Jamaah Haji 2023 Dapat Sertifikat Resmi dari Kemenag

Proses pengambulan sertifikat tidak akan merepotkan jamaah.

Oleh ZAHROTUL OKTAVIANI

JAKARTA — Mulai musim haji tahun ini, semua jamaah haji Indonesia akan mendapatkan sertifikat haji resmi dari Kementerian Agama (Kemenag). Sertifikat haji akan diberikan kepada mereka yang berhaji sendiri atau dibadalkan.

Direktur Bina Haji dan Umrah Kemenag Arsad Hidayat menjelaskan, penerbitan sertifikasi haji sudah disosialisasikan kepada semua kantor wilayah provinsi. “Kita sudah menerbitkan surat edaran dari Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah ke seluruh Kanwil provinsi untuk menyampaikan ke masing-masing kepala Kemenag kabupaten/kota agar mencetak sertifikat berdasarkan domisili jamaah,” kata Arsad dalam keterangan yang didapat Republika, Senin (17/7/2023).

Seperti halnya yang di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah, tidak perlu ke Semarang, karena bisa langsung dicatat di kabupaten/kota masing-masing.

ARSAD HIDAYAT Direktur Bina Haji dan Umrah Kemenag

Arsad menjamin, proses pengambilan sertifikat tidak akan merepotkan jamaah. Dia mencontohkan, bagi jamaah yang berasal dari Kabupaten Bekasi, ia tidak perlu ke kantor wilayah (kanwil) provinsi yang ada di Bandung. “Seperti halnya yang di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah, tidak perlu ke Semarang, karena bisa langsung dicatat di kabupaten/kota masing-masing,” ujar dia.

Layanan sertifikasi haji ini menjadi salah satu inovasi terbaru Kemenag. Pada tahun-tahun sebelumnya, sertifikat haji dikeluarkan maskapai Garuda, bukan oleh pemerintah. “Sepanjang yang kami ketahui ini merupakan yang pertama. Di periode sebelumnya ada sertifikat tersebut, tapi diterbitkan maskapai Garuda bukan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama,” kata Arsad.

photo

Untuk saat ini, proses pemulangan jamaah haji gelombang satu dari Bandara King Abdulaziz Internasional (KAIA) Jeddah terus berlangsung. Hingga Ahad (16/7/2023), jamaah haji yang sudah mendarat di Tanah air sebayak 213 kelompok terbang (kloter), dengan jumlah jamaah sebanyak 80.713 orang. Arsad menyebut pihaknya terus melakukan pendorongan pemulangan jamaah melalui Bandara Jeddah. Adapun jadwal pemulangan lewat Bandara Jeddah ini akan berakhir pada Senin, 18 Juli 2023.

Selanjutnya, kepulangan pertama jamaah haji gelombang II pun akan segera dimulai. Proses ini dilakukan melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah (AMAA) pada hari yang sama, Selasa 18 Juli. “Nanti, pada tanggal tersebut petugas terbagi dua. Ada yang duluan ke Madinah untuk melayani pemulangan gelombang dua, sebagainya lagi standby di Jeddah untuk bertugas pemulangan gelombang satu kloter terakhir,” ujar dia.

Pada Senin (17/7/2023), sebanyak 7.738 atau 20 kloter jamaah yang akan diberangkatkan ke Tanah Air dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah. Untuk pemberangkatan terakhir dari Jeddah ke Tanah Air pada Rabu (18/7/2023), ada 6.804 jamaah yang tergabung dalam 18 kloter.

Menjelang kepulangan Gelombang 2 dari Madinah ke Tanah Air, jamaah diharap mempersiapkan diri dengan baik, khususnya menjaga kesehatan. dengan makan dan istirahat yang teratur

DODO MURTADO Koordinator MCH PPIH Pusat

Sementara itu, Koordinator Media Center Haji (MCH) PPIH Pusat Dodo Murtado menjelaskan, jumlah jamaah gelombang 2 yang diberangkatkan dari Makkah ke Madinah berjumlah 6.968 orang yang tergabung dalam 18 kloter. Dodo juga menyebut, jumlah jamaah yang wafat hingga 16 Juli 2023 pukul 24.00 WIB sebanyak 649 orang.

photo

Mengingat suhu di Madinah sangat panas, berkisar 46 derajat Celsius pada siang hari, ia mengimbau jamaah untuk selalu menjaga hidrasi tubuh dengan minum yang cukup dan minum satu saset oralit. “Selain itu, menjelang kepulangan gelombang 2 dari Madinah ke Tanah Air, jamaah diharapkan mempersiapkan diri dengan baik, khususnya menjaga Kesehatan dengan makan dan istirahat yang teratur,” kata dia.

Selama bepergian di luar hotel, jamaah diharapkan tetap menggunakan alat pelindung diri, untuk menghindari paparan langsung sinar matahari yang cukup panas.
“Jangan sungkan untuk minta bantuan kepada petugas yang bersiaga melayani di hotel dan di Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram,” ujar Dodo.

REPUBLIKA

Pandangan Ulama tentang Perayaan 1 Muharam

Allah ‘Azza Wajalla menjadikan dalam setahun ada dua belas bulan. Sebagaimana dalam firman-Nya,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu). Dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah: 36)

Di antara dua belas bulan tersebut, ada empat yang Allah muliakan. Yakni, bulan Rajab, Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. Tidak ada yang lebih baik dari yang dikerjakan seorang hamba di bulan-bulan tersebut, selain amalan saleh yang dikerjakan. Sebagian dari kita menjadikan momen-momen tersebut sebagai sebuah perayaan. Yang di dalamnya seorang hamba melazimkan hal-hal yang tidak pernah datang petunjuk tentangnya. Apakah tepat jika demikian?

Tatkala Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama tiba di kota Madinah, beliau mendapati penduduk Madinah saat itu memilliki dua hari khusus yang mereka bersuka cita di dalamnya. Maka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallama pun mengatakan,

Hari apa ini?

Mereka menjawab,

Kami dulu biasa meluangkan hari ini untuk bermain-main.

Maka, beliau shallallahu ‘alaihi wasallama pun menimpali,

إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما: يوم الأضحى ويوم الفطر

Sungguh, Allah telah mengganti bagi kalian hari yang lebih baik dari keduanya untuk bersuka cita, yaitu Idulfitri dan Iduladha.” (HR. Abu Dawud no. 1134)

Kita bisa simak beberapa pendapat para ulama tentang perayaan 1 Muharam berikut ini:

Pendapat Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu

Beliau rahimahullahu menjawab,

فالتهنئة بالعام الجديد لا أعلم لها أصلاً عن السلف الصالح، ولا أعلم شيئاً من السنة أو من الكتاب العزيز يدل على شرعيتها، لكن من بدأك بذلك فلا بأس أن تقول: وأنت كذلك، إذا قال لك: كل عام وأنت بخير، أو قال: كل عام وأن تكون بخير، فلا مانع أن تقول له: وأنت كذلك، نسأل الله لنا ولك كل خير أو ما أشبه ذلك.

Aku tidak mendapatkan dalil tentang (menyengaja untuk mengucapkan dan menyangka ada keharusan) selamat di setiap pergantian tahun baru Hijriah dan tidak ada keterangan dari para ulama salaf saleh. Tidak ada dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjelaskan anjuran tersebut. Akan tetapi, jika ada orang yang mengucapkan hal tersebut kepada kita, tidak masalah kita menjawab dengan, “Begitu pun denganmu.’ Seperti ketika dikatakan kepada kita, ‘Semoga engkau senantiasa dalam kebaikan’; jawab saja, ‘Demikian pula denganmu.’ Atau yang semisal dengannya.[1]

Baca juga: Bulan Muharam antara Keutamaan dan Kesesatan

Pendapat Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu

Beliau rahimahullahu pernah memberikan nasihat,

أيها المسلمون إننا في هذه الأيام نستقبل عاماً جديداً إسلاميا هجريا ليس من السنة أن نحدث عيداً لدخوله وليس من السنة أن نهنئ بعضنا بدخوله ولكن التهنئة إنما هي أمر عادي وليس أمراً تعبديا وليست الغبطة ليست الغبطة بكثرة السنين كم من إنسان طال عمره وكثرت سنواته ولكنه لم يزدد بذلك إلا بعداً من الله إن أسوأ الناس وشر الناس من طال عمره وساء عمله ليست الغبطة بكثرة السنين وإنما الغبطة بما أمضاه العبد من هذه السنين في طاعة الله عز وجل فكثرة السنين خير لمن أمضاه في طاعة ربه شر لمن أمضاه في معصية الله

Wahai kaum muslimin! Sebentar lagi kita akan kedatangan tahun baru Islam Hijriah. Bukanlah termasuk sunah, kita menjadikan hari ini sebagai hari raya. Dan bukan pula termasuk sunah, kita saling mengucapkan selamat di hari ini. Meski pada dasarnya ucapan selamat adalah perkara kebiasaan dan bukan ibadah. Bukan termasuk hal yang bisa dibanggakan dengan berlalunya tahun-tahun dari umur kita. Betapa banyak manusia yang panjang umurnya, akan tetapi tidak bertambah, kecuali hanya semakin jauh dari Allah. Ketahuilah bahwa manusia terburuk adalah mereka yang umurnya bertambah dan semakin bertambah pula keburukannya. Yang patut dijadikan teladan adalah ketika tahun-tahun ini berlalu dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza Wajalla. Banyaknya tahun yang terlewat menjadi bernilai kebaikan bagi mereka yang melewatinya dengan ketaatan kepada-Nya. Dan menjadi bernilai buruk bagi mereka yang mengisinya dengan kemaksiatan kepada-Nya.

(Dikutip dari potongan ceramah beliau dengan judul At-Tarikh wa Fadha’il Ba’dhi Al-Syuhur wal-Ayyam)

Amalan yang dianjurkan ketika datang bulan Muharam

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama mengajarkan kepada kita amalan yang bisa dikerjakan seorang muslim ketika bulan Muharam. Sebagaimana dalam sabda beliau saat mendapati orang Yahudi banyak berpuasa di tanggal 10 Muharam (Asyura),

فأنا أحق بموسى منكم فصامه وأمر بصيامه

Sungguh, aku lebih berhak atas Musa dibanding kalian (Yahudi).” Maka, beliau berpuasa dan memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa.” (HR. Bukhari no. 2004)

Dan berbahagialah kita ketika hanya mencukupkan diri dengan apa yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, serta dijelaskan oleh para ulama. Barakallahu fikum.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

Catatan kaki:

[1] https://binbaz.org.sa/fatwas/7391

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/86440-perayaan-1-muharam.html

Kegagalan Lebih Baik Daripada jadi Budak Dunia

Ciri-ciri seseorang yang terkena istijrad dan menjadi budak dunia iman dan ibadahnya menurun, kesenangan/kekayaan melimpah, rasa takut pada Allah berkurang, kita perlu gagal agar tidak jadi budak dunia

Hidayatullah.com | TANYAKAN pada hati kita, apakah yang selama ini kita kerjakan termasuk bagian dari kebaikan ataukah bukan? Apakah dia termasuk bentuk ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya ataukah bukan? Atau justru perbuatan tersebut akan mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Maka tanyakanlah semua itu pada hati kita.

Kebaikan adalah apa saja yang dapat menenangkan hati kita dan menentramkan jiwa kita, sedangkan keburukan adalah apa saja yang membuatkan hati kita ragu dan tidak tenang. Rasulullah  ﷺbersabda dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu,

البر حسن الخلق , و الإثم ما حاك في نفسك و كرهت أن يطلع عليه الناس

“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim).

Dalam hadits Rasulullah  ﷺyang lain,

عن وابصة بن معبد رضي الله عنه قال : أتيت رسول الله صلى الله عليه و سلم , فقال: جئت تسأل عن البر؟ قلت: نعم. قال: استفت قلبك. البر مااطمأن إليه النفس واطمأن إليه القلب. والإثم ماحاك في النفس و تردد في الصدر وإن أفتاك الناس وأفتوك.

Dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkata, “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, benar. Kemudian beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.”  (HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292)).

Yang dimaksud dengan al birru adalah kebaikan yang banyak. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak yang mulia adalah seseorang senang jiwanya, lapang dadanya, tentram hatinya, dan baik pergaulannya. Rasullullah  ﷺbersabda, “Sesungguhnya kebaikan adalah akhlak yang baik.”

Maka jika seseorang mempunyai akhlak yang baik terhadap Allah Azza wa Jalla dan hamba Allah Azza wa Jalla maka ia akan memperoleh kebaikan yang banyak, dadanya lapang terhadap Islam, hatinya menjadi tenang dengan iman, dan bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik. (Syarhul Arba’in An Nawawiyyah).

Adapun dosa, maka Rasulullah  ﷺtelah menjelaskan bahwa ia adalah, “Apa saja yang meragukan dalam hatimu.”

Ketika itu beliau berbicara kepada An-Nawwas bin Sam’an, salah seorang sahabat yang mulia. Tidak ada sesuatu yang meragukan dan tidak menenangkan jiwanya kecuali perbuatan dosa.

Oleh karena itulah, Rasulullah  ﷺ bersabda, “Apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka untuk memperlihatkannya kepada orang lain.”

Sementara orang-orang fasik dan durhaka, maka perbuatan dosa tidaklah membuat keraguan dalam jiwa mereka, dan mereka juga tidak membenci untuk memperlihatkan perbuatan dosanya kepada orang lain.

Bahkan sebagian mereka merasa bangga dengan perbuatan dosa yang mereka lakukan. Allah Azza wa Jalla memberikannya istijrad.

Akan tetapi, sabda Rasulullah  ﷺdi sini berbicara tentang seseorang yang lurus hatinya. Sesungguhnya orang yang lurus hatinya, jika dia ingin melakukan keburukan maka jiwanya akan ragu dan dia benci perbuatannya diketahui orang lain.

Oleh karena itu maka tolak ukur yang telah dijelaskan oleh Rasulullah  ﷺberlaku untuk orang-orang yang baik dan lurus hatinya.  (Syarhul Arba’in An Nawawiyyah).

Sehubungan dengan hal ini, Allah Azza wa Jalla memberi isyarat bahwa ketakwaan itu dilakukan oleh hati manusia,

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati.”  (QS. Al-Hajj: 32).

Allah Azza wa Jalla berfirman,

‎فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”  (QS. Al An’am: 44).

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

‎إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.”  (HR. Ahmad 4: 145).

Ciri-ciri seseorang yang terkena istijrad dan menjadi budak dunia adalah keimamanan dan amal ibadahnya semakin menurun, namun kesenangan dan kekayaan makin melimpah, rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla semakin berkurang, tidak takut berbuat dosa.

Orang itu terus saja melakukan dosa, tidak mau menerima kebenaran dan nasehat yang datang untuknya, dan Allah Azza wa Jalla pun semakin membuka kesuksesan untuknya, bahkan semakin melimpah.

Siksa dan laknat yang diturunkan Allah Azza wa Jalla untuk orang yang mendapat istidraj bisa dalam berbagai macam bentuk, bisa jadi keberkahan umurnya dicabut sehingga tidak ada ketenangan hidup, selalu dirundung ketakutan, kegelisahan dan kesedihan.

Sesungguhnya hidup kita itu sangatlah sederhana,

الحياة بسيطة حقا، ولكن نحن نجعل الأمور معقدة

“Hidup itu sangat sederhana, kita saja yang membuatnya rumit.”

Untuk menjadi lebih bijaksana terkadang kita harus melewati masa-masa kegagalan, kehilangan, dan ditinggalkan. Itu lebih baik dari pada mendapat istijrad dan menjadi budak dunia.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa tawadhu’ dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-nya.Aamiin Ya Rabb. Wallahua’lam bishawab.*/Bagya Agung Prabowo, dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII)

HIDAYATULLAH

Abu Bakar di Mata Rasulullah

ABU Bakar As-Shidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang mempunyai nama lengkap Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi.

Pada zaman pra Islam ia bernama Abu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi ﷺ. menjadi Abdullah. Beliau lahir pada tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil akhir tahun 13 H bertepatan dengan bulan Agustus 634 M, dalam usianya 63 tahun, usianya lebih muda dari Nabi ﷺ 3 tahun.

Diberi julukan Abu Bakar atau pelopor pagi hari, karena beliau termasuk orang laki-laki yang masuk Islam pertama kali. Sedangkan gelar As-Shidiq diperoleh karena beliau senantiasa membenarkan semua hal yang dibawa Nabi ﷺ terutama pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj.

Abu Bakar adalah putra dari keluarga bangsawan yang terhormat di Makkah. Semasa kecil dia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati serta kemuliaan akhlaknya, sehingga setiap orang mencintainya.

Ketika Nabi ﷺ mengajak manusia memeluk agamaIslam, Abu Bakar merupakan orang pertama dari kalangan pemuda yang menanggapi seruan Rasulullah, sehingga Nabi ﷺ memberinya gelar “Ash-Siddiq”.

Pengabdian Abu Bakar untuk Islam sangatlah besar. Ia menyerahkan semua harta bendanya demi kepentingan Islam. Ia selalu mendampingi Rasulullah dalam mengemban misi Islam sampai Nabi ﷺ wafat. (Depag RI,1999/2000)

Beliau adalah sahabat rasulullah yang senantiasa mendampingi jejak langkah Nabi untuk menghadapi kaum musyrikin yang selalu berusaha untuk menghalangi dakwah Nabi.

Bukan hanya itu Abu Bakar juga termasuk sahabat yang paling senior diantara sahabat-sahabat Nabi yang lain. Abu Bakar di mata Nabi bukan hanya sekadar sahabat tetapi lebih dari itu.

Sifatnya yang dermawan jujur, tawaddu’ dan keikhlasannya mengorbankan jiwa dan hartanya demi agama yang dibawa oleh Nabi.

Ketika posisi Nabi tepojokkan dimata kaumnya di sanalah hadir sosok pembela yang tangguh yang selalu membenarkan kata sahabatnya di dalam segala hal.

Sampai sampai sesuatu yang tidak bisa di logikakan asalkan hal tersebut keluar dari diri Nabi pasti di benarkan dan diyakini dengan sepenuh hati oleh Abu Bakar. Sehingga para sejarawan dan juga kaum Muslimin memosisikan Abu Bakar setelah Nabi Muhammad ﷺ. []

SUMBER: MAJELIS PENULIS 

Siap-siap Kembali Masuk Sekolah, Semangatlah Para Penuntut Ilmu

Kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai, bahkan sebagian daerah sudah aktif di awal Juli. Lantas apakah para pelajar sudah mempersiapkan diri untuk memulai aktifitas belajar mengajar tersebut?

Bagi sebagian siswa, kembali ke sekolah atau ke Pesantren untuk menuntut ilmu menjadi suatu hal yang dinanti-nantikan. Bagaimana tidak, karena dengan kembalinya santri atau murid ke sekolah atau ke pesantren mereka bisa bertemu lagi dengan teman-teman, guru dan juga artinya mereka bisa menambah ilmu yang mereka miliki guna bekal mereka dalam menggapai mimpi.

Selain sebagai alat untuk menggapai mimpi, menuntut ilmu juga lebih baik daripada memerdekakan 1.000 budak lho. Ilmu memang memiliki kedudukan tertinggi dalam agama Islam. Menjunjung guru sebagai penyalur ilmu kepada muridnya penting dilakukan.

Rasulullah bersabda, “Dari Ibnu Abbas radliallahu anhu: ketika menafsirkan ayat : (Allah meninggikan orang-orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. al-mujadalah:11); dia berkata maksudnya adalah “Allah meninggikan orang-orang yang diberi ilmu atas orang-orang yang beriman beberapa derajat”. (HR. Darimi) No. 356.

Dalam satu hadits disebutkan bahwa di antara sifat para nabi dan ulama adalah mewarisi estafet keilmuan, bukan malah mewarisi harta dunia. Alasannya, harta dunia bisa hilang lenyap begitu saja karena bersifat fana. Sementara ilmu memiliki sifat abadi.

Karena itulah wajib bagi seorang muslim mencari ilmu, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.”

Adapun beberapa keutamaan bagi seorang muslim yang menuntut ilmu. Pertama, dimudahkan jalan ke surga. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

Kedua, Manusia yang dipahamkan agama merupakan manusia yang dikehendaki dalam hal kebaikan. Dari Mu’awiyah, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama” (HR. Bukhari no.71 dan Muslim No. 1037)

Dari hadist di atas dijelaskan bahwa ilmu yang di maksud bukan hanya hukum syar’i namun lebih luas pengertiannya, seperti memahami ilmu tauhid dan inti dari agama islam, serta apapun yang berkaitan dengan syariat Allah.

Ketiga, Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya meski ia telah meninggal. Manusia yang memiliki ilmu dan juga menjalankan ilmu yang dia miliki dengan benar, maka tak akan putus pahala bagi dirinya, bahkan tetap akan mendapatkan keberkahan jika ilmu yang dimiliki disalurkan atau di turunkan dan bersifat bermanfaat.

Dengan Ilmu manusia akan memiliki takut kepada Allah dan aturannya, karena ia mengetahui resiko apa yang dia dapatkan ketika melakukan kesalahan. Ilmu membuat manusia lebih mengenal Allah lebih dekat, artinya manusia berilmu akan mengetahui sifat Allah dengan sifat nama yang sempurna dan baik.

Allah telah banyak memberikan kenikmatan, jika kita tidak dapat menggunakannya untuk mempelajari firmannya maka kita akan menjadi salah satu orang yang menyatakan kebadian Allah. Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan dan ilmu yang bermanfaat bagi putra putri kita yang akan kembali menempuh pelajaran dan kembali ke pesantren untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi mereka.

ISLAMKAFFAH

Husnudzon adalah Metode Efektif Menata Hati melalui Pikiran

Ketika saya gagal saya maknai itu sebagai kemenangan yang tertunda. Cara berpikir demikian adalah cara seseorang menata hati melalui pikiran. Realitas dan kejadian diolah dengan cara berpikir yang positif sehingga tidak menimbulkan keresehatan hati.

Ada lagi yang sering dikatakan seorang ketika mendapati kegagalan. Tuhan belum mempercayai saya untuk mendapatkannya karena bisa jadi apa yang saya dapat akan menjadi senjata mematikan buat saya.

Kedua perkataan di atas mengandung pemaknaan yang jauh ke depan untuk tidak menyesali kejadian tragis yang dihadapi hari ini. Meskipun kita tidak juga memahami apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Inilah sebenarnya inti dari husnuddzon yang diajarkan dalam Islam. Husnuddzon mempunyai tiga level tingkatan; pra sangka baik terhadap diri, orang lain dan Tuhan. Sikap ini bukan tentang keyakinan fatalistic terhadap apa yang sudah terjadi. Mari, kita terjemahkan ini dalam sudut pandang yang husnuddzon sebagai keyakinan optimistik terhadap apa akan terjadi.

Seorang penganut filsafat Stoik yang juga Kaisar Romawi yang sukses dan terkenal, Marcus Aurelius pernah mengatakan : Kebahagiaan hidupmu bergantung pada kualitas pikiranmu. Para pemegang keyakinan rasionalisme juga mempercayai kualitas akal yang menentukan kebaikan dan atau sumber kebaikan itu sendiri. Kebenaran, kebaikan bukan tentang apa yang terjadi di luar, tetapi yang muncul dalam diri kita melalui pikiran.

Islam mengajarkan tentang husnuddzon yang sejatinya berpijak pada kualitas pikiran yang baik akan menentukan cara pandang yang baik dan bertindak yang bajik. Kualitas pikiran kita akan menentukan car akita memahami, memaknai dan mengalami hidup ini.

Dalam sebuah hadist qudsy Allah berfirman : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.” (HR. Muslim).

Husnudzon adalah cara umat Islam membangun pikirannya dalam melihat setiap kejadian. Segala sesuatu yang dilihat dari sudut pandang kebaikan melahirkan kebaikan. Begitu pula sebaliknya. Cara memulainya tentu dengan berhusnuddzon kepada Allah dengan meyakini Allah Maha Baik.

Apakah husnuddzon adalah sikap fatalistik dengan menerima apapun dalam sudut pandang kebaikan? Mari kita lihat contoh perkataan di atas bahwa kegagalan saya adalah kemenangan yang tertunda. Apakah kata-kata ini sebuah cerminan orang putus asa terhadap sebuah kenyataan?

Tidak! Ini sebuah cara pandang optimistik untuk membangun kepercayaan diri dengan berusaha dalam momen yang berbeda. Hidup memang singkat, tetapi bukan sempit. Banyak jalan dan cara meraih kemenangan setelah kegagalan. Hidup memang penuh tragedi dan tak terduga akan terjadi. Tetapi bukan berarti kita harus dilibas habis dan menyerah.

Kegagalan paling fatal ketika menghadapi musibah bukan kelumpuhan fisik, tetapi kelumpuhan mental dan jiwa untuk bangkit kembali meraih mimpi. Husnudzon mengajarkan manusia untuk kembali bangkit meraih apa belum tergenggam. Husnuddzon memberikan kekuatan untuk tidak putus asa ketika hal yang tidak diinginkan menimpa. Husnuddzon adalah cara diri menata pikiran untuk menenangkan hati.

Pusat segala sesuatu pada akhirnya adalah cara pandang melalui akal budi kita. Sebagaimana Allah mengatakan kebaikan dan keburukan tergantung pada persepsi dan pra sangka hambaNya.

Jika tragedi saya maknai hukuman, selesailah hidup saya dan mati menanggung dosa. Jika tragedi saya maknai sebagai ujian, bersiaplah saya untuk menuntaskan agar lolos sebagai pemenang.

Maka, bagi saya tidak ada manusia yang gagal, tetapi manusia yang sedang menunggu giliran menjadi pemenang. Terus lah berlomba dalam kebaikan karena sesungguhnya penentu kemenangan yang sebenarnya adalah Tuhan.

ISLAMKAFFAH

Suharja, Jamaah Haji Majalengka yang Hilang Ditemukan Wafat

Sholat jenazah diupayakan dilakukan di Masjidil Haram.

Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief memastikan jamaah atas nama Suharja Wardi Ardi (69 tahun) asal Kabupaten Majalengka di Jawa Barat sudah ditemukan. Suharja ditemukan oleh tim Linjam dalam keadaan meninggal di ruang penyimpanan jenazah (tsallajah) Rumah Sakit (RS) Mu’aisyim, Mina, Makkah.

Suharja terpisah dari istrinya Hajah Aat saat keduanya ke toilet di Arafah pada 27 Juli 2023. Setelah dilakukan proses pencarian oleh tim Perlindungan Jamaah (Linjam) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi selama beberapa pekan, jenazah Suharja ditemukan.

Menurut Hilman, jenazah Suharja ditemukan tanpa gelang identitas sehingga, diperlukan kesaksian langsung dari keluarga terdekat. Proses verifikasi jenazah ini dilakukan di Markaz at-Thib asy-Syar’iy bi Shihhah al-Makkah al Mukarramah atau Forensic Medicine Center Makkah dengan menghadirkan istri almarhum Suharja, Hajah Aat.

“Alhamdulillah (Ahad, 16/7/2023) pukul 15.00 waktu Arab Saudi, saya bersama Kepala KUH (Kantor Urusan Haji) Nasrullah Jasam, Kabid Linjam Haji Kolonel Laut Harun Ar Rasyid (Kasubdis Binroh Disbintalal Mabes TNI AL Cilangkap Jaktim), Kadaker Madinah Zaenal Muttaqin, dan tim, bersama-sama mengunjungi Markaz at-Thib asy-Syar’iy bi Shihhah al-Makkah al Mukarramah,” kata Hilman di Makkah, Ahad (16/7/2023).

Hilman mengatakan tim mengantarkan Hajah Aat asal Majalengka, kloter 10 Embarkasi Kertajati atau KJT 10 yang didatangkan secara khusus dari Madinah. Hajah Aat diantar oleh Kadaker Madinah ke Makkah bersama dokter kloter dan dua pendamping lainnya.

“Ibu kami ajak melihat jenazah…”

“Kami antar Ibu Hajah Aat ke Forensic Medicine Center Makkah untuk memastikan kondisi jamaah yang berhasil ditemukan oleh tim Linjam. Ibu kami ajak untuk melihat jenazah dan meyakinkan bahwa itu betul jenazah suaminya yang terpisah saat di Arafah,” ujar Hilman.

Seiring dengan adanya kepastian identitas Suharja, Hilman mengatakan akan segera mengurus proses pemandian jenazah almarhum. PPIH juga sedang memproses agar almarhum bisa disholat-jenazahkan di Masjidil Haram dan segera dimakamkan.

“Kita sedang proses pemandian dan agar bisa disholatjenazahkan di Masjidil Haram, serta segera dimakamkan,” jelas Hilman.

Ada dua jamaah haji Indonesia yang dalam proses pencarian. Dengan ditemukannya jenazah Suharja pada Ahad (16/7/2023), maka saat ini masih ada satu jamaah yang dicari, yaitu Idun Rohim Zen (87) yang tergabung dalam kloter 20 Embarkasi Palembang.

“Masih ada satu jamaah lagi yang terus dalam proses pencarian oleh Tim Linjam PPIH Arab Saudi. Semoga ini juga bisa segera ditemukan,” ujarnya.

IHRAM

Benarkah Suro Bulan Musibah?

Benarkah suro bulan musibah? Tidak lama lagi kita akan segera memasuki bulan Muharram atau istilah Jawa wulan Suro. Nama ini begitu populer di kalangan orang Jawa, yang juga dikenal sebagai bulan yang penuh musibah. 

Namun jangan salah dalam Islam bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Bulan Muharram justru merupakan salah satu bulan mulia Asyhurul Hurum dan juga bulan Allah (Syahrullah) karena terdapat amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan seperti, berpuasa, bersedekah, dan membaca doa untuk akhir maupun awal tahun. Lantas bagaimanakah penilaian Islam mengenai bulan Suro sebagai bulan musibah? 

Islam Menilai Bulan Suro Termasuk Bulan Haram

Dalam agama ini, bulan Muharram atau bulan Suro, merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan suci. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah [9] : 36)

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi SAW;

« …السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ »

“… satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci. Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3025)

Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; (4) Rojab. Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram ? Berikut penjelasan ulama mengenai hal ini. Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan;

“Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula sangat diagungkan jika dilakukan pada bulan haram ini.” (Lihat Zadul Maysir, Ibnul Jauziy, tafsir surat At Taubah ayat 36)

Dalam Islam Bulan Muharram sebagai Syahrullah (Bulan Allah)

Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah SAW bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 2812)

Sangat mulianya bulan Muharram ini, karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 1/475).

Selain itu keistimewaan bulan Muharram yang paling nyata adalah sebagai bulan pertama dalam setahun dan pembuka tahun. Al Hafizh Abul Fadhl Al ‘Iroqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, 

“Apa hikmah bulan Muharram disebut dengan syahrullah (bulan Allah), padahal semua bulan adalah milik Allah?” Beliau rahimahullah menjawab, “Disebut demikian karena di bulan Muharram ini diharamkan pembunuhan. Juga bulan Muharram adalah bulan pertama dalam setahun. 

Bulan ini disandarkan pada Allah (sehingga disebut syahrullah atau bulan Allah, pen) adalah untuk menunjukkan istimewanya bulan ini. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak pernah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala kecuali bulan Allah–Muharram (Syarh Suyuthi li Sunan An Nasa’i, 3/206).

Benarkah Suro Bulan Musibah?

Terkhusus di wilayah jawa bulan suro adalah bulan penuh musibah, penuh bencana, penuh kesialan, bulan keramat dan sangat sakral. Itulah berbagai tanggapan masyarakat mengenai bulan Suro atau bulan Muharram. Sehingga kita akan melihat berbagai ritual untuk menghindari kesialan, bencana, musibah dilakukan oleh mereka. Di antaranya adalah acara ruwatan, yang berarti pembersihan. Mereka yang diruwat diyakini akan terbebas dari sukerta atau kekotoran sehingga terhindar dari Bhatara Kala, simbol kejahatan.

Selain itu masyarakat jawa yang mempercayai adanya bulan musibah tersebut, mereka cenderung tidak mau melakukan hajatan nikah. Jika melakukan hajatan pada bulan itu dipercaya bisa mendapatkan berbagai musibah, acara pernikahannya tidak lancar, mengakibatkan keluarga tidak harmonis, dsb. Itulah berbagai anggapan masyarakat mengenai bulan Suro dan kesialan di dalamnya.

Melihat sejumlah mitos yang beredar di masyarakat tersebut, sebenarnya tidaklah keluar dari dua hal yaitu mencela waktu dan beranggapan sial dengan waktu tertentu. Karena ingatlah bahwa menyatakan satu waktu atau bulan tertentu adalah bulan penuh musibah dan penuh kesialan, itu sama saja dengan mencela waktu. Lantas bagaimanakah penilaian agama Islam mengenai hal tersebut?

Mencela Waktu atau Bulan

Perlu kita ketahui bersama bahwa mencela waktu adalah kebiasaan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan bahwa yang membinasakan dan mencelakakan mereka adalah waktu. Allah pun mencela perbuatan mereka ini. 

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

“Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa (waktu)’, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al Jatsiyah [45] : 24). 

Jadi, mencela waktu adalah sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah. Itulah kebiasaan orang musyrik dan hal ini berarti kebiasaan yang jelek. Begitu juga dalam berbagai hadits disebutkan mengenai larangan mencela waktu. Dalam Shahih Muslim, dibawakan Bab dengan judul ‘larangan mencela waktu (ad-dahr)’. Di antaranya terdapat hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 6000)

Maka kesimpulannya adalah, mencela waktu bisa membuat kita terjerumus dalam dosa bahkan bisa membuat kita terjerumus dalam perbuatan syirik. Hati-hatilah dengan melakukan perbuatan semacam ini. Oleh karena itu, jagalah selalu lisan ini dari banyak mencela. Dari pada khawatir akan datangnya musibah alangkah lebih baiknya kita untuk perbanyak ibadah, dekatkan diri pada Allah SWT.

Demikian penjelasan terkait benarkah Suro bulan Musibah? Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Hadits: Puasa Asyura di Bulan Muharram adalah Sebaik-baik Puasa

Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, karena di dalamnya ada puasa Asyura

DARI Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, tentang kemuliaan bulan Muharram yang dijuluki “sahrullah” (bulan Allah), yang di dalamnya ada puasa Asyura.

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).

Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath-Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al-Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan Muharram. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532).

Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk berpuasa. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50). Sedang Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, “Puasa yang paling utama di antara bulan-bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram, Rajab -pen) adalah puasa di bulan Muharram (syahrullah).” (lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 67)

Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara umum, termasuk di dalamnya adalah puasa Asyura.*

HIDAYATULLAH

Kisah Tsumamah Masuk Islam Terpesona Akhlak Rasulullah

Artikel ini akan mengulik kisah Tsumamah masuk Islam karena terpesona akhlak Rasulullah. Ia adalah seorang yang terpikat akan budi pekerti dan tata cara dakwah Rasulullah yang sangat elok dan baik.

Suatu hari diceritakan dalam majelis taklim bahwa seorang murid bertanya dan mengadu kepada gurunya;

“wahai guruku, berikan aku satu kitab sehingga aku bisa berpegang padanya untuk dibaca. Bertahun-tahun saya mengaji dengan engkau, akan tetapi tidak ada kitab tertentu yang aku baca.” Sang guru pun tak kunjung menjawab, sehingga pertanyaan dan pernyataan si murid itu dibiarkan begitu saja oleh sang guru.

Merasa muridnya berada dalam kebingungan, akhirnya sang guru berkata kepada si murid, “Wahai muridku, jika benar keinginanmu untuk belajar kitab, maka belajarlah kamu untuk membaca saya. Sebagaimana para sahabat Rasulullah, mereka adalah orang-orang yang pandai membaca Nabi Muhammad Saw.” 

Kisah Tsumamah Masuk Islam 

Syahdan, dikisahkan juga ada seorang sahabat yang bernama Tsumamah bin Utsal tengah ditangkap oleh pasukan sahabat kemudian dibawa untuk menghadap Rasulullah di Madinah. Mengetahui hal itu, Rasulullah pada saat itu tersenyum dan berkata;

“wahai sahabat, apakah kalian tau dari golongan manakah dan siapakah orang yang kalian bawa ini?”. Para sahabat kemudian menjawab, “tidak ada satupun dari mereka yang mengetahuinya atau bahkan mengenalnya.”

Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa, “orang itu adalah kepala suku yang selalu memerangi kita namanya Tsumamah dari Sayyid bani Hanif.” Spontan para sahabat terkejut. “Jadi inilah buronan yang banyak mengganggu umat Islam di Madinah,” jawab para sahabat.

Pertanyaanya adalah, apakah nabi memberikan hukuman yang sangat berat setelah mengetahui yang sebenarnya? Rupanya tidak! Justru nabi memanggilnya dan bertanya, “wahai Tsumamah! Apakah kamu mau masuk Islam, atau adakah keinginan kamu untuk masuk Islam?”. Dengan tegas Tsumamah menjawab, “tidak. Saya tidak mau.” Kemudian Rasulullah berkata:

إن تقتل تقتل ذا دم، وإن تنعم تنعم على شاكر

Artinya: “Jika kamu membunuhku berarti kamu telah menumpahkan darah, namun jika kamu membebaskanku, berarti kamu telah membebaskan orang yang pandai berterima kasih.”

Akhirnya, Rasulullah kemudian dengan hikmahnya mengatakan, “kurunglah dia di dalam masjid, ikat dan jangan sampai dia bisa lolos menemukan jalan keluar.” Tentu saja, perintah nabi ini bertujuan agar Tsumamah bisa melihat kegiatan dan aktifitas Rasulullah dan para sahabatnya dari segi bersosial dengan cara mengedepankan akhlak, dakwah dengan ilmu, mendengarkan orang-orang bergerombol melantunkan ayat-ayat al-Qur’an yang langsung dipandu oleh Rasulullah.

Keesokan harinya, Tsumamah dipanggil dan ditawarkan kembali oleh Rasulullah, “wahai Tsumamah apakah kamu sudah ada niat dan keinginan untuk masuk Islam?”. Ternyata Tsumamah masih tidak ada niat untuk masuk Islam. Dengan tegasnya, ia menjawab, “tidak!”. Di hari ketiga Rasulullah mendatanginya lagi dan bertanya dengan pertanyaan yang sama, namun Tsumamah masih dengan jawaban yang sama. Akhirnya nabi kemudian membebaskannya, “baiklah hari ini kamu aku bebaskan”. 

Di hari itu Tsumamah bebas dalam keadaan belum Islam. Yang menarik, meski bebas dalam keadaan belum Islam, namun Tsumamah akhirnya mencari air untuk mandi dan membersihkan sekujur tubuhnya. Lalu ia kembali menuju ke masjid untuk menemui Rasulullah, dan mengulurkan tangannya seraya berkata: 

يارسول الله أمدد يدك فإني أشهد أن لا إله إلا الله وأنك محمد رسول الله 

Artinya: “Ya Rasulullah, ulurkan tanganmu saya sekarang masuk Islam. Dan saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan engkau Muhammad adalah utusan Allah.”

Setelah bersyahadah, Tsumamah kemudian berkata lagi, “ya Rasulullah, dulu dimuka bumi ini tidak ada wajah yang lebih saya benci dari pada wajahmu. Sekarang wajahmulah yang paling saya cintai. Dan, dulu dimuka bumi ini tidak ada kawanan yang saya benci melebihi sahabat-sahabatmu, tetapi sekarang sahabat-sahabatmu lah orang yang saya cintai.”

Pilihan untuk berserah diri ini bukanlah sebuah paksaan atau ancaman yang berakibat menghilangkan nyawa. Akan tetapi, ini benar-benar yang Islam ajarkan. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa Tsumamah tidak dari awal saja masuk Islam ketika berada dalam penjara?

Bahkan, justru sebaliknya, ia masuk Islam karena semenjak di penjara sering melihat akhlak dan cara Rasulullah berdakwah serta membumikan Islam di tanah Madinah. Inilah sebenarnya Islam, iman, dan mahabbah (cinta) yang tidak bisa terpisahkan. 

Bahkan, seringkali mahabbah akan semakin bertambah jika iman seseorang itu bertambah. Semakin sempurna jiwa seseorang, maka cintanya akan semakin bertambah. Dan semakin besar cinta yang dimilikinya, maka kebahagiaan dan kenikmatan yang dirasakannya akan semakin banyak.

Oleh karena itu, akhlak seseorang dapat diketahui dengan mengetahui para sahabat dan teman duduknya. Seorang penyair sufi mengatakan:

“Jika engkau berada dalam satu kaum, maka bergaullah dengan orang-orang yang terbaik. Janganlah bergaul dengan orang-orang yang tercela, sehingga engkau terjerumus ke dalam kehinaan. Janganlah bertanya tentang seseorang, tetapi bertanyalah tentang sahabatnya. Sebab, setiap orang akan mengikuti sahabatnya.”

Para sahabat nabi tidak akan mencapai kedudukan dan derajat yang tinggi setelah mereka berada dalam kegelapan jahiliyah, kecuali mereka harus bergaul kumpul dengan Rasulullah. Begitu juga, para tabi’in tidak akan meraih kemuliaan yang agung, kecuali setelah mereka bergaul dan berinteraksi dengan para sahabat nabi yang mulia.

Para ulama pewaris nabi itulah sebenarnya yang mentransformasikan agama kepada umat manusia. Ajaran agama terwujud dalam tingkah laku, kondisi, dan gerak-gerik mereka. Dan merekalah yang ditegaskan nabi dalam sabdanya: 

لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتي يأتي أمر الله وهم كذلك

Artinya: “Akan tetap ada segolongan dari umatku yang menegakkan kebenaran mereka tidak pernah terpengaruh oleh orang yang menghinakan mereka, sampai datang hari Kiamat dan mereka tetap berlaku seperti itu.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). 

Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib, ketika menafsirkan surat al-fatihah ia menyatakan, “bab ketiga, tentang rahasia-rahasia akal yang disimpulkan dari surat al-Fatihah.

Di dalamnya terdapat tiga pokok permasalahan, permasalahan ke tiga adalah sebagian ulama mengatakan bahwa ayat, “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah [1]: 6-7).

Ini menunjukkan bahwa seorang murid tidak memiliki jalan untuk bisa sampai ke maqam hidayah dan mukasyafah, kecuali jika dia mengikuti mursyid-nya yang menunjukkan ke jalan lurus, serta menghindarkan dari titik-titik kesalahan dan jalan yang sesat. Sebab, kekurangan terdapat pada mayoritas manusia. Dan akal mereka tidak cukup untuk mengetahui yang benar dan membedakan yang salah.

Oleh karena itu, dibutuhkan seorang yang sempurna yang dapat diikuti oleh orang yang kurang sempurna, sehingga akal orang yang kurang sempurna dapat menjadi kuat dengan cahaya akal orang yang sempurna itu. Ketika itu, dia akan sampai ke tangga-tangga kebahagiaan dan kesempurnaan. 

Demikian kisah Tsumamah masuk Islam karena terpesona akhlak mulia Rasulullah. Wallahu a’lam bishawab.

BINCANG SYARIAH