Agar tak Kehilangan Alas Kaki

Kehilangan alas kaki seperti sandal atau sepatu saat menjalankan ibadah haji tak bisa dianggap sepele. Ini dikarenakan, berdasarkan data dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Madinah, beberapa jamaah menjalani perawatan karena kaki melepuh akibat kehilangan alas kaki.

Untuk itu, jamaah diimbau untuk selalu mengingat letak rak tempat menyimpan sandal atau sepatu. Apalagi, umumnya banyak jamaah yang lupa meletakkan alas kakinya.

Sebenarnya, ada fasilitas plastik untuk membungkus alas kaki seperti yang diberikan oleh pengurus Masjid Nabawi. Setelah dibungkus plastik, alas kaki dapat dimasukkan dalam tas dan dibawa masuk ke dalam masjid.

Namun, jika enggan membawa masuk alas kaki, calon haji juga diharapkan untuk mencatat nomor rak tempat menyimpan sandal. Cara ini efektif untuk mengantisipasi kesulitan menemukan rak sandalnya, di saat ribuan orang dari sejumlah negara berkumpul di tempat yang sama.

 

sumber: Reublika Online

Jutaan Jamaah Calon Haji Berkumpul, Ini Tips Tak Tersesat di Masjidil Haram

Kejadian jamaah yang tersesat selalu mewarnai musim haji setiap tahunnya di sekitar area Masjidil Haram, terutama di waktu-waktu jelang wukuf karena jutaan manusia telah terkonsentrasi di Makkah.

“Puncak kelelahan calhaj usai tahwaf dan sai di sekitar Bukit Marwah. Namun, ketika ketinggalan rombongan tidak usah panik karena di pos-pos itu ada petugas, tanya saja,mau diantar ke mana? jelas Kepala SektorKhusus Masjidil Haram Ali Nurokhim kepada Media Center Haji (MCH), Jumat (12/08/2016).

Kasus jamaah tersesat menjadi catatan khusus dari tahun ke tahun pelaksanaan ibadah haji. Tahun lalu, ujar Ali, kasus jamaah yang tersesatmencapai 1.000 orang selama musim haji. Alhasil, Sektorsus Masjidilharam menjadi posko pelayanan haji paling padat.

“Kalau sudah mulai ramai ya itu. Kendalanya saat mengantar ke maktab karena parkir di areal posko pusat susah. Jalan menuju Masjidil Haram juga sering ditutup, nanti kita lihat jalan mana saja yang biasa ditutup, agar kita tetap bisa mengantar jamaah tersesat. Biasanya jelang wukuf, jamaah saat padat di Masjidil Haram,” urai Ali Nurokhim.

Secara khusus, ia pun menyampaikan beberapa tips bagi calhaj agar tidak tersesat di area Masjidil Haram. Pertama, jamaah harus mengenali jalan masuk awal dari terminal ke Masjidil Haram. Kedua, ketika melakukan Sai, jamaah harus mengenali tanda-tanda khusus ketika mereka memilih pintu masuk.

Tak lupa, dia mengingatkan jamaah agar selalu mengenakan tanda pengenal, seperti gelang haji, tidak membawa barang-barang berharga, serta membawa barang secukupnya waktu ke Masjidil Haram.

“Kalau ibadah jangan bawa barang berharga, jangan bawa banyak barang, bisa tercecer. Waspada di kamar mandi, masuk ke mana, keluar kemana,” tegasnya.

sumber:Okezone

Dapat Katering Gratis, Jamaah Haji Tak Perlu Bawa Alat Masak

Barang bawaan jamaah haji menjadi salah satu perhatian panitia. Seperti diketahui, jamaah haji hanya diperkenankan membawa barang bawaan seberat 39 kilogram.

“Jangan bawa barang yang tak penting, cukup bawa seadanya, intinya jangan sampai berlebihan karena nanti pasti repot sendiri,” terang Kabid Humas Kementerian Agama, Rosidin Karidi, kepada Okezone, melalui sambungan telefon.

Rosidin mencontohkan, barang bawaan seperti penanak nasi atau rice cooker disarankan tak dibawa. Bahkan peralatan masak lain pun diminta panitia tak dibawa ke Arab Saudi.

“Ya jangan yang berlebihan juga, kaya rice cooker, wajan, panci, bahkan kompor, yang kayak gitu gak usah dibawa-bawa, bikin ribet nantinya,” ujar Rosidin.

Pemerintah pun telah menyiapkan katering untuk jamaah haji selama 15 hari. Adapun makan diberikan pada waktu siang dan malam hari. “Tenang saja, kan sudah dianggarkan, selama 15 hari itu jamaah dijamin makan, katering makan selama 15 hari, dua kali sehari,” terang Rosidin.

 

sumber: Okezone

10 Tips Sehat Selama Menjalankan Ibadah Haji

Ibadah Haji merupakan ibadah dengan perjalanan panjang dan banyak kegiatan yang sangat melelahkan fisik. Selain itu juga berisiko pada kesehatan tubuh. Apalagi kondisi medan, iklim, dan cauaca ekstrim di Tanah Suci sangat jauh berbeda dengan keadaan alam di tanah air.

Pertemuan besar para jama’ah dari berbagai bangsa di dunia yang membuat kondisi Tanah Suci menjadi luar biasa padat, juga bisa menjadi faktor mudahnya penularan langsung atau tidak langsung berbagai penyakit menular. Apalagi jamaah haji juga harus membiasakan diri dengan makanan lokal yang belum tentu cocok di perut, sebab urusan konsumsi, sudah diatur oleh penyelenggara perjalanan haji. Untuk itu perlu adanya tindakan pencegahan yang direkomendasikan dan harus dilakukan para jamaah guna memperkecil resiko-resiko yang mungkin akan menghinggapi selama perjalanan ibadah di Sudi Arabia.

  1. Hal yang utama untuk diperhatikan jamaah haji adalah kebersihan minuman dan makanan yang kita konsumsi. Tidak direkomendasikan jamaah haji untuk meminum air kran, sebab air kran berbahaya untuk dikonsumsi, karena berupa air mentah yang masih banyak mengandung mikroorganisme. Perjalanan panjang selama 10 jam antara Madinah dan Mekah dalam cuaca panas terik pastilah akan membuat para jamaah haji lelah dan kehausan. Padahal di sepanjang perjalanan tidak bisa dipastikan akan menemukan makanan, air minum bersih atau toilet.
  2. Ada baiknya para jamaah haji membekali diri dengan air mineral botol atau jika ingin yang natural bisa dipilih air Zam zam. Air Zam Zam aman diminum walau mentah karena mengandung flouride tinggi yang mampu membunuh kuman. Sehingga resiko dehidrasi selama dalam perjalanan tidak akan terjadi.
  3. Para jamaah haji pun harus memeriksa dengan teliti kebersihan tempat makan yang akan dipilih. Misalnya di distrik Haram, sebaiknya jamaah haji menghindari untuk makan di restauran yang kelihatan kurang bersih. Mengintip kebersihan restoran sebelum memesan makanan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan adalah hal yang mutlak dilakukan.
  4. Disarankan jamaah haji untuk selalu membawa sabun pribadi di dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Lebih baik sedikit repot dan bijak daripada terserang sakit perut dan ibadah menjadi terhambat, bukan? Dengan memerhatikan kebersihan dan kesehatan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Insya Allah kondisi fisik para jamaah haji selalu prima untuk mengikuti rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.
  5. Tidak menyimpan jatah makanan. Jika jamaah haji mendapat jatah makanan yang masih hangat dan segar, hendaknya segera dikonsumsi, tak perlu disimpan, sebab dikhawatirkan akan menjadi basi dan akan menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi kemudian. Saat menerima jatah makanan, hendaknya juga diperiksa apakah masih hangat atau sudah basi. Sebab pengolahan makanan dalam jumlah besar sehingga kadang diolah jauh sebelum jam makan tiba. Jika sudah dalam kondisi tidak baik, sebaiknya tidak dikonsumsi.
  6. Memerhatikan penyakit yang telah diidap sedari di tanah air. Naik haji merupakan kegiatan yang berat, kendala fisik kadang-kadang berbahaya, teruta ma bagi orang tua. Seyogyanya sebelum keberangkatan, memeriksakan diri dan berkonsultasi pada dokter keluarga, sehingga dokter bisa memberikan saran bagaimana menjaga diri supaya kemungkinan komplikasi bisa dihindari.
  7. Kepala kelompok juga harus diberitahu mengenai kondisi kesehatan anggotanya, sehingga selalu tanggap dan waspada. Sebagian besar kaum lanjut usia mengalami resiko pembengkakan pembuluh darah yang mengakibatkan gagal vena atau masalah jantung. Bagi yang memiliki tekanan darah tinggi juga harus berhati-hati. Terutama pada beberapa obat yang bisa meningkatkan tekanan jantung, seperti obat flu dan pelega tenggorokan.
  8. Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter dalam kelompok. Bagi yang mengidap diabetes, tidak berarti harus berhenti makan karena takut gula darah naik. Sebaiknya tetap makan makanan diet seperti salad buah dan makanan kecil rendah gula, serta tidak tidur di siang hari dan lebih memperhatikan penanganan luka-luka kecil akibat terinjak atau terdorong.
  9. Memperhatikan kecukupan beristirahat. jamaah haji Butuh stamina yang baik untuk bisa mengikuti rangkaian Ibadah Haji. Untuk itu, cukup istirahat mutlak diperlukan. Jangan sampai gara-gara terlalu banyak jalan-jalan dan belanja, kondisi fisik menjadi drop dan menjadi tak cukup fit untuk mengikuti ibadah. Stamina jamaah haji harus benar-benar dijaga, agar bisa menjalankan ibadah di Padang Arafah saat puncak Ibadah Haji berlangsung.
  10. Menyediakan krim. Bagi jamaah haji yang berkulit sensitif, ada baiknya menggunakan krim anti jamur. Krim anti nyamuk juga dianjurkan untuk melindungi diri dari gigitan serangga. Krim untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari sengatan matahari juga dianjurkan.

 

sumber: Puskes Haji 

Tawaf Bersama Rembulan

Pada pertengahan Agustus lalu beredar viral di laman media sosial, yakniFacebook. Pesannya sangat menarik sekaligus membuat terkejut.

Isi pesan yang beredar tersebut sebagian di antaranya begini:

Asslm.Wr.Wb.,
Malam ini Jam 03.25 MMT (Mecca Mean Time) waktu Mecca, Bulan akan mengelilingi (Tawaaf) Ka’bbah. Ini terjadi dalam 100,000 TAHUN sekali.
Sky will be light blue, this ia a moment of acceptance and this moment comes after every 100 Thousand Years, you can ask ALLAH SWT what ever you want to ask.

Pesan ini tersebar dan meluas. Dari sambutan yang terekam dalam medsos tersebut, terlihat betapa antusiasnya publik menanggapi. Semuanya terkesan bahagia dan takjub.

Namun sayangnya, ketika pesan ini ditelusuri, pesan tersebut ternyata hoax. Sebab, kemudian muncul temuan bahwa berdasarkan penelusuran pada arsip-arsip internet menunjukkan bila pesan ini sudah beredar sejak tahun 2011-an di Malaysia dengan versi yang senada atau mirip.

Meski begitu, apa pun isi pesannya, bagi yang kebetulan pernah menikmati pancaran rembulan purnama dekat Ka’bah, maka pengalaman tersebut tetap menggairahkan dan tak terlupakan. Wajah bulan yang penuh di atas langit Ka’bah sungguh terasa eksotis sekaligus mengharukan.

Apalagi kalau paham bahwa semua unsur di alam semesta ini pada dasarnya melakukan gerak memutar (tawaf) seperti bulan itu, baik itu atom, hingga bumi, planet-planet di tata surya, bahkan matahari juga memutari orbitnya.

Subhanallah.Allahu Akbar!

 

Sayangnya, semakin lama, menikmati suasana syahdu di Baitullah menjadi sebuah kerinduan yang kian langka. Cahaya lampu kompleksMasjidil Haram yang luar biasa kuat menjadikan sinar bulan terasa samar dan sayup. Apalagi jamaah umrah dan haji kini sangat meluap sehingga suasana pun terasa ingar-bingar.

Wajah rembulan purnama yang elok kini baru bisa dinikmati dengan lebih leluasa bila dilihat dari atap bangunan Masjidil Haram. Di lantai atas itu pemandangan akan terasa luar biasa karena sekaligus juga bisa melihat langsung ke bawah, yakni ke arah Ka’bah yang selalu dipenuhi begitu orang yang lagi melakukan tawaf.

Dan, pada titik pandang yang lain, pemandangan rembulan purnama bersanding dengan Ka’bah akan terasa mencengangkan bila dilihat dari arah luar Kota Makkah. Dari kejauhan tampak puncak menara yang berwarna terang kebiruan lengkap dengan sosok jam raksasanya, dan bulan di dekatnya. Pemandangan ini mulai terlihat jelas dari jarak yang cukup jauh, yakni sekitar 6-7 kilometer. Menara, jam, dan rembulan purnama tampak dalam satu peraduan.

Namun, apakah pemandangan mencengangkan itu mampu disadari semua orang yang tengah berada di Makkah–terutama para jamaah haji? Semua yakin banyak juga jamaah yang menyadarinya, tetapi banyak juga yang tak mengacuhkannya atau alpa terhadap pemandangan yang melankonis seperti itu.

Mengapa demikian? Tampaknya karena dari sebagian jamaah ketika tiba di Makkah–terutama yang banyak uang–lebih memilih menyibukkan diri melakukan belanja di berbagai gerai di mal megah yang ada di seputaran Masjidil Haram. Barang-barang khas Timur Tengah seperti karpet menjadi incaran utama sebagian jamaah yang kaya raya ini.

Apalagi karpetnya memang sangat memikat mulai dari karpet buatan Belgia, Mesir, Turki, hingga Suriah. Barang-barang ini lazimnya mereka borong begitu sampai di Makkah dan langsung dikirimkan ke Tanah Air melalui jasa pengiriman kargo. Sebagian jamaah kaya yang lain memborong karpet itu dengan maksud akan menjualnya kembali ketika sudah berada di kampung halaman.

Alhasil, harapannya mudah-mudahan para jamaah haji mau menikmati tawaf dan pemandangan rembulan di atas Ka’bah. Sebab, yakinlah situasi ini menakjubkan. Bila ini dihayati maka para jamaah yang ketagihan belanja di berbagai mal di seputaran Ka’bah akan meninggalkan perilaku yang tak terpujinya itu. Melakukan tawaf sangat bernilai bila dibandingkan sekadar belanja barang remeh-temeh di toko pakaian, perhiasan, atau karpet.

Lalu, apakah kalian tak iri karena rembulan pun tawaf di Ka’bah?

 

sumber: Republika Online

Paspor Palsu Filipina, Taruhan Nyawa, dan Perjalanan Berbahaya Jamaah Haji

Pada Kamis, 4 Agustus 12.08 WIB,  sebuah pesan pendek mampir ke telepon selular. Isinya mengejutkan, unik, dan sekaligus ajaib. Sebuah penawaran berangkat haji dengan harga selangit.

Isi pesan pendek (SMS,red) itu sebagai berikut: “Ass. Paket Haji Plus, daftar langsung berangkat tahun ini, tempat terbatas hrg US$ 13.500, Info hub: HP/WA 0812 xxxx xxxx.”

Bagi banyak orang yang suka memperhatikan isu soal haji, pesan pendek ini terlalu biasa. Apalagi pada saat yang sama juga ke luar ‘desas-desus’ baru bila ada peluang memakai jatah kursi haji milik negara Timor Leste. Harganya separuh dari tawaran tersebut, yakni sekitar 6.500 – 7000 dolar Amerika Serikat.

Dan tanpa diduga dipertengahan Agustus ini muncul berita menghebohkan. Sebanyak 177 calon haji dari Indonesia ditahan oyoritas imigrasi negara jiran Philipina. Dan setelah diusut, mereka ternyata memakai paspor dan visa haji asal negara itu. Maka publik pun geger. Apalagi para calon haji itu kini harus mendekam dalam rumah tahanan imigrasi di Filipina.

Maka kementerian luar negeri pun dibuat sibuk. Pekerjaan mereka bertambah yang tadinya hanya mengurus soal sandera WNI oleh kelompok Abu Sayaf, kini ditambah beban soal WNI yang terbelit visa dan paspor haji di Filipina.

“Saya tekankan kembali bahwa 177 jamaah haji WNI ini adalah korban, sekali lagi mereka adalah korban,” lanjut Menlu Retno Marsudi. Ia pun berjanji berusaha keras memulangkan mereka secepatnya ke Indonesia.

Minat berhaji orang Indonesia memang luar biasa. Antrean sudah begitu panjang. Jumlah yang mengantre sudah mencapai 2,5 juta orang. Tahun antrean pun dibanyak wilayah sudah mencapai 20 tahun.

Akibat panjangnya antrean berhaji, maka berbagai cara ditempun agar bisa menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima ini. Bukan rahasia bila banyak jamaah hajiberangkat dari negara tetangga, seperti Malaysia, Brunei, Singapura, dan yang terakhir ‘tercium’ dari Filipina. Pendek kata, berbagai cara ditempuh asal bisa berhaji, tak peduli berangkat dari negara mana.

Mengacu pada kajian Martin van Bruinessen ‘Mencari Ilmu dan Pahala di Tanah Suci: Orang Nusantara Naik Haji’ semenjak dahulu minta pergi haji orang asal Nusantara (Indonesia,red) tetap tinggi. Bahkan, di antara seluruh jemaah haji, orang Nusantara selama satu setengah abad  terakhir merupakan proporsi yang sangat menonjol. Pada akhir abad ke-19 dan  awal abad ke-20, jumlah mereka berkisar antara 10 dan 20 persen dari seluruh  haji asing, walaupun mereka datang dari wilayah yang  lebih jauh daripada yang lain. Malah pada dasawarsa 1920-an sekitar 40 persen dari seluruh hajiberasal dari Indonesia.

Orang Indonesia yang tinggal bertahun-tahun atau menetap di  Makkah pada zaman itu juga mencapai jumlah yang cukup berarti. Di antara semua bangsa yang berada diMakkah, orang ‘Jawah’ (Asia Tenggara) merupakan salah satu kelompok terbesar.

Sekurang-kurangnya sejak tahun 1860, bahasa Melayu merupakan bahasa kedua diMakkah, setelah bahasa Arab.

Kita tidak mempunyai data statistik mengenai jamaah haji Indonesia abad-abad  sebelumnya. Sebelum munculnya kapal api jumlah mereka pasti lebih sedikit, karena perjalanan dengan kapal layar cukup berbahayadan makan waktu lama sekali. Namun bagi umat Islam Indonesia ibadah haji sejak lama mempunyai peranan amat penting. Ada kesan bahwa orang Indonesia lebih mementingkan haji daripada banyak bangsa lain, dan bahwa penghargaan masyarakat terhadap para haji memang lebih tinggi. Keadaan ini mungkin dapat dikaitkan dengan budaya tradisional Asia Tenggara.

 

Martin selanjutnya menulis, perjalanan panjang dan berbahaya sebelum ada kapal api, perjalanan haji tentu saja ha rus dilakukan dengan perahu  layar, yang sangat tergantung kepada musim. Dan biasanya para haji  menumpang pada kapal dagang, berarti mereka terpaksa sering pindah kapal.

Perjalanan membawa mereka melalui berbagai pelabuhan di Nusantara ke Aceh,
pelabuhan terakhir di Indonesia (oleh karena itu dijuluki ‘serambi Makkah’), di mana mereka menunggu kapal ke India. Di India mereka kemudian mencari  kapal yang bisa membawa mereka ke Hadramaut, Yaman atau langsung ke  Jeddah.

Perjalanan ini bisa makan waktu setengah tahun sekali jalan, bahkan lebih. (Perjalanan Sultan Haji dari Banten, yang sudah pulang satu setengah  tahun setelah berangkat, terhitung cepat). Dan para haji berhadapan dengan bermacam-macam bahaya. Tidak jarang perahu yang mer eka tumpangi karam  dan penumpangnya tenggelam atauterdampar di pantai tak dikenal. Ada haji yang semua harta bendanya dirampok bajak laut atau, malah, awak perahu
sendiri.

Para musafir haji yang sudah sampai ke tanah Arab pun belum aman juga, karena  di sana suku-suku Badui sering merampok rombongan yang menuju Makkah. Tidak jarang juga wabah penyakit melanda jemaah haji, di perjalanan maupun di tanah Arab.

Naik haji, pada zaman itu, memang bukan pekerjaan ringan. Tidak  banyak orang Nusantara yang pernah menulis catatan  perjalanannya, namun  dalam ceritera legendaris mengenai ulama-ulama besar petualangan mereka  dalam perjalanan ke Makkah sering diberikan tempat menonjol.

Penuturan yang sangat jelas mengenai kesulitan dan bahaya perjalanan dengan kapal layar ke Makkah ditinggalkan oleh pelopor sastra Melayu modern, Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Abdullah naik haji p ada tahun 1854, tidak
ama sebelum kapal layar digantikan oleh kapal api.

Mendekati Tanjung Gamri di Seylon (Sri Lanka) kapalnya diserang angin kencang: Allah, Allah, Allah! Tiadalah dapat hendak dikhabarkan bagaimana kesusahannya dan bagaimana besar gelombangnya, melainkan Allah yang amat mengetahuinya. Rasanya hendak masuk ke dalam perut ibu kembali; gelombang dari kiri lepas ke kanan dan yang  dari kanan lepas ke kiri.

Maka segala barang-barang dan peti-peti dan tikar bantal berpelantingan. Maka sampailah ke dalam kurung air bersemburan, habislah basah kuyup. Maka masing-masing dengan halnya, tiadalah lain lagi dalam fikiran melainkan mati. Maka hilang-hilanglah kapal sebesar itu dihempaskan gelombang. Maka rasanya gelombang itu terlebih tinggi daripada pucuk tiang kapal. Maka sembahyang sampai duduk berpegang.

Maka jikalau dalam kurung itu tiadalah boleh dikhabarkan bunyi muntah dan kencing, melainkan segala kelasi selalu memegang bomba. Maka air pun selalu masuk juga ke dalam kapal. (…)

Maka pada ketika itu hendak menangis pun tiadalah berair mata, melainkan masing-masing keringlah bibir. Maka berbagailah berteriak akan nama Allah dan rasul kerana Kepulauan Gamri itu, kata mualimnya, sudah termasyhur ditakuti
orang:

“Kamu sekalian pintalah doa kepada Allah, kerana tiap-tiap tahun di sinilah beberapa kapal yang hilang, tiadalah mendapat namanya lagi, tiada hidup
bagi seorang, ah, ah, ah!’…..

Dari kajian Marin, pada masa itu, Belanda juga mencatat bahwa banyak orang yang telah berangkat ke Makkah tidak kembali lagi. Antara tahun 1853 dan1858, jemaah haji yang pulang dari Makkah ke Hindia Belanda tidak sampai separuh dari jumlah orang yang telah berangkat naik haji.

 

sumber: Republika Online

Mencium Hajar Aswad

Mencium Hajar Aswad hukumnya hanyalah sebatas sunnah. Namun, obsesi dari jamaah haji dalam menjalankan sunnah ini begitu menggebu-gebu.

Sebagian mereka bahkan rela berdesak-desakan hingga saling dorong demi melaksanakan sunnah tersebut. Namun, bagaimanakah tata cara mencium Hajar Aswad yang disunnahkan Rasul?
Dalam fiqh, mencium Hajar Aswad disebut dengan istilam. Secara terminologi, istilim diartikan sebagai salah satu bentuk ibadah yang diajarkan ketika melakukan ibadah haji yang dilak-sanakan dengan cara mencium atau mengusap Hajar Aswad, yang ter-dapat di sisi Ka’bah, ketika melakukan tawaf.
Dari beberapa hadis Nabi yang berkaitan dengan istilam, dapat diketahui bahwa istilam yang disunatkan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kondisi haji yang melakukannya, yaitu:

a. Bagi jamaah haji yang memperoleh kesempatan untuk mendekati Hajar Aswad dapat melakukannya dengan cara mencium dan meletakkan kedua pipi di atasnya. Hal ini diterangkan dalam satu riwayat yang diterima dari Ibnu Umar yang mengatakan sebagai berikut:

“Rasulullah SAW mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya kemudian ia meletakkan kedua pipinya (di atas batu) sambil menangis. Kemudian beliau berkata, “Di sinilah ditumpahkan banyak air mata.” (HR. al-Hakim).

b. Bagi jamaah haji yang tidak bisa meletakkan kedua pipinya di atas Hajar Aswad, cukup dengan mencium saja dan menundukkan kepala kepadanya sebagaimana isyarat penghormatan. Hal ini dipahami dari riwayat yang diterima dari Ibnu Abbas sebagai berikut:

“Ibnu Abbas mencium Hajar Aswad dan menundukkan kepala kepadanya.” (HR. Al- Hakim dan Muslim).
c. Bagi Jamaah haji yang tidak memperoleh kesempatan dapat melakukannya dengan mengusapnya dengan tangan, kemudian mencium tangan tersebut sebagaimana  ini dipahami dari riwayat yang diterima dari Nafi’;
“Aku melihat Umar Ibn al-Khatab mengusap Hajar Aswad dengan tangannya kemudian ia mencium tangannya berkata; “Aku tidak pernah meninggalkannya sejak aku melihat Rasul SAW melakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
d. Bagi jamaah haji yang tidak sempat menciumnya, cukup dengan cara mengusapkan tongkat dan kemudian mencium tongkatnya. seperti diterangkan dalam riwayat dari Abi Thufail yang berkata;
“Aku melihat Rasulullah SAW tawwaf di Baitullah dan mengusap Hajar Aswad dengan tongkatnya kemudian mencium tongkatnya’ (HR. Muslim).
e. Bagi jamaah haji yang tidak sanggup melaksanakan dengan cara- cara yang disebut di atas cukup dengan melambaikan tangan ke arahnya lalu mengecup tangan sambil terus berjalan dan membaca takbir. Hal ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis berikut:
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata kepada Umar, “Hai Umar engkau adalah seorang yang kuat, jangan engkau berdesak-desakan untuk mendekati Hajar Aswad lalu kamu menyakiti yang lema h. Jika kamu memperoleh kesempatan maka ciumlah Hajar aKAswad itu. Jika tidak, cukup dengan takbir dan terus berjalan.” (HR. Al-Syafi’i).
Namun demikian pelaksanaan yang Iebih utama ialah dengan cara yang pertama, namun harus diperhatikan, janganlah berdesak-desakan yang mengakibatkan orang-orang yang terluka fisiknya atau teraniaya. Maka dengan sendirinya keutamaan cara yang pertama itu tidak lagi beriaku.

Menghindari berdesak-desakan mendekati Hajar Aswad Iebih baik dari menciumnya dan melakukannya dengan cara lain yang dianjurkan. Istilam cukup dilakukan pada putaran pertama ketika melaksanakan tawaf, tetapi jika mungkin, dilakukan pada setiap putaran.

 

sumber: Republika Online

Tips Memilih Joki Tawaf-Sai

Kondisi risiko tinggi (risti) dan sakit membuat sebagian jamaah tidak mampu melaksanakan prosesi tawaf dan sai dengan sempurna. Namun, jamaah bisa menggunakan jasa joki yang akan membantu jamaah melakukan tawaf dan sai dengan cara mendorongnya dengan menggunakan kursi roda.

Wakil Kepala Sektor Khusus Daerah Kerja (Daker) Makkah, Harun Al Rosyid, memberikan beberapa tips terkait joki tawaf dan sai ini. Pertama, jamaah diimbau tidak menggunakan joki yang berada di luar koordinasi Masjidil Haram. Joki ini biasanya para mukimin.

‘’Joki seperti ini mudah diketahui dan akhirnya ditangkap oleh pihak keamanan Masjidil Haram,’’ katanya. ‘’Jadi, para jamaah diimbau untuk tidak mengambil risiko dengan menggunakan jasa joki mukimin dari luar koordinasi Masjidil Haram.’’

Kedua, jamaah sebaiknya menggunakan jasa pendorong resmi yang berada di wilayah Masjidil Haram. Jamaah bisa menemukan jasa pendorongan dari petugas-petugas Masjidil Haram dengan seragam yang lengkap dan mudah dikenali.

Dan segi pembiayaan, biayanya relatif lebih murah dibanding menggunakan jasa mukimin di luar Masjidil Haram. ‘’Karena itu, kami imbau seluruh jamaah segera menggunakan jasa pendorong kursi roda di Masjidil Haram saja. Lebih murah dan lebih aman,’’ katanya.

Ketiga, jamaah sebaiknya menawar harganya karena biasanya harga jasanya bisa turun. Harga jasa joki Sai atau Tawaf biasanya awalnya 100 riyal (Rp 350 ribu). Namun, harganya bisa ditawar jadi 75 riyal (Rp 260 ribu). ‘’Bahkan, ada yang bisa 60 riyal (Rp 200 ribu). Itu tergantung pendekatan kita pada mereka,’’ kata Harun.

Keempat, jamaah bisa mendatangi langsung untuk bisa menggunakan jasa para pendorong kursi roda ini. Mereka mudah dikenali dari seragamnya berupa jubah putih dengan rompi abu-abu. Mereka biasanya mangkal di dekat tempat Safwa. ‘’Tidak jauh dari Safwa, mereka biasanya sudah berbaris di situ,’’ katanya.

Kelima, jamaah bisa minta bantuan petugas haji. Petugas pendorong kursi roda tidak sulit ditemukan. Namun, kata Harun, jamaah juga bisa minta bantuan petugas haji untuk ditemukan dengan petugas joki tersebut.

 

sumber: Republika Online

Agar Terhindar Jadi Haji Ilegal, Ini Tips Muna Tour

Masyarakat diminta jeli guna menghindarkan diri dari keberangkatan haji ilegal. Jeli yang dimaksud adalah mampu memastikan keberangkatan haji tersebut sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan pemerintah Saudi dan Kementerian Agama Republik Indonesia.

Direktur Utama Muna Tour H. Sugeng Wuryanto menjelaskan, keberangkatan haji ini harus memenuhi aspek legalitas dan akomodasi. Tidak hanya masalah hotel saja. Melainkan juga program haji seutuhnya. “Dengan program jelas yang diketahui, kemudian tahu berangkat haji dengan kuota apa?” papar Sugeng kepada Republika.co.id, Kamis (25/8).

Menurutnya, Pemerintah Saudi tak hanya mengeluarkan visa kuota haji tetapi juga visa lain. “Ini harus dipastikan. Jangan sampai visa yang dipakai visa ummal (visa kerja) atau visa ziarah (visa kunjungan),” ungkap dia menerangkan.

Menurut Sugeng, visa ummal dan ziarah bukan untuk ibadah haji. Visa ummal misalnya, memang bisa untuk masuk ke Saudi tapi tidak bisa memasuki Kota Suci Makkah dan Madinah. ”Begitu juga dengan visa ziarah, Anda bisa ke Saudi tetapi tidak bisa masuk ke Kota Suci Makkah dan Madinah,” jelasnya.

Karena itu, lanjutnya, calon jamaah haji harus memastikan apakah yang tertera dalam paspornya adalah visa haji atau bukan. “visa yang diakui Kementerian Haji Saudi untuk para calon jamaah haji yang memasuki Makkah dan Madinah adalah visa haji,” ungkapnya.

Sugeng berharap para penyelenggara haji dan umrah dapat bertanggungjawab dengan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait visa apa yang bisa digunakan untuk keberangkatan haji. “Kalau kasus Filipina jelas ilegal karena mengubah paspor atau dokumen,” ungkap Sugeng menambahkan.

 

 

sumber: Republika Online

Pemondokan Haji Makkah Dipastikan Kualitas Bintang Tiga

Pemondokan jamaah haji Indonesia di Makkah, Arab Saudi, yang tersebar pada sembilan sektor dipastikan memiliki kualitas setingkat hotel bintang tiga dan dinilai sangat layak.

“Dari sisi gedung, kualitasnya setingkat bintang tiga. Mulai dari yang berada di wilayah Aziziah, Mahbas Jin, Jarwal, dan Misfalah, semua setingkat bintang tiga dan sangat layak,” ungkap Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Arsyad Hidayat, di kantor Daker Makkah yang terletak di kawasan Syisyah, Rabu (17/8) sore waktu Arab Saudi.

Menurut Arsyad petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Makkah telah memastikan setiap pemondokan memiliki fasilitas masjid, restoran, bahkan ruang kantor pelayanan yang digunakan sektor.

Dalam rapat terakhir persiapan menjelang kedatangan jamaah haji Kelompok Terbang I dari Embarkasi Padang (PDG 01), sembilan kepala sektor menyampaikan bahwa pemondokan yang akan ditempati pada umumnya sudah menyerahkan kunci.

“Kalau pun ada yang belum diserahkan, itu karena ada pemahaman yang kurang pas soal salah satu klausul kontrak bahwa kunci harus sudah diserahkan lima hari sebelum kloter pertama datang,” jelas Arsyad.

Pemilik pemondokan memahami lima hari sebelum datang kloter pertama jamaah di rumah mereka. ”Padahal maksudnya kloter pertama di Daker Makkah,” katanya menjelaskan. Ia mengklaim telah meminta para kepala sektor untuk meluruskan hal tersebut.

Pada Rabu malam sekitar pukul 21.30 waktu Arab Saudi sebanyak 444 jemaah haji asal Embarkasi Padang (PDG) 01 akan menempati Hotel Nasimat Al Khair (101) di Sektor Satu yang berada di wilayah Mahbas Jin.

 

Republika Online