Saat Haji, Nabi Muhammad Pernah Singgah di Abthah Makkah, Apakah Kita Harus Ikuti?

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah singgah di Abthah di Makkah saat berhaji. Apakah kita harus ikuti beliau pula dalam hal ini?

Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

كِتَابُ اَلْحَجِّ

Kitab Haji

بَابُ صِفَةِ اَلْحَجِّ وَدُخُولِ مَكَّةَ

Bab Sifat Haji dan Masuk Makkah

Hadits #775

وَعَنْ أَنَسٍ ( { أَنَّ اَلنَّبِيَّ ( صَلَّى اَلظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ, ثُمَّ رَقَدَ رَقْدَةً بِالْمُحَصَّبِ, ثُمَّ رَكِبَ إِلَى اَلْبَيْتِ فَطَافَ بِهِ } رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ. .

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isyak ketika tidur sejenak di desa Muhashshab, lalu beliau naik kendaraan menuju Baitullah dan thawaf. (HR. Bukhari). [HR. Bukhari, no. 1764]

Hadits #776

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا: { أَنَّهَا لَمْ تَكُنْ تَفْعَلُ ذَلِكَ -أَيْ: اَلنُّزُولَ بِالْأَبْطَحِ- وَتَقُولُ : إِنَّمَا نَزَلَهُ رَسُولُ اَللَّهِ ( لِأَنَّهُ كَانَ مَنْزِلاً أَسْمَحَ لِخُرُوجِهِ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia tidak berbuat demikian, yakni singgah di desa Abthah, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam singgah di tempat tersebut hanyalah karena tempat itu paling mudah bagi beliau untuk keluar (dari Makkah menuju Madinah). (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 1311, 340]

Faedah hadits

Mengenai singgah di Muhashshab atau Abtha atau Bath-ha (tiga penyebutan ini adalah sama) di Makkah—apakah termasuk bentuk qurbah (ibadah), sehingga menjadi sunnah yang diikuti ataukah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya singgah saja sehingga tidak menjadi sunnah nabi. Ada dua pendapat ulama dalam masalah ini.

Beberapa hadits menyebutkan kesunnahan singgah di Muhashshab pada hari nafr (jamaah haji keluar dari Mina), lalu shalat Zhuhur dan shalat setelahnya di situ. Abu Bakr, ‘Umar, dan Ibnu ‘Umar, serta khulafaur rasyidin radhiyallahu ‘anhum sengaja melakukannya. Sedangkan Aisyah dan Ibnu ‘Abbas tidak singgah di situ karena menganggap bahwa tempat tersebut bukan tempat tujuan, hanya kebetulan saja. 

Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan mengatakan bahwa masalah ini jika dibahas tak terlalu berfaedah besar lebih-lebih lagi pada zaman kita saat ini karena Muhashshab yang disebut pun tidak ada karena saat ini sudah menjadi gedung dan jalan. 

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 5:355-356.
  • Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 2:700-703.



Sumber https://rumaysho.com/37165-saat-haji-nabi-muhammad-pernah-singgah-di-abthah-makkah-apakah-kita-harus-ikuti.html

Daftar Tunggu Puluhan Tahun, Muhammadiyah Gandeng BSI Luncurkan Program Haji untuk ‘Milenial’

Bendahara Umum Majelis Ekonomi Bisnis Ekonomi dan Pariwisata (MEBP) PP Muhammadiyah, Ahmad Syauqi Suratno memberi apresiasi terobosan Induk Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) meluncurkan Gerakan Haji Muda Bersama BTM.

Menurut Ahmad Syauqi, program ini sebagai solusi keumatan dan memberikan solusi terhadap para jamaah haji agar setiap tahunnya tetap terjaga dengan baik karena adanya proses program perencanaan yang tertata dengan baik sejak dini.

Sebagaimana diketahui, calon jamaah haji di Indonesia harus bersabar menunggu antrean hingga puluhan tahun. Berdasarkan data, daftar tunggu haji (waiting list) haji Indonesia jika mendaftar tahun 2023 ini diperkirakan akan diberangkatkan antara 11 tahun sampai 47 tahun.

Karena itu, program kolaboratif tersebut merupakan ikhtiar BTM untuk membantu kaum milenial mewujudkan perencanaan biaya perjalanan haji sedari dini.  Menurut Ketua Induk BTM, Drs. Achmad Su’ud,   peluncuran program ini sebagai implementasi dari kesepakatan kerja sama yang pernah ditandatangani dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) pada 20 Februari 2020.

Gerakan Haji Muda, kata dia merupakan peran strategis BTM untuk membantu milenial merencanakan haji dengan cara menabung dan berinvestasi sejak dini.

Menurut Su’ud, BTM berusaha memanfaatkan potensi 150 jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. Apalagi dalam penyelenggaraan haji selama ini, bank syariah hanya memiliki peran sebagai bank penerima setoran haji/siskohat (Sistem Informasi dan Komputerisasi Terpadu).

“Dengan demikian para milenial bisa merencanakan ibadah haji mulai sekarang,” ucapnya.

Ke depan, Induk BTM, BPKH, dan BSI akan membentuk tim khusus untuk melakukan sosialisasi dan merumuskan roadmap dan timeline ke tingkat daerah dan wilayah.

Sementara itu, RCEO Semarang BSI, Ficko Hardowiseto mengapresiasi Gerakan Haji Muda Bersama BTM dan sinergi antara BTM dan BSI. Menurutnya kerja sama ini selaras karena terkait kemudahan akses pendaftaran porsi haji melalui BSI.

Setelah terkumpul dananya insyallah dengan jumlah  jaringan BSI seluruh Indonesia yang tersebar 1000 cabang, hal ini akan memberikan akses kemudahan dalam program Gerakan Haji Muda Bersama BTM dengan baik.

“Kami berharap dengan kerjasama BTM dan BSI akan memperkuat sinergi kerjasama antara Muhammadiyah, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan BPKH sebagaimana tagline kami, BSI hadir sebagai sahabat finansial, sosial dan spiritual,” ucap Ficko.*

HIDAYATULLAH

Antisipasi Pneumonia, Jamaah Haji Diimbau Hidup Bersih

Jamaah haji harus mengonsumsi makanan bergizi dan jaga kesehatan.

Kondisi sebagian jamaah haji masih kelelahan setelah menjalani puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina). Sementara, suhu di Tanah Suci saat ini bisa berpengaruh pada kondisi fisik dan kesehatan jemaah, dan bisa meningkatkan kasus Pneumonia (radang paru-paru).  

Untuk mengantisipasi terkena penyakit itu, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kementerian Agama mengimbau kepada jamaah haji Indonesia untuk disiplin dalam menjalani pola hidup bersih.

“PPIH khususnya bidang kesehatan mengimbau jamaah haji untuk disiplin pola hidup bersih dan sehat,” ujar Juru Bicara PPIH Pusat, Akhmad Fauzin dalam keterangan persnya di Media Center Haji (MCH) Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

“Disarankan jamaah untuk memakai masker, menghindari kontak fisik terutama dengan jamaah haji lain yang batuk atau pilek, serta mencuci tangan pakai sabun,”  ucap Fauzin.

Karena cuaca panas di Madinah juga, kata Fauzin, jamaah khususnya saat ziarah agar menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa payung atau topi, pelembab bibir dan  tabir surya.

“Selalu membekali dengan air mineral, minum yang cukup, jangan menunggu haus. Jangan sungkan meminta bantuan petugas khususnya petugas kesehatan untuk konsultasi dan penanganan kesehatan bila dibutuhkan,” kata Fauzin.

Terkait fase kepulangan jamaah sendiri, menurut dia, hingga Rabu (12/7/2023) kemarin pukul 24.00 WIB jamaah gelombang I yang telah tiba di Tanah Air sebanyak 57.251 orang, tergabung dalam 149 kelompok terbang (kloter).

“Hari ini, 13 Juli  2023 jamaah  gelombang I yang diberangkatkan ke Tanah Air dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah berjumlah 6.325 jamaah atau 17 kloter,” jelas dia.  

Sementara, rencana keberangkatan Jamaah dan petugas dari Tanah Suci ke Tanah Air pada Jumat (14/7/2023) besok berjumlah 8.093 orang yang terbagi dalam 21 kloter. “Jamaah yang wafat hingga tanggal 12 Juli 2023 pukul 24.00 Wib sebanyak 588 orang. Suhu di Madinah hari ini 30°C s.d. 44°C dan di Makkah berkisar antara 31°C s.d. 41°C,” kata Fauzin.

IHRAM

Jangan Salah, Setelah Nikah, Akan Ada Ujiannya Juga, tetapi …

HIDUP tak akan lepas dari masalah dan ujian. Pun begitu dengan ketika nikah pasti akan ada ujian. Lika-liku hidup berumah tangga sudah pasti dialami pasangan suami istri.

Ibarat sebuah batu seberat satu kilogram yang akan terasa berat jika dibebankan kepada anak usia dua tahun, namun akan terasa ringan jika dijinjing oleh dua orang dewasa sehat berusia dua puluh tahunan.

Selain pengalaman, ilmu dan iman merupakan kompetensi yang harus dimiliki agar sebuah beban terasa ringan. Agar seseorang mampu menjalani ujian dengan semangat, seberat dan serumit apa pun persoalannya.

Begitu pun dengan ujian pernikahan. Semuanya dikembalikan kepada masing-masing individu yang terlibat di dalamnya dan niat awal mereka untuk menikah.

Seorang istri yang biasa hidup mewah akan berat jika diuji dengan kekurangan harta dan makanan setelah menikah. Semakin rumit ketika orang tuanya meninggal dunia tanpa mewariskan harta yang banyak, kemudian suaminya tidak cakap dalam mengupayakan nafkah.

Jika dibiarkan terus menerus, ujian yang ujungnya ada di perut ini bisa berdampak bahaya; pertengkaran karena lapar, menuntut hak karena terlalu banyak melihat rumah tangga orang lain, hingga berujung pada perceraian.

Demikian pula dengan seorang laki-laki yang hidup dalam lingkungan keshalihan. Ia akan mengalami ujian yang berat tatkala istrinya-ternyata-bukan seorang Muslimah yang taat dalam menjalankan ibadah wajib dan sunnah.

Ada jarak yang sangat jauh. Ada rentang yang amat panjang. Si laki-laki sangat terpukul, sebab di dalam benaknya, dengan menikah akan tambah shalih dan mudah serta nikmat dalam beribadah lantaran ada teman sejati.

Tapi ia-justru-mendapatkan kesukaran tak bertepi karena harus bekerja keras untuk mempertahankan keshalihannya.

Bukan hanya agar bisa istiqamah dengan ritme yang ia jalani, tapi juga harus mengajak istrinya untuk bergabung dalam garis edar ruhani yang sama. Sayangnya, alih-alih menuruti ajakan suaminya dalam taat, sang istri juga membangkang bahkan menentang saat diajak melakukan berbagai jenis amal ketaatan.

ISLAMPOS

5 Cinta yang Harus Dihindari oleh Seorang Muslim

ADA beberapa cinta yang harus dihindari oleh seorang Muslim. Apa saja dan kenapa?

Rasa cinta memang bersarang pada setiap manusia. Dan hal itu menjadi suatu anugerah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya. Meski begitu, jangan sampai anugerah itu bersarang pada jalan yang salah. Artinya, kita mencintai sesuatu yang seharusnya tidak kita cintai.

Sebagaimana dilansir dari ummi-online.com bahwa ada lima cinta yang harus dihindari oleh kaum muslim. Apa sajakah itu?

1. Kecintaan Terhadap Dunia

Sebagai seorang muslim sejati harus menghindari rasa cinta dunia yang berlebihan. Jangan sampai kita melupakan amal untuk bekal di akhirat kelak.

2. Kecintaan untuk Membangun Rumah yang Megah

Rumah memang salah satu kebutuhan primer manusia. Akan tetapi, muslim sejati juga jangan sampai terlalu disibukkan dengan urusan membangun rumah yang megah. Jangan biarkan diri kita lupa dan meninggalkan amal perbuatan yang dapat menerangi kubur kelak.

3. Kecintaan Terhadap Kesibukan Mengumpulkan Harta Benda

Mencintai pekerjaan memang sangat dianjurkan. Tentu pekerjaan yang diridhai Allah. Akan tetapi, yang lebih penting diingat oleh seorang muslim sejati adalah perhitungan Allah terhadap benda yang dimiliki.

Sesungguhnya dari harta benda itu, yang halal akan dihisab dan yang haram akan menjadi siksa. Ngeri kan? Yuk pikirkan lagi untuk apa saja harta kita.

4. Kecintaan Terhadap Pasangan dan Anak-anak

Loh, kenapa tidak boleh? Mencintai pasangan dan anak-anak itu wajib asalkan tetap tidak boleh melebihi cinta manusia kepada Rabbnya. Bagi seorang muslim sejati, cinta tertinggi tetap pada Allah bagaimanapun kondisinya.

5. Kecintaan Terhadap Hawa Nafsu

Ketahuilah, hawa nafsu bisa menjadi kendaraan syetan untuk mengelabuhi manusia. Apalagi seorang muslimah yang rentan terhadap berbagai godaan. Jangan sampai hawa nafsu kita menjadi kendaraan syetan hingga berhasil membujuk kita untuk meninggalkan perintah Allah.

Nah, itulah kecintaan yang harus dihindari oleh seorang muslim sejati. Apakah kita sudah melakukannya?

ISLAMPOS

5 Tingkatan Mengesakan Allah Menurut Imam Asy-Sya’rani

Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani dalam karyanya Al-Fathul Mubin Fi Jumlatin Min Asrār Addin Juz, 1, halaman 28, mengulas tentang tingkatan manusia dalam mentauhidkan atau mengesakan Allah. Dalam penjelasan, Imam Sya’rani mengatakan ada 5 tingkatan mengesakan Allah. 

Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani menegaskan:

والناس في التوحيد على خمسة مقامات، العامة في أدنى تلك المقامات، والخاصة في أعلاها، والناس فيما بين ذلك على قدر قبولهم، وكل أحد إذا تفهم هذه المقامات المذكورة ميز مقامه منها ، وحيث هو من جملتها 

Tingkatan manusia dalam tauhid ada lima tingkatan, golongan awam berada pada tingkatan terbawah di antara tingkatan tersebut. Adapun golongan Khas ada pada tingkatan tertinggi.

Sedangkan golongan yang berada diantara dua tingkatan tersebut tergantung pada tingkatan pemahaman mereka tentang tauhid. Dan setiap orang yang dapat memahami tingkatan ini, maka dia memiliki tingkatan yang lebih tinggi sesuai dengan tingkatan golongannya.

5 Tingkatan Mengesakan Allah

Penjelasan Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani di atas memberikan pemahaman bahwa setiap orang itu berbeda tingkatannya dalam mengesakan Allah. Oleh karena itu, Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani membagi tingkatan tauhid atau mengesakan Allah atas lima tingkatan:

Pertama, mereka mempunyai keyakinan dalam mengesakan Allah, namun mereka tidak memperdalam keyakinannya. Mereka membenarkan apa yang mereka dengar, mereka tergolong paling rendahnya dalam mengesakan Allah. Kecintaan dan ketakutannya sekedar apa yang mereka dengarkan, seperti janji dan ancaman Allah.

Kedua, mereka mendengar dan membenarkan seperti kelompok yang pertama, namun mereka mendalami dan mempunyai pandangan tentang ciptaan Allah, dan mereka mencari tahu dalil-dalil tentang adanya ciptaan Allah, maqam ini kebanyakan diduduki oleh para ahli ilmu kalam.

Ketiga, mereka lebih tinggi maqamnya dari golongan yang kedua, karena mereka sudah tidak memandang kepada yang diadakan, tetapi mereka mencari tau tentang sifat yang mengadakan, dan dari menyaksikan yang ada, kepada menyaksikan yang mengadakan.

Keempat, mereka lebih mendekatkan diri kepada yang mengadakan, dan lebih dekat lagi persaksiannya, setiap melihat atau memandang sesuatu yang ada, mereka lebih inten melihat dan memandang kepada yang mengadakan.

Kelima, mereka sudah meraih tingkatan maqam tauhid hakiki. maqam ini tidak bisa diraih kecuali sudah mencapai maqam mahabbah, (kecintaan kepada Allah) dan mereka tenggelam dalam kecintaannya, dan jalan untuk meraih maqam mahabbah, harus membersihkan hati dari kecintaan kepada dunia, dan selalu berdzikir mengingat Allah. 

Itulah 5 tingkatan mengesakan Allah menurut Imam Asy-Sya’rani. Wallahu A’lam Bissawab.

BINCANG SYARIAH

Membersihkan Hati sebagai Bekal Perjalanan Abadi

Selamatnya hati, dengan senantiasa melakukan pembersihan. Membersihkan hati haruslah menjadi prioritas Muslim sebagai bekal perjalanan abadi

Oleh: Muhammad Syafii Kudo

Hidayatullah.com | KITA semua tentu pernah melihat atau mendengar sebuah kalimat singkat yang berbunyi, ‘Hati-hati di jalan’. Sebuah kalimat yang nampaknya semua orang bisa sepakat (Muttafaqun Alaihi) merupakan kalimat yang paling sering diucapkan sebagai bentuk peringatan dari si pengucap kepada orang yang diberi ucapan tersebut agar tetap waspada selama di perjalanan supaya selamat sampai di tujuan.

Jika kita setuju dengan ungkapan bahwa ucapan adalah doa, maka kalimat ‘hati-hati di jalan’ adalah sebuah ‘azimat’ sakral yang ironisnya kini dianggap remeh belaka sebagai sebuah basa-basi lisan semata.

Jika ditelaah lebih dalam, kalimat ‘hati-hati di jalan’ mengandung sebuah peringatan agar selama di perjalanan kita selalu waspada demi selamat sampai tujuan.  Namun jangan salah, sebagai seorang Muslim, kita memiliki sebuah worldview khas yang berbeda dengan berbagai pemahaman lain di luar Islam.

Di dalam Islam dikenal konsep akhirat, yang bermakna bahwa semua manusia tujuan akhir perjalanannya kelak adalah ke akhirat untuk kembali kepada Allah. Inilah konsep yang dikenal sebagai Sangkan Paraning Dumadi di dalam khazanah pemikiran orang Jawa yang merupakan penjabaran dari konsep Istirja’ (Innalilahi wa Inna ilaihi raji’un) di dalam Islam.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

 مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا؟! إِنَّمَا مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Apalah artinya dunia ini bagiku? Apa urusanku dengan dunia? Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya.” (HR. Ahmad).

Hadis tersebut menjelaskan bahwa manusia hidup di dunia ini ibarat sebuah perjalanan yang mana tujuan pulangnya adalah ke akhirat. Dan perjalanan ke akhirat tentu merupakan sebuah jalan pulang yang maha berat.

Banyak rintangan yang mesti dihadapi baik berupa godaan setan maupun dosa diri sendiri, dimana banyak manusia jatuh berguguran saat melakoni  perjalanan mudik abadi ini.

Maka dibutuhkan bekal yang cukup untuk mengarunginya. Sehingga wajar jika kalimat yang berselimut doa seperti ‘hati-hati di jalan’ itu adalah sebuah peringatan yang bermanfaat agar si penerima peringatan tidak sembrono yang bisa berujung celaka selama di perjalanan.

Firman Allah yang berbunyi, فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى, yang artinya berilah peringatan karena peringatan itu bermanfaat (QS. Al A’la :8-9).

Disebutkan bahwa barangsiapa yang keluar untuk melakukan perjalanan daripada perjalanan dunia tanpa perbekalan, maka dia akan menyesal ketika ternyata di tengah perjalanan dia butuh kepada perbekalan tersebut yang mana penyesalan di saat  itu sudah tidak ada gunanya lagi bahkan malah akan membinasakannya belaka.

Sahabat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu menangis ketika detik-detik kematiannya seraya mengatakan, “Hanya saja aku menangis karena jauhnya perjalananku (di alam barzakh menuju tahap akhirat berikutnya) dan sedikitnya perbekalanku.” (Majmu’ Rosa’il Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 430).

Jika seorang Sahabat  Nabi sang periwayat hadis terbanyak dengan ketawadu’annya menangis karena merasa masih sedikit perbekalannya menuju akhirat, lantas bagaimana dengan kita yang memang benar-benar tidak punya bekal sama sekali ini.

Perbekalan Utama

Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Allah berfirman,

يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩

“Pada hari yang harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara: 88—89).

Mengenai pentingnya menjaga kebersihan hati, dikisahkan bahwa Syaikh Muhyiddin Ibnu al-Arabi berkata, “Salah seorang fakir mengundang kami untuk menghadiri pertemuan di lorong sempit berpenerangan pelita-pelita, di Mesir. Di situ berkumpul sekelompok guru. Lalu dia menghidangkan berbagai makanan. Maka mengalirlah macam-macam wadah.”

Di antaranya ada sebuah wadah kaca baru yang telah (pernah) digunakan untuk kencing. Setelah itu belum pernah digunakan lagi.

Lalu pemilik rumah meraih makanan di dalamnya, sedang para guru tadi sedang menyantap makanan.

Saat itu, tiba-tiba wadah itu berkata, “Sejak Allah memuliakanku dengan makannya para pembesar-pembesar itu dari diriku, sejak itu aku tidak rela diriku menjadi tempat kotoran sesudahnya.” Lalu wadah itu pecah menjadi dua.

Syaikh Muhyiddin berkata: Lalu aku berkata kepada perkumpulan itu, “Apakah kalian mendengar apa yang dikatakan wadah tadi?”

“Benar,” jawab mereka.

Aku bertanya, “Apa yang kalian dengar?”

Lalu mereka mengulangi ucapan wadah tadi.

Aku menukas, “Wadah itu berbicara dengan ucapan yang lain.”

“Apakah itu?”

Aku menjawab, “Demikian juga hati kalian. Sejak Allah memuliakan hati kalian dengan iman, setelah itu mereka tidak rela menjadi tempat najis, berupa maksiat dan cinta pada dunia.” (Syekh Abdul Qodir bin Ahmad Al Kuhany,  Huruf-Huruf Magis, Terb. Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2005, Hal. 20-21).

Di  dalam hadis dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

(( إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم ))

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa-rupa kalian dan harta-harta kalian, akan tetapi Allah melihat pada hati-hati kalian dan amalan-amalan kalian.”(HR. Muslim no. 2564)

Dari berbagai penjelasan di atas terlihat sangat jelas bahwa hati adalah hal “terpenting” di dalam kehidupan ini karena keselamatan manusia kelak di akhirat ditentukan oleh selamatnya hati mereka di hadapan Tuhannya.

Ini sesuai penjelasan Rasulullah ﷺ yang berbunyi,

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di setiap jasad ada sekerat daging. Manakala sekerat daging tersebut baik, akan baik pula seluruh jasad. Namun, manakala sekerat daging tersebut rusak, akan berakibat rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, sekerat daging tersebut adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat an-Nu’man bin Basyir Radhiallahu ‘Anhuma).

Lantas untuk membersihkan hati apa yang harus dilakukan? Tidak ada lain kecuali melakukan laku Tasawuf (Tazkiyatun Nufus). Sebab dengan mengamalkan tasawuf (Tazkiyatun Nufus), seseorang bisa perlahan mendidik jiwa dan hatinya agar bersih dari berbagai kotoran dan penyakit.

Karena menurut sebagian ulama sufi , tasawuf adalah,

هو الخروج من كل خلق دنيي والدخول في كل خلق سني

“Tasawuf adalah keluar dari akhlak yang tercela dan masuk kepada akhlak yang mulia.” (Al Washoya An Nafi’ah Lil Imam Al Haddad, hal. 30).

Syekh Abdul Wahab As Sya’roni di dalam kitab Al Yawaqit Wal Jawahir yang beliau nukil dari kitab Ihya’ Ulumiddin milik Imam Al Ghozali Rahimahullah dan dinukil pula dari sebagian Arifin menyatakan,

من لم يكن له نصيب من علم القوم يخاف عليه سوء الخاتمة

“Barangsiapa tidak ada baginya (bagian dari) ilmu kaum (Arifin) yakni ilmu tasawuf niscaya ditakutkan atasnya mati dalam keadaan su’ul khotimah.”

Syekh Abul Hasan Al Shadzily Rahimahullah berkata,

من لم يتغلغل في هذه العلوم مات مصرا على الكبائر وهولا يعلم

“Barangsiapa yang tidak mendalami ilmu ini (tasawuf) maka dia akan terus-menerus melakukan dosa besar dalam keadaan tidak sadar.”

Ibnu Rajab Rahimahullah bahkan berkata,

الاشتغال بتطهير القلوب أفضل من الإستكثار من الصوم والصلاة مع غش القلوب ودغلها

“Sibuk dengan menyucikan hati adalah lebih baik daripada memperbanyak puasa (sunah) dan salat (sunah) yang disertai dengan menipu hati dan ada khianat dalam hatinya.”

Walhasil mengingat perjalanan menuju akhirat adalah sebuah laku mudik yang berat dan lama, perbekalan amal tentunya merupakan sesuatu yang harus diutamakan.

Dan bahwa kelak yang menjadi barometer selamatnya hamba di sisi Tuhannya adalah selamatnya hati, maka senantiasa melakukan pembersihan hati haruslah menjadi prioritas utama seorang hamba di samping melakukan amalan-amalan kebajikan.

Sehingga laku tasawuf adalah sebuah harga mati. Ini sesuai dengan perkataan Syekh Ibn Abbad dalam Syarh Al Hikam Lil Ibni Atho’illah yang mengatakan,

وهذه هي العلوم التى ينبغى للانسان ان يستغرق فيها عمره الطويل ولا يقنع منها بكثير ولا قليل

“Dan inilah ilmu yakni ilmu tasawuf yang seyogyanya bagi manusia untuk menenggelamkan usianya yang panjang di dalamnya (untuk mempelajarinya) dan tidak (boleh) merasa puas dari mempelajarinya.”

Wallahu A’lam Bis Showab.

Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan

HIDAYATULLAH

Kenapa Inses Marak Terjadi di Indonesia?

Kenapa inses marak terjadi di Indonesia? Beredar kabar seorang tahanan berinisial ABRN (50) pelaku kasus hubungan inses pada anaknya yang masih kecil, telah tewas dianiaya sesama tahanan di ruangan tahanan Polres Metro Depok. Diduga ABRN tewas usai mendapatkan penganiaya dari sesama tahanan Polres Metro Depok. 

Menurut informasi sejumlah media, Wakasat Reskrim Polres Metro Depok, AKP Nirwan Pohan mengatakan, penganiayaan sesama tahanan hingga menyebabkan korban meninggal dunia terjadi pada Sabtu, (8/7) sore hari. Kejadian tersebut dipicu dari tahanan lainnya kesal dengan perbuatan korban yang melakukan pelecehan kepada anaknya.

Meskipun tindakan yang dilakukan para tahanan terkesan brutal dan menyalahi aturan hukum, akan tetapi bagaimanapun segala bentuk pemaksaan hubungan badan khususnya terhadap anak kandung sangatlah dilarang baik dalam hukum positif maupun ajaran agama. Bahkan Allah SWT juga berfirman:

الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلا اللائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ

Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kalian, (menganggap istrinya sebagai ibunya), padahal tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain adalah wanita yang melahirkan mereka dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun (QS al-Mujadilah [58]: 2).

Maksud dari penjelasan ayat di atas yakni, Allah mengharamkan zhihâr, yaitu menganggap istri sama seperti ibu, padahal itu hanyalah anggapan, maka apa yang lebih dari sekadar anggapan, yaitu berhubungan badan dengan ibunya, jelas lebih diharamkan lagi. Kesimpulan ini merupakan bentuk penarikan ias dari dalâlah iltizâm, yaitu tanbîh al-adnâ alâ al-a’lâ, atau min bâbi ias.

Inses Bukan Fenomena Baru Namun Sangat Berbahaya

Dengan melihat penjelasan firman Allah, kita tahu bahwa inses bukanlah fenomena baru, tapi telah lama terjadi dari beberapa waktu silam. Hubungan semacam ini tak seharusnya dilakukan, selain karena bertentangan dengan nilai agama maupun moral, inses juga sangatlah berbahaya bagi korbannya. 

Karena dapat berakibat buruk bagi psikis dan fisik korban serta anak yang dilahirkan. Maka, perlu kita pahami betul, penyebab inses beserta upaya pencegahannya agar bisa meminimalisir hingga menumpas secara utuh peluang terjadinya inses. Lantas apa saja yang menjadi faktor pemicu maraknya kasus inses di Indonesia?

Faktor Penyebab Terjadinya Hubungan Inses

Secara garis besar, penyebab terjadinya inses dapat dikelompokkan ke dalam dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang menyebabkan terjadinya inses, antara lain:

Biologis

Pada faktor biologis, inses bisa terjadi akibat dorongan seksual yang terlalu besar dan adanya ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan nafsu seksualnya.

Psikologis

Dari segi psikologis, kemungkinan pelaku memiliki kepribadian yang menyimpang, seperti minder, tidak percaya diri, menutup diri dari lingkungan pergaulan, dan menarik diri dari pergaulan sosial masyarakat.

Hal tersebut menyebabkan psikis pelaku menjadi terganggu dan mengurung dirinya di rumah, sehingga tak ada pilihan lain untuk melampiaskan nafsu kepada putrinya, di mana anak perempuan menjadi figur utama yang mengurus keluarga sebagai pengganti ibu.

Selain faktor biologis dan psikologis, inses juga dapat terjadi akibat faktor eksternal. Berikut faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya hubungan seks sedarah.

Ekonomi

Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang sangat rendah terkadang bertempat tinggal di dalam rumah yang tak memiliki banyak ruang, terutama ruang tidur. Hal tersebut menyebabkan seluruh anggota keluarga, baik suami-istri maupun anak-anak tidur dalam satu ruangan, bahkan satu tempat tidur.  Bila dalam satu waktu, seorang ayah bersentuhan dengan putrinya yang gadis, maka hal ini memungkinkan salah satunya terangsang dan berpotensi melakukan hubungan seksual.

Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah berpotensi menyebabkan terjadinya inses. Apabila seseorang memahami dengan betul dampak buruk akibat melakukan inses, maka ia akan berusaha mencari solusi lain agar tidak melakukan inses, sehingga tidak berdampak pada kehidupannya, keutuhan keluarganya, dan kesehatan anak-anaknya.

Spiritual

Inses bisa juga dipengaruhi oleh tingkat pemahaman agama dan penerapan akidah serta norma agama seseorang. Bisa jadi pelaku tidak memahami betul batasan antar anggota keluarga dan dampak negatif dilakukannya inses.

Itulah penyebab terjadinya inses secara garis besar.

Namun, masih banyak lagi faktor spesifik yang mendasari terjadinya inses, seperti masa kecil pelaku, adanya gangguan emosional, pengawasan serta didikan orang tua, dan lain sebagainya. 

Upaya Pencegahan Inses

Dalam hal upaya pencegahan terjadinya inses, dapat dilakukan diantaranya tindakan sebagai berikut :

  1. Memperkuat keimanan dengan menerapkan ajaran agama yang bukan hanya ritual, tapi juga memahami nilai-nilai dalam agama
  2. Memperkuat rasa empati, sehingga memunculkan rasa sensitif terhadap penderitaan orang lain
  3. Mengisi waktu dengan kegiatan yang kreatif dan positif
  4. Menjauhkan diri dan keluarga dari segala sesuatu yang dapat membangkitkan syahwat
  5. Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada anggota keluarga
  6. Memberikan pendidikan seks kepada anak diusia yang cukup

Demikian penjelasan terkait kenapa Inses marak terjadi di Indonesia? Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

11 Adab Utang Piutang dalam Islam

APA saja adab utang piutang dalam Islam?

Siapa pun umumnya mempunyai permasalahan ekonomi keluarga. Ada yang bisa mengatasinya dengan baik tanpa membebani orang lain. Tapi banyak juga yang mencari solusinya dengan berhutang pada yang lebih mampu. Bahkan tidak jarang mengambil kredit ke Bank, dan ini bentuk hutang piutang yang lazim dilakukan. Tapi bagaimanakah adabnya? Karena terkadang mungkin ada yang meremehkan hal ini.

Jangan remehkan soal hutang piutang. Bila sudah punya kemampuan jangan ditunda-tunda lagi untuk membayarnya. Dalam Islam, hutang diperbolehkan, namun ada adabnya. Ada 11 adab utang piutang dalam Islam, yaitu :

1. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah lupa mencatat utang piutang.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ… سورة البقرة 282

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al-Baqarah: 282)

2. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah berniat tidak melunasi utang.

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏‏أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِيَ اللَّهَ سَارِقًا . رواه ابن ماجة 2410

“Siapa saja yang berutang, sedang ia berniat tidak melunasi utangnya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang PENCURI.” (HR Ibnu Majah ~ hasan shahih)

3. Adab Utang Piutang dalam Islam: Punya rasa takut jika tidak bayar utang, karena alasan dosa yang tidak diampuni dan tidak masuk surga.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏ “‏ يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ ‏”‏ ‏.‏ رواه مسلم 1886

“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni KECUALI utang”. (HR Muslim)

4. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan merasa tenang kalau masih punya utang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏”‏ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِيَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ‏”‏ ‏.‏ رواه ابن ماجة 2414

“Barangsiapa mati dan masih berutang satu dinar atau dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan (diambil) amal kebaikannya, karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR Ibnu Majah ~ shahih)

5. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah menunda membayar utang.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‏ “‏ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ ‏”‏‏.‏ رواه البخاري 2287 ، مسلم 1564 ، النسائي 4688 ، ابو داود 3345 ، الترمذي 1308

“Menunda-nunda (bayar utang) bagi orang yang mampu (bayar) adalah kezaliman.” (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

6. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah menunggu ditagih dulu baru membayar utang.

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏”‏ أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ أَحْسَنَهُمْ قَضَاءً ‏”‏‏.‏ رواه البخاري 2392 ، مسلم 1600 ، النسائي 4617 ، ابو داود 3346 ، الترمذي 1318

“Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam pembayaran utang. (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah mempersulit dan banyak alasan dalam pembayaran utang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ “‏ أَدْخَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلاً كَانَ سَهْلاً مُشْتَرِيًا وَبَائِعًا وَقَاضِيًا وَمُقْتَضِيًا الْجَنَّةَ ‏”‏ ‏.‏ رواه ابن ماجة 2202 ، النسائي 4696

“Allah ‘Azza wa jalla akan memasukkan ke dalam surga orang yang mudah ketika membeli, menjual, dan melunasi utang.” (HR An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

8. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah meremehkan utang meskipun sedikit.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ‏ “‏ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ ‏”‏. رواه الترمذي 1078 ، ابن ماجة 2506

“Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dibayarkan.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

9. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah berbohong kepada pihak yang memberi utang.

قَالَ ‏”‏ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ ‏”‏‏.‏ البخاري 2397 ، 833 ، مسلم 589 ، ابو داود 880 ، النسائي 5472 ، 5454

“Sesungguhnya, ketika seseorang berutang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji ia akan ingkar.” (HR Bukhari dan Muslim)

10. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah berjanji jika tidak mampu memenuhinya.

…وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا… سورة الإسراء 34

“… Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban ..” (QS Al-Israa’: 34)

11. Adab Utang Piutang dalam Islam: Jangan pernah lupa doakan orang yang telah memberi utang.

وَمَنْ آتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ ‏”‏ ‏.‏ رواه النسائي 2567 ، ابو داود 5109

“Barang siapa telah berbuat kebaikan kepadamu, balaslah kebaikannya itu.

Jika engkau tidak menemukan apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdoalah untuknya sampai engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya.” (HR An-Nasa’i dan Abu Dawud)

Semoga bermanfaat.

SUMBER

Tersesat yang Seru dan Disyukuri saat Haji, ini Ceritanya

Cerita jamaah haji asal Tasikmalaya tersesat di Muzdalifah.

Sebanyak 392 jamaah haji asal Kota Tasikmalaya telah kembali ke tanah air pada Rabu (12/7/2023). Kedatangan mereka disambut antusias oleh sanak keluarga yang telah menunggu di Gedung Dakwah Kota Tasikmalaya. 

Sesampainya di Tasikmalaya, raut wajah para jamaah haji itu terlihat ceria. Beberapa jamaah juga tak kuasa menahan haru saat kembali bertemu keluarganya di Indonesia setelah menunaikan ibadah haji. 

“Alhamdulillah dari kloter 23 tidak ada yang tertinggal di Arab Saudi. Semua selamat, sehat, dan bisa kembali ke Indonesia,” kata salah seorang jamaah haji asal Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Dadang Surahman (61 tahun).

Ia mengaku mendapatkan banyak pengalaman saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Salah satu pengalaman yang paling berharga baginya adalah saat berada di Muzdalifah. 

Sebagai orang awam di Arab Saudi, Dadang mengaku sering tersesat saat akan melakukan perjalanan ke Jamarat. Pasalnya, terdapat banyak jalan yang ada di daerah itu. 

“Memang ada istilah, kalau tidak nyasar di Arab itu bukan jamaah haji. Namun itu dinikmati dan menjadi happy ending. Alhamdulillah semua sehat dan sukses,” kata jamaah dari KBIH As Surur itu.

Tak hanya Dadang jamaah haji yang sempat tersesat ketika berada di Arab Saudi. Salah seorang jamaah lainnya, Adam Alamsah (65), juga beberapa kali tersesat saat berada di Muzdalifah. 

Ia mengisahkan, perjalanan dari Muzdalifah ke Mina itu sekitar 7 kilometer dari tendanya. Namun, dalam perjalanan, ia tak jarang tersesat. Bahkan, menurut dia, ada temannya yang tersesat sampai 28 kilometer. 

“Memang capek, tapi tetap ada kepuasan dalam hati,” kata lelaki asal Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, itu.

Selain tersesat, kendala lain yang dirasakan Adam saat berada di Arab Saudi adalah faktor cuaca. Pasalnya, kondisi cuaca di Tanah Suci hampir dua kali lipat dengan kondisi di Indonesia. 

Karenanya, Adam sempat dua kali menjalani perawatan medis saat di Arab Saudi. Jamaah lainnya juga tak sedikit yang harus menjalani perawatan. 

“Alhamdulillah saya hanya sebentar, meski dua kali dirawat. Namun tetap semangat,” kata dia.

Ia menambahkan, peran petugas selama pelaksanaan ibadah haji juga sangat membantu para jamaah. Bahkan petugas yang bukan berasal dari rombongannya pun tak segan membantu para jamaah. 

Meski demikian, menurut Adam, pelayanan selama pelaksanaan ibadah haji ke depan tetap harus ditingkatkan. Sebab, masih terdapat beberapa hal minor yang dirasakan para jamaah dari sisi pelayanan. 

“Salah satunya itu tempat wudhu, saat di Mina itu tak ada penerangan. Lalu makanan juga kadang masih ada yang belum masak sudah disajikan. Itu yang perlu diperbaiki,” ujar dia.

Senada dengan Adam, Dadang juga menilai peran para petugas dalam pelaksanaan ibadah haji telah maksimal. Namun, bukan berarti pelayanan yang dirasakan selama ini tanpa kekurangan. 

“Mudah-mudahan ke depan ada peningkatan,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Tasikmalaya Supriana mengatakan, para jamaah telah tiba dengan selamat. Namun, berdasarkan informasi yang diterimanya, terdapat satu jamaah dari rombongan itu yang masih sakit dan dirawat di sebuah rumah sakit, Tangerang. 

“Hanya memang ada jamaah dari Kota Tasikmalaya sakit, sekarang masih dirawat di rumah sakit di Tangerang. Mudah-mudahan besok pulang,” kata dia di Gedung Dakwah Kota Tasikmalaya, Rabu.

Menurut dia, kembalinya para jamaah itu merupakan yang pertama di Kota Tasikmalaya pada musim haji kali ini. Masih ada ratusan jamaah haji asal Kota Tasikmalaya lainnya yang berada di Arab Saudi. 

Supriana mengatakan, jamaah haji asal Kota Tasikmalaya yang masih berada di Arab Saudi adalah mereka yang tergabung dalan kloter 24 sebanyak 40 orang, kloter 67 sebanyak 208 orang, kloter 68 sebanyak 48 orang, dan kloter 72 sebanyak 39 orang. “Informasi yang kami terima, mereka masih sehat,” kata dia.

Ia menambahkan, hingga saat ini tak ada jamaah haji asal Kota Tasikmalaya yang meninggal dunia di Arab Saudi. Ia mengakui, sempat ada beberapa jamaah asal Kota Tasikmalaya yang sakit dan harus dirawat, tapi mereka bisa kembali sehat.

IHRAM