Tebusan Memerdekakan Budak atas Suatu Kesalahan

ADA begitu banyak larangan dalam syariah Islam. Kalau larangan itu dilanggar, biasanya ditetapkan tebusannya (kaffarah). Yang paling sering di antara bentuk kaffarah atas suatu kesalahan atau dosa besar adalah dengan jalan membebaskan budak.

Misalnya pelanggaran atas dosa membunuh nyawa seorang muslim yang dilakukan secara salah (tidak sengaja), maka di antara pilihan kaffarahnya adalah membebaskan budak. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Dan tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min, kecuali karena tersalah, dan barangsiapa membunuh seorang mu’min karena tersalah ia memerdekakan seorang budak yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya.” (QS. An-Nisa: 92)

Selain itu apabila ada orang melanggar sumpah yang pernah diikrarkannya, juga ada pilihan tebusan dengan cara memerdekakan budak. “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud, tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.” (QS. Al-Maidah: 98)

Pilihan untuk membebaskan budak juga berlaku buat suami yang menzhihar istrinya, yaitu apabila dia ingin kembali kepada istrinya. Maka sebelum berjima’, wajiblah atasnya untuk memerdekakan budak. “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu berjima’.” (QS. Al-Mujadilah: 3)

Pelanggaran atas kesucian bulan Ramadhan pun salah satu bentuk kaffarahnya dengan memerdekakan budak. Yaitu buat pasangan suami istri yang melakukan hubungan jima’ pada saat sedang berpuasa wajib Ramadhan. Dan masih banyak lagi sistem yang telah diterapkan langsung oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dunia Islam termasuk yang paling awal steril dari perbudakan. Lihat bagaimana bangsa Eropa, Eropa dan Autralia di abad 20 sekalipun masih mengenal perbudakan, bahkan masih menjalankannya. Wallahu a’lam bishshawab. [Ahmad Sarwat, Lc]

 

INILAH MOZAIK

Rasul Hilangkan Perbudakan: Hukum Mati Penyamun

DI masa sebelum Islam, kafilah dagang atau siapa pun yang melintas di tengah padang pasir, selalu akan jadi sasaran empuk para quttha’ut thuruq. Mereka adalah para penyamun, perampok, begal, atau bajing luncat yang kerjanya merampok, membunuh dan menjadikan tawanan sebagai budak.

Perampokan dan penculikan adalah pintu kedua jatuhnya manusia kepada perbudakan. Karena itu pintu kedua ini pun juga ditutup rapat-rapat oleh Islam. Islam sangat tidak membenarkan praktek seperti ini, bahkan mengancam hukuman yang sangat berat.

Di dalam Al-Quran, mereka ditetapkan untuk dijatuhi hukuman mati, bahkan dengan cara disalib dan dipotong kaki dan tangan secara bersilangan. “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri. Yang demikian itu suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah: 33)

Sejak turunnya ayat ini, kita tidak mengenal lagi adanya perbudakan karena seseorang menjadi korban penyamun di jalan.

 

INILAH MOZAIK

Pentingnya Muhasabah

Setiap insan tentu ingin pulang ke tempat yang nyaman nan indah saat hari akhir. Tak ada yang ingin kembali ke tempat yang penuh dengan kemuraman dan penyiksaan.

Hujjatul Islam Imam Ghazali memberikan salah satu nasihatnya yang menghujam. Dalam ihya ulumuddin, sang imam membeberkan salah satu cara untuk kembali ke Jannah saat di Kampung Akhirat kelak.

“Siapa saja yang memeriksa dirinya sebelum ia diperiksa, niscaya ringanlah pemeriksaannya pada hari Kiamat, mampu menjawab setiap pertanyaan dan baguslah tempat kembalinya,” ungkap Imam Ghazali.

Keharusan memeriksa diri, melihat lebih dalam dan mau jujur dengan kondisi diri adalah bekal utama untuk pulang ke surga.Sebaliknya, Imam Ghazali mewanti-wanti, sesiapa yang enggan dan jarang memeriksa diri, mungkin akan berakhir dalam kesusahan. “Dan siapa saja yang tidak memeriksa dirinya, maka kekallah kerugiannya dan panjanglah berdirinya pada lapangan kiamat,” tulis Imam Ghazali.

Muhasabah, mungkin itu istilah memeriksa diri. Imam Ghazali memberikan tempat yang spesial untuk bab muhasabah. Esensi pendekatan diri dan introspeksi dibahas dalam beberapa bagian.

Seseorang yang memiliki penglihatan kalbu yang jernih akan sadar jika Allah SWT senantiasa mengawasi perilaku mereka. Saat hisab nanti setiap aksi seberat atom akan dipersoalkan. Dan seseorang yang beriman sadar, tanpa muhasabah, orang-orang tidak akan selamat dari bahaya ini.

Allah SWT berfirman, “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tiadalah kerugian seseorang barang sedikitpun. Dan jika amal itu seberat biki sawipun pasti Kami mendatangkan pahalanya. dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.” (QS al-Anbiya [21]:47.

 

 

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Kenapa Masih Ada Perbudakan di Masa Rasulullah?

TIDAK benar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendiamkan perbudakan, juga tidak benar bahwa perbudakan itu dibolehkan oleh agama Islam. Akan tetapi duduk masalahnya perlu dijelaskan terlebih dahulu.

Pertama, perbudakan sudah ada jauh sebelum adanya agama Islam. Jauh sebelum nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan di Makkah, manusia di berbagai penjuru peradabannya telah mengenal perbudakan manusia.

 

Kedua, perbudakan bukan sekedar masalah manusia menindas manusia, namun perbudakan adalah sebuah sistem hukum, sistem ekonomi dan juga sistem sosial yang berlaku. Kalau kami katakan ‘sistem’, berarti terkait dengan sebuah mata rantai dan keterkaitan dengan banyak hal.

Maka penyelesaian masalah budak itu bukan dengan teriak-teriak atau kampanye di sana-sini. Penyelesaian masalah perbudakan manusia itu harus dengan sistem juga. Karena itu Anda jarang-jarang menemukan kalimat dari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang secara eksplisit menyebutkan keharusan untuk menghapuskan perbudakan. Walau pun bukan sama sekali tidak ada. Bukankah beliau bersabda: An-nasu sawasiyatun ka asnanil mushthi. Manusia itu sejajar seperti sejajarnya gigi pada sisir?

Bahkan Al-Quran secara tegas menyebutkan bahwa sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa. Yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lakukan bukan sekedar pernyataan atau kutukan, melainkan tindakan nyata. Tindakan ini bersifat sistematis untuk secara implemantatif mengakhiri perbudakan.

Ketiga, cara yang dilakukan itu adalah menutup semua pintu ke arah perbudakan. Kemudian membuka pintu selebar-lebarnya agar para budak bisa merdeka. Di antaranya dengan cara: Islam Melarang Riba; Islam Menghukum Mati Penyamun; Hukum Islam Menetapkan Bahwa Anak Budak Bukan Budak.

 

INILAH MOZAIK

Adab Jika Beda Pendapat dalam Perkara Fikih

SAAT ini kita hidup pada zaman penuh fitnah, di antaranya fitnah iftiraqul ummah (perpecahan umat). Di antara banyak penyebab perpecahan itu adalah perselisihan mereka dalam hal pemahahaman keagamaan.

Hanya yang mendapat rahmat dari Allah Taala semata, yang tidak menjadikan khilafiyah furuiyah (perbedaan cabang) sebagai ajang perpecahan di antara mereka. Namun, yang seperti itu tidak banyak. Kebanyakan umat ini, termasuk didukung oleh sebagian ahli ilmu yang tergelincir dalam bersikap, mereka larut dalam keributan perselisihan fiqih yang berkepanjangan.

Mereka tanpa sadar dipermainkan oleh emosi dan hawa nafsu. Untuk itulah materi ini kami susun. Mudah-mudahan kita bisa meneladani para Imam kaum muslimin, mengetahui kedewasaan mereka, dan sikap bijak dan arif mereka dalam menyikapi perselisihan di antara mereka.

Perlu ditegaskan, yang dimaksud khilafiyah di sini adalah perselisihan fiqih yang termasuk kategori ikhtilaf tanawwu (perbedaan variatif), bukan perselisihan akidah yang termasuk ikhtilaf tadhadh (perselisihan kontradiktif).

Untuk perkara aqidah, hanya satu yang kita yakini sebagai ahlul haq dan firqah annajiyah (kelompok yang selamat) yakni Ahlus Sunnah wal Jemaah. Tidak yang lainnya. Ada beberapa adab dalam menyikapi khilafiyah:

1. Kita meski ikhlas dalam mengutarakan pendapat. Yang kita cari adalah rida Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata. Sehingga tidak merasa kecil hati jika ada perbedaan.

2. Memahami bahwa perbedaan itu suatu keniscayaan. Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Perbedaan sudah terjadi sejak zaman nabi terdahulu, zaman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan zaman sahabat.

3. Ridanya manusia adalah suatu hal yang mustahil untuk dicapai.

4. Husnuzhon terhadap sesama muslim.

5. Jangan keluar bahasa kasar, mencela saudara muslim kita.

6. Jangan fanatik berlebihan terhadap pendapat kita.

7. Membangun kesadaran bahwa musuh kita bukan muslim yang berbeda pendapat dalam fikih.

Bagi kita orang awam, boleh mengikuti fatwa ulama yang paling kita yakini kebenarannya. Namun, jika para ulama saja saling menghornati perbedaan pendapat di antara mereka, maka sangat tidak pantas jika sesama orang awam saling mencaci saudara muslim kita yang lain. Wallahu A’lam.

 

[Ustaz Farid Numan Hasan]

INILAH MOZAIK

Jika Engkau Melakukan Jual Beli, Maka Katakanlah..

DARI Abdullah bin Umar, Ada seorang laki-laki mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena dia sering ditipu dalam jual beli. Maka beliau bersabda: “Jika engkau melakukan jual-beli, maka katakanlah, ‘Jangan ada tipu-menipu’.” (HR. Bukhari)

Hikmah Hadis:

1. Bahwa dalam transaksi jual beli, ada potensi terjadinya tipu menipu. Karena umumnya motivasi pedagang dalam jual beli adalah mencari keuntungan, yang terkadang motif mencari keuntungan membuat sebagian pedagang melanggar aturan halal haram dan melakukan praktik yang diharamkan, yaitu praktik tipu menipu.

2. Hal ini dialami juga oleh salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ia mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa dirinya tertipu dalam jual beli. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan saran agar ia tidak lagi tertipu dalam jual beli, yaitu hendaknya ia mengatakan ketika transaksi, ‘Jangan ada tipu menipu.’ Ungkapan ini insya Allah akan dapat meredam niatan jahat orang yang berniat melakukan tipu menipu.

3. Jual beli menurut syariat sebenarnya dapat mendatangkan pahala dan keberkahan, apabila dilakukan dengan jujur, transparan dan memenuhi rukun dan syarat jual beli.

Sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Maka jika keduanya (penjual dan pembeli) jujur dan transparan, maka Allah berikan keberkahan di antara keduanya.” (HR. Bukhari)

Wallahu A’lam. [Ust. Rikza Maulan, Lc., M.Ag]

 

INILAH MOZAIK

Mengapa Engkau Begitu Tenang Wahai Guru?

SEBAGAI penyebar kedamaian, guru saya ini seringkali dimusuhi para perusuh. Sebagai pengajak kebaikan, guru saya ini seringkali ditantang oleh para penyuka keburukan. Sebagai pembangun masyarakat, guru saya ini diancam oleh para perusak bangunan kemasyarakatan. Namun, guru yang satu ini hebat, tetap tenang dan tersenyum. Para muridnya rata-rata tak terima gurunya diperlakukan tak benar, namun kaget saja dengan respon tenang sang guru.

Suatu hari, seorang santri memberanikan diri bertanya kepada sang guru rahasia di balik tenang dan senyumnya menghadapi tantangan, ancaman dan gangguan serta berbagai musibah. Sang guru menjawabnya dengan jawaban yang mengagumkan.

Berikut jawabannya: “Anak-anakku, ketika kita naik bis, kita merasa tenang berada di dalam bis yang kita sendiri tak kenal supirnya. Ketika kita naik pesawat, kita begitu tenang dan percaya bahwa pilot akan mengantarkan kita ke bandara tujuan dengan aman. Padahal kita tak mengenal pilot itu. Begitu pula ketika kita naik kereta api, kita tenang dan percaya pada masinisnya walau kita tidak kenal. Lalu apa alasan kita tidak tenang hidup di bumi ini sementara kita tahu bahwa Allah Yang Mengatur hidup kita?”

Semua murid, santri, terdiam dengan jawaban jitu itu. Lalu guru saya itu berdiri masuk ke dalam bilik kecilnya sambil berkata lirih: “Kau tak beriman sebelum merasa tenang dan nyaman dengan aturannya. Ayo beristighfar untuk lemahnya iman kita.” Sang guru hanyut dalam heningnya malam.

 

INILAH MOZAIK

Yusuf Islam: Alquran Beri Tahu Tujuan Hidup Manusia

Musisi asal Inggris Cat Stevens memeluk Islam pada Desember 1977 ketika usianya 29 tahun. Setelah memeluk Islam, ia langsung mengganti namanya menjadi Yusuf Islam. Nama ini juga digunakan menjadi nama panggungnya sebagai musisi hingga saat ini.

Pria yang terlahir dengan nama Steven Demetre Georgiou ini dibesarkan dari keluarga yang berkecukupan secara finansial dari penganut Kristen. Beranjak remaja, ia merasa asing dengan agama yang ia anut. Ia sempat merasa bingung tentang siapa sebenarnya Tuhan.

Saat remaja, ia berpikir Tuhan adalah uang. Hal ini dikarenakan ia melihat orang-orang sekelilingnya dapat membeli barang-barang mewah dengan uang tersebut. Sehingga, saat itu ia berprinsip bahwa Tuhan adalah dunia dan uang. Untuk itu, ia memutuskan menjadi musisi terkenal agar memperoleh banyak uang.

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi pria kelahiran London ini untuk menjadi musisi papan atas. Dunia berada di genggamannya. Kehidupan sebagai superstar membuat ia merasa lebih besar dari apa pun di dunia ini. Ia mulai akrab dengan minuman keras dan obat-obatan.

Setelah berada di puncak kesukesesan selama satu tahun, Yusuf Islam harus dirawat di rumah sakit karena menderita TB akibat pola hidupnya yang tak normal. Selama dirawat di rumah sakit, ia mulai merenungkan kehidupan. Ia berpikir apakah tujuan hidupnya hanya untuk mementingkan kebutuhan tubuh saja atau ada hal lainnya yang harus dipenuhi.

Saat itu, ia menyadari bahwa musibah yang menimpanya hingga harus dirawat di rumah sakit merupakan berkah dari Allah SWT. Allah menegurnya melalui musibah.

“Mengapa aku di sini. Mengapa aku di tempat tidur? Dan, saya mulai mencari beberapa jawaban. Saya mulai membaca dan hal pertama saya mulai menyadari kematian,” ujar Yusuf Islam, seperti dilansir islamtomorrow.com.

Musisi yang telah berusia 67 tahun ini menuturkan, saat dirawat di rumah sakit tersebut jiwanya selalu bergerak untuk mencari tahu tentang makna hidup dan kematian. Ia mulai mempelajari berbagai macam agama dan meninggalkan keyakinan yang ia anut sebelumnya.

Setelah sembuh dari sakitnya, Yusuf Islam kembali membuat musik dan menciptakan lagu yang mencerminkan pikirannya sendiri. Ia menulis lagu yang berjudul “The Way to Find God Out”.

Lagu-lagu yang diciptakannya semakin membuat pria kelahiran 21 Juli 1948 ini menjadi lebih terkenal di dunia musik. Ia menjadi semakin kaya dan terkenal dan pada saat yang sama ia dengan tulus mencari kebenaran dalam hidup.

Hasil pencarian sementara yang ia lakukan menyimpulkan, Buddha adalah agama yang benar dan mulia, tapi ia mengaku belum siap untuk mengucapkan selamat tinggal kepada dunia hiburan. Ia mengaku, terlalu melekat di dunia musik dan tidak siap untuk menapaki jalan biarawan dan mengisolasi diri dari masyarakat. Pria yang pernah meraih penghargaan Global Islamic Economy Awards for contributions toward peace through the Arts 2015 ini mencoba untuk melihat kembali ke dalam Alkitab dan tidak menemukan apa-apa.

Ketika itu, ia belum mengenal Islam. Namun, satu kejadian yang ia anggap sebuah keajaiban terjadi. Teman Muslimnya menghadiahkan Alquran kepadanya, meski Yusuf Islam belum bersyahadat, ia merasakan suatu kebenaran dalam Islam saat membaca kitab suci ini.

Selain itu, pengalaman saudaranya yang telah mengunjungi masjid di Yerussalem juga menginspirasi Yusuf Islam. Saudaranya tersebut menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke masjid tersebut. Saudaranya mengaku terkesan dengan bangunan tersebut dan menemukan suasana damai dan tenang ketika berada di dalamnya.

Lalu, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Yerussalem. Di Yerussalem, ia pergi ke masjid yang dimaksud dan duduk di masjid tersebut. Seorang pria bertanya apa yang ia inginkan. “Aku bilang aku adalah seorang Muslim. Dia bertanya nama saya. Saya mengatakan kepadanya nama saya Stevens. Dia bingung. Saya kemudian ikut bergabung dalam shalat walaupun saya gagal menirukan gerakannya,” katanya.

Setelah mengunjungi Yerussalem, Cat Stevens kembali ke London dan menemui saudara perempuannya yang bernama Nafisa. Ia menyatakan keinginannya untuk memeluk Islam. Nafisa mengarahkan Cat Stevens ke Masjid New Regent.

Pada 1977 sekitar satu setengah tahun membaca terjemahan Alquran ia menyadari harus menyingkirkan kesombongan diri dan godaan setan. Lalu, pada Jumat, setelah shalat, ia menghadap imam dan mengucapkan syahadat.

Seakan muncul kontak langsung dengan Tuhan. Itulah kesan mendalam yang ditangkap Yusuf Islam selama berinteraksi dan mengkaji Alquran. Pertama kali menerima hadiah ini, ia seolah dibimbing dan kian mendapatkan kejelasan dalam dirinya. “Aku perlahan menemukan apa tujuan hidup, darimana kita berasal, dan lain sebagainya,” tuturnya.

Pada titik ini, musisi yang telah menerima sembilan penghargaan dalam bidang musik ini mulai kehilangan kebanggaan dalam dirinya. Selama ini, ia menganggap bahwa apa yang telah ia raih karena kehebatan dirinya. Tapi, ternyata ia menyadari bahwa apa yang telah yang dapatkan bukanlah berasal dari kekuatannya, melainkan karena kuasa Allah.

Dari sinilah ia merasa mulai menemukan keimanannya. Pada titik itu ia seolah telah menjadi Muslim dalam sekejap ketika membaca terjemahan Alquran. Walaupun, sebenarnya pada saat itu ia belum memeluk Islam. Ia menjadi sadar bahwa semua nabi yang diutus Allah membawa pesan yang sama, yaitu tauhid.

Ketika membaca Alquran lebih lanjut, ia mulai menemukan tentang tata cara ibadah, kebaikan, dan amal. Saat itu, ia bukan Muslim, tapi ia merasa Alquran memberikan jawaban atas apa yang ia cari selama ini. Untuk itu, ia meyakini bahwa agama yang benar, yaitu Islam.

 

REPUBLIKA

Maukah Selfie dengan Tokoh Ini? Bagaimana Caranya?

KETIKA seorang figur publik datang, semua berebut mendekat dan berebut berselfie ria entah dengan cara apapun. Yang tak usah berebut dan bahkan didatangi langsung oleh sang figur adalah mereka yang memang dekat, kenal dan memiliki hubungan atau kepentingan.

Karena itu, cara termudah bersama dengan sang figur adalah dengan membangun pola hubungan yang baik dengannya atau memiliki hal-hal yang dikenal oleh sang figur bahwa ada kesamaan

Mendekat dengan figur publik bukan kebiasaan baru. Natural sekali sebenarnya. Figur paling hebat sepanjang sejarah adalah Rasulullah Muhammad. Tak maukah kita dekat dengan beliau?

Para sahabat Rasulullah betul-betul ingin selalu dekat dengan Rasulullah, baik selama di dunia ini ataupun di akhirat kelak. Rasulullah mengetahui keinginan sahabat-sahabatnya itu dan senantiasa memberikan ruang serta waktu untuk dekat dengan beliau.

Tentang kedekatan dengan beliau di akhirat kelak, beliau bersabda: “Maukah ku kabarkan kepada kalian bahwa orang yang paling kucintai dan orang yang tempat duduknya paling dekat denganku di antara kalian di hari kiamat nanti adalah ORANG YANG PALING BAIK KEPRIBADIANNYA DI ANTARA KALIAN.”

Kepribadian atau personality secara sederhana diterjemahkan sebagai tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial. Dalam benak masyarakat kepribadian ini sering dianggap sama atau meliputi karakter, watak, sifat, temperamen, ciri-ciri, dan kebiasaan. Kita harus berupaya memperbaiki diri dan menampilkan kepribadian terbaik kita.

Hal yang paling ringan dan paling murah yang bisa kita lakukan sebagai wujud kepribadian yang baik adalah tersenyum. Tersenyum tak usah bayar. Tersenyum menjadikan diri kita bahagia dan orang lainpun bahagia. Rasulullah adalah pribadi yang selalu menebar senyum.

 

Oleh: KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

 

 

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini! Dengan aplikasi ini, Anda juga bisa ngecek Porsi Haji dan Visa Umrah Anda.

Allah Maha Mengabulkan Doa

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt, Dzat Yang Maha Mengabulkan Doa. Dialah Allah yang menciptakan segala-galanya tanpa ada yang mendahului dan menyerupai kekuasaan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS. Al Baqoroh [2] : 186)

Saudaraku, bila kita sedang berbicara dan kita ketahui ada alat penyadap tidak jauh dari kita, maka kita akan cenderung berhati-hati saat berbicara. Dalam kondisi demikian, ada juga orang yang takut untuk berbicara. Padahal tidak perlu takut jika yang disampaikan adalah kebenaran dan kebaikan. Ini baru keadaan yang disebabkan adanya alat penyadap. Maka, betapa luar biasanya jikalau setiap orang meyakini kehadiran Allah Yang Maha Mendengar.

Boleh jadi kita terlalu sibuk mencari orang yang jauh saat kita menemui masalah. Kita telepon mereka demi mencurahkan kegelisahan. Padahal ada yang setiap waktu bisa mendengar keluh kesah kita, mendengar harapan-harapan kita dan mengabulkan keinginan-keinginan kita. Tidak ada yang mustahil. Dialah Allah Swt.

Semua yang terjadi pada diri kita adalah karena izin Allah, dan hanya Allah yang bisa menolong kita. Jadi, jangan terburu-buru berkeluh kesah pada manusia jika mendapat masalah, karena boleh jadi ia pun sama dengan kita sedang banyak masalah atau bahkan lebih banyak dari kita. Segeralah mengadu kepada Allah Yang Maha Menguasai segalanya.

Ucapkanlah,“Inna lillaahi wa innaa ilaihi roojiuun”, “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”(QS. Al Baqoroh [2]: 156)

Ucapkanlah kalimat ini setiapkali berjumpa dengan musibah besar maupun kecil. Ini sebagai ungkapan kepasrahan diri kepada-Nya. Lebih baik lagi jika dilengkapi dengan sholat sunnah dua rokaat. Karena Allah Swt. berfirman,“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu..”(QS. Al Baqoroh [2]: 45)

Allah tahu setiap yang berdoa memohon kepada-Nya. Dan, Allah mustahil ingkar janji. Berdoa adalah amal sholeh kita kepada Allah. Berdoa adalah bukti kepatuhan kita kepada-Nya. Beruntunglah orang-orang yang senantiasa mengembalikan setiap peristiwa kepada Allah Swt dan memohon pertolongan-Nya.WAllahu alam bishowab.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

 

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!