Berbuat Baik, Cara Ampuh untuk Awet Muda

Tidak perlu susah-susah melakukan perawatan wajah rutin yang mahal untuk mencegah penuaan dini. Sebab, para ilmuwan telah menemukan cara ampuh agar awet muda, yakni berbuat baik kepada sesama.

Hal tersebut dirangkum oleh David Hamilton, penulis buku The Five Side Effects Of Kindness. Doktor di bidang kimia organik itu banyak mempelajari studi yang menunjukkan bahwa berbuat baik sangat bermanfaat bagi tubuh dan psikis seseorang.

“Banyak riset telah menunjukkan bahwa memberi dan menerima kebaikan mampu meningkatkan sistem imun, membuat tubuh lebih kebal penyakit, termasuk memperlambat pembentukan kerut,” tuturnya.

Ia menjelaskan, kelompok molekul tidak stabil alias radikal bebas menghasilkan stres oksidatif yang menyebabkan reaksi fisiologis pengerasan arteri, kehilangan memori, juga penuaan. Dengan berbuat baik, tubuh menghasilkan oksitosin yang melawan radikal bebas tersebut.

Studi yang dilakukan oleh para psikolog dari University of California, juga telah membuktikan bahwa berbuat baik efektif menekan tingkat depresi. Tim tersebut mengujinya pada sekelompok orang yang diminta melakukan lima jenis kebaikan berbeda secara terus menerus selama enam pekan.

Hamilton menganjurkan untuk terlebih dulu berbuat baik kepada orang terdekat seperti pasangan dan keluarga, baru menerapkannya pada lingkungan yang lebih luas. Wujudnya bisa berupa apa saja, seperti berterima kasih, mendengarkan, memuji, memberi hadiah, menawarkan kursi bus kepada penumpang yang membutuhkan, hingga aksi sosial seperti donor darah.

“Berbuat baik adalah perekat hubungan. Bagian terhebatnya, kegiatan yang bermanfaat bagi tubuh ini amat menular, memicu orang lain untuk ikut melakukannya,” ujarnya, dilansir dari laman Daily Mail.

 

REPUBLIKA

Hasil Penelitian: Berbuat Baik Bisa Memunculkan Rasa Bahagia

Sekelompok peneliti dari Universitas Zurich, Swiss, menemukan hubungan antara aktivitas berbuat baik dengan munculnya kebahagiaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan, orang yang melakukan perbuatan baik, dalam hal ini digambarkan dengan kegiatan berderma atau memberikan sesuatu kepada orang lain, memiliki kecenderungan untuk lebih mudah merasakan bahagia.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 50 orang, yang mendapatkan jatah uang sebesar 25 franc swiss setiap pekan dalam beberapa bulan. 50 orang itu kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama diminta untuk memberikan uang tersebut kepada orang lain, bisa dalam bentuk hadiah ataupun makan malam gratis.

Sementara kelompok kedua diinstruksikan untuk menghabiskan uang tersebut guna kepentingan dirinya sendiri. Hasil scan otak, yang dilakukan terhadap dua kelompok besar, itu pun berbeda. Kegiatan berbuat baik terhadap orang lain itu mengaktifkan neuron di otak, temporo-parietal junction (TPJ).

TPJ inilah akhirnya ikut mengaktifkan neurons di ventral striatum, atau bagian otak yang diasosiasikan dengan munculnya kebahagiaan atau rasa bahagia. ”Pada kelompok pertama, yang diminta untuk berbuat baik kepada orang lain, neuron-neuron ini begitu aktif,” tulis hasil penelitian tersebut, seperti dikutip The Independent, Selasa (17/7).

Tingkat kebahagiaan ini juga diukur secara subjektif, sebelum dan sesudah masa penelitian. Para peneliti pun menemukan, kelompok pertama memiliki kecenderungan untuk berbuat baik ketimbang kelompok kedua. Kelompok pertama juga mengaku lebih bahagia sesudah mengikuti penelitian tersebut. Data lain juga menunjukan, saat orang berbuat baik kepada orang lain, maka area otak yang berkaitan dengan apresiasi, kebahagian, dan rasa empati, menjadi lebih aktif.

Dalam keterangannya, kelompok peneliti itu menambahkan, janji untuk melakukan perbuatan baik juga menjadi dasar yang cukup kuat dan pendorong orang untuk berbuat baik. Pun dengan kebahagiaan yang mereka rasakan pasca perbuatan tersebut. ”Studi kami memberikan bukti, ada hubungan antara perilaku dan saraf dan akhirnya mendukung adanya hubungan kuat antara kebaikan hati dengan rasa bahagia yang kemudian muncul,” tulis kelompok peneliti tersebut.

 

REPUBLIKA

Imam Palestina Ingatkan Umat Islam: Wajib Bebaskan Masjidil Aqsha

Imam asal Palestina Syeikh Muhammad bin Ibrahim bin Hasan Al-Iyadi mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjaga tanah Palestina khususnya Masjidil Aqsha.

Syeikh Al-Iyadi menegaskan, Masjidil Aqsha bukan semata milik umat Islam di Palestina, tapi juga milik kaum Muslimin seluruh dunia.

“Masjidil Aqsha pastinya dan tentunya adalah milik seluruh kaum Muslimin. Maka wajib bagi kita untuk selalu menjaga Masjidil Aqsha,” ujarnya tegas dalam acara Silaturrahim Ramadhan Imam-imam Palestina ke Indonesia (Siraman Manis) 1438 H di Masjid Ummul Quraa, Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Ahad (28/05/2017).

Syeikh asli Palestina yang telah mengungsi ke Jordania ini mengatakan, saat ini Masjidil Aqsha tengah dikuasai dan dijajah oleh orang-orang Yahudi.

Sedangkan kaum Muslimin yang akan shalat di kiblat pertama umat Islam itu dilarang oleh penjajah, terangnya, kecuali ketika para penjajah itu lagi membolehkan.

“Kalau tidak (dibolehkan), tidak (boleh shalat),” tekannya.

Lantas apa yang diinginkan orang-orang Yahudi itu? Menurut Syeikh Al-Iyadi, mereka ingin membunuh seluruh kaum Muslimin serta mengusir seluruh orang-orang Palestina di Palestina.

“(Dan) mereka ingin menghancurkan Masjidil Aqsha, mereka selalu berusaha menguasainya,” imbuhnya.

Meski demikian, ia menegaskan, masih banyak kalangan umat Islam yang selalu berusaha menjaga Masjidil Aqsha, termasuk para Mujahidin dari Palestina. “Mereka masih berjihad untuk menjaga Masjidil Aqsha,” imbuhnya.

Di penghujung penyampaiannya, Syeikh Al-Iyadi menyampaikan apresiasinya atas kepedulian masyarakat Indonesia terhadap Palestina selama ini.

“Terima kasih kepada masyarakat Indonesia seluruhnya yang telah memberikan bantuan ke Palestina, seperti Sahabat Al-Aqsha dan Baitul Maal (Hidayatullah/BMH),” ujarnya menyebut dua lembaga yang bekerja sama menggelar acara itu.

Acara Siraman Manis 1438 H di Masjid Ummul Quraa itu dihadiri ratusan jamaah masjid dan warga sekitar. Berlangsung sejak bakda shalat shubuh berjamaah yang diimami langsung oleh Syeikh Al-Iyadi hingga sekitar pukul 16.10 WIB.

“Saya sangat bahagia sekali berada di dekat teman di Indonesia,” ujar syeikh di awal ceramahnya.

Selain di masjid itu, acara serupa digelar di tempat-tempat lain se-Jabodetabek, bahkan pulau-pulau lain di luar Jawa.

 

HIDAYATULLAH

Cukup Allah yang Jadi Pelindung dan Penolong

MEMILIH jalan kebaikan bukanlah hal yang mudah. Memilih jalan kebenaran tak akan lepas dari hambatan dan gangguan musuh.

Namun Allah swt berfirman, “Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu).”(An-Nisa 45)

Ayat ini adalah wujud penjagaan ilahi dan janji-Nya untuk memberikan rasa aman bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin. Dan ayat-ayat yang senada dengan ayat ini begitu banyak. Ini menunjukkan bahwa Allah selalu melindungi dan menjaga.

Barangsiapa yang memilih hidup dengan menyandang kebaikan, melakukan kebaikan dan menyeru kebaikan maka tenanglah. Karena Allah tidak akan menelantarkan hamba-hamba-Nya yang mengikuti jalan kebenaran.

“Dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui.”(An-Nisa 70)

“Cukuplah Allah yang menjadi Pelindung.”(An-Nisa 81)

Seperti kisah para pengikut setia Rasulullah saw yang diancam oleh musuh-musuh Allah. Bukannya takut, tapi iman mereka menjadi semakin kuat dan hati mereka hanya berharap pada perlindungan Allah swt.

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi Penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik Pelindung.”(Ali Imran 173)

Ketika mereka hanya berharap pada pertolongan Allah, maka inilah hasil yang mereka dapatkan.

“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridaan Allah. Allah Mempunyai karunia yang besar.”(Ali Imran 174)

Akankah kita masih takut dengan ancaman musuh-musuh Allah setelah mendengar janji perlindungan dari Sang Pencipta?Mengapa kita masih berharap dengan perlindungan manusia dan mengabaikan pertolongan-Nya?Semoga kita termasuk orang-orang yang berada di jalan kebenaran dan hanya berharap pada pertolongan-Nya.[ ]

 

MOZAIK

Doa Ibu Menyelesaikan Semua Masalah Keluarga

IBU adalah penentu keberuntungan seorang anak. Ia bagai cahaya yang terang dalam rumah tangga. Surga berada di bawah telapak kakinya dan kerelaan Allah pun bergantung pada kerelaannya.

Setiap dari kita mungkin pernah merasakan ditinggal oleh seorang ibu. Ditinggal pergi keluar kota atau ditinggal selama-lamanya. Seketika rumah yang biasanya terang kini nampak gelap dan suram. Karena ibu adalah matahari yang tak pernah bosan menyinari anak-anaknya.

Allah pun menempatkan posisi ibu begitu tinggi di sisi-Nya. Bahkan Dia menggandengkan perintah tauhid dengan perintah berbakti kepada orang tua.

“Dan Tuhan-mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orangtua.” (QS.Al-Isra: 23).

Bahkan dalam masalah bakti kepada orangtua, Allah selalu menyebut ibu terlebih dahulu sebelum ayah. “Dan kami diperintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu.” (QS.Luqman 14).

Suatu hari, Rasulullah saw sedang duduk berbincang dengan para sahabatnya. Lalu datanglah seorang pemuda untuk menghadapnya. Rasul pun mempersilahkan, lalu pemuda itu berkata, “Wahai Rasulullah, tolong doakan aku! Aku sudah tak mampu lagi menahan beban dan berbagai masalah yang kuhadapi.”

Rasulullah bertanya, “Apakah kau masih memiliki orangtua? “Ia menjawab, “Ibuku telah meninggal tapi ayahku masih hidup.”

Rasul pun menjawab, “Mintalah doa kepada ayahmu! “Pemuda itu menerima perintah dari Rasulullah dan langsung pergi menemui ayahnya. Setelah ia keluar, Rasulullah bersabda di hadapan sahabatnya. “Andai ibunya masih hidup maka semua masalahnya akan selesai.”

Sungguh beruntung setiap anak yang masih memiliki ibu. Jangan sia-siakan keberuntungan besar yang masih kita miliki. Bahagiakan ibu, buat ia tersenyum karena kita. Karena senyumannya adalah doa yang paling mustajab bagi anak-anaknya. [khazanahalquran]

 

MOZAIK

Anak Saleh Investasi yang tak Ternilai

Pada masa itu, tahun 51 Hijriyah, al-Rabi’ bin Ziyad al-Haritsy, sahabat Rasulullah SAW, ditunjuk menjadi gubernur Khurasan. Penunjukan Rabi’ bukan tanpa alasan. Rabi’ bin Ziyad merupakan sahabat Rasulullah yang bersemangat menegakkan panji-panji tauhid melalui jihad.

Setelah dipercaya menjabat gubernur di Khurasan, Rabi’ berjanji menyeberangi Sungai Saihun, sungai besar yang terletak setelah Kota Samarkand. “Dengan izin Allah juga akan aku pandang panji tauhid di barisan negeri ma wara’a an nahar (negeri-negeri di seberang sungai istilah yang ditujukan untuk negeri-negeri bekas jajahan Rusia itu),” bisik Rabi bin Ziyad seperti yang ditulis buku Kerinduan Seorang Mujadid.

Hal yang paling mengesankan dari Rabi’ bukan hanya semangatnya membela agama Allah, melainkan juga kebijaksaannya dalam membebaskan seorang budak dan membagi harta hasil rampasan secara merata. Budak yang selama ini diajak Rabi’ berperang di jalan Allah adalah seorang pemuda bernama Farrukh. Farrukh merupakan budak yang paling setia menyertai Rabi sebagai tuannya menjemput surga di bawah kilatan pedang.

Dari kebijaksanaan Rabi’ memerdekakan Farrukh sebagai budak dan membagi harta rampasan perang yang pada akhirnya menjadikan putra Farrukh seorang yang alim karena disekolahkan dengan harta warisan Farrukh.

“Terimalah bagianmu dari rampasan perang ini! Dan sejak hari ini, aku bukan tuanmu lagi. Mulai hari ini engkau adalah orang merdeka,” kata Rabi’.

Mendengar perkataan yang jarang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki budak, Farrukh seakan tidak percaya. Untuk itu, dia menegaskan lagi dengan bertanya kepada tuannya. “Benarkah apa yang dikatakan Tuan tentang kemerdekaan untukku?” Rabi’ tersenyum melihat kebahagiaan Farrukh melalui pertanyaan singkatnya itu dan menjawab sebagai penegasan.

“Iya. Farrukh. Sejak sekarang engkau bebas membawa dirimu ke mana saja engkau mau. Dan engkau berhak mendapatkan itu semua,” ujarnya.

Setelah mendengarkan perkataan dari mantan tuannya itu, cahaya kebahagiaan tidak bisa disembunyikan dari wajah Farrukh.

Hari itu ia mendapatkan dua karunia duniawi sebelum kelak mendapatkan karunia akhirat karena memiliki anak saleh dan berilmu. Dua tahun setelah peristiwa itu, bekas tuannya meninggal. Farrukh pun bersedih dan mendoakan kepergian sang mentor di medan perang itu. Hari-hari setelah kepergian mantan tuannya, dia merasa kesepian dan memutuskan untuk kembali ke Madinah.

“Aku akan kembali ke Madinah,” ujar Farrukh kepada teman sejawatnya.

Setelah kembalinya di kota Rasulullah, ia bergumam. “Kota ini semakin hari semakin ramai saja,” kata Farrukh ketika pertama kali menginjakkan kakinya kembali di Madinah.

Karena tidak ingin terlalu lama dalam kesepian, Farrukh yang sudah berkepala tiga itu akhirnya memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis pilihannya. Meski tinggal di rumah bersama istri yang salehah, semua itu tak mampu meredam kerinduannya untuk berjihad di jalan Allah.

Suatu hari seorang khatib Jumat memberi kabar gembira tentang berbagai kemenangan yang diraih kaum Muslimin. Ia mendorong para jamaah untuk terus melanjutkan perjuangan.

Dengan semangat yang tinggi, Farrukh bergabung dengan pasukan perang yang akan berangkat. Saat itu istrinya sedang hamil tua. Ia hanya meninggalkan uang 30 ribu dinar. “Pergunakanlah secukupnya untuk keperluanmu dan bayi kita nanti kalau sudah lahir,” ujarnya seraya berpamitan.

Beberapa bulan setelah keberangkatan Farrukh, istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki tampan. Sang ibu menyambutnya penuh bahagia sehingga melupakan perpisahannya dengan sang suami.

Bayi laki-laki itu diberi nama Rabi’ah. Begitu menginjak dewasa, Rabi’ah diserahkan kepada beberapa guru untuk diajarkan ilmu agama dan akhlak. Untuk itu, sang ibu memberikan imbalan yang memadai dan hadiah bagi guru-guru itu. Setiap kali ia melihat perkembangan ilmu putranya, setiap kali itu pula ia menambah hadiah untuk pengajar Rabi’ah.

Rabi’ah terus menimba berbagai ilmu pengetahuan. Ia tak bosan-bosan belajar dan menghafal apa yang diberikan gurunya. Akhirnya ia menjadi seorang alim yang pandai dan terkenal.

Malam terang di musim panas. Seorang prajurit tua berjalan pelan memasuki Madinah. Usianya hampir 60 tahun, tapi langkahnya masih tegap dan mantap. Ia telusuri lorong-lorong menuju sebuah rumah. Dalam benaknya bergejolak berbagai pertanyaan. Apakah yang sedang dilakukan istrinya di rumah? Apakah anaknya sudah lahir? Laki-laki atau perempuan? Di jalan-jalan masih terlihat orang lalu lalang.

Namun, tak seorang pun yang memedulikannya. Ia memandang sekeliling. “Ah, ternyata telah banyak perubahan,” gumamnya. Tiba-tiba, tanpa disadari ia telah berada di depan sebuah pintu yang terbuka. Spontan ia menyeruak masuk.

Si empunya rumah yang mengetahui seorang laki-laki tua menyandang senjata masuk ke rumahnya tanpa permisi segera melompat menghadang. Pergulatan seru pun terjadi karena laki-laki tua itu memaksa masuk.

Para tetangga yang mendengar keributan itu segera berdatangan. Termasuk ibu tua yang sedang tidur nyenyak terbangun. Melihat siapa yang sedang bergulat, ibu tua itu segera sadar dan berteriak, “Rabiah, lepaskan! Ia ayahmu. Wahai Abu Abdurrahman, ia anakmu. Jantung hatimu.”

Mendengar seruan itu, dua orang yang sedang bergulat segera berdiri. Hampir tak percaya mereka berpelukan, melepaskan rindu. Mereka benar-benar tak menyangka pertemuan itu akan berlangsung begitu rupa.

Kini Farukh duduk bersama istrinya. Ia menuturkan segala pengalamannya selama di medan jihad. Namun, dalam hati, istrinya tidak bisa tenang karena bingung menjelaskan pengeluaran uang yang ditinggalkan suaminya sebelum berangkat.

“Bagaimana aku menjelaskannya? Apakah suamiku akan percaya kalau uang sebesar 30 ribu dinar itu habis untuk biaya pendidikan anaknya?” ujar sang istri dalam hati. Dalam keadaan bingung, tiba-tiba Furukh berkata, “Wahai istriku, aku membawa uang 4.000 dinar. Gabungkan dengan uang yang kutinggalkan dulu.” Sang istri semakin bingung. Ia terdiam tak menjawab ucapan suaminya.

“Lekaslah, mana uang itu?” tanya Farukh lagi.

 

Dengan wajah agak pucat dan bibir bergetar, istrinya menjawab, “Uang itu kuletakkan di tempat yang aman. Beberapa hari lagi akan aku ambil, insya Allah.”

Azan Subuh tiba-tiba berkumandang. Istrinya menarik napas lega. Farrukh bergegas mengambil air wudhu, lalu keluar sambil bertanya, “Mana Rabi’ah?” “Ia sudah berangkat lebih dahulu ke masjid!” jawab istrinya. Setibanya di masjid ruangan sudah penuh. Para jamaah mengelilingi seorang guru yang sedang mengajar mereka.

Farrukh berusaha melihat wajah guru itu, tetapi tak berhasil karena padatnya jamaah. Ia terheran-heran melihat ketekunan mereka mengikuti majelis ilmu tersebut. “Siapakah ia sebenarnya?” tanya Furukh kepada salah seorang jamaah.

“Orang yang Anda lihat itu adalah seorang alim besar. Majelisnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Sufyan Ats-Tsauri, Laits bin Sa’ad, dan lainnya. Di samping itu, ia sangat dermawan dan bijaksana. Ia mengajar dan mengharapkan ridha Allah semata,” jawab orang itu.

“Siapakah namanya?” tanya Farrukh.
“Rabi’atur Ra’yi.”
“Rabi’atur Ra’yi?” tanya Farukh keheranan.
“Benar.”
“Dari manakah ia berasal?”
“Ia adalah putra Farrukh yang berjuluk Abu Abdurrahman. Ia dilahirkan tak lama setelah ayahnya meninggalkan Madinah sebagai mujahid. Ibunyalah yang membesarkan dan mendidiknya,” kata orang itu menjelaskan.

Tanpa terasa air mata Farukh menetes karena gembira. Ketika kembali ke rumah, ia segera menemui istrinya. Melihat suaminya menangis, sang istri bertanya, “Ada apa wahai Abu Abdurrahman?”

“Tidak ada apa-apa. Saya melihat Rabiah berada dalam kedudukan dan kehormatan yang tinggi yang tidak kulihat pada orang lain,” jawab Furukh.

Ibu Rabiah melihat hal tersebut merupakan kesempatan untuk menjelaskan amanat suaminya berupa uang 30 ribu dinar. Ia pun segera berkata, “Manakah yang lebih baik dan kau sukai antara uang 30 ribu dinar atau ilmu dan kehormatan yang telah dicapai putramu?”

“Demi Allah, inilah yang lebih kusukai daripada dunia dan segala isinya,” jawab Farukh.

“Ketahuilah suamiku. Aku telah menghabiskan semua harta yang engkau amanatkan untuk biaya pendidikan putra kita. Apakah engkau rela dengan apa yang telah kulakukan?” tanya ibu Rabiah.

“Aku rela dan berterima kasih atas namaku dan nama seluruh kaum Muslimin,” jawab Farrukh gembira.

Kebahagiaan Farrukh dan tidak lagi masalah dengan harta 30 ribu dinar yang telah habis digunakan istrinya untuk biaya pendidikan putranya yang menjadi seorang yang berilmu.

 

REPUBLIKA

Shalat yang Paling Berat Bagi Orang Munafik

Salah satu ibadah yang paling utama di sisi Allah adalah shalat fardhu berjamaah di masjid. Bahkan, Rasulullah menegaskan, shalat fardhu berjamaah di masjid itu menjadi pembeda antara orang mukmin dan orang munafik.

“Shalat fardhu berjamaah yang paling berat dilaksanakan oleh orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Muhammad Arifin Ilham dalam pesan instan yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/7).

Padahal shalat Isya dan Shubuh berjamaah itu hikmanya luar biasa. Arifin mengutip hadits Rasulullah SAW,  “Barangsiapa yang shalat Isya`berjamaah,  maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR Muslim nomor 656).

Dalam haditsnya yang lain, Rasululah juga menegaskan, “Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR Bukhari nomor 657 dan Muslim nomor  651).

Arifin mengajak kaum Muslimin untuk selalu mohon doa kepada Allah, agar menjadi hamba-hamba Allah yang mencintai shalat fardhu berjamaah. “Allhumma ya Allah,  tanamkan di hati kami keindahan iman dan kesenangan shalat berjamaah di Rumah-Mu di mulai waktu Shubuh,” tutur Ustaz Arifin Ilham.

 

REPUBLIKA

Marcel, Mualaf yang Bercita-cita Jadi Hafiz Alquran

Garis keturunan Marcelinus Wahyu Darmawan berasal dari keluarga non-Muslim. Hanya ia, sang ibu, ayah angkat dan adiknya yang Muslim. Namun, latarbelakangnya itu tak menghalangi bermimpi untuk menjadi hafiz Alquran.

Bocah laki-laki yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini sempat beragama non-Muslim saat umurnya masih enam tahun. Kini ia seorang mualaf.

Sang ibu dan ayah angkatnya begitu mendukung Marcel untuk jadi hafizh Qur’an. Sang kakek yang kini masih beragama non-Muslim pun sering mengantar Marcel ke Masjid Jami Al Hikmah dan Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Kaliwadas untuk Shalat Subuh berjamaah dan menghafal Alquran.

Marcel punya mimpi, suatu saat baik kakek, nenek maupun pamannya pun memeluk Islam. “Berharap kakek nenek ikut masuk Islam, biar bisa shalat berjamaah dan saat nanti Idul Fitri sekeluarga bisa ke masjid bareng-bareng,” tuturnya penuh harap.

Selain bercita-cita menjadi hafizh Qur’an agar bisa membanggakan orang tua dan mengajak seluruh keluarganya mengenal Islam. Marcel juga punya mimpi menjadi dokter untuk membantu orang-orang yang sakit.

Marcel yang selalu mendapat peringkat dua atau tiga sejak Kelas 2 SD ini mengaku ingin berkuliah di salah satu Universitas Negeri yang berada di Bandung. “Cita-cita jadi dokter umum, pengen bantu orang yang lagi sakit dan banggain orang tua. Soalnya orang tua sekolahnya enggak pernah tinggi. Marcel juga pernah ngerasain kalau posisi jadi orang sakit enggak enak,” ucapnya.

Marcel mengaku ingin terus menghafal hingga khatam 30 juz. Mudah-mudahan, Allah mengabulkan mimpi dan cita-citanya.

PPPA Daarul Qur’an terus berupaya mendawamkan Alqur’an ke seluruh penjuru Nusantara dan Dunia, melahirkan semakin banyak generasi muda penghafal Qur’an seperti Marcel. Semoga Allah selalu meridhoi ikhtiar ini, Aamiin.

Kini, Marcel yang tengah belajar menghafal Qur’an di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Kaliwadas, Subang, Jawa Barat. Meski belum genap satu tahun, remaja berusia 12 tahun ini sudah menghafal hampir 3 juz.

 

REPUBLIKA

Al Aqsha Ditutup, Ini Doa Aa Gym

Pemimpin pondok pesantren Daarut Tauhid, Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym menyayangkan penutupan Masjid Al-Aqsa oleh penguasa Israel. Apalagi, masjid tersebut merupakan tempat suci ketiga umat Islam di dunia.

Karena itu, dia mendoakan agar tindakan bangsa Israel tersebut bisa membangkitkan semangat pemimpin Islam di dunia.

“Ya mudah-mudahan ini membangkitkan semangat semua pemimpin dunia untuk bersikap adil,” ujar Aa Gym saat mengisi ceramah dalam acara Halal Bi Halal yang digelar Jakarta Islamic School (JISC), Komplek Kodam Jatiwaringin, Jakarta Timur, Senin (17/6).

Menurut Aa Gym, penutupan Masjid Al-Aqsha merupakan tindakan negara penjajah dan penjajah pasti menginginkan keburukan bagi negara yang dijajah. “Ya memang kalau penjajah itu tidak ada yang diinginkan selainkan keburukan bagi yang dijajah,” ucapnya.

Selama ini, penguasa Israel memang terus melakukan penindasan terhadap warga Palestina, sehingga menuai kritikan dari berbagai aktivis di dunia. Namun, Israel tetap melakukan tindakan kesewenang-wenangan.

Karena itu, menurut Aa Gym, para pemimpin Islam di dunia harus mengetahui bahwa Israel tidak hanya melanggar hukum Internasional tapi juga melanggar kemanusiaan. “(Meskipun Israel kebal kritik) ya tidak boleh kalah. Harus semangat menegakkan kebenaran,” kata Aa Gym.

Sebagai informasi, Masjid Al-Aqsa terletak di kota Yerusalem, yang notabene merupakan kota penting bagi berbagai agama, diantaranya Islam, Kristen, dan Yahudi. Kepemilikian teritori berkenaan dengan kota Yerusalem ini masih menjadi perdebatan. Apakah masuk dalam wilayah Israel atau Palestina.

 

REPUBLIKA

Al-Aqsa Menangis Lagi !!!

Jumat pagi, 14 Juli 2017, selepas shalat Subuh, suasana halaman Masjidil Aqsa dikejutkan dengan tembakan bertubi-tubi yang dikeluarkan oleh aparat keamanan Zionis Israel. Suara itu berasal dari tembakan polisi Zionis Israel ke arah pemuda-pemuda Palestina yang tengah membela kiblat pertama umat Islam. Terlihat ketiga pemuda Palestina, Muhammad Ahmad Jabbaren (29 tahun), Muhammad Hamed Jabbaren (19), dan Muhammad Ahmad Mufadhal Jabbaren (19), bersimbah darah dan sudah bernyawa lagi.

Tembakan aparat keamanan Zionis Israel ini, dilakukan karena ketiga pemuda Palestina berupaya menyerang mereka dengan pisau. Dua polisi Israel pun berjatuhan setelah ditusuk oleh ketiga pemuda tersebut. Dua polisi Israel dikabarkan meninggal dunia akibat tusukan tersebut. Hari berikutnya, Sabtu 15 Juli, dikabarkan polisi Israel ketiga dikabarkan meninggal dunia juga akibat tusukan pemuda Palestina itu.  Jadi pas, tiga lawan tiga.

Untuk mengantipasi kejadian yang lebih buruk lagi, pihak pemerintah Zionis Israel menutup kiblat pertama umat Islam itu dari jamaah shalat Jumat. Bahkan azan pun dilarang dikumandangkan dari masjid suci itu. Sesuai rencana pemerintah Zionis Israel, penutupan ini akan dilanjutkan hingga Ahad depan (23/7). Tindakan Israel ini merupakan tindakan yang paling brutal selama setengah abad ini, sejak tahun 1969 lalu.

Reaksi dunia internasional

Saat tulisan ini ditulis, penulis belum mendengar pernyataan dari pemimpin dunia Islam manapun menanggapi atas kejadian di atas. Namun yang mengejutkan adalah pernyataan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang mengecam aksi para pemuda Palestina itu. “Saya menentang segala bentuk kekerasan di tempat ibadah, termasuk aksi penyerangan kepada polisi Israel,” jelas Abbas. Tak satupun pemimpin dunia Islam mengecam aksi penutupan Masjidil Aqsha ini. Diam membisu. Termasuk dari Indonesia.

Strategi Israel perluas tanah jajahan dan kekuasaannya

Dalam sepak terjangnya di tanah jajahan Palestina, Israel selalu menjadikan isu-isu keamanan sebagai langkah untuk menguasai atau menerapkan strateginya dalam memperluas tanah jajahannya. Dalam catatan penulis ada beberapa peristiwa keamanan yang mereka jadikan alasan untuk memperluas wilayah jajahan dan kekuasaannya. Diantarannya adalah sebagai berikut:

Peristiwa pembantaian Masjid Ibrahimi. Pagi itu, Jumat 25 Pebruari 1994, terjadi pembantaian sadis di dalam masjid Ibrahimi di Kota Hebron, selatan Tepi Barat, tempat lahirnya Nabi Ibrahim alaihis salam. 29 orang jamaah shalat gugur dan 15 lainnya luka-luka. Akibat peristiwa itu, masjid umat Islam dibagi dua, satu untuk Yahudi dan bagian kecil lagi untuk umat Islam. Masuk ke masjid pun harus melalui syarat-syarat tertentu dan waktunya pun dibatasi.

Kuburan Rahel atau Masjid Bilal bin Robah. Rahel adalah nama ibu Nabi Yusuf alaihis salam, istri dari Nabi Yaqub alaihis salam. Dalam perjalanan Nabi Yaqub ke kota Betlehem, Rahel meninggal dunia. Untuk mengenang istrinya itu, Nabi Yaqub membangun semacam monumen mengenang istrinya. Saat itu tempat itu dikenal dengan nama kuburan Rahel.

Pada masa kejayaan Islam, tempat itu diganti dengan masjid Bilal bin Robah. Karena menurut riwayat hadis, Bilal pernah mengumandangkan azan di tempat itu saat bersama Khalifah Umar bin Khatab. Pada saat meletus Intifadah Aqsa tahun 2001, masjid Bilal bin Robah ini menjadi tempat ketegangan antara Israel dengan pemuda-pemuda Palestina. Dan pada tanggal 21 Pebruari 2010, pihak pemerintah Zionis Israel memasukkan Masjid Bilal bin Robah kedalam situs mereka. Karena mereka sebagai penguasa saat sekarang ini.

Pembakaran Masjidil Aqsha. Tanggal 21 Agustus 1969 menjadi hari duka bagi kaum muslimin dengan dibakarnya masjidil Aqsa oleh orang Yahudi. Akibat kejadian itu, pihak Zionis Israel mengambil alih urusan penjagaan masjid dengan dalih untuk keamanan. Situs-situs dan tempat-tempat bersejarah yang ada di dalam Masjidil Aqsa juga mereka kuasai.

Dari tiga peristiwa bersejarah di atas, rencana Zionis Israel untuk membagi Al-Aqsa menjadi dua, satu milik Yahudi dan satu lagi milik umat Islam, akan menjadi kenyataan. Membagi waktu, dimana mereka akan memberikan hari khusus untuk orang-orang Yahudi menunaikan ritual ibadah mereka di masjid. Dan akan memberikan waktu lain kepada umat Islam untuk beribadah di dalam masjid. Itu akan menjadi kenyataan.

Dilema dunia Islam

Melihat situasi dunia Islam dewasa ini, sangat kecil mereka bisa memberikan solusi bagi Masjidil Aqsha. Mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkauan kaum muslimin, dan bukan ke pangkuan orang Palestina dan orang Arab saja. Karena Masjidil Aqsha adalah milik kaum muslimin di penjuru dunia. Bukan milik orang Palestina dan milik orang Arab saja. Dari catatan penulis, minimal ada tiga kendala bagi dunia Islam, khususnya di Timur Tengah, yang menghalangi umat Islam bisa berbuat sesuatu untuk Al-Aqsha, untuk saat-saat sekarang ini. Alasannya sebagai berikut:

Pertama: dunia Islam saat ini tengah sibuk dengan urusan dalam negeri mereka sendiri-sendiri. Di Timur Tengah, mereka sibuk dengan Arab Spring dan situasi pasca-Arab Spring. Suriah sibuk dengan agenda mereka sendiri. Yaman sibuk dengan perang saudara yang berkepanjangan. Libya porak poranda pasca-Khadafi. Mesir terpuruk sejak dipimpin oleh As-Sisi. Dan terbaru, boikot negara-negara Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, atas Qatar. Di dunia Islam, khususnya Indonesia, pun nyaris sibuk dengan urusan dalam negeri sendiri. Mulai dari isu PKI hingga Perppu Ormas yang kontroversial itu. Dengan begitu, jangankan memikirkan Al-Aqsha, untuk memikirkan persoalan dalam negeri saja, sudah kuwalahan.

Kedua: persekutuan negara-negara Arab bersifat sementara dan cenderung sporadis serta parsial. Bukan berdasarkan pada persekutuan yang berdimensi jangka panjang, tidak berdasarkan pada kajian komprehensif. Sehingga sikap negara-negara Arab khususnya, cenderung disetir oleh kekuatan negara adi daya, seperti Amerika dan sekutu-sekutunya.

Ketiga: lemahnya negara-negara Islam dan Arab dalam memandang isu Palestina dan al-Aqsa. Sehingga kekuatan mereka tidak solid. Padahal isu Palestina adalah isu sentral umat Islam di dunia. Kalau negara-negara Islam dan Arab bisa menyatukan kekuatannya dalam bingkai “siapa yang menguasai kawasan Palestina, ia akan menguasai dunia”. Maka impian umat Islam untuk mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan kaum muslimin, bukanlah hayalan semata.

Lalu, berharap kepada siapa?

Tak ada kekuatan lain, setelah kekuatan Allah SWT tentunya, yang mampu mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan umat Islam, selain kekuatan sipil. Masyarakat sipil dan kekuatan rakyat lah yang akan memaksa Zionis Israel hengkang dari tanah Palestina. Segera memberikan tanah Palestina dan Masjidil Aqsa ke pangkuan umat Islam.

Ketika level pemerintah dan penguasa mentok, maka kekuatan masyarakat sipil, civil society lah menjadi harapan besar bagi rakyat dan bangsa Palestina. Mulai dari jamaah masjid, perkumpulan remaja-remaja masjid hingga LSM-LSM yang bergerak di bidang kemanusiaan Palestina. Mereka inilah yang mampu menghapus tangis Masjidil Aqsa. Agar masjid ini tidak menangis lagi…!!!#

 

Oleh: Amrozi M. Rais *)

*) Pengamat dan Pakar Timur Tengah, Peneliti Center for Middle East Studies (Comes)

REPUBLIKA