Sebaik Apapun, Tanpa Syahadat, Sia-Sia Amalnya

KALIMAT syahadat adalah pembeda antara iman dan kafir, sebab siapa yang melafadzkannya dengan sadar maka dia telah masuk dalam pintu Islam dan kebaikannya. Sebaliknya, sebaik apapun seseorang di mata manusia, bila ia belum memberikan pengakuan untuk menghamba pada Allah, maka sia-sia amalnya dihadapan Allah.

Maka wajar bila Rasulullah memberikan panduan pada kita untuk senantiasa menjaga kalimat syahadat, memperbaruinya dalam tiap-tap tahiyat shalat kita. Sebab kalimat syahadat ini tidak hanya membawa kita pada Islam, tapi juga mengarahkan kecenderungan diri, menentukan apa yang kita sukai atau yang kita benci. Kalimat syahadat ini juga menjadi pembeda siapa yang dekat dengan kita, siapa yang kita pilih untuk menjadi kawan, teman kepercayaan dan juga tentunya pemimpin.

Karena dua kalimat syahadat itulah Rasulullah berubah dari dicintai kaum Quraisy menjadi paling dibenci, dari kesayangan jadi dianggap ancaman sosial masyarakat. Kafir Quraisy tak suka dengan kalimat syahadat, sebab itu akan menjadikan kekuasaan mereka hilang, kedzaliman berganti dengan keadilan dan juga keberkahan. Mereka tak suka bila status-quo yang selama ini ada tumbang digantikan prinsip-prinsip kebaikan dari langit, sebab sudah biasa berkuasa, jumud dalam kebatilan.

Memang syahadat adalah pembeda, yang tak suka padanya pastilah bermasalah, sedang yang mempertahankannya pasti mereka yang berusaha menjaga imannya. Lihat saja saat ini, mereka yang tak suka dengan syiar-syiar Islam, pasti mereka yang sama yang mendukung kekufuran, ramah pada penista agama dan rombongannya. Habis-habisan agamanya dihina, sedang Muslim dicitrakan beringas dan tukang pukul, difitnah rasis dan anarkis, tapi tetap saja mereka tertawa dan berangkul mesra.

Syahadat memang pembeda, siapa yang berteguh di dalamnya akan beroleh ketaatan, ampunan, dan ridha Allah. Semoga kita terus istiqamah menjaga syahadat kita. [IG Ustaz @felixsiauw]

 

MOZAIK INILAHcom

Pahala Melangkah ke Masjid

عن جابر  قالَ : أَراد بنُو سَلِمَة أَن ينْتَقِلوا قُرْبَ المَسْجِدِ فبلَغَ ذلك رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَقَالَ لَهُمْ : « إِنَّه قَدْ بَلَغَنِي أَنَّكُمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَنْتَقِلُوا قُربَ الْمَسْجِدِ ؟ » فَقَالُوا : نَعَمْ يا رسولَ اللَّهِ قَدْ أَرَدْنَا ذلكَ ، فَقالَ : « بَنِي سَلِمةَ ديارَكُمْ ، تكْتبْ آثَارُكُمْ ، دِياركُم ، تُكْتَبْ آثارُكُمْ » رواه مسلم .

Dari Sayyidina Jabir رَضيَ اللَّه عنهُ berkata : “Bani Salimah – salah satu kabilah kaum Anshar yang terkenal رضيَ اللَّه عنهُم– bermaksud hendak berpindah tempat di dekat masjid. Berita itu sampai kepada Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم , kemudian beliau صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم bersabda kepada Bani Salimah itu yang maksudnya : “Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa engkau semua ingin berpindah ke tempat di dekat masjid?” Mereka menjawab: “Benar, ya Rasulullah, kita berkehendak sedemikian itu.” Beliau صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم bersabda lagi yang maksudnya : “Wahai Bani Salimah, tetaplah di rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu – pahala melangkahkan kaki dari rumah ke masjid itu pasti dicatat sebanyak yang dijalankan. Jadi tidak perlu berpindah ke dekat masjid. Tetaplah di rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu.” (HR Imam Muslim)

 

HIDAYATULLAH

Malaysia Ingatkan Warganya Jangan Umrah Sendiri

Pemerintah Malaysia mengingatkan warganya untuk tidak melakukan umrah dengan cara sendiri karena merupakan pelanggaran di Arab Saudi. Sebagian orang menyebut umrah semacam itu sebagai umrah do it yourself (DIY) atau juga umrah backpacker.

Wakil Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia Datuk Mas Ermieyati Samsudin mengatakan pemerintah Saudi telah mewajibkan semua jamaah mendaftarkan diri pada perusahaan operator umrah yang sah. “Wisatawan yang masuk kategori bebas atau pelancong independen tidak dianggap sebagai jamaah umrah,” ujarnya seperti dilansir dari Bernama baru-baru ini.

Seseorang yang umrah sendirian dapat ditangkap oleh pihak berwenang Saudi karena ilegal. Dia menyebut Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia menyadari bahwa ada beberapa orang berbagi pengalaman umrah backpacker-nya.

Kebanyakan dari mereka melakukan umrah sendiri karena biayanya lebih murah daripada paket umrah pada umumnya. Namun, kata Ermieyati, jamaah harus mendaftar ke muassasah yaitu pihak yang merawat dan membantu jamaah saat berada di Saudi.

Saat ini, kementerian sedang menyelidiki dua perusahaan muassasah yang menjual lisensi mereka kepada pihak ketiga. “Perusahaan-perusahaan ini telah mengizinkan pihak ketiga menggunakan sistem mereka untuk mengatur paket umrah dan memproses visa untuk peziarah, namun mereka sendiri tidak memiliki paket apapun,” ujarnya.

 

IHRAM

Gubernur Makkah Segera Luncurkan Tambang Emas Terbesar di Saudi

Gubernur Makkah Pangeran Khaled Al Faisal akan meluncurkan tambang emas dan pabrik tambang Al-Duwaihi dan proyek-proyek insfrastruktur pertambangan lainnya di wilayah Makkah, Arab Saudi. Peluncurkan rencananya akan dilakukan Senin (24/4).

Seperti dilansir dari Arab News, Ahad (23/4), Al-Duwaihi disebut-sebut akan menjadi tambang emas terbesar di Saudi. Tambah tersebut dimiliki dan dikelola oleh Saudi Arabian Mining Co (Maaden). Proyek infrastruktur lainnya yang akan diluncurkan di wilayah tersebut meliputi pembangunan pipa sepanjang 450 kilometer untuk mengangkut air limbah yang diproses dari Taif ke Al-Duwaihi. Ada juga embangunan jalan sepanjang 117 kilometer yang menghubungkan Al-Duwaihi dengan jalan raya Riyadh-Taif.

Investasi Maaden di tambang dan proyek infrastruktur terkait melebihi 1,5 miliar Riyal Saudi (atau setara dengan 400 juta dolar AS). Akan ada 150 peluang kerja langsung bagi pemuda Saudi. Sebanyak 70 persen di antaranya berasal dari desa-desa terdekat.

Lebih dari 30 pemuda dari daerah tetangga telah menyelesaikan pelatihan di Institut Pertambangan Saudi di Arar yang didirikan oleh Maaden bekerja sama dengan Technical and Vocational Training Corp, dan telah bergabung dengan pekerjaan di Al-Duwaihi. Sebanyak 57 pemuda Saudi lainnya telah bergabung dengan Saudi Institute of Mining di Arar mengikuti kursus tiga tahun untuk melakukan operasi tambang di masa depan di wilayah tersebut.

 

IHRAM

Berlomba-lomba Berebut Keutamaan Ramadhan

Dalam hitungan hari, umat Islam di dunia akan kedatangan bulan penuh rahmat dan ampunan. Dalam momentum Ramadhan, semua Muslim akan melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh. Di bulan ini pula menjadi waktu yang tepat memperbanyak ibadah.

Ustaz Oemar Mita menjelaskan tentang pentingnya menyambut Ramadhan dengan sungguh-sungguh. Sebab, Ramadhan merupakan bulan paling istimewa di antara 12 bulan. Untuk itu, Ustaz Oemar mengajak umat Islam mempersiapkan diri dengan maksimal. Itu disampaikan Ustaz Oemar dalam kajian Keislaman Alumni Lintas Angkatan SMA 70, Ghiroh 70, Bulungan, Keboyaran Baru, Jakarta Selatan, Ahad (14/5). Puluhan jamaah yang hadir cukup antusias mengikuti ceramah dari Ustaz Oemar.

“Ramadhan tidak pernah sama dengan bulan yang lain. Ramadhan keutamaannya sangat besar sebagaimana bulan purnama,” ujar Ustaz Oemar di Masjid SMA 70, Jakarta, Ahad (14/5). Menurut dia, Ramadhan menjadi indikator kebaikan seseorang, baik sebelum maupun setelah bulan suci tersebut. Orang yang mendapatkan keutamaan Ramadhan akan memperoleh kebaikan setelahnya.

Sebaliknya, jika seseorang tidak mendapatkan keutamaan Ramadhan maka dia akan gagal pada kehidupan selanjutnya. Artinya, Ustaz Oemar menegaskan, ibadah yang dilakukan selama Ramadhan mengalami kegagalan. Ustaz Oemar menambahkan, kegagalan mendapatkan keutamaan Ramadhan juga tidak lepas dengan perbuatan sebelum Ramadhan. Misalnya, mereka banyak melakukan larangan Allah SWT atau sering menjauh terhadap perintah-Nya. “Mengenal Allah jangan hanya di bulan Ramadhan saja,” kata Ustaz Oemar.

Persiapan maksimal, kata Ustaz Oemar, merupakan hal wajib dilakukan guna mendapatkan keutamaan Ramadhan serta dampaknya ke kehidupan setelahnya. Pada bulan tersebut diimbau agar lebih khusyuk melaksanakan ibadah.

Ustaz Oemar menuturkan, sahabat mempersiapkan puasa enam bulan sebelum bulan tersebut tiba. Mereka memperbanyak berdoa kepada Allah SWT atas dosa yang dilakukannya. Selain iu, mereka juga berdoa agar dimampukan menjalankan ibadah dalam bulan tersebut. Persiapan panjang yang dilakukan sahabat, menurut Ustaz Oemar, menandakan Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa. Ramadhan dapat menjadi musim panen pahala bagi orang-orang yang bertakwa. Di samping itu, persiapan tersebut juga dilakukan karena mereka mengerti tentang keutamaan Ramadhan.

Namun, Ustaz Oemar menilai, umat Islam saat ini lebih banyak yang kurang paham tentang keutamaan Ramadhan. Akibatnya, mereka menyambut Ramadhan hanya sebatas rutinitas yang wajib dilakukan setiap tahun. “Mengapa mereka mempersiapkan Ramadhan ala kadarnya? Karena tidak paham keutamaan Ramadhan,” ucap Ustaz Oemar.

Menurut Ustaz Oemar, setidaknya ada dua hal keutamaan Ramadhan yang akan didapatkan oleh umat Islam, antara lain, Allah akan melipatgandakan pahala pada setiap amal yang dikerjakan di bulan tersebut. Saking besar pahalanya, kata Ustaz Oemar, Allah tidak menjelaskan detil pahala yang akan diberikan pada setiap amal.

Itu berbeda dengan amal lainnya yang dijelaskan oleh Allah tentang besaran pahala yang diberikan. Maka dari itu, Ramadhan merupakan bulan panen pahala jika mampu dimanfaatkan dengan baik. Keutamaan lainnya, Ramadhan merupakan waktu tepat melakukan pertobatan. Ustaz Oemar menganjurkan agar bertobat saat Ramadhan disertai dengan memperbanyak sedekah.

Kendati demikian, keutamaan Ramadhan tidak mudah diraih oleh setiap Muslim. Hal tersebut, menurut Ustaz Oemar, juga pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW. Banyak Muslim yang gagal melaksanakan ibadah pada bulan tersebut. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kualitas puasa yang rendah. “Kualitas Ramadhan tidak berbanding lurus dengan kuantitas. Belum tentu berdampak ke ketakwaan. Padahal, kalau Ramadhan diterima, itu obat,” jelasnya.

Untuk itu, Ustaz Oemar menegaskan, persiapan menyambut Ramadhan sangat penting. Seperti, memperbanyak istigfar serta memaksimalkan tobat. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, diyakini tidak akan menikmati Ramadhan. “Karena dosa menjadikan kenikmatan Ramadhan hilang,” Ustaz Oemar menambahkan.

Kemudian, lanjutnya, umat Islam pun  mempersiapkan ilmu dan harta dalam menyambut Ramadhan. Harta tersebut diimbau untuk digunakan beribadah, seperti memperbanyak sedekah. Yusuf, salah seorang jamaah, mengatakan, kajian tersebut sangat bermanfaat kepada dirinya. Sebab, Yusuf merasa ibadah puasa yang dilakukan setiap tahun belum maksimal. Dari kajian ini, Yusuf berharap mendapatkan ilmu tentang Ramadhan.

“Ya, harapannya bermanfaat buat saya,” ujar Yusuf kepada Republika.co.id.

Harapan sama juga disampaikan Amir. Persiapan menyambut Ramadhan harus dipersiapkan dengan matang. Tujuannya, supaya mendapatkan pahala maksimal ketika menjalankan ibadah. Amir tidak menginginkan ibadah puasa hanya sebatas aktivitas rutin yang wajib dilakukan selaku umat Islam. Amir berharap, bisa lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. “Mudah-mudahan, bisa lebih baik lagi, banyak khatam Alquran,” tegasnya.

 

REPUBLIKA

 

 

TIPS:

Anda pun bisa mendapatkan artikel seputar RAMADHAN lainnya, silakan isi kolom pencarian dg keyword: ramadhan, manfaat ramadhan, atau keistimewaan ramadhan

Yuk, Persiapkan Diri Sambut Ramadan

ALLAH Taala telah mengutamakan sebagian waktu (zaman) di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia mengutamakan sebagian manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya.

Allah Taala berfirman,

“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” (QS al-Qashash:68).

Syaikh Abdur Rahman as-Sadi ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata, “(Ayat ini menjelaskan) menyeluruhnya ciptaan Allah bagi seluruh makhluk-Nya, berlakunya kehendak-Nya bagi semua ciptaan-Nya, dan kemahaesaan-Nya dalam memilih dan mengistimewakan apa (yang dikehendaki-Nya), baik itu manusia, waktu (jaman) maupun tempat”[1].

Termasuk dalam hal ini adalah bulan Ramadhan yang Allah Taala utamakan dan istimewakan dibanding bulan-bulan lainnya, sehingga dipilih-Nya sebagai waktu dilaksanakannya kewajiban berpuasa yang merupakan salah satu rukun Islam.

Sungguh Allah Taala memuliakan bulan yang penuh berkah ini dan menjadikannya sebagai salah satu musim besar untuk menggapai kemuliaan di akhirat kelak, yang merupakan kesempatan bagi hamba-hamba Allah Taala yang bertakwa untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ketaatan dan mendekatkan diri kepada-Nya[2].

Bagaimana Seorang Muslim Menyambut Bulan Ramadhan?Bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan, disyariatkan amal-amal ibadah yang agung, di buka pintu-pintu surga dan di tutup pintu-pintu neraka[3].

Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Taala dan ingin meraih ridha-Nya.

Dan karena agungnya keutamaan bulan suci ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selalu menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat radhiyallahu anhum akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini[4].

Sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga di buka pada bulan itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung)”[5].

Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadits ini, beliau berkata, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa (dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Taala) tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para setan dibelenggu?”[6].

Dulunya, para ulama salaf jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah Taala agar mereka mencapai bulan yang mulia ini, karena mencapai bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Alah Taala. Mualla bin al-Fadhl berkata, “Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Taala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang mereka (kerjakan)”[7].

Maka hendaknya seorang muslim mengambil teladan dari para ulama salaf dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah Taala, agar di akhirat kelak mereka akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika bertemu Allah Taala dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal kebaikan mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah”[8].

Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara Televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Taala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya.

Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia, sempurna atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut dari petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam[9].

Hal ini diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Sungguh seorang hamba benar-benar melaksanakan shalat, tapi tidak dituliskan baginya dari (pahala kebaikan) shalat tersebut kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau seperduanya”[10].

Juga dalam hadits lain tentang puasa, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Terkadang orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja”[11].

Meraih Takwa dan Kesucian Jiwa dengan Puasa Ramadhan

Hikmah dan tujuan utama diwajibkannya puasa adalah untuk mencapai takwa kepada Allah Taala[12], yang hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati[13]. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah Taala.

Allah Taala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah:183).

Imam Ibnu Katsir berkata, “Dalam ayat ini Allah Taala berfirman kepada orang-orang yang beriman dan memerintahkan mereka untuk (melaksanakan ibadah) puasa, yang berarti menahan (diri) dari makan, minum dan hubungan suami-istri dengan niat ikhlas karena Allah Taala (semata), karena puasa (merupakan sebab untuk mencapai) kebersihan dan kesucian jiwa, serta menghilangkan noda-noda buruk (yang mengotori hati) dan semua tingkah laku yang tercela”[14].

Lebih lanjut, Syaikh Abdur Rahman as-Sadi menjelaskan unsur-unsur takwa yang terkandung dalam ibadah puasa, sebagai berikut:

Orang yang berpuasa (berarti) meninggalkan semua yang diharamkan Allah (ketika berpuasa), berupa makan, minum, berhubungan suami-istri dan sebagainya, yang semua itu diinginkan oleh nafsu manusia, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan balasan pahala dari-Nya dengan meninggalkan semua itu, ini adalah termasuk takwa (kepada-Nya).

Orang yang berpuasa (berarti) melatih dirinya untuk (merasakan) muraqabatullah (selalu merasakan pengawasan Allah Taala), maka dia meninggalkan apa yang diinginkan hawa nafsunya padahal dia mampu (melakukannya), karena dia mengetahui Allah maha mengawasi (perbuatan)nya.

Sesungguhnya puasa akan mempersempit jalur-jalur (yang dilalui) setan (dalam diri manusia), karena sesungguhnya setan beredar dalam tubuh manusia di tempat mengalirnya darah[15], maka dengan berpuasa akan lemah kekuatannya dan berkurang perbuatan maksiat dari orang tersebut.

Orang yang berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan (kepada Allah Taala), dan amal-amal ketaatan merupakan bagian dari takwa.

Orang yang kaya jika merasakan beratnya (rasa) lapar (dengan berpuasa) maka akan menimbulkan dalam dirinya (perasaan) iba dan selalu menolong orang-orang miskin dan tidak mampu, ini termasuk bagian dari takwa[16].

Bulan Ramadhan merupakan musim kebaikan untuk melatih dan membiasakan diri memiliki sifat-sifat mulia dalam agama Islam, di antaranya sifat sabar. Sifat ini sangat agung kedudukannya dalam Islam, bahkan tanpa adanya sifat sabar berarti iman seorang hamba akan pudar. Imam Ibnul Qayyim menggambarkan hal ini dalam ucapan beliau, “Sesungguhnya (kedudukan sifat) sabar dalam keimanan (seorang hamba) adalah seperti kedudukan kepala (manusia) pada tubuhnya, kalau kepala manusia hilang maka tidak ada kehidupan bagi tubuhnya”[17].

Sifat yang agung ini, sangat erat kaitannya dengan puasa, bahkan puasa itu sendiri adalah termasuk kesabaran. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih menamakan bulan puasa dengan syahrush shabr (bulan kesabaran)[18]. Bahkan Allah menjadikan ganjaran pahala puasa berlipat-lipat ganda tanpa batas[19], sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Semua amal (shaleh yang dikerjakan) manusia dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan (diberi ganjaran) sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Taala berfirman: “Kecuali puasa (ganjarannya tidak terbatas), karena sesungguhnya puasa itu (khusus) untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran (kebaikan) baginya”[20].

Demikian pula sifat sabar, ganjaran pahalanya tidak terbatas, sebagaimana firman Allah Taala,

“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka tanpa batas” (QS az-Zumar:10).

Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan eratnya hubungan puasa dengan sifat sabar dalam ucapan beliau,”Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam (melaksanakan) ketaatan kepada Allah, sabar dalam (meninggalkan) hal-hal yang diharamkan-Nya, dan sabar (dalam menghadapi) ketentuan-ketentuan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan (manusia). Ketiga macam sabar ini (seluruhnya) terkumpul dalam (ibadah) puasa, karena (dengan) berpuasa (kita harus) bersabar dalam (menjalankan) ketaatan kepada Allah, dan bersabar dari semua keinginan syahwat yang diharamkan-Nya bagi orang yang berpuasa, serta bersabar dalam (menghadapi) beratnya (rasa) lapar, haus, dan lemahnya badan yang dialami orang yang berpuasa”[21].

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Pada setiap malam (di bulan Ramadhan) ada penyeru (malaikat) yang menyerukan: Wahai orang yang menghendaki kebaikan hadapkanlah (dirimu), dan wahai orang yang menghendaki keburukan kurangilah (keburukanmu)!”[22]. [Ustaz Abdullah taslim, LC, MA]

Sumber :muslimorid

[1] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 622).

[2] Lihat kitab “al-Ibratu fi syahrish shaum” (hal. 5) tulisan guru kami yang mulia, syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad semoga Allah menjaga beliau dalam kebaikan .

[3] Sebagaimana yang disebutkan dalam HSR al-Bukhari (no. 3103) dan Muslim (no. 1079).

[4] Lihat keterangan imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab “Latha-iful maaarif” (hal. 174).

[5] HR Ahmad (2/385), an-Nasai (no. 2106) dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam kitab “Tamaamul minnah” (hal. 395), karena dikuatkan dengan riwayat-riwayat lain.

[6] Kitab “Latha-iful maaarif” (hal. 174).

[7] Dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab “Latha-iful maaarif” (hal. 174).

[8] HSR al-Bukhari (no. 7054) dan Muslim (no. 1151).

[9] Lihat kitab “Shifatu shalaatin Nabi r” (hal. 36) tulisan syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.

[10] HR Ahmad (4/321), Abu Dawud (no. 796) dan Ibnu Hibban (no. 1889), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Iraqi dan syaikh al-Albani dalam kitab “Shalaatut taraawiih (hal. 119).

[11] HR Ibnu Majah (no. 1690), Ahmad (2/373), Ibnu Khuzaimah (no. 1997) dan al-Hakim (no. 1571) dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hakim dan syaikh al-Albani.

[12] Lihat kitab “Tafsiirul Quranil kariim” (2/317) tulisan syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin.

[13] Lihat kitab “Manhajul Anbiya fii tazkiyatin nufuus” (hal. 19-20).

[14] Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (1/289).

[15] Sebagaimana dalam HSR al-Bukhari (no. 1933) dan Muslim (no. 2175).

[16] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 86).

[17] Kitab “al-Fawa-id” (hal. 97).

[18] Lihat “Silsilatul ahaaditsish shahiihah” (no. 2623).

[19] Lihat kitab “Latha-iful maaarif” (hal. 177).

[20] HSR al-Bukhari (no. 1805) dan Muslim (no. 1151), lafazh ini yang terdapat dalam “Shahih Muslim”.

[21] Kitab “Latha-iful maaarif” (hal. 177).

[22] HR at-Tirmidzi (no. 682), Ibnu Majah (no. 1642), Ibnu Khuzaimah (no. 1883) dan Ibnu Hibban (no. 3435), dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan syaikh al-Albani.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2378277/yukpersiapkan-diri-sambut-ramadan#sthash.vBFGmMYU.dpuf

Tiga Persiapan Menyambut Ramadhan

MARHABAN yaa Ramadhan. Kegembiraan membuncah menyambut datangnya Ramadhan, bulan penuh berkah dan penuh kemuliaan.

Ramadhan yang suci, yang sebentar lagi akan kita temui menjadi bulan untuk membumi-hanguskan berbagai dosa dan maksiat selama kurang lebih setahun berlalu. Selain itu, Ramadhan adalah bulan di mana diwajibkannya orang-orang yang beriman untuk berpuasa, sekaligus menjadi ajang menempa diri untuk meraih gelar Muttaqin. Wajar bila kemudian umat Islam di berbagai penjuru dunia, dari dahulu hingga akhir nanti, dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalllam untuk bergembira menyambut kedatangan Ramadhan.

Ramadhan merupakan bulan mulia karena mengandung perintah Allah dan seruan Rasulullah untuk berpuasa wajib sebulan penuh. Pada bulan ini juga wahyu Allah yang berupa ayat-ayat Al-Quran diturunkan ke muka bumi. Keutamaan Ramadhan lainnya ialah terdapat Lailatul Qadr di dalamnya, yakni satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maka, bergembiralah kita sebagai umat Islam dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini.

Rasulullah selalu memberi kabar gembira kepada para Sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu juga dibukakan pintu Surga serta ditutupnya pintu-pintu Neraka…” (Riwayat Ahmad).

Demikian halnya para Sahabat dan tabi’in di zaman Rasulullah maupun sesudahnya, mereka senantiasa bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan. Sebagaimana Mulla bin al-Fadhel pernah menyatakan bahwa perilaku para salaf sholeh terhadap kemuliaan Ramadhan adalah mereka selalu berdoa dan memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat bertemu Ramadhan dan memohon selama enam bulan agar amal ibadahnya selama Ramadhan diterima Allah Subhanahu Wata’ala.

Namun apa yang terjadi dewasa ini, kegembiraan menyambut Ramadhan yang dilakukan oleh sebagian besar umat Islam hanya sebatas seremonial atau pencitraan diri agar dipandang tetangga. Banyak orang yang mengaku Islam justru merasa sesak dengan hadirnya Ramadhan yang mewajibkan umat Muslim berpuasa sebulan penuh tersebut. Karena Ramadhan dianggap sebagai belenggu bagi kebebasan orang-orang tersebut. Belenggu yang dimaksud misalnya mereka dilarang makan, dilarang minum dan tidak boleh melakukan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya.

Dari uraian tersebut, satu hal yang mesti ditekankan adalah bagaimana agar meraih sukses ibadah puasa selama Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan perintah wajib bagi seluruh umat Islam yang telah dewasa (baligh) dan tidak memiliki uzur untuk menunaikannya. Puasa adalah ibadah yang cukup berat karena  melibatkan rohani dan jasmani secara bersinergi, tanpa melepaskan unsur teknis personal maupun sosial. Ibadah puasa tidak seperti ibadah wajib lainnya yang dapat dilihat bahkan diukur atau dinilai secara kasat mata.

Misalnya shalat, dengan begitu mudah kita dapat mengetahui seseorang yang sedang mengerjakan shalat dan yang tidak pernah shalat. Begitu juga halnya dengan orang-orang yang berzakat dan yang belum membayar zakat. Dengan kasat mata, kita dapat mengetahui dan mengukur keimanan orang-orang yang pelit atau kikir dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah. Kita juga dapat membedakan orang yang sedang menjalankan ibadah haji atau sekedar plesiran.

Berbeda dengan puasa, ibadah puasa adalah ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah dan orang yang melakukannya. Amal ibadah puasa akan langsung dinilai oleh Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis Qudsi yang menyatakan bahwa setiap amal anak-cucu nabi Adam akan kembali pada dirinya masing-masing, kecuali puasa. Puasa itu untuk Allah dan Allah juga yang menanggung pahalanya.

Persiapan Meraih Sukses Ramadhan

Persiapan menyambut bulan puasa tidak hanya bersifat material semata, namun juga harus didukung oleh konsep spiritual yang benar-benar terprogram. Dengan kata lain, semaksimal mungkin kita harus mempersiapkan diri dan rohani untuk menyongsong datangnya bulan Ramadhan. Banyak hal yang mesti dipersiapkan sebelum kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, agar ibadah puasa kita tidak percuma. Sebagaimana peringatan dari Rasulullah, bahwa: “Banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga.”(HR. Ahmad).

Banyak hal yang telah dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dalam rangka menyambut Ramadhan demi meraih kualitas terbaik selama beribadah di bulan Ramadhan. Etika menyambut Ramadhan harus benar-benar dijaga agar tidak merusak amalan selama menunaikan ibadah puasa dan ibadah lainnya. Beberapa hal yang semestinya kita prioritaskan sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan di antaranya:

Berniat dan Berdoa. Sesungguhnya baik buruknya amal seseorang terletak pada niatnya. Dengan niat yang benar dan ikhlas karena mengharap ridho Allah maka insya Allah puasa kita akan berkualitas. Setelah memiliki niat yang benar, maka berdoalah kepada Allah, memohon untuk dijaga hati dan diri kita agar benar-benar siap menyambut bulan Ramadhan. Tentunya dengan doa kita juga berharap Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan dalam keadaan sehat dan kuat baik jasmani dan rohani, serta memiliki semangat beribadah. Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).

Meningkatkan Khazanah Keilmuan. Setiap Muslim diwajibkan membekali diri dengan ilmu ketika hendak beribadah kepada Allah. Harapannya agar amal ibadah yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan Islam. Demikian halnya ibadah di bulan Ramadhan terutama puasa, kita harus mengetahui rukun dan hal-hal yang dapat merusak ibadah puasa. Perintah berilmu juga merupakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Anbiya’ [21]: 7,

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Artinya:  “Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”

Mensucikan Diri. Logikanya, ketika seseorang menyambut tamu penting misalnya pejabat atau orang-orang yang dihormati.

Tentu ia harus bersih diri, tempat dan lingkungan sekitarnya. Demikian halnya Ramadhan, bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulullah tersebut. Seharusnya kita membersihkan diri dari segala dosa dan meninggalkan segala maksiat untuk menyambut kedatangan Ramadhan, bulan penuh berkah ini.

Betapa rugi orang-orang yang berpuasa menahan lapar dan dahaga, tetapi dirinya masih berbuat maksiat. Sebagaimana dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, ”Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Allah kepentingan terhadap puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan minum.” (Riwayat Bukhari).

Menyusun Program Kebaikan. Dalam meraih sukses tentu diperlukan rencana-rencana cerdas dan matang. Inilah yang juga diperlukan setiap Muslim yang ingin meraih sukses ibadahnya, terlebih khusus ibadah di bulan Ramadhan. Sudah menjadi tradisi setiap Ramadhan akan terdapat peningkatan aktivitas keislaman. Di mana-mana banyak diselenggarakan kajian-kajian Islam, gerakan sosial sedekah dan zakat, sholat sunnah berjamah dan ibadah lainnya.

Agar kita dapat menunaikan semua itu tanpa meninggalkan kewajiban pribadi, maka perlu sekali untuk menyusun program selama Ramadhan. Tentu program-program yang baik dan bernilai manfaat seperti menyiapkan takjil berbuka bagi orang lain, aktif mengikuti kegiatan di masjid sekitar, menyantuni anak-anak yatim dan kaum dhuafa, memperbanyak bersilaturrahim, mengadakan kajian-kajian yang membahas seputar keutamaan Ramadhan dan program lainnya.

Demikianlah beberapa hal yang semestinya menjadi etika kita ketika menyambut datangnya bulan penuh berkah ini. Tujuannya semata-mata demi meraih ridho Allah karena kita dapat mengisi bulan Ramadhan dengan amal ibadah yang maksimal dan dapat mengambil manfaatnya. Semoga kita dapat menyelesaikan ibadah di bulan Ramadhan ini dengan predikat terbaik di hadapan Allah dan kita dijauhkan dari hal-hal yang membuat ibadah kita sia-sia.

“Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Dan berapa banyak orang yang mendirikan shalat malam hanya mendapatkan begadang saja.” (HR. An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hubban).*

 

Oleh: Zainal Arifin, Penulis adalah dosen STKIP Hidayatullah Batam

 

HIDAYATULLAH

Rasulullah Minta Hidup dan Mati dalam Kemiskinan?

ADA seseorang yang bertanya beberapa hal: Benarkah kefakiran itu mendekatkan kepada kekufuran? Bagaimana kedudukan hadis tentang doa nabi supaya hidup dalam keadaan miskin?

Adakah hadis yang menyatakan bahwa orang yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam akan dijauhkan dari kemiskinan?

Jawaban yang diberikan Ustaz Ammi Nur Baits:

1. Barangkali penanya mengisyaratkan pada hadis yang cukup populer di masyarakat yaitu:

“Hampir saja kefakiran itu menyebabkan kekufuran.” Hadis ini derajatnya dhaif (lemah).

2. Ada beberapa hadis yang menunjukkan hal itu, di antaranya hadis Abu Said Al-Khudri,

“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan matikanlah aku dalam keadaan miskin serta kumpulkanlah aku dalam rombongan orang-orang miskin. “Hadis hasan. Diriwayatkan Ibnu Majah (6/412), Abdu bin humaid dalam Al-Muntakhab (1/110), As-Sulami dalam Al-Arbauna AS-Sufiyyah (2/5), Al-Khatib dalam Tarikh (4/111) dari jalan Yazid bin Sinan dari Abu Mubarak dari Atha dari Abu said Al-Khudri secara marfu.

Perlu diperhatikan bahwasanya makna miskin dalam hadis ini bukanlah miskin harta tetapi maknanya adalah tawadhu dan rendah hati sebagaimana dijelaskan oleh para ulama ahli hadis dan bahasa:

Imam Baihaqi mengatakan, “Menurut saya, Nabi shalallahu alaihi wa sallam tidak bermaksud meminta keadaan miskin yang berarti kurang harta tetapi miskin yang berarti tawadhu dan rendah hati.” (Dinukil dan disetujui oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Talkhis Habir 3:1108)

Imam Ibnu Atsir berakta dalam An-Nihayah fi Gharibil Hadis 2:385 mengatakan, “Maksud Nabi shalallahu alaihi wa sallam adalah tawadhu (rendah hati) dan agar tidak termasuk orang-orang yang sombong dan angkuh.”

3. Memang ada beberapa hadis berkaitan tentang itu, tetapi semuanya tidak sahih dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Berikut perinciannya:

-Hadis Abdullah bin Masud radhiallahuanhu,”Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka dia tidak akan terkena kemiskinan selama-lamanya.” Hadis ini derajatnya lemah.

-Hadis Abdullah bin Abbas radhiallahuanhu,”Barangsiapa memabca surat Al-Waqiah setiap malam, maka tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya dan barangsiapa membaca surat Al-Qiyamah setiap malam, maka akan berjumpa dengan Allah dengan berwajah rembulan di malam purnama.” Hadis ini adalah hadis palsu. As-Suyuthi dalam Dzail Al-AHadis Al-Maudhuah (177) mengomentari orang yang meriwayatkannya, “Ahmad Al-Yamami seorang pendusta.”

-Hadis Anas bin Malik radhiallahuanhu,”Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqiah dan mempelajarinya, maka dia tidak dicatat termasuk golongan orang-orang yang lalai dan dia beserta keluarganya tidak akan fakir.” Hadis ini adalah hadis palsu.

As-Suyuthi berkata terkait dengan orang-orang yang meriwayatkannya, “Abdul Quddus bin Habib matruk (ditinggalkan).”

Abdur Razzaq berkata, “Saya tidak pernah melihat ibnu Mubarak begitu fashih mengatakan Kadzdzab (pendusta) kecuali pada Abdul Quddus. Demikian pula Ibnu Hibban telah menegaskan bahwa dia (Abdul Quddus) suka memalsukan hadis.[ ]

 

MOZAIK

Andre D Carson: Dalam Islam, Berbagai Ras Ikut Shalat Bersama

Nama Andre D Carson mungkin tidak setenar Keith Ellison, anggota Muslim pertama dalam Kongres Amerika Serikat (AS). Namun demikian, kiprah Andre D Carson dalam dunia politik negeri Paman Sam itu sudah tidak diragukan lagi. Seperti halnya Ellison, Carson kini tercatat sebagai salah satu anggota senat (DPR) AS. Hebatnya lagi, ia adalah seorang Muslim.

November tahun ini menjadi awal periode kedua bagi Carson menduduki kursi anggota legislatif AS menyusul kemenangan yang diraihnya dalam pemilu sela yang digelar 2 November tahun 2009 lalu. Dalam pemilu sela tersebut, Carson yang merupakan wakil dari negara bagian Indiana, unggul 58,9 persen suara atas penantangnya, Marvin Scott yang hanya memperoleh 37,8 persen.

Perjuangan Carson untuk bisa meraup 58,9 persen suara tersebut tidaklah mudah. Selama masa kampanye, Carson kerap diserang dari sisi keislamannya oleh sang rival. Scott kerap menjadikan kemusliman Carson sebagai target serangannya.

Dalam situs pribadinya, Scott menulis pernyataan anti-Islam yang menyatakan bahwa elemen radikal Islam sedang mendanai dan membangun masjid-masjid di seluruh Amerika. Bahkan, Scott yang mengklaim dirinya sebagai orang yang menghormati kebebasan beragama mengatakan, Saya membela hak Carson untuk menjadi seorang Muslim… Tapi mereka (Muslim), tidak berhak mengganti hukum AS dengan hukum Islam, hukum para ekstrimis.”

Namun, pernyataan keras Scott itu tak ditanggapi serius oleh Carson. Ia menyatakan bahwa pernyataan ini merupakan bentuk kekesalan Scott karena tak mampu memenangkan pemilu sehingga melakukan black campaign terhadap dirinya.

Ketertarikan Carson terhadap Islam sudah berlangsung sejak usia remaja. Tapi, ia mulai membaca buku-buku mengenai Islam dan masuk Islam sekitar 12 tahun lalu. Satu hal yang paling memengaruhinya adalah karya-karya penyair sufi Rumi dan buku autobiografi tokoh Muslim Afro-Amerika, Malcolm X.

Ketertarikannya terhadap Islam diakuinya karena nilai-nilai kedamaian dan kasih sayang yang diajarkan dalam Alquran. Buat saya, daya pikat Islam adalah pada aspeknya yang universal. Semua agama mengajarkan universal. “Tapi, dalam Islam, saya melihatnya secara teratur di masjid-masjid di mana orang dari berbagai ras ikut shalat bersama,” tambahnya.

Carson kerap terlihat menunaikan shalat di Masjid Nur-Allah, sebuah masjid Suni yang banyak dikunjungi orang Amerika keturunan Afrika. Sebagai politikus Muslim di negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim, Carson kerap menghadapi berbagai kritikan yang menghubungkannya dengan pemimpin Nation of Islam, Louis Farrakhan.

Sekalipun menyangkal bahwa kelompok Islam itu ada hubungannya dengannya, namun ia mendukung beberapa aktivitas yang dilakukan kelompok itu, seperti memerangi penggunaan narkotika.

Kendati sikapnya ini ditentang, Carson tetap memiliki banyak pendukung. Sejak memutuskan untuk terjun ke kancah politik, ayah dari seorang putri bernama Salimah ini tidak menganggap agama yang dianutnya bakal menghambat kariernya. Sekalipun saat ini umat Islam masih berjuang keras untuk meningkatkan citra mereka di Amerika.

Politisi yang bersuamikan Mariama Shaheed, seorang pendidik di Pike Township School ini menegaskan, sekalipun ia menghormati Islam, agama yang dianutnya tidak akan pernah memengaruhi keputusan yang diambilnya. Karena ia beranggapan keputusan tersebut harus diambil berdasarkan kebutuhan para pemilihnya.

Bagi saya agama memberi informasi untuk saya. Anda perlu menghormati orang-orang tanpa melihat ras, agama, atau jenis kelamin,” tandasnya.

Hingga saat ini, dua tahun sudah (sejak 2008), Carson telah menduduki kursi anggota DPR AS. Politikus dari Partai Demokrat ini kali pertama terpilih sebagai anggota Kongres AS pada Maret 2008 lalu. Kala itu, ia ikut serta dalam pemilu khusus yang digelar pada 11 Maret 2008.

Niatnya untuk ikut serta saat itu hanyalah karena terdorong oleh keinginan untuk meneruskan mendiang neneknya, Julia Carson, yang mewakili distrik ketujuh negara bagian Indiana. Sang nenek meninggal dunia akibat kanker paru-paru di tahun 2007 dan Carson memutuskan untuk mengisi posisinya yang akan berakhir pada Maret 2008.

Terpilihnya Carson dalam pemilu khusus tersebut menjadikannya sebagai politikus Muslim kedua di jajaran Kongres AS. Lahir di Indianapolis, Indiana, pada 16 Oktober 1974, Carson bukan berasal dari keluarga Muslim.

Pria keturunan Afro-Amerika ini dibaptis dan dibesarkan sebagai seorang pemeluk Kristen oleh neneknya yang menginginkannya menjadi seorang pendeta saat ia dewasa kelak. Hal ini pula yang mendorong sang nenek untuk memasukan Carson ke sekolah Katolik.

Di usia yang masih kanak-kanak, Carson sudah ikut dilibatkan dalam berbagai kegiatan sosial dan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh neneknya. Lingkungan tempat tinggalnya yang terbilang keras secara tidak langsung telah mengasah kepekaannya terhadap masalah-masalah seputar pendidikan, keamanan publik, dan kesempatan ekonomi.

Carson mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Sekolah Umum Indianapolis. Setelah tamat, ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Teknik Arsenal. Ia memperoleh gelar sarjana di bidang manajemen peradilan pidana dari Universitas Concordia Wisconsin dan master dalam bidang manajemen bisnis dari Universitas Indiana Wesleyan.

Selepas lulus dari Universitas Indiana Wesleyan, Carson memulai karier profesionalnya sebagai penegak hukum di Kepolisian Negara Bagian Indiana. Ia bertugas di sana sebagai seorang penyelidik selama 9 tahun lamanya. Ia kemudian bergabung dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri Indiana. Di kantor barunya ini, ia ditempatkan di bagian intelijen dan bertugas mengawasi unit antiterorisme.

Setelah tidak lagi bertugas di Departemen Keamanan Dalam Negeri Indiana, Carson sempat bekarier dalam bidang marketing. Ia tercatat pernah menjadi tenaga pemasaran di sebuah biro jasa arsitek dan insinyur di Indianapolis. Namun, profesi tersebut ia jalani hanya sebentar karena kemudian ia memilih untuk berkecimpung di dunia politik. Partai Demokrat menjadi kendaraan politik yang dipilihnya selain juga karena faktor sang nenek adalah salah seorang kader di partai ini.

Sebelum terpilih menjadi anggota DPR, Carson tercatat sebagai salah satu anggota komite Partai Demokrat di Indianapolis. Pada tahun 2007, ia menang dalam kaukus khusus Partai Demokrat di wilayah Marion, negara bagian Alabama. Berkat kemenangan tersebut, ia ditunjuk menjadi penasihat wilayah kota untuk distrik ke-15 wilayah Marion.

REPUBLIKA

 

 

Info seputar Mualaf, bisa Anda simak di sini degan mencarinya di kolom pencarian, gunakan keyword mualaf atau muallaf

Eric Abidal Peluk Islam dengan Keyakinan Penuh

Penggemar La Liga Spanyol pasti mengenal sosok Eric Abidal. Ia dikenal sebagai bek andal yang memperkuat FC Barcelona dan Timnas Prancis. Pada Mei  2009 lalu, Abidal sempat menjadi pusat pemberitaan, ketika klub sepak bola terkemuka asal Italia, Juventus, berniat memboyongnya dari Barcelona.

Abidal adalah salah satu pesepak bola dunia yang beragama Islam. Sejatinya, dia adalah seorang mualaf. Sang bintang memeluk agama Islam baru enam tahun terakhir. Terlahir di Lyon, Prancis, pada 11 September 1979, Abidal berasal dari keluarga imigran asal Afrika. Sebelumnya, Abidal merupakan seorang pemeluk agama Katolik.

Pertemuan dengan wanita yang kini menjadi istrinya telah mengantarkannya pada agama Allah SWT. Setelah menikah dengan Hayet Abidal, seorang perempuan asal Aljazair, Abidal memeluk agama Islam. Setelah mengucap dua kalimah syahadat, ia berganti nama menjadi Eric Bilal Abidal.

Kepada majalah Match yang terbit di Paris, Abidal mengatakan, agama Islam telah mendorongnya untuk bekerja keras untuk memperkuat timnya. ”Saya memeluk Islam dengan keyakinan penuh,” ujar ayah dua anak itu. Sejak masuk Islam, Abidal berusaha menjadi Muslim yang taat.

Ia tak pernah melupakan shalat. Terlebih lagi, di markas FC Barcelona, Camp Nou, masih ada dua pemain lainnya yang beragama Islam, yakni Seydou Keita dan Yaya Toure. Ketatnya jadwal pertandingan yang harus dilakoni, membuat Abidal sedikit terkendala saat menjalankan ibadah puasa secara penuh pada bulan Ramadhan.

Ramadhan lalu, Abidal memutuskan tak berpuasa ketika membela Barca. Menurutnya, hal itu terpaksa dilakukan, sebagai komitmen terhadap profesionalitasnya sebagai pemain. Hal serupa sebenarnya juga dilakukan dua rekannya di El Barca, Seydou Keita dan Yaya Toure. Meski begitu, ketiganya mengganti puasa di lain hari, setelah Ramadhan berakhir.

Abidal memulai karier profesionalnya bersama klub sepak bola Prancis, AS Monaco, pada 16 September 2000. Ia sempat 22 kali menyandang ban kapten bersama Monaco. Setelah itu, dia pindah ke Lille OSC. Di klub inilah, dia bereuni dengan mantan pelatihnya, Claude Puel, dan 62 kali membela Lille.

Di akhir 2004, dia kembali ke kota kelahirannya dan bergabung dengan Lyonnais. Ia berhasil mengantarkan timnya meraih dua gelar di Ligue 1 berturut-turut selama dua musim. Selama kariernya di Prancis, dia dikenal sebagai salah satu bek terbaik di Ligue 1. Di Lyon, dia bermain bersama kiper Gregory Coupet, Francois Clerc, dan Anthony Reveillere serta dua pemain Brasil, Cris dan Cacapa.

Pada 30 Juni 2007, Abidal hengkang ke Barcelona dengan nilai transfer 15 juta euro. Di Camp Nou dia memakai nomor punggung 22. Sejak itu, Abidal menjadi pemain pilar Barca. Nilai kontrak Abidal mencapai 90 juta euro dengan klausal pelepasannya, dan Lyon akan menuai bonus sebesar 500 ribu euro jika Barca meraih gelar Liga Champions untuk empat tahun ke depan. Dan, itu terjadi setelah Barca berhasil mengalahkan Manchester United di Roma.

Istri adalah motivator utama bagi suami. Hal itu sangat dirasakan betul oleh bek kiri tim nasional Prancis dan FC Barcelona, Eric Abidal. Kesuksesannya merumput di lapangan hijau tak lepas dari peran sang istri. Motivasi dan dukungan penuh yang dipompa sang istri, Hayet Abidal, telah membuat peformanya saat memainkan si kulit bundar bertambah maksimal.

”Bagiku, dia (Hayet) adalah sebuah permata. Dia juga pemegang kemudi yang sangat menakjubkan. Saya beruntung mendapat perempuan seperti dia, yang sanggup memberikan arahan dan pendapat yang logis sebelum aku memutuskan hal krusial, termasuk dalam memilih karier,” ungkap Abidal seperti ditulis France Football.

Abidal mengakui, kepindahannya ke Barcelona tak terjadi begitu saja. Saran ‘magis’ sang istrilah yang mampu menggerakkan hatinya untuk mencoba peruntungan di negeri Matador. Betapa tidak, tanpa harus pindah ke Barcelona pun, Abidal telah memiliki segalanya di Prancis. Tetapi, di mata sang istri, semua itu belum sempurna. Satu-satunya cara, menurut sang istri, Abidal harus berkarier di klub luar negeri.

Hayet mendorongnya untuk bergabung bersama Barcelona. ”Aku ingin suamiku tak hanya terpaku bermain di klub sepak bola Prancis. Penting bagi kami untuk menyiapkan masa depan, terutama setelah ia pensiun nanti. Jadi, berkenalan dengan banyak orang di mancanegara memberi banyak keuntungan. Nantinya, kami bisa menjalin relasi bisnis ataupun kerja sama apa yang saling menguntungkan,” ujar Hayet, yang memang terkenal memiliki insting bisnis tinggi itu.

Besarnya peran Hayet dalam kehidupan pribadi Abidal sudah dibuktikan sejak mereka menikah. Usai menikah, Abidal memilih memeluk Islam setelah mendapat bimbingan intensif dari sang istri yang asli Aljazair. ”Semua berlangsung alami. Pilihan memeluk agama Islam bukan karena faktor istriku, tapi sebuah hadiah yang tiba-tiba saja muncul. Itu benar-benar terjadi apa adanya. Mengalir begitu saja dan membuatku merasa bahagia,” ungkap Abidal.

Meski dikenal sebagai seorang Muslim yang taat, Hayet juga sangat dekat dengan dunia entertainment. Bedanya, dia sangat pandai membagi peran dan penampilan. Ia tahu saat harus mengenakan busana sopan dan kapan harus mengenakan gaun indah. ”Saya seperti istri pesepak bola lain. Bedanya, saya tak suka berfoya-foya atau larut di dunia malam. Lebih indah jalan-jalan bareng Abidal dan belanja bersama,” tutur Hayet.

Pertemuan Abidal dengan sang istri terjadi ketika ia masih remaja. Kedua sejoli ini kemudian memutuskan untuk menikah pada Juli 2003 silam. Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai dua orang putri, yakni Meliana yang lahir pada 2004 dan Canelia lahir tahun 2006.

 

 

REPUBLIKA