Doa Bisa Pergi Haji

Sedari kecil saya sudah pengen banget bisa pergi haji dan bisa berangkatin haji orang tua, makanya semangat belajar ke sana-sini di tengah keterbatasan financial. Lepas nyantren, berusaha gigih untuk mengais rezeki halal yang banyak dan berkah. Ini doa yang selalu dipanjatkan lepas shalat lima waktu:

اللهم ارزقنا رزقا واسعا حلالا طيبا مباركا وأنت خير الرازقين

“Ya Allah karuniakan kepada kami rezeki yang luas, halal, baik lagi berkah, dan Engkaulah sebaik-baiknya yang memberikan rezeki.”

Dan tiap habis shalat jum’at selalu saya baca 7 kali doa berikut :

اللَّهمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيْدُ، يَا مُبْدئُ يا مُعيدُ، يا رَحيْمُ يا وَدُوْدُ، اَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَ بِفَضْلِكَ عمَّنْ سِوَاكَ.

“Ya Allah Yang Maha Kaya, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengembalikan, Yang Maha Penyayang, Maha mengasihi. Ya Allah jadikanlah kami kaya dengan apa yang telah Engkau halalkan dari yang Engkau haramkan, dan dengan ketaatan padaMu dari bermaksiat padaMu, dan karuniaMu dari pihak selain diriMu”

Saya dapat ijazah doa juga dari gurunda K.H. Masyuri Baidhowi, MA., Pengasuh Pesantren Modern Darussalam Eretan Indramayu, doa ini spesial untuk bisa berangkat haji dan umroh ga pake cape, ga pake lama dan bisa bolak-balik ke tanah suci sewayah-wayah kita mau.

الهم ارزقنا زيارة حرمك وحرم نبيك محمد صلى الله عليه وسلم للحج والعمرة مراتا وكراتا عديدة

“Ya Allah karuniakan kepada kami kesempatan untuk berziarah ke tanah haram-Mu dan tanah haram Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk beribadah haji dan umrah berkali-kali.”

Tentunya sering-sering baca sholawat untuk baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan untuk Nabiyyullah Ibrahim ‘alaihishsholatu wasallam. Banyakin sedekahnya, bantu saudara-saudara kita yang mau berangkat haji, Mudah-mudahan Rasulullah mengaudiensi agar kita termasuk yang diundang oleh Allah ke rumah-Nya.

Alhamdulillah Allah takdirkan kami bisa berangkat bareng musim haji 1436 H ini. Saya do’akan juga semoga seluruh kawan-kawan bisa berangkat haji bersama orang-orang tercinta…

لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك…

Keberuntungan Orang Bertobat

APA saja yang didapatkan oleh orang bertobat? Pastinya, tobat adalah permohonan ampun dari Allah swt. Jika tobat dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti Allah akan mengampuni semua dosanya.

Namun ternyata, seorang yang bertobat tidak hanya mendapat ampunan saja. Ada bonus-bonus lain yang telah disiapkan oleh Allah bagi hamba-Nya yang mau kembali.

Apa saja bonus-bonus itu?

a. Menjadi kekasih Allah. Tidak hanya mendapat ampunan, seorang yang bertobat akan naik level menjadi kekasih Allah swt. Allah mencintai orang yang bertobat seakan mereka tak pernah melakukan keburukan apapun. Sungguh Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

“Sungguh, Allah Mencintai orang yang tobat dan Mencintai orang yang menyucikan diri.” (QS.Al-Baqarah:222)

b. Mendapat doa dari para malaikat.

(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhan-nya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, 1. Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu

2. Dan peliharalah mereka dari azab neraka 3. Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,

4. Dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau Pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh, Engkau telah Menganugerahkan rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung.”

c. Tidak hanya diampuni, bahkan bilangan dosanya diubah menjadi bilangan pahala. Setelah mendapat bonus menjadi kekasih Allah kemudian didoakan selalu oleh para malaikat, kini sampailah kita kepada puncak Rahmat dan Belas Kasih Allah swt.

Bayangkan saja, seorang yang selama ini melanggar perintah-Nya dengan dosa-dosa mendapatkan kesempatan untuk merubah bilangan dosanya menjadi pundi-pundi pahala dengan bertaubat.

“Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka Diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.Al-Furqon:70)

Ya, hanya dengan bertaubat dan ada kemauan untuk merubah diri akan menjadikan dosa-dosa itu berubah menjadi pahala. Tapi ingat, taubat yang dimaksud bukan hanya berucap Istighfar lalu selesai. Taubat yang dimaksud adalah Taubatan Nasuha dengan segala syaratnya.

Dan syarat-syarat tobat akan kami sampaikan pada artikel selanjutnya.

“Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS.An-Nur:31)

Kita sungguh beruntung memiliki Tuhan yang Penuh Kasih Sayang kepada hambaNya, dengan rahmat yang begitu besar ini, masih adakah alasan untuk tidak kembali kepadaNya? [khazanahalquran]

 

INILAH MOZAIK

10 Penyebab Dihapusnya Dosa

PERNAHKAH kita bayangkan seberapa besar dosa yang telah kita lakukan dan seberapa besar amalan yang sudah kita kerjakan? Dalam pembahasan kita kali ini adalah amalan dihapuskanya dosa kita.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu mengatakan: “Dosa-dosa itu akan mengurangi keimanan. Jika seorang hamba bertobat, Allah Subhanah wa taala akan mencintainya. Derajatnya akan diangkat disebabkan tobatnya.

Sebagian salaf mengatakan: Dahulu setelah Nabi Dawud alaihissalam bertaubat, keadaannya lebih baik dibandingkan sebelum terjatuh dalam kesalahan. Barangsiapa yang ditakdirkan untuk bertaubat maka dirinya seperti yang dikatakan Said ibnu Jubair radhiyallahu anhu,

“Sesungguhnya seorang hamba yang melakukan amalan kebaikan, bisa jadi dengan sebab amalan kebaikannya itu akan memasukkannya ke dalam neraka. Bisa jadi pula seorang hamba melakukan amalan kejelekan akan tetapi membawa dirinya masuk ke dalam surga. Hal itu karena ia membanggakan amalan kebaikannya. Sebaliknya, hamba yang terjatuh ke dalam kejelekan membawa dirinya untuk meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Taala, kemudian Allah Subhanahu wa Taala mengampuni kesalahan-kesalahannya.”

Telah disebutkan dalam hadits yang shahih bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda: “Amal-amal (seorang hamba) tergantung amalan-amalan yang dikerjakan pada akhir kehidupannya.”

Sesungguhnya kesalahan/dosa seorang mukmin akan dihapuskan dengan sepuluh sebab, sebagai berikut:

1. Bertobat kepada Allah Subhanahu wa Taala kemudian Allah Subhanahu wa Taala mengampuninya. Karena seseorang yang bertobat dari sebuah dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.
2. Meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Taala kemudian Allah Subhanahu wa Taala mengampuninya.
3. Mengerjakan amalan-amalan kebaikan, karena amalan-amalan kebaikan akan menghapuskan amalan-amalan kejelekan.
4. Mendapatkan doa dari saudara-saudaranya yang beriman. Mereka memberikan syafaat kepadanya ketika masih hidup dan sesudah meninggal.
5. Mendapatkan hadiah pahala dari amalan-amalan saudara-saudaranya yang beriman agar Allah Subhanahu wa Taala memberikan manfaat kepadanya dari hadiah tersebut.
6. Mendapatkan syafaat dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
7. Mendapatkan musibah-musibah di dunia ini yang akan menghapuskan dosa-dosanya.
8. Mendapatkan ujian-ujian di alam barzakh yang akan menghapus dosa-dosanya.
9. Mendapatkan ujian-ujian di padang Mahsyar pada hari kiamat yang akan menghapuskan dosa-dosanya.
10. Mendapatkan rahmat dari Arhamur Rahimin, Allah Subhanahu wa Taala.


Barangsiapa yang tidak memiliki salah satu sebab dari sebab-sebab yang bisa menghapuskan dosa-dosa ini, janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya ini adalah amalan-amalanmu. Aku menghitungnya untukmu kemudian Aku membalasinya untukmu. Maka barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa yang mendapatkan selain daripada itu maka janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri.”

[Diambil dari Risalah Tuhfatul Iraqiyah fi Amalil Qalbiyyah hal. 32-33, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu]

INILAH MOZAIK

 

 

TERBARU: Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci!  Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android! Klik di sini!

Bekal Terbaik Ibadah Haji

Memperoleh kesempatan berhaji adalah hal yang patut disyukuri. Banyak orang yang telah mendaftarkan diri untuk beribadah haji tetapi harus menunggu dalam daftar antre cukup panjang dan setelah beberapa tahun baru bisa berangkat.

Ada juga yang telah memiliki kemampuan untuk berhaji, tetapi masih belum berencana melaksanakannya. “Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS Ali Imran [3]: 97).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah SWT.” (QS al-Baqarah [2]: 196).Ayat tersebut, selain berisi perintah kepada kita untuk berhaji secara ikhlas karena Allah SWT, juga perintah untuk menyempurnakannya.Untuk itu, diperlukan pemahaman manasik haji secara benar sesuai syariat.

Ada dua kriteria amal yang harus diperhatikan agar diterima Allah SWT. Pertama, amal dilakukan dengan ikhlas, semata mengha rap ridha-Nya. Kedua, amal dilakukan dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dua hal di atas bersifat mutlak, harus dipenuhi ke duanya. Jika hanya satu yang dipenuhi, menjadikan amal tidak berarti di sisi-Nya.

Ibadah haji harus dilakukan secara ikhlas semata-mata mencari ridha Allah SWT dan untuk ber-taqarrubkepada-Nya. Ibadah ini tidak didorong oleh motivasi yang lain, seperti mendapatkan sanjungan dari orang, mencari popularitas, berbangga diri atau sekadar ikutan karena tetangga, rekan kerja, dan kerabat telah berhaji.

Kita harus memahami dengan baik dan benar tata cara pelaksan aan ibadah haji sesuai tuntunan syariat. Lebih baik lagi jika bisa mengerti makna yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji.

Berbagai macam makna simbolis yang terkandung dalam pakaian ihram, thawaf mengelilingi Ka’bah, sa’i antara Bukit Safa dan Bukit Marwah, wukuf di Padang Arafah, melempar jumrah, harus dipelajari dan dimengerti. Dengan demikian, ibadah haji dapat dilakukan dengan penuh penghayatan secara mendalam, bukan sekadar gerak fisik ritual tanpa makna.

“Musim haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Bawalah bekal, kareana sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” (QS al-Baqarah [2]: 197).

Di samping perbekalan materi dan kesiapan secara fisik, bekal terbaik untuk berhaji adalah takwa, seperti yang diterangkan pada ayat di atas. Ayat di atas juga berisikan larangan selama berhaji, yaitu berkata jorok, berbuat maksiat, dan bertengkar. Sabar, syukur, istighfar, dan banyak berbuat kebajikan sebagai indikator takwa merupakan kunci-kunci kenikmatan selama beribadah di Tanah Suci. Semoga menjadi haji yang mabrur.

OLEH SIGIT INDRIJONO

 

REPUBLIKA

Menikmati Lengangnya Masjid Nabawi

Mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah, buat kebanyakan jamaah haji tak afdhal tanpa berdiam sejenak di Raudhah. Persoalannya, pada musim haji, bahkan sepanjang tahun saat rombongan tur umrah komersial masih boleh ke Tanah Suci, tempat itu padatnya bukan main.

Namun, sehari sebelum kedatangan jamaah haji Indonesia ke Madinah, suasana Masjid Nabawi tergolong lengang. Penjagaan terhadap situs-situs di masjid tersebut juga masih longgar.

Hingga Senin (16/7) subuh, hanya nampak petugas dan sedikit jamaah dari wilayah Asia Selatan di masjid tersebut. Melaksanakan shalat wajib dan shalat sunnah di Raudhah jadi perkara yang lebih ringan. Saat mencoba melaksanakan shalat kemudian berdoa di lokasi sempit dengan karpet hijau tak jauh dari makam Rasulullah di lokasi itu pada Ahad (16/7) dini hari, saya tak mengalami pengusiran oleh askar seperti yang biasanya terjadi sehubungan panjangnya antrean.

Sebagian jamaah lain juga nampak sibuk berswafoto dengan latar belakang mimbar tanpa dihalangi petugas. Nampak jamaah dari Pakistan, Afghanistan, dan India bisa berdoa lama hingga mengucurkan air mata tanpa dibatasi waktu.

Di depan makam Rasulullah yang diapit makam para sahabat terdekatnya, jamaah juga masih bisa berlama-lama pada dini hari tersebut. Meski sekitar empat askar berjaga di lokasi itu, mereka tak lekas mengusir jamaah yang berdoa di depan makam Nabi SAW. Seperti di Raudhah, mereka juga masih dibiarkan berswafoto dan mengambil gambar lokasi tersebut.

Terletak di antara mimbar lama Masjid Nabawi dan makam Rasulullah, lokasi Raudhah ditandai dengan petak sempit berkarpet hijau untuk membedakannya dengan lokasi lain di Masjid Nabawi yang berkarpet merah. Riwayatnya, lokasi itu adalah jalur yang sehari-hari digunakan Nabi Muhammad berjalan dari rumahnya ke mimbar masjid

Diyakini kebanyakan jamaah, doa yang dipanjatkan jamaah di lokasi itu pasti diterima Allah. Lokasi itu juga dikenal sebagai sekutip tanah surga.

Tak heran, ia jadi salah satu tujuan utama jamaah haji dan umrah saat mengunjungi Masjid Nabawi. Ramai jamaah menitikkan air mata saat berdoa dan sembahyang di sana. Pada puncak musim haji, lokasi itu terkadang ditutup guna mengantisipasi membeludaknya jamaah.

 

REPUBLIKA

8 Keutamaan Menjawab Azan yang Besar Nilainya (3)

MENJAWAB adzan, ternyata bukan amal yang nilainya ringan. Sekalipun hanya mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin, namun islam menghargainya sebagai amal besar. Ada banyak sekali keutamaan amalan sederhana ini, berikut diantaranya,

[6] Menjawab adzan, lalu memohon agar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mendapatkan maqam mahmud, kita berhak mendapat syafaat.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhuma, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa mendengarkan adzan, lalu dia membaca doa,”Ya Allah! Saya memohon kepada-Mu dengan perantara hak doa yang sempurna ini serta shalat yang ditegakkan ini, berilah wasilah (derajat di surga) dan keutamaan kepada Nabi Muhammad. Dan tunjuklah beliau sehingga bisa menempati maqam terpuji yang telah Engkau janjikan”

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, siapa yang membaca doa setelah adzan maka “Halal baginya syafaat pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 614, Ahmad 14817 dan yang lainnya)

Yang dimaksud maqam mahmud adalah syafaat udzma (terbesar) ketika di padang mahsyar. Sehingga ada 3 hal yang kita lakukan ketika adzan,
– Menjawab adzab, dengan mengikuti seperti ucapan muadzin
– Membaca shalawat setelah menjawab adzan
– Membaca doa setelah adzan.

[7] Surga bagi orang yang menjawab adzan dengan penuh keyakinan

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau bercerita, “Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu Bilal mengumandangkan adzan. Ketika beliau sudah selesai, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mengucapkan seperti yang dilantunkan orang ini Bilal dengan yakin maka dia akan masuk surga.” (HR. Ahmad 8624, Nasai 674 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

[8] Doa orang yang menjawab adzab, mustajab

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, beliau bercerita, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, ‘Ya Rasulullah, para muadzin mengalahkan kami dalam menggapai keutamaan’. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkan seperti yang diucapkan muadzin, jika kamu telah selesai, berdoalah maka kamu akan diberi’.” (HR. Abu Daud 524, Ibn Hibban 1695 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)

Sungguh, janji pahala yang luar biasa.. sangat disayangkan jika kita menyia-nyiakannya. Bersabarlah sesaat ketika ada adzan dikumandangkan, dan jawab adzan itu penuh keyakinan, lanjutkan dengan berdoa kepada Allah.. semoga Allah menggolongkan kita sebagi ahli surga., amiin.

Demikian, Allahu alam. [konsultasisyariah]

 

INILAH MOZAIK

8 Keutamaan Menjawab Azan yang Besar Nilainya (2)

MENJAWAB adzan, ternyata bukan amal yang nilainya ringan. Sekalipun hanya mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin, namun islam menghargainya sebagai amal besar. Ada banyak sekali keutamaan amalan sederhana ini, berikut diantaranya,

[4] Siapa yang menjawab adzan, lalu membaca shalawat sekali maka Allah akan memberi shalawat baginya 10 kali.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian mendengar muadzin, jawablah adzannya. Kemudian bacalah shalawat untukku. Karena orang yang membaca shalawat untukku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali.” (HR. Muslim 384)

Menurut Abul Aliyah seorang ulama tabiin bahwa makna dari shalawat Allah kepada makhluk-Nya adalah pujian Allah untuk makhluk tersebut di hadapan para malaikatNya. (HR. Bukhari)

[5] Menjawab adzan, lalu memohon wasilah untuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam maka dia berhak mendapat syafaat beliau.

Lanjutan hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ” Setelah menjawab adzan kemudian mintalah wasilah kepada Allah untukku. Wasilah adalah satu kedudukan di surga, yang tidak akan ditempati kecuali oleh salah seorang dari para hamba Allah. Dan saya berharap, saya-lah yang mendudukinya. Siapa yang memohon kepada Allah wasilah untukku maka halal baginya syafaatku.” (HR. Muslim 384)

Permohonan wasilah ini kita baca dalam doa seusai menjawab adzan, “Ya Allah! Saya memohon kepada-Mu dengan perantara hak doa yang sempurna ini serta shalat yang ditegakkan ini, berilah wasilah (derajat di surga) dan keutamaan kepada Nabi Muhammad.”

Bersambung

INILAH MOZAIK

8 Keutamaan Menjawab Azan yang Besar Nilainya (1)

MENJAWAB adzan, ternyata bukan amal yang nilainya ringan. Sekalipun hanya mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin, namun islam menghargainya sebagai amal besar. Ada banyak sekali keutamaan amalan sederhana ini, berikut diantaranya,

[1] Menjadi saksi kebaikan

Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendengarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 609).

Hadis ini menunjukkan keutamaan orang yang mengumandangkan adzan. Dan sekaligus mereka yang mendengar adzan dijadikan Allah sebagai saksi kebaikannya.

[2] Menjawab adzan karena dorongan keyakinan hati, akan mengantarkan menuju surga.

Dari Umar bin Khatab Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ketika muadzin mengumandangkan, Allahu akbar.. Allahu akbar. Lalu kalian menjawab: Allahu akbar.. Allahu akbar. Kemudian muadzin mengumandangkan, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah. Lalu kalian menjawab, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah dst hingga akhir adzan. Siapa yang mengucapkan itu dari dalam hatinya maka akan masuk surga.” (HR. Muslim 385, Abu Daud 527 dan yang lainnya).

[3] Dengan menjawab adzan, Allah akan mengampuni dosa kita

Dari Sad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ketika mendengar adzan dia mengucapkan, ‘Saya juga bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha Allah sebagai Rabku, Muhamamd sebagai Rasul, dan Islam sebagai agamaku.’ Siapa yang mengucapkan itu maka dosa-dosanya akan diampuni.” (HR. Ahmad 1565, Muslim 386 dan yang lainnya)

Bersambung

 

INILAH MOZAIK

Sabda Rasulullah tentang Pedagang yang Amanah

HUDZAIFAH ibnul Yaman radhiyallaahu anhuma mengatakan, Rasulullah pernah menyampaikan dua hadits kepada kami. Aku telah menyaksikan kebenaran hadits pertama, dan sedang menanti yang kedua. Beliau mengabarkan bahwa “Amanah pertama kali turun pada jantung hati manusia. Kemudian turunlah Al-Quran dan mereka pun belajar tentang amanah darinya, dan belajar pula dari Sunnah Rasulullah”. Kemudian, beliau mengabarkan bahwa sifat ini akan dicabut. Kata beliau, “Ketika seseorang terlelap dalam tidurnya, dicabutlah amanah dari hatinya hingga tersisa sedikit saja. Kemudian ia terlelap lagi, dan dicabutlah amanah yang tersisa hingga tinggal bekasnya. Seperti ketika engkau menendang bara api dengan kakimu, lalu ia melepuh dan membengkak, namun tak ada apa-apa padanya. Orang-orang pun lalu berjual beli seperti biasa, namun hampir tak seorang pun yang bersikap amanah. Sampai-sampai dikatakan bahwa di kabilah fulan ada satu orang yang amanah. Dan sampai-sampai ada orang yang berkata, “Alangkah cemerlang akal si fulan, dan alangkah baik dan uletnya dia” padahal tak ada sedikitpun iman yang tersisa di hatinya”. Hudzaifah lantas berkata, “Sungguh, aku pernah mengalami suatu masa di mana aku tak memedulikan siapa yang kuajak berjual beli. Kalau dia seorang muslim, maka Islam-lah yang mencegahnya (dari sikap khianat). Namun jika ia seorang Yahudi atau Nasrani, maka penguasa-lah yang akan membelaku. Adapun sekarang, maka aku takkan berjual beli kecuali dengan si fulan dan si fulan”, lanjut Hudzaifah. (Muttafaq alaih)

Benarlah apa yang disabdakan Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Mendapatkan orang yang amanah lebih sulit dari pada intan. Sampai-sampai jika ada seorang yang amanah, dia segera menjadi buah bibir. “Di kabilah fulan ada seorang yang amanah!” kata mereka. Artinya, dari ratusan atau bahkan ribuan anggota kabilah tersebut, hanya ada satu yang amanah!! Sungguh mengerikan dan ironis memang.

Agaknya memang seperti itulah kenyataannya. Amanah dan kejujuran telah demikian mahal nilainya. Kalaulah di zaman sahabat amanah telah sedemikian langka hingga Hudzaifah tak lagi mau berjual-beli dengan siapa saja, maka bagaimana pula di zaman kita?

Kendatipun demikian, kita tidak boleh berputus asa karenanya. Bahkan sebaliknya, hadits di atas bukan sekedar memberitakan, namun juga menjadi ancaman. Jangan sampai kita menjadi orang yang dinilai pandai, baik, dan ulet di mata orang; akan tetapi tak ada keimanan yang tersisa dalam dada. Artinya, siapa tidak memiliki sifat amanah sama sekali, berarti bukanlah orang beriman yang sejati. Sebab sifat amanah sangat erat kaitannya dengan iman. Karenanya, dalam hadits lainnya disebutkan, “Tidak ada iman bagi yang tidak punya sifat amanah”.

Hadits di atas juga menyiratkan betapa mahalnya sifat amanah tadi. Sebab makin langka sesuatu, otomatis semakin mahal harganya. Karenanya, Nabi shallaallaahu alaihi wa sallam bersabda:

“Pedagang yang amanah, jujur, dan muslim, akan bersama para syuhada di hari kiamat.”

Hebat kan? Itulah Amanah. Sebuah kalimat indah yang mudah diucapkan, namun amat sulit ditemukan.

 

[Ustadz Sufyan Baswedan, MA]

Dakwah Lewat Akhlak Lebih Manjur dari Ceramah

PEDAGANG umumnya lebih dikenal sebagai agen penipuan. Padahal sadarkah anda, islam masuk di indonesia karena peran pedagang muslim. Kejujuran dan keindahan akhlak mereka membuat masyarakat kita tertarik masuk islam.

Sejak zaman dahulu, para pedagang memainkan peran vital dalam kehidupan kaum muslimin. Ribuan mil mereka tempuh dalam berniaga demi memenuhi hajat manusia. Melalui akhlak mereka yang indah dan mengagumkan, banyak negeri kafir yang masuk dalam pangkuan Islam. Bahkan, luasnya daerah yang ditaklukkan oleh para pedagang, melebihi apa yang dicapai melalui perang dan pedang!

Lihatlah negeri kita tercinta, bagaimana indonesia menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia? Tak lain adalah berkat jasa para pedagang. Mereka berlayar jauh-jauh dari Hadramaut dan India, dan terombang-ambing di tengah samudra berbulan-bulan lamanya, untuk menjejakkan kaki dan berniaga di bumi pertiwi.

Negeri yang subur makmur loh jinawi ini, dari Sabang sampai Merauke-nya konon tak ada yang mengenal Islam sebelum kedatangan mereka. Yang tumbuh subur kala itu adalah agama Hindu, Budha, dan penyembahan terhadap berhala.

Para pedagang tadi bukanlah ulama. Dan kalaupun ada yang berilmu di antara mereka, paling hanya satu-dua. Mereka tak pandai berceramah dan memberi pengajian. Lagi pula, untuk apa berceramah? Toh masyarakat Indonesia takkan faham dengan bahasa mereka. Akan tetapi, sikap amanah mereka dalam berniaga demikian mengesankan. Akhlak mereka dalam berdagang sungguh mengagumkan.

Perlahan-lahan, masyarakat Indonesia pun mulai tertarik dengan kejujuran dan sifat amanah mereka. Ternyata, sifat amanah dan jujur tadi bukan sekedar kebiasaan, namun lahir dari akidah dan keyakinan. Islam-lah yang mengajarkan mereka untuk tidak menipu, tidak memakan harta orang secara batil, dan tidak memungut riba.

Memang, karakter bangsa Indonesia yang mudah terpedaya oleh perilaku, menjadi faktor penting dalam penyebaran setiap ajaran, termasuk Islam. Oleh karenanya, berdakwah lewat tingkah laku lebih manjur dari pada ceramah melulu.

Kesan yang kita rasakan saat bermuamalah dengan orang yang amanah, jauh lebih mendalam dari pada mendengar sepuluh kali ceramah. Namun sayangnya, sifat amanah hari ini sangat jarang dijumpai. Amanah -sebagaimana sabda Nabi- adalah sifat yang pertama kali dicabut dari umat ini.

 

INILAH MOZAIK