Provinsi Homs Kembali Dihancurkan Rezim dan Sekutu

Seorang reporter lokal melaporkan, setelah Shalat Jum’at selesai dilaksanakan, rezim kembali menembakkan artileri dan serangan udaranya di wilayah Rastan, Homs, yang mengakibatkan 4 orang tewas dan 21 lainnya luka-luka.

Reporter Zaman Al Wasl mengatakan, penembakkan berat di wilayah Homs, beberapa hari ini telah terjadi dan penyerangan tersebut dimulai setelah sehari wilayah al-Waer terbebas dari pengepungan.

Sejak saat itu, pesawat tempur rezim terbang diatas wilayah Homs, dan malam harinya pesawat tempur Rusia membom wilayah Northern, Homs dengan senjata yang dilarang seperti bom cluster dan lainnya.

Serangan rezim dan Rusia tidak hanya menargetkan wilayah Homs saja, melainkan hampir seluruh penjuru Suriah baik itu Hama, Aleppo, Damaskus, Idlib dan lain-lain tidak ada hari tanpa serangan rezim dan sekutu. (Eka Aprila)

 

 

sumber: Bumi Syam

Menyedihkan, anak-anak Suriah hidup hanya untuk menunggu giliran dibunuh

Seperempat juta anak di daerah yang terkepung di Suriah sangat kekurangan makanan, obat-obatan dasar, dan air bersih, menurut sebuah laporan baru oleh Save the Children.

Dalam laporan yang dinamai “Childhood Under Siege”, kelompok bantuan internasioal juga mengecam dampak psikologis perang pada anak-anak di daerah yang terkepung, yang disebut penjara terbuka.

“Dalam setiap kelompok yang diwawancarai, anak-anak mengatakan mereka hidup dalam ketakutan serangan, dan orang tua mengatakan perilaku anak-anak mereka telah berubah -menjadi lebih menarik diri, agresif, atau tertekan,” kata laporan tersebut.

Petugas kesehatan juga dilaporkan beroperasi hanya dengan cahaya lilin. Mereka kehabisan obat dan bayi sakit menjadi sekarat di pos pemeriksaan karena keterlambatan dalam mencapai perawatan medis.

“Ketakutan telah menguasai. Anak-anak sekarang menunggu giliran mereka untuk dibunuh. Bahkan orang dewasa hidup hanya untuk menunggu giliran mereka untuk mati. Kapan giliran saya akan datang?” ujar Rihab, seorang ibu di Ghouta Timur, dalam laporan tersebut, sebagaimana dilansir Anadolu Agency (9/3/2016).

Dalam laporan tersebut, anak-anak terpaksa makan daun rebus dan pakan ternak untuk satu kali makan sehari-hari mereka.

“Anak-anak meninggal akibat kekurangan makanan dan obat-obatan di bagian Suriah hanya beberapa kilometer dari gudang yang dipenuhi dengan bantuan. Mereka ‘membayar’ kelambanan dunia,” kata Tanya Steele, CEO Save the Children. (fath/arrahmah.com)

By: arrahmah.com/Fath/Kamis, 30 Jumadil Awwal 1437 H / 10 Maret 2016

(nahimunkar.com)

Mereka Terluka Untuk Sepotong Roti

Seorang aktivis mengatakan, pada hari Rabu, penembak jitu rezim menembaki warga yang sedang mengantri untuk membeli roti sehingga mengakibatkan 5 orang diantara mereka terluka.

Sebagaimana dilansir oleh Zaman Al Wasl, aktivis lokal mengatakan, pengepungan yang dilakukan oleh rezim membuat puluhan warga al-Waer terpaksa harus melewati pos rezim agar dapat membeli roti untuk kebutuhan pokok mereka.

Mereka tetap pergi untuk membeli roti meskipun mereka mengetahui akan resiko terkena tembakan rezim. (Eka Aprila)

 

sumber:Bumi Syam

Aleppo Berdarah, Dunia Membisu

Syam adalah negeri yang diberkahi oleh Allah, padanya do’a rasulullah panjatkan agar penduduknya dihindarkan dari bahaya dan musibah. Ia adalah benteng kaum muslimin saat malhamah al-kubro, dan penduduknya selalu berada dalam jalan kebenaran sampai hari kiamat. Sedang malaikat rahmat selalu membentangkan sayapnya pada bumi mulia ini.

Namun syam saat ini berduka, karna serangan koalisi msush-musuh Allah terhadap kaum muslimin. Korban demi korban terus berjatuhan, bahkan wanita dan anak-anak. Sedang asap bom terus mengepul dari atasnya. Serangan jet-jet tempur Rusia dan rezim terlihat di mana-mana. Bau anyir darah menjadi aroma yang biasa tercium. Sejak tahun 2011 saja, 361.000 jiwa telah melayang tak bernyawa.

Aleppo, menjadi bagian penting dari wilayah Syam saat ini merasakan dahsyatnya gempuran tersebut. Selama beberapa hari terakhir ini saja, kota terbesar kedua setelah Damaskus ini telah kehilangan 200 nyawa penduduknya. Jumlah penduduk yang terluka juga teramat banyak, angka 400 korban luka menjadi saksi kejamnya serangan tersebut dalam pekan terakhir ini. Bahkan sebuah rumah sakit yang didirikan persatuan dokter tanpa batas ( MSF ) turut diluluh lantakkan, yang berujung pada meninggalnya satu-satunya dokter anak di Aleppo, Abu Abdurrahman.

Padahal agenda gencatan senjata sedang digaung-gaungkan oleh PBB. Hanya JN dan IS yang dikecualikan dalam gencatan senjata tersebut, namun tetap saja rakyat menjadi sasaran kebrutalan serangan rezim. Konon, Moskow yang telah menarik pasukan pada maret lalu, masih saja turut dalam serangan tersebut.

Jika demikian alur perjuangan saudara-saudara kita di Syam, pantaskan kita hanya diam? Jika dunia internasional enggan membela, pantaskah kita sebagai bagian dari mereka hanya membisu? Jika tragedi kemanusiaan itu hanya diatasi dengan gencatan senjata yang hanya berbentuk wacana, pantaskah kita pura-pura tak mendengar jeritan tangis mereka? Relakah kita melihat para ibu menjadi janda, anak-anak menjadi yatim, para orang tua kehilangan anak-anak mereka?

Bahkan seorang muslim yang sakitpun, Allah perintahkan para hamba untuk menjenguk mereka, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي(1) قَالَ: يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ؟ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ. يَا ابْنَ آدَمَ: اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي، قَالَ: يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ؟ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي. يَا ابْنَ آدَمَ: اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي، قَالَ: يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تَسْقِهِ، أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي”
رواه مسلم
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah
ﷺ, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla kelak dihari kiamat akan berfirman, “Wahai anak cucu Adam, aku sakit dan kamu tidak menjengukku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam”, Allah berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku yang bernama Fulan sakit, dan kamu tidak menjenguknya?

Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya jika kamu menjenguknya, engkau akan mendapatiku didekatnya.Wahai anak cucu adam, aku meminta makanan kepadamu, namun kamu tidak memberiku makanan kepada-Ku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami dapat memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?”

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku fulan meminta makanan, dan kemudian kalian tidak memberinya makanan? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makanan, benar-benar akan kau dapati perbuatan itu di sisi-Ku.

Wahai anak cucu adam, Aku meminta minum kepadamu, namun engkau tidak memberi-Ku minum” , ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami memberi minum kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?”

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Seorang hambaku yang bernama fulan meminta minum kepadamu, namun tidak engkau beri minum, tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberi minum kepadanya, benar – benar akan kau dapati (pahala) amal itu di sisi-Ku”Hadits diriwayatkan oleh Muslim.

Lantas apa yang mampu kita jawab, ketika Allah bertanya pada kita apa yang telah engkau lakukan untuk saudara-saudaramu di Aleppo? Mereka bukan hanya sakit, mereka dibantai dan digempur. Mereka juga bukan hanya meminta makanan dan minuman, namun mereka butuh bantuan untuk kehidupan yang layak atas gempuran tersebut. Karena mereka kehilangan rumah tempat berteduh, keluarga tempat bernaung dari berbagai kesempitan hidup.

Sejauh mana pengorbanan yang dapat kita lakukan, maka lakukanlah. Baik berupa jiwa maupun harta untuk membantu saudara-saudara kita. Do’a juga menjadi bagian terpenting untuk membantu saudara-saudara kita, jangan pernah terlalai dari do’a untuk mereka di sepanjang munajat kita. Karena hari hisab itu teramat sulit, jika amalan kita teramat sedikit. Karena hari itu teramat sulit jika penderitaan saudara-saudara kita, kita biarkan begitu saja.  (reny)

 

sumber: Bumi Syam

Darah Saudara Kalian Terus Mengalir, Masihkah Kalian Acuhkan Suriah?

Pertumpahan darah di Suriah terus terjadi hingga saat ini. Bertahun-tahun mereka hidup dalam ketakutan yang amat menyesakkan hati. Melihat darah yang terus mengalir membasahi negeri mereka tercinta.

Hari ini (22/3) darah itu kembali bertambah, sebanyak 530 orang tewas dalam 23 hari pertama gencatan senjata di Suriah. (Zaman Al Wasl)

Saudaraku, bisakah kalian bayangkan, jika yang terbunuh itu adalah anak-anak kita, Ibu kita atau Ayah kita. Bisakah kalian juga bayangkan, jika rumah kita dihancurkan, kebahagiaan kita diambil oleh orang-orang jahat, dan seluruh dunia bungkam dengan semua penindasan yang terjadi terhadap kita, apa yang kita rasakan? Sedih ?marah ?kecewa ?.

Saudaraku, itulah yang dirasakan oleh saudara kita di Suriah, mereka tersiksa karena penindasan yang dilakukan oleh kelompok Syi’ah, dan luka itu bertambah lebar, ketika saudara seiman mereka sendiri mengacuhkan mereka, jangankan mendo’akan, mengetahui bagaimana kondisi saudaranya di Suriah pun mungkin tidak.

Saudaraku, dulu saat utusan Rasulullah yang membawa surat berisikan ajakan masuk Islam kepada raja Heraklius dibunuh, Rasulullah sangat marah hingga Rasulullah mengerahkan seluruh pasukan untuk menyerang raja Heraklius atas pembunuhannya terhadap utusan Rasulullah, nyawa dibalas dengan nyawa.

Namun saat ini, ribuan kaum muslimin telah tewas di tangan kelompok Syi’ah, jasad mereka dibiarkan tercabik-cabik dan dimakan oleh anjing peliharaan mereka, sedangkan kaum Muslimin lainnya hanya diam dan menjadi penonton.

Saudaraku, antara kita dan kaum Muslimin Suriah ada sebuah ikatan yang sangat penting, ikatan yang tidak akan terhalangi oleh teritorial yang berbeda, ikatan yang tidak akan terhalangi oleh berbedanya kebudayaan. Ikatan itu adalah ikatan Aqidah.

Saat ini mereka sangat merindukan kita, merindukan saudara seakidah mereka mengulurkan tangan membantu mereka berdiri, mengusap air mata mereka, memeluk mereka dikala mereka ketakuatan.

Bahkan mereka senantiasa menyertakan kita disetiap do’a, mereka begitu mencintai kita dan berdo’a kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar apa yang terjadi di Suriah tidak terjadi di Indonesia.

Saudaraku, mereka mencintai kita karena Allah, masihkan pantas kita mengacuhkan mereka yang sangat mencintai kita?.

(Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam

Tragis! Korban Perang Suriah Makan Kucing, Rumput dan Sampah

Pemandangan menyeramkan warga sipil Suriah kelaparan akibat perang mulai muncul di dunia maya.

Negara itu seolah terisolasi dari dunia luar sejak terjadi peperangan yang melanda sejak beberapa tahun lalu.

Khususnya ada beberapa warga yang tinggal di tiga kota yang dikepung dari pasukan Assad dan pemberontak, mereka terisolasi dan terpaksa makan kucing, anjing dan rumput karena kesulitan mendapatkan makanan.

 

Menyedihkan, kondisi umum di Madaya dekat Damaskus yang telah dikepung oleh pasukan Assad sejak Juli, juga Foua dan Kfarya, para aktivis mengatakan warga yang putus asa terpaksa makan hewan liar.

Beberapa dari warga bahkan telah dibunuh oleh penembak jitu atau ranjau darat saat mengais makanan, kondisi makin parah apalagi Foua dan Kfarya berada di dalam kekuasaan pemberontak sudah lebij dari satu tahun.

Warga di tiga kota yang terjebak di tiga kota itu tak hanya dipaksa untuk makan kucing dan anjing dan jika sakit mereka harus dioperasi tanpa anestesi.

 

Situasi makin memburuk setelah konflik makin tajam hingga membuat harga makanan termasuk susu bayi melonjak hingga $ 300 untuk 900g.

Seorang pimpinan gerakan lokal yang menyebut dirinya dengan nama Samir Ali mengatakan kota perbatasan gunung Madaya telah dikepung sejak awal Juli dan kondisi diperburuk dengan cuaca dingin dan kurangnya pasokan.

Bahkan warga terpaksa membakar pintu rumah mereka untuk menghangatkan diri dari serangan cuaca dingin.

Dia mengatakan kepada kantor berita Associated Press melalui Skype harga barang barang kebutuhan melonjak luar biasa.

Sumber lain; aktivis yang keluarganya ada di Madaya mengatakan kepada BBC: ‘Warga sekarat. Mereka mengais makanan di tanah. Mereka makan kucing dan anjing.”

Beberapa kasus kematian di Madaya dalam beberapa pekan terakhir dikaitkan dengan kurangnya makanan kata Rami Abdurrahman dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

Mereka tak bisa keluar sebab setidaknya ada 25 pos pemeriksaan mencegah keluar dari wilayah konflik.

Laman Facebook yang menggambarkan kondisi di Madaya sudah mengunggah foto yang disebutkan beberapa orang tua mati kelaparan. Foto-foto itu belum dikonfirmasi secara independen.

Tidak diketahui berapa banyak orang tewas dalam Foua dan Kfarya.

Pawl Krzysiek, juru bicara Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Suriah mengatakan situasi di desa-desa Foua, Kfarya dan Madaya sangat mengerikan terlebih pada musim dingin.

Koalisi Nasional Suriah, menyerukan kepada PBB dan masyarakat internasional agar memberikan bantuan ke Madaya dan tak menunda, sebab akan menyebabkan lebih banyak kematian di antara warga sipil tak berdosa.

 

sumber: Bangka.TribunNews

Madaya Menjerit, Masihkah Kita Diam

Oleh: Reny Istiqomah

Sekitar seratus pengungsi Suriah tanpa tempat tinggal terpaksa berlindung di tenda-tenda. Hal itu harus mereka jalani meski Provinsi Lattakia di Suriah sedang menghadapi musim salju.

Kondisi wilayah Madaya jauh lebih para. Sekitar 40.000 orang kelaparan akibat blokade yang dilakukan rezim dan milisi Hizbullah.

Akibat kondisi ini, warga Madaya terpaksa memakan kucing dan anjing, bahkan sampah dedaunan. Meski di Jenewa digelar perundingan damai di Suriah, keadaan warga Madaya tetap memburuk, korban demi korban terus berjatuhan.

Melihat kondisi Suriah yang sudah sedemikian parah masihkah kita diam? Di mana rasa kemanusiaan terhadap saudara kita? Padahal Islampun menyuruh menyembelih dengan cara yang baik, itu terhadap binatang.

Lantas kepada manusia, naluri mana yang masih menerima pembantaian anak manusia ini. Masihkah kita berdiam mendengar jeritan tangis anak anak di Suriah? Masihkah kita pura-pura tak melihat tumpahn darah dari luka korban pembantaian tersebut?

Mari bersikap adil, jika kita masih mempermasalahkan perbedaan bangsa. Sedangkan Allah telah menjadikan kita bersaudara tanpa terikat nasionalisme apapun.

Allah jadikan Islam sebagai ikatan terkuat di antara kita. Jika ada yang beralasan bahwa ini hanya konflik antara penguasa dan rakyat. Bukankah ia telah melihat bagaimana pembantaian itu terus berlangsung di tengah mereka.

Bagaimana perasaan kita jika di antara para mayat itu terdapat para mayat ibu kita, istri kita, atau anak anak kita. Padahal di antara mayat ada orang orang yang harus lebih kita sayangi dari keluarga kita, mereka adlah saudara saudara kita sesama muslim.

Bukan ukhuwah kita yang memudar, ukhuwah hanyalah pancaran dari iman. Iman kitalah yang melemah, yang menjadikan kita tak memiliki ikatan ukhuwah ini. Ia yang membuat kita hanya terfokus pada diri sendiri dan acuh pada masalah umat. Sedang Rasululloh mengingatkan,
“Barang siapa yang acuh terhadap urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka”(al hadits)

Mari pupuk kembali iman kita, agar kita mampu merasakan ikatan ukhuwah ini. Mari jadikan iman kita cahaya yang mampu memancar kedalam hati, sehingga tumbuhlah rasa ukhuwah kita terhadap sesama.

 

sumber: Bumi Syam

Bumi Syam Memanggilmu..!

Suriah terus memanas. Konflik berjalan begitu dahsyat. Begitu banyak kepentingan yang bermain di dalamnya. Bahkan gencatan senjata yang diusung PBB sekalipun tak mampu meredam penderitaan penduduk Suriah. Korban demi korban tetap berjatuhan di tengan kesepakatan damai.

Palestina pun mengalami hal serupa. Meskipun wacana perundingan damai telah digadang-gadangkan Israel sejak lama, namun perdamaian tak jua tercipta. Bagaimana mungkin? Sedang mereka sendiri yang merusak perjanjian damai itu sendiri. Berkali-kali kesepakatan dibuat namun mereka tak jua menghentikan serangan kepada penduduk palestina.

Apa yang menimpa kaum muslimin di sana juga bagian dari penderitaan kita . Duka mereka adalah duka kita. Karena mereka adalah keluarga kita, saudara-saudara yang berhak mendapatkan bantuan kita.

Wahai kaum muslimin,

Sungguh bumi Syam memanggilmu! Karena Quds milik kaum muslimin sedang tertawan oleh para zionis. Padahal ia adalah warisan para nabi dan kiblat pertama kaum muslimin. Padahal ia telah menjadi saksi kegagahan para pahlawan kaum muslimin saat pembebasannya sampai akhirnya kini tertawan kembali.

Bumi Syam memanggilmu!.

Sebagai bentuk tali persaudaraan antara kaum muslimin. Mereka memanggilmu untuk memberikan bantuan apapun yang kau mampu berikan. Sebagaimana mereka juga membantu warga Bekasi yang dilanda banjir. Logika mana yang mmampu menalar ketulusan penduduk Gaza, sedang mereka dalam kondisi terisolasi oleh para zionis.

Bumi Syam memanggilmu!

Untuk membela seorang pemuda 16 tahun yang ditembak mati oleh Israel. Pemuda bernama Syahid Ahmad Yusuf. Juga seorang bocah yang dikepung oleh tentara Israel lantas di tembak kaki kanannya. Sedang bocah itu hanya mampu merangkak untuk menyelamatkan diri di tengah hujan peluru yang mengarah kepadanya.

Bumi Syam memanggilmu! Untuk membela kaum muslimin Suriah yang terbunuh dengan dalih memerangi terorisme. Bahkan untuk para bocahpun mereka anggap sebagai teroris yang layak untuk dibunuh. Logika mana yang mampu menalar hal tersebut?

Serangan rezim Suriah dan para sekutunya terus menelan korban jiwa. Bahkan di tengah gencatan senjata sekalipun. Selama rentang 26 januari sampai 9 maret, 2260 penduduk Suriah merenggang nyawa. Termasuk 353 anak-anak, 227 adalah wanita. Dan lebih dari 50 orang disiksa sampai mati.

Bumi Syam memanggilmu!

Karena penduduk Suriah harus duduk selama 5 tahun di bawah pengepungan dan serangan udara. Selama 5 tahun mereka hidup dengan bayang-bayang bom birmil. Bahkan mereka diserang dengan gas klorin beberapa bulan yang lalu.

Bumi Syam memanggilmu!

Karena ia adalah bumi yang diberkahi. Dalam sebuah hadits, Rosululloh bersabda,
“Ya Allah, berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah saw menjawab: Di sana (nejed) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul dua tanduk syetan.” (HR. Bukhari)

Bumi Syam memanggilmu!

Karena bukan ia yang membutuhkanmu namun engkau yang membutuhkannya. Karena keutamaan dan janji Allah bagi bumi mulia ini. Lantas masihkah kau mengacuhkannya?

(Reny Istiqomah)

 

sumber: Bumi Syam

Kisah Derita Anak-anak Suriah dalam Kepungan Perang

ACTNews, DAMASKUS – Hingga hari ini, perang Suriah terus menyajkan cerita duka tiada henti. Kabar terbaru yang dirilis dari Suriah setiap harinya pasti mampu mengurai air mata kesedihan. Tak bisa dipungkiri lagi, Kejahatan kemanusiaan karena kepungan perang di Suriah sudah dalam batas-batas yang tak bisa lagi dimaafkan.

Kepungan perang bukan saja memicu gelombang ledakan migrasi besar-besaran pengungsi Suriah di Benua Eropa, namun juga menggadaikan hak-hak anak Suriah untuk menatap kehidupan yang lebih baik. Anak-anak Suriah yang hidup dalam kepungan perang mau tak mau harus menerima kenyataan, jika perang tak berakhir maka masa depan mereka akan musnah diterjang deru peluru.

We have no children any more, only small adults,” ujar Rihab, seorang perempuan yang hidup di timur Ghouta, dekat Damaskus, mengutip laman theguardian.

Puluhan ribu anak-anak kecil yang terbaring lemas dalam kondisi sakit hanya bisa mendapatkan perawatan di titik-titik perbatasan yang sudah ditentukan oleh militan, kepungan perang dan ranjau darat yang tertanam dimana-mana tak mengizinkan mereka berjalan lebih jauh keluar dari desa untuk mendapatkan pengobatan yang lebih layak.

Bahkan karena jalur distribusi bantuan sama sekali tak bisa ditembus akibat blokade perang dari pihak-pihak yang bertikai, memaksa anak-anak Suriah dan keluarga kecilnya bertahan hidup dengan memakanan pakan hewan dan rebusan dedaunan. Sementara itu, Ibu dan Ayah mereka terpaksa membakar matras atau kasur, demi menjaga anak-anak mereka tetap dalam kondisi hangat di tengah cuaca dingin yang menusuk tulang.

Kondisi ini dilaporkan oleh Save the Children dalam rilisan terbaru mereka yang mengisahkan kondisi terkini anak-anak Suriah. Laporan yang disusun setelah melakukan diskusi dan interview mendalam dengan ratusan orang tua, anak-anak, dokter, dan pekerja kemanusiaan di dalam kamp pengungsian yang terkepung milisi bersenjata dekat Damaskus.

Kematian bagi anak-anak Suriah nampak sangat dekat di depan mata karena pasokan obat-obatan yang sangat tidak mencukupi. Obat bius, penahan rasa sakit (painkillers) dan obat-obatan untuk penyakit kronis lainnya nihil tersedia bagi ratusan ribu anak-anak Suriah. Bahkan ancaman rabies mulai merebak karena absennya vaksin penyakit selama bertahun-tahun bergulirnya perang.

Lebih buruk lagi, anak-anak Suriah perlahan menunggu ajal karena wabah malnutrisi makin merebak imbas dari buruknya standar gizi dan sanitasi anak-anak Suriah dalam periode perang. Sementara itu, ranjau darat dan tatapan sniper dari jendela-jendela rumah menunggu siapapun yang nekat melarikan diri dari kepungan perang. Akibat blokade total ini, puluhan bahkan ratusan desa terpencil di Suriah mustahil untuk ditembus oleh konvoi medis dan bantuan kemanusiaan. Kenyataan ini membuat dunia semakin berduka.

Ahmed, seorang anak laki-laki yang hidup di tengah kepungan perang di Douma, kota kecil dekat Damaskus, Suriah mengisahkan ketakutannya akan perang. “Setiap Aku mendengar suara tank atau pesawat di atas rumah, Aku langsung merasa begitu ketakutan dan seketika berlari berlindung di balik kasur,” kisahnya pilu.

Sejak 5 tahun lalu, sampai dengan hari ini, lalu esok, dan entah sampai kapan kisah pilu itu nyata terjadi di depan mata. Bukan di medan Perang Dunia Ke-2 , bukan di kamp pengungsian perang dingin bekas Uni Soviet. Kejadian itu betul-betul sedang terjadi hari ini.

Penderitaan nyata yang dirasakan oleh sekitar 1 juta warga Suriah yang masih bertahan dan tak bisa keluar dari blokade perang Suriah. Seperempat dari jumlah tersebut adalah anak-anak yang hidup menatap suramnya masa depan mereka di dalam blokade perang.

“Ketakutan akan perang sudah berada di tiap tarikan napas kami, anak-anak Suriah hari ini menunggu giliran mereka untuk mati, bahkan kami orang dewasa pun hidup hanya untuk menunggu giliran mati,” ungkap Rihab, mengutip theguardian.[]

 

 

sumber: ACT

Lima Ribu Bayi Suriah Lahir Kamp Pengungsi Yordania

Semua orang bahagia dengan lahirnya 5.000 bayi di sebuah kamp pengungsian Suriah, tepatnya di klinik Zaatari.

Salah satunya adalah Rima, anak kedua dari Khouloud Ahmad Suleiman (21 tahun), dan suaminya Mohammad Salameh (22 tahun) yang lahir pada hari selasa.

Sedangkan Alaa (2 tahun), ia juga lahir di Zaatari, sebuah kamp pengungsian yang menampung sekitar 80.000 pengungsi Suriah.

Rata-rata proses melahirkan normal dan tidak ada kematian, kata dr. Rima Diab, yang membantu proses melahirkan di klinik Zaatari.

Jika ada komplikasi atau keadaan darurat seperti operasi caesar, ibu tersebut akan dibawa ke rumah sakit besar di kamp Maroko.

Namun jika keadaan ibu melahirkan memburuk, atau bayinya yang baru lahir membutuhkan perawatan intensif, mereka akan dibawa ke rumah sakit Mafraq, yang berada di luar kamp dan di jaga dengan ketat.

Sebagaimana yang dilansir oleh Al Jazeera (2/03), dari 635.000 pengungsi yang terdaftar di Yordania, sekitar 16.000 diantaranya adalah wanita hamil.

Bayi yang lahir di Zaatari menerima kartu pendaftaran UNHCR, dan akta kelahiran Yordania, meskipun ini tidak sama dengan kartu kewarganegaraan. (Eka Aprila)

 

Sumber: Al Jazeera/ Bumi Syam