Rasulullah: Ini Salah Satu Simpanan Surga

DARI Abu Musa radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan kepadaku, “Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu dari simpanan surga?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah).” (Muttafaqun alaih) [HR. Bukhari, no. 6409 dan Muslim, no. 2704]

Faedah Hadits:
– Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadi pengajar untuk umatnya. Tidak ada kebaikan melainkan beliau ajarkan pada umatnya.
– Laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan simpanan surga.
– Dorongan untuk berdzikir sehingga mendapatkan pahala yang besar sebagai simpanan di surga kelak.

Ada ulama yang menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.” Ulama lain menafsirkan, “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim (17:26-27) dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.”

Dalam penjelasan Safinah An-Najah, Imam Nawawi Al-Bantani rahimahullah menyebutkan arti kalimat tersebut, “Tidak ada yang menghalangi dari maksiat pada Allah melainkan dengan pertolongan Allah. Tidak ada pula kekuatan untuk melakukan ketaatan pada Allah selain dengan pertolongan Allah.” (Lihat Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najah, hlm. 33)

Abu Ayyub Al-Anshari menceritakan, “Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diangkat ke langit pada Malam Isra Miraj, beliau melewati Nabi Ibrahim alaihis salam. Ibrahim lantas bertanya, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Ia Muhammad.” Ibrahim lantas mengatakan padanya, “Perintahkanlah pada umatmu untuk memperbanyak bacaan yang akan menjadi tanaman di surga, debunya itu bersih dan tanamannya pun luas.” Ibrahim ditanya, “Lalu apa bacaan yang disebut girasul jannah tadi?” Ibrahim menjawab, “Kalimat laa hawla wa quwwata illa billah.” (HR. Ahmad, 5:418. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif).

[Referensi: (1) Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. (2) Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. (3) Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najah/ Muhammad Abduh Tuasikal]

INILAH MOZAIK

Sedekah yang Disukai Rasulullah dan Caranya Ada di Sekitarmu

Begini sedekah yang disukai Rasulullah

Sedekah termasuk amalan yang bersifat sosial (al-muta’ddiyah). Artinya, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakannya, namun juga dirasakan oleh banyak orang lain.  Selama ini sedekah dipahami sebatas pemberian sejumlah uang kepada orang miskin atau mereka yang tidak mampu. Sehingga, seakan-akan sedekah hanya “dimonopoli” oleh orang kaya atau kalangan tertentu yang mumpuni secara finansial semata.

Padahal sedekah bisa dilakukan oleh siapapun termasuk orang yang tak berpunya sekalipun. Sebab sedekah tidak selalu berati pemberian materi. Sedekah juga bisa bermakna pemberian yang bersifat non-materi. Semisal, membantu orang lain, menyingkirkan duri di jalan, berbicara dengan bahasa yang santun dan sopan, dan lain-lain. Pemahaman ini merujuk kepada hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah berikut.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم – كل سُلامى من الناس صدقة , كل يوم تطلع فيه الشمس تعدل بين اثنين صدقة , وتعين الرجل في دابته فتحمله عليها أ, ترفع عليها متاعه صدقة , والكلمة الطيبة صدقة , وبكل خطوة تمشيها إلى الصلاة صدقة , وتميط الأذى عن الطريق صدقة ” رواه البخاري ومسلم

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama matahari masih terbit; kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah; kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah; setiap langkah kakimu menuju tempat sholat juga dihitung sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” HR Bukhari dan Muslim.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sedekah di sini adalah sedekah yang dianjurkan, bukan sedekah wajib. Ibnu Bathal dalam Syarah Shahih al-Bukhari menambahkan bahwa manusia dianjurkan untuk senantiasa menggunakan anggota tubuhnya untuk kebaikan. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Subhahanu wa Ta’ala.

Penulis kitab ‘Umdatul Qari Badruddin al-Ayni berpendapat bahwa segala amal kebaikan yang dilakukan atas dasar keikhlasan, ganjaran pahalanya sama dengan pahala sedekah. Sebab itu, seluruh bagian dari anggota tubuh kita yang digunakan untuk kebaikan, dinilai oleh Allah SWT sebagai sedekah berdasarkan hadis yang disebutkan di atas.

Bahkan dalam kitab Adab al-Mufrad, al-Bukhari meriwayatkan, apabila seorang tidak mampu untuk melakukan perbuatan yang disebutkan di atas, minimal ia menahan dirinya untuk tidak menganggu orang lain. Karena secara tidak langsung, ia sudah memberi (sedekah) kenyamanan dan menjaga kesalamatan orang banyak.

Selama kita mampu melakukan banyak hal, peluang untuk bersedekah masih terbuka luas. Sedekah tidak hanya berupa uang, tetapi juga memanfaatkan anggota tubuh kita untuk orang banyak.

Para ulama mengatakan, amalan-amalan yang disebutkan dalam hadis di atas hanya sekedar contoh, bukan membatasi. Penafsiran hadis ini masih bisa diperluas cakupannya.

Singkatnya, segala bentuk amalan yang dilakukan anggota tubuh kita, akan dinilai sebagai sedekah oleh Allah SWT bila dilakukan dengan penuh keikhlasan termasuk sembahyang Dhuha. Wallahu a’lam.

ISLAMI.co

Betapa Bijaknya Rasulullah SAW Menutup Aib Sahabatnya

Sejatinya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak memiliki aib dan kekurangan.

Suatu kali, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya menyantap daging unta. Rupanya, salah seorang sahabat lepas angin. Kendati demikian, tak ada di antara para sahabat yang berkomentar terhadap bau tak sedap itu. Masing-masing hanya memperlihatkan wajah tak senang karena ulah seorang sahabat yang tak diketahui itu.

Tak lama setelah itu, azan Maghrib pun berkumandang. Rasulullah SAW pun bersabda, “Siapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Mendengar sabda Beliau SAW, para sahabat yang ikut makan daging unta pun semuanya berwudhu. Tentu saja, sahabat yang lepas angin tadi terselamatkan aibnya. Tak ada yang tahu siapakah sahabat tersebut.

Betapa bijaknya Rasulullah SAW dalam menutupi aib para sahabatnya. Seperti yang disabdakan Beliau SAW, “Siapa yang menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi aib orang itu di dunia dan akhirat. Dan, siapa mengumbar aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.” (HR Ibnu Majah).

Sejatinya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak memiliki aib dan kekurangan. Seorang terlihat hebat dan berkharisma hanya karena Allah SWT telah menutupi aibnya sehingga hanya kebaikan saja yang terlihat orang. Bagaimana jadinya jika Allah SWT membukakan aibnya? Tentu, tak ada lagi yang bersimpati kepadanya.

Abu Hurairah RA adalah seorang sahabat yang dikenal sebagai pakar hadis dan paling banyak meriwayatkan hadis Rasulullah SAW. Ke manapun ia pergi, ia selalu diikuti sahabat lain yang ingin belajar hadis kepada beliau. Abu Hurairah RA sadar, begitu banyak orang yang mengidolakannya sebagai pakar hadis hanya lantaran Allah SWT menutupi aibnya. Ia pun pernah berkata, “Kalaulah aib saya tidak ditutup Allah SWT maka tidak akan ada lagi yang mengikuti saya, walau hanya seorang.”

KHAZANAH REPUBLIKA


5 Rahasia Mengapa Rasulullah SAW Sehat dan Jarang Sakit?

Rasulullah SAW dikenal sehat dan jarang terkena penyakit.

Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. 

Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan sunah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. 

Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dan sebagainya.

Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan jarang sakit, sebagaimana dikutip dari Jejak Sejarah Kedokteran Islam, karya Dr Ja’far Khadem Yamani, di antaranya:

Pertama, selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan tayib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi.

Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air lir dan pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran” (HR Ibnu Majah dan Hakim). 

Kedua, tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas). 

Disabdakan: ”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban). 

Ketiga, makan dengan tenang, tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang. Apa hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak, tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun bisa dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar. 

Keempat, cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar yang dibutuhkan. Penelitian Daniel F Kripke, ahli psikiatri dari Universitas California menarik untuk diungkapkan. 

Penelitian yang dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun dengan responden berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur delapan jam sehari memiliki risiko kematian yang lebih cepat. 

Sangat berlawanan dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari. Nah, Rasulullah SAW biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidur tidak lebih dari delapan jam.  

Cara tidurnya pun sarat makna. Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat. 

Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien. Pada saat itu makanan bisa berada dalam posisi yang pas dengan lambung sehingga dapat mengendap secara proporsional.

Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian berbalik lagi ke sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung. Hikmah lainnya, tidur dengan miring ke kanan menyebabkan beliau lebih mudah bangun untuk shalat malam.

Kelima, istikamah melakukan puasa sunat, di luar puasa Ramadhan. Karena itu, kita mengenal beberpa puasa yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, ayyamul baidh, puasa Daud, puasa enam hari pada Syawal, dan sebagainya. Puasa adalah perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani.

Pengaruhnya dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai berbagai ampas makanan, manahan diri dari makanan berbahaya sangat luar biasa. Puasa menjadi obat penenang bagi stamina dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Puasa sangat ampuh untuk detoksifikasi (pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh.

KHAZANAH REPUBLIKA



Dua Sholat Sunah yang tak Ditinggalkan Rasulullah

IBNUL QAYYIM berkata, Rasulullah saw di dalam safar senantiasa mengerjakan salat sunah rawatib sebelum subuh dan salat sunah witir dikarenakan dua salat sunah ini yang paling utama di antara salat sunah, dan tidak ada riwayat bahwasanya Rasulullah saw mengerjakan sunah selain keduanya.

Salat sunah fajar dan witir, usahakanlah jangan sampai keduanya ditinggalkan. Kalimat Ibnul Qayyim di atas menyebutkan bahwa kedua salat ini merupakan salat sunah yang paling utama, dimana kedua salat ini tidak pernah ditinggalan oleh Rasulullah saw, baik saat di rumah maupun saat bepergian.

Bahkan saat kedua salat sunah ini ditinggalkan, maka kita dianjurkan untuk mengqadhanya.

Siapa yang tidur tanpa salat witir, atau lupa, hendaknya ia mengerjakannya pada pagi hari atau ketika ingat. ( HR.Abu Daud dengan sanad yang shahih.)

Siapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum salat subuh, maka salatlah setelah matahari terbit. (HR.Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani).

Sementara, salat tahajud disebutkan, salat sunah ini tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw, meski beliau dalam keadaan sakit. Aisyah menuturkan, Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan qiyamullail, dan jika beliau sakit, maka beliau salat sambil duduk. (HR.Abu Daud dan al-Hakim)

Disebutkan juga dalam sebuah hadis bahwa salat tahajud merupakan kebiasaan orang-orang saleh semenjak dahulu. Rasulullah saw bersabda, Hendaklah kalian mengerjakan qiyamullail, karena qiyamullail itu kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian. (HR.Ahmad, Tirmidzi, al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Asakir, Thabrani dan Ibnu Suni).

Dan, salat dhuha. Salat sunah ini memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad saw:

Di setiap persendian seorang dari kalian terdapat sedekah. Setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah setiap tahlil (ucapan laa ilaaha illallaah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan mencukupi dari semua itu dua rakaat Dhuha yang ia kerjakan. (HR.Muslim)

Siapa yang keluar untuk melaksanakan salat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah. (HR.Abu Daud)

Dengan mengamalkan salat-salat sunah di setiap hari yang kita jalankan, ditambah dengan amalan sunah seperti puasa sunah lainnya, maka tentu hari itu akan menjadi hari yang spesial, hari yang terbaik, di mana kita akan mendapatkan pahala dan rapot yang terbaik dari sisi Allah swt. Amin. [Chairunnisa Dhiee]

INILAH MOZAIK

Keistimewaan Nabi Muhammad, Terlahir dalam Keadaan Sudah Terkhitan

Tidak disangsikan lagi bahwa Nabi Muhammad merupakan makhluk paling mulia di sisi Allah. Beliau diberi banyak kemuliaan dan keistimewaan oleh Allah, baik sebelum lahir, setelah lahir dan setelah wafatnya. Di antara keistimewaan yang diberikan oleh Allah adalah beliau terlahir dalam keadaan sudah terkhitan.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Thabarani dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;

مِنْ كَرَامَتِيْ عَلَى اللهِ أَنْ وُلِدْتُ مَخْتُوْنًا وَلَمْ يَرَ أَحَدٌ سَوْأَتِيْ

Termasuk bagian kemuliaan dari Allah yang dianugerahkan kepadaku, aku dilahirkan dalam keadaan telah dikhitan, dan tidak seorang pun melihat auratku.

Hadis ini dijadikan hujjah oleh sebagian ulama bahwa Nabi Saw terlahir dalam keadaan sudah terkhitan. Bahkan dalam kitab I’anatut Thalibin, Syaikh Abu Bakr Syatha mengamini riwayat mengenai kelahiran Nabi Saw yang sudah terkhitan ini. Beliau berkata;

روي أن نبينا صلى الله عليه وسلم ولد مختونا كثلاثة عشر نبيا

Diriwayatkan bahwa Nabi kita Muhammad Saw dilahirkan dalam keadaan terkhitan, sebagaimana tiga belas nabi lainnya.

Selain Nabi Saw, menurut Syaikh Sulaiman Al-Bujairimi, terdapat beberapa nabi yang dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan. Beliau mengatakan bahwa secara keseluruhan, ada 15 nabi yang dilahirkan dalam keadaan terkhitan, sebagaimana beliau sebutkan dalam kitab Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib berikut;

وولد من الأنبياء مختوناً خمسة عشر نبياً : آدم ، وشيث ، ونوح ، وهود ، وصالح ولوط ، وشعيب ويوسف وموسى وسليمان وزكريا ، ويحيى وعيسى وحنظلة بن صفوان نبي أصحاب الرس ونبينا محمد

Lima belas orang nabi dari kalangan para nabi dilahirkan dalam keadaan terkhitan, yaitu Nabi Adam, Nabi Syits Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shaleh, Nabi Luth, Nabi Syu’aib, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariya, Nabi Yahya, Nabi Isa, Nabi Handzalah bin Shafwan, dan Nabi Muhammad Saw.

BINCANGSYARIAH



Tahukah Dari Mana Datangnya Rizkimu?

SUATU hari ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah dengan membawa keluhan bahwa dialah satu-satunya yang bekerja dalam keluarganya, sementara saudaranya selalu sibuk dengan mencari ilmu. Bagaimanakah tanggapan Rasulullah akan keluhan itu? Beliau bersabda: “Jangan-jangan engkau diberi rizki oleh Allah karena saudaramu yang mencari ilmu itu.”

Seringkali kita mengklaim bahwa rizki kita itu adalah semata-mata karena pekerjaan kita. Padahal, kalau saja semua sebab akibat rizki kita itu dibuka dan dibacakan, maka kita akan terkaget-kaget bahwa rizki kita adalah karena anak yatim piatu yang kita santun, karena fakir miskin yang kita perhatikan, para gelandangan yang kita sekolahkan kembali, yayasan sosial dan agama yang kita bantu/sumbang atau lainnya.

Kalaulah begitu, janganlah sombong saat berkelimpahan rizki, jangan ungkapkan kata kasar kepada siapapun yang secara ekonomi bergantung kepada kita. Surga itu diperuntukkan bagi mereka yang lembut hati dan lembut budi, halus rasa dan halus pekerti. Surga yang dimaksud bukan hanya surga di akhirat kelak, melainkan pula kebahagiaan surgawi di dunia kini.

Jalan rizki begitu banyak dan tak terhitung jumlahnya. Kebaikan kita menjaga perasaan semut sebagaimana yang dilakukan Nabi Sulaiman sangat mungkin menjadikan kita diberi rizki bagai Nabi Sulaiman. Ternyata, bahkan bsrsikap baik kepada binatangpun menjadi jalan rizki ini.

Persembahkan yang terbaik pada manusia, berikan perawatan yang terbaik pada alam semesta dan dedikasikan hidup zecara ikhlas karena Allah, maka rizki kita bisa hadir dari mana saja dan kapan saja. Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

100 Perilaku Mulia Rasulullah SAW

CUCU Rasululullah, Jafar Ash-Shadiq berkata, Saya tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara ia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah Saw.

1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.

2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.

3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.

4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya. Tidak ada seorangpun yang mendahuluinya dalam mengucapkan salam.

5. Ketika menjabat tangan seseorang, beliau tidak pernah melepaskannya terlebih dahulu.

6. Beliau bergaul dengan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang paling mulia di mata Rasulullah.

7. Bila memandang seseorang, beliau tidak memandang sinis bak pejabat pemerintah.

8. Beliau tidak pernah memelototi wajah seseorang.

9. Beliau senantiasa menggunakan tangan saat mengiyaratkan sesuatu dan tidak pernah mengisyaratkan dengan mata atau alis.

10. Beliau lebih banyak diam dan baru akan berbicara bila perlu.

11. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, beliau mendengarkan dengan baik.

12. Senantiasa menghadap kepada orang yang berbicara dengannya.

13. Tidak pernah berdiri terlebih dahulu selama orang yang duduk bersamanya tidak ingin berdiri.

14. Tidak akan duduk dan berdiri dalam sebuah pertemuan melainkan dengan mengingat Allah.

15. Ketika masuk ke dalam sebuah pertemuan, beliau senantiasa duduk di tempat yang akhir dan dekat pintu, bukan di bagian depan.

16. Tidak menentukan satu tempat khusus untuk dirinya dan bahkan melarangnya.

17. Tidak pernah bersandar saat di hadapan masyarakat.

18. Kebanyakan duduknya menghadap kiblat.

19. Bila di hadapannya terjadi sesuatu yang tidak disukainya, beliau senantiasa mengabaikannya.

20. Bila seseorang melakukan kesalahan, beliau tidak pernah menyampaikannya kepada orang lain.

21. Tidak pernah mencela seseorang yang mengalami kesalahan bicara.

22. Tidak pernah berdebat dan berselisih dengan siapapun.

23. Tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali bila orang tersebut bicara sia-sia dan batil.

24. Senantiasa mengulang-ulangan jawabanya atas sebuah pertanyaan agar jawabannya tidak membingungkan pendengarnya.

25. Bila mendengar ucapan yang tidak baik dari seseorang, beliau tidak mengatakan mengapa si fulan berkata demikian, tapi beliau mengatakan, bagaimana mungkin sebagian orang mengatakan demikian?

26. Banyak bergaul dengan fakir miskin dan makan bersama mereka.

27. Menerima undangan para abdi dan budak.

28. Senantiasa menerima hadiah, meski hanya seteguk susu.

29. Melakukan silaturahmi lebih dari yang lain.

30. Senantiasa berbuat baik kepada keluarganya tapi tidak melebihkan mereka dari yang lain.

31. Senantiasa memuji dan mendukung pekerjaan yang baik dan menilai buruk dan melarang perbuatan yang jelek.

32. Senantiasa menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kebaikan agama dan dunia masyarakat kepada mereka dan berkali-kali mengatakan, Orang-orang yang hadir hendaknya menyampaikan segala yang didengarnya kepada orang-orang yang tidak hadir.

33. Senantiasa menerima uzur orang-orang yang punya uzur.

34. Tidak pernah merendahkan seseorang.

35. Tidak pernah memaki atau memanggil seseorang dengan gelar yang jelek.

36. Tidak pernah mengutuk orang-orang sekitar dan familinya.

37. Tidak pernah mencari-cari aib orang lain.

38. Senantiasa menghindari kejahatan masyarakat, namun tidak pernah menghidar dari mereka dan beliau selalu bersikap baik kepada semua orang.

39. Tidak pernah mencaci masyarakat dan tidak banyak memuji mereka.

40. Senantiasa bersabar menghadapi kekurangajaran orang lain dan membalas kejelekan mereka dengan kebaikan.

41. Selalu menjenguk orang yang sakit, meski tempat tinggalnya dipinggiran Madinah yang sangat jauh.

42. Senantiasa menanyakan kabar dan keadaan para sahabatnya.

43. Senantiasa memanggil nama sahabat-sahabatnya dengan panggilan yang terbaik.

44. Sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menekankan untuk melakukannya.

45. Senantiasa duduk melingkar bersama para sahabatnya, sehingga bila ada orang yang baru datang, ia tidak bisa membedakan di antara mereka yang manakah Rasulullah.

46. Akrab dan dekat dengan para sahabatnya.

47. Beliau adalah orang yang paling setia dalam menepati janji.

48. Senantiasa memberikan sesuatu kepada fakir miskin dengan tangannya sendiri dan tidak pernah mewakilkannya kepada orang lain.

49. Bila sedang dalam shalat ada orang datang, beliau memendekkan shalatnya.

50. Bila sedang shalat ada anak kecil menangis, beliau memendekkan shalatnya.

51. Orang yang paling mulia di sisi beliau adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain.

52. Tidak ada seorangpun yang putus asa dari Rasulullah Saw. Beliau selalu mengatakan, Sampaikan kebutuhan orang yang tidak bisa menyampaikan kebutuhannya kepada saya!

53. Bila ada seseorang membutuhkan sesuatu kepada beliau, Rasulullah Saw pasti memenuhinya bila mampu, namun bila tidak mampu beliau menjawabnya dengan ucapan atau janji yang baik.

54. Tidak pernah menolak permintaan seseorang, kecuali permintaan untuk maksiat.

55. Beliau sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.

56. Rasulullah Saw sangat menjaga perasaan orang-orang asing.

57. Beliau selalu menarik perhatian orang-orang jahat dan membuat mereka cenderung kepadanya dengan cara berbuat baik kepada mereka.

58. Beliau senantiasa tersenyum sementara pada saat yang sama beliau sangat takut kepada Allah.

59. Saat gembira, Rasulullah Saw memejamkan kedua matanya dan tidak banyak menunjukkan kegembiraannya.

60. Tertawanya kebanyakan berupa senyuman dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak.

61. Beliau banyak bercanda namun tidak pernah mengeluarkan ucapan sia-sia atau batil karena bercanda.

62. Rasulullah Saw mengubah nama yang jelek dengan nama yang baik.

63. Kesabarannya mendahului kemarahannya.

64. Tidak sedih dan marah karena kehilangan dunia.

65. Saat marah karena Allah, tidak seoranpun yang akan mengenalnya.

66. Rasulullah Saw tidak pernah membalas dendam karena dirinya sendiri melainkan bila kebenaran terinjak-injak.

67. Tidak ada sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah selain bohong.

68. Dalam kondisi senang atau susah tidak lain hanya menyebut nama Allah.

69. Beliau tidak pernah menyimpan Dirham maupun Dinar.

70. Dalam hal makanan dan pakaian tidak melebihi yang dimiliki oleh para pembantunya.

71. Duduk dan makan di atas tanah.

72. Tidur di atas tanah.

73. Menjahit sendiri pakaian dan sandalnya.

74. Memerah susu dan mengikat sendiri kaki ontanya.

75. Kendaraan apa saja yang siap untuknya, Rasulullah pasti mengendarainya dan tidak ada beda baginya.

76. Kemana saja pergi, beliau selalu beralaskan abayanya sendiri.

77. Baju beliau lebih banyak berwarna putih.

78. Bila memakai baju baru, maka baju sebelumnya pasti diberikan kepada fakir miskin.

79. Baju kebesarannya khusus dipakai untuk hari Jumat.

80. Ketika memakai baju dan sandal, beliau memulainya dari sebelah kanan.

81. Beliau menilai makruh rambut yang awut-awutan.

82. Senantiasa berbau harum dan kebanyakan pengeluarannya untuk minyak wangi.

83. Senantiasa dalam kondisi memiliki wudu dan setiap mengambil wudu pasti menyikat giginya.

84. Cahaya mata beliau adalah shalat. Beliau merasa menemukan ketenangan dan ketentraman saat shalat.

85. Beliau senantiasa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.

86. Tidak pernah mencaci nikmat sama sekali.

87. Menganggap besar nikmat Allah yang sedikit.

88. Tidak pernah memuji makanan dan tidak juga mencelanya.

89. Memakan makanan apa saja yang dihidangkan kepadanya.

90. Di depan hidangan makanan beliau senantiasa makan makanan yang ada di depannya.

91. Di depan hidangan makanan, beliau yang paling duluan hadir dan paling akhir meninggalkannya.

92. Tidak akan makan sebelum lapar dan akan berhenti dari makan sebelum kenyang.

93. Tidak pernah makan dua model makanan.

94. Ketika makan tidak pernah sendawa.

95. Sebisa mungkin beliau tidak makan sendirian.

96. Mencuci kedua tangan setelah selesai makan kemudian mengusapkannya ke wajah.

97. Ketika minum, beliau meneguknya sebanyak 3 kali. Awalnya baca Bismillah dan akhirnya baca Alhamdulillah.

98. Rasulullah lebih memiliki rasa malu daripada gadis-gadis pingitan.

99. Bila ingin masuk rumah, beliau meminta izin sampai tiga kali.

100. Waktu di dalam rumah, beliau bagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan waktu untuk dirinya sendiri beliau bagi dengan masyarakat.

 

INILAH MOZAIK

Tiga Hal Penting dalam Isra dan Miraj Rasulullah

Isra Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram di Makkah ke al-Aqsha di Yerusalem. Kemudian, Rasulullah melanjutkan perjalanannya menuju sidratul muntaha untuk menerima wahyu dari Allah SWT. Peristiwa ini terjadi pada tahun 621 M, dua tahun setelah wafatnya Siti Khadijah, istri Rasulullah.

Saat Isra Miraj terjadi, Rasulullah sedang menginap di rumah Ummu Hani, putri Abu Thalib. Ketika itu, Rasulullah dan keluarga Ummu Hani melaksanakan shalat berjamaah.

Pada malam hari Rasul mengunjungi Ka’bah. Karena mengantuk, Rasulullah tertidur di Hijir Ismail. Pada saat itulah, Malaikat Jibril mendatanginya hingga tiga kali dan mengajak sang Nabi pergi. Isra Mi’raj dimulai. Berikut adalah tiga hal terkait peristiwa itu.

Buraq

Nabi Muhammad bangkit dan berdiri di samping Jibril. Malaikat pembawa wahyu ini mengajaknya menuju pintu masjid. Di sana terlihat seekor buraq, hewan berwarna putih, seperti peranakan antara kuda dan keledai dengan sayap di sisi tempat menggerakkan kakinya. Langkahnya sejauh mata memandang. Rasulullah dan Jibril menunggangi buraq.

Masjid al-Aqsha

Bersama Jibril, Rasulullah melakukan perjalanan ke utara Yasrib dan Khaybar hingga ke Yerusalem tepatnya Masjid al-Aqsha. Kemudian, dia bertemu para nabi pendahulunya: Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi-nabi lainnya. Ketika shalat di Baitul Maqdis, seluruh nabi menjadi makmum Rasulullah.

Sidratul Muntaha

Salah satu tafsir tertua berdasarkan hadis Nabi dikatakan, sidratul muntaha berakar pada singgasana (Arsy). Itu menandakan puncak pengetahuan setiap orang yang berpengetahuan baik, termasuk di dalamnya malaikat dan rasul. Segala sesuatu di atasnya adalah misteri yang tersembunyi, tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Allah semata. Di sidratul muntaha, Rasulullah menerima perintah shalat.

 

REPUBLIKA

Ketika Rasulullah SAW Jadi Makmum Masbuk

Peristiwa ini terjadi ketika Makkah sudah dibebaskan dari kekuasaan musyrik (Fathu Makkah). Kabar kemenangan Rasulullah SAW dan umat Islam menggemparkan hingga ke luar Jazirah Arab. Di utara, penguasa Romawi sudah bersiap-siap menyerang Madinah.

Kabar itu sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Maka, beliau bertolak ke Tabuk (sekira perbatasan Arab-wilayah kekuasaan Romawi) dengan ditemani 40 ribu orang prajurit Muslimin.

Belum sampai di tempat tujuan, langit menunjukkan tanda-tanda masuk waktu subuh. Nabi Muhammad SAW pun menyuruh segenap kaum Muslimin yang menyertainya untuk singgah. Mereka pun bersiap melaksanakan shalat subuh berjamaah.

Namun, Nabi SAW tiba-tiba berkeinginan buang hajat. Beliau pun pergi ke suatu tempat dengan didampingi al-Mughirah bin Syu’bah, yang bertugas membawa bejana berisi air. Sahabat ini lantas berdiri agak jauh dari tempat Rasulullah SAW buang hajat.

Setelah itu, Nabi SAW keluar. Al-Mughirah dengan sigap menuangkan lagi dengan bejana air untuk beliau berwudhu.

Para sahabat yang sudah bershaf-shaf tidak tahu bahwa Nabi SAW sedang buang hajat. Mereka pun menunggul dalam waktu yang cukup lama. Salah seorang dari mereka lantas menghampiri Abdurrahman bin ‘Auf, untuk memintanya menjadi imam shalat subuh.

Karena pertimbangan waktu subuh yang menuju hampir habis, Maka Ibnu Auf pun setuju. Dia lantas mengimami shalat subuh seluruh pasukan Muslimin.

Ketika itulah datang Nabi SAW bersama al-Mughirah. Beliau hanya mendapat satu rakaat dari shalat subuh berjamaah itu.

Begitu Abdurrahman bin mengucapkan salam, Rasulullah SAW pun bangkit–untuk meneruskan satu rakaat yang tersisa. Para sahabat yang melihat beliau terkejut bukan kepalang. Sebab, Nabi SAW ternyata menjadi makmum yang masbuk. Sambil menunggu beliau selesai shalat, mereka menggumamkan tasbih dan doa.

Usai shalat, Rasulullah SAW menghadap kepada para jamaah sekalian. “Benar apa yang dilakukan oleh kalian tadi,” kata beliau.

Maknanya, Nabi SAW memang menghendaki agar kaum Muslimin shalat jamaah di awal waktu, tidak mesti menanti kedatangan beliau SAW yang sedang ada hajat.

REPUBLIKA