Serba-serbi Haji (15): Pahami Bahasa dan Budaya

MENGUNJUNGI negeri asing itu memerlukan pengetahuan tentang bahasa dan budaya negeri itu yang sangat mungkin berbeda banyak dengan bahasa dan budaya di negeri sendiri. Di Saudi Arabia, memegang jenggot orang lain adalah sebuah tanda penghormatan. Di Indonesia, itu bisa bermakna mengajak kelahi. Masalah kecup kepala dan cium tangan juga memiliki makna beda. Belum lagi masalah bahasa.

Mat Kelor termasuk orang yang cepat belajar budaya Arab. Melihat banyak orang sedekah roti, minuman dan makanan ringan di hari Jum’at ini, dia tak mau kalah. Dia membagi-bagikan kurma. Namun dia geleng kepala sambil penasaran ketika banyak orang yang disalaminya dengan senyum memanggilnya “syukron.”

Dia bertanya pada muthawwif (guide haji) mengapa banyak orang memanggilnya “SYUKRON.” Muthawwif menjawab bahwa SYUKRON itu bukan nama, itu ungkapan Arab yang bermakna TERIMAKASIH. Mat Kelor sedikit malu tapi dia mengangguk-angguk paham.

Selesai Jum’atan, kurma Mat Kelor masih tersisa. Lalu dibagikanlah kembali kepada orang yang mau. Orang-orang kembali mengucapkan SYUKRON. Dijawablah dengan senyum oleh Mat Kelor yang sudah paham maknanya dengan ungkapan “HAMBALI.” Maksud Mat Kelor adalah bahwa HAMBALI itu bahasa Arab dari bahasa Indonesia “KEMBALI.” SYUKRON dijawab HAMBALI. Hahahaaa.

Banyak orang Arab yang mengernyitkan dahi tidak paham dengan kata HAMBALI itu. Namun ada yang menyangka bahwa Mat Kelor sedang menyebut nama dirinya. Maka ada juga orang yang dapat kurma itu berkata: SYUKRON YA HAMBALI (Terimakasih Pak Hambali). Sejak itulah Mat Kelor oleh teman-temannya dijuluki HAJI HAMBALI. Hahahaaaa, lucu kan? Bagi yang tersenyum atau tertawa lalu komentar saya sampaikan SYUKRON.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Ini Cara Menurunkan Angka Kematian Jemaah Haji

Angka kematian jamaah haji asal Indonesia sejauh ini bisa ditekan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Selain kerja petugas haji Indonesia, Kerajaan Arab Saudi ternyata juga menerapkan strategi khusus terkait hal itu.

“Masya Allah, tabarakallah,  karena kebaikan Allah untuk tahun ini terutama di Masyair (waktu wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melontar jumrah), dan Makkah bisa kita turunkan angka kematiannya,” kata Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges di Jeddah, Rabu (5/9).

Ehsan mengepalai badan yang menjalankan operasional pelayanan kesehatan di Makkah, Arafah, dan Masyair. Dia melayani sekitar 300 ribu jemaah Asia Tenggara dan Cina. Sebanyak 120 petugas ia komandoi guna menjalankan ambulans serta menangani operasional klinik kesehatan di wilayah tersebut.

Pria keturunan Bugis-Sunda itu menuturkan, sepanjang fase wukuf dan mabit di Muzdalifah dan Mina serta melontar jumrah dan penempatan jamaah di Makkah, angka kematian jemaah Indonesia sejauh ini tercatat sebanyak 234 orang. Jumlah itu tak sampai separuh dari angka kematian tahun lalu yang mencapai 600 orang lebih.

Ehsan menuturkan, sebelum musim haji dimulai, mula-mula mereka memetakan dahulu sejumlah faktor-faktor terkait kesehatan jemaah. Di antaranya, jumlah jemaah Indonesia yang 60 persennya berusia di atas 60 tahun. Selain itu, berangkat juga sebanyak 147 ribu jemaah berisiko tinggi terkena penyakit di Tanah Suci. Kebiasaan-kebiasaan jemaah Indonesia juga mereka petakan.

Setelah itu, insinyur teknik industri dari Universitas King Abdulaziz Jeddah itu bersama koleganya merancang sistem pelayanan di Arafah, Muzdalifah, Mina, dan Makkah.

“Jadi kami melakukan restrukturisasi dan reorganisasi tahun ini belajar dari pengalaman sebelumnya,” kata dia.

Diantara terobosan tahun ini adalah penempatan klinik yang lebih banyak dengan sistem pendingin ruangan yang lebih baik di lokasi-lokasi tersebut. Tak kalah penting, Arab Saudi mengoperasikan 28 ambulans yang dibagi di tiga wilayah berbeda.

Hal itu memungkinkan penjemputan jemaah sakit di klinik-klinik yang perlu dirujuk lebih cepat. Ia juga menempatkan perwakilan di rumah sakit untuk mempercepat pengurusan perawatan jemaah.

Pengerahan sumber daya manusia juga disesuaikan dengan kepadatan lokasi. Pada saat wukuf, tenaga pelayanan kesehatan dikonsentrasikan di Arafah, kemudian dipindahkan ke Muzdalifah, Mina, dan Makkah berturut-turut sesuai waktu-waktu padat masing-masing lokasi.

“Jadi pusing kepalanya berpindah-pindah,” kata dia berkelakar.

Tak hanya soal pelayanan kesehatan, Ehsan mengatakan, pelayanan katering juga punya peran krusial menyokong kesehatan jemaah. Menurutnya, Saudi setuju menyesuaikan cita rasa makanan dengan lidah jemaah Indonesia agar jemaah banyak makan dan terjaga kesehatannya.

Faktor lain, kata Ehsan, adalah anggapan keliru jemaah mereka harus berumrah tujuh kali sebelum wukuf. Menurut dia, hal ini menguras tenaga jemaah higga akhirnya mereka kelelahan di Arafah dan saat melempar jamarat. Ia mengatakan, pengelola haji dari Cina, Thailand, dan Malaysia sudah melarang sama sekali praktik tersebut.

Sementara Indonesia mulai juga menyerukan imbauan itu. Upaya-upaya tersebut, didukung kerja sama yang baik Arab Saudi dengan petugas Indonesia ia harapkan mampu lebih menjaga keselamatan jemaah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilhami Lubis sebelumnya mengakui peningkatan pelayanan Arab Saudi. Menurutnya, ada peningkatan kerja sama antara pihak Saudi dan Indonesia yang berujung pada peningkatan pelayanan tahun ini. (fz/ab).

Ditulis oleh Abdul Basyir

 

KEMENAG RI

Komite Arab Saudi Tertarik Keunikan Cara Indonesia Mengelola Haji

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mendapat sorotan khusus dari Komite Haji Arab Saudi. Cara Indonesia mengelola ibadah haji dari Tanah Air disebut sistematis dan unik dibandingkan negara-negara lain.

Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges mengatakan, kerja-kerja pelayanan haji pemerintah Indonesia membuat koordinasi kian mudah dan penanganan pelaksanaan ibadah haji bisa lebih terkendali.

“Kalian bekerja sangat baik dalam menangani jamaah haji,” kata Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges di Jeddah, Rabu (5/9/2018).

Secara khusus, Ehsan kagum dengan pendataan haji Indonesia yang tergolong rapi. “Kalian punya sistem. Ini hal yang tak dipunyai pengelola haji negara lain,” kata dia.

Ia mencontohkan, saat petugas atau pekerja medis Saudi menangani jamaah dari Indonesia, mereka tinggal mengirim nomor paspor jamaah bersangkutan ke pihak Panitia Penyelenggaraan Ibadan Haji (PPIH) Arab Saudi baik dari Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan nomor paspor itu, pihak Saudi bisa langsung mengetahui data jamaah terkait mulai dari data pribadi hingga riwayat kesehatannya dan mengambil tindakan.

“Saya bertemu dengan banyak misi haji dari negara lain, dan mereka bahkan tak memiliki laporan lengkap soal jamaah,” kata dia. Ia menilai, petugas-petugas haji Indonesia juga sangat mudah diajak bekerjasama dan sangat suportif dalam membantu pelayanan haji.

Tahun depan, Ehsan menjanjikan akan dilakukan peningkatan terkait pelayanan jamaah haji termasuk dari Indonesia. Mereka saat ini sudah mengajukan proposal soal penambahan ambulans dan klinik kesehatan.

Selain itu, pihak Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi juga mendorong diperbolehkannya ambulans beroperasi hingga ke dalam terowongan dan lokasi jamarat di Mina. Hal tersebut sehubungan banyaknya jamaah yang jatuh sakit di terowongan menuju dan kelua jamarat akibat kelelahan berjalan kaki.

Sementara, Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat juga memuji peningkatan pelayanan haji Arab Saudi tahun ini. “Petugas mereka saat ini lebih kooperatif dan ramah. Kami mengapresiasi perubahan ini,” kata Arsyad di Jeddah, kemarin. (erh)

OKEZONE

Memahami Badal Haji

Badal haji memang kerap menjadi perbincangan di kalangan pakar fikih. Ada yang pro sementara lainnya kontra.

Bagi yang berpendapat bahwa badal haji tidak sah, berpegang kepada beberapa ayat Alquran. Di antaranya surah al-Baqarah ayat 286….Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya, dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang di kerjakannya …

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, (Yaitu) bahwasanya seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seseorang manusia tidak memperoleh sesuatu selain dari apa yang telah diusahakannya. (QS an-Najm [53]: 38- 39).

Sementara bagi yang membolehkan mengambil dalil dari beberapa hadis sahih soal badal haji. Di antaranya, dari Ibnu Abbas RA bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi SAW dan berkata, Ibu saya telah bernazar untuk pergi haji, tapi belum sempat pergi hingga wafat, apakah saya harus berhaji untuknya? Rasulullah SAW menjawab, Ya pergi hajilah untuknya. Tidak kah kamu tahu bila ibumu punya utang, apakah kamu akan membayarkannya? Bayarkanlah utang kepada Allah karena utang kepada-Nya lebih berhak untuk dibayarkan. (HR Bukhari).

Dalam hadis lain, seorang wanita dari Khas’am berkata kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah se sungguhnya ayahku telah tua renta, baginya ada kewajiban Allah dalam berhaji, dan dia tidak bisa duduk tegak di atas punggung unta. Lalu Nabi SAW bersabda, Hajikanlah dia. (HR Muslim).

Majelis Tarjih PP Muhammadiyah menjelaskan, ada ulama yang berpendapat jika hadis-hadis soal badal haji bertentangan dengan ayat-ayat Alquran soal amal seseorang. Pendapat ini didukung ulama dari kalangan Hanafiyah. Maka, kalangan ini berpendapat hukum dalam hadis- hadis tersebut tidak bisa berlaku.

Sementara, ulama lain seperti Ibnu Hazm berpendapat bahwa hadis Ahad mempunyai kekuatan qath’i sehingga dapat mengecualikan atau mengkhususkan ayat Alquran. Pendapat ketiga dikemukakan oleh ulama Muta kal limin, khususnya ulama Syafi’iyah, yang mengatakan bahwa hadis Ahad apalagi hadis Mutawatir dapat menakhsis atau mengecualikan ayat-ayat Alquran.

Oleh karena itu, menurut mereka anak bahkan orang lain pun dapat melaksanakan haji atas nama orang tuanya atau orang lain.

Majelis Tarjih PP Muhammadiyah sendiri mengambil pendapat bahwa hadis-hadis di atas bisa diamalkan karena menjelaskan lebih perinci soal ayat- ayat Alquran. Sehingga boleh seseorang membadalkan haji untuk orang lain.

Lantas, apakah yang membadalkan haji harus berangkat dari negara orang yang digantikan ataukah bebas dari mana saja? Jumhur ulama membolehkan orang yang menggantikan haji bebas berangkat dari negara mana saja. Tidak harus dari asal orang yang digantikan. Wallahu a’lam.

REPUBLIKA

Alasan Diharamkannya Emas Bagi Laki-laki

SYAIKH Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin ditanya: Apakah alasan diharamkannya memakai emas bagi kaum laki-laki, karena kita mengetahui bahwa agama Islam tidak mengharamkan atas seorang muslim kecuali segala suatu yang mengandung mudarat (bahaya), jadi apakah mudarat yang terkandung dalam pemakaian perhiasan emas bagi kaum laki-laki?

Perlu diketahui oleh penanya dan setiap orang yang mendengar ini bahwa alasan hukum dalam menetapkan hukum-hukum syariat bagi setiap orang mukmin adalah firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Hal itu berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)

Siapa saja yang bertanya kepada kami tentang pewajiban atau pengharaman sesuatu, kami akan menunjukkan hukumnya berdasarkan Alquran dan sunah. Karena itu, berkenaan dengan pertanyaan tersebut di atas, maka dapat kami katakan, alasan diharamkannya emas bagi kaum laki-laki yang mukmin adalah firman Allah Subhanahu wa Taala dan sabda Rasul-Nya. Alasan tersebut sudah dianggap cukup bagi setiap orang mukmin. Karena itu, ketika Aisyah radhiallahuanha ditanya Kenapa wanita yang haid diperintahkan mengqadha puasa dan tidak diperintahkan mengqadha salat? Ia menjawab, Allah telah menentukan kita mengalami hal tersebut, kemudian kita diperintahkan mengqadha puasa dan kita tidak diperintahkan mengqadha salat, karena nash hukum dari kitab Allah (Alquran) dan sunah Rasul-Nya menjadi alasan diwajibkannya hal tersebut bagi setiap orang mukmin. Tetapi tidak menjadi masalah bagi seseorang untuk mencari hikmah yang terkandung dalam hukum-hukum Allah, karena hal itu dapat menambah ketentraman batin, menjelaskan ketinggian syariat Islam karena ketentuan-ketentuan hukumnya sesuai dengan alasannya dan memungkinkan dilakukan qiyas (analogi), jika alasan hukum yang dinashkan itu memiliki kepastian terhadap masalah lain yang belum meimiliki ketetapan hukum. Jadi tujuan mengetahui hikmah yang terkandung dalam ketentuan hukum syariat adalah tiga faidah tersebut.

Kemudian dapat kami katakan juga berkenaan dengan pertanyaan saudara, bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam telah menegaskan tentang haramnya memakai emas bagi kaum laki-laki, tidak bagi kaum wanita. Alasannya karena emas itu termasuk perhiasan yang memiliki nilai tinggi dalam mempercantik dan menghiasi seseorang, sehingga dikategorikan sebagai hiasan dan perhiasan, sedangkan orang laki-laki bukanlah peminat hal tersebut, yakni bukan sosok manusia yang menyempurnakan diri atau disempurnakan dengan sesuatu yang di luar dirinya, melainkan sempurna dengan sesuatu yang terdapat di dalam dirinya, karena ia mempunyai sifat kejantanan atau maskulinitas sehingga ia tidak membutuhkan perhiasan untuk menarik perhatian lawan jenisnya.

Jadi seorang suami tidak membutuhkan perhiasan untuk menarik perhatian istrinya supaya mencintainya. Berbeda sekali dengan wanita, karena ia memiliki kekurangan sehingga ia membutuhkan berbagai perhiasaan yang bernilai tinggi, di mana perhiasan itu dibutuhkannya hingga di dalam pergaulan di antara mereka dan di depan suaminya. Oleh karena itu, wanita diperbolehkan memakai perhiasan emas dan tidak bagi laki-laki. Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam menyifati keberadaan wanita, “Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran.” (QS. Az-Zukhruf: 18)

Dengan demikian, jelaslah mengenai hikmah syara (agama) mengharamkan memakai perhiasan emas bagi kaum laki-laki. Berkaitan dengan hal itu, maka saya nasihatkan kepada kaum laki-laki yang memakai perhiasan emas, bahwa mereka telah berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari kaum wanita serta mereka telah meletakkan bara api neraka di atas tangannya, kemudian memakainya sebagai perhiasan sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Karena itulah, hendaklah mereka bertobat kepada Allah Subhanahu wa Taala. Sedangkan jika mereka memakai perhiasan dari perak dengan memperhatikan batas-batas ketentuan syariat, maka hal itu tidak menjadi masalah dan tidak berdosa. Demikian juga tidak berdosa dan tidak menjadi masalah memakai perhiasan dengan sejumlah barang tambang yang lainnya selain emas dimana mereka tidak berdosa memakai cincin dari barang-barang tambang tersebut, jika dilakukan tanpa melebihi batas-batas kewajaran dan tidak menimbulkan fitnah.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, kepada keluarganya serta para sahabatnya seluruhnya. (Syaikh Ibn Utsaimin, Asillah Fi Bai Wa Syira adz-Dzahab, Hal. 38)

[Sumber: Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, Darul Haq Cetakan VI 2011/KonsultasiSyariah]

INILAH MOZAIK

Pesan Terakhir Jelang Ajal Menjemput

Rasulullah SAW tak luput memberikan pesan-pesan kepada keluarga dan umat- nya, pada masa-masa akhir hidupnya. Syekh al-Khathib menukilkan sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalib. Keponakan sekaligus menantu Rasulullah SAW itu mengisahkan bagaimana suasana masa-masa Rasul berjuang menghadapi sakit dan kegigihannya menyampaikan pesan kepada umat. Kisah tersebut terangkum panjang, tetapi inilah di antara sebagian penggalan wasiat terakhir Rasulullah.

Ali menuturkan, tatkala surah an-Nashr turun, Rasul akhirnya tertimpa sakit. Di tengah sakitnya tersebut, Rasul keluar dan mengumpulkan segenap umat pada suatu Kamis. Meski menahan sakit di kepalanya, Rasul tetap naik ke mimbar. Raut mukanya menguning. Air matanya berlinang.

Kemudian, dia meminta Bilal menyerukan segenap warga berkumpul di tengah Madinah untuk mendengarkan wasiat Rasulullah, sebab ini adalah pesan terakhir. Perintah ini dilaksanakan bilal. Semua warga tak terkecuali orang dewasa atau anak kecil berkumpul dan membiarkan pintu rumah mereka terbuka begitu saja.

Demikian pula dengan pasar yang ditinggal sepi begitu saja.Bahkan, orang tua yang uzur keluar dari rumah untuk mendengarkan wejangan pamungkas Rasulullah.Masjid pun penuh sesak.

“Lapangkan, berikan tempat untuk yang lain, perintah Rasulullah. Rasul lantas berdiri dan menangis, kemudian hening. Kemudian memuji Allah dan bersalam kepada para nabi dan atas dirinya, lalu bersabda, “Wahai umat manusia, ketahuilah diriku telah capai dan tibalah saatku meninggalkan dunia. Saya merindukan pertemuan dengan Tuhanku, dan sungguh teramat sedih meninggalkan umatku. Apa yang mereka ucapkan setelah aku (Muhammad) meninggal? Ya Allah ucapkan salam, ucapkan salam wahai manusia. Dengarkan, camkan, dan ingatlah wasiatku. Hendaknya mereka yang datang menyampaikan kepada mereka yang tak hadir karena ini wasiat terakhirku bagi kalian. Wahai manusia, Allah telah menjelaskan bagi kalian dalam Alquran, apa yang halal dan haram bagi kalian, apa yang boleh dilakukan dan perkara yang mesti ditinggalkan.Ha lalkanlah apa yang memang halal bagi kalian, dan haramkanlah apa yang memang haram buat kalian. Percayalah kepada ayat-ayat mutsya bih, kerjakanlah ayat-ayat yang sudah terang benderang dan ambillah I’tibar dari ayat-ayat perumpa an. Rasul pun mengangkat kepalanya dan berkata, “Ya Allah aku te lah sampaikan (wasiatku) maka saksikanlah.

Dalam pesan terakhir itu pula, mewanti-wanti nafsu yang jauh dari ridha Allah dan hendaknya tetap berpegang teguh pada jamaah dan istikamah. Sebab, yang demikian itu sangat dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Rasul juga mengingatkan agar umatnya takut kepada Allah dalam memegang agama dan amanat. Rasul mengingatkan agar tak berbuat sewenang-wenang pada hamba sahaya, berperilaku baik kepada istri, dan keluarga. Rasul juga menegaskan dalam pesan terakhirnya tersebut, agar umat mematuhi pemimpin dan jangan sampai membangkang meski pemimpin tersebut seorang hamba sahaya berkulit hitam. Barang siapa yang mematuhi pemimpin dia telah mematuhiku, dan barang siapa yang membangkang, dia telah bermakasiat kepadaku, titah Rasul.

 

REPUBLIKA

Pemerintah Waspadai Penyakit yang Terbawa Jamaah Pasca-Haji

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, menyambut kedatangan jemaah haji kloter 16 JKG di Asrama Haji Pondok Gede, 4 September lalu.

Pada kesempatan tersebut, Dirjen P2P didampingi Kakanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta, Kepala KKP Kelas I Soekarno Hatta, Direksi RS Haji Jakarta dan Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Haji JKG.

Anung mengatakan, pemerintah telah memberikan pelayanan, pembinaan dan perlindungan yang sebaik-sebaiknya kepada jamaah haji, semua itu dilakukan agar jamaah haji Indonesia terjamin kebutuhannya dari semua bidang, termasuk bidang kesehatan.

Anung menegaskan bahwa petugas kesehatan telah membagikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH), agar apabila jemaah haji mengalami sakit demam, batuk, dan sesak dalam 14 sejak kedatangan di tanah air, segera berobat ke puskesmas terdekat dengan membawa K3JH tersebut.

Dalam hal ini, pemerintah mewaspadai berbagai penyakit dialami jamaah akibat terbawa pascahaji.

“Pemerintah mewaspadai berbagai penyakit yang kemungkinan terbawa oleh jamaah haji antara lain MERSCoV, Meningitis, Kolera, dan lain lain,” jelas Anung.

Setiap jamaah haji Indonesia telah dibekali Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) sejak di Tanah Air yang berfungsi sebagai alat deteksi dini kesehatan.

Setelah yang bersangkutan tiba di Tanah Air dari Arab Saudi melaksanakan ibadah haji, sesampainya di Bandara, satu lembar dokumen K3JH diambil oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Embarkasi, kemudian satu lembar lagi dipegang jamaah.

Menurutnya, bila ada tanda-tanda pernapasan yang berat, batuk, demam di atas 38 derajat celcius, jamaah haji diimbau segara menghubungi Puskesmas terdekat untuk memeriksakan diri.

Bila tidak ada tanda-tanda gejala penyakit menular seperti di atas, jamaah haji kembali ke rumah dengan dinyatakan sehat. Namun, jika terbukti melalui pemeriksaan terdapat gejala penyakit menular di atas, seperti Mers-COV, akan dilakukan pengambilan sampel dahak.

‘Apabila hasilnya positif akan dilakukan isolasi, selanjutnya dilakukan penyelidikan epidemiologi di lingkungan keluarga bersangkutan dan teman selama perjalanan untuk mengetahui penularan kepada pihak lain dan mengetahui penyebabnya.

Selanjutnya, bila hasil laboratorium negatif, jamaah diperbolehkan kembali ke rumah. Masa deteksi dini K3JH berlaku selama 14 hari sejak kepulangan dari Tanah Suci.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan bahwa fase Armina pasca-Armina ini perlu diwaspadai.

“Biasanya jamaah yang sudah selesai berhaji mengalami penurunan daya tahan tubuh karena malas makan,” kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek melalui keterangan yang diterima Okezone, Senin (27/8/2018).

Guna menekan risiko sakit pada jamaah haji pasca-Armina, tugas tim medis, khususnya di kloter (TKHI) dan pada jamaah, harus lebih ditingkatkan.

Terkait hal ini, Menkes Nila Moeloek menyampaikan tiga pesan kepada TKHI dan jamaah haji.

Pertama, TKHI diminta meningkatkan early diagnostic terhadap jamaah di pondokan kloter masing-masing, terutama usai puncak ibadah haji.

“Waspada terhadap jamaah pascarawat di KKHI atau RSAS, terutama yang mengidap penyakit kardiovaskuler dan memastikan intake yang cukup pada jamaah sakit karena pasca armina kondisi ini menjadi risiko yang dapat menyumbang angka kematian tinggi,” kata Menkes Nila.

Kedua, jamaah gelombang 1 diimbau menjaga kesehatan dan kebugaran karena akan kembali ke Tanah Air. Begitu juga dengan jamaah gelombang 2 yang masih akan ke Madinah untuk beribadah di sana.

Ketiga, jamaah haji diimbau mengatur aktivitas, jangan berlebihan dan sesuai prioritas. “Tetap menjaga waktu istirahat dan menjaga asupan makannya,” pesan Menkes Nila.

Ia berharap perilaku hidup sehat yang sudah dijaga sebelum Armina tetap dipertahankan. Caranya dengan menjaga pola makan, rajin minum, dan cukup istirahat.

OKEZONE

Pemulangan Haji Gelombang Satu Hampir Berakhir

-Pemulangan jemaah haji gelombang pertama memasuki hari-hari terakhir. Menurut data Siskohat pada Jumat (7/9/2018) pukul 10.30 WAS telah dipulangkan melalui Bandara King Abdulaziz, Jeddah sebanyak 191 kloter ke Tanah Air. Jumlah jemaah haji 77.335 orang, jumlah petugas kloter 956 orang dan totalnya 78.291 orang.

Menurut Kasi Pelayanan Kedatangan dan Pemulangan Jemaah Daker Airport, Muhammad Syarif, sepanjang Jumat (7/9) hingga malam hari, sebanyak 18 kloter diberangkatkan ke masing-masing debarkasi haji.

“Jumlah yang berangkat hari ini 18 kloter,” ujar Syarif.

Sehari sebelumnya, dari Bandara berangkat sebanyak 19 kloter atau 19 penerbangan. Terdapat 7.536 jemaah, 95 petugas yang menyertai jemaah sehingga totalnya 7.631 orang.

Keseluruhan jemaah haji reguler 203.351 orang tiba di Tanah Suci pada musim haji ini. Dari jumlah itu, sebanyak 87.863 orang tiba dalam gelombang pertama di Bandara Prince Muhammad bin Abdulaziz, Madinah.

Jemaah gelombang pertama kedatangan itu pula yang akan pulang ke Tanah Air lebih dahulu melalui Jeddah secara bertahap hingga 9 September nanti. Kloter jemaah haji gelombang satu yang dipulangkan melalui Bandara King Abdul Aziz mencapai 218 kloter.

Informasi jemaah haji wafat sampai dengan Jumat (7/9) siang mencapai 298 orang. Angka itu terdiri dari jemaah haji reguler 280 orang dan jemaah haji khusus 18 orang. (ab/ab).

KEMENAG RI

Awas! Jangan Tampakkan “As-Syamatah”

MENAMPAKKAN kebahagiaan ketika ada sesama saudara muslim yang tertimpa musibah, disebut as-Syamatah. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang keras tindakan ini.

Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian menampakkan syamatah di hadapan saudaramu. Bisa jadi Allah merahmati saudaramu, kemudian Allah membalik keadaan dengan memberikan ujian untukmu.” (HR. Turmudzi 2694 dan dinilai al-Albani sebagai hadis Hasan Gharib).

Namanya manusia, pasti ada kesalahan dan kekurangan. Dan kita diperintahkan untuk tutup mulut, tidak memberikan komentar miring kepada orang yang melakukan kesalahan, ketika yang bersangkutan telah meninggal.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian mencela orang yang telah mati, karena mereka telah medapat balasan dari amal mereka.” (HR. Ahmad 26212, Bukhati 1393, dan yang lainnya)

Semoga kita bisa memahaminnya. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK

Produk Indonesia Banjiri Pasar Kakiyah, Makkah

Produk Indonesia mudah ditemukan di Pasar Kakiyah Makkah. Pedagang di sana menjual mie instan, minyak goreng (CPO), bumbu masak seperti cabai bubuk, kecap, saos botolan, dan terasi. Lainnya adalah mie telor, aneka minuman dan makanan ringan.

“Di Pasar Kakiyah ada beberapa toko yang menjual barang-barang kita,” kata Key Account Manager PT Syamil al-Katiri Abdul Halim saat dihubungi pada Kamis (6/9).

Salah satunya adalah Toko Puncak Sumatra yang dimiliki Adil Qasim. Lokasinya berada di ruko toko bahan pokok Kakiyah. Di dalamnya terdapat produk Indonesia tersebut.

Masyarakat setempat ramai mendatangi tempat jualan tadi untuk memborong produk Indonesia. Di antara mereka adalah warga Arab, keturunan Indonesia, dan warga Indonesia yang tinggal di Saudi (mukimin).

Tokonya akan ramai pemesanan menjelang musim haji. Perusahaan katering biasanya akan memborong kecap dari tempatnya hingga ribuan boks. Barang lainnya yang diburu perusahaan katering adalah kopi bungkusan dari berbagai merek khas Indonesia dan teh.

“90 persen komoditas di toko itu berasal dari Indonesia. Ini adalah whole seller yang memenuhi kebutuhan pedagang eceran dekat pemondokan jamaah Indonesia,” kata Halim.

Pada musim haji tahun ini pihaknya meraup omzet hingga 5 juta riyal (kurs 1 riyal sama dengan Rp 3.800. Setara dengan Rp 19 miliar). Produk yang paling laris adalah kecap, saos, bumbu, jus, dan rempah-rempah. Kecap di sana berasal dari pabrikan ternama di Indonesia, seperti ABC dan Indofood.

Sementara itu, Adil Qasim mengatakan, minyak goreng Indonesia sangat diminati, karena kualitasnya bagus. Kehalalan produk itu juga terjamin, sehingga masyarakat Saudi selalu membelinya untuk kebutuhan sehari-hari memasak lauk-pauk.

Masyarakat dapat membeli produk tersebut eceran dan grosiran. Jika berbelanja grosiran, pembeli akan menikmati beragam potongan harga. Toko-toko sekitar 164 hotel jamaah haji kerap mengambil barang darinya.

Mereka menjual lagi produk tersebut kepada para tamu Allah. Jamaah yang bosan dengan menu katering biasanya membeli mie instan baik yang dibungkus plastik maupun gelas stereofom. Makanan tersebut mereka seduh dengan air panas dan dibumbui. Setelah itu jamaah merasakan nikmatnya rasa khas mie instan yang biasa dinikmati di kampung halaman.

REPUBLIKA