Jamaah Cardiovasculaar Diseases Agar Bawa Obat Sendiri

Tingginya angka jamaah haji wafat karena serangan jantung, cukup membuat khawatir tim kesehatan haji Indonesia di Tanah Suci. Karenanya, Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Etik Retno Wiyati mengimbau, jamaah haji untuk membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi sesuai jumlah dan dosis yang cukup selama 40 hari.

Imbauan itu khususnya bagi pasien Cardiovasculaar Diseases atau jantung yang telah melakukan pemeriksaan tahap satu atau sesuai keterangan kesehatan yang tercantum pada buku kesehatan haji. Membawa obat-obatan sendiri, lanjut Etik, akan memudahkan jamaah untuk mengkonsumsinya. Sebab, obat-obatan di Arab belum tentu sama atau cocok bagi si pasien.

Menurut Etik, ibadah haji merupakan ibadah fisik yang menuntut kondisi sehat dan bugar. Karenanya, para jamaah yang memiliki riwayat Cardiovasculaar Diseases agar aktif melakukan kontak medis dengan tenaga medis kesehatan minimal dua kali sehari.

Guna mendikteksi dini, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) akan melihat manifest kesehatan jamaah untuk melakukan imbauan kondisi kesehatan. TKHI juga akan berkoordinasi dengan pembimbing ibadah terkait prosesi ibadah pasien Cardiovasculaar Diseases.

Etik  mengingatkan, agar jamaah tidak memaksakan diri mengejar ibadah sunah dengan pergi ke Masjidil Harram setiap hari. Menurutnya, jamaah harus fokus kepada ibadah yang wajib. “Ini yang harus kita berikan pengertian kepada jamaah,” ujarnya di Makkah, kemarin.

Etik menambahkan, bahwa cuca panas sangat berpengaruh dengan kondisi kesehatan jamaah. Cuaca panas akan memicu kondisi seseorang mudah dehidrasi sehingga memicu riwayat kesehatan yang sudah ada dari Tanah Air.

“Tim KKHI siaga. Bila ada redektesi gangguan tersebut, maka akan dilakuksan tindakan dan merujuk ke KKHI atau ke Rumah Sakita Arab Saudi (RSAS),” ujarnya.

 

IHRAM

Ikuti Pola Hidup Rasulullah: Sehat Dapat Pahala, Sakit Kurangi Dosa

Selain shalat, kebiasaan lain dari Rasulullah yang juga patut dicontoh adalah bersedekah, berbagi, dan saling membantu. Dengan bersedekah, kata Ikhsan, akan membuat diri kita bahagia.

Disadari atau tidak, di sekeliling kita terdapat banyak radikal bebas yang bisa mengancam kesehatan manusia kapan dan dimana saja.

Radikal bebas, penjelasan simpelnya, sama dengan racun, kata pegiat kesehatan Ikhsan K Suhartono SSi Apt. Radikal bebas jelasnya adalah molekul yang masuk ke tubuh, ia tidak stabil, dan merusak tubuh seseorang.

“Contohnya polusi udara, ada asap mobil, ada partikel-partikel…, termasuk juga asap rokok,” jelasnya di sela-sela mengisi acara Talkshow Kesehatan dan Kecantikan “Radikal Bebas on Warning, Kenali Obat dan Kosmetik Berbahaya” di ballroom Oasis Amir Hotel, Senen, Jakarta Pusat, penghujung pekan kemarin.

Menurut Ikhsan, salah satu cara menangkal ancaman radikal bebas adalah dengan menjalankan pola hidup yang sehat, sebagaimana kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

“Sebenarnya pola hidup Rasulullah, kan, sudah luar biasa,” ujar Ikhsan di ruang acara yang dihadiri bintang tamu Indadari istri Caisar Aditya Putra dan puluhan peserta itu.

 

Sehat Psikis

Lebih jauh, Ikhsan menjelaskan. Secara psikis, menjalankan ibadah dapat menghilangkan stres. Shalat, misalnya, terutama jika dilakukan secara berjamaah, akan menimbulkan perasaan tenang dan rileks.

Sebab seseorang yang ke masjid atau mushalla akan bertemu dengan orang lain, seperti tetangga, lantas bersilaturahim, saling menyapa, dimana hal itu diyakininya akan menimbulkan ketenangan.

“Dapat pahala lagi, udah jelas,” imbuh Ikhsan yang juga Owner Miracle Glutaskin & Ummi Amizah Skincare dalam perbincangan santai dengan hidayatullah.com, Sabtu (05/08/2017) itu.

Selain shalat, pola hidup lain dari Rasulullah yang juga patut dicontoh adalah bersedekah, berbagi, dan saling membantu. Dengan bersedekah, kata Ikhsan, akan membuat diri kita bahagia.

“Jadi ada uang itu ya di-share, disedekahkan,” ujarnya, lantas mengutip perintah Allah dalam al-Qur’an kepada orang beriman untuk berinfaq.

“Setelah kita bagi, kita akan happy. Kenapa? Karena Allah akan ganti 700 kali lipat, siapa yang enggak happy?! Entah (diganti) di dunia atau di akhirat, kan, tinggal nunggu. Orang kalau nunggu hadiah gimana perasaannya? Happy, enggak?! Jadi satu masalah; stres, berkurang,” paparnya yakin.

 

Sehat Fisik

Selain psikis, secara fisik juga dianjurkan mengikuti pola hidup Rasulullah. Misalnya dengan memperbanyak minum air putih yang halal dan baik, seperti air Zam-zam, serta mengurangi minum air yang mengandung gula.

“Kalau hidup Rasulullah, kan, sudah luar biasa. Minum Zam-zam. Apa itu? Air yang bersih, air yang halalan thayyiban,” ungkapnya.

Soal makan pun, dianjurkan memperbanyak mengonsumi buah-buahan, “Terutama kurma.” Dan kurangi makanan mengandung karbohidrat, “kurangi (makan) nasi,” imbuh Sarjana Apoteker lulusan Farmasi ITB angkatan 92 ini.

Apalagi di Indonesia, sebagai negara tropis, sangat melimpah ruah berbagai jenis buah-buahan.

Yang ini juga perlu diperhatikan. Kata Ikhsan, dahulukan mengonsumi buah sebelum makanan lainnya. Tidak dibalik.

Begitu pula, hindari mengonsumsi dua jenis protein berbeda alam dalam sekali makan. Misalnya mencampur protein darat, seperti daging ayam, dengan protein laut, seperti ikan.

“Rasulullah enggak pernah mencampur protein dari laut sama darat, kan. Misalnya makan ikan, ikan aja. Jadi protein laut enggak digabung protein darat,” jelas pria supel dan murah senyum ini.

Selain itu, untuk hidup lebih sehat, kita juga dianjurkan memperbanyak berolahraga, seperti memanah, berkuda, berenang, dan sebagainya.

“Kalau Rasulullah memanah itu sekali narik itu berapa kilo. Sekali berkuda itu, kan, bergetar semua (anggota) tubuh kita, bergerak. Bergulat, berenang, itu, kan, pola Rasulullah,” ujarnya.

Jadi, dengan memperbanyak makan buah, minum air putih, banyak bergerak ke sana ke mari, berjalan tiap hari, insya Allah hidup kita akan sehat. “Kalau ikut pola Rasulullah, sudah cukup sekali untuk (bisa hidup) sehat,” simpulnya.

Di samping itu, cara lain menetralkan atau mengeluarkan radikal bebas dari tubuh adalah dengan mengonsumsi glutation, aku Ikhsan yang mengaku rutin mengonsumsi Glutaskin ini.

 

Kalau Tetap Sakit?

Sekalipun telah melakukan berbagai upaya tersebut tapi kita tetap jatuh sakit, hal ini jangan dikeluhkan, pesan Ikhsan.

Justru kebahagiaan juga bisa diperoleh ketika sakit, kata suami dari dr Shelly Prihatini -praktisi kesehatan dan kecantikan- ini.

Sebab, terangnya, Rasulullah sudah mengatakan, bahwa sakit sebagai penghapus dosa. Tentu jika dijalani dan diterima dengan kesabaran. Kabar gembira ini diharapkan membuat seseorang yang sakit jadi tetap bisa berbahagia.

“Dengan sehat dapat pahala, dengan sakit kurang dosa, kan. Selesai masalah,” pungkas pria kelahiran Palembang, 29 Juli 1974, yang aktif berdakwah lewat dunia kesehatan ini.

Memang, dalam hidup ini kita punya banyak masalah dan kelemahan. Nah, cara untuk selamat, jelasnya, adalah dengan mengikuti jalannya Rasulullah.

“Ikuti Rasul itu sama dengan menunggu hadiah, mengikuti Sunnah adalah perbuatan menghasilkan pahala, dan pahala itu adalah hadiah. Di dunia ataupun akhirat, pasti dapat. Jadi, selalu berbahagia orang yang akan mendapatkan hadiah. Kejarlah hadiah itu dengan cara Rasulullah,” ungkapnya berpesan.*

 

HIDAYATULLAH

Jabal Magnet, Buat Jamaah Haji Madina Penasaran dan Takjub

Penasaran dengan cerita para jamaah haji tahun-tahun sebelumnya tentang Jabal Magnet dan keanehan yang terjadi mobil atau kenderaan yang melewati area magnet ini dapat bergerak dan melaju, serta data di telephon seluler bisa eror, membuat sebahagian jamaah haji Kabupaten Mandailing Natal yang tergabung dalam Kloter 3/MES ingin membuktikan dan melihat sendiri fenomena misteri ini.

Daerah Jabal Magnet yang oleh orang Arab sebut Manthiqa Baidha atau perkampungan putih berjarak lebih kurang 60 kilometer dari Kota Madinah. Di sepanjang perjalanan menuju kawasan Jabal Magnet, para jamaah haji disuguhi dengan pamandangan perkebunan kurma dan hamparan bukit bebatuan. Pemandangan ini pun semakin membuat para jamaah Mandailing Natal makin takjub dengan kebesaran dan keagungan ciptaan sang Khalik Allah SWT. Walau menempuh penjalanan jauh, tapi hal itu tak  mengurungkan niat mereka untuk melihat keajaiban ini.

Rasa penasaran dan keanehan Jabal Magnet mulai terjawab dan terbayar pada saat kenderaan yang membawa para jamaah haji Kabupaten Mandailing Natal memasuki area magnet berhenti dan supir mematikan mesin mobil. Kenderaan yang membawa jamaah tersebut bergerak dan melaju dengan sendirinya tanpa mesin menyala. Bahkan dalam jalan tanjakan pun terus melaju, membuat para jamaah heran dan takjub sambil mengucapkan kalimat “subhanaallah” dan “Allahu Akbar”.

Taufik seorang jamaah haji yang juga Kepala Dinas Pertanian Pemkab Mandailing Natal merasa takjub. “Subhanallah, subhana ma khalaqta haza batatila subhana faqina azabannar,” katanya sambil memuji kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Sementara itu Darwin Nasution Kepala MAN Panyabungan yang juga jamaah haji Mandailing Natal, mengatakan, sungguh Maha Benar Allah dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. “Hal ini menambah keyakinan saya akan keagungan ciptaan Allah SWT, dan Allah tidak sia sia menciptakan sesuatu itu, sungguh tiada daya dan kekuatan kita, terus memuja dan memuji kebesaran Allah,” ujarnya.

Hal ini seperti yang diceritakan Sutan Hasibuan selaku TPHD Kabupaten Mandailing Natal kepada Humas Kemenag Mandailing Natal melalui saluran telephon seluler, yang membuat semakin rindu ke Tanah Suci, rindu ziarah ke makam Rasulullah SAW dan rindu sujud di hadapan Ka’bah. Dia pun mendoakan, semoga jamaah haji Kabupaten Mandailing Natal pada khususnya dan seluruh jamaah haji diberikan kesehatan, kesabaran dan keikhlashan dalam menunaikan rangkaian pelaksanaan ibadah baik di Madinah maupun di Makkah, baik umrah maupun haji, serta kembali ke Tanah Air di Bumi Gordang Sambilan meraih haji yang mabrur.

 

IHRAM

Menjaga Keikhlasan Guru

Banyak guru tak ingin ditimpa kesusahan. Padahal, tak sedikit guru yang hidupnya berhasil karena sabar menjalani hidup susah. Setiap guru bisa jadi punya sudut pandang berbeda tentang makna hidup susah.

Saya kerap menjumpai guru di pelosok daerah yang hidupnya susah. Ukuran susahnya karena guru tersebut belum berstatus guru pegawai negeri sipil (PNS). Ada dua sikap berbeda dari guru yang hidup susah, mengeluh atau tetap ikhlas berbuat kebajikan. Yang mengeluh, hidupnya tak beranjak dari satu kesusahan ke kesusahan lainnya. Yang ikhlas mengajar dan mendidik, mereka kerap mengalami kejadian yang di luar nalar.

Contohnya, ada seorang bapak guru yang mengabdi di Biak (Papua). Beliau sudah lebih dari 20 tahun menjadi guru honorer. Hidupnya dijalani dengan penuh perjuangan. Dengan seorang istri dan tiga anak, uang gajinya pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Bahkan, kerap mengalami kekurangan. Tetapi, keluarga mereka bahagia. Berapa pun rezeki yang didapatkan, mereka cukupkan. Kehidupan keluarganya berjalan harmonis. Anak-anaknya tumbuh menjadi anak pintar dan saleh. Sambil berkaca-kaca, beliau mengutarakan perasaan bahagia dan bersyukur karena ketiga anaknya bisa kuliah di perguruan tinggi negeri lewat beasiswa.

Saat beliau bercerita ihwal perjuangan hidupnya sebagai guru, tak ada sedikit pun tersirat rona kesedihan. Saat hidup susah, beliau dan keluarganya tak banyak mengeluh. Sebaliknya, beliau malah tetap menjaga niat, keikhlasan, serta semangat dalam mengajar dan mendidik para siswanya. Di saat yang sama, ketaatannya kepada Allah SWT tak pernah berkurang, bahkan makin dekat dengan Allah SWT.

Hal itu yang menyebabkan dirinya tak pernah resah dengan status dirinya yang bukan guru PNS.

Dalam buku Cara Berpikir Suprarasional (Republika Penerbit, 2013) karya Raden Ridwan Hasan Saputra, bapak guru ini layak disebut guru suprarasional. Ketika menghadapi masalah yang sangat sulit, guru suprarasional menjadikan Allah SWT sebagai faktor yang sangat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan atau tindakan dalam hidupnya. Guru dengan cara berpikir suprarasional selalu menggantungkan harapan dan doanya kepada Allah SWT dalam ikhtiar memecahkan kesulitan hidup.

Guru suprarasional paham makna merencanakan kesusahan. Di tengah himpitan kesulitan hidup, dia memilih tetap menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab. Bahkan, dia melakukan hal-hal lain di luar tanggung jawab. Misal, memberikan bimbingan belajar gratis kepada siswa yang lemah pemahamannyaa.

Dengan menjaga keikhlasan, kesusahan akan mendatangkan rezeki yang tak disangka-sangka. Anak yang saleh tak bisa dibeli dengan uang.

Bagaimana mungkin pula gaji seorang guru honorer bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi? Rezeki tak diduga adalah hasil kombinasi ikhtiar merenca nakan kesusahan dan menjaga keikhlasan. Atas izin Allah SWT, kesusahan membawa kenikmatan. Wallahu a’lam bishawab.

 

 

Oleh: Asep Sapaat

REPUBLIKA

Jumlah Mualaf Az-Zikra Genap 670 Orang

Jumlah mualaf Majelis Az-Zikra mencepai genap 670 orang. “Alhamdulillah, pada acara Tausiyah Zikir di Masjd Az-Zikra Sentul, waktu Dhuha, Ahad (6/8), tiga orang mengucapkan dua kalimat syahadat,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Muhammad Arifin Ilham kepada Republika.co.id, Senin (7/8).

Mereka adalah Dafa Suwandi (39 tahun) dari Katholik dengan nama Islam Dr Muhammad Dafa Ilham, Yulia Ratnasari (24 tahun) dari Protestan dengan nama Islam Dzulfahima, dan Monica Nia (23 tahun) dari Katholik dengan nama Islam Siti Hafshah.

Kemudian, kata Arifin, pada hari yang sama, ba’da shalat Zhuhur berjamaah di Masjid AzZikra, dua orang wanita mengikrarkan diri menjadi Muslimah. Keduanya adalah Merry Sarah Aseh Putri (25 tahun) dari Protestan dengan nama Islam Khoirun Nisa, dan Angela Cassandra Wijaya (20 tahun) dari Protestan dengan nama Islam Khoirul Mar’ah.

“Subhanallah walhamdulillah, kini mualaf Majelis Az-Zikra bertambah lagi menjadi genap 670 orang. Insya Allah akan terus bertambah, saudara saudari Muslim kita karena hidayah Allah. Aamiin,” tutur Arifin.

Ia menjelaskan, setiap bulan selalu ada mualaf yang berikrar di Masjid Az-Zikra Sentul. “Alhamdulillah, setiap acara Tausiyah Zikir selalu dihiasi dengan masuk Islamnya sejumlah saudara kita,” ujarnya.

Ia pun menginformasikan jadwal Tausiyah Zikir di Masjid Az-Zikra Sentul, Bogor, bulan depan, yakni Ahad, 19 Dzulhijjah 1438 H, bertepatan 10 September 2017. “Ayo sahabatku, kita beramai-ramai menghadiri acara Tausiyah Zikir tersebut. Bagi yang bermalam di Masjid az-Zikra, berkesempatan untuk melaksanakan qiyamullail berjamaah,” papar Ustaz Muhammad Arifin Ilham.

 

REPUBLIKA

Bimbingan Supaya Salat Khusyuk

SETELAH kita mengetahui arti pentingnya khusyuk, mungkin timbul pertanyaan di benak kita bagaimana cara menghadirkan khusyuk di dalam salat?

Dalam permasalahan ini, ulama kita memberikan beberapa bimbingan. Di antaranya:

– Meminta perlindungan (istiadzah) kepada Allah azza wa jalla dari gangguan dan godaan setan.

– Meletakkan sutrah (pembatas) dan memandang hanya ke tempat sujud.

– Mengosongkan hati dari kesibukan-kesibukan lainnya. Bila terlintas pikiran lain di benak kita, maka segera ditampik dan tidak diindahkan. Bila ada kesibukan atau keinginan maka segera dituntaskan sebelum salat, seperti bila lapar maka makan terlebih dahulu, bila hendak buang air maka segera ditunaikan, dsb.

– Berupaya menghadirkan hati dan terus mengingat-ingat bahwa sekarang kita sedang berdiri di hadapan Raja Diraja (Malikul Mulk) Yang Maha Mengetahui segala perkara yang tersembunyi, baik yang samar maupun rahasia dari orang yang sedang bermunajat kepada-Nya, dan kita terus mengingat bahwasanya amalan shalat ini nantinya (di hari akhir) akan ditampakkan kepada kita.

– Menenangkan anggota badan dengan tidak melakukan sesuatu perkara yang dapat mengganggu kekhusyukan, seperti memilin-milin rambut, menggerak-gerakkan cincin, dsb.

– Berusaha memahami, merenung-kan, memerhatikan, dan memikirkan bacaan-bacaan shalat dan zikir-zikirnya, karena yang demikian itu akan menyempurnakan kekhusyukan. (al-Mausuah al-Fiqhiyyah, 19/118, Taisirul Allam, 1/292)

Khusyuk yang Tercela

Di antara sifat khusyuk ini ada khusyuk yang tercela. Menurut al-Imam al-Qurthubi rahimahullah, khusyuk yang tercela adalah khusyuk yang dibuat-buat dan dipaksakan. Ketika shalat di hadapan manusia, ia memaksakan diri untuk khusyuk dengan menundukkan kepalanya dan berpura-pura menangis, sebagaimana hal ini banyak diperbuat oleh orang-orang bodoh. Ini jelas merupakan tipu daya setan terhadap anak manusia. (al-Mausuah al-Fiqhiyyah, 19/119)

Kita memohon kepada Allah azza wa jalla agar menganugerahkan kepada kita kekhusyukan hati tatkala bermunajat kepada-Nya dan kita berlindung kepada-Nya dari khusyuk yang tercela. []

Sumber asysyariah

[1] Yakni menyibukkan aku dari mengarahkan dan menghadapkan diri kepada Allah zza wa jalla karena memikirkannya. (Fathul Bari, 2/411)

[2] Dan pikiran ini tidak terus diikuti namun segera dihalau untuk kembali menghadapkan hati kepada shalat yang sedang dikerjakan.

[3] Karena Abu Jahm-lah yang menghadiahkan pakaian tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

[4] Anbijaniyah adalah pakaian yang tebal yang tidak bergambar. Ibnu Baththal mengatakan, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam meminta ganti dari Abu Jahm pakaian yang selain itu untuk memberitahukan kepadanya bahwa beliau tidaklah menolak hadiahnya karena meremehkannya.” (Fathul Bari, 1/604)

[5] Adapun menoleh karena ada keperluan maka dibolehkan seperti yang pernah dilakukan Abu Bakr ash-Shiddiq radhiallahu anhu. Sahl bin Sad as-Saidi radhiallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pergi ke tempat Bani Amr bin Auf untuk mendamaikan perkara di antara mereka. Tibalah waktu shalat maka muadzin mendatangi Abu Bakr seraya berkata, “Apakah engkau mau mengimami manusia? Bila mau, aku akan menyerukan iqamat.” Abu Bakr menjawab, “Ya.” Maka majulah Abu Bakr sebagai imam. Ketika mereka sedang shalat, datanglah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau lalu masuk ke dalam shaf hingga berdiri di shaf yang pertama.

Orang-orang yang menyadari kehadiran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam segera memberi isyarat kepada Abu Bakr dengan menepuk tangan mereka. Sementara Abu Bakr tidak menoleh dalam shalatnya. Namun ketika semakin banyak orang yang memberi isyarat, ia pun menoleh dan melihat keberadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah kemudian memberi isyarat kepada Abu Bakr agar tetap di tempatnya” Demikian seterusnya dari hadits yang panjang diriwayatkan al-Imam al-Bukhari no. 684.

 

MOZAIK

Golongan Orang yang Dapat Pahala Dua Kali

SESUNGGUHNYA setiap amal kebaikan ada pahalanya. Sesuai dengan kadar ketulusan niat dan besarnya manfaat yang dihasilkan, sebesar itulah ganjaran yang akan didapatkannya.

Sungguh, Allah Maha Pemurah. Ia memberi pahala amal kebaikan dua kali lipat, tiga kali lipat, bahkan lebih dari itu. Ada beberapa golongan yang mendapatkan pahala dua kali lipat yang disebutkan oleh hadits Abu Musa al-Asyari radhiyallahu anhu. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

Tiga orang yang mereka diberi pahala dua kali: (1) Seorang ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan mendapati Nabi (Muhammad) Shallallahu alaihi wasallam lalu beriman kepada beliau, mengikutinya, dan memercayainya, maka dia mendapatkan dua pahala; (2) budak sahaya yang menunaikan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap tuannya, ia mendapatkan dua pahala; dan (3) seseorang yang memiliki budak perempuan lalu memberinya makan dan bagus dalam hal memberi makannya, kemudian mendidiknya dan bagus dalam mendidiknya, lalu dia memerdekakannya dan menikahinya, maka dia mendapat dua pahala.” (HR. al-Bukhari no. 3011 dan Muslim dalam “Kitabul Iman”, dan hadits ini lafadz Muslim)

Hadis di atas menjelaskan bahwa ada tiga golongan manusia yang berhak meraih pahala dua kali, yaitu:

Orang yang seperti ini mendapatkan dua pahala, yaitu pahala mengimani rasul yang diutus kepadanya dan pahala mengimani rasul yang diutus setelahnya, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Ini tentu mendorong ahli kitab untuk bersegera memeluk agama Islam yang merupakan penutup agama-agama yang ada dan satu-satunya agama yang diterima oleh Allah.

Sungguh, mereka akan mendapatkan pahala yang mereka harapkan saat menjaga agamanya, ditambah pahala yang lain saat memeluk Islam. Sebab, Islam tidak akan mengurangi hak seorang pun, sebagaimana halnya Islam juga tidak menghalangi pahala orang yang beramal.

Jika ahli kitab menolak masuk Islam dan enggan beriman kepada Nabi Muhammad, berarti mereka telah mengingkari kitab-kitab mereka yang menyebutkan sifat-sifat beliau Shallallahu alaihi wasallam secara jelas dan perintah untuk mengikutinya bila diutus kelak. Padahal, seandainya Nabi Musa Alaihissalam masih hidup di kala Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diutus, niscaya Nabi Musa Alahissalam akan mengikuti beliau Shallallahu alaihi wasallam. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Seandainya saudaraku, Musa, masih hidup, tidak ada kesempatan selain mengikutiku.” (HR. Ahmad dan dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Irwa al-Ghalil)

Ketika turun nanti di akhir zaman, Nabi Isa Alaihissalam pun akan menjadi bagian umat ini dan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

Tidak ada seorang pun dari umat ini yang mendengar aku (diutus), baik dia Yahudi maupun Nasrani, lantas ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” ( Shahih Muslim, “Kitabul Iman”, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)

Hendaknya mereka memeluk agama ini karena besarnya pahala yang telah menunggu. Lebih-lebih, orang kafir yang berbuat kebaikan di saat jahiliah lalu masuk Islam, kebaikan di masa jahiliah itu tetap dicatat sebagai pahala. Dahulu Hakim bin Hizam bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam tentang amal kebaikan yang ia lakukan di saat jahiliah, seperti silaturahim, memerdekakan budak, dan sedekah, apakah ada pahalanya. Nabi Shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Engkau masuk Islam di atas kebaikankebaikan yang kaulakukan.” (Shahih al-Bukhari, “Kitabuz Zakat”)

Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Apabila seorang hamba masuk Islam kemudian baik keislamannya, Allah Subhanahu wataala mencatat segala kebaikan yang telah dilakukannya dan menghapus segala kejelekan yang pernah dikerjakannya.” (HR. Malik dan an-Nasai, lihat Shahih al-Jami no. 336)

2. Seorang budak sahaya yang menunaikan hak Allah dan hak tuannya.

Dia menjadi pelayan yang taat kepada tuannya dan penjaga yang tepercaya. Dia tulus menjalankan tugas, berusaha mengembangkan harta tuannya, serta menjaga anak-anaknya. Di samping itu, ia juga mengarahkan tuannya ke arah kebaikan dan mengingatkannya dari kejelekan. Tidak hanya itu, ia juga selalu menjaga hukum-hukum Allah Subhanahu wataala. Kesibukannya memberi pelayanan yang terbaik kepada tuannya tidak melalaikannya dari kewajibannya kepada Sang Khalik. Apabila panggilan shalat dikumandangkan, ia bergegas mendatanginya. Seandainya disuruh oleh tuannya untuk melakukan pelanggaran agama, dia menasihati tuannya dan lebih memilih taat kepada Rabbnya. Ia melaksanakan kewajiban agama dan menjauhkan diri dari larangannya. Budak yang seperti ini akan meraih dua pahala. (Lihat kitab al-Adab an-Nabawi hlm. 100101, karya Abdul Aziz al-Khauli)

Karena agungnya sifat budak yang seperti ini, sampai-sampai sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkeinginan meninggal dalam keadaan sebagai budak sahaya. Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah ada di tangan- Nya (demi Allah), kalau bukan karena jihad di jalan Allah Subhanahu wataala dan melaksanakan haji serta berbakti kepada ibuku, sungguh aku ingin mati dalam keadaan sebagai budak sahaya.” (HR. Muslim no. 1665)

Tidak tanggung-tanggung, karena kerinduan kepada pahala Allah Subhanahu wataala yang berlipat, sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu ingin meninggal dalam keadaan sebagai budak sahaya. Dia tidak peduli dengan status sosial yang disandangnya asalkan Sang Maula (Allah Subhanahu wataala) ridha kepadanya. Seperti inilah orang yang jauh pandangannya dan tinggi seleranya. Oleh karena itu, betapa malangnya nasib orang yang mengaku merdeka dan menghirup alam kebebasan, namun senantiasa menjadi budak syahwat dan hawa nafsunya. Jangankan berpikir untuk menanam kebajikan, keluar dari lumpur kesesatan saja tidak mampu. Masihkah orang yang seperti ini dikatakan sebagai orang yang merdeka dan hidup leluasa? Menurut kacamata syariat, kemuliaan terletak kepada ketulusan mengamalkan kebaikan dan kesiapan menerima aturan agama (takwa). Kemuliaan tidak berarti memiliki harta yang melimpah, berpenampilan serba wah, dan jabatan tinggi jabatan yang membuat ngiler orang-orang kelas bawah. Allah Subhanahu wataala berfirman,

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kalian.” (al-Hujarat: 13)

3 . Seorang lelaki yang memiliki budak sahaya wanita yang memerhatikan sisi pendidikan agamanya dan mencukupi kebutuhan jasmaninya. Ia bimbing budaknya kepada hal-hal yang bermanfaat, baik dari segi agama maupun dunia. Setelah itu, ia memerdekakan dan menikahinya.

Lelaki seperti ini telah mengangkat kedudukan budaknya dengan mengubah statusnya menjadi orang yang merdeka. Orang seperti ini pantas mendapatkan pahala dua kali lipat karena usahanya yang baik. Bagaimana tidak, dia telah mengeluarkan budaknya dari gelapnya kebodohan kepada cahaya ilmu. Ia mencukupi kebutuhan hidupnya secara maksimal, sedangkan budak sahaya umumnya mendapatkan perlakuan yang tidak wajar dari tuannya. Setelah budak sahaya tersebut menjadi mahal nilainya dan tinggi harganya karena kemuliaan lahiriah dan batiniah yang disandangnya, sang tuan memerdekakannya.

Ia lepaskan sahaya tersebut dari belenggu perbudakan ketika ia yakin bahwa budaknya telah baik kondisinya. Padahal, jika mau menjual budak tersebut, niscaya ia akan mendapat materi yang tidak sedikit. Akan tetapi, ia dengan tulus memerdekakannya. Ia hanya mengharap, biaya dan tenaga yang telah ia keluarkan untuk memperbagus agama dan keterampilan duniawi sang budak, diganti dengan pahala dan ridha Allah Subhanahu wataala.

Tidak hanya itu, bahkan ia menikahinya sehingga menyejajarkannya dengan istrinya yang lain dalam masalah hak dan menyamakannya dengan wanitawanita lain yang merdeka. Padahal, sebelumnya budak wanita ini dikuasai oleh orang lain, sampai pun anak-anak kecil menyuruh dan memerintahnya serta memanggilnya sebagai budak. Namun, panggilan yang seperti itu kini sudah tidak melekat pada dirinya.

Setelah penjelasan yang gamblang seperti ini, masih adakah orang yang menuduh bahwa Islam menzalimi kaum hawa dan tidak memerhatikan pendidikan para wanita? Sungguh, amat keji bualan yang keluar dari mulutnya. Berangkat dari sini, sudah menjadi kewajiban kita untuk mendidik anak-anak kita, anak-anak kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga menjadi generasi yang bermanfaat bagi agama dan masyarakatnya, setelah bermanfaat bagi dirinya.

Perlu diketahui, perbudakan akan ada selama masih ada orang kafir yang memerangi kaum muslimin. Kaum muslimin melakukan perlawanan sehingga sebagian orang kafir ada yang tertawan dan menjadi budak. Akan tetapi, ketika mereka menjadi budak lalu masuk Islam dan baik keislamannya, agama Islam menganjurkan pemiliknya untuk memerdekakannya dengan menjanjikan pahala yang besar. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Lelaki mana saja yang memerdekakan seorang (budak) muslim, Allah Subhanahu wataala akan menyelamatkannya dari neraka setiap anggota tubuh darinya dengan anggota tubuh dari (budak)nya.” (HR. al-Bukhari no. 2517)

Said bin Marjanah, perawi hadits ini, berkata, “Saya bawa hadits ini kepada Ali bin al-Husain rahimahullah lalu dia (Ali) menuju kepada budaknya yang (akan) dibeli sepuluh ribu dirham atau seribu dinar oleh Abdullah bin Jafar, lantas memerdekakannya.” Seperti inilah bersegeranya generasi awal umat ini melakukan kebaikan kapan pun ada kesempatan. Ketika budak yang dimerdekakan itu mahal harganya dan sangat disenangi oleh pemiliknya, semakin besar pula pahala memerdekakannya. (lihat Shahih al-Bukhari no. 2518)

Islam yang indah ini juga menjadikan memerdekakan budak sebagai ketentuan dalam beberapa hukumnya. Misalnya, hukuman bagi orang yang melakukan hubungan suami istri ketika puasa di siang hari Ramadhan, di antaranya adalah memerdekakan budak. Islam juga telah memberikan bagian harta zakat untuk memerdekakan budak sahaya. Kata asy-Syaikh Muhibbuddin al- Khathib, “Sungguh, ketika Islam datang, masalah perbudakan adalah aturan yang umum pada seluruh umat yang ada di muka bumi. Perbudakan di Jazirah Arab adalah yang paling minim dan paling lembut dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Di antara tujuan risalah (syariat) Islami yang terpenting adalah anjuran membebaskan budak dan memerdekakannya dalam berbagai kondisi dan kesempatan. Sebuah aturan yang belum pernah ada umat yang bisa menandinginya.” (Taliq Shahih al- Bukhari 2/213)

Golongan Lain yang Mendapat Pahala Dua Kali

Orang-orang yang mendapat pahala dua kali tidak terbatas hanya pada tiga golongan yang tersebut dalam hadits di atas. Ada beberapa golongan yang lain, di antaranya:

1. Istri-istri Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam

Allah Subhanahu wataala berfirman,

“Barang siapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberinya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.” (al-Ahzab: 31)

2. Orang yang bersedekah kepada karib kerabat

Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya),”Bersedekah kepada orang miskin adalah sedekah, dan bersedekah kepada kerabat ada dua (pahala): sedekah dan silaturrahim.” ( HR. an-Nasai dan at-Tirmidzi, lihat Shahih at-Targhib no. 879).

Ketika ditanya oleh dua wanita kalangan sahabat tentang sedekah kepada suami dan anak-anak yatim yang berada dalam asuhannya, Nabi n bersabda, “Keduanya mendapat pahala (menyambung) kekerabatan dan pahala sedekah.” (Shahih Muslim, “Kitab Zakat” no. 1000)

3. Seorang hakim dan ulama ahli ijtihad yang keputusan/hukumnya sesuai dengan hukum Allah setelah berusaha mencapai hukum yang benar .

Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Ketika seorang hakim (akan) menghukumi lalu bersungguh-sungguh kemudian benar (hukumannya) maka dia mendapat dua pahala. Apabila keliru, dia mendapat satu pahala.” (HR. Muslim dan selainnya)

Dua pahala tersebut karena hukumnya sesuai dengan hukum Allah Subhanahu wataala dan karena usaha kerasnya untuk mencapai kebenaran. Hakim yang dimaksud dalam hadits di atas adalah yang memang memiliki ilmu alat yang cukup untuk menghukumi dan mengerti kaidah-kaidah syariat serta qiyas (kias). Adapun orang yang bodoh lantas menghukumi, dia tidak dapat pahala. Ia justru berdosa karena bukan ahlinya. (Lihat penjelasan al-Imam al-Khaththabi rahimahullah tentang masalah ini dalam Aunul Mabud 9/488489, Maktabah Ibnu Taimiyah)

4. Orang yang memberi contoh/keteladanan dalam hal yang baik menurut kacamata agama

Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Barang siapa memberi contoh yang baik dalam Islam, dia mendapatkan pahala (amalnya) dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala orang yang mengikutinya.” (HR. Ahmad, Muslim, dll, dari sahabat Jarir radhiyallahu anhu)

5. Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu berkata, “Dua orang lelaki keluar untuk bepergian (safar). Waktu shalat tiba padahal keduanya tidak membawa air. Keduanya lantas bertayamum dengan tanah yang suci lalu salat. Setelah salat, keduanya mendapatkan air pada waktu (salat tersebut). Salah satunya mengulangi salatnya dengan berwudhu, sedangkan yang satunya tidak mengulangi. Keduanya kemudian mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan menceritakan hal tersebut. Beliau bersabda kepada orang yang tidak mengulangi salatnya, Engkau sesuai dengan sunah dan salatmu telah sah. Adapun kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya, Nabi n bersabda, “Engkau mendapat pahala dua kali.” (HR. Abu Dawud dan ad-Darimi. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Sanadnya lemah. Padanya ada Abdullah bin Nafi ash-Shaigh, ia lemah hafalannya Tetapi, Ibnu as-Sakan meriwayatkannya dengan sanad yang sahih secara bersambung sebagaimana yang saya jelaskan dalam Shahih Abu Dawud no. 365.” Lihat taliq asy-Syaikh al-Albani terhadap al-Misykat, 1/166, cetakan al-Maktabul Islami)

6. Orang yang berusaha membaca Alquran dengan benar meskipun terbata-bata.

Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Orang yang pandai membaca Alquran akan bersama malaikat pencatat yang mulia lagi baik. Sementara itu, yang membaca alquran dengan terbata bata dalam keadaan merasa berat, ia mendapatkan dua pahala.” (Muttafaqun alaihi)

Dua pahala di sini yaitu pahala membaca Alquran dan pahala atas kesulitan yang dihadapinya. Dengan mencermati penjelasan di atas, tentu kita semakin mengetahui besarnya kasih sayang Allah Subhanahu wataala terhadap para hamba-Nya. Semoga kita senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan-Nya. Wallahu taala alam bish-shawab. [Al-Ustadz Abdul Muthi Sutarman, Lc/asysyariah]

 

MOZAIK

Keith: Hidup Sebagai Muslim Terasa Indah

Membaca sebuah kitab suci sudah menjadi rutinitas Keith, warga Illinois, Amerika Serikat. Sejak kecil dia melakukan itu setiap akhir pekan. Bahkan, dalam tujuh hari, dia bisa menyempatkan tiga hari hanya untuk membaca kitab suci.

Namun, ritual rutin itu tidak membuatnya merasakan ketenangan beragama. Batinnya selalu mempertanyakan apakah ada hal lain yang membuat seseorang lebih bisa merasakan dekat dengan Sang Pencipta. Adakah ajaran yang lebih mengarahkan insan untuk maju, berkembang, sehingga bisa menghasilkan budaya yang mendukung perkembangan hidup.

Kegelisahan itu semakin dia rasakan ketika dipercaya bertugas di Turki. Sebagai seorang militer, dia harus mampu memetakan potensi ancaman dan kondisi masyarakat sekitar. Itu bukan hal sulit bagi pria yang sudah 24 tahun aktif di sebuah satuan militer Amerika Serikat ini. Ketika itu, dia banyak bertemu dengan tokoh Muslim Turki. Keith sempat bertanya-tanya dalam hati ketika melihat mereka. Selama ini dia hanya mengetahui Is lam identik dengan radikalisme dan terorisme. Islam jauh dari istilah toleransi.

Jika bicara tentang Islam, banyak orang selalu mengaitkan risalah yang dibawa Rasulullah dengan berbagai keburukan. Namun, di Turki Keith tidak menemukan Islam yang seperti itu. Dia melihat peninggalan Turki Usmani seperti Masjid Hagia Sophia yang megah dan kaya dengan nilai seni. Keindahan arsitekturnya membuat siapa pun yang masuk ke dalam bangunan tua itu terpesona.

Tidak hanya itu, dia juga mengamati kehidupan masyarakat Muslim di Turki yang saling peduli. Mereka hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain. Perbedaan keyakinan tidak membuat mere ka saling bermusuhan. Justru mereka hidup rukun dan saling bersinergi untuk samasama menciptakan kehidupan yang penuh dengan rasa saling menghormati.

Dia kemudian memahami bahwa Islam secara keseluruhan tidak dapat dilihat dari tindakan beberapa orang saja. Islam adalah ajarannya bukan sekadar sikap atau perilaku beberapa orang. Karena, beberapa orang Muslim bisa saja bertindak yang tidak mencerminkan ajaran Islam.

Dalam beberapa pertemuan dengan tokoh Muslim di Turki, Keith kerap menanyakan Islam. Seperti apa ajarannya. Bagai mana perkembangan Islam. Apa yang membuat masyarakat di dunia meyakini Islam. Pertanyaan tersebut diajukannya un tuk mengenal lebih dalam tentang risalah yang dibawa oleh Muhammad SAW.

Ketika mengenal Islam, dia mulai menyadari ada beberapa kemiripan dengan aga ma yang dianut sebelumnya. Pesan dari ke dua agama ini tidak pernah ada yang ber ubah, selalu sama. Tetapi, ketika bersya hadat, dia memahami Islam adalah agama yang murni. Dalam Islam, dia mem ahami ketika berdoa tidak ada perantara kepada Tuhan. Berbeda dengan agama yang dianut sebelumnya yang mengajarkan doa harus melalui perantara.

Lalu, apa gunanya perantara da lam berdoa? Dia mempertanyakan masalah ini di agama sebelumnya. Namun, Keith ti dak menemukan jawaban yang memua sakan. Mantan prajurit itu berpen da pat, seharusnya antara hamba dan Sang Pen cipta tidak perlu ada perantara. Makhluk dapat lang sung memohon kepada Tuhan. Ini lah yang diajarkan Islam dan tidak diajarkan di agamanya dahulu. Dalam Islam, Tuhan tidak me mi liki anak dan tidak diperanakkan.

Sebelum memeluk Islam, Keith mempelajari Islam selama satu tahun. Dia mulai membaca berba gai sumber untuk mengetahui pe ngetahuan tentang Islam. Dia ingin memastikan dan menyadari sepenuhnya seperti apa Islam itu. Sedikit demi sedikit mantan tentara ini mulai memahami Islam, baik dalam sisi sejarah maupun ajarannya.

Dia melihat Islam memiliki keindahan. Hidup islami dapat dilakukan dengan cara sederhana. Keith mulai benar-benar secara terbuka dan mengakui memeluk Islam pada Desember 1998 di Flo rida. Dia meminta seseorang me nyaksikan prosesnya menjadi Mus lim. Setelah mengucapkan sya hadat, dia pun resmi memeluk Islam.

Selama ini Keith mengha biskan sebagian hidupnya bekerja di bidang militer. Hampir 24 tahun. Dia telah berkeliling dunia, mengenal budaya yang berbeda. Keith telah memeluk Islam selama 18 tahun terakhir. Baginya, hidup se bagai Muslim terasa indah. Perasaan dan pikirannya terbuka luas.

“Saya rutin membaca Alkitab tiga hingga empat kali dan memahaminya dengan baik. Saya mengetahui apa yang ditanamkan ajaran itu pada diri saya. Tetapi, saya merasa ada yang tidak sesuai,” kata dia.

Keith merasakan Islam banyak berpengaruh positif bagi kehidupan pribadinya. Dia mulai mema hami bahwa Muslim tidak seperti yang dia bayangkan selama ini. Dia tidak lagi merasa khawatir ke tika berhadapan dengan orang lain. Dia dapat bersinergi dengan ba nyak orang dari berbagai latar belakang. Tidak ada lagi yang da pat memberikan gambaran bu ruk tentang Islam karena Keith sudah memahami Islam dengan baik. “Saya melihat segala sesuatu da lam cahaya yang berbeda,” kata dia.

Setahun sebelum bertugas di Turki, ada kekhawatiran yang dira sakannya. Kekhawatiran ini semakin memuncak saat dia mulai belajar Islam hingga dia benar-benar bertobat dan bersyahadat. Dia khawatir akan seperti apa sikap keluarganya ketika mengetahui dia menjadi seorang Muslim.

Dia khawatir akan dijauhi, dicerca, bahkan dimaki karena berpindah agama. Padahal, selama ini dia dibesarkan oleh keluarga yang taat dengan agama selain Islam. Keith semakin khawatir sampai-sampai ingin berusaha menghindari keluar ganya. Dia takut saudara dan orang tuanya kecewa.

Sebelum dia meyakini dan belajar Islam terselip sebuah pertanyaan pada dirinya. “Mengapa saya harus pindah ke tempat lain jika orang yang saya lihat selama ini melakukan hal yang sama dengan yang saya lakukan” tanya Keith dalam hati.

Dalam waktu setahun, dia mulai menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Dia mu lai bisa memahami perbedaan keduanya. Bagi dia, orang-orang yang seagama dengannya dulu tidak setia dengan keyakinannya.

Awalnya, dia sangat merasa kesulitan dalam mempelajari Islam. Dia harus mengikuti kursus selama beberapa bulan dengan berbagai materi. Tidak hanya itu, dia juga harus mendengarkan ceramah dan mengikuti kelas khusus bagi pemula secara rutin. Baginya, mempelajari Islam tidak sulit. “Oke, saya siap belajar Islam dan bisa memahaminya dengan mudah,” ujar dia.

REPUBLIKA

 

Tokoh Berikut Menjadi Poros Ilmu Ulama Betawi dan Dunia

Satu-satunya ulama Betawi yang memiliki pengaruh di dunia Islam pada awal ke-19 serta menjadi pangkal, poros atau ujung puncak utama silsilah ulama Betawi masa kini adalah Syekh Junaid al-Betawi.

Ridwan Saidi dalam Peran Ulama Betawi dari Abad ke-14 Sampai Orde Baru menjelaskan Junaid Al-Betawi adalah ulama Betawi yang lahir di Pekojan yang berpengaruh di Makkah walau hanya enam tahun bermukim di sana. Ia imam Masjid al-Haram, guru para guru yang terkenal se-antero dunia Islam sunni dan mazhab Syafi`i sepanjang abad ke-18 dan 19.

Menurut Ridwan Saidi, Syekh Junaid mempunyai banyak murid yang kemudian menjadi ulama terkemuka di tanah air bahkan di dunia Islam. Misalnya, Syekh Nawawi al-Bantani al-Jawi pengarang Tafsir Al-Munir dan 37 kitab lainnya yang masih diajarkan di berbagai pesantren di Indonesia dan di luar negeri.

 

Ada pula muridnya yang lain, yaitu Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, imam, khatib dan guru besar di Masjid al-Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 serta pengarang banyak kitab.

Menurut Rakhmad Zailani Kiki dalam Genealogi Intelektual Ulama Betawi, khusus mengenai murid-murid Betawinya yang kemudian menjadi ulama terkemuka, belum banyak diketahui kecuali Syekh Mujitaba (Syekh Mujitaba bin Ahmad al-Betawi) dari Kampung Mester yang dinikahkan dengan putri Syekh Junaid. Muridnya yang lain adalah Guru Mirshod, Ayah dari Guru Marzuki Cipinang Muara.

Kiprah Syaikh Junaid Al-Betawi sedikit banyak terungkap dari catatan perjalanan Snouck Hurgronje, seorang orientalis terkemuka asal Belanda saat menyusup ke kota Makkah yang perjalanannya ditulis dan dibukukan dengan judul Mecca in the latter part of 19th Century. 

Saat Snouck Hurgronje ingin bertemu dengan Syaikh Junaid ia ditolak oleh Syaikh Junaid. Menurut Hurgronje, saat ia menyusup ke Makkah diketahui bahwa Syekh Junaid telah bermukim di Makkah selama 60 (enam puluh) tahun, tepatnya sejak 1834.

 

 

REPUBLIKA

Titah Rasulullah tentang Nikmatnya Surga

RASUL yang mulia shallallahu alaihi wa sallam pernah bertitah tentang kenikmatan surga.

Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Allah azza wa jalla berfirman, “Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh (kenikmatan yang) tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pula terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik dalam kalbu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Kenikmatan surga luar biasa tak terbayangkan.

“Tidak ada satu jiwa pun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka dari kenikmatan yang menyenangkan pandangan mata.” (as-Sajdah: 17)

Karena mengetahui nikmat yang sangat agung tersebut, setiap insan yang beriman kepada Allah azza wa jalla dan percaya adanya hari akhir hendaknya menjadikan surga sebagai impian puncak dan cita-cita tertinggi.

Bagaimana tidak, surga adalah kenikmatan yang tidak ada duanya, kekal abadi, tiada pernah berakhir. Barang siapa masuk ke dalamnya, dia akan terus bersenang-senang dan tidak pernah keluar darinya. Barang siapa dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah beruntung karena selamat dari kengerian api neraka.

Apabila Anda, wahai muslimah, termasuk pendamba surga abadi, ada sebuah wasiat yang perlu Anda cermati. Wasiat ini disampaikan oleh sayyidul basyar, pemuka dan junjungan anak manusia, yang memiliki sifat pengasih penyayang kepada umatnya shallallahu alaihi wa sallam[1]. Apakah wasiat tersebut?

Sahabat yang mulia, Abdullah ibnu Amr ibnul Ash radhiallahu anhuma meridhai beliau dan ayahnya, berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,

Siapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaknya dalam keadaan beriman kepada Allah azza wa jalla dan hari akhir saat kematian mendatanginya. Hendaklah dia berbuat kepada manusia apa yang dia suka untuk diperbuat terhadap dirinya.” (HR. Muslim)

Dalam wasiat yang terangkum dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan dua sebab meraih kesuksesan hakikidijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, yaitu:

  • Beriman kepada Allah azza wa jalla dan kepada hari akhir.
  • Berbuat baik kepada manusia, dalam bentuk ucapan, perbuatan, harta, muamalah, dan sebagainya.

Dengan demikian, sebab pertama agar seseorang dimasukkan ke dalam surga mengandung penunaian terhadap hak Allah azza wa jalla. Adapun sebab kedua mengandung penunaian hak sesama insan. (Bahjah Qulub al-Abrar, asy-Syaikh al-Allamah as-Sadi, hlm. 218)

  • Beriman kepada Allah azza wa jalla

Beriman kepada Allah azza wa jalla mencakup beriman akan wujud-Nya, beriman akan hak rububiyah-Nya[2], beriman akan uluhiyah-Nya[3], dan beriman akan nama dan sifat-Nya[4]. Apabila hilang salah satu dari empat pokok ini pada diri seorang hamba, niscaya cacatlah keimanannya kepada Allah azza wa jalla. (Syarh Tsalatsah al-Ushul, Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin)

  • Beriman kepada Hari Akhir. Beriman kepada hari akhir mencakup tiga hal:

– Mengimani adanya kebangkitan dari dalam kubur,

– Mengimani adanya hisab atau perhitungan amalan dan balasannya, dan

– Mengimani adanya surga dan neraka.

Termasuk dalam keimanan kepada hari akhir adalah memercayai seluruh kejadian setelah kematian, seperti adanya fitnah (ujian) kuburpertanyaan dua malaikat kepada si mayat tentang tiga masalahdan mengimani adanya nikmat dan azab kubur. (Syarh Tsalatsah al-Ushul)

Keimanan terhadap hari akhir ini berkonsekuensi seseorang beramal untuk “menyambut” hari tersebut. Tidaklah bermanfaat sekadar percaya tanpa dibarengi usaha.

  • Berbuat Baik kepada Manusia

Timbangan yang menjadi tolok ukur berbuat baik kepada manusia adalah lakukan kepada manusia apa yang Anda suka dilakukan kepada Anda.Di sisi lain, tinggalkan semua kelakuan atau perbuatan kepada manusia yang Anda tidak suka apabila Anda diperlakukan demikian.

Semua yang Anda suka untuk diperbuat kepada Anda, maka lakukanlah kepada manusia. Sebaliknya, apa saja yang Anda tidak sukai untuk diperlakukan kepada Anda, jangan lakukan hal tersebut kepada manusia.

Abu Hamzah Anas bin Malik radhiallahu anhu, sahabat yang sejak berusia 10 tahun berkhidmat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam , menyampaikan sebuah hadits dari beliau shallallahu alaihi wa sallam,

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia menyukai untuk saudaranya apa yang dia sukai untuk dirinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Apabila ada sebuah kejelekan yang Anda tidak sukai jika menimpa Anda, tetapi Anda lakukan hal tersebut kepada manusia, berarti Anda telah menyianyiakan pokok yang agung ini.

Hadits Anas radhiallahu anhu di atas menunjukkan wajibnya mencintai untuk saudara seiman apa yang kita sukai untuk diri kita. Sebab, ditiadakannya keimanan (yang sempurna) dari orang yang tidak sukai untuk saudaranya apa yang dia sukai untuk dirinya sendiri, menunjukkan bahwa hal tersebut hukumnya.

Selain itu, hadits di atas memperingatkan kita dari sifat hasad dan iri dengki kepada sesama saudara seiman. Sebab, orang yang hasad jelas tidak suka kebaikan diperoleh orang lain, dan justru menginginkan yang sebaliknya.

Apabila ada yang menganggap bahwa hal ini sulit, yakni beratnya mencintai kebaikan agar diperoleh orang lain, sebenarnya tidak demikian. Tidak ada kesulitan asalkan seseorang mau melatih jiwanya untuk berbuat demikian. Apabila sudah terlatih, dengan izin Allah azza wa jalla akan mudah. Sebaliknya, apabila seseorang mengikuti keinginan jiwa dan hawa nafsunya, tentu akan sulit baginya. (Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, Fadhilatusy Syaikh al-Allamah Ibnu Utsaimin, hlm. 186187)

Hasil dari menjalankan dua sebab di atas (iman kepada Allah azza wa jalla dan hari akhir, serta mencintai kebaikan untuk manusia) tentulah sangat kita impikan. Sebab, itulah kesuksesan sejati. Allah azza wa jalla berfirman,

“Siapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia telah sukses/beruntung.” (Ali Imran: 185)

Makna “zuhziha” adalah didorong mundur. Sebab, neraka dikelilingi oleh syahwat yang jiwa sebenarnya condong kepadanya. Jiwa ini sebenarnya sangat suka dan menyenanginya. Hampir-hampir seorang insan tidaklah berpaling dari syahwat ini kecuali karena didorong mundur agar menjauhinya. Allah azza wa jalla mengatakan,

Maknanya, dia didorong mundur agar menjauh dari neraka.

Dia pun kemudian dimasukkan ke dalam surga. Dengan demikian, dia meraih kesuksesan, selamat dari apa yang ditakuti dan mendapat apa yang dicari. (Tafsir al-Quran al-Karim, al-Allamah Ibnu Utsaimin, 2/512)

Kesuksesan atau keberuntungan tidak akan sempurna kecuali dengan dua hal, yaitu diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Telah dimaklumi, siapa yang diselamatkan dari neraka, tentulah akan dimasukkan ke dalam surga. Sebab, di akhirat hanya ada dua negeri, yaitu surga dan neraka.

Hendaknya setiap kita melihat diri masing-masing. Apabila kita dapati diri kita beriman kepada Allah azza wa jalla dan hari akhir, dan suka memperlakukan manusia dengan apa yang kita sukai untuk diperbuat kepada kita, hendaknya kita bergembira dengan hadits ini. Sebaliknya tentunya.Wallahul mustaan. (Bahjah Qulub al-Abrar, hlm. 515). []

 

Sumber asysyariah

[1] Allah azza wa jalla berfirman menyebutkan sifat Nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, “Sungguh, telah datang kepada kalian seorang rasul dari diri-diri kalian, terasa berat atas Rasul tersebut apa yang menyusahkan kalian, dia sangat bersemangat agar kalian beroleh kebaikan, terhadap orang-orang beriman beliau memiliki sifat pengasih lagi penyayang.” (at-Taubah: 128)

[2] Dia bersendiri dalam hak rububiyah ini. Dia-lah sendiri yang menciptakan, yang memiliki, memerintah, mengatur, memberi rezeki, dan sebagainya. Secara ringkas, bisa dikatakan tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah azza wa jalla dalam perbuatan-Nya.

[3] Hanya Dia sendiri yang pantas dan berhak untuk diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam seluruh macam ibadah. Hak uluhiyah bisa dimaknakan mengesakan Dia dalam perbuatan hamba. Sebab, ibadah adalah perbuatan hamba; dan semuanya secara total ditujukan kepada Allah azza wa jalla semata.

[4] Allah azza wa jalla sajalah yang memiliki al-Asmaul Husna, nama-nama yang baik yang mencapai puncak kebaikan; Dia sajalah yang memiliki ash-Shifah al-Ulya, sifat-sifat yang tinggi. Nama-nama dan sifat-sifat tersebut (sesuai dengan kabar yang datang dalam al-Quran dan as-Sunnah) ditetapkan untuk Allah azza wa jalla sesuai dengan sisi yang layak bagi-Nya, tanpa memalingkannya, menolaknya, memisalkan, ataupun menyerupakannya dengan makhluk.

Sebab, Dia Yang Mahasuci berfirman, “Tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya.” (asy-Syura: 11)

 

MOZAIK

 

————————————————–
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!