Month: October 2016
Kenapa Suamiku di Dunia Direbut Bidadari Surga?
SETIAP pasangan menginginkan kebersamaan hingga ke surga kelak. Namun, bagaimana kiranya bila suami yang kita sayangi direbut oleh para bidadari surga?
Dari Mu’adz ibn Jabal r.a.: Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda, “Jika seorang istri menyakiti suaminya di dunia, istrinya-di surga kelak-yakni bidadari, berkata kepada istri tersebut, ‘Janganlah menyakitinya, semoga Allah membinasakan dirimu. Ia adalah tamu di sisimu dan akan segera meninggalkanmu untuk datang kepadaku.'” (HR At Tirmidzi, Ibn Majah, dan Ahmad)
Awas! Jangan Meniadakan Jerih Payah Suami
PEREMPUAN yang kufur nikmat bukanlah perempuan yang akan memasuki surga-Nya Allah. Perempuan semacam ini yang disebutkan dalam salah satu hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Asma’ binti Yazid.
Dari Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah radhiallahu anha: Ketika aku sedang duduk bersama orang-orang sebayaku, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam lewat dan mengucapkan salam kepada kami. Kemudian, beliau bersabda, “Waspadalah kalian, jangan mengingkari orang-orang yang telah memberi kenikmatan.”
Di antara mereka, akulah yang paling berani untuk bertanya kepada beliau. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan pengingkaran terhadap orang-orang yang telah memberikan kenikmatan?”
Beliau menjawab, “Bisa jadi seseorang dari kalian lama menjanda, lalu Allah menganugerahinya suami dan memberinya anak, tetapi ia sangat marah dan mengingkari nikmat. Ia berkata, ‘Aku tidak mendapatkan satu kebaikan pun darimu’.” (HR Al-Bukhari dan Ahmad)
Tidak pantas bagi seorang perempuan beriman menuntut hal yang memberatkan suaminya, pupuklah kesabaran dan kelapangan hati mendampingi suami di kala lapang maupun sempit. Bukankah suami yang rela bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan nafkah yang halal?
Bantulah suami kita untuk menghidupi keluarga dengan segala sesuatu yang halal demi mencapai ridho Allah Ta’ala. Doakan ia agar senantiasa dalam lindungan Allah. Yakinlah bahwa rezeki dan karunia tak akan pernah tertukar, tugas kita hanyalah bersabar dan bersyukur hingga Allah melipatgandakan kenikmatan-Nya. (DOS)
Meski Mahram Kita, Ada Batasan Terlihatnya Aurat
ADA 3 batasan untuk aurat wanita:
(1) Seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Sehingga yang terlihat hanya pakaiannya. Sebagian ulama menyebutnya az-Zinah ad-Dzahirah (bagian yang nampak)
(2) Anggota wudu: leher ke atas, lengan ke bawah, dan betis ke bawah. Ulama menyebutnya az-Zinah al-Bathinah (aurat dalam)
(3) Antara pusar sampai lutut
Dari ketiga batasan ini, bagian manakah batas aurat wanita di hadapan lelaki yang masih mahram dengannya, seperti anak, bapak, saudara lelaki, paman, atau kakek? Ada 2 pendapat ulama dalam hal ini,
Pertama, aurat wanita di depan lelaki yang menjadi mahramnya, antara pusar sampai lutut. Ini merupakan pendapat Hanafiyah dan sebagian Syafiiyah. Al-Khathib as-Syarbini Ulama Syafiiyah mengatakan,
“Lelaki tidak boleh melihat aurat wanita mahramnya, baik mahram karena nasab, persusuan, atau pernikahan, antara pusar dan lutut boleh melihat ke pusar dan lutut, karena keduanya bukan aurat untuk dilihat mahram.” (Mughni al-Muhtaj, 3/129)
Kedua, aurat wanita di depan lelaki yang menjadi mahramnya, adalah anggota wudu. Ini pendapat sebagian syafiiyah, dan pendapat hambali. Al-Khathib as-Syarbini menyebutkan pendapat kedua,
Keterangan lain disebutkan Ibnu Qudamah, “Boleh bagi lelaki mahram untuk melihat bagian yang biasa nampak di rumah, seperti leher, kepala, dua telapak tangan, kaki, dan semacamnya. Dan tidak boleh melihat bagian yang umumnya tertutup, seperti dada atau punggung dan semacamnya.” (al-Mughni, 7/454)
Diantara dalil yang mendukung pendapat ini adalah firman Allah,“Janganlah mereka (para wanita) menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra mereka, atau putra suami mereka, atau saudara lelaki mereka” (QS. an-Nur: 31)
Di awal ayat, Allah mengatakan, Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menjaga pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya.”
Kata Ibnu Masud, makna perhiasan yang sering nampak adalah bajunya. Dalam Tafsirnya, al-Jasshas menjelaskan, “Bahwa perhiasan ada dua: perhiasan yang biasa nampak, itulah pakaiannya, telapak tangannnya dan wajahnya. Dan kedua, perhiasan yang tidak biasa nampak, seperti anting, kalung, gelang, gelang kaki, dst.”
Di awal ayat, Allah membolehkan wanita terlihat bagian yang nampak. Kemudian di lanjutan ayat, Allah ajarkan, tidak boleh menampakkan perhiasan kecuali di depan mahramnya. Artinya batas yang boleh dilihat di di situ adalah aurat batin, dan itulah aurat yang biasa nampak ketika wanita di rumah. (Tafsir al-Jasshas, 5/174)
Karena itu, anak tidak boleh melihat aurat ibunnya selain anggota badan yang biasa nampak ketika mereka beraktivitas, meliputi wajah, kepala, leher, tangan sampai siku, dan kaki sampai lutut.
Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]
Hukum Membentak/Meninggikan Suara pada Suami
DALAM kehidupan rumah tangga terjadi sedikit perbedaan pendapat pada suami istri yaitu hal yang wajar, dengan kondisi seperti apapun seseorang istri harus memelankan suaranya ketika bicara dengan suaminya walaupun dia mengganggap pendapatnya benar.
Seseorang suami yaitu orang yang paling harus ditaati dan dihormati oleh istri. Sebagaimana kita ketahui kalau Rasulullah dalam beberapa hadisnya menunjukkan betapa tinggi kedudukansuami untuk istrinya :
“Seandai saya bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seseorang istri untuk sujud pada suaminya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi)
“Tidaklah pantas untuk seorang manusia untuk sujud pada manusia yang lain. Kalau pantas/bisa untuk seseorang untuk sujud pada seorang yang lain pasti saya perintahkan istri untuk sujud pada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya” (HR. Ahmad)
“Dan sebaik-baik istri yaitu yang patuh pada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tidak suka membicarakan suatu hal yg tidak berguna, tidak cerewet dan tidak suka bersuara hingar-bingar dan setia pada suaminya.” (HR. An Nasa’i)
Bila suami berbuat salah atau salah, Jadi telah harusnya untuk sangistri untuk mengingatkan suami dengan baik, dengan suara lemah lembut, tidak membentak (bertemura keras), dan tidak juga menyinggung perasaannya. Sikap kasar istri pada suami dan sebaliknya mengisyaratkan kurangnya ilmu dan keburukan akhlak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baiknya wanita untuk suami adalah yang menyenangkan saat dilihat, taat saat diperintah, dan tidak menentang suaminya baik dalam hatinya dan tidak membelanjakan (memakai) hartanya pada perkara yang dibenci suaminya” (H. R. Ahmad) Seperti anak dapat dikira durhaka pada orangtua, jadi istri juga bisa dikatakan durhaka pada suamisaat berani membentaknya. Wallahu A’lam. []
Bidadari Marah pada Istri yang Memarahi Suaminya
BILA seseorang suami dibentak atau dizalimi oleh istrinya, jadi beberapa bidadari di surga akan marah pada istri yang memarahi suaminya. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Tidaklah seseorang istri menyakiti suaminya didunia, tetapi istrinya dari kelompok bidadari bakal berkata, “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanya tamu di sisimu ; hampir saja ia bakal meninggalkanmu menuju pada kami” (HR. At-Tirmidzi)
Ini semestinya jadi pelajaran untuk para istri tidak untuk menzalimi suaminya. Saingannya berat, saingannya bukanlah lagi madumu atau yang lain. tetapi sainganmu yaitu bidadari yang Allah subhaanahu wa ta’ala mensifatkannya di dalam Alquran.
Di antara sifatnya yaitu : “Sebenarnya orang-orang yang bertakwa memperoleh kemenangan, (yakni) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya.” (QS an-Naba’ : 31-33) “Sekianlah, serta Kami berikanlah pada mereka bidadari.” (QS. Ad-Dhukhan : 54) “Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata cermat.” (QS. At-Thur : 20) “(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (QS. Ar-Rahman : 72) “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar-Rahman : 70) ” Sebenarnya kami membuat mereka (bidadari-bidadari) dengan segera. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah : 35-37)
Hadis Abdullah ibnu Masud Radiyallahu ‘anhu : “Kelompok pertama kali yang masuk surga, seolah wajah mereka cahaya rembulan di malam purnama. Grup ke-2 seperti bintang kejora yang terbaik di langit. Untuk setiap orang dari ahli surga itu dua bidadari surga. Pada setiap bidadari ada 70 perhiasan. Sumsum kakinya bisa terlihat dari balik daging dan perhiasannya, seperti minuman merah bisa dilihat di gelas putih.” (HR. Thabrani dengan sanad shahih) Nah para istri, jangan mezalimi terlebih membentaksuami kalian lagi, sainganmu bidadari loh! []
Pekerjaan Penuh Keberkahan
DUDUK-DUDUK sore di Pondok Pesantren dengan isteri, arsitek, dan humas sungguh memberikan inspirasi baru bagaimana dan apa yang bisa dilakukan oleh pondok pesantren kota dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Muncullah beberapa ide yang perlu didiskusikan dengan tim pengurus besar. Ide kreatif tak harus selalu muncul dari rapat resmi super mahal. Duduk-duduk tadi hanya ditemani oleh gorengan dan jajan tradisional.
Di akhir diskusi ringan itu, kami teringat dengan tulisan lama di WhatsApp WA group tentang penghasilan. Masih jamak di kalangan masyarakat awam bahwa penghasilan tetap itu lebih membuat orang lebih terhormat dibandingkan dengan penghasilan tidak tetap. Menjadi pengawai negeri masih menjadi idaman kebanyakan masyarakat. Karena itulah maka banyak di antara masyarakat yang mau mengeluarkan dana seberapapun yang penting menjadi PNS.
“Sebenarnya, dalam masalah penghasilan, tetap dan tidak tetap itu tak perlu terlalu dirisaukan. Yang penting adalah tetap berpenghasilan.” Lebih penting lagi diingat adalah bahwa penghasian tidak tetap tapi cukup untuk kebutuhan hidup itu adalah lebih baik ketimbang penghasilan tetap tapi tidak cukup untuk kebutuhan hidup.
Kalau begitu, tak usah risau dengan jenis pekerjaan. Yang penting adalah ada yang bisa kita kerjakan. Lebih penting lagi adalah bahwa pekerjaan kita penuh dengan keberkahan. Bagaimana caranya? Yakinkan pekerjaan kita itu adalah pekerjaan halal, dikerjakan dengan keikhlasan dan diniatkan untuk keselamatan dunia dan akhirat. Salam, AIM, pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]
Indahnya Persahabatan ala Fudlail Bin Iyadl
FUDLAIL bin Iyadl, orang wara’ nan bijak yang sangat terkenal itu, berkata pada sahabatnya, Syekh Faydl bin Ishaq: “Anda ingin masuk surga bersama para Nabi dan Shiddiqiin? Anda ingin di padang makhsyar kelak bersama dengan Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad? Amal apa yang telah engkau lakukan? Syahwat yang mana yang telah engkau tinggalkan? Orang dekatmu yang mana yang telah engkau jauhi karena Allah? Dan orang jauh yang mana yang engkau dekati karena Allah?”
Indah sekali persahabatan yang dipenuhi dengan saling nasehat untuk menyadarkan. Sulit sekali menemukan sahabat seperti Fudlail. Andai kita memiliki sahabat seperti beliau, yang peduli dengan masa depan kita di akhirat kelak, jagalah persahabatan seperti itu, jangan sampai retak dan saling menjauh. Semakin sering kita ingat akan akhirat kita, semakin kita berhati-hati dalam berucap, bertingkah, berusaha dan bekerja.
Nasehat Fudlail tersebut di atas adalah bahan renungan yang sangat bagus untuk kita. Ternyata, masuk surga itu membutuhkan syarat-syarat sebagai pengantar menujunya, yakni amal kebaikan yang dilakukan secara ikhlas. Tidaklah cukup kata-kata bahwa cita-cinta kita adalah sebagai ahli surga. Dibutuhkan amal kebaikan sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang baik yang dijamin masuk surga.
Teriring doa semoga kita bisa mengambil kemanfataan dari ilmu mereka, bisa tercerahkan dengan jalan mulia yang mereka tempuh dan akhirnya bisa meninggalkan dunia ini dengan khusnul khatimah seperti yang telah terjadi pada mereka.
Bekerjalah untuk akhirat kita secara lebih serius dibandingkan bekerja untuk dunia kita. Piala tak akan diberikan kecuali pada pemenang lomba. Surgapun tak akan diberikan kecuali pada pemenang dalam lomba kebaikan. Salam, AIM@PPK Alif Laam Miim Surabaya. [*]
Santai Aja, Rizki Tak Akan Salah Alamat
ADA ayat dalam al-Qur’an, tepatnya ayat 2 surat Fathir, yang membuat kita tenang dalam menghadapi kompetisi kehidupan. Ayat itu berbunyi: “Apapun rahmat yang Allah bukakan kepada manusia, maka tidak ada yang bisa mencegah atau menghalanginya.”
Potongan ayat pendek ini menenangkan kita manakala kita gelisah dalam kompetisi mendapatkan rizki, galau ketika berlomba mendapatkan sesuatu. Kalau memang untuk kita, rizki itu tak akan kemana. Kalau memang bagian kita, maka tak mungkin ada yang bisa menghalangi datangnya rahmat itu untuk kita. Kalau memahami, meresapi dan meyakini ayat tersebut di atas, pasti merasa tenang bukan?
Ayat tersebut di atas meyakinkan kita bahwa hak tunggal pembagi rizki adalah milik Allah sebagai Ar-Razzaaq. Kalau begitu, layakkah kita mengeluhkan apa yang kita dapatkan? Pantaskah kita menjauh dariNya dalam keseharian kita? Ah, sudah sering diceramahkan dan sudah sering dikaji bersama bahwa memperbaiki ibadah dan pengabdian kepada Allah adalah cara terbaik dalam merayu Allah untuk memberikan rahmatNya. Salam, AIM. [*]
Mengejar Pujian Manusia Tak Ada Ujungnya
SEKADAR pengingat diri. Saya setuju dengan dawuh berikut ini dan semoga Allah memampukan saya untuk mengamalkannya. Semoga sahabat pembaca yang juga setuju diberikan kemampuan mengamalkannya.
Bisyr al-Hafi berkata: “Tidak akan pernah merasakan manisnya akhirat, seseorang yang senang atau berkeinginan untuk dikenal manusia.”
Tanamkan keinginan dalam diri kita untuk dikenal Allah dengan cara menaikkan sebanyak mungkin amal kebaikan yang tulus dipersembahkan hanya untukNya. Berhentilah mengejar pujian manusia. Teruslah berusaha untuk menjadi manusia pilihan yang dipuji Allah.
Jangan biasa mengejar keterkenalan, namun biasakan untuk senantiasa berpihak dan menjalankan kebenaran. Damailah selalu sahabatku dan saudaraku. Mari kita saling mengingatkan dan mendoakan untuk bersama-sama menjadi manusia terpilih yang dipuji Allah. Salam, AIM@Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]