah disebutkan, ada amalan yang penting juga untuk dilakukan, yaitu membaca doa akhir dan awal tahun.

Membaca doa akhir tahun dibaca tiga kali ba’da Maghrib di hari terakhir bulan Dzulhijjah. Pembacaan ini diawali dengan membaca surat Yasin sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan doa dibawah ini:

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Allahumma ma amiltu min ‘amalin fi hadzihis sanati ma nahatani anhu walam atub minhu wa halamtu fiha alayya fiha bifadhlika ba’da qudratika ala ‘uqubati wa da’autani ilat taubati min ba’di jara’ati ala ma’shiyatika fa innis taghfartuka faghfirli wa ma amiltu fiha mimma tardho wa wa’adtani alahits tsawaba fas aluka an tataqabbala minni wala taqhta’ rajai minka ya karim.”

Artinya: “Wahai Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. 

Wahai Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhoi di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus, Kanzun Najah Was Surur Fi Ad’iyyah Al-Ma’tsur Al-Lati Tasyrah As-Shudur, hal: 298-299).

Menurut Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus dalam kitabnya yaitu Kanzun Najah Was Surur pada hari Asyura’ kita dianjurkan untuk membaca dzikir;

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ, نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْر 

hasbunallahu wa ni’ma al wakil, ni’ma al maula wa ni’ma an nashir

Sebanyak 70 kali pada waktu ba’da Maghrib. Setelah itu dilanjutkan membaca doa di bawah ini sebanyak tujuh kali,

بسم الله الرحمن الرحيم. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ, لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللهِ إِلَّاَ إِلَيْهِ, سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَآمَّاتِ كُلِّهَا, نَسْأَلُكَ السَّلَا مَةَ كُلَّهَا بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلّاَ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ, نِعمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Demikian penjelasan terkait jelang bulan Muharram, ini amalan sunnah 1 Muharram.Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Jamaah Haji Indonesia Gelombang Dua Mulai Masuki Terminal Hijrah

Terminal hijrah jadi titik awal pemantauan jamaah haji memasuki Madinah.

Di tengah teriknya matahari siang, dengan cuaca 42 derajat celsius mulai berdatangan jamaah haji Indonesia gelombang kedua ke terminal hijrah yang merupakan fase yang harus dilalui untuk check point kelengkapan dokumen jamaah haji seperti pasport, Senin (10/07/2023).

Terminal Hijrah berjarak 20 kilometer dari Kota Madinah. Terminal hijrah ini akan menjadi titik awal pemantauan jamaah haji Indonesia gelombang dua sebelum masuk ke Madinah.

“Hari ini merupakan hari pertama kita jaga di terminal hijrah, ya jelas pengalaman baru sehingga kami juga harus menyesuaikan dengan ritme pekerjaan yang harus kita lakukan di terminal hijrah biar efektif dan profesional,” ujar dr H Tejo Katon, petugas PPIH Arab saudi Daker Madinah sektor Bir Ali dan terminal hijrah.

Tejo Katon menyampaikan bahwa setelah bus tiba di Terminal Hijrah, maka sopir bus akan menyerahkan paspor jamaah haji yang telah dikumpulkan ke maktab di loket-loket. Selanjutnya maktab akan memvalidasi dan mengeluarkan tasreh surat jalan.

“Petugas PPIH sektor Terminal Hijrah bertugas memantau pergerakan dan kedatangan bus, serta melakukan cek list. Petugas juga harus melaporkan ke Madinah mengenai bus yang sudah tiba di Terminal Hijrah agar sektor yang menjadi hotel pemondokkan jamaah haji siap-siap, dan hari ini Senin (10/07/2023) ada 20 kloter dengan 210 bus yang masuk terminal hijrah,” lanjut dr H Tejo Katon.

Sementara itu, Kepala Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah Aruji Mawastu mengatakan sebanyak 15 petugas akan ditempatkan di Terminal Hijrah setiap harinya. Mereka akan bertugas mulai pukul 11.00 hingga 01.00 waktu Arab Saudi (WAS). Hal ini dilakukan mengingat pemberangkatan bus jamaah biasanya dimulai pada pukul 06.00 WAS pagi.

“Kami akan membagi dua shift. Untuk shift pertama bertugas mulai pukul 11 siang sampai pukul 01.00 WAS dini hari. Tergantung kedatangan bus juga. Tugas kami memastikan seluruh bus dan jamaah tiba di Terminal Hijrah. Sedangkan shift kedua bertugas keesokan harinya dengan waktu yang sama,” kata dia.

Aruji menyebut pada hari pertama yakni 10 Juli nanti sebanyak 18 kloter jamaah haji akan diberangkatkan dari Makkah ke Terminal Hijrah. “Biasanya bus diberangkatkan dari Makkah mulai pukul 06.00 pagi. Perjalanan dari Makkah yang memakan waktu 6 sampai 7 jam diperkirakan pukul 11.00 hingga 13.00 WAS bus tiba di Terminal Hijrah. Sedangkan pada sore hari keberangkatan terakhir pukul 18.00 dan tiba di Terminal Hijrah bisa pukul 23.00 hingga 02.00 dini hari,” kata dia.

IHRAM

Mari Memperbanyak Tobat

Bismillah.

Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ’anhu menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله تعالى يَبْسُطُ يدَه بالليلِ ليتوبَ مسيءُ النَّهارِ، ويَبْسُطُ يدَه بالنَّهارِ ليتوبَ مسيءُ الليلِ، حتى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam, agar orang yang berbuat dosa di siang hari segera bertobat. Dan Allah bentangkan tangan-Nya di waktu siang, agar orang yang berbuat dosa di waktu malam hari segera bertobat. Sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya.” (HR. Muslim)

Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

للَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ، سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلاَةٍ

Sungguh, Allah sangat-sangat bergembira terhadap tobat salah seorang di antara kalian jauh melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian di saat ia berhasil menemukan kembali ontanya yang telah menghilang.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع

Cukuplah dianggap berdosa jika seseorang senantiasa menceritakan segala sesuatu yang didengarnya.” (lihat Az-Zuhd Li Ibni Abi ‘Ashim, hal. 45)

Pada suatu ketika, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anhu berwasiat kepada putranya, Abdurrahman. Beliau berkata, “Wahai putraku, aku wasiatkan kepadamu untuk selalu bertakwa kepada Allah. Kendalikanlah lisanmu. Tangisilah dosa-dosamu. Hendaknya rumahmu cukup terasa luas bagimu.” (lihat Az-Zuhd Li Ibni Abi ‘Ashim, hal. 30)

Sebagian tabi’in mengatakan, “Barangsiapa yang banyak dosanya, hendaklah dia suka memberikan minum. Apabila dosa-dosa orang yang memberikan minum kepada seekor anjing bisa terampuni, maka bagaimana menurut kalian mengenai orang yang memberikan minum kepada seorang beriman lagi bertauhid sehingga hal itu membuatnya tetap bertahan hidup!” (lihat Syarh Shahih Al-Adab Al-Mufrad, 1: 500)

Waki’ rahimahullah berpesan, “Mintalah pertolongan (kepada Allah) untuk menguatkan hafalan dengan mempersedikit dosa.” (lihat Muqaddimah Az-Zuhd, hal. 91)

Masruq rahimahullah berkata, “Semestinya seorang memiliki kesempatan-kesempatan khusus untuk menyendiri, lalu mengingat-ingat dosanya dan memohon ampunan kepada Allah atasnya.” (lihat Min A’lam As-Salaf, 1: 23)

Muhammad bin Wasi’ rahimahullah berkata, “Seandainya dosa itu memiliki bau (tidak sedap), maka niscaya tidak ada seorang pun yang sanggup untuk duduk bersamaku.” (lihat Muhasabat An-Nafs Wa Al-Izra’ ‘Alaiha, hal. 82)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seorang hamba senantiasa berada di antara kenikmatan dari Allah yang mengharuskan syukur atau dosa yang mengharuskan istigfar. Kedua hal ini adalah perkara yang selalu dialami setiap hamba. Sebab dia senantiasa berada di dalam curahan nikmat dan karunia Allah serta senantiasa membutuhkan tobat dan istigfar.” (lihat Mawa’izh Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, hal. 87)

Seorang lelaki berkata kepada Hatim Al-Asham rahimahullah, “Berikanlah nasihat kepadaku.” Maka, beliau berkata, “Jika kamu ingin berbuat maksiat kepada Tuhanmu, maka lakukanlah hal itu di tempat yang tidak dilihat-Nya.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 362)

Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata, “Janganlah kamu melihat kecilnya kesalahan! Akan tetapi, lihatlah kepada siapa kamu berbuat durhaka!” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 362)

Bakr bin Abdullah Al-Muzani rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang melakukan dosa sambil tertawa-tawa, maka dia akan masuk neraka sambil menangis.” (lihat At-Tahdzib Al-Maudhu’i Li Hilyat Al-Auliya’, hal. 362)

Qatadah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini menunjukkan kepada kalian tentang penyakit dan obat bagi kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istigfar.” (lihat Tazkiyat An-Nufus, hal. 52)

Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang terjerumus dalam kemaksiatan, baik berupa melakukan perbuatan yang diharamkan atau meninggalkan kewajiban, maka itu terjadi dikarenakan rendahnya kecintaan kepada Allah sehingga membuatnya lebih mendahulukan hawa nafsunya.” (lihat Fath Al-Bari, 1: 78)

‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ’anhu berkata di dalam khotbahnya di hadapan penduduk Mesir, “Sungguh betapa jauhnya jalan dan gaya hidup kalian dengan jalan dan gaya hidup Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun beliau, maka beliau adalah orang yang paling zuhud dalam urusan dunia, sedangkan kalian adalah orang-orang yang paling gandrung kepadanya.” (lihat Fawa’id Abi Muhammad Al-Fakihi, hal. 127)

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/85791-mari-memperbanyak-taubat.html