Sultan Sokoto Serukan Umat Islam Amati Bulan Baru Rajab

Sultan Sokoto, Alhaji Sa’ad Abubakar III, menyerukan umat Islam untuk mengawasi atau mengamati bulan baru dari bulan Rajab 1439 Hijriyah. Kesultanan menyerukan hal tersebut di Sokoto, kota di barat laut Nigeria, dalam sebuah pernyataan yang ditandatangi oleh Prof Sambo Junaidu, Wazirin Sokoto sekaligus Ketua Komite Penasehat dalam Urusan Agama untuk Dewan Kesultanan.

“Ini untuk menginformasikan Umat Muslim bahwa Sabtu, 17 Maret, yang sama dengan 29 hari Jimada Assaniya 1439 H, akan menjadi hari untuk mencari bulan baru Rajab 1439 H,” demikian pernyataan Sultan Sokoto, seperti dilansir di Daily Post Nigeria, Sabtu (17/3).

Oleh karena itu, umat Islam Sokoto diminta untuk mulai mengawasi bulan baru dari Rajab 1439 H pada Sabtu. Selanjutnya, umat Islam diminta untuk melaporkan kemunculannya kepada kepala distrik atau desa terdekat untuk komunikasi selanjutnya kepada Sultan.

Kesultanan juga mendo’akan untuk perdamaian dan persatuan di negara tersebut, di samping mengimbau umat Islam untuk sungguh-sungguh berdo’a demi pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan di daerah tersebut. Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dari kalender Islam qomariyah (Hijriyah).

Bulan Rajab adalah salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Bulan ini menjadi istimewa karena salah satunya merupakan terjadinya peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW untuk menerima perintah shalat lima waktu. Di samping itu, umat Islam banyak melakukan amalan.

 

REPUBLIKA

Makna Cinta Sejati

Masalah cinta memang tak ada habisnya untuk dibicarakan generasi muda Indonesia saat ini. Cinta bisa membawa motivasi positif bagi seseorang, tapi juga dapat menjerumuskan kepada hal negatif.

Melihat fenomena ini, Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) Malang mengadakan kajian Islam bertema Ketika Cinta Berbuah Surga di Masjid Ahmad Yani, Kota Malang.Tema ini ditarik dari salah satu judul buku populer dari penulis Habiburrahman El Shirazy.Tak heran jika pemateri dari agenda akbar tiga bulanan YDSF ini menghadirkan Kang Abik (nama panggilan Habi burrahman El shirazy–Red).

Kang Abik mengaku senang berada di Malang, apalagi mendapatkan kesempatan memberikan materi tentang cinta.Berkaitan dengan tema, Kang Abik ingin menyampaikan bagaimana sesungguhnya cinta yang diajarkan Islam dan Rasulullah SAW. Dengan demikian, siapapun diharapkan dapat merasakan cinta yang benar-benar berkualitas dan bermanfaat, baik dunia maupun akhirat.

Menurut Kang Abik, cinta yang diajarkan Rasulullah SAW pada dasarnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Semen tara ihwal cinta kepada lawan jenis sudah ada garisnya sesuai dengan sunah nabi dan rasul. Dan itu menjadi bagian ibadah kita kepada Allah SWT, kata Penulis Ayat-ayat Cintaini.

Di dalam materi yang disampaikannya, Kang Abik sempat membahas bagaimana rasa cinta Rasulullah SAW kepada umatnya.Rasulullah SAW terbukti selalu memikirkan nasib umatnya, meski tak dibalas sesuai harapan. Dengan kata lain, pengorbanan Rasulullah SAW tidak sebanding dengan apa yang dilakukan umat nya pada diri Nabi Muhammad SAW.Yang diingat Rasulullah SAW itu kita, beliau memikirkan nasib kita bagaimana tidak sengsara.Sedangkan kita tidak memikirkan sama sekali,ujar dia.

Kedahsyatan cinta Rasul kepada umatnya terlihat bagaimana dirinya memperjuangan syariat Islam.Di peristiwa Isra Mi’raj, Ra sulullah SAW berjuang keras bagaimana menurunkan jumlah shalat yang semula 50 menjadi lima.Upaya ini dilakukan Rasulul lah SAW karena besarnya cintanya kepada umat.Dia tak ingin umatnya memiliki beban berat dengan menjalankan ibadah yang cukup banyak tersebut.

Dan shalat itu ada fungsinya, dari Subuh, Zhuhur, dan sebagainya.Dengan shalat kita tahu bagaimana ketika bangun kita langsung ingat Allah SWT.Itu adalah bagian kita mensyukuri nikmat Allah SWT,katanya.

Secara keseluruhan, Kang Abik berharap materi yang disampaikan dapat memberikan pemahaman baik bagi para generasi muda ihwal hakikat cinta.Usia muda memang tengah membara dengan rasa jatuh cinta.Untuk itu, cinta yang dimiliki generasi muda sebaiknya dapat ter arah.Itu penting dimaknai karena negara berkah itu hadirnya dari keluarga yang berkah.Keluarga yang berkah berasal dari pertemuan antara laki-laki dan perempuan yang berkah juga, kata dia.

Ketua panitia, Khairunnisa Rismawati, menerangkan, kajian akbar merupakan suatu program lembaganya yang bergerak di bidang dakwah dan filantropi.Setiap tiga bulan sekali, agenda akbar ini dilaksanakan dengan men datangkan pemateri tingkat nasional.Perbulan juga kita ada tapi pematerinya tingkat lokal Malang saja, kata perempuan yang dipanggil Risma ini saat ditemui Republikadi Masjid Ahmad Yani Malang, Ahad (11/3).

Pada acara yang menghadirkan Kang Abik kali ini, Risma mengungkapkan, terdapat 2.000 peserta memenuhi Masjid Ahmad Yani.Dari angka tersebut, 1.500 di antaranya telah daftar melalui situs web, sedangkan lainnya di lokasi.Menurut Risma, kebanyakan peserta yang hadir berasal dari kalangan mahasiswa.

Risma menilai, bukan hanya karena Kang Abik yang bisa mendatangkan peserta dari kalangan muda.Menurut Risma, hal ini kemungkinan besar juga karena tema cinta yang diangkat.Terlebih, lagi dengan kalimat tema yang cukup menarik untuk dibaca, Ketika Cinta Berbuah Surga.Keputusan ambil tema itu ka rena lebih menarik saja.Tidak ada alasan lain, karena kata-katanya lebih menarik buat peserta kalangan mahasiswa, kata perempuan berhijab hitam ini.

Dengan kajian ini, dia ber harap syiar Islam dapat semakin diperluas. Ditambah lagi, di kegiatan ini peserta dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan donasi YDSF, sehingga kebermanfaatannya dapat lebih meluas. Apalagi, di aca ra ini terdapat kegiatan penggalangan donasi juga bagi peserta yang hadir.Kita target kan Rp 300 juta hari ini lalu bisa segera disalur kan ke kegiatan pemberdayaan yang selama ini kita jalankan, kata dia.

 

REPUBLIKA

Ini Keutamaan dan Hukum Puasa Rajab Serta 4 Amalan Bulan Rajab

Rajab termasuk bulan Haram.1 Rajab1439 H jatuh pada Senin, 19 Maret 2018.

Allah SWT berfirman :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya :
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. At-Taubah : 36)

Di antara dua belas bulan tersebut terdapat bulan-bulan istimewa menurut Allah yang disebut sebagai bulan-bulan haram. Bulan istimewa tersebut berjumlah empat, dan nama-namanya telah dijelaskan di dalam sabda Nabi berikut:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

 

Hadits tentang puasa Rajab

Dilansir rumaysho.com, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits yang menunjukkan keutamaan puasa Rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 213). Ibnu Rajab menjelaskan pula, “Sebagian salaf berpuasa pada bulan haram seluruhnya (bukan hanya pada bulan Rajab saja, pen). Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Ibnu ‘Umar, Al Hasan Al Bashri, dan Abu Ishaq As Sabi’iy. Ats Tsauri berkata, “Bulan haram sangat kusuka berpuasa di dalamnya.” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 214).

Ibnu Rajab kembali berkata, “Tidak dimakruhkan jika seseorang berpuasa Rajab namun disertai dengan puasa sunnah pada bulan lainnya. Demikian pendapat sebagian ulama Hambali. Seperti misalnya ia berpuasa Rajab disertai pula dengan puasa pada bulan haram lainnya. Atau bisa pula dia berpuasa Rajab disertai dengan puasa pada bulan Sya’ban. Sebagaimana telah disebutkan bahwa Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya berpuasa pada bulan haram (bukan hanya bulan Rajab saja). Ditegaskan pula oleh Imam Ahmad bahwa siapa yang berpuasa penuh pada bulan Rajab, maka saja ia telah melakukan puasa dahr yang terlarang (yaitu berpuasa setahun penuh).” (Latho’if Al Ma’arif, hal. 215).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap hadits yang membicarakan puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam (seperti shalat setelah Maghrib pada malam-malam pertama bulan Rajab, pen), itu berdasarkan hadits dusta.” (Al Manar Al Munif, hal. 49).

Penulis Fiqh Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata, “Adapun puasa Rajab, maka ia tidak memiliki keutamaan dari bulan haram yang lain. Tidak ada hadits shahih yang menyebutkan keutamaan puasa Rajab secara khusus. Jika pun ada, maka hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil pendukung.” (Fiqh Sunnah, 1: 401).

Sebagaimana dinukil oleh Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah (1: 401), Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Tidak ada dalil yang menunjukkan keutamaan puasa di bulan Rajab atau menjelaskan puasa tertentu di bulan tersebut. Begitu pula tidak ada dalil yang menganjurkan shalat malam secara khusus pada bulan Rajab. Artinya, tidak ada dalil shahih yang bisa jadi pendukung.”

Syaikh Sholih Al Munajjid hafizhohullah berkata, “Adapun mengkhususkan puasa pada bulan Rajab, maka tidak ada hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya atau menunjukkan anjuran puasa saat bulan Rajab. Yang dikerjakan oleh sebagian orang dengan mengkhususkan sebagian hari di bulan Rajab untuk puasa dengan keyakinan bahwa puasa saat itu memiliki keutamaan dari yang lainnya, maka tidak ada dalil yang mendukung hal tersebut.” (Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 75394)

 

Puasa Hari Tertentu dari Bulan Rajab

Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia pernah ditanya, “Diketahui bahwa di bulan Rajab dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Apakah puasa tersebut dilakukan di awal, di tengah ataukah di akhir.”

Jawaban dari para ulama yang duduk di komisi tersebut, “Yang tepat, tidaklah ada hadits yang membicarakan puasa khusus di bulan Rajab selain hadits yang dikeluarkan oleh An Nasa-i dan Abu Daud, hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari hadits Usamah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah pernah melihatmu berpuasa yang lebih bersemangat dari bulan Sya’ban.”

Beliau bersabda, “Bulan Sya’ban adalah waktu saat manusia itu lalai, bulan tersebut terletak antara Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah saat amalan diangkat pada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karenanya, aku suka amalanku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Ahmad 5: 201, An Nasai dalam Al Mujtaba 4: 201, Ibnu Abi Syaibah (3: 103), Abu Ya’la, Ibnu Zanjawaih, Ibnu Abi ‘Ashim, Al Barudi, Sa’id bin Manshur sebagaimana disebutkan dalam Kanzul ‘Amal 8: 655).

Yang ada hanyalah hadits yang sifatnya umum yang memotivasi untuk melakukan puasa tiga setiap bulannya dan juga dorongan untuk melakukan puasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14, 15 dari bulan hijriyah. Juga dalil yang ada sifatnya umum yang berisi motivasi untuk melakukan puasa pada bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab).

Begitu pula ada anjuran puasa pada hari Senin dan Kamis. Puasa Rajab masuk dalam keumuman anjuran puasa tadi. Jika ingin melakukan puasa di bulan Rajab, maka pilihlah hari-hari ayyamul bidh atau puasa Senin-Kamis.

Tidak ada amalan khusus di bulan Rajab yang termasuk bulan haram ini, namun ibadah yang rutin dilakukan bisa lebih baik lagi, antara lain:

1. Shalat Fardhu.

Usahakan shalat fardhu berjamaah terus di masjid. Jika sebelumnya sudah terjaga dengan baik, maka usahakan bisa berada di shaf pertama. Jika sudah terbiasa di shaf pertama, maka usahakan bisa mendapatkan takbiratul ihram dari imam. Demikian semakin meningkat dan meningkat.

2. Shalat Sunnah.

Usahakan menjaga shalat tahajud dengan witirnya di malam hari. Jika sudah terjaga, rutinkan shalat sunnah rawatib baik qobliyah maupun ba’diyahnya. Jika sudah terjaga, maka tambahi dengan shalat dhuha. Demikian seeterusnya.

3. Bacaan Al Quran.

Al Quran adalah sarana mendulang pahala yang mudah. Perbanyaklah membaca Al Quran di bulan haram ini melebihi bacaan Al Quran di bulan sebelumnya. Ingat hadits, bahwa kedudukan kita di surga adalah di ayat terakhir yang kita baca. Semakin banyak ayat yang kita baca, semikin tinggi kedudukan kita di surga dan semakin jauh kita dari jurang api neraka.

4.Sadaqah.

Selain amalan yang berkaitan hubungan kita dengan Allah, ada amalan yang berkaitan dengan hubungan kita kepada sesama. Dan justru jika mau menghitung dengan seksama, malah amalan yang berhubungan dengan sesama itu mendominasi ajaran Islam kita.

Keseharian kita jika diperhatikan sangat banyak berinteraksi dengan sesama. Maka peluang beramal shalih yang berkaitan dengan hablun minannas (hubungan dengan sesama) lebih banyak. Sadaqah adalah amal shalih yang hendaknya bisa ditingkatkan di bulan haram ini. Tambahi kuantitasnya dan kualitasnya. Sadaqah hendaknya menjadi budaya kita sebagai bekal akhirat .

Ingatlah penyesalan orang fasik di akhiratnya, yaitu mereka minta dikembalikan ke dunia supaya bisa bersadaqah. Mereka melihat betapa agung pahala sadaqah.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh.” [al-Munâfiqûn/63:10]

TRIBUN NEWS

Subhanallah, ini Keistimewaan Bulan Rajab Menurut Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Khalid Basalamah

Sebentar lagi umat Islam bakal memasuki bulan Rajab, tepatnya pada Senin (19/3/2018). Dalam kalender Hijriyah (kalender Islami), bulan ini termasuk satu dari empat bulan mulia.

Menurut Ustadz Abdul Somad dalam sebuah video ceramahnya, tak ada ketentuan khusus disebutkan dalam Alquran atau hadis Nabi Muhammad tentang amalan di bulan ini.

“Hadis Rasulullah tentang keutamaan bulan Rajab sahih, tetapi tak ada disebutkan tentang amalan khususnya. Cuma disebutkan secara umum yaitu berpuasalah di bulan-bulan haram. Haram di sini berarti mulia, berasal dari kata Bahasa Arab, yaitu hurum, berarti kehormatan, mulia. Jadi bulan-bulan haram itu artinya adalah bulan-bulan mulia,” jelasnya.

Bulan haram dalan Islam ada empat, yaitu Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.

“Sesuai hadis tersebut, disebutkan anjuran agar kita berpuasa di bulan-bulan ini. Jadi, khusus Rajab tak ada dijelaskan apa saja amalan khususnya karena di hadis ini penjelasannya secara umum tak mengkhususkan ke Rajab,” tambahnya.

 

Selama Rajab, selain berpuasa, kita bisa menghiasinya dengan amalan-amalan baik lainnya jika mau. Misalnya, berzikir, membaca Alquran, bersedekah dan sebagainya.

Selain itu, ada lagi keistimewaan lainnya dari Rajab menurut Ustadz Khalid Basalamah.

Di sebuah video ceramahnya, dia menjelaskan tentang tafsir Surah Attaubah ayat 36 yang menjelaskan tentang larangan Allah berbuat maksiat di bulan-bulan haram ini.

“Artinya, itulah ajaran agama yang lurus, janganlah kalian menzalimi diri kalian di bulan-bulan mulia ini,” ujarnya menyitir terjemahan ayat tersebut.

Imam Qurtubi dalam sebuah tafsirnya tentang ayat ini menjelaskan bahwa siapa pun yang berbuat maksiat atau menzalimi dirinya di empat bulan mulia ini akan mendapatkan dosa yang berlipat ganda.

Demikian pula jika kita berbuat baik, maka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda pula.

“Dan ini disepakati pula oleh ulama-ulama tafsir lainnya,” tambahnya.

Di antara empat bulan istimewa ini hanya Zulhijjah dan Muharram yang ada amalan khususnya, yaitu di Zulhijjah ada puasa Arafah tanggal sembilan, tanggal sepuluhnya ada Hari Raya Iduladha dan tanggal 11,12 dan 13-nya ada hari Tasyrik.

Kemudian di Muharram ada puasa Tasua dan Asyura pada tanggal sembilan dan sepuluhnya. Nah, kalau bulan Rajab tak ada ini, hanya disuruh banyak-banyak berbuat baik dan ganjarannya akan dilipatgandakan,” jelasnya. (banjarmasinpost.co.id/yayu fathilal)

TRIBUN NEWS

 

Keutamaan Bulan Rajab dan Amalan Para Ulama

Rajab berasal dari kata tarjib yang artinya menghormat, demikian penjelasan Ibnu Katsir rahimahullan dalam tafsirnya. Dari namanya saja dapat diketahui bahwa Rajab adalah bulan yang layak dihormati dan dimuliakan.

Mengapa Rajab menjadi bulan yang terhormat? Setidaknya ada tiga keutamaan bulan tersebut.

Rajab Bulan Haram

Rajab merupakan salah satu bulan dari empat bulan haram (arba’atun hurum). Oleh karena itu, Rajab menjadi salah satu bulan istimewa dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai keutamaan bulan haram ini:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada 12 bulan. Seluruhnya dalam ketetapan Allah di hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara (12 bulan) itu terdapat empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu…” (QS. At Taubah : 36)

Ketika menjelaskan tafsir Surat At Taubah ayat 36 ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa sanksi berbuat dosa di bulan-bulan haram jauh lebih berat dibandingkan bulan-bulan lainnya, selain bulan suci Ramadhan. Sebaliknya, amal shalih di bulan-bulan haram pahalanya lebih besar dibandingkan di bulan lainnya, kecuali Ramadhan.

“Sesungguhnya mengerjakan perbuatan zalim di bulan-bulan haram, maka dosa dan sanksinya jauh lebih besar dibandingkan melakukan perbuatan zalim di bulan-bulan lainnya,” kata Ibnu Abbas yang dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

“Amal shalih di bulan haram pahalanya lebih besar, dan kezaliman di bulan ini dosanya juga lebih besar dibanding di bulan-bulan lainnya, kendati kezaliman di setiap keadaan tetap besar dosanya.”

Ketika menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka menegaskan bahwa bulan Rajab adalah bulan yang dihormati.

“Enam bulan selepas haji itu, yaitu pada bulan Rajab dijadikan lagi bulan yang dihormati, hentikan berperang, hilangkan dendam kesumat, supaya dapat pula mengerjakan umrah di bulan suci itu,” terang Buya Hamka. “Sampai ke zaman kita sekarang ini buat seluruh Tanah Arab, dipandang bahwa bulan Rajab adalah bulan ziarah besar, mengerjakan umrah, dan penduduk Makkah sendiri mengadakan ziarah besar ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah.

Bulan yang Dekat dengan Ramadhan

Rajab merupakan bulan yang dekat dengan Ramadhan. Antara Rajab dan Ramadhan hanya dipisahkan dengan Sya’ban. Masuknya bulan Rajab, oleh sebagian ulama dijadikan momentum untuk menyambut bulan Ramadhan dengan segenap persiapan terutama ruhiyah.

Banyak ulama terdahulu yang mempersiapkan diri menyambut Ramadhan sejak bulan Rajab. Karenanya mereka berdoa:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”

Doa itu juga tercantum dalam riwayat Al-Baihaqi dan Thabrani, tapi derajatnya dhaif menurut Syaikh Al Albani. Namun, ada juga doa sejenis dengan matan berbeda dalam riwayat Ahmad.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan” (HR. Ahmad)

Jika sebuah hadits diketahui dhaif, tidak boleh diyakini sebagai sabda Rasulullah. Namun, boleh saja berdoa dengan doa dalam berbagai bahasa. Dan banyak ulama yang membaca doa tersebut. Sebagai permohonan kepada Allah agar diberkahi di bulan Rajab, Sya’ban dan dipertemukan dengan bulan Ramadhan.

Bulan Isra’ Mi’raj

Banyak ulama yang menyakini bahwa isra’ mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab. Khususnya para ulama di Indonesia sehingga 27 Rajab ditetapkan sebagai hari libur isra’ mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Isra’ Mi’raj adalah perjalanan luar biasa yang dialami Rasulullah hanya semalam, bahkan kurang, dengan menempuh perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke Sidratul Muntaha.

Melalui isra’ mi’raj, Rasulullah mendapatkan perintah shalat lima waktu. Jika perintah yang lain diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril, khusus untuk shalat lima waktu ini, Rasulullah ‘dipanggil’ langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lalu apa saja amalan para ulama di bulan Rajab?

Doa Menyambut Ramadhan

Seperti telah dijelaskan di atas, banyak ulama yang mengamalkan doa memohon dipertemukan bulan Ramadhan. Doa ini dipanjatkan mulai Rajab hingga akhir Sya’ban.

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan” (HR. Baihaqi dan Thabrani)

Derajat hadits tersebut dhaif menurut Syaikh Al Albani. Namun, ada juga doa sejenis dengan matan berbeda dalam riwayat Ahmad.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan” (HR. Ahmad)

Amalan Umum di Bulan Rajab

Amalan-amalan umum yang hukumnya sunnah tetaplah sunnah di bulan Rajab. Sehingga shalat sunnah mulai shalat sunnah rawatib, sholat tahajud, sholat witir, sholat dhuha dan lain-lain tetap sunnah di bulan Rajab. Demikian pula puasa sunnah seperti puasa Senin Kamis, ayamul bidh maupun puasa Daud. Bahkan, amalan-amalan sunnah itu pahalanya lebih besar di bulan Rajab yang merupakan bulan haram.

“Amal shalih di bulan haram pahalanya lebih besar, dan kezaliman di bulan ini dosanya juga lebih besar dibanding di bulan-bulan lainnya, kendati kezaliman di setiap keadaan tetap besar dosanya,” kata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu seperti dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Amalan Khusus di Bulan Rajab

Ada pun amalan khusus di bulan Rajab, mulai dari mandi awal bulan rajab, puasa rajab, dan umrah rajab, tidak ada dalil yang kuat.

1. Mandi Awal Bulan Rajab

Menjelang bulan Rajab, sering beredar pesan WhatsApp bahwa barangsiapa mandi keramas menyambut bulan Rajab dan berpuasa di dalamnya, maka hatinya tidak akan mati dan dibersihkan hatinya bagaikan bayi serta dapat mengangkat 70 orang yang berdosa di akhir zaman.

Mandi awal bulan Rajab ini tidak ada dalilnya sama sekali. Bahkan hadits dhaif sekalipun, tidak ada. Dan mengenai keutamaannya yang disebut bisa mengangkat 70 orang yang berdosa di akhir zaman, hal itu sangat aneh. Bagaimana jika setelah mandi awal rajab lalu ia meninggal, apakah ia akan bangkit kembali untuk mengangkat 70 orang yang berdosa di akhir zaman?

2. Puasa Rajab

Seperti dijelaskan di atas, puasa sunnah (puasa Senin Kamis, ayyamul bidh, maupun puasa Daud) tetaplah sunnah di bulan Rajab. Bahkan pahalanya semakin banyak, seperti kata Ibnu Abbas. Namun, puasa khusus di bulan Rajab, tidak ada tuntunannya.

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan, “tidak ada riwayat shahih yang bisa dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, baik bentuknya puasa sebulan penuh atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab atau shalat tahajjud di malam tertentu.” Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Apakah Saya dan Anda Masuk Kriteria Ini?

IBRAHIM Fiqy, motivator muslim yang mendunia itu berkata: Paling lembutnya manusia adalah mereka yang paling sedikit membicarakan manusia. Paling bersihnya manusia adalah mereka yang paling baik persangkaannya pada manusia. Paling takwanya manusia adalah mereka yang paling banyak melayani manusia.

Mereka yang suka membicarakan manusia lainnya adalah termasuk yang paling berpotensi berpenyakit jiwa. Merasa diri paling benar dan paling baik adalah tabiat orang paling punya salah dan paling tidak baik.

Mereka yang paling gemar menduga dan berprasangka buruk kepada manusia lain adalah manusia yang berpotensi berpenyakit iri hati dan dengki. Manusia seperti ini biasanya sulit menikmati hidup karena dihantui oleh negative thinking yang merusak hormon bahagianya. Manusia macam ini adalah termasuk yang terkotor.

Orang yang sibuk melayani dirinya sendiri dan tak mau melayani orang lain adalah orang egois yang biasanya gemar membela diri dan merusak nama orang lain. Manusia macam ini begitu jauh dari mentalika orang bertakwa.

Stop membicarakan orang lain, stop buruk sangka orang lain, stop fokus pada kepentingan diri dan mulailah melayani orang lain.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Tidak Mustahil Bagi Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Sesungguhnya apa yang Allah kehendaki untuk terjadi pasti terjadi, dan apa yang Allah tidak kehendaki untuk terjadi maka pasti tidak akan terjadi. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Satu hari, Aa kemungkinan besar tidak bisa sampai di masjid Daarut Tauhiid Bandung tepat waktu disebabkan kendala penerbangan yang menurut perhitungan manusia tidak akan terkejar. Maka sahabat-sahabat mengundang Syaikh Ali untuk mengisi pengajian di Bandung, dan beliau pun bersedia. Namun, takdir Allah, justru Aa yang akhirnya bisa sampai satu jam sebelum acara di mulai, dan Syaikh Ali tidak bisa datang dikarenakan pewasatnya delay.

Ketika transit di bandara Bali, ada seorang penumpang yang membatalkan keberangkatannya ke Bandung sehingga satu kursi kosong. Maka, atas kehendak Allah, Aa akhirnya bisa pulang dan bisa mengisi jadwal di Bandung. Maasyaa Allah.

Dari peristiwa sederhana ini, kita bisa memetik hikmah bahwa kalai Allah menghendaki pasti ada jalan. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, mustahil itu hanya bagi kita sebagai makhluk. Maka, jangan pernah berputus asa dengan pertolongan Allah karena Allah Maha Kuasa mengatur segalanya, walaupun tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Langit, bumi beserta segala isinya mutlak hanya milik Allah, dan setiap kejadian mutlak hanya terjadi atas izin Allah.

Allah Swt. berfirman, “Allah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.”(QS. At Tholaq, (65):12)

Semoga kita semakin yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semeta ini ada dalam genggaman-Nya. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-Nya kita memohon perlindungan. WAllahualam bishowab.[smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Menahan Lapar Untuk Memuliakan Tamu

RASULULLAH sedang berkumpul bersama para sahabat saat ada seorang yang kelaparan datang berkunjung. Rasulullah pun bertanya kepada istrinya, apakah ada makanan yang bisa mereka hidangkan untuk tamu tersebut. Karena sedang tidak memiliki persediaan makanan, beliau menawarkan kepada para sahabat apakah ada yang bersedia menjamu sang tamu. Kemudian, salah satu sahabat dari kalangan Anshor berdiri sambil menjawab bahwa ia bersedia. Setelah itu, orang Anshor tersebut pun pergi menuju rumahnya bersama sang tamu.

“Beristirahatlah dulu, saudara. Aku akan meminta istriku menyiapkan makanan,” ucap sang Anshor mempersilakan tamu tersebut.

“Terima kasih. Semoga Allah swt. membalas semua kebaikanmu dan memuliakanmu.”

Di belakang, sang Anshor berkata pada istrinya. “Aku membawa tamu Rasulullah. Aku sungguh ingin menjamunya dengan baik. Apa kau menyimpan makanan?”

Istrinya menjawab, “Demi Allah kita tidak mempunyai banyak makanan. Mungkin hanya cukup untuk makan anak-anak.”

“Kalau begitu, tidurkan dulu anak-anak. Setelah itu, sementara kau memasak, aku akan mengajaknya berbincang. Aku minta tolong agar nanti kau memadamkan lampu saat menghidangkan makanan tersebut. Dengan demikian ia tidak akan tahu bahwa kita tidak punya makanan lagi.”

“Tapi bukankah kita harus menghormati tamu dengan menemaninya makan?” Tanya sang istri.

“Benar. Aku akan berpura-pura mengunyah makanan. Ia tidak akan tahu karena ruangan gelap. Katakana juga bahwa kau nanti akan pergi memperbaiki lampu.”

Istrinya mengangguk mengerti. Dan pada malam itu, demi sang tamu, keluarga Anshor tersebut pun menahan lapar. Kejadian yang mulia ini lalu diabadikan oleh Allah swt melalui firmannya berikut:

“Dan orang-orang (Anshor) yang telah menempati Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al Hasyr: 9)

Rasulullah pun menyampaikan penghargaan Allah swt atas apa yang dilakukannya. Sang Anshor pun sangat bahagia, karena apa yang ia lakukan telah mendapat ridha dari Alla swt. [An Nisaa Gettar]

 

INILAH MOZAIK

Berwudu di WC Umum yang Jorok, Sahkah?

PADA dasarnya tidak ada ketentuan khusus yang mengatur tempat untuk berwudu. Berwudu boleh dilakukan di mana saja, baik di dalam kamar mandi, tempat wudu, sumur, sungai, laut dan lainnya. Kita tidak menemukan dalil yang melarang tempat tertentu untuk berwudu. Kecuali bila tempat itu memang najis sehingga tidak dimungkinkan terlaksananya wudu, maka tempat itu memang tidak bisa dijadikan tempat wudu.

Misalnya, berwudu di dalam kubangan najis, seperti septik tank, comberan, genangan darah atau saluran air limbah/ tinja. Jelas tidak dimungkinkan untuk melakukan wudu di sana, karena tubuh kita pasti bercampur terus menerus dengan benda-benda najis. Ada pun kamar mandi yang ada WC-nya, tidak bisa dikatakan sebagai benda yang selalu najis. WC memang najis bila sedang digunakan untuk buang air. Namun setelah disiram, tentu sudah tidak najis lagi. Lantai kamar mandi mungkin ada najisnya, tetapi setelah disiram tentu sudah tidak najis lagi.

Walhasil, tidak ada najis yang akan melekat saat sedang berwudu. Sehingga tidak ada halangan untuk berwudu. Akan tetapi manakala sebuah kamar mandi yang ada WC-nya dikelola dengan sangat jorok, sehingga ada najis di mana-mana, bahkan sulit dibersihkan, maka memang sebaiknya kita tidak berwudu di dalamnya. Sebab keadaannya mengkhawatirkan. Demikian semoga menjadi lebih jelas.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc]

 

INILAH MOZAIK

2 Kalimat Syahadat, Kunci Surga Anak Adam

KUNCI surga tentu bukan kunci seperti yang kita bayangkan. Menurut banyak ulama, yang dimaksud dengan kunci surga adalah pernyataan dua kalimat syahadat dari seorang anak manusia. Yang dengan dua kalimat syahadat itu, dia berhak untuk masuk surga.

Jadi kunci itu berupa ikrar dan keyakinan di dalam hati bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi dan utusan Allah. Tidak cukup bahwa seseorang itu bertuhan, atau mengaku percaya pada tuhan. Atau sekedar mengakui bahwa alam semesta itu punya pencipta. Atau sekedar mengakui adanya Causa Prima, penyebab dari segala.

Tidak cukup seseorang hanya bertuhan kepada Allah Ta’ala, sementara dia masih saja menuhankan benda-benda lain seperti kuburan, keramat, orang sakti, keris, arwah nenek moyang dan seterusnya. Inti dari kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah adalah bahwa seseorang tidak mengakui adanya segala macam tuhan dalam arti yang seluas-luasnya, kecuali hanya Allah saja.

Yang kedua dari konsep syahadat adalah bahwa seseorang tidak cukup hanya kagum dan memuji seorang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tetapi harus mengakui bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah seorang manusia yang mendapatkan wahyu dari Allah Ta’ala. Dan isi wahyu itu adalah sebuah aturan hidup yang harus dijadikan sebagai the way of life. Tanpa keyakinan atas esensi syahadatain, maka surga tidak bisa dimasuki oleh siapa pun, karena kunci surga adalah syahadatain.

 

INILAH MOZAIK