Doa Agar Bisa Berangkat Haji

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis, mengatakan, bila seorang ingin segera naik haji, maka panjatkanlah doa yang dahulu dibaca Nabi Ibrahim ketika meninggalkan Ka’bah.

“Doa itu terdapat dalam Alquran pada Surat Al-Baqarah, ayat 127-128,” kata Kiai Cholil kepada Republika, belum lama ini.

Berikut bunyi ayat itu dikutip Kiai Cholil, “… Rabbana taqabbal minna, innaka anta as sami’ul-‘alim. Rabbana waj’alna muslimaini laka wa min dzurriyyatina ummatan muslimatan laka wa arina manasikana wa tub ‘alaina, innaka anta attawwabur-rahim.”

Adapun artinya adalah sebagai berikut:
“… Ya Tuhan kami, semoga Engkau menerima (amalan ibadah kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, semoga Engkau berkenan dapat menjadikan kami berdua (suami-istri) orang yang tunduk patuh kepada Engkau serta (menjadikan) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau. dan semoga Engkau selalu berkenan memberikan petunjuk kepada kami agar dapat menunaikan ibadah haji, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Kiai Cholil mengatakan, doa ini juga bisa dibaca bagi seorang yang sudah pernah naik haji tapi menginkan kembali datang ke Tanah Suci. “Doanya sama,” ucapnya.
Selain berdoa, Kiai Cholil juga menyarankan agar perbanyak beramal. Di antaranya adalah bershalawat dan beristighfar.

IHRAM

ISIS Hancurkan Situs Islam, Amerika Serikat Lindungi?

Amerika Serikat berada di lokasi saat terjadi penghancuran situs Islam bersejarah.

Artikel yang ditulis Raymond Stock di Middle East Forum menyoroti tentang banyaknya situs budaya yang dirusak oleh kelompok Negara Islam (ISIS) dalam perang dan Amerika Serikat yang disebut justru melindungi situs budaya. Raymond Stock sendiri merupakan anggota penulis Middle East Forum dan pengajar Bahasa Arab di Louisiana State University.  

Dalam artikel tersebut, Raymond menyoroti tentang Amerika Serikat yang kerap melindungi situs budaya saat perang berlangsung. Misalnya pada puncak ketegangan AS-Iran setelah pembunuhan yang ditargetkan terhadap Jenderal Qasem Soleimani pada Januari 2020 lalu. 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat itu menyatakan, bahwa jika terjadi serangan lebih lanjut oleh Teheran, ia telah memilih 52 target sebagai balasan Amerika Serikat, yang di antaranya adalah situs budaya.

Pernyataan Trump tersebut lantas disambut oleh kemarahan publik dan penolakan oleh pejabat seniornya sendiri. Tiga hari kemudian, Trump mundur dari rencana penyerangan yang menargetkan situs budaya itu. Ia menekankan, bahwa penargetan situs budaya adalah ilegal dan ia ingin mematuhi hukum. 

“Kelompok Islami dan barbar lainnya menyerang situs budaya, sedangkan orang Amerika tidak. Sebaliknya, AS memiliki tradisi bertindak untuk melindungi situs budaya selama masa perang,” demikian tulisan Raymond Stock dalam artikelnya di Middle East Forum, dilansir pada Rabu (1/7). 

Dia menjabarkan soal sikap Amerika dalam Perang Dunia II, di mana Presiden Franklin Roosevelt secara pribadi mengizinkan pembentukan unit militer khusus, yang kemudian dijuluki Monuments Men. Unit tersebut bertugas untuk melindungi situs budaya utama dan karya seni Eropa yang dijarah Nazi, termasuk yang dimiliki negara-negara Axis.

Upaya militer AS untuk melindungi situs budaya di zona perang itu dikatakan melampaui kewajibannya untuk tidak melukai mereka yang berada di bawah Konvensi Jenewa, Konvensi Den Haag 1954 untuk Perlindungan kekayaan Budaya dalam Kegiatan Konflik Bersenjata, dan Departemen Pertahanan soal Hukum Perang Manual. 

Aturan dalam konvensi itu menyatakan bahwa properti budaya, area yang mengelilinginya, dan peralatan yang digunakan untuk perlindungannya harus dijaga dan dihormati. 

Dalam Perang Teluk 1991 untuk membebaskan Kuwait dari pendudukan Irak, komandan militer Amerika Serikat bertemu dengan banyak pakar tentang situs arkeologi dan warisan lainnya untuk belajar mengenali dan melindungi tempat-tempat ini. 

Selama bertahun-tahun sesudahnya, pemerintah AS dan lembaga lainnya mengeluarkan upaya serius untuk memulihkan sekitar 2.000 benda penting yang dicuri selama konflik.

Namun, hanya beberapa yang ditemukan pada saat invasi yang dipimpin Amerika Serikat di Irak pada 2003. Amerika Serikat kemudian dikritik lantaran dinilai gagal melindungi perpustakaan dan museum negara, yang beberapa di antaranya dijarah dan bahkan dibakar dalam perang tersebut.

Lembaga Coalition Provisional Authority (CPA) yang dibentuk Amerika Serikat kemudian mulai mengatur upaya tidak hanya melindungi tempat-tempat tersebut, tetapi juga memulihkan dan mengembalikan artefak yang hilang, dicuri, serta rusak. Demikian pula dengan koleksi perpustakaan dan arsipnya.

Menurut Raymond, banyak bantuan asing dari Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah, termasuk misalnya di Mesir. Ia mengatakan, bantuan itu ditujukan untuk melestarikan dan memulihkan masjid bersejarah, gereja, dan monumen lain sebagai tidak hanya hubungan masyarakat yang baik, tetapi untuk menyimpan kenangan umum dari umat manusia.

Bahkan, kata Raymond, ada program khusus untuk menyelamatkan artefak-artefak budaya dan sakral yang terancam punah dari komunitas besar Yahudi Irak, yang seringkali dipaksa untuk meninggalkan negara itu, dan properti mereka pada 1940-an dan 1950-an. Pada Februari 2004, dia kembali ke Irak, setelah sebelumnya pernah dia kunjungi beberapa kali pada akhir 1980-an.

Di sana, Raymond melakukan survei pribadi tentang kerusakan yang dilakukan oleh kelompok massa di tengah kejatuhan pemerintah setempat. Mereka merusak perpustakaan, museum dan koleksi manuskrip. 

Menurut Raymond, telah dilaporkan secara luas bahwa hampir semuanya telah dihancurkan. Akan tetapi, penyelidikannya sendiri mengungkapkan bahwa kemungkinan sekitar 15 hingga 30 persen dari museum, perpustakaan, dan koleksi dokumenter lainnya telah hilang, setidaknya di wilayah Baghdad. 

Dalam surveinya, Raymond juga melibatkan wawancara dengan sejumlah pakar Irak dan Amerika, dan banyak kunjungan ke lembaga-lembaga. Dia berkeliling kota tanpa senjata di dalam mobil terbuka ditemani sopir lokal. Menurutnya, sopir itu disediakan kerabatnya yang merupakan pasangan orang buangan Irak yang dulu terkait dengan Saddam Hussein. Saat dia berkunjung ke sana, kerap terjadi baku tembak, penculikan dan ledakan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Masjid Agung Nouri Mousul Irak menjadi salah satu saksi penghancuran

Namun sayangnya, Raymond tidak dapat membuktikan kunjungan pribadinya saat di situs-situs arkeologi karena alasan keamanan. Kala itu, dia diberitahu oleh anggota staf di museum nasional Irak di Baghdad dan yang lainnya, bahwa tempat-tempat itu telah dijarah secara sistematis melalui pengaturan korup yang diduga dibuat oleh keluarga Saddam Husein sendiri. Penjarahan berlanjut setelah rezim Saddam digulingkan.

Insiden yang paling terkenal adalah penjarahan Museum Irak di Baghdad. Saat terjadi insiden tersebut, tidak ada perlindungan Amerika Serikat. Amerika Serikat saat itu diserang pers karena dianggap lalai menjalankan tugas.

Namun, menurut Raymond, dari percakapannya dengan staf museum tersebut, dia menemukan bahwa unit pasukan Amerika Serikat, dilengkapi dengan setidaknya satu tank, sebenarnya telah datang ke bundaran di samping museum untuk menjaga museum tersebut di awal periode ini. 

Namun, mereka tampaknya telah ditarik setelah terjadi baku tembak dengan sekelompok gerilyawan Fedayeen Saddam yang telah mengambil alih museum. Raymond diberitahu, bahwa salah satu dari orang-orang bersenjata itu telah diterbangkan dari sebuah tonggak menara Assyrian di pintu masuk, seperti yang dibuktikan oleh sebuah lubang besar di atas gerbang yang melengkung. 

Dengan kata lain, Raymond menyebut bahwa pasukan Amerika Serikat tidak meninggalkan lembaga yang tidak berdaya tersebut. Namun, mereka mundur dari satu tempat yang diduduki oleh pejuang musuh.

“Sekitar sepekan kemudian, pasukan Amerika kembali untuk mengamankan museum dan pekarangan. (Apa yang saya dengar dari staf museum terdengar sangat mirip dengan laporan yang dilaporkan Letnan Kolonel Eric Schwartz dengan tindakan yang diambil oleh unitnya sendiri dari Divisi Infanteri Ketiga Amerika Serikat pada malam 9 April 2003),” katanya. 

Namun demikian, Raymond menekankan bahwa puing-puing paling parah dari warisan budaya Irak tidak terjadi saat itu atau bahkan selama pemberontakan panjang dan berdarah setelah invasi 2003.

Dia mengatakan, penghancuran berat justru terjadi selama pendudukan empat tahun (2014-2018) oleh kelompok Negara Islam (ISIS), yang sebagian besar di Irak barat dan barat laut.

Kelompok tersebut secara sistematis meledakkan atau menghancurkan segala sesuatu dari sisa-sisa kota kuno Nimrod di Provinsi Ninawa (Nineveh). Mereka menghancurkan masjid dan gereja abad pertengahan, museum barang antik di Mosul, dan banyak perpustakaan serta koleksi dokumen. Belum lagi, tindakan pembunuhan dan perbudakan dari orang-orang Kristen, Yazidi, dan minoritas agama lain yang sudah jauh berkurang. Mereka dianggap kelompok Negara Islam sebagai sesat.

Raymond lantas menyebut bahwa perang untuk membebaskan Irak dari momok kelompok Negara Islam telah memberikan harapan bagi pemulihan sejumlah situs budaya utama di negara itu. Itu termasuk masjid, gereja, biara, dan lainnya. Seperti yang kini dilakukan oleh badan-badan seperti University of Pennsylvania Museum. 

Menurut Dr Richard Zettler di museum tersebut, saat berbicara dengannya pada 21 Februari 2020, proyek mereka tidak terbatas mencakup situs arkeologi, tetapi juga monumen budaya lainnya. 

Zettler mencatat, bahwa Badan Pembangunan Internasional AS di Irak utara sedang memulihkan Masjid al-Nuri di Mosul. Masjid ini sempat menjadi tempat Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan keberadaan kekhalifahan ISIS pada Juli 2014. Namun, Masjid al-Nuri kemudian diledakkan oleh para pejuangnya saat mereka mundur dari kota Mosul pada 2018. 

Selain itu, Angkatan Darat Amerika Serikat, dalam kemitraan dengan Smithsonian Institution di Washington, DC, akhir-akhir ini mendirikan sebuah organisasi baru, Satuan Tugas Warisan Budaya (Cultural Heritage Task Force). Organisasi tersebut berfungsi untuk melindungi situs dan artefak yang dirusak dalam perang yang sedang berlangsung.


KHAZANAH REPUBLIKA


Jangan Mengatur Allah

SAUDARAKU, ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan, tahan diri untuk mengeluh. Apalagi sampai berprasangka buruk kepada Allah. Mengatakan Allah tidak adil, atau perkataan-perkataan lain yang malah membuat kita kufur. Naudzubillahi min dzalik.

Lalu, bagaimana agar kita memiliki kemampuan menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan dengan tenang dan berprasangka baik kepada Allah? Salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan, yakni memiliki sikap siap menghadapi yang cocok maupun tidak cocok dengan keinginan kita.

Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan, maka lebih menentramkan dibanding tidak membawanya. Membawa payung artinya siap menghadapi situasi saat hujan turun maupun tidak turun. Demikian pula yang siap dengan segala kondisi, ia lebih tenang dibanding dengan yang hanya siap dengan keinginannya saja.

Mengapa harus siap? Karena kita punya rencana dan Allah SWT pun punya rencana. Sedangkan yang pasti terjadi adalah rencana-Nya. Mustahil dalam hidup ini seluruh keinginan kita terwujud sepenuhnya. Silakan menafakuri perjalanan hidup selama ini. Nyata sekali ternyata di antara sekian banyak peristiwa yang kita alami, jauh lebih banyak yang tidak cocok dengan keinginan kita, dibanding dengan yang cocok dengan keinginan. Namun demikian, hidup ini tetap berjalan terus.

Andai saja semua keinginan terjadi sepenuhnya, sungguh tak ada lagi yang menarik dalam hidup ini. Dunia ini pun akan kacau balau. Bayangkan saja jika setiap yang ingin menjadi presiden lalu terkabul keinginannya, tentulah kehidupan kita menjadi kacau dan memang tidak mungkin terjadi.

Perumpamaan lainnya, kita pasti ingin sehat dan orang lain pun di seluruh dunia pasti menginginkan sehat. Jika semua terkabul sehat seluruhnya, apa yang terjadi? Dokter tak lagi memiliki pasien, rumah sakit seketika sepi, apotik, toko obat tak laku, pabrik obat akan bangkrut, para penyuplai bahan obat-obatan kehilangan mata pencaharian, fakultas kedokteran, keperawatan , farmasi pun tutup. Demikian pula beragam pendukung sarana kesehatan menjadi kehilangan pasar. Dahsyat sekali dampaknya. Maka, sakit sesungguhnya bukan masalah. Ada pun yang menjadi masalah adalah saat kita salah menyikapi sakit, atau pun salah menyikapi sehat.

Hal yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Karena terkadang pengetahuan kita, plus hawa nafsu sering membuat kita tergesa-gesa. Kita pun menjadi kurang jeli melihat kebenaran. Begitu pula yang buruk menurut kita, bisa jadi adalah yang terbaik menurut Allah yang Mahatahu segalanya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216).

Sesungguhnya tugas kita bukanlah mengatur Allah SWT. Yakni mengatur agar setiap kehendak-Nya sesuai dengan keinginan kita. Tugas kita adalah meluruskan niat, sehingga niat dan keinginan kita lurus karena Allah semata.

Tugas kita pun kemudian menyempurnakan ikhtiar di jalan yang Allah sukai. Lalu, pasrahkan sepenuhnya. Bertawakal kepada Dzat Yang Mahatahu segalanya, yang tidak pernah mengecewakan hamba yang bertawakal kepada-Nya.

Jika itu sudah ditempuh, maka selesailah tugas kita. Apa pun yang kemudian terjadi, insya Allah adalah sebaik-baiknya takdir. Jika cocok dengan harapan, maka penuh keberkahan. Jika tidak cocok, maka Allah akan melapangkan hati kita untuk menerimanya. Kita pun tidak akan merasa perih atau menderita, malah semakin bersyukur karena yakin pilihan Allah itu pasti yang terbaik. [*]

Oleh KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Mau Keluarga Sakinah? Yuk Amalkan Doa Ini

SAUDARAKU, barangsiapa yang merindukan berumahtangga sakinah, memiliki pasangan hidup dan keturunan yang benar-benar menjadi penyejuk hati dan penentram jiwa, juga ingin menjadi teladan bagi orang yang bertakwa, maka amalkanlah doa berikut ini. Sebuah doa yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. dan beliau mengajarkannya kepada kita,

“..Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqon [25] : 74)

Robbanaa hablanaa min azwaajina wa dzurriyaatinaa qurrota ayun, ya Allah ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami pasangan hidup dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan hati serta penentram jiwa. Wajalnaa lillmuttaqiina imaama, dan jadikanlah kami sebagai panutan, teladan, bagi orang-orang yang bertakwa.

Jadi, keluarga yang sakinah itu adalah keluarga yang bersih tauhidnya. Keluarga yang yakin bahwa tidak ada karunia sekecil apapun kecuali hanya datang dari Allah Swt. Karena orang-orang yang bertauhid itu pasti ketika melakukan alam kebaikan tidaklah karena alasan mencari pujian, penghargaan, imbalan dan balas budi dari makhluk.

Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang tulus dan ikhlas hanya berorientasi pada kecintaan dan keridhoan Allah Swt. Dan kondisi seperti ini haruslah kita pinta kepada Allah Swt., karena yang bisa membolak-balik hati hanyalah Allah Swt.

Hanya Allah Swt. yang bisa mengkaruniakan pasangan hidup kepada kita. Hanya Allah Swt. yang bisa menghujamkan rasa cinta di dalam hati kita. Dan, Allah Swt. juga yang bisa membimbing kita agar menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa.

Mengapa kita pinta menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa? Karena jikalau kita berbuat sebaik apapun, pasti akan ada saja orang yang tidak suka kepada kita dengan berbagai macam alasan. Namun, teladan bagi orang yang bertakwa, maka standar yang digunakan adalah ahli takwa.

Allah Swt. berfirman,”..Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu..” (QS. Al Hujurot [49] : 13)

Orang yang paling mulia di hadapan Allah Swt. adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Maka betapa mulianya seseorang yang bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt. Inilah derajat tertinggi bagi sebuah keluarga.

Semoga Allah Swt. mengkaruniakan kepada kita keluarga yang sakinah, keluarga yang senantiasa ingin mengenal dengan Allah, ingin dekat dengan Allah dan berupaya sekuat tenaga meraih cinta Allah Swt.Robbanaa hablanaa min azwaajina wa dzurriyaatina qurrota ayun wajalnaa lilmuttaqiina imaama. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [*]

Oleh KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Doa Shalat Tahajud

Pertanyaan:

Bismillah

Apakah Ada Doa setelah shalat tahajjud yang warid dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang dibuku kumpulan doa yang dijual di toko buku? Tolong dijelaskan Ustadz, Jazakallahu Khair.

Dari: Dudi

Jawaban:

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du

Pertama, sesungguhnya sepertiga malam terakhir termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa kepada Allah. Karena Allah menjanjikan akan mengabulkan doa di waktu ini. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Allah Subhanahu wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Kemudian Allah berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku ijabahi doanya, siapa yang meminta-Ku akan Aku beri dia, dan siapa yang minta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni dia.” (HR. Bukhari 1145, Muslim 758, Abu Daud 1315, dan yang lainnya).

Kedua, berdasarkan hadis di atas, di sepertiga malam terakhir, Anda bisa memohon kepada Allah apapun yang Anda inginkan, selama tidak melanggar larangan dalam berdoa. Anda bisa berdoa dengan bahasa Arab, bahasa Indonesia atau bahasa apapun yang Anda pahami. Manfaatkan kesempatan sepertiga malam terakhir untuk banyak memohon kepada Allah. Memohon ampunan, memohon hidayah, memohon kebaikan dunia akhirat, dan memohon kepada Allah untuk menyelesaikan masalah Anda. Tidak ada doa khusus yang harus Anda baca untuk permohonan ini.

Kapan Waktunya?

Bisa Anda lakukan setiap selesai shalat 2 rakaat, atau seusai tahajud sebelum witir, atau ketika sujud, atau menjelang salam sebelum tasyahud.

Ketiga, doa khusus untuk dibaca ketika tahajud berdasarkan hadis yang shahih, terdapat pada doa iftitah dan doa setelah witir. Berikut rinciannya:

Doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika iftitah:

1. Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, beliau bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apa doa yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengawali shalat malam beliau?”

Aisyah menjawab: “Beliau memulai shalat malam beliau dengan membaca doa:

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ أَنْتَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Ya Allah, Tuhannya Jibril, mikail, dan israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui yang gaib dan yang nampak. Engkau yang memutuskan diantara hamba-Mu terhadap apa yang mereka perselisihkan. Berilah petunjuk kepadaku untuk menggapai kebenaran yang diperselisihan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus.” (HR. Muslim 770, Abu daud 767, Turmudzi 3420 dan yang lainnya)

2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melakukan shalat di tengah malam, beliau membaca doa iftitah:

اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ الْحَقُّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ،

اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ. فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، أَنْتَ إِلٰهِيْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ

Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Hanya milikMu segala puji, Engkau yang mengatur langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Hanya milikMu segala puji, Engkau pencipta langit dan bumi serta siapa saja yang ada di sana. Engkau Maha benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar. Surga itu benar, neraka itu benar, dan kiamat itu benar. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku pasrah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku bertaubat, hanya dengan petunjuk-Mu aku berdebat, hanya kepada-Mu aku memohon keputusan, karena itu, ampunilah aku atas dosaku yang telah lewat dan yang akan datang, yang kulakukan sembunyi-sembunyi maupun yang kulakukan terang-terangan. Engkau yang paling awal dan yang paling akhir. Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau.” (HR. Ahmad 2710, Muslim 769, Ibn Majah 1355).

3. Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangun malam, beliau bertakbir, kemudian membaca:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

Maha Suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha Mulia nama-Mu, Maha Tinggi keagungan-Mu, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Kemudian membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah (3 kali)

dilanjutkan dengan membaca:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا

Allah Maha Besar (3 kali)

(HR. Abu Daud 775, Ad-Darimi 1275, dan dishahihkan al-Albani)

Doa yang Dibaca Setelah Witir

Doa pertama

سُبْحَانَ الـمَلِكِ القُدُّوْسِ

SUBHAANAL MALIKIL QUDDUUS

“Mahasuci Dzat yang Merajai lagi Mahasuci.”

Hadis Selengkapnya:

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ فِي الْوِتْرِ، قَالَ: سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah salam shalat witir, beliau membaca: SUBHAANAL MALIKIL QUDDUUS. (HR. Abu Daud 1430; dishahihkan al-Albani)

Dalam riwayat Nasa’i dari Abdurrahman bin Abza radhiyallahu ‘anhu, terdapat tambahan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوتِرُ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ، وَكَانَ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ: «سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ» ثَلَاثًا، وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالثَّالِثَةِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan witir dengan membaca surat Al-A’la (rakaat pertama), surat Al-Kafirun (rakaat kedua), dan surat Al-ikhlas (rakaat ketiga). Setelah salam, beliau membaca: subhaanal malikil qudduus, 3 kali. Beliau keraskan yang ketiga. (HR. Nasa’i 1732 dan dishahihkan al-Albani)

Dalam riwayat yang lain, terdapat tambahan:

… طَوَّلَ فِي الثَّالِثَةِ

“Beliau baca panjang yang ketiga.” (HR. Nasa’i 1734 dan dishahihkan al-Albani)

Tambahan “Rabbil Malaaikati war Ruuh

Disebutkan dalam riwayat Thabrani adanya tambahan:

رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

RABBIL MALAAIKATI WAR-RUUH

Tuhan para malaikat dan ar-Ruh

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

فِي الْأَخِيرَةِ يَقُولُ: رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Di bagian akhir beliau membaca: RABBIL MALAAIKATI WAR-RUUH. (HR. Ad-Daruquthni 1660. Dalam Fatwa islam (no. 14093) dinyatakan: sanadnya shahih, dan disebutkan Ibnul Qoyim dalam Zadul Ma’ad (1/323)).

Keterangan:

Dari beberapa riwayat di atas, dapat kita simpulkan terkait bacaan doa ini:

1. Doa ini dibaca tepat setelah salam shalat witir

2. Doa ini dibaca tiga kali

3. Pada bacaan kali ketiga, dikeraskan dan dipanjangkan “Subhaaanal malikil qudduuuuu … ss”.

4. Disambung dengan membaca “Rabbil malaaikati war ruuh…

Kalimat: “Subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati war ruuh

Kalimat termasuk salah satu doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika rukuk atau sujud.

Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقول في ركوعه وسجوده: سبوح قدوس، رب الملائكة والروح

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa ketika rukuk dan sujud beliau: Subbuuhun qudduusun…dst. (HR. Muslim 487).

Mengingat lafadz Subbuuhun qudduusun adalah doa sujud atau rukuk ketika shalat, sehingga tambahan ini tidak ada hubungannya dengan shalat witir. Karena tidak perlu dibaca seusai witir.

Allahu a’lam

Doa Kedua

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِـمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَـتِكَ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ ، كَمَا أَثْــــنَــــيْتَ عَلَى نَــــفْسِكَ

ALLAHUMMA INNII A-‘UUDZU BI RIDHAA-KA MIN SAKHATIK, WA BI MU’AAFATIKA MIN ‘UQUUBATIK, WA A-‘UUDZU BIKA MIN-KA, LAA UH-SHII TSA-NAA-AN ‘ALAIKA ANTA, KAMAA ATS-NAITA ‘ALAA NAFSIK

“Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”

Hadis selengkapnya:

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي وِتْرِهِ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ،…

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di penghujung shalat witirnya, beliau membaca: ALLAHUMMA INNII A-‘UUDZU BI RIDHAA-KA MIN SAKHATIK… (HR. An-Nasa’i 1747, Abu Daud 1427, dan Turmudzi 3566; dinilai shahih oleh al-Albani)

Kapankah doa ini dibaca?

Pada hadis di atas tidak dijelaskan kapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa tersebut ketika shalat witir. Dalam catatan untuk Sunan An-Nasa’i, As-Sindi mengatakan:

قوله: ” كان يقول في آخر وتره”: يحتمل أنه كان يقول في آخر القيام ، فصار هو من القنوت ؛ كما هو مقتضى كلام المصنف، ويحتمل أنه كان يقول في قعود التشهد ، وهو ظاهر اللفظ

Keterangan beliau “di penghujung shalat witirnya, beliau membaca…” mungkin maknanya adalah beliau baca di akhir tahajud, sehingga itu termasuk doa qunut, sebagaimana isyarat keterangan An-Nasa’i, mungkin juga dimaknai bahwa doa ini dibaca ketika duduk tasyahud akhir, dan ini makna yang tersirat dari hadis tersebut. (Dinukil dari Bughyatul Mutathawi’, hlm. 30).

Akan tetapi disebutkan dalam kitab Amalul Yaum wa Lailah karya an-Nasai, demikian pula ibnu Sunni, bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

بت عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات ليلة ، فكنت أسمعه إذا فرغ من صلاته وتبوأ مضجعه يقول : اللهم إني أعوذ بمعافاتك من عقوبتك …

Saya menginap di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di suatu malam. Ketika beliau usai shalat dan bersiap di tempat tidurnya, beliau membaca: ALLAHUMMA INNII A-‘UUDZU BI MU’AAFATIKA MIN ‘UQUUBATIK, … dst. (Muntaqa Amalul Yaum wa Lailah An-Nasai, Hal. 25).

Diantara kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau kembali ke tempat tidur seusai melaksanakan shalat tahajud. Sambil mempersiapkan tempat tidurnya, beliau membaca doa tersebut.

Sementara itu, disebutkan dalam riwayat yang lain, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:

فَقَدْتُ رَسُولَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَقَدَمَاهُ مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ،

Saya kehilangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di suatu malam, ternyata aku dapati beliau dalam keadaan sedang sujud, dan dua kaki beliau dipancangkan , sementara beliau membaca: ALLAHUMMA INNII A-‘UUDZU BI RIDHAA-KA MIN SAKHATIK… (HR. Ahmad 25655, An-Nasa’i 1100, Ibn Majah 3841, Ibnu Hibban dalam shahihnya 1932, Ibn Khuzaimah dalam shahihnya 655, dan dishahihkan al-Albani)

Kesimpulan:

Berdasarkan dua riwayat ini, dapat kita simpulkan bahwa ada dua tempat untuk membaca doa ini ketika witir atau tahajud:

a. Setelah shalat witir

b. Ketika sujud dalam shalat

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/14894-doa-shalat-tahajud.html

Mengenal Ibnu Abi Dawud rahimahullah

Bismillah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa mengenali para ulama akan memberi pengaruh besar bagi seorang muslim. Karena seorang muslim wajib beribadah kepada Allah dengan landasan ilmu dan petunjuk. Maka, mengenali para ulama sang pembawa ilmu akan lebih mendorong dan memotivasi kita dalam belajar dan mendalami Islam.

Salah satu di antara ulama terdahulu yang patut dijadikan teladan dan panutan oleh kaum muslimin adalah seorang ulama yang bernama Abdullah bin Sulaiman bin al-Asy’ats yang lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Abi Dawud. Hal itu disebabkan beliau adalah anak dari seorang ulama hadits yang populer yaitu Imam Abu Dawud sang penulis Sunan Abu Dawud.

Perjalanan menuntut ilmu

Ibnu Abi Dawud lahir di daerah Sijistan pada tahun 230 H. Sejak belia, Allah telah berikan taufik kepadanya untuk menimba ilmu agama. Beliau menceritakan, “Pertama kali aku ikut menulis hadits pada tahun 241 H dari Muhammad bin Aslam ath-Thusi. Hal itu terjadi di daerah Thus. Beliau adalah seorang yang salih. Ayahku -Abu Dawud- merasa senang mengetahui bahwa aku menulis hadits darinya. Beliau pun berkata kepadaku, “Pertama kali kamu menulis hadits ini adalah dari seorang lelaki yang salih.”.”

Ibnu Abi Dawud juga menuturkan, “Aku pun sempat melihat jenazah Ishaq bin Rahawaih -beliau adalah ulama ahli hadits besar salah satu guru dari Imam Bukhari- dan beliau, yaitu Ishaq bin Rahawaih, meninggal pada tahun 238 H. Sedangkan aku ketika itu bersama dengan anaknya belajar di sekolah/madrasah kuttab.”

Ayahnya -yaitu Imam Abu Dawud- pun mengirim putranya itu untuk menimba ilmu ke berbagai wilayah dari Sijistan untuk mengembara ke daerah timur dan barat. Dan beliau pun mengajak putranya itu untuk mendengar hadits dari para ulama di masanya. Sehingga beliau pun ikut hadir dalam majelis para ulama hadits di Khurasan, Ashbahan, Naisabur, Bashrah, Baghdad, Kufah, Mekkah, Madinah, Syam, Mesir dan yang lainnya hingga menetap di Baghdad.

Guru dan murid beliau

Ibnu Abi Dawud adalah seorang yang sangat bercita-cita tinggi dalam mencari ilmu semenjak usia belia. Beliau mendengar hadits dari para ulama di antaranya:

  • Ishaq bin Manshur al-Kusaj
  • Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli -salah satu guru dan rekan Imam Bukhari-
  • Muhammad bin Basyar Bundar
  • Muhammad bin al-Mutsanna
  • Ya’qub ad-Dauraqi, dan lain-lain

Adapun murid-muridnya adalah para penimba ilmu tulen yang kemudian tumbuh menjadi para ulama rujukan, di antaranya adalah :

  • Abu Bakr asy-Syafi’i
  • Imam ad-Daruquthni
  • Imam Abdurrahman bin Abi Hatim
  • Imam al-Ajurri
  • Imam Ibnu Baththah, dan lain-lain 

Ulama pembela aqidah ahlus sunnah

Ibnu Abi Dawud yang juga dikenal dengan panggilan Abu Bakr bin Dawud adalah salah satu ulama pemuka dan pembela Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Beliau sosok yang mengikuti dan berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, walaupun secara fikih furu’ beliau adalah seorang penganut madzhab Hambali. Namun dalam hal pokok-pokok agama beliau konsisten mengikuti jalan Ahlus Sunnah sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, yang terkenal dengan julukan Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Walaupun sebutan ini tidak berarti hanya Imam Ahmad yang menjadi satu-satunya tokoh pemuka Ahlus Sunnah. Karena pada hakikatnya, Ahlus Sunnah adalah para pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dan di antara para ulama Ahlus Sunnah yang terkenal adalah para imam yang empat; Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad, semoga Allah merahmati mereka semuanya.   

Imam Ibnu Abi Dawud adalah seorang panutan dalam aqidah dan manhaj Islam. Beliau memiliki kemuliaan akhlak dan ketegasan sikap terhadap kaum yang menyimpang. Beliau pernah mengatakan, “Semua orang yang pernah menceritakan keburukan atau menggunjing diriku maka dia telah aku maafkan kecuali orang yang menuduhku membenci Ali bin Abi Thalib.” Hal ini karena ada sebagian orang yang menuduh beliau membenci Ahlul Bait, padahal itu adalah kedustaan.

Beliau telah menyusun sebuah sajak atau pantun manzhumah yang menjadi rujukan para ulama sesudahnya dalam memaparkan Aqidah Islam. Kitab itu terkenal dengan nama Manzhumah Haa-iyah. Disebut dengan “Haa-iyah” karena akhir dari setiap baitnya diakhiri dengan huruf haa’ (tipis). Karena saking berpegang teguhnya dengan dalil dan pemuliaannya kepada para ulama maka sebagian ulama Syafi’iyah pun memasukkan beliau dalam kelompok ulama pembela madzhab Syafi’I, sementara sebagian ulama lain memasukkan beliau dalam jajaran ulama pembela madzhab Hambali. Dan hal ini menunjukkan kedudukan beliau yang tinggi di hadapan para ulama.

Pujian para ulama

Para ulama memuji dan memuliakan Abu Bakr bin Dawud. Berikut ini di antara pujian dan penghormatan mereka kepada sosok ulama ini :

  • Abu Abdirahman as-Sulami berkata : Aku bertanya kepada ad-Daruquthni mengenai Abu Bakr bin Dawud. Maka beliau mengatakan, “Dia adalah orang tsiqah/terpercaya.”
  • Al-Hafizh Abu Muhammad al-Khallal berkata : “Ibnu Abi Dawud adalah seorang imam penduduk Iraq, bahkan penguasa pada saat itu telah memberikan untuknya mimbar khusus untuk berbicara dan memberikan pelajaran …” 
  • Al-Khatib al-Baghdadi berkata : “Beliau adalah seorang fakih/ahli agama, alim, dan hafizh/penghafal hadits yang handal.”
  • Imam adz-Dzahabi berkata : “Beliau termasuk pembesar ulama kaum muslimin dan tergolong hafizh/juru hafal hadits yang paling tsiqah/kredibel.”

Beliau wafat pada tahun 316 H dan meninggalkan delapan orang anak. Semoga Allah merahmati belliau dan membalas kebaikannya terhadap kaum muslimin dengan ilmu yang telah beliau ajarkan dan faidah yang beliau curahkan. 

Di antara bukti ketinggian karya beliau yaitu Manzhumah Haa-iyah ini adalah para ulama pun mengupas faidah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, di antaranya adalah :

  • Ulama besar Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam pelajaran yang diadakan di masjid Pangeran Mut’ib bin Abdul Aziz di kota Riyadh, Saudi Arabia
  • Ulama besar Syaikh Abdul Karim al-Khudhair hafizhahullah
  • Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah, dan lain-lain

Demikian sedikit kumpulan faidah yang kami rangkum untuk menggambarkan kepada kita tentang kemuliaan Imam Ibnu Abi Dawud. Semoga bisa menjadi inspirasi dan penyemangat bagi para penimba ilmu dalam menempuh perjuangan di jalan ilmu dan amal. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/57227-mengenal-ibnu-abi-dawud-rahimahullah.html

Tiga Hal yang Bisa Membuat Daging Qurban Menjadi Haram

Hewan qurban bisa berubah menjadi haram.

Kepala Pusat Penelitian Halal Fakultas Peternakan UGM Nanung Danar Dono mengatakan ulama ahli fiqih telah bersepakat bahwa daging hewan halal tidak serta-merta halal.

“Tidak semua daging sapi halal dikonsumsi. Tidak semua daging kambing halal dikonsumsi. Tidak semua daging ayam halal dikonsumsi. Daging hewan halal hanya halal jika ia berasal dari hewan hidup yang disembelih secara syar’i,”ujar dia dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (30/6)

Ada beberapa sebab daging sapi, kerbau, kambing, maupun domba yang diqurbankan menjadi haram.Pertama, daging hewan qurban bisa menjadi haram jika saat disembelih tidak dibacakan Asma Allah (Basmallah) atau disembelih dengan menyebut nama selain Asma Allah Swt.

Allah Swt. juga berfirman, “Katakanlah, ‘Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor, atau hewan yang disembelih atas nama selain Allah’.” (Al An’aam: 145)

“Seringkali kita tidak dapat mengetahui dan tidak dapat memastikan si penyembelih membaca Basmallah saat menyembelih, maka Rasulullah memberikan solusi untuk membaca Basmallah sesaat sebelum menyantap masakan daging qurban tersebut,”tutur dia.

Dari Aisyah ra., sesungguhnya ada seseorang yang berkata, “Ya Rasullah, ada suatu kaum yang memberi kami daging, tapi kita tak tahu apakah mereka menyebut nama Allah (saat menyembelihnya) atau tidak,” Rasulullah kemudian mengatakan, “Bacalah Basmallah kemudian makanlah.” (HR. Bukhari, Abu Daud, Ibnu Majah, Daruqudni, dan Ad Darimi)

Kedua, Rasulullah  memerintahkan kita berbuat baik kepada seluruh makhluk. Tidak boleh kita berbuat aniaya (dzolim), begitu pula kepada hewan qurban.

Maka, pada saat akan menyembelih hewan qurban, kita diwajibkan mengasah pisau setajam mungkin untuk meringankan beban hewan yang akan kita sembelih. Kita tidak diperkenankan menyembelih menggunakan pisau yang tumpul, apalagi pisau yang bergerigi. Menyembelih menggunakan pisau yang bergerigi saja tidak boleh, apalagi menggunakan gergaji. Jika pisau yang kita pakai bergerigi, maka hewan qurban bisa mati bukan karena disembelih, namun karena kesakitan yang luar biasa.

Dari Syadad bin Aus ra., Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berbuat ihsan (baik) terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih (hewan), maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisau kalian untuk meringankan beban hewan yang akan disembelih.”

Ketiga, daging yang terpotong ketika hewannya masih hidup, maka diharamkan memakannya. Rasulullah menyebutnya sebagai bangkai.

Abu Waqid al-Laitsi berkata, Rasulullah SAW. bersabda, “Bagian tubuh bahiimah (hewan ternak) yang terpotong ketika hewannya masih hidup, maka ia adalah bangkai.” (HR. Ibnu Majah no. 2606 dan II/1072, no. 3216; Abu Dawud VIII/60, no. 2841).

Maka sangat penting untuk kita pahami betul bahwa hewan qurban itu tidak boleh dipotong kakinya, tidak boleh dipotong ekornya, dan tidak boleh dikuliti, kalau hewannya belum mati sempurna, karena jika hewan belum mati namun sudah dipotong kakinya, atau dipotong ekornya, atau malahan dikuliti.

“Artinya kita memotong kaki binatang atau memotong ekornya, atau mengulitinya dalam keadaan hewannya masih hidup. Tentu itu sakit sekali. Hewan bisa mati bukan karena disembelih, namun karena kesakitan yang luar biasa! Dagingnya bisa haram,”ujar dia.

Ada beberapa cara untuk memastikan hewan yang telah disembelih sudah mati atau belum. Hewan bisa dipastikan mati dengan cara mengecek salah satu dari 3 refleknya, reflek mata, kuku dan ekor.

Pertama, setelah disembelih dan tidak bergerak lagi, gunakan ujung jari kita untuk menyentuh pupil mata alias orang-orangan mata. Jika masih ada bereaksi atau berkedip, maka artinya saraf-sarafnya masih aktif dan hewannya masih hidup. Namun jika sudah tidak bereaksi lagi, maka artinya hewan telah mati.

Kedua, ekor sapi adalah salah satu tempat berkumpulnya ujung-ujung saraf yang sangat sensitif. Setelah hewan disembelih dan tidak bergerak lagi, coba kita tekan batang ekornya. Jika masih bereaksi, maka artinya sarafnya masih aktif dan hewannya masih hidup. Namun jika ditekan-tekan batang ekornya diam saja dan tidak bereaksi, maka artinya ia sudah mati.

Ketiga, sapi, kerbau, unta, kambing, dan domba adalah hewan berkuku genap atau ungulata. Di antara kedua kuku kakinya terdapat bagian yang sangat sensitif. Tusuk pelan bagian tersebut dengan menggunakan ujung pisau yang runcing. Jika masih bereaksi, artinya hewannya masih hidup. Namun, jika sudah tidak bereaksi alias diam saja, artinya hewannya telah mati.

“Semoga ibadah qurban kita tahun ini diterima oleh Allah SWT dan daging hewan qurban yang kita persembahkan halal dikonsumsi,”pungkas dia.

IHRAM

Hukum Profesi Wartawan

Saya punya 1 pertanyaan yang mengganjal. Bolehkah bekerja menjadi wartawan seperti saya dalam Islam. Menjadi wartawan yang juga host untuk talkshow. Dimana kami melakukan proses penjernihan informasi (clearing house) untuk mencari kebenaran kebanyakan dari sisi sosial yang insyaa Allah bermanfaat bagi banyak warga.

Namun, terkadang ada perdebatan dalam proses pencarian ini dengan narasumber. Ada yang ringan adapula yang sengit, meski hampir tidak pernah sampai menimbulkan efek permusuhan diantaranya. Selama ini dalam proses jurnalistik, kami berpegang pada kode etik.

Kali ini saya ingin bertanya kepada Ustadz, halalkah pekerjaan saya, apakah Allah Ta’ala dan Islam meridhoi pekerjaan seperti ini?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Bapak penanya yang kami hormati – semoga Allah menjaga bapak dan keluarga, serta seluruh kaum muslimin –

Anggap saja apa yang saya sampaikan ini hanya sebagai saran. Jika benar, itu semata dari Allah, dan sekiranya ada yang tidak sesuai, itu karena keterbatasan saya.

Kondisi saya sama sebagaimana yang lain, sama-sama baru belajar. Semoga Allah melimpahkan taufiq bagi kita.

Pertama, Kita sama-sama sepakat bahwa menyampaikan informasi yang tidak sesuai realita termasuk perbuatan tercela bahkan dosa besar. Apalagi ketika informasi itu tersebar ke semua penjuru melalui media.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan beberapa kejadian luar biasa dalam mimpinya.

Salah satunya beliau melihat ada orang yang mulutnya disobek ke samping kanan dan kiri hingga ke tengkuk, demikian pula hidungnya dirobek ke atas hingga ke tengkuk. Ketika beliau bertanya kepada malaikat yang mendampingi beliau, mereka menjawab,

فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ فَيَكْذِبُ الْكَذْبَةَ تَبْلُغُ الآفَاقَ

Itu adalah orang yang berangkat dari rumahnya lalu menyebarkan kedustaan hingga menyebar ke ufuq (seluruh penjuru dunia). (HR. Ahmad 20094 & Bukhari 7047)

Hadis ini berlaku bagi siapapun, terutama yang paling berkepentingan adalah mereka yang berprofesi menyebarkan berita dan informasi. Karena itu, jika ada nara sumber yang menghendaki dilakukan penyimpangan kebenaran, tentu saja tidak boleh dilayani. Karena kita dilarang untuk saling tolong menolong dalam maksiat.

Hanya saja, ada 2 hal yang perlu dibedakan:

1. Menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai realita

2. Tidak menyampaikan sesuatu yang sesuai realita

Nomor 1 statusnya dusta, sementara nomor 2 bukan dusta. Karena diam saja, tidak bs dinilai dusta maupun tidak. Ada kaidah yang dinisbahkan kepada Imam as-Syafi’i,

لا يُنسَب إلى ساكت قولٌ

“Orang yang diam tidak bisa disebut bicara.” (al-Asybah – as-Suyuthi, 142)

Artinya, tidak menyampaikan apapun, tidak bisa dinilai dusta atau tidak dusta. Jujur atau tidak jujur. Karena diam saja. Kecuali dalam kondisi tertentu, dimana diam dianggap sama seperti pernyataan. Terutama untuk kasus di peradilan.

Karena itu, jika dalam proses clearing house ada permintaan untuk menyampaikan yang tidak sesuai realita, maka sebaiknya tidak disampaikan.

Kedua, Pekerjaan sebagai penyebar warta bukan termasuk profesi yang ditekankan dalam agama kita.

Di masa sahabat, profesi ini kebanyakan dilakuakan oleh orang yang imannya lemah. Termasuk orang-orang munafiq. Karena melalui berita, mereka bisa mengacaukan suasana madinah.

Allah berfirman,

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ

“Apabila datang kepada mereka suatu berita yang menyangkut tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyebarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka..” (QS. an-Nisa: 83)

Artinya, andaikan mereka tidak langsung menyebarkan berita itu, namun dikosultasikan dulu ke ulama atau pemerintah, tentu suasana di masyarakat akan lebih bisa dikondisikan.

Di ayat lain, Allah memberikan ancaman,

لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar yang membuat gempar di Madinah, niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. (QS. al-Ahzab: 60).

Ayat-ayat ini memberikan pelajaran, tidak semua berita layak untuk disebarkan. Apalagi ketika berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat. Termasuk ketegangan antara rakyat dengan pemerintah. Dan saya kira, ini sudah menjadi kode etik jurnalistik.

Ketiga, semakin jauh dari zaman kenabian, potensi terjadinya penyimpangan dalam bekerja sangat besar. Hampir semua profesi dan sumber pendapatan tidak lepas dari masalah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

“Sungguh akan datang satu zaman di tengah manusia, seseorang tidak lagi peduli dengan harta yang dia ambil, apakah dari harta halal ataukah dari harta haram.” (HR. Ahmad & Bukhari)

Kalau sudah berurusan dengan pekerjaan, umumnya orang sulit untuk diajak peduli terhadap masalah halal haram. Karena itu, ketika ada orang yang bertanya mengenai status pekerjaan, saya berharap semoga ini tanda bahwa penanya dikecualikan dari kondisi umumnya masyarakat seperti yang disinggung dalam hadis di atas.

Penjelasan di atas bukan mengarahkan Anda untuk serta merta meninggalkan profesi wartawan. Namun setidaknya dengan memahami pertimbangan di atas, kita bisa memahami potensi resikonya. Sehingga perlu kehati-hatian, agar tidak menjadi sumber masalah di akhirat.

Untuk itu, sekiranya potensi di atas bisa diminalisir, dan Anda bisa memberikan pengaruh baik terhadap lingkungan kerja maupun masyarakat pada umumnya, tidak salah jika profesi ini tetap dipertahankan.

Dan sebagai saran, Anda bisa lebih banyak fokus pada berita yang bermuatan edukasi, seperti sains, teknologi, peluang bisnis, dokumentasi, dan semacamnya. Saya yakin Anda lebih paham dalam urusan ini.

Keempat, kita perlu ingat bahwa sengketa dan permusuhan itu sangat melelahkan. Dan itupun jika belum selesai akan dilanjut di akhirat. Karena itu, ketika terjadi ketegangan, upayakan sebisa mungkin tidak meninggalkan masalah sebelum berpisah.

Semoga Allah memberkahi Anda dan keluarga.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com dan KPMI Pusat)

Read more https://konsultasisyariah.com/36436-hukum-profesi-wartawan.html

Empat Syarat Ini Harus Dipenuhi Ketika Buka Toko Online

Dibolehkan membuka toko online asalkan memenuhi beberapa syarat berikut.

Pertama: Barang yang akan dijual adalah barang yang halal untuk diperjualbelikan.

Barang-barang haram tidak boleh diperjualbelikan, seperti jual beli alat musik, juga patung berhala dan semacamnya, atau jual beli barang yang mendukung dalam hal maksiat.

Kedua: Yang menjual benar-benar telah memiliki barang secara hakiki.

Jangan hanya menyatakan barang itu ada di tangan orang lain. Penawaran baru bisa dilakukan pada pelanggan setelah barang itu dimiliki dan menjadi tanggungannya

Aturan ini berdasarkan hadits dari Hakim bin Hizam, di amana ia pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ يَأْتِينِي الرَّجُلُ فَيَسْأَلُنِي الْبَيْعَ لَيْسَ عِنْدِي أَبِيعُهُ مِنْهُ ثُمَّ أَبْتَاعُهُ لَهُ مِنْ السُّوقِ قَالَ لَا تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ

Wahai Rasulullah, ada seseorang yang mendatangiku lalu ia meminta agar aku menjual kepadanya barang yang belum aku miliki, dengan terlebih dahulu aku membelinya untuk mereka dari pasar?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Janganlah engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu.” (HR. Abu Daud, no. 3503; An-Nasai, no. 4613; Tirmidzi, no. 1232; dan Ibnu Majah, no. 2187. Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini sahih).

Harus diingatkan bahwa ketika mengisi aplikasi hanyalah sebatas memesan atau memohon, belum sepakat membeli. Baiknya pemilik toko online berhati-hati karena sebagian konsumen berjanji membeli, setelah itu mereka membatalkan. Sebagai bentuk waspada, baiknya ada kesepakatan dengan supplier atau perusahaan berupa perjanjian dengan menentukan khiyar syarat selama seminggu atau dua minggu agar barang tersebut dikembalikan ketika konsumen tidak jadi membeli.

Ketiga: Barang tersebut boleh diperjualbelikan secara tidak tunai. Dari sini, jual beli emas, perak, atau mata uang tidak diperbolehkan. Karena barang-barang ini harus dijual dengan hulul dan taqabudh, tunai di tempat.

Keempat: Tidak boleh pedagang online mengambil barang dari suatu situs web untuk ia promosikan kecuali setelah mendapatkan izin, terserah ada syarat bayar ataukah tidak bayar untuk promo tersebut.

Referensi: Penjelasan Islamweb di Youtube


Selesai disusun Malam Selasa, 9 Dzulqa’dah 1441 H, 30 Juni 2020

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/25131-empat-syarat-ini-harus-dipenuhi-ketika-buka-toko-online.html

Jangan Biarkan Kesedihan Menggerogotimu!

Saat ini kita bersama-sama sedang menghadapi masa krisis yang cukup sulit. Tapi jangan biarkan kesedihanmu semakin panjang, hatimu semakin sempit dan jalanmu terasa semakin gelap. Kita tak pernah tau apa yang akan terjadi besok, lantas mengapa kita gelisah dengan nasib kita di masa depan?

Yang perlu kita ingat adalah bahwa hanya Allah Swt yang mengetahui semua ini dan Dia lah Yang memiliki kasih sayang tertinggi bagi hamba-Nya.

Ingatlah selalu bahwa kesedihan adalah senjata setan untuk melemahkanmu dan membuatmu putus asa. Bukankah Allah Swt Berfirman :

إِنَّمَا ٱلنَّجۡوَىٰ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ لِيَحۡزُنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati.” (QS.Al-Mujadilah:10)

Maka jangan izinkan dirimu menjadi tawanan bagi kesedihan. Jangan izinkan setan menanamkan keputus asaan dalam hatimu. Karena itu bangkitlah dan berusahalah semaksimal mungkin, lalu pasrahkan semua urusanmu kepada Allah Swt.

Bila engkau bersedih, ingatlah musibah yang menimpa Nabi Yunus as dan bandingkan kondisimu dengan kondisi beliau!

Nabi Yunus as berada dalam perut ikan, ditengah gelapnya malam dan dalamnya lautan, namun dalam kondisi sesulit ini beliau tidak pernah putus harapan.

فَنَادَىٰ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ – فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّۚ وَكَذَٰلِكَ نُـۨجِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.”

Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.

(QS.Al-Anbiya’:87-88)

Lalu apakah kita akan kehilangan harapan padahal kita dalam kondisi yang jauh lebih baik dan jauh lebih mudah ? Kita tidak terjebak dalam perut ikan atau di dasar lautan !

Tumbuhkan selalu harapanmu pada Allah Swt. Karena Dia lah satu-satunya tempat kembali dan tiada kasih sayang yang lebih besar dari kasih sayang-Nya.

Allah Swt selalu melihat kondisi dan kelemahanmu. Lalu kenapa kita tidak segera kembali dan bersandar kepada-Nya?

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN