Antisipasi Perubahan Cuaca, Perbanyak Minum Air Putih

Untuk mengantisipasi gangguan kesehatan akibat perubahan cuaca, selama tinggal di Tanah Suci, para jamaah haji disarankan banyak minum.
Kesibukan para jamaah untuk beribadah sering kali melalaikan minum. Padahal, kebutuhan minum menjadi hal penting untuk menjaga stamina tubuh. Minimal dalam satu hari seorang jamaah harus minum air putih rata-rata sampai tiga liter.

Mengonsumsi air putih yang banyak adalah cara terbaik untuk mengatasi perubahan cuaca dan gangguan kesehatan.

Jika jamaah sedang berada di Makkah maupun Madinah minumlah air zam-zam karena air zam-zam tersedia di setiap sudut masjid. Minum air yang banyak akan menghindari dehidrasi yang akan mengakibatkan gangguan kesehatan.

Terpenuhinya kebutuhan tubuh terhadap cairan merupakan hal yang paling pokok bila para  jamaah mengharapkan tetap dalam kondisi sehat selama di Tanah Suci.

Bahkan, tidak peduli dalam kondisi cuaca yang panas, pada waktu kondisi cuaca dingin pun tubuh tetap harus mendapat pasokan cairan yang cukup. Sebab, bila tidak, maka tubuh akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi.

Ini Tiga Tempat Memanjatkan Doa: Raudah, Multazam, dan Arafah

Orang terkadang lupa, mana pokok mana cabang. Maksudnya, mana yang bila dikerjakan memperoleh pahala besar dan mana pula yang beroleh secukupnya. Padahal, ada tiga tempat penting untuk memanjatkan doa. Tempat ini memberi kemungkinan doa ‘langsung dan cepat’ sampai kepada Allah SWT dan cepat pula beroleh ‘tanggapan’.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tempat sebaik-baiknya berdoa di Medinah adalah antara mimbar dan rumahku”. Mimbar itu adalah tempat pertama-tama Nabi berkhutbah di masjidnya. Sedang yang dimaksud ‘rumahku’ sekarang adalah makam beliau. Kedua tempat itu kini berada di bagian depan Masjid Nabawi yang anggun. Namanya Raudah, sebuah ruang sempit yang dibatasi sisi makam Nabi (bersama Umar dan Abu Bakar) dan tiang-tiang yang berbeda dengan tiang lain. Tempat ini bisa menampung 100 orang lebih.

Jamaah selalu berebut untuk memperoleh kesempatan salat, membaca Alquran, zikir, dan berdoa di tempat ini. Tidak jarang orang hanya memperoleh tempat selebar amplop surat untuk meletakkan kepala ketika sujud. Itu pun, tidak jarang harus dilangkahi dan disenggol oleh kaki-kaki orang lain.

Yang terpenting di Raudah ini –selain berdoa– kita mengulang kembali dua kalimat syahadat sekhusyuk-khusyuknya. Jamaah pria memperoleh kesempatan tiap hari asal sabar dan tekun menyusup ke Raudah. Jamaah wanita seminggu hanya memperoleh kesempatan dua atau tiga hari, itu pun hanya beberapa jam.

Di sisi lain, kelakuan orang macam-macam terhadap makam ini. Sebenarnya sudah termasuk syirik. Misalnya meratap, mengelus-elus dinding, bahkan menciumnya. Sebenarnya ucapan yang paling tepat di dekat makam Nabi adalah “Assalammualaikum, ya Rasulullah”. Jamaah wanita lebih seru lagi. Mereka meratap dan melolong-lolong, terutama mereka yang dari Afrika.

Lain lagi dengan di Masjidil Haram. Incaran orang hampir selalu Hajar Aswad (batu hitam) yang tertempel di sudut tenggara Ka’bah. Garis lurus di lantai berwarna coklat dari sudut ini adalah sebagai pertanda awal dan akhir orang tawaf. Banyak orang berjuang keras, berdesakan, sikut-sikutan untuk bisa mencium Hajar Aswad.

Anjurannya adalah akan lebih baik setiap kali selesai satu putaran tawaf, mencium Hajar Aswad. Tapi, kini tidak mungkin karena jumlah yang tawaf demikian banyaknya. Karena itu, anjurannya adalah orang yang tawaf cukup menghadap atau menengok Hajar Aswad dan mengangkat tangan sambil berucap, “Bismillahi Allahu Akbar”.

Tempat terpenting di sekitar Ka’bah adalah justru hanya setengah langkah dari Hajar Aswad, yaitu antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Tempat ini bernama Multazam. Sering orang mengabaikan tempat yang sangat penting tersebut, malah berjuang mati-matian untuk mencium Hajar Aswad.

Tempat berikut yang sangat penting adalah Arafah. Wisuda haji hanya sekali setahun dan itu dilakukan di padang pasir Arafah. Waktu yang paling tepat adalah setelah shalat Zhuhur dan Asar, qosor jamak takdim, yang diikuti khutbah wukuf dan doa-doa. Doa bersama berakhir sekitar pukul 16.00 waktu setempat.

Setelah itu, jamaah diminta ke luar kemah. Panas matahari masih terik. Dengan menghadap ke Jabal Rahmah, masing-masing berdoa, apa saja yang dimaui setelah –tentu saja– bertobat dan mohon ampun. Ketika itulah orang seperti berhubungan langsung dengan Tuhan. Berkas-berkas matahari seperti langsung mengebor ubun-ubun. Setelah memohon habis-habisan ini, orang bertangis-tangisan, laki-laki dan perempuan, bersalaman minta maaf, dan lain-lain. Orang harus percaya, setelah dari Arafah ini seperti lahir kembali dengan bersih. Dosa-dosanya dimaafkan Allah.

 

sumber: IHRAM

Saat Mengunjungi Masjid Al-Haram

Mengunjungi Masjid Al Haram di Makkah, Arab Saudi merupakan kesempatan emas yang diinginkan setiap Muslim. Ketika berhasil menginjakkan kaki di Tanah Suci ersebut, khususnya di Majidil Haram, Anda diharapkan mematuhi etika untuk menjaga kesopanan dan kesucian tempat tesebut.

Ada beberapa etika yang harus diikuti oleh jamaah haji dan umrah, atau siapapun yang berada di dalam kompleks tersebut. Apa saja? Simak penjelasan berikut:

1. Menjaga kebersihan diri.

Hal ini dapat ditunjukan dengan mengenakan pakaian rapi dan bersih saat mengunjungi Masjid Al-Haram. Pastikan tubuh dan pakaian yang bersih dan murni. Jika Anda baru saja mengonsumsi bawang, sebaiknya tunggu sampai aroma bawang di mulut Anda hilang. Barulah pergi ke masjid.

Jaabir Ibnu ‘Abdullah (RA) melaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dia yang telah memakan bawang putih atau bawang merah harus menjauhkan diri dari kami atau masjid kami. Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah harus tinggal jauh dari kami atau dari masjid kami, dan ia harus tetap di rumahnya (Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang telah memakan bawang putih atau bawang merah (atau semacamnya) harus menjauh sementara agar jangan sampai menyebabkan ketidaknyamanan kepada sesama jamaah lain yang datang untuk beribadah karena bau menyengat.

2. Saat masuk ke dalam masjid, melangkahlah dengan kaki kanan dan membaca doa.

Berapa banyak dari kita yang telah menghafal doa memasuki masjid? Jika Anda belum, maka sudah saatnya menghafal doa tersebu. Hal ini sangat dianjurkan ketika memasuki Masjidil Haram dan masjid lainnya.

3. Melakukan shalat tahiyyatul masjid.

Etika yang tak kalah penting yaknj melakukan shalat dua rakaat. Hal ini terlihat dari hadis berikut. Abu Qatadah melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika salah satu dari Anda datang ke masjid, dia harus shalat dua rakaat sebelum ia duduk” (Fiqh Us Sunnah, Volume 2, Halaman 70). Shalat ini didirikan untuk menghormati kesucian dan kebesaran rumah Allah.

4. Habiskan waktu dengan mengingat Allah SWT.

Saat Anda berada di Masjidil Haram atau masjid lainnya, manfaatkanlah kesempatan tersebut untuk berdzikir kepada Allah SWT. Berdzikir lebih banyak mendatangkan manfaat daripada mengobrol terus menerus dengan siapapun di sebelah Anda. Sibukkanlah diri dengan menyebut nama Allah SWT, memuji-Nya, serta memohon ampunan-Nya.

5. Bacalah doa ketika meninggalkan masjid.

Tak hanya ketika memasuki masjid. Sebaiknya Anda pun membaca doa tatkala meninggalkan masjid. Lalu melangkahlah keluar dengan menggunakan kaki kiri terlebih dahulu. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pasar adalah tempat terburuk dan masjid adalah tempat terbaik di Bumi.” Pasar disebut- sebagai tempat terburuk karena dapat membuat umat lebih mengutamakan urusan duniawi melalui perdagangan dan belanja. Sebaliknya, masjid adalah tempat terbaik karena mampu melepaskan umat dari urusan dunia dan membawa lebih dekat kepada Allah SWT.

 

sumber: IhramCoID

Persiapan Umrah Bagi Lansia

Pelaksanaan ibadah umrah dari segi waktu lebih fleksibel daripada ibadah haji. Setiap tahunnya, jumlah jamaah umrah asal Indonesia merupakan yang terbesar dibanding negara lainnya. Sebagian dari jamaah umrah tersebut adalah kaum lanjut usia atau biasa disebut lansia.

Ibadah umrah mempunyai keutamaan untuk memperoleh ampunan Allah SWT dan menutupi (kafarat) kesalahan-kesalahan yang diperbuat. Selain itu, dengan berjiarah ke Tanah Suci seorang Muslim dapat memperbaharui dan meningkatkan iman.

Ada beberapa kesiapan yang perlu dipersiapkan kaum lansia sebelum menunaikan umrah.

Pertama adalah setiap Muslim yang hendak berumrah perlu mempersiapkan niat yang bersih beribadah hanya karena Allah SWT. Meminta ampun dan bertobat kepada Allah SWT.

Niat yang baik hanya karena Allah harus dimiliki siapa saja, baik jamaah lajut usia maupun muda, yang ingin melaksanakan umrah.

Pasalnya, setiap Muslim yang memiliki niat beribadah karena Allah dengan tulus tidak akan merasa berat dalam melaksanakan seluruh rangkaian ibadah umrah. Selian itu, niat yang ikhlas akan mendorong seseorang untuk beribadah lebih khusyu dan maksimal.

Tips kedua, adalah dengan memperdalam ilmu umrah  (rukun, wajib, sunnah, urutan, dan geraknya). Oleh karena itu, manasik umrah,, seperti ihram dari miqat, tawaf, dan sa’i sangat penting untuk dilakukan agar para lansia benar-benar memahami tata cara berumrah. Karena itu, peran pembimbing umrah sangat penting’”

Dari segi kekuatan fisik, kaum lansia memiliki keterbatasan dibandingkan orang muda. Oleh karena itu, imbuh dia, sebelum berangkat ke Tanah Suci, para lansia sebaiknya menjaga kesehatan.

Itu dapat dilakukan dengan  makan-makanan yang mengandung gizi seimbang, banyak serat, dan tak banyak mengandung lemak. Jangan lupa pula istirahat yang cukup, dan olahraga ringan yang cocok untuk lansia. Ada baiknya, para lansia juga divaksin meningitis dan influenza agar tidak tertular penyakit. Persiapan obat-obatan juga sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Para lansia diimbau untuk membawa perlengkapan seperlunya, antara lain pakaian secukupnya, bahan makanan yang kering, peralatan makan, kain ihram, sandal, pelengkapan mandi dan shalat.

Sebaiknya, golongan orangtua ini juga membawa uang secukupnya, dan tidak perlu membawa perhiasan mencolok. Saifullah mengungkapkan, bagi lansia yang kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan, dapat membawa pendamping untuk membantu segala aktivitas di Tanah Suci.

 

sumber:IhramCoID

Para Calon Haji Bersiaplah Agar Mampu Berjalan Jauh!

Tanpa terasa renovasi Masjidil Haram akan segera tuntas. Semenjak Ramadhan lalu bentuk perluasan mataf (pelataran tawaf) sudah bisa terlihat. Bagian bangunan berbentuk kerucut putih peninggalan Kesultanan Otoman sudah tidak akan terlihat lagi. Satu persatu pilar, atap, dan tembok banguan yang berdiri pada 1920-an dirobohkan. Lantai mataf kian leluasa hingga makin terasa lapang ketika melakukan tawaf,

Saat itu, sebelum tiba bulan Ramadhan, atau berbarengan dengan penggusuran bangunan atap berbentuk kubus putih tersebut, tempat tawaf sementara knock down juga ikut dibongkar. Satu persatu besi penyangganya dicopoti. Pagi, siang, malam, ratusan pekerja sibuk melakukan pembongkaran. Pekerjaan hanya berhenti ketika waktu shalat tiba.

Maka keluhan bila melakukan tawaf di lantai dasar atau berada di tempat tawaf yang di seputaran Ka’bah terasa sesak kini mereda. Namun, meski berbagai penyekat dari proyek perluasan masjidil haram dan bangunan lama di sekitar mataf itu sudah tak ada lagi, khusus untuk jamaah yang memakai kursi roda  tetap dilarang melakukan tawaf di mataf. Mereka diminta melakukan tawaf di lantai dua Masjidil Haram.

Sebagai akibat kian purnanya perluasan Masjidil Haram, maka bangunan ini pun akan segera semakin luas. Bangunan masjid baru yang berada di samping belakang kini sudah siap disambungkan. Tinggal beberapa pengerjaan finishing yang tengah dilakukan seperti pembuatan jembatan, pemasangan lantai, dan pengerjaan berbagai panel listrik, pendingin udara, dan lainnya.

Memang bagi jamaah umrah atau jamaah haji yang muda dan berbadan sehat suasana masjid yang lapang dan indah kini telah hadir di depan mata. Luas lantai tawaf (maaf) menjadi berlipat-lipat, kapasitasnya empat kali dari yang dahulu. Dipastikan, suasana berdesakan akan lumayan terurai terutama di masa akhir Ramadhan dan puncak haji.

Namun, setelah pacaperluasan lantai mataf usai,  beban baru jamaah lanjut usia atau mereka yang jamaah yang mengunakan kursi roda bertambah berat. Mereka harus melakukan tawaf di lantai dua Masjidil Haram. Akibatnya, jarak tempuh putaran tawaf enjadi semakin panjang. Setiap satu putarannya akan mencapai sekitar  satu kilo meter. Jadi kalau jumlah putaran tawaf mencapai tujuh putaran, maka nanti jamaah lansia dan mengenakan kursi roda tersebut, harus menempuh perjaanan hingga lebih dari tujuh kilo meter.

Tentu saja, setelah melakukan tawaf untuk menuntaskan ibadah haji atau umrah sebelum diperbolehkan melakukan tahalul, para jamaah harus juga melakukan sa’i. Prosesi untuk mengenang gerak Siti Hajar yang ini dilakukan dengan berjalan biasa hingga berlari kecil antara buit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, maka bila satu putaran tawaf jaraknya mencapai 500 meter, maka untuk tujuh kali jalan tersebut jamaah pun harus berjalan hingga 3,5 kilometer.

Alhasil bila ditotal, untuk menyelesaikan prosesi tawaf dan sa’i seorang jamaah haji dan umrah harus menempuh perjalanan sekitar 11 kilometer. Sebuah jarak yang lumayan jauh.

 

Lalu berapa lama tawaf diselesaikan seandainya ada jamaah yang mengantarkan orang tuanya melakukan tawaf dengan menggunakan kursi roda? Jawabnya: Memang relatif!

Mengapa demikian? Ini karena tergantung dari kemampuan jasmani, kesempatan waktu, suasana kepadatan area  tawaf yang ada di Masjidil Haram. Pada hari ketika tidak ada jamaah umrah (yakni setelah Idul Fitri sampai datangnya rombongan pertama jamaah haji), suasana arena tawaf memang masih lenggang. Orang tawaf memang masih tetap ada sepanjang waktu, cuma jumlahnya tak terlalu banyak. Bahkan antrean untuk mencium Hajar Aswad hanya sekitar sepuluh orang saja.

Nah, pada saat itu orang yang berada di Masjidil Haram dapat mencium Hajar Aswad secara lebih leluasa. Waktu untuk tawaf pun sangat singkat, tak lebih hanya 10 menit untuk tujuh putaran. Saking longgarnya pada saat itu bisa shalat sunat di Hijir Ismail sepuasnya atau berulang kali.

Namun, suasana ini sontak berbalik ketika jamaah haji sudah mulai berdatangan atau pada bulan-bulan biasa ketika kesempatan umrah dibuka. Area tawaf menjad hiruk-pikuk. Mencium Hajar Aswad dan shalat di Hijir Ismail atau berdoa persis di depan Multazam menjadi barang langka.

Nah, dalam suasana padat itu maka tawaf di lantai dua bersama para lansia dan jamaah yang memakai kursi roda benar-benar jadi pilihan. Bahkan, para asykar yang pada hari biasa masih mau memberikan sedikit kelonggaran bagi jamaah berkursi roda untuk tawaf di mataf, maka kala itu yakni bila  menjumpai jamaah seperti ini mereka pun  langsung mengarahkan agar naik tempat tawaf yang berada di lantai dua.

Alhasil, karena memakai area tawaf di lantai dua itu, waktu tawaf menjadi panjang yang awalnya tak lebih dari 10 menit itu. Berangkat dari pengalaman melakukan umrah pada awal pertengahan tahun lalu, bila melakukan tawaf di lantai dua sembari mendorong kursi roda, proses ini bisa memakan waktu hingga 3,5 jam. Dan total jendral, bila disertai dengan Sa’i ditambah istirahat serta mengerjaan berbagai shalat sunat dan istirahat, maka proses ini akan memakan waktu sekitar lima jam. Ini dijalani dalam suasana hari umrah biasa, bukan pada masa puncak haji atau akhir Ramadhan.

Semakin panjangnya jalur tawaf setelah usainya proyek perluasan Masjidil Haram dibenarkan salah satu pejabat di Kantor Urusan Haji (KUH) KBRI di Jeddah. Menurutnya, dengan semakin luasnya area tawaf, maka proses tawaf akan memakan jarak yang lama. Memang kalau memakai tempat tawaf di lantai dua dan sealigus menyelesaikan sa’i maka setiap jamaah harus menempuh perjalanan sepanjang 11 kiometer.

“Maka para calon jamaah haji harus menyiapkan kebugaran jasmani yang baik. Ingat ibadah haji itu lebih banyak merupakan ibadah fisik,’’ katanya.

Menyadari kenyataan tersebut, terutama untuk para calon haji dan umrah yang lanjut usia atau memakai kursi roda, mulai sekarang bersiaplah secara serius. Pahamilah bahwa haji itu ibadah yang membutuhkan kesemaptaan fisik. Paling tidak kepada para calon jamaah yang akan berangkat pada tahun ini, hendaklah semenjak hari ini hingga tiba waktu keberangkatan haji, merekai sudah terbiasa berjalan jauh.

 

sumber:RepublikaOnline

Hal kecil yang punya arti besar di Tanah Suci

Tidak sedikit jamaah haji yang membawa Handphone, Camera foto digital hingga Handycam yang perlu disetrum atau di charge power-nya. Jumlah tusukan atau colokan untuk menyetrum di hotel dan pemondokan terbatas dan belum tentu cocok. Semuanya ingin men-charge powernya dalam waktu yang relatip lama. Rata-rata sekitar 1 sampai 3 jam. Untuk mengatasinya, sebaiknya setiap calon haji sudah mempersiapkan diri dari tanah air, minimal membawa colokan listrik “Leter T” dan Colokan listrik “Kaki Tiga”.

Siapa tahu colokan listrik yang tersedia di situ hanya bisa dipakai dengan colokan listrik kaki tiga. Sehingga kita sudah siap. Harganya pun tidak mahal dan.. Colokan tersebut sebaik-nya dimasukkan ke dalam tas tentengan jamaah yang bisa dibawa ke dalam kabin pesawat. Serta bisa dibawa ke kemah di Arafah dan Mina. Di situ pun kita perlu menyetrum HP maupun camera digital dan Video. Tempat menyetrum, ada kalanya di luar tenda yaiutu didekat lampu taman. Di situ ada colokan listriknya dan sudah dipakai oleh belasan Charger HP.

Memori Card

Objek menarik yang perlu difoto melimpah. Sehingga tidak sedikit kamera foto digi-tal maupun handycam yang memori atau penyimpan gam-barnya menjadi Full. Tidak bisa dipakai untuk memotret atau merekam gambar. Jalan keluar-nya yang paling praktis yaitu membawa memori cadangan yang memadai dari tanah air. apa lagi kalau dibelinya ditem-pat penjual kamera kita tersebut. Sehingga pasti pas dan cocok. Kita pun bisa minta diajari cara memasangnya.

Harga memori di tanah air relatip lebih murah dibandingka di Arab Saudi. Semua kamera dan memori cadangan tersebut dimasukkan ke dalam tas kecil atau tas gantung penyimpan paspor. Atau bisa juga meng-gunakan tas kamera. Walaupun tas yang terkhir ini sering menjadi masalah, karena diang-gap bukan tas resmi haji yang disediakan oleh Garuda. Buat mereka yang masih memilik handycam analog dengan media penyimpan rekamannya beru-pa kaset video. maka mereka bisa dibilang lebih asyik.

Cukup menyiapkan diri dengan sejumlah kaset rekaman yang harganya mungkin alat foto atau kaset rekaman kita disita. Hal kecil lainnya yang tak kalah menarik yaitu menyi-apkan ‘Karet Gelang’ dalam jumlah yang cukup. Pertama untuk aneka keperluan. Dan yang kedua ini cukup unik. Sejumlah jamaah melengkapi diri dengan karet gelang di tangan kanan atau kiri mereka sebanyak 7(tujuh) karet gelang sewaktu Thawab dan Syai yaitu untuk menghitung putaran. Setiap satu putaran dicapai, gelang karet yang ada di tangan kanan, kita pindah ke tangan kiri atau sebaliknya sebagai tanda jumlah putaran. Sehingga tak perlu repot menghitung jumlah putaran yang sudah kita lakukan. (Bagus Wahyono)

 

sumber: Kemenag RI

Jangan Tergiur Umrah Berbiaya Murah, Ini Alasannya

Calon jamaah umrah diminta mewaspadai keberadaan biro perjalanan (travel) umrah ‘nakal’. Pasalnya travel jenis terbut hanya akan merugikan calon jamaah.

Anggota Komisi VIII DPR RI Khatibul Umam Wiranu mengatakan, masyarakat jangan mudah tergiur dengan travel umrah berbiaya murah. Harga murah di bawah standar  akan membawa dampak negatif bagi jamaah saat di Tanah Suci.

Misalnya penelantaran transportasi jamaah hingga katering makanan yang tidak layak. “Harusnya regulasi dibenerin. Untuk itu kami mengusulkan adanya undang-undang haji dan umrah,” kata dia kepada Republika.co.id saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/2).

Namun mengingat proses pengadaan UU tersebut cukup lama, maka harus ada tindakan tegas kepada penyelenggara travel ‘nakal’. Politikus dari Partai Demokrat tersebut mengatakan tindak lanjut travel ‘nakal’ jangan hanya diserahkan ke kepolisian, tapi juga harus ada sanksi dari pemerintah misalnya dengan pembekuan izin travel.

Dia mengimbau masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan tawaran umrah berbiaya murah plus iming-iming wisata tambahan dan lainnya. Selama ini, dia melihat jamaah umrah yang terlantar adalah mereka yang dijanjikan harga murah.

Jangan juga percaya travel umrah model multilevel marketing (MLM). Misalnya apabila satu orang bisa mengajak lima atau sepuluh orang umrah, maka seseorang tersebut bisa mendapatkan perjalanan umrah gratis.

“Banyak yang tertipu. Inginnya untung, tapi di ujung merugi, malah harus berurusan dengan polisi,” ujarnya.

 

 

sumber:Ihram.coid

Agar Tetap dalam Kelompok

Tawaf qudum (selamat datang) biasanya dilakukan tak lama setelah jamaah tiba di Makkah. Karena masih lelah setelah perjalanan dari Tanah Suci atau Madinah biasanya jamaah banyak yang kaget. Akibatnya jamaah sering hilang atau tersesat.

Untuk mengantisipasinya, sebelum berangkat ke Masjidil Haram jamaah hendaknya mengenali letak hotel atau pondokannya. Minta informasi kepada yang lebih tahu jalan menuju hotel dari masjid, atau kalau naik kendaraan lewat mana. Baik juga jika buat denah hotel atau pondokan. Usahakan berangkat dari maktab secara berombongan. Tiap rombongan ada kepala rombongan yang sudah mengenal baik wilayah di sekitar Makkah.

Kegiatan tawaf dan sai bisa berlangsung satu hingga tiga jam. Bila mulainya dinihari biasanya langsung diteruskan dengan Shalat Subuh. Saat itu udara sangat dingin. Lantai Ka’bah dan pelataran sai pun kadang terasa sedingin es. Sebelum berangkat pastikan jamaah sudah makan atau paling tidak mengonsumsi makanan ringan. Tak perlu terburu-buru berangkat ke masjid. Pastikan semua persiapan sudah sempurna.

Setelah sampai di Masjidil Haram jamaah akan tawaf secara berombongan atau dalam regu-regu kecil. Lebih baik bentuk kelompok kecil. Kelompok kecil akan lebih mudah untuk bergerak dalam kerumunan ribuan jamaah. Selain itu akan lebih mudah dalam koordinasi karena bisa saling kenal. Hapalkan benar jamaah masuk dari pintu mana, sehingga saat keluar bisa tetap di pintu yang sama.

Buat kesepakatan dimana lokasi bertemu setelah kegiatan tawaf dan sai selesai, dan jam berapa. Bisa juga buat kesepakatan bertemu sebelum sai. Misalnya di bawah jam atau dekat zamzam. Jadi kendati saat tawaf berpisah, sai bisa tetap bersama-sama lagi.

Selama musim haji pelataran Ka’bah tak pernah sepi. Waktu yang paling padat biasanya seusai Shalat Maghrib sampai Isya, dan selepas Shalat Shubuh. Yang agak lengang biasanya tengah malam hingga satu jam menjelang Shalat Subuh dan waktu Dhuha sampai Shalat Zuhur. Tapi ini pun tak bisa dipastikan.

Tawaf dimulai dari garis coklat yang sejajar dengan Hajar Aswad. Di sini biasanya terjadi kepadatan. Titik-titik kepadatan terletak antara Rukun Yamani hingga Hajar Aswad. Sebaiknya begitu mulai masuk Rukun Yamani jamaah agar bergerak keluar, sebab jika terjebak di sekitar Hajar Aswad akan sulit untuk berjalan.

Untuk jamaah yang fisiknya lemah, lebih baik tawaf di lingkaran luar, jangan terlalu masuk ke dekat Ka’bah. Karena pasti akan berdesak-desakan. Sedangkan bagi yang fisiknya sama sekali tak kuat untuk berjalan bisa menyewa kursi roda dan pendorongnya baik untuk tawaf maupun sai.

Usahakan saat tawaf tidak terbebani dengan membuka-buka catatan. Hapalkan saja doa-doa pendek sehingga jamaah bisa konsentrasi dan khusyuk.

Jika lantai dasar penuh, jamaah bisa melakukan tawaf di lantai dua atau tiga. Namun jarak tempuh tawaf di lantai dua bisa dua kali lipat lebih jauh jika dibanding tawaf di lantai dasar. Hanya saja kondisinya tidak terlalu padat dan tidak berdesak-desakan.

Usai tawaf jamaah akan shalat di belakang makam Ibrahim. Agar shalat bisa lebih khusyuk, lakukan secar bergantian. Rekan yang sudah selesai shalat menjaga rekannya yang shalat kemudian dari kemungkinan gangguan karena lalu lalang ribuan jamaah.

Lokasi sai terletak di dalam Ka’bah juga. Banyak jamaah kebingungan mencari letak bukit Shafa dan Marwa. Padahal lokasi itu sudah kini sudah menyatu dengan Ka’bah. Kepadatan juga terjadi di jalur sai. Selain itu biasanya di sini jamaah sudah kelelahan setelah tawaf. Sama dengan tawaf, sai juga bisa dilakukan di lantai dua dan tiga. Hanya saja lintasannya semua mendatar tidak seperti di lantai dasar yang harus mendaki bukit Shafa dan Marwa.

Usai sai usahakan tetap berkelompok saat tahalul. Sebaiknya jika tidak ingin gundul, lakukan tahalul secara bergantian. Untuk itu gunting sudah harus disiapkan dari pondokan. Waspadalah  dengan orang-orang yang menawarkan jasa untuk memotong rambut.

Saat tawaf qudum ini biasanya timbul masalah. Karena biasanya jamaah sedang lelah, belum tahu situasi, tergesa-gesa, atau kaget melihat kerumunan ribuan orang berdesak-desakan. Karena itu usahakan tetap dalam kelompok. Untuk tawaf selanjutnya, jamaah biasanya sudah berani melakukan sendiri-sendiri.

 

 

sumber: Republika ONline

Agar Fit Saat Armina

Menjelang puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), jamaah haji diimbau agar benar-benar menjaga stamina.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Muchtaruddin Mansyur di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Arab Saudi, berbagi tips menjaga stamina bagi jamaah haji. Pertama, menjaga hidrasi dengan banyak minum air. Terlebih, temperatur udara diperkirakan bisa mencapai 52 derajat Celcius saat ibadah wukuf.

Kedua, menghindari melakukan kegiatan di luar tenda dan mengenakan pelindung seperti payung, kacamata dan masker jika terpaksa berada di tempat terbuka.

Ketiga, mematuhi jadwal dan rute untuk melontar jumrah, untuk menghindari terulangnya peristiwa berdesak-desakan di Jalur 204 Mina pada 2015 yang menyebabkan ribuan korban jiwa.

Keempat, menjaga kecukupan gizi dan istirahat menjelang ibadah puncak haji. Selain itu, jamaah juga diminta agar dapat mengendalikan emosi. Jika setiap langkah tersebut dipenuhi, jamaah diharapkan dapat menjalankan ibadah dengan aman dan baik.

 

sumber: Republika Online

Waspadai Demensia pada Lansia

Jamaah calon haji lansia masih menjadi prioritas dalam penyelenggaraan ibadah haji beberapa tahun terakhir. Hal serupa pun terjadi pada musim haji kali ini. Jamaah calon haji tahun ini masih didominasi oleh calon haji lansia.

Lantaran itulah aspek kesehatan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan haji tahun ini. Beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain yang mungkin dialami oleh para jamaah lansia pun turut diantisipasi. Satu di antaranya adalah demensia.

Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang sering kali disebabkan kelainan yang terjadi pada otak yang ditandai dengan gejala-gejala yang mengakibatkan perubahan cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Sering kali, demensia memengaruhi memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik.

Menurut dr Ika Nurfarida yang bertanggung jawab pada penanganan gangguan jiwa Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, demensia dapat juga muncul karena dehidrasi parah. “Dehidrasi dapat memicu disorientasi waktu dan ruang. Oleh karena itu, penanganan pertama kami adalah memberi minum pasien dan menurunkan suhu tubuh,” katanya.

Peningkatan suhu tubuh, menurut dia, juga dapat memicu peningkatan tekanan darah pada jamaah lanjut usia. Menurut dia, jamaah demensia biasanya telah memiliki faktor gejala di Tanah Air, tapi kemudian muncul atau diperparah karena faktor stres dan kelelahan.

Untuk para jamaah haji yang menjadi pendamping jamaah lansia diimbau untuk turut membantu memperhatikan asupan gizi dan konsumsi air jamaah lansia. Bila hal ini terus diantisipasi, diharapkan gangguan demensia dapat diminimalisasi.

 

sumber: Republika Online