Mengingat Mati dan Konsekuensinya

Oleh: Ading Ibnu Alhari

INGATLAH suatu saat engkau akan sampai kepada kematian. Dunia yang indah ini akan ditinggalkan. Keluarga yang selalu dirindui akan tak akan pernah dijumpai lagi. Dan engkau akan di masukan ke liang lahat. Dan mendatangi suatu alam yang sangat berbeda dengan alam sekarang ini.

Betapa pun berjayanya engkau di dunia, jika kematian telah tiba, sirnalah semua kebanggaan yang selama ini ada dalam genggaman dirimu. Sebab itu, jangalah berpanjang angan-anga terhadap kehidupan dunia. Sebab akhir dari segalanya di dunia adalah kematian. Jangan remehkan tentang kematian yang akan menjemputmu. Bukan untuk ditakuti kematian itu, melainkan agar engkau sadar, bahwa ada sesuatu yang sangat jauh berarti dalam kehidupan ini dari pada sekedar mengejar mimpi-mimpi duniawi.

Mengingat kematian harus menjadi sebuah cambuk bagimu untuk mengejar mimpi-mimpi ukhrowi. Yaitu mimpi untuk mendapatkan kebaikan di negeri akhirat.

Bagi orang yang beriman kepada negeri akhirat, hendaknya mereka menjadikan perihal kematian ini sebagai suatu peringatan penting. Bukankah telah berkali-kali diingatkan bahwa akhirat itu ada. Dan bahwa di dalam sana yang ada hanya ada dua tempat. Yaitu surga dan neraka. Mengingat mati sama dengan mengingat akan kehidupan di akhirat kelak itu.

Apakah diri kita akan menjadi penghuni surga ataukah lebih memilih untuk tinggal neraka. Semua tergantung kepada kemauan dan kekuatan. Tidaklah kita akan sampai kepada kemauan yang kuat melainkan salah satunya dengan mengingat mati. Dan tidaklah kita akan memiliki kekuatan melainkan dengan pertolongan dari Allah. Maksud dan tujuan dari mengingat mati tiada lain ialah agar kita membangkitkan kemauan untuk menempuh jalan menuju surga dan memantapkan doa-doa kita kepada Allah agar Dia senantiasa menolong kitu untuk taat kepadaNya.

Tidaklah manusia akan mendapatkan kebaikan dan keselamatan hidup nanti di akhirat kelak melainkan dengan iman dan amal sholehnya. Tidaklah seseorang akan sampai kepada iman dan amal sholeh melainkan dengan ketaatan kepada Allah. Dan tidak ada satu hal pun yang akan sanggup mengantarkan seseorang kepada ketaatan kepada Allah melainkan rahmatNya. Maka hendaklah setiap diri mentafakuri tentang penciptaan dirinya dan keberadaannya di muka bumi yang sarat dan penuh dengan rahmat Allah.

Setiap orang pastilah dirahmati Allah kehidupannya dalam arti bahwa dia diberikan karunia, rezeki dan kebaikan dari sisi Allah. Hanya kemudian, ada manusia yang mengingkarinya, dan ada pula yang memahaminya. Yang mengingkari rahmat dan kebaikan dari Allah, tentu dia akan memilih suatu jalan kehidupan berupan penentangan terhadap perintah Allah untuk beribadah kepadaNya. Sedangkan mereka yang mengakui dan memahami besarnya rahmat Allah ia akan bersyukur kepadaNya.
Orang yang mengakui adanya rahmat Allah kepada dirinya akan segera menyambut seruan Allah untuk beriman.

Sedangkan orang yang tidak mengakui adanya rahmat Allah atas dirinya akan segera menjadi musuh dari dakwahNya. Sebab itu, pertama-tama hal yang harus kita syukuri dalam hidup ini ialah, dijadikannya diri kita sebagai muslim oleh Allah. Bayangkan kalau kita ditakdirkan Allah lahir di tengah orang tua yang kafir lalu kita menjadi kafir, menjadi orang yang membenci orang-orang yang beriman, tentulah betapa besar kerugian yang akan kita tanggung di akhirat kelak sebab kekafiran itu.

Kebahagiaan tertinggi kita hidup di dunia, sama sekali bukanlah karena kita ditakdirkan hidup kaya, lahir di tengah orang tua yang punya dunia atau jabatan. Sungguh semua itu menjadi kecil artainya bahkan menjadi biang kecekaan hidup, andaikata di dalam hati dan kehidupan orang tua kita tidak ada iman.

Sebab itu, dengan banyak mengingat mati, hendaklah menjadi semacam motivasi bagi kita untuk lebih mengaktualisasikan kehadiran kita di muka bumi ini sebagai muslim. Bangga sebagai muslim. Bukan bangga karena punya gelar baru. Bukan bangga karena naik pangkat atau naik gaji. Cobalah belajar memahami, ternyata setelah mati, yang kaya, yang miskin, yang terpelajar atau yang awam, sama-sama dimasukan ke liang lahat. Tidak ada perkara yang mereka bahwa dari urusan dunia ini ke dalam kubur.

 

Satu-satunya yang mereka bawa adalah perbuatan mereka. Perbuatan baik mereka bawa, perbuata buruk juga mereka bawa. Semakin sering kita mengingat mati, maka sudah seharunya kita semakin mempersedikit perbuatan buruk dan memperbanyak serta meningkatkan kualitas amal perbuat baik. Jangan pernah kita merasa bangga dengan urusan dunia. Tapi banggalah karena dirimu muslim.

Mengingat mati, harus menjadi ciri dan sekaligus kriteria kedudukan kita sebagai muslim. Janganlah mengira, bahwa orang-orang yang banyak dosa, fasik dan kafir kepada Allah, bahwa mereka itu banyak mengingat mati. Tidak. Mereka sama sekali tidak ingin mengingat mati. Bahkan sebenarnya mereka berharap kematian itu tidak akan menimpa diri mereka. Atau mereka merasa takut dengan kematian yang akan menjemput mereka.

Sehingga hidup mereka selalu dibayang-bayangi oleh kematian. Kematian menjadi perkara yang paling mereka takuti dalam hidup. Demikian adanya yang dapat kita sakasikan dalam kehidupan nyata orang-orang kafir dan banyak dosanya. Demikian pula yang diterangkan Allah dalam al-Quran yang mengetahui rahasia hati manusia. Sebab itu, jangalah meniru kebiasaan dan tingkah laku mereka yang kafir kepada Allah, agar mengingat mati itu tidak menjadikan dirimu takut dalam menghadapinya.

Jangan terpesona oleh gaya hidup orang-orang yang lalai kepada Allah dan kepada kehidupan setelah mati. Mereka memang seringkali membuat kita terpesona oleh penampilan mereka. Namun bukan berarti bahwa kita harus menjauhi dunia menyerahkan dunia kepada orang-orang kafir yang membuat mereka punya kekuatan untuk membantai umat Islam. Justru dengan banyak mengingat mati, kita harus menguasai dunia, harus kaya, harus terampil dalam mengelola pertanian, perniagaan, bangunan dan pabrik pakaian serta politik, agar kita bisa menyelamatkan lebih banyak muslim yang fakir dan tertindas di muka bumi.

Serta menjadi syarat kekuatan untuk melawan kezhaliman orang-orang yang fasik dan dengki yang membuat kerusakan di muka bumi. Mengingat mati, harus menjadikan dirimu menjadi konglomerat dan penguasa dunia. Bukan melempem dan lemah tiada berdaya. Demikian sifat orang-orang Islam di zaman Rasulullah. Hanya mereka tidak jatuh kepada kecintaan pada dunia.

Bagi mereka yang hidup dalam kesusahan, jangalah bersedih hati. Asal hidup tetap dalam ketaatan kepada Allah, maka masih ada harapan untuk hidup bahagia di akhirat kelak. Jangan terjebak dengan kata-kata, bahwa hidup miskin tak menjamin masuk surga. Itu hanyalah jebakan agar engkau meniru gaya hidup orang kaya, padahal jelas-jelas engkau bukan golongan mereka.

Hendaklah setiap diri menempuh jalannya masing-masing dari kehidupan dunia, dengan tetap taat kepada Allah sebagai standari inti dan mendasar. Sebagai suatu jaminan dan komitmen untuk mendapatkan pertolongan Allah nanti di hari akhirat kelak. Tidak mengapa miskin dan fakir, yang penting bahwa hidup ini dipersembahkan untuk Allah melalui ketaatan kepadaNya. Toh nilai seseorang itu adalah ketakwaannya. []

 

sumber:Islam Pos

Kematian, Perpisahan atau Musibah?

SETIAP manusia pasti akan menghadapi kematian. Namun, tempat dan waktu kita akan mati, itu tak pernah kita ketahui. Sehingga, kita harus senantiasa mempersiapkan diri untuk mengahadapi sesuatu yang sudah pasti akan terjadi itu.

Ada yang mengatakan bahwa kematian itu merupakan suatu perpisahan. Namun, ada pula yang mengatakan hal itu sebagai musibah. Manakah yang benar?

Kematian pada lahirnya adalah kehilangan jiwa. Tidak ada kematian kecuali sesudah adanya kehidupan. Adakalanya kematian datang mendadak tanpa didahului gangguan fisik. Misalnya, seorang yang sedang duduk-duduk bersama kawan-kawannya, tiba-tiba dia mati tanpa dipukul atau diganggu tubuhnya oleh orang lain. Inilah yang disebut kematian.

Sedangkan bila kematian itu disebabkan karena tubuhnya diganggu (disakiti), itu yang dinamakan pembunuhan. Di dalam al-Quran, keduanya dipisahkan.

Allah SWT berfirman, “Muhammad itu hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlaku sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jiwa dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad),” (QS. Ali Imran: 144).

Bagi orang yang beriman, kehidupan di dunia ini bukanlah tujuan akhir atau kekal. Karena sebelum manusia menjalani kehidupan, mereka telah diberi pengertian dan kesadaran tentang kematian.

Seperti halnya dalam firman Allah SWT, “Mahasuci Allah yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya,” (QS. Al-Mulk: 1-2).

Jadi, Allah telah menerangkan soal kematian sebelum kehidupan. Selama kita menyadari bahwa kematian itu merupakan tujuan hidup, sulit dikatakan perpisahan.

Selama yang mati itu orang yang kita sayangi, kitalah yang berpisah darinya, jadi perpisahan bukanlah suatu musibah. Kalau orang yang berpisah itu dapat berlaku sabar, dia akan memperoleh pahala. Bila tidak, lalu ia mengerjakan hal-hal yang dilarang agama, perbuatan itulah yang dinamakan musibah karena telah merugikan dirinya. [Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani Jakarta (2007)]

sumber: Islam Pos

Rahasia Kematian dalam Al-Quran

PARA dokter ahli jantung menegaskan bahwa fenomena kematian mendadak tersebar banyak di tahun-tahun terakhir ini, dan bahwa terlepas dari perkembangan ilmu kedokteran, namun jumlah manusia yang mati tiba-tiba juga meningkat. Dan melalui statistik yang akurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menegaskan bahwa fenomena kematian mendadak, tidak muncul kecuali saat ini yang terus meningkat meskipun semua tindakan pencegahan dan antisipasi meningkat.

Ada fenomena yang menakjubkan mencerminkan keajaiban medis yang tidak terbantahkan, Nabi, saw:

إَنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ أَنْ يُظْهِرَ مَوْتِ الْفَجْأَةِ

“Bahwa di antara tanda-tanda yang dekatnya hari kiamat adalah merebaknya kematian mendadak” (At-Thabrani). Ini merupakan bukti mukjizat Nabi saw bahwa beliau adalah Rasulullah (utusan Allah)? Marilah kita bertobat kepada Allah agar terhindar dari kematian mendadak ini?

Para ilmuwan mengkonfirmasi bahwa kematian diciptakan dalam sperma, dan berkembang di dalam sel sejak manusia dalam rahim. Mereka (para ilmuwan) mengatakan: kematian diciptakan dalam setiap unsur sel seperti katup pengaman yang mengontrol kehidupan sel, setelah semua perpecahan mengubah ukuran unsur-unsur tersebut, dan ketika semakin pendek ukurannya maka maka kematian semakin dekat, dan pada ukuran tertentu sel reproduksi akan berhenti dan mati, dan itulah yang disampaikan kepada kita melalui Al-Quran, Allah berfirman :

“Kami telah memperkirakan kematian di antara kalian dan kami tidak mendahuluinya,” (Al-Waqi’ah: 60],

Maksudnya adalah bahwa Tuhan Allah SWT menempatkan sistem yang terprogram untuk proses kematian, sehingga para ilmuwan membuat satu istilah ilmiah baru tentang kematian sel yang disebut (kematian sel yang terprogram) dan karena itu ayat yang menegaskan: “Kami telah telah memperkirakan kematian diantara antara kalian” (Al-Waqi’ah: 60), sesuai dengan fakta-fakta ilmiah, dan ini membuktikan akan mukjizat Al-Quran.

Terjadi pada setiap sel tubuh berbagai tindakan yang disebut oleh para ilmuwan: tindakan degeneratif, yang terjadi setelah periode tertentu dari kehidupan sel. Karena itu, sel tumbuh akan terus berkembang dan membesar serta mulai melaksanakan kegiatannya, namun setelah usia tertentu mulai tindakan degeneratif yang terdapat di dalam sel, sehingga para ilmuwan mengatakan bahwa proses ini tidak dapat dihentikan, tetapi yang menghentikan proses ini adalah kematian, karena kematian telah terprogram, sel ini misalnya, akan mati setelah (sepuluh hari), meskipun kita berusaha untuk menghentikan proses degenerasi ini, sel akan tetap mati, dan inilah kebenaran yang disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلا يَعْقِلُونَ

“Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada kejadian(nya). Maka Apakah mereka tidak memikirkan?” (Yasin:68)

Perhatikanlah bersama saya, kata “Nunakkishu” (Kami kembalikan) yang menggambarkan ungkapan yang cermat degeneratif pada sel-sel otak, hati, jantung, dan dalam semua sel manusia ada tindakan degeneratif selalu berakhir dengan kematian, Subhhanallah! []

 

Oleh: Abduldaem Al-Kaheel

Sumber: kaheel7.com

Menjaga Agama Allah,…

Fenomena penistaan terhadap ajaran Islam sudah terjadi sejak berabad-abad lamanya. Sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW hingga kini, sudah banyak orang-orang yang mengaku sebagai nabi terakhir. Padahal Allah telah menjelaskan di dalam Alquran bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari’atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali.

Inilah kestimewaan agama Islam, dimana Allah SWT sendiri yang telah menyempurnakannya, dan sudah terntu akan menjaganya hingga hari kiamat, seperti firman-Nya berikut:

 

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar akan memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)

 

Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, demikian juga para ahli tafsir lainnya, mutaqaddimin dan mutaakhkhirin, menyatakan bahwa ayat ini merupakan jaminan dari Allah ta’ala bahwa Dia akan menjaga Al-Qur’an Al-Karim dari perubahan dan penggantian, dari penambahan maupun pengurangan, hingga hari kiamat.

Ini merupakan keistimewaan Al-Qur’an Al-Karim yang tidak dimiliki kitab samawi lainnya. Al-Qur’an tetap terjaga keasliannya, tidak sedikit pun mengalami penambahan atau pengurangan. Al-Qur’an yang ada di generasi shahabat ridhwanullahi ‘alaihim ajma’in sama dengan yang ada di generasi kita.

Terjaminnya Al-Qur’an dari perubahan dan penggantian ini merupakan salah satu cara Allah ta’ala menjaga agama ini, seperti yang dijelaskan oleh Syaikh Zaid ibn ‘Abdil Karim Az-Zaid, dalam kitab beliau, Fiqhus Sirah. Beliau menjelaskan bahwa Allah akan menjaga agama ini dengan dua cara, yaitu:

  1. Allah subhanahu wa ta’ala akan menjaga Al-Qur’an Al-Karim dari penggantian, pengurangan, penambahan dan perubahan. Hal ini disampaikan oleh Allah ta’ala dalam surah Al-Hijr ayat 9, yang sudah kita sebutkan di atas.
  2. Allah subhanahu wa ta’ala selalu memunculkan sekelompok orang dari umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di setiap masa yang senantiasa komitmen berada di jalan kebenaran. Ilmu dan amal mereka menjadi cahaya Islam yang menerangi siapa saja yang menginginkan jalan kebenaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

Artinya: “Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku, mereka komitmen di atas kebenaran. Orang-orang yang mengucilkan mereka tak akan membahayakan mereka. Hingga datang ketetapan Allah, sementara mereka tetap dalam keadaan seperti itu.” (Muttafaq ‘alaih)

Setiap kali ada di antara umat ini yang berusaha mengubah agama atau menitakan agama Islam, maka Allah akan memunculkan generasi yang meluruskan kesalahan dan kekeliruan tersebut. Umat Islam tak akan pernah sepakat dalam kesesatan dan kesalahan.

Semoga kita semua diberi karunia oleh AllahSWT untuk menjadi bagian dari thaifah yang diberkahi ini, dan dijauhkan dari kelompok-kelompok yang mengajak pada ta’ashshub yang tercela dan perpecahan umat. Amien.

 

dari berbagai sumber:

 

Produsen Terompet dari Sampul Al-Quran Minta Maaf

Pemilik CV Ashfri, perusahaan yang memproduksi terompet dari sampul Al-Quran, meminta maaf atas kecerobohannya. Ribuan terompet dari bahan Al-Quran itu tersebar di gerai-gerai minimarket Alfamart di Jawa Tengah dan meresahkan warga.

“Kami minta maaf kepada seluruh masyarakat. Kami akui ceroboh dalam pengawasan di bagian produksi. Kami siap bertanggung jawab,” kata Al Ashfriana, pemilik CV Ashfri.

Alfamart juga meminta maaf dan akan menarik seluruh terompet tersebut. “Kami tak menduga terompet yang kami pesan seperti itu. Kami hanya pesan terompet dengan harga terjangkau yang bisa berbunyi,” kata General Manager Corporate Communication PT Sumber Alfaria Trijaya, Nur Rahman.

Meski demikian, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Symasuddin meminta persoalan ini diselesaikan secara hukum, tak cukup sekadar permitaan maaf. Menurutnya, hal itu merupakan penistaan agama yang tak bisa dianggap enteng.

“Penistaan terhadap agama Islam berupa pembuatan terompet berhuruf Al-Quran terulang setelah sandal bertulis Allah. Saya meminta MUI Kabupaten Semarang, Kendal, dan sekitarnya mengadukan ini ke Polri agar ditangkap dan diproses baik pembuat, penerima, dan penjual terompet tersebut,” ucap Din dalam keterangan tertulis, Selasa (29/12).

Din yakin pembuat dan penjual terompet itu sesungguhnya tahu perbuatan mereka itu melanggar hukum dan menyinggung perasaan umat Islam.

“Kali ini harus diproses secara hukum agar ada efek jera,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah itu.

Din juga meminta umat Islam dapat menahan diri dan tidak bereaksi berlebihan, sebab kasus ini diharapkan dapat dituntaskan oleh Kepolisian.

Ribuan terompet dari kertas sampul Al-Quran didapati dijual di hampir seluruh gerai minimarket Alfamart di Jawa Tengah. Polisi langsung menyita terompet-terompet itu dan memeriksa CV Ashfri, produsen terompet yang menerima pesanan dari Alfamart. (agk)

 

sumber: CNN Indonesia

Lia Eden Minta Agama Islam Dihapus

28 pengikut komunitas Eden ditangkap polisi. Belum ada keterangan resmi dari polisi. Tetapi, kemungkinan penangkapan Lia Aminuddin terkait dengan selebaran yang memerintahkan penghapusan agama Islam.

“Ini selebarannya,” kata Surivita, Ketua RT RT 5/8 Bungur, di kompleks markas Kerajaan Tuhan, Jalan Mahoni, Senen, Jakarta, Senin (15/12/2008).

Tebal selebaran itu sekitar 40 halaman. Tulisan itu, menurut Eden dalam selebaran itu, merupakan wahyu Tuhan yang diperoleh Lia Eden  secara berkala.

2 poin penting dalam “wahyu” itu turun tanggal 17 November dan 23 November 2008.

“Yang pertama meminta pemerintah menghapus agama Islam. Yang kedua menilai pemerintahan SBY-JK sudah tidak layak memimpin,” imbuh Surivita menunjuk poin penting itu.

“Aku sudah menyatakan fatwa penghapusan agama Islam, sekaligus fatwa penghapusan semua agama,” tulis sepenggal kalimat tersebut yang ditandatangani oleh Lia Eden.

Selebaran yang berkop Tahta Suci Kerajaan Tuhan Eden ini ditujukan bagi Kepolisian Republik Indonesia, tertanggal 23 November 2008 pukul 09.30 WIB.

Belum diperoleh kepastian orisininalitas selebaran itu. Apakah benar-benar dibuat Eden ataukah hanya fitnah. Sebab, selebaran yang beredar berupa fotokopi saja.

Rencananya, polisi dari Polda Metro Jaya akan menggelar jumpa pers pukul 16.00 WIB terkait dengan penangkapan ini. (Hanin Mazaya/dtk/okz)

sumber: www.arrahmah.com

Beberapa Data Penistaan Agama Oleh Jalaluddin Rakhmat, dkk. (Pengurus IJABI)

 

Muqaddimah

الحمد لله  و الشكر لله الصلاة و السلام على رسولله و على أله و أصحابه ومن ولاه …. أما بعد

Sesungguhnya Nabi saw telah memperingatkan para sahabat dan ummatnya tentang adanya perbedaan-perbedaan pendapat di dalam agama ini yang menyebabkan timbulnya berbagai aliran dan mazhab, dan bahwa diantara aliran dan mazhab itu ada yang sesat dan menyimpang yang berakibat neraka bagi penganutnya. Maka aliran dan mazhab yang benar dan selamat ialah yang mereka selalu berkomitmen berpegang teguh kepada sunnah Nabi saw dan sunnah para sahabat. Sabda Nabi saw:

…مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ

“Dan siapa yang hidup diantara kamu maka ia akan melihat perselisihan yang banyak maka ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk.” {HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607), at Tirmidzi (no. 2676), ad Darimi (I/44), Al Hakim (I/95)}

Juga Nabi saw bersabda:

… وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

“Dan sesungguhnya agama ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di dalam neraka dan hanya satu golongan di dalam surga, yaitu Al Jama’ah.” {HR. Abu Dawud (no.4597), Ahmad (IV/102), Al Hakim (I/128), Ad Darimi (II/241), Al Bani dalam Silsilah al Ahaadits Ash Shahihah (no. 203-204)}

Al Jama’ah yang merupakan satu-satunya golongan yang selamat dari Neraka, adalah Jalan yang ditempuh Rasulullah saw bersama seluruh sahabatnya sebagaimana sabda Rasulullah saw:

…كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً :مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya” {HR. Tirmidzi (no. 2641), Al Hakim (I/129)}

Apa yang diprediksikan Nabi saw ini terbukti sejak dulu sepeninggal beliau saw sampai sekarang. Muncullah aliran-aliran yang menyimpang seperti Khawarij, Syi’ah, Jahmiah, Qadariah, Jabariah, Mu’tazilah, Murjiah dan lain-lainnya, dan sampai sekarang dengan nama yang sama atau dengan nama yang lain. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah ormas-ormas Islam, termasuk Muhammadiyah dan NUsejak awal didirikannya tahun 1975 sampai sekarang, dalam rangka menjaga umat dari akidah dan pemahaman serta praktek keagamaan yang meyimpang, telah mengadakan rapat dan sidang yang berulang kali, sehingga berhasil merumuskan fatwa dan rekomendasi berkaitan dengan aliran-aliran yang menurut ajaran Islam yang murni yaitu Al Quran dan Hadis yang  berdasarkan pada pemahaman dan pengamalan para salafus saleh yang dekat masanya dengan Nabi saw seperti sahabat Nabi saw, tabi’in, tabi-it tabi in, termasuk para imam-imam yang mu’tabar seperti imam Abu Hanifah, Malik, Syafi’i,  Ahmad bin Hanbal serta imam-imam lainnya.

Maka untuk memudahkan kaum muslimin pada umumnya dan ormas Islam pada khususnya menyikapi aliran-aliran yang berkembang ditengah-tengah masyarakat sekarang ini,  maka kami memuat fatwa serta rekomendasi MUI tentang aliran Syiah dan Nikah Mut’ah dengan tambahan beberapa data dan informasi untuk lebih mengenal bahaya Syi’ah dan mewaspadainya dan surat edaran  Depag. No: D/BA.01/4865/1983, Desember 1983

Beberapa Data tentang Syi’ah di Makassar

Di Makassar ada ormas yang menganut paham Syi’ah, yaitu IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia), yang diantara tokoh dan penulisnya ialah Dr. Jalaluddin Rakhmat (JR)-Ketua Dewan Syuro IJABI-, Emilia Renita (Istri JR), Supa Atha’na (Direktur Iranian Corner UNHAS), Ismail Amin (Mahasiswa Univ. Islam Al-Mushthafa Iran). Mari kita ikuti beberapa kutipan dari pernyataan mereka

A.  Jalaluddin Rakhmat (JR) dan Emilia Renita 

  • Banyak tulisan, editan dan ceramahnya yang sangat menjelek-jelekkan sahabat dan tabiin bahkan melaknat dan mengkafirkan mereka, berdasarkan dalil (kutipan) yang lemah atau berdasarkan dalil yang dipahami secara salah atau data yang dimanipulasi, contoh:
    1. Syiah melaknat orang yang dilaknat Fatimah [1]Dan yang dilaknat Fatimah adalah Abu Bakar dan Umar.[2]
    2. Umar meragukan kenabian Rasulullah saw.[3]
    3. Para sahabat sering menentang pada saat Rasulullah saw masih hidup.[4]
    4. Utsman bin Affan bersama dengan sebagian besar sahabat lain lari dari medan perang uhud.[5]
    5. Para sahabat membantah perintah Nabi saw.[6]
    6. Para sahabat merobah-robah agama.[7]
    7. Para sahabat murtad.[8]
    8. Aisyah bermuka hitam, suka memoles pipinya dengan sejenis akar sebuah pohon sehingga berwarna merah, sehingga dengan itu beliau dijuluki Al Humairo (yang kemerah-merahan pipinya). Ia sangat pencemburu, dan suka membuat makar.[9] Na’udzu billah min dzalik
    9. Muawiyah tidak hanya fasik bahkan kafir, tidak meyakini kenabian.[10] Ia besama dengan Abu Sufyan dan Amr bin ash telah dilaknat oleh Nabi saw.[11]
    10. Abu Sufyan tidak percaya ada surga, neraka, hari perhitungan dan siksaan. Ia ingin memerangi Abu Bakar.[12]
    11. Khalid bin Walid membunuh Malik bin Nuwairah dan menikahi istrinya pada malam hari.[13]
    12. Amr bin Ash adalah anak dari hasil promiskuitas (ibunya digagahi oleh beberapa orang yang tidak jelas).[14]Ia membunuh Muhammad bin Abu Bakar, memasukkannya ke dalam perut bangkai dan membakarnya.[15]
    13. Ibnu Syihab Az Zuhri termasuk pencipta hadis maudhu’.[16]
    14. Said bin Musayyab tidak menyukai Ali bin Abi Thalib dan ia adalah khawarij munafiq.[17]
    15. Sufyan Ats Tsauri melakukan tadlis dan meriwayatkan dari para pendusta.[18]
    16. Marwan bin Hakam menyuruh Yazid untuk membunuh Imam Husein. Dialah yang bergabung dengan Muawiyah untuk membunuh para pecinta Ahlul Bait.[19]
    17. Tragedi Karbala merupakan gabungan dari pengkhianatan sahabat dan kelaliman musuh (Bani umayyah).[20]

 

  • Banyak berbohong dalam tulisannya, sebagaiamana berikut:

 

    1. Sufyan Ats Tsauri melakukan tadlis dan meriwayatkan dari para pendusta.[21]
    2. Kontradiksi posisi Nabi Saw duduk di saat Abu Bakar jadi imam.[22]
    3. As-Sunh jauhnya puluhan kilometer.[23]
    4. Utsman tidak menikahi dua putri Nabi Saw, tapi dua wanita lain.[24]
    5. Muawiyah tidak suka mendengar adzan lantaran di dalam adzan disebut nama Nabi Muhammad Saw.[25]
    6. Di Harian Fajar[26] menghalalkan nikah mut’ah namun di Harian Tribun Timur[27] membantah menghalalkan nikah mut’ah.
    7. Perawi Shahih Muslim, Abdullah bin Wahab suka salah mengambil hadis.[28]
    8. Tidak ada yang bisa membaca di kabilah Bakr bin Wail.[29]
    9. Amr bin Ash tidak rela menghukum orang Nasrani yang mencaci-maki Nabi Muhammad saw karena dia tidak rela orang Nasrani dipukuli hanya karena memaki Nabi yang tidak dipercayainya.[30]
    10. Al Dzahabi (ulama’ yang hidup pada abad 8 Hijriyah) berbicara dengan Sahabat Rasulullah saw, Anas bin Malik ra (yang hidup di abad pertama hijriyah)[31]
    11. Kekejaman Muawiyah bin Abu Sufyan ketika berkuasa dan memerintah ulama untuk mengutuk Ali bin Abi Thalib di Mimbar-mimbar di setiap akhir khutbah mereka.[32]
    12. Rasulullah saw menangis karena berita dari Jibril bahwa cucunya akan dibunuh di Karbala.[33]
    13. Rumah Ali dan Fathimah dikepung, kemudian mereka disiksa seperti binatang.[34]
    14. Ali dikader khusus oleh Rasulullah saw dengan mengajarkannya berbagai macam ilmu (1000 bab ilmu pengetahuan) yang tidak diajarkan kepada sahabat yang lain untuk mempersiapkannya sebagai pelanjut misi yang akan meneruskan ajaran Islam sepeninggal Rasulullah saw.[35]
    15. Para Imam (versi Syi’ah) adalah Shirathal Mustaqim, Jalan yang lurus adalah jalannya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.[36]
    16. Bani Umayyah (Umar bin Sa’ad, Zar’ah bin Syarik dll) membasmi mazhab dan keluarga Ali (Husein bersama keluarganya) di Karbala.[37]
    17. Bani Umayyah membid’ahkan bacaan basmalah dengan jahr (keras) dalam al Fatihah ketika shalat karena kebencian mereka terhadap Imam Ali.[38]

 

  • Ajaran Syiah yang ia sebarkan melalui tulisan-tulisannya adalah ajaran SESAT sesuai 10 kriteria ajaran sesat yang ditetapkan oleh MUI pada tahun 2007, satu kriteria saja yang masuk dalam 10 kriteria di atas maka ajaran itu sudah bisa dikatakan sesat;

 

    1. Merobah-merobah Rukun Iman dan Rukun Islam. Rukun Iman Syiah 5 (lima) yaitu Tauhid, Adalah, Nubuwah, Imamah, Maad, sedangkan Rukun Islam (buatan Syiah) ada 10 (sepuluh).[39]
    2. Menafsirkan Alquran tidak sesuai dengan kaidah tafsir. Menafsirkan Ahlul Bait hanya Ali, Fatimah, Hasan dan Husein sampai imam 12-nya.[40]
    3. Mengubah, menambah dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah, seperti mengamalkan 3 kalimat syahadat ditambah dengan wa asyhadu anna ‘Aliyyan waliyyullah, shalat wajib hanya 3 waktu dan juga tidak shalat jum’at.[41]
    4. Mengkafirkan yang bukan golongannya. disebut: yang tidak mengenal Imam mati jahiliyah, mati jahiliah berarti mati tidak dalam keadaan Islam.[42]
    5. Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i, seperti akidah mereka bahwa Rasulullah saw adalah tajalliyat (pengejawantahan) Allah sendiri[43]dan juga  bahwa para imam merekalah yang memiliki dunia dan akhirat[44] dan Para imam mereka mengetahui yang ghaib.[45]
  • JR telah menghalalkan Nikah Mut’ah (baca: zina)  dan beberapa mahasiswa (i) mempraktekkannya sejak dulu sampai sekarang, di Bandung, Makassar dan kota lainnya,[46]padahal para ulama sejak dahulu sampai sekarang dan MUI Pusat telah memfatwakan haramnya Nikah Mut’ah. JR di harian Fajar menulis: “Nikah Mut’ah memang boleh saja dalam pandangan agama karena masih dihalalkan oleh Nabi saw. Dan apa yang dihalalkan oleh Nabi saw, maka itu berlaku sampai kiamat. Tapi secara sosial, Mut’ah belum bisa diterima”  (Fajar, 25 Januari 2009) Emilia menulis : “Seperti dijelaskan pada dalill-dalil di bawah ini, nikah mut’ah disyariatkan dalam Al-Qur’an dan al-Sunnah. Semua ulama-apa pun mazhabnya-sepakat bahwa nikah mut’ah pernah dihalalkan di zaman Nabi saw. Mereka berikhtilaf tentang pelarangan nikah mut’ah. Syiah berpegang kepada yang disepakati dan meninggalkan yang dipertentangkan” (40 Masalah Syiah. Hal.217)

 

  • Dr. Jalaluddin Rakhmat (JR, Ketua Dewan Syuro IJABI)  menulis dalam suatu makalahnya: “walhasil berdasarkan hadis ini dan banyak hadis yang tidak dicantumkan di sini, Syiah memilih Ahlul Bait sebagai rujukan mereka. Ahlus Sunnah memilih untuk mengikuti Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali mungkin dengan alasan-alasan tertentu. Saya tidak tahu apakah ada nash atau tidak untuk itu. Syiah memilih Ahlul Bait karena perintah Allah swt dan petunjuk Rasulullah saw, karena Al Quran dan Sunnah.” (Mengapa Kami Memilih Madzhab Ahlul Bait, hal 7). Jadi dapat dipahami mengikuti selain Ahlul Bait, seperti sahabat dan para imam yang empat tidak berdasarkan Al Quran dan Sunnah atau masih diragukan ada nash atau tidak untuk itu.

 

B. Supa Atha’na

 

Supa Atha’na (Direktur Iranian Corner Unhas, tokoh IJABI) menulis di harian Tribun Timur: “ Allah Taala mabbarattemu Muhamma’ mappenedding Ali mappugau Patima ttarimai (Allah Ta’ala yang bersetubuh, Muhammad yang merasakan, Ali yang berbuat, Fatimah yang menerimanya).

Antara Allah, Rasulullah, Ali dan Fatimah adalah sebuah kemanunggalan atau dalam istilah tasawwuf disebut wahdatul wujud. Pengertian sederhana wahdatul wujud adalah bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci”  (Tribun Timur, 23 Jan 2009, Assikalaibineng, Refleksi Pemikiran Muslim Persia). Masih dalam tulisan yang yang sama Supa juga menulis: “Menjadikan Ali sebagai rujukan ilmu memang sesuatu yang niscaya bagi yang mengaku sebagai umat Muhammad karena Nabi Muhammad SAW sendiri bersabda: “Ana madinatul ‘ilm wa aliun babuha (Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya)…Berdasarkan hadis, bila ingin masuk ke dalam kota ilmu maka adalah tindakan sopan dan santun harus masuk lewat pintu gerbangnya. Selain itu tercela”

C.  Ismail Amin

Ismail Amin (Mahasiswa Mostafa International University Islamic Republic of Iran) menulis di harian Tribun Timur: “Saya sulit menerima jika dikatakan tanggung jawab penjelasan syariat pasca Rasul jatuh ke tangan para sahabat, sementara untuk contoh sederhana, sahabat sendiri berbeda pendapat bagaimana cara Rasulullah melakukan wudhu dan salat yang benar, padahal Rasul mempraktikkan wudhu dan salat bertahun-tahun di hadapan mereka… Ataupun tanggung jawab penafsiran Al Quran jatuh kepada keempat imam mazhab yang untuk sekedar menafsirkan apa yang dimaksud debu pada surah Al-Maidah ayat 6 saja sulit menemukan kesepakatan” Kemudian lanjut Ismail Amin: “Karenanya hikmah Ilahi meniscayakan adanya orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang dimiliki Nabi Muhammad saw… juga berpotensi mendapat ilmu langsung dari Allah swt, ataupun melalui perantara sebagaimana ilham yang diterima Siti Maryam dan ibu nabi Musa as (Lihat Qs. Ali Imran :42, Thaha:38).

Mereka menguasai ilmu Al Quran sebagaimana penguasaan nabi Muhammad SAW sehingga ucapan-ucapan merekapun merupakan hujjah dan sumber autentik ajaran Islam…

Dengan pemahaman seperti ini maka jelaslah maksud dari penggalan hadis Rasulullah, Kutinggalkan bagi kalian dua hal yang berharga, Al Quran dan Ahlul Baitku. (HR Muslim). Bahwa keduanya Al-Quran dan Ahlul Bait adalah dua hal yang tak terpisahkan hingga hari kimat, memisahkan satu sama lain akibatnya adalah kesesatan dan diluar dari koridor ajaran Islam itu sendiri.”  (Tribun Timur 24 Oktober 2008, Kembali Kepada Al Quran dan Ahlul Bait).  Karena para sahabat dan imam mazhab tidak dipercaya menjelaskan ajaran Al Quran pasca Rasul, maka satu-satunya yang dipercaya ialah para Ahlul Bait yang ajarannya tidak mengandung perselisihan dan percekcokan.

D.  Syamsuddin Baharuddin (Ketua IJABI SulSel)

  1. Mempopulerkan secara langsung atau tidak langsung Dr. Jalaluddin Rakhmat sebagai Guru Besar Komunikasi UNPAD Bandung (atau gelar Profesor), padahal menurut Prof.Dr. KH. Miftah Farid (ketua MUI Bandung), yang bersangkutan bukan guru besar UNPAD.
  2. Membantah bahwa JR dan IJABI tidak menjelek-jelekkan sahabat dan tidak menghalalkan nikah mut’ah,[47]padahal kedua hal itu, jelas dilakukan oleh JR dan IJABI.
  3. Ikut mendukung halalnya nikah mut’ah dengan mengatakan bahwa:” Janganlah kaum Sunni mengharamkan nikah mut’ah karena adanya wanita dan anak-anak yang terlantar, karena dalam nikah Sunni pun ada wanita dan anak-anak yang terlantar. Dan jika kaum Sunni mengatakan banyak hadis yang emlarang nikah mut’ah maka kami tegaskan bahwa kami memiliki segudang hadis yang menghalalkan nikah mut’ah. (Diskusi Ilmiah nikah mut’ah gedung IMMIM Ahad, 25-4-2010)

JR dalam kata pengantarnya terhadap buku “40 Masalah Syiah” yang menghalalkan nikah mut’ah berkata: “ secara khusus sebagai ketua dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) kami berikan buku ini kepada seluruh anggota IJABI sebagai pedoman dakwah mereka. (40 Masalah Syiah. hal. 13)

________________________________________

[1]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  hal. 90
[2]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi. Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 404-405
[3]Jalauddin Rakhmat. Sahabat Dalam Timbangan Al Quran, Sunnah dan Ilmiu Pengetahuan. PPs UIN Alauddin 2009. hal. 6
[4]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.hal. 82
[5]Ibid. hal 79. Meskipun mereka lari dari medan perang, namun Utsman bin Affan dan sebagian sahabat lainnya tidak pantas dicela dan disebut-sebut lagi sebagai oarng yang menentang perintah Rasulullah saw karena mereka sudah diampuni oleh Allah swt, silakan lihat QS. Ali Imran: 155
[6]Jalauddin Rakhmat. Sahabat Dalam Timbangan Al Quran, Sunnah dan Ilmiu Pengetahuan. PPs UIN Alauddin 2009. hal. 7
[7]Jalaluddin Rakhmat. Artikel dalam Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H.  hal. 3
[8]Ibid. hal. 4
[9]Ceramah Asyura Jalaluddin Rakhmat, Rec. 07 Arsip LPPI Perw. IndTim.
[10]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 24
[11]Ibid. hal. 73
[12]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.   hal. 84
[13]
[14]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.   hal. 14
[15]Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.   hal. 84
[16]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.  hal. 145
[17]Ibid. hal. 101
[18]Ibid. hal. 138
[19]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi (Belajar Menjadi Kekasih Allah). Depok: Pustaka IIMaN, 2008.  hal. 495
[20]Ibid. hal. 493
[21]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 138
[22]Ibid. hal. 91
[23]Ibid. hal. 92
[24]Ibid. hal.164
[25]Ibid. hal. 16
[26]Minggu, 25 Januari 2009
[27]Selasa, 19 Juli 2011
[28]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.   hal. 145
[29]Ibid. hal. 113
[30]Ibid. hal. 15
[31]Ibid. hal. 19-20
[32]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi (Belajar Menjadi Kekasih Allah). Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 386 dan 471
[33]Ibid. hal. 485-486
[34]Ibid. hal. 422-423
[35]Ibid. hal. 388-390
[36]Ibid. hal. 531
[37]Ibid. hal. 428
[38]Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 19
[39]Emilia Renita Az. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  Hal. 122,  rupanya mereka salah menulis angka dan menjadikan rukun Islam mereka lebih banyak yaitu 11, mungkin ingin kelihatan banyak .
[40]Jalaluddin Rakhmat. Mengapa Kami memilih Mazhab Ahlulbait a.s. Hal. 2
[41]Fatwa MUI Sampang Madura tentang kesesatan Syiah (2 Januari 2012) yang dibawa Tajul Muluk.
[42]Emilia Renita Az. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009.  hal. 98
[43]Jalaluddin Rakhmat. Meraih Cinta Ilahi (Belajar Menjadi Kekasih Allah). Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 31
[44]Emilia Renita Az. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009. hal. 123
[45]Ibid .hal. 125
[46]lihat pasien terakhir dari buku “Mengapa Kita Menolak Syiah” LPPI Pusat Jakarta. Hal 270-273, dan Skripsi Fakultas Psikologi UNM Makassar 2011. “Perempuan dalam Nikah Mut’ah”
[47]Harian Fajar, Minggu 6 Februari 2011 dan Harian Tribun Timur, Selasa 19 Juli 2011

( lppimakassar.com/nahimunkar.com)

MUI: Gafatar Aliran Sesat dan Bukan Organisasi Islam

Majelis Ulama Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mengimbau masyarakat mewaspadai gerakan aliran Gafatar. Sebab, gerakan tersebut tidak murni sebagai organisasi Islam dan dinyatakan sebagai aliran sesat.

“Kita berharap jangan ada orang NTB ikut kelompok itu. MUI pusat sudah menyatakan Gafatar itu kelompok sesat dan bukan gerakan organisasi Islam murni,” ujar Ketua MUI NTB Saiful Muslim kepadaRepublika.co.id di Kota Mataram, Selasa (12/1).

Ia menuturkan, awal Januari 2015, kelompok tersebut pernah mendatangi MUI NTB untuk diakui sebagai organisasi yang sah. Namun, usai diteliti dan diperiksa lebih lanjut, Gafatar dinyatakan merupakan aliran sesat dan bukan organisasi Islam.

“Gafatar pernah datang ke NTB di awal 2015 ingin diakui, namun steelah dipelajari AD/ART organisasi bukan masuk ke organisasi Islam,” kata dia mengungkapkan.

Ia mengimbau kepada seluruh MUI di 10 kabupaten/kota untuk berhati-hati dengan keberadaan kelompok aliran Gafatar serta melakukan koordinasi untuk langkah antisipasi di masyarakat.

Saiful menegaskan, MUI NTB menolak keberadaan aliran Gafatar. Selain itu, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan serta informasi mengenai orang hilang akibat mengikuti aliran keagamaan ataupun Gafatar.

Ia menuturkan, aliran Gafatar sempat terdeteksi beraktivitas di wilayah Sesela, Kabupaten Lombok Barat. Namun, kini keberadaannya sudah tidak ada sebab masyarakat sekitar menolak aliran tersebut.

“Masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh dan terperangkap,” ucap dia.

 

 

sumber: Republika Online

Waspada! Buku PAI Kelas 5 SD Sesat, Nabi Muhammad Jadi Urutan 13 dan Nabi Isa Jadi Urutan Terakhir (25)

Zaman terus berubah, bertambah pula berbagai aliran sesat. Kali ini, kesesatan itu disebarkan melalui buku pelajaran di sekolah. Sebuah buku Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk kelas 5 SD di Pandang Lawas Utara (Paluta) Sumatera Utara dipandang menyesatkan. Pasalnya, buku tersebut yang disusun oleh Fauzi Abdul Ghofur dan Masyhudi, menyebutkan jika Nabi Muhammad SAW adalah nabi di urutan yang ke 13, sedangkan Nabi Isa berada pada urutan Ke-25.

Ketua Pim­pinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni, menanggapi buku tersebut dan menilai buku itu harus segera ditarik dari peredarannya. Apalagi, jika buku itu diperuntukkan bagi siswa SD yang masih polos. Mughni menilai jika hal itu cukup membahayakan karena pada tingkatan mereka sifatnya masih mencerna dan belum bisa berpikir kritis.

Salah satu orangtua siswa, Ramlan Pulungan, pada Kamis (28/1/2016) meminta terhadappemerintah agar segera menarik peredaran buku PAI itu.

“Setahu saya, Nabi Muhammad itu utusan terakhir, kok ini ada di urutan 13 dan nabi terakhirnya Nabi Isa, kami takut anak kita salah persepsi soal ini, pemerintah harus segera menarik peredaran buku ini,” jelas Ramlan.

Selain itu, Pangundian Harahap mengakui, jika dirinya mengetahui adanya kesalahan seusai anaknya yang masih kelas 5 SD sedang menghafalkan nama-nama Rasul Allah. Dia terkejut ketika mendengar jika urutannya berbeda dan langsung memberi nasehat bahwa Nabi Muhammad SAW bukan nabi ke-13, melainkan nabi terakhir (25). Namun, anaknya menjawab bahwa itu sesuai dengan isi yang terkandung dalam buku pelajaran mereka.
Diketahui kalau buku PAI itu diterbitkan Grafindo Media Pratama dan disusun oleh Fauzi Abdul Ghofur dan Masyhudi. Di halaman 86, buku yang mereka publikasikan, tepatnya pada sub bab tentang nabi dan rasul, tertera bahwa Nabi Muhammad adalah nabi ke-13. Sementara untuk nabi urutan terakhir adalah Isa AS. Perhatikan gambar di bawah ini!

 

Berdasarkan pengakuan Kasi Pendidikan Agama Islam Kantor Kementerian Agama Cabang Kabupaten Paluta, sudah mendengar informasi terkait buku itu. Tetapi, hingga saat ini belum pernah melihatnya secara langsung. Meskipun begitu, jika memang ada buku pelajaran PAI yang menyimpang, pihaknya akan segera menariknya dari semua sekolah.

 

 

sumber: NadiGuru.web.id

Lima Golongan Orang yang Dapat Petunjuk Allah

Allah SWT menjelaskan golongan yang mendapat petunjuk dalam Alquran. Mereka yang mendapat petunjuk sebagai nikmat Allah yang besar, akan selamat, bahagia, dan mendapat ridha-Nya di dunia dan akhirat.

Pertama, para nabi dan rasul Allah. Dengan petunjuk Allah, mereka mampu menepis dan menolak godaan setan yang mengajak pada perbuatan yang dilarang Allah.

Allah SWT berfirman, ”Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak pula seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS 22: 52).

Kedua, orang-orang yang tiada ragu beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS 49: 15).

 

Ketiga, mereka yang mati syahid karena menegakkan agama Allah. Mereka mendapat gelar syuhada. Mereka mendapat kedudukan tinggi dan ganjaran yang baik dari Allah.

Ini dikuak lewat firman-Nya, ”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (QS 3: 169-171).

 

Keempat, orang yang melakukan amal saleh karena didorong iman yang mereka miliki. Allah berfirman, ”Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.” (QS 29: 9).

Mereka pun menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, seperti firman Allah, ”Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebaikan. Mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (QS 3: 114).

Kelima, orang-orang yang menaati petunjuk dan perintah Allah dengan ikhlas serta hati yang takut kepada siksa-Nya. Mereka digelari Allah dengan mukhlisin. Firman Allah SWT, ”Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS 23: 57-61).

 

Oleh Firdaus

Sumber : Pusat Data Republika