Ternyata Rasul Anjurkan Tidur Qailulah

PERNAHKAH di antara kita yang mengamalkan tidur qailulah dan mengetahui manfaatnya? Coba perhatikan ayat berikut,

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nur: 58)

Ayat yang mulia ini kata Ibnu Katsir mengandung pelajaran bahwa hendaklah keluarga dekat meminta izin terlebih dahulu pada sesama kerabatnya. Hendaklah hamba sahayanya dan anak-anaknya yang belum baligh meminta izin pada tiga waktu:

  1. Sebelum shalat Shubuh karena ketika itu masih tidur di atas ranjang.
  2. Waktu qailulah yaitu di siang hari karena waktu tersebut biasanya pakaiandicopot untuk rehat.
  3. Setelah shalat Isya karena pada saat itu adalah waktu tidur (beristirahat).

Di tiga waktu tersebut, anak-anak dan hamba sahaya tidak boleh masuk tanpa izin.

(Lihat Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 5: 565). Apa itu tidur qailulah? Pengertian qailulah adalah tidur di siang hari. Imam Al-Aini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah tidur di tengah siang. Sedangkan Al-Munawi mengatakan bahwa qoilulah adalah tidur di tengah siang ketika zawal (matahari tergelincir ke barat), mendekati waktu zawal atau bisa jadi sesudahnya. (Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 34: 130)

Dalil yang menganjurkan tidur qailulah (tidur siang) adalah hadits dari Anas radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Tidurlah qailulah (tidur siang) karena setan tidaklah mengambil tidur siang.” (HR. Abu Nuaim dalam Ath-Thibb 1: 12; Akhbar Ashbahan, 1: 195, 353; 2: 69. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1647)

Dalam Umdah Al-Qari sebagaimana disebutkan dalam Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 34: 130, hukum tidur qailulah adalah sunnah. Menurut penilaian ulama berarti tidur siang itu tidak wajib. Artinya tidak sampai berdosa kalau ditinggalkan, tinggal siapa yang mampu dan punya kesempatan menunaikannya.

Apa manfaat tidur qailulah?

Imam Asy-Syirbini Al-Khatib menyatakan bahwa tidur qailulah adalah tidur sebelum zawal(matahari tergelincir ke barat). Ibaratnya itu seperti sahur bagi orang yang berpuasa. (Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 34: 130). Berarti tidur siang ini akan semakin menguatkan aktivitas ibadah. Semoga bisa diamalkan. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Hari Ini Seluruh Jamaah Haji Telah Tinggalkan Arab Saudi

Musim haji 2017 atau 1438 H benar-benar telah berakhir pada hari Ahad (8/10). Hal ini ditandai dengan pemberangkatakan sebanyak 200 orang jamaah haji asal Pakistan dari Bandara Jeddah Arab Saudi.

“Musim operasi haji berjalan lancar karena kerja sama antara berbagai departemen pemerintah yang secara gigih bekerja untuk melayani para peziarah,” begitu pernyataan pejabat berwenang di Bandara Jeddah seperti dilansir Saudigazette.com.

Menurut data dari pihak terkait, setelah musim haji peziarah yang pulang ke tanah airnya melalui bandara Jeddah mencapai 846.400 orang dengan jumlah penerbangan mencapai 3.670 penerbangan.

Pihak pemerintah Arab Saudi pun sudah melakukan pengawasan yang ketat untuk mengantisipasi jamaah haji yang mencoba tetap tinggal di Arab Saudi ketika musim haji telah usai. Pihak imigrasi negara itu menyatakan melarang keras para peziarah yang datang untuk haji memperpanjang masa tinggal mereka setelah visa hajinya berakhir.

Departemen akan mulai memberlakukan denda sampai 50.000 Real pada mereka yang gagal berangkat tepat waktu. Pelanggaran tersebut juga menghadapi hukuman enam bulan penjara dan deportasi.

Menurut peraturan tersebut, orang-orang yang membawa peziarah melewati masa waktu visa mereka, atau orang-orang yang menemukan bahwa mereka menyediakan pekerjaan dan transportasi juga dikenai hukuman denda hingga 100.000 Real, enam bulan penjara, dan kemungkinan deportasi jika mereka bukan orang Saudi.

Sedangkan kepada perusahaan pengirim jamaah haji yang kedapatan tidak memberi tahu bahwa ada jamaah hajinya yang tidak meninggalkan Arab Saudi, maka akan dikenai hukuman denda hingga 100.000 Real untuk setiap jamaah haji.

 

IHRAM

Anjuran Rasul: Sholat Memakai Sepatu dan Sandal?

ADA sebagian dari hadits shahih yang memang wajib dijalankan dan berdosa bila ditinggalkan. Tetapi ketentuan itu tidak berlaku pada semua hadits shahih. Mengapa demikian? Sebab kita juga menemukan banyak sekali hadits shahih yang ternyata hukumnya tidak wajib untuk dikerjakan, tetapi hanya sebatas sunnah atau mubah saja, tidak sampai menjadi kewajiban. Maka meninggalkannya tidak lantas membuat kita berdosa.

Bahkan beberapa hadits shahih itu ada yang hukumnya justru makruh kalau dikerjakan, hingga sampai batas diharamkan. Alih-alih berdosa, justru hukumnya wajib ditinggalkan. Kita menemukan banyak sekali hadits shahih yang mana secara hukum boleh kita tinggalkan dan tidak mengapa bila kita tidak mengerjakannya. Dan kita tidak berdosa bila meninggalkannya.

Hadits-hadits tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat shalat memakai sepatu cukup banyak yang shahih, diantaranya hadits berikut ini: Abu Maslamah Said bin Yazid Al-Azdi bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahuanhu: “Apa benar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dengan mengenakan kedua sandalnya?”. Beliau (Anas bin Malik) menjawab,”Ya”. (HR. Bukhari)

Coba kita perhatikan sekeliling kita, siapa diantara kita yang mengamalkan hadits shahih di atas? Nyaris tidak ada dan bahkan kalau sampai kita kerjakan, yaitu shalat pakai sepatu di dalam masjid, pasti habislah kita dibantai orang semasjid. Padahal kalau dipikir-pikir, ketika Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dengan mengenakan sepatu, bukan hal yang terjadi sesekali dua kali, melainkan perbuatan yang bersifat standar, dimana beliau selalu bersepatu ketika mengerjakan shalat.

Bahkan kita juga menemukan hadits lain yang menyebutkan bahwa ada penekanan khusus dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para shahabat untuk shalat mengenakan sepatu, sebagaimana hadits berikut: Dari Syaddan bin Aus radhiyallahuanhu (marfu’) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berbedalah kalian dari Yahudi. Mereka tidak shalat memakai sandal atau sepatu. (HR. Abu Daud)

Namun meski demikian, seluruh ulama sepakat bahwa shalat tidak wajib pakai sepatu. Tidak ada satu pun ulama yang menjadikan sepatu sebagai rukun shalat yang bila tidak dipakai lantas membuat shalat menjadi tidak sah.

 

INILAH MOZAIK

Menghijrahkan Hati

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt., Dzat Yang Maha Menciptakan langit, bumi beserta segala isinya. Tiada yang luput sedikitpun sekecil apapun dari pengetahuan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw., sang kekasih Allah, suri teladan seluruh umat manusia.

Saudaraku, kita harus bisa menyediakan waktu, menyempatkan diri untuk memeriksa hati kita. Karena hati kita sangat mudah kotor dengan percikan noda-noda dosa.

Demikian juga kita penting untuk selalu memeriksa hati meluruskan niat. Karena kita sudah mendengar dalam sebuah hadits shohih bahwa seorang pejuang yang syahid di medan perang ternyata tidak memperoleh surga karena rupanya niatnya bukanlillaahi taala, melainkan karena ingin dipandang dan disebut sebagai pemberani dan pahlawan.

Oleh karena itu saudaraku, penting bagi kita untuk menghijrahkan hati dari menuhankan sesuatu selain Allah, kepada tauhiid yang bersih dan lurus. Juga menghijrahkan hati dari kondisi yang berlumur noda-noda dosa kepadaqolbun saliim, hati yang bersih dan selamat.

Karena hati adalah panglima. Hati adalah nahkoda. Rosululloh Saw. telah mengingatkan kepada kita bahwa jika lurus hati kita maka luruslah seluruh diri kita, sedangkan jika melenceng hati kita maka tersesatlah seluruh diri kita.

Allah Swt. berfirman,”(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,”(QS. Asy Syuaro [26] : 88-89)

Hanya orang-orang dengan hati yang bersih yang akan menghadap Allah dengan keselamatan. Tiada yang lebih membahagiakan selain pertemuan dengan Allah Swt.

Semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang mampu menghijrahkan hati dari kemusyrikan kepada tauhiid, dari menuhankan perhiasan dunia kepada hanya menuhankan Allah Swt.Aamiin yaa Robbal aalamiin.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

 

Belajar Alquran dan Mengajarkannya

Mengajarkan Alquran menjadi elemen yang amat penting. Belajar Alquran tentu amat baik, tapi belum tentu yang terbaik jika ilmu Alquran yang kita dapat kita simpan rapat-rapat demi sebuah gelar ustaz. Belajar dan mengajarkan Alquran menjadi paket yang tak terpisahkan.

Bahkan ada ancaman bagi seseorang yang sengaja menyembunyikan ilmu dari kitabullah. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Baqarah [2]: 159-160)

Maka mulialah mereka yang mengabdikan diri di surau-surau kecil mengajarkan kitab suci kepada anak-anak yang masih lugu. Mereka sejatinya sebaik-baik orang meski tak ada gaji bulanan yang mampir ke rekening jelang tanggal 30. Mereka yang mengajarkan ilmu nan bermanfaat karena berkat a, ba, ta, tsa..anak-anak itu kelak lancar membaca al-Fatihah dalam shalat mereka.

Dalam tiap rakaat anak-anak itu kelak, mengalir puluhan pahala kepada para guru ngaji itu. Bukankah Rasulullah SAW sudah bersabda, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR Muslim)

Betapa beruntungnya para guru mengaji yang serba ikhlas itu. Bagaimana mereka tidak ikhlas? guru mengaji bukanlah profesi yang harus repot melakukan sertifikasi demi tambahan gaji. Merekalah orang yang penuh kesadaran menginsyafi diri. Bisa jadi bekal mereka untuk pulang ke kampung akhirat amatlah kurang.

Maka mereka berlomba mengumpulkan pundi-pundi pahala dengan menebar ilmu yang amat bermanfaat. Sungguh mengeja satu huruf dalam Alquran begitu besar pahalanya. Nabi SAW bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan Alif laam miim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR Tirmidzi)

Menjadi manfaat adalah tujuan hidup sebaik-baik manusia. Kalau terlampau berat mengajari anak-anak mengaji, minimal kita pastikan anak-anak kita bisa mengeja Alquran lewat lisan ayah ibunya.

 

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

 

 

Mau Menghafal Alquran, Perhatikan Tiga Hal Berikut

Rasulullah bersabda, “Perumpamaan orang yang membaca Alquran sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca Alquran sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih).

Selain membaca Alquran, kita juga diperintahkan untuk menghafal dan mengamalkannya. Tentunya dalam menghafal Alquran tidak semudah membacanya, begitupun mengamalkannya. Menghafal Alquran memang terdengar sulit, sama sulitnya seperti kita menghafal pelajaran. Tetapi pahala yang kita dapatkan dari itu tidaklah sedikit.

Saat ini sudah banyak para hafiz Alquran. Dari mulai anak kecil, sampai yang sudah dewasa. Salah satu faktor penting dalam menghafal Alquran adalah tekad dan niat. Dan lebih dianjurkan dalam belajar membaca, menghafalkan Alquran dimulai sejak kecil. Karena daya ingat dan juga semangatnya yang masih kuat.

Dalam buku Rahasia Nikmatnya Menghafal Alquran yang ditulis D. M Makhyarudin dijelaskan terdapat tiga hal penting yang harus dpenuhi dengan maksimal saat ingin menghafal Alquran, yaitu:

1. Persiapan (Al-I’dad), adalah persiapan atau bekal yang harus dipenuhi sebelum memulai proses penghafalan. Mengingat dalam menghafal Alquran bukanlah perkara mudah, persiapan ini sangatlah penting. Bukan karena sulitnya dalam menghafal, tetapi karena sifat manusia yang tergesa-gesa atau ingin cepet-cepat sehingga membuat sulit.

Terkadang semangat awal yang menggebu-gebu perlahan berkurang. Itulah yang harus dijaga. Tentunya akan banyak rintangan, dan cobaan yang datang, tetapi insyaallah dengan I’dad (persiapan) yang terencana dan matang semua bisa dilewati.

2. Proses (Al-Kaifiyyah), proses dalam penghafalan. Dalam menghafalnya banyak terdapat metode-metode yang sudah banyak diberikan para ulama tau pendahulu untuk mempermudah. Contohnya dari Ustaz Khalid Basamalah dari video dakwahnya, ia memberikan cara yang paling mudah dalam menghafalkannya adalah; plihlah surah yang paling disenangi agar mudah dihafal, mulailah dengan 10 ayat per hari.

Dan ulangi dengan 10 kali saja. Tiga kali pertama baca dengan cara melihatnya, niatkan dalam hati, lalu seterusnya sampai ke 10 baca dengan menutup Alquran.

3. Penjagaan (Al-Muhafazhah), dalam semua proses menghafal, baiknya kita didampingi oleh seseorang pendamping. Dalam penjagaan dan pengawasan dari pendamping akan membantu kita agar disiplin. Menyetor hafalan kita, memperbaiki bagian salah. Dengan begitu hafalan kita akan lebih mudah.

 

REPUBLIKA

25 Tips Jitu untuk Menyelesaikan Perselisihan Suami Istri

Sebagai insan biasa, siapa pun pasti melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak sengaja, baik sudah berumah tangga ataupun belum. Kesalahan yang sama juga tak luput dari pasangan suami istri.

Bagaimana menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara suami istri? Berikut tips yang disampaikan oleh Batsinah As-Sayyid Al-Iraqi dalam bukunya.

1. Sebaiknya masing-masing pasangan suami istri harus bisa memperlihatkan pandangan yang nyata terhadap perselisihan di antara pasangan suami istri. Karena hal tersebut terkadang bisa menjadi faktor pencentus adanya percakapan dan saling kesepahaman.

2. Cara-cara yang dilakukan pasangan suami istri ketika menghadapi pertikaian di rumah tangga bisa dengan cara menuntaskannya.

3. Hendaklah pasangan suami istri mengucapkan kata-kata yang baik ketika berbicara. Sebab, tidak diragukan lagi bahwa kata-kata yang pedas dan ungkapan yang kasar sangat berpengaruh walaupun pertikaian telah selesai.

4. Ketika perselisihan terjadi, hendaklah suami istri duduk bersama.

Sebab, berdiri ketika menghadapi pertikaian adalah cara yang salah yang bisa membuat pertikaian menjadi berlangsung lama. Sehingga, kesulitan akan semakin menancap di hati dan menjadi menyesakkan dada dan membuat hati semakin runyam.

5. Ketika akan menuntaskan perselisihan, maka harus menyeluruh terhadap semua aspek dan harus dengan penuh keikhlasan dan lapang dada.

6. Menjauhi cara-cara yang bisa menimbulkan pertengkaran. Pihak yang merasa menang atas pihak yang lainnya akan dengan cepat menyulut api permusuhan ketika terjadi gesekan ringan.

7. Ketika menyelesaikan pertikaan harus menjauhi cara-cara memvonis dan penuh keangkuhan dan pengingkaran. Karena hal ini akan memperuncing akar perselisihan.

8. Untuk kita semua, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah suri tauladan. Beliau tidak pernah bersikap kasar atau keras. Justru beliau bersabda, Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik budi pekertinya.

9. Ingatlah pesan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Sesungguhnya orang yang buruk di mata Allah pada hari Kiamat adalah orang yang dijauhi oleh masyarakat untuk berlindung dari kejahatannya.

10. Ketahuilah wahai suamiku tercinta bahwa perselisihan dan sikap kasar terhadap istrimu, khususnya apabila sang istri mencintai dan menyayangimu, maka hal itu bisa menjadi penyebab yang paling dominan sang istri untuk sering merasa cemas dan gelisah karena memang tabiatnya yang sangat sensitif.

11. Jangan bersikap pongah dengan garis keturunan, harta, kecantikan dan ilmu pengetahuan. Sebab, hal ini bisa mengoyak hubungan pernikahan.

12. Ketika akan memecahkan sebuah permasalahan, maka jangan menentukan keputusan apa pun kecuali setelah dipelajari baik-baik.

13. Permasalahannya harus dipahami dengan baik. Apakah hal tersebut adalah pertikaian sebenarnya ataukah hanya karena kesalahpahaman?

Mengungkapkan hakikat yang sebenarnya adalah tujuan yang diinginkan masing-masing suami istri. Mempersempitnya secara terang-terangan dan secara langsung bisa membantu untuk menghilangkan kesalah pahaman ini yang menjadi sumber permasalahannya.

14. Introspeksi diri dan mengetahui kekurangan diri terhadap Allah Ta’ala yang Mahaagung dan Mahamulia, maka dengan hal ini engkau akan menganggap kecil kesalahan yang menimpamu yang disebabkan oleh orang lain.

15. Ketahuilah wahai suami dan istri bahwa sebuah musibah yang ditimpakan selalu dikarenakan sebuah dosa.

Salah satu bentuk musibah adalah terjadinya penentangan dari seseorang yang engkau cintai. Muhammad bin Sirin berkata, “Aku mengetahui musibah yang menimpaku dari tingkah laku istriku dan binatang tungganganku.”

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

 

Berlanjut ke 25 Tips Jitu untuk Menyelesaikan Perselisihan Suami Istri (Bagian 2)

25 Tips Jitu untuk Menyelesaikan Perselisihan Suami Istri (Bagian 2)

Lanjutan dari 25 Tips Jitu untuk Menyelesaikan Perselisihan Suami Istri

16. Memperkecil pertikaian dan membatasi bentuknya agar jangan tersebar di antara orang banyak atau keluar dari ruang lingkup suami istri.

17. Menentukan objek pertikaian dan memfokuskan pikiran padanya dengan tidak merujuk kepada kesalahan-kesalahan dan sikap-sikap tidak baik yang telah berlalu atau membuka catatan-catatan masa lalu. Karena hal itu bisa memperlebar ruang lingkup pertikaian.

18. Masing-masing pasangan suami istri sebaiknya membicarakan kesulitannya sesuai pemahamannya.

Jangan sampai menjadikan pemahamannya yang benar yang tidak pernah salah. Semua ini bisa dibicarakan dan didiskusikan. Sesungguhnya hal tersebut bisa dicarikan jalan keluarnya.

19. Di awal pembicaraan sebaiknya disebutkan beberapa poin kesepakatan, sisi baik dan kelebihan-kelebihannya. Karena hal tersebut bisa melembutkan hati dan menjauhkan setan, menyamakan persepsi dan mempermudah sikap saling mengalah dari segala perasaan yang ada di hati.

20. Janganlah engkau menjadikan seluruh hak dianggap sama di depan matamu.

Justru engkau harus membesarkannya atau engkau menjadikannya sebagai hak-hak yang tidak wajib sama sekali untuk dikerjakan yang justru engkau dituntut untuk mengerjakannya.

21. Mengakui hak merupakan sikap baik.

Oleh karena itu, engkau harus selalu mengakui kesalahanmu ketika kesalahanmu telah jelas dan jangan berusaha berkelit. Kedua belah pihak harus mempunyai sikap berani dan percaya diri untuk mengakui kesalahannya.

22. Sesungguhnya sikap mengakui kesalahan adalah jalan menuju kebenaran.

Sebaiknya pihak yang bertikai untuk mengucapkan ucapan terima kasih dan memuji pihak yang telah mengakui kesalahannya. “Mengakui kesalahan adalah lebih baik daripada berkecimpung di dalam kebathilan.”

23. Tidak wajib menggunakan pengakuan atas kesalahan sebagai senjata untuk mengintimidasi. Justru harus disimpan di dalam buku catatan kebaikan dan keutamaan dan sisi-sisi baik di dalam hubungan suami istri.

24. Bersikap sabar menghadapi tabiat asli dari kedua belah pihak seperti sikap cemburu dari pihak suami atau istri dan mengetahui tabiat jiwa dan memperlakukannya dengan baik dengan cara yang lemah lembut.

25. Merasa ridha terhadap pembagian Allah Taala.

Apabila sang istri atau suami melihat adanya kebaikan, maka ia segera memuji Allah dengan sebanyak-banyaknya dan apabila ia melihat selain hal itu berupa keburukan.

Masing-masing keduanya tahu bahwa pertikaian dan kesulitan dan perbedaan pendapat akan selalu ada di setiap orang. Kesempurnaan hanya milik Allah Taala semata.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

 

 

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Jangan Anggap Orang Lain itu Bodoh

ZAMAN dahulu, ketika kendaraan belum di buat, kuda dan onta adalah kendaraan terbaik para pedagang Arab untuk membawa dagangan atau belanjaan mereka. Dua hewan ini luar biasa sekali perannya dan menjadi piaraan yang sangat favorit. Dua hewan ini menjadi indikator kekayaan seseorang. Semakin banyak dimiliki, semakin kayalah pemiliknya. Enaknya binatang ini adalah bebas galau karena naik turunnya harga minyak dunia.

Seorang ibu (janda) yang suaminya baru setahun meninggal dunia terpaksa berbelanja dan berdagang sendiri demi melanjutkan jalan ekonomi keluarganya. Suatu hari dia membawa serta empat kudanya untuk membawa dagangannya. Pemandangan yang lumayan aneh memang pada saat ini.

Dua pemuda cerdas mengolok-oloknya: “Wahai ibunya kuda, apa kabar?” Ibu ini dengan tenang dan senyum menjawab: “Baik sekali wahai anak-anakku.” Kaget betul pemuda cerdas itu dengan jawaban cerdas si ibu. Jangan menganggap bodoh orang lain, bisa jadi pikiran simpelnya lebih dahsyat dari yang diduga.

Apa yang dialami pemuda cerdas tersebut di atas juga dialami para menteri jaman dulu, jaman yang di dalamnya hidup seorang syekh yang terkenal polos dan lugu bernama Syekh Juha. Ke mana-mana sang syekh selalu pergi dengan keledainya. Para menteri itu sepakat mengolok-oloknya sambil tertawa: “Syekh, kami tak begitu menengenalmu. Kami lebih mengenal kudamu.” Syekh Juha menjawab: “Terimakasih. Tak akan mengenal keledai dengan baik kecuali binatang sejenisnya. Begitu menurut kaidah yang disepakati orang-orang waras. Para menteripun kaget dan malu.

Ada pelajaran berharga dari kisah di atas. Jangan memandang sebelah mata akan orang lain. Ingatlah bahwa mata kita ada dua. Jangan biasa memperolok dan menghina orang lain, karena kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Lebih dari itu, hina saat ini sangat mungkin mulia saat nanti. Salam senyum pagi, AIM.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

 

 

Yuk, Belajar Cara Tidur Sesuai Petunjuk Rasul

YUK pelajari dari hadits adab-adab tidur yang disebutkan dalam kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi berikut ini.

Hadits pertama: Dari Al-Bara bin Aazib radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam akan tidur, beliau berbaring pada sisi kanan, lalu membaca doa: Allahumma aslamtu nafsii ilaik, wa fawwadh-tu amrii ilaik, wa wajjahtu wajhiya ilaik, wa aljatu zhohrii ilaik, rogh-batan wa rohbatan ilaik, laa malja-a wa laa manjaa minka illa ilaik. Aamantu bikitaabikalladzi anzalta wa bi nabiyyikalladzi arsalta.

Artinya: “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku menyerahkan urusanku kepadaMu, aku menghadapkan wajahku kepadaMu, aku menyandarkan punggungku kepadaMu, karena senang (mendapatkan rahmatMu) dan takut pada (siksaanMu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)Mu, kecuali kepadaMu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) NabiMu yang telah Engkau utus.” Apabila Engkau meninggal dunia (di waktu tidur), maka kamu akan meninggal dunia dengan memegang fitrah (agama Islam).” (HR. Bukhari, no. 6313; Muslim, no. 2710)

Hadits kedua: Dari Al-Bara bin Aazib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda padaku, “Jika engkau hendak tidur, maka berwudhulah dengan wudhu yang digunakan untuk shalat lalu berbaringlah pada sisi kanan.” Kemudian disebutkan doa seperti di atas, lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu mengatakan, “Jadikanlah bacaan tersebut sebagai kalimat terakhir yang engkau ucapkan.” (HR. Bukhari, no. 247; Muslim, no. 2710)

Hadits ketiga: Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan shalat malam sebanyak 11 rakaat. Ketika terbit fajar Shubuh, beliau melakukan dua rakaat ringan, kemudian beliau berbaring lagi setelah itu pada sisi kanan sampai muadzin mengumandangkan iqamah. (HR. Bukhari, no. 6310; Muslim, no. 736)

Hadits keempat: Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika ingin tidur di malam hari, maka beliau meletakkan tangannya di pipinya (yang kanan), kemudian mengucapkan, “ALLOHUMMA BISMIKA AMUUTU WA AHYA [Artinya: Ya Allah, dengan nama-Mu. Aku mati dan aku hidup].” Jika beliau bangun dari tidur, beliau mengucapkan, “ALHAMDULILLAHILLADZI AHYANAA BADA MAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR [Artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan].” (HR. Bukhari, no. 6325)

Hadits kelima: Dari Yaisy bin Thokhfah Al-Ghifariy, dari bapaknya, ia berkata, “Ketika itu aku sedang berbaring tengkurap di masjid karena begadang dan itu terjadi di waktu sahur. Lalu tiba-tiba ada seseorang menggerak-gerakkanku dengan kakinya. Ia pun berkata, “Sesungguhnya ini adalah cara berbaring yang dibenci oleh Allah.” Kemudian aku pandang orang tersebut, ternyata ia adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (HR. Abu Daud, no. 5040 dan Ibnu Majah, no. 3723. Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al-Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Hadits keenam: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Siapa yang duduk tanpa menyebut nama Allah di dalamnya, maka di dalamnya ada kekurangan (tirotun). Siapa yang tidur dalam keadaan tidak menyebut nama Allah di dalamnya, maka di dalamnya ada kekurangan (tirotun).” (HR. Abu Daud, no. 4856; 5059. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali mengatakan bahwa hadits ini hasan).

 

 

Muhammad Abduh Tuasikal

INILAH MOZAIK