Ternyata! Bukan Shaf Terdepan yang Utama

TERPUJILAH Allah semesta alam yang menjadikan salat berjemaah di masjid memiliki keutamaan yang jauh lebih besar dibandingkan salat sendirian di rumah. Selain itu, bergegas memenuhi seruan muadzin demi mendapatkan shaf pertama pun menjadi hal penting sebagaimana yang kita ketahui selama ini. Namun, apakah benar bahwa shaf terdepan adalah yang paling utama?
Marilah kita simak untaian kalimat dari baginda kita Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
“Shaf salat laki-laki yang paling baik adalah yang paling depan, sedangkan shaf yang paling buruk adalah yang paling belakang. Sebaliknya, shaf salat perempuan yang paling baik adalah yang paling belakang, sedangkan shaf yang paling buruk adalah yang paling depan.” (HR Muslim)
Hadis ini menjelaskan bahwa tak selamanya shaf terdepan adalah yang paling utama apabila itu bagi perempuan. Hal ini disebabkan, shaf terdepan bagi perempuan lebih dekat kepada shaf laki-laki sehingga memungkinkan terjadinya fitnah dibandingkan shaf shalat paling belakang yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya fitnah.
Selanjutnya, bagaimana cara mengantisipasi kondisi apabila shaf laki-laki berdekatan dengan shaf perempuan?
Adapun adab-adab yang dapat kita jaga di antaranya sebagai berikut:
1. Perempuan tidak mengangkat kepala dari ruku’ atau sujud sebelum laki-laki mengangkat kepala
2. Perempuan sebaiknya keluar dari masjid terlebih dahulu, bila tidak ada pintu khusus bagi masing-masing
3. Tidak memakai wewangian, perhiasan dan pakaian tertentu dengan tujuan memamerkan diri
Jadi, masihkah shaf terdepan menjadi yang paling utama bagi perempuan Shalihat? Mari berbenah bersama ya… (DOS)

Kenapa Suamiku di Dunia Direbut Bidadari Surga?

SETIAP pasangan menginginkan kebersamaan hingga ke surga kelak. Namun, bagaimana kiranya bila suami yang kita sayangi direbut oleh para bidadari surga?

Dari Mu’adz ibn Jabal r.a.: Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda, “Jika seorang istri menyakiti suaminya di dunia, istrinya-di surga kelak-yakni bidadari, berkata kepada istri tersebut, ‘Janganlah menyakitinya, semoga Allah membinasakan dirimu. Ia adalah tamu di sisimu dan akan segera meninggalkanmu untuk datang kepadaku.'” (HR At Tirmidzi, Ibn Majah, dan Ahmad)

Hadis ini menunjukkan bahwa apabila seorang istri tidak memperlakukan suaminya ketika di dunia dengan baik, tidak menaati perintahnya, bahkan menyakitinya. Maka sang istri akan dilempar ke neraka dan kelak para bidadari surga lah yang akan mendampingi suaminya. Bagaimana shalihat, relakah kita? (DOS)

Awas! Jangan Meniadakan Jerih Payah Suami

PEREMPUAN yang kufur nikmat bukanlah perempuan yang akan memasuki surga-Nya Allah. Perempuan semacam ini yang disebutkan dalam salah satu hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Asma’ binti Yazid.

Dari Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah radhiallahu anha: Ketika aku sedang duduk bersama orang-orang sebayaku, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam lewat dan mengucapkan salam kepada kami. Kemudian, beliau bersabda, “Waspadalah kalian, jangan mengingkari orang-orang yang telah memberi kenikmatan.”

Di antara mereka, akulah yang paling berani untuk bertanya kepada beliau. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan pengingkaran terhadap orang-orang yang telah memberikan kenikmatan?”

Beliau menjawab, “Bisa jadi seseorang dari kalian lama menjanda, lalu Allah menganugerahinya suami dan memberinya anak, tetapi ia sangat marah dan mengingkari nikmat. Ia berkata, ‘Aku tidak mendapatkan satu kebaikan pun darimu’.” (HR Al-Bukhari dan Ahmad)

Hadits ini mengingatkan kaum perempuan untuk mengingat kebaikan Allah yang diberikan melalui perantara suami. Jangan menjadi perempuan yang kufur nikmat dengan meniadakan jerih payah suami apalagi disertai dengan kebencian dan kemarahan.

Tidak pantas bagi seorang perempuan beriman menuntut hal yang memberatkan suaminya, pupuklah kesabaran dan kelapangan hati mendampingi suami di kala lapang maupun sempit. Bukankah suami yang rela bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan nafkah yang halal?

Bantulah suami kita untuk menghidupi keluarga dengan segala sesuatu yang halal demi mencapai ridho Allah Ta’ala. Doakan ia agar senantiasa dalam lindungan Allah. Yakinlah bahwa rezeki dan karunia tak akan pernah tertukar, tugas kita hanyalah bersabar dan bersyukur hingga Allah melipatgandakan kenikmatan-Nya. (DOS)

 

 

sumber:Mozaik Inilah.com

Meski Mahram Kita, Ada Batasan Terlihatnya Aurat

ADA 3 batasan untuk aurat wanita:

(1) Seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Sehingga yang terlihat hanya pakaiannya. Sebagian ulama menyebutnya az-Zinah ad-Dzahirah (bagian yang nampak)

(2) Anggota wudu: leher ke atas, lengan ke bawah, dan betis ke bawah. Ulama menyebutnya az-Zinah al-Bathinah (aurat dalam)

(3) Antara pusar sampai lutut

Dari ketiga batasan ini, bagian manakah batas aurat wanita di hadapan lelaki yang masih mahram dengannya, seperti anak, bapak, saudara lelaki, paman, atau kakek? Ada 2 pendapat ulama dalam hal ini,

Pertama, aurat wanita di depan lelaki yang menjadi mahramnya, antara pusar sampai lutut. Ini merupakan pendapat Hanafiyah dan sebagian Syafiiyah. Al-Khathib as-Syarbini Ulama Syafiiyah mengatakan,

“Lelaki tidak boleh melihat aurat wanita mahramnya, baik mahram karena nasab, persusuan, atau pernikahan, antara pusar dan lutut boleh melihat ke pusar dan lutut, karena keduanya bukan aurat untuk dilihat mahram.” (Mughni al-Muhtaj, 3/129)

Kedua, aurat wanita di depan lelaki yang menjadi mahramnya, adalah anggota wudu. Ini pendapat sebagian syafiiyah, dan pendapat hambali. Al-Khathib as-Syarbini menyebutkan pendapat kedua,

“Ada yang berpendapat, lelaki mahram hanya boleh melihat bagian yang biasa nampak ketika wanita beraktivitas. Karena bagian anggota badan yang lebih dari itu, tidak ada kepentingan mendesak baginya untuk melihatnya. Yang dimaksud bagian yang biasa terlihat ketika beraktivitas adalah wajah, kepala, leher, tangan sampai siku, dan kaki sampai lutut.” (Mughni al-Muhtaj, 3/129)

Keterangan lain disebutkan Ibnu Qudamah, “Boleh bagi lelaki mahram untuk melihat bagian yang biasa nampak di rumah, seperti leher, kepala, dua telapak tangan, kaki, dan semacamnya. Dan tidak boleh melihat bagian yang umumnya tertutup, seperti dada atau punggung dan semacamnya.” (al-Mughni, 7/454)

Diantara dalil yang mendukung pendapat ini adalah firman Allah,“Janganlah mereka (para wanita) menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra mereka, atau putra suami mereka, atau saudara lelaki mereka” (QS. an-Nur: 31)

Di awal ayat, Allah mengatakan, Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menjaga pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya.”

Kata Ibnu Masud, makna perhiasan yang sering nampak adalah bajunya. Dalam Tafsirnya, al-Jasshas menjelaskan, “Bahwa perhiasan ada dua: perhiasan yang biasa nampak, itulah pakaiannya, telapak tangannnya dan wajahnya. Dan kedua, perhiasan yang tidak biasa nampak, seperti anting, kalung, gelang, gelang kaki, dst.”

Di awal ayat, Allah membolehkan wanita terlihat bagian yang nampak. Kemudian di lanjutan ayat, Allah ajarkan, tidak boleh menampakkan perhiasan kecuali di depan mahramnya. Artinya batas yang boleh dilihat di di situ adalah aurat batin, dan itulah aurat yang biasa nampak ketika wanita di rumah. (Tafsir al-Jasshas, 5/174)

Karena itu, anak tidak boleh melihat aurat ibunnya selain anggota badan yang biasa nampak ketika mereka beraktivitas, meliputi wajah, kepala, leher, tangan sampai siku, dan kaki sampai lutut.

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

sumber: MozikINilahcom

Hukum Membentak/Meninggikan Suara pada Suami

DALAM kehidupan rumah tangga terjadi sedikit perbedaan pendapat pada suami istri yaitu hal yang wajar, dengan kondisi seperti apapun seseorang istri harus memelankan suaranya ketika bicara dengan suaminya walaupun dia mengganggap pendapatnya benar.

Seseorang suami yaitu orang yang paling harus ditaati dan dihormati oleh istri. Sebagaimana kita ketahui kalau Rasulullah dalam beberapa hadisnya menunjukkan betapa tinggi kedudukansuami untuk istrinya :

“Seandai saya bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seseorang istri untuk sujud pada suaminya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi)

“Tidaklah pantas untuk seorang manusia untuk sujud pada manusia yang lain. Kalau pantas/bisa untuk seseorang untuk sujud pada seorang yang lain pasti saya perintahkan istri untuk sujud pada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya” (HR. Ahmad)

“Dan sebaik-baik istri yaitu yang patuh pada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tidak suka membicarakan suatu hal yg tidak berguna, tidak cerewet dan tidak suka bersuara hingar-bingar dan setia pada suaminya.” (HR. An Nasa’i)

Bila suami berbuat salah atau salah, Jadi telah harusnya untuk sangistri untuk mengingatkan suami dengan baik, dengan suara lemah lembut, tidak membentak (bertemura keras), dan tidak juga menyinggung perasaannya. Sikap kasar istri pada suami dan sebaliknya mengisyaratkan kurangnya ilmu dan keburukan akhlak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baiknya wanita untuk suami adalah yang menyenangkan saat dilihat, taat saat diperintah, dan tidak menentang suaminya baik dalam hatinya dan tidak membelanjakan (memakai) hartanya pada perkara yang dibenci suaminya” (H. R. Ahmad) Seperti anak dapat dikira durhaka pada orangtua, jadi istri juga bisa dikatakan durhaka pada suamisaat berani membentaknya. Wallahu A’lam. []

 

sumber:Mozaik Inilah.com

Bidadari Marah pada Istri yang Memarahi Suaminya

BILA seseorang suami dibentak atau dizalimi oleh istrinya, jadi beberapa bidadari di surga akan marah pada istri yang memarahi suaminya. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Tidaklah seseorang istri menyakiti suaminya didunia, tetapi istrinya dari kelompok bidadari bakal berkata, “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanya tamu di sisimu ; hampir saja ia bakal meninggalkanmu menuju pada kami” (HR. At-Tirmidzi)

Ini semestinya jadi pelajaran untuk para istri tidak untuk menzalimi suaminya. Saingannya berat, saingannya bukanlah lagi madumu atau yang lain. tetapi sainganmu yaitu bidadari yang Allah subhaanahu wa ta’ala mensifatkannya di dalam Alquran.

Di antara sifatnya yaitu : “Sebenarnya orang-orang yang bertakwa memperoleh kemenangan, (yakni) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya.” (QS an-Naba’ : 31-33) “Sekianlah, serta Kami berikanlah pada mereka bidadari.” (QS. Ad-Dhukhan : 54) “Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata cermat.” (QS. At-Thur : 20) “(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (QS. Ar-Rahman : 72) “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar-Rahman : 70) ” Sebenarnya kami membuat mereka (bidadari-bidadari) dengan segera. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah : 35-37)

Hadis Abdullah ibnu Masud Radiyallahu ‘anhu : “Kelompok pertama kali yang masuk surga, seolah wajah mereka cahaya rembulan di malam purnama. Grup ke-2 seperti bintang kejora yang terbaik di langit. Untuk setiap orang dari ahli surga itu dua bidadari surga. Pada setiap bidadari ada 70 perhiasan. Sumsum kakinya bisa terlihat dari balik daging dan perhiasannya, seperti minuman merah bisa dilihat di gelas putih.” (HR. Thabrani dengan sanad shahih) Nah para istri, jangan mezalimi terlebih membentaksuami kalian lagi, sainganmu bidadari loh! []

 

sumber:Mozaik Inilah.com

Pekerjaan Penuh Keberkahan

DUDUK-DUDUK sore di Pondok Pesantren dengan isteri, arsitek, dan humas sungguh memberikan inspirasi baru bagaimana dan apa yang bisa dilakukan oleh pondok pesantren kota dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat sekitar.

Muncullah beberapa ide yang perlu didiskusikan dengan tim pengurus besar. Ide kreatif tak harus selalu muncul dari rapat resmi super mahal. Duduk-duduk tadi hanya ditemani oleh gorengan dan jajan tradisional.

Di akhir diskusi ringan itu, kami teringat dengan tulisan lama di WhatsApp WA group tentang penghasilan. Masih jamak di kalangan masyarakat awam bahwa penghasilan tetap itu lebih membuat orang lebih terhormat dibandingkan dengan penghasilan tidak tetap. Menjadi pengawai negeri masih menjadi idaman kebanyakan masyarakat. Karena itulah maka banyak di antara masyarakat yang mau mengeluarkan dana seberapapun yang penting menjadi PNS.

Fakta di lapangan adalah bahwa penghasilan atau gaji PNS tidak selalu di atas penghasilan profesi yang lain. Profesi sebagai pedagang atau juga petani dan para profesional bidang lain sangat mungkin jauh melebihi penghasilan seorang PNS, kecuali PNS yang memiliki “keahlian” lain.

“Sebenarnya, dalam masalah penghasilan, tetap dan tidak tetap itu tak perlu terlalu dirisaukan. Yang penting adalah tetap berpenghasilan.” Lebih penting lagi diingat adalah bahwa penghasian tidak tetap tapi cukup untuk kebutuhan hidup itu adalah lebih baik ketimbang penghasilan tetap tapi tidak cukup untuk kebutuhan hidup.

Kalau begitu, tak usah risau dengan jenis pekerjaan. Yang penting adalah ada yang bisa kita kerjakan. Lebih penting lagi adalah bahwa pekerjaan kita penuh dengan keberkahan. Bagaimana caranya? Yakinkan pekerjaan kita itu adalah pekerjaan halal, dikerjakan dengan keikhlasan dan diniatkan untuk keselamatan dunia dan akhirat. Salam, AIM, pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

sumber:Mozaik Inilahcom

Indahnya Persahabatan ala Fudlail Bin Iyadl

FUDLAIL bin Iyadl, orang wara’ nan bijak yang sangat terkenal itu, berkata pada sahabatnya, Syekh Faydl bin Ishaq: “Anda ingin masuk surga bersama para Nabi dan Shiddiqiin? Anda ingin di padang makhsyar kelak bersama dengan Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad? Amal apa yang telah engkau lakukan? Syahwat yang mana yang telah engkau tinggalkan? Orang dekatmu yang mana yang telah engkau jauhi karena Allah? Dan orang jauh yang mana yang engkau dekati karena Allah?”

Indah sekali persahabatan yang dipenuhi dengan saling nasehat untuk menyadarkan. Sulit sekali menemukan sahabat seperti Fudlail. Andai kita memiliki sahabat seperti beliau, yang peduli dengan masa depan kita di akhirat kelak, jagalah persahabatan seperti itu, jangan sampai retak dan saling menjauh. Semakin sering kita ingat akan akhirat kita, semakin kita berhati-hati dalam berucap, bertingkah, berusaha dan bekerja.

Nasehat Fudlail tersebut di atas adalah bahan renungan yang sangat bagus untuk kita. Ternyata, masuk surga itu membutuhkan syarat-syarat sebagai pengantar menujunya, yakni amal kebaikan yang dilakukan secara ikhlas. Tidaklah cukup kata-kata bahwa cita-cinta kita adalah sebagai ahli surga. Dibutuhkan amal kebaikan sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang baik yang dijamin masuk surga.

Bacalah kisah mereka, bacalah kisah hidup kita. Bandingkanlah apa yang telah kita berbuat dengan apa yang telah mereka perbuat untuk akhirat. Jadikan potret hidup mereka sebagai cermin kita. Jadikan nasehat dan fatwa mereka sebagai pegangan kita.

Teriring doa semoga kita bisa mengambil kemanfataan dari ilmu mereka, bisa tercerahkan dengan jalan mulia yang mereka tempuh dan akhirnya bisa meninggalkan dunia ini dengan khusnul khatimah seperti yang telah terjadi pada mereka.

Bekerjalah untuk akhirat kita secara lebih serius dibandingkan bekerja untuk dunia kita. Piala tak akan diberikan kecuali pada pemenang lomba. Surgapun tak akan diberikan kecuali pada pemenang dalam lomba kebaikan. Salam, AIM@PPK Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

sumber: Mozaik Inilahcom

Santai Aja, Rizki Tak Akan Salah Alamat

ADA ayat dalam al-Qur’an, tepatnya ayat 2 surat Fathir, yang membuat kita tenang dalam menghadapi kompetisi kehidupan. Ayat itu berbunyi: “Apapun rahmat yang Allah bukakan kepada manusia, maka tidak ada yang bisa mencegah atau menghalanginya.”

Potongan ayat pendek ini menenangkan kita manakala kita gelisah dalam kompetisi mendapatkan rizki, galau ketika berlomba mendapatkan sesuatu. Kalau memang untuk kita, rizki itu tak akan kemana. Kalau memang bagian kita, maka tak mungkin ada yang bisa menghalangi datangnya rahmat itu untuk kita. Kalau memahami, meresapi dan meyakini ayat tersebut di atas, pasti merasa tenang bukan?

Baru saja saya kedatangan tamu dermawan yang punya beberapa proyek dan pabrik. Ada proyek yang menurut rencananya adalah untuk beliau, tapi ternyata direbut orang lain. Beliau cuma berkata ringan: “Belum rizki saya kiyai. Saya santai saja. Fokus saja pada anak saya yang sakit saat ini. Ujian Allah yang harus dihadapi dengan senyum.”

Ayat tersebut di atas meyakinkan kita bahwa hak tunggal pembagi rizki adalah milik Allah sebagai Ar-Razzaaq. Kalau begitu, layakkah kita mengeluhkan apa yang kita dapatkan? Pantaskah kita menjauh dariNya dalam keseharian kita? Ah, sudah sering diceramahkan dan sudah sering dikaji bersama bahwa memperbaiki ibadah dan pengabdian kepada Allah adalah cara terbaik dalam merayu Allah untuk memberikan rahmatNya. Salam, AIM. [*]

 

sumber: Inilahcom

Mengejar Pujian Manusia Tak Ada Ujungnya

SEKADAR pengingat diri. Saya setuju dengan dawuh berikut ini dan semoga Allah memampukan saya untuk mengamalkannya. Semoga sahabat pembaca yang juga setuju diberikan kemampuan mengamalkannya.

Bisyr al-Hafi berkata: “Tidak akan pernah merasakan manisnya akhirat, seseorang yang senang atau berkeinginan untuk dikenal manusia.”

Tanamkan keinginan dalam diri kita untuk dikenal Allah dengan cara menaikkan sebanyak mungkin amal kebaikan yang tulus dipersembahkan hanya untukNya. Berhentilah mengejar pujian manusia. Teruslah berusaha untuk menjadi manusia pilihan yang dipuji Allah.

Mengejar pujian manusia adalah pekerjaan yang melelahkan dan tak akan pernah menemukan titik henti. Lebih dari itu, hal itu akan membutakan hati pada aturan-aturan hukum yang seharusnya diikuti dengan sepenuh hati. Mengejar pujian dari Allah adalah pekerjaan yang menyenangkan karena ada keyakinan bahwa tiada amal yang terluput dari catatan. Lebih dari itu, mengejar pujianNya akan mengantarkan kita pada hakikat ketaatan yang mengantarkan pada kebahagiaan.

Jangan biasa mengejar keterkenalan, namun biasakan untuk senantiasa berpihak dan menjalankan kebenaran. Damailah selalu sahabatku dan saudaraku. Mari kita saling mengingatkan dan mendoakan untuk bersama-sama menjadi manusia terpilih yang dipuji Allah. Salam, AIM@Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

sumber: Mozaik Inilahcom