Mana yang Lebih Afdal, 11 atau 23 Rakaat?

SYAIKHUL Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

“Tatkala Umar mengumpulkan manusia dan Ubay bin Kaab sebagai imam, dia melakukan shalat sebanyak 20 rakaat kemudian melaksanakan witir sebanyak tiga rakaat. Namun ketika itu bacaan setiap rakaat lebih ringan dengan diganti rakaat yang ditambahkan. Karena melakukan semacam ini lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu rakaat dengan bacaan yang begitu panjang.” (Majmu al-Fatawa, 22/272)

Praktek di atas menunjukkan bahwa jumlah bukan acuan utama penilaian. Karena ini kembali kepada mana yang lebih berkualitas. Allah Taala berfirman,

“Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2)

Salah satu diantara faktor yang menentukan kualitas adalah kekhusyu-an. dan salah satu faktornya adalah kondisi makmum. Karena itu, Syaikhul Islam menyimpulkan, yang paling afdhal adalah menyesuaikan kondisi makmum. Beliau mengatakan,

Yang paling afdhal, berbeda-beda sesuai kondisi orang yang shalat. Jika mereka bisa diajak berdiri lama, maka tarawih dengan 10 rakaat dan 3 rakaat setelahnya lebih bagus. Seperti yang dilakukan sendiri oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika di bulan ramadhan dan di luar ramadhan. Namun jika mereka tidak kuat berdiri lama, tarawih 20 rakaat lebih afdhal. (Majmu al-Fatawa, 22/272)

Sayangnya, banyak praktek yang kurang maksimal di tempat kita. Sebagian masjid yang tarawih 23 rakaat, sangat tidak thumakninah. Bahkan ada yang selesainya kurang dari setengah jam. Sementara mereka yang shalat 11 rakaat, selesai selama setengah jam. Masalah jumlah, jangan sampai mengorbankan kualitas. Karena thumakninah bagian dari rukun shalat.

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK

Salat Tarawih 11 atau 23 Rakaat?

HAMPIR semua ulama mengatakan, tidak ada batas maksimal untuk jumlah rakaat shalat tarawih. Diantara dalil yang menunjukkan tidak ada batas untuk jumlah rakaat shalat tarawih adalah hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma,

Ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengenai tata cara shalat lail. Kemudian beliau menjelaskan, “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu rakaat, untuk menjadi witir bagi shalat-shalat sebelumnya.” (HR. Bukhari 990 dan Muslim 749)

Hadis ini bersifat umum, mencakup shalat malam yang dikerjakan di luar ramadhan maupun ketika ramadhan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tata cara pelaksanaan shalat malam untuk dikerjakan 2 rakaat-2 rakaat. Dan beliau tidak menyebutkan batasan jumlah rakaatnya. Beliau hanya memberi batasan,

“Jika kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu rakaat, untuk menjadi witir bagi shalat-shalat sebelumnya.”

Seandainya shalat malam itu ada batasannya, tentu Nabi shallallahu alaihi wa sallam akan menjelaskannya. Ibnu Abdil Barr ulama Malikiyah mengatakan,

“Bahwa shalat malam tidak memiliki batasan jumlah rakaat tertentu. Shalat malam adalah shalat sunah, amal soleh dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakan dengan jumlah rakaat sedikit, dan siapa yang mau, bisa mengerjakan dengan banyak rakaat.”(at-Tamhid Syarh al-Muwatha, 21/70)

 

INILAH MOZAIK

MUI Sumbar: Tradisi Balimau Jelang Puasa Banyak Mudaratnya

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar) meminta masyarakat tidak melaksanakan tradisi balimau atau tradisi mandi menjelang menunaikan ibadah puasa. Alasannya, makin ke sini tradisi ini justru cenderung lekat dengan maksiat dan jauh dari manfaat.

Sebetulnya, tradisi ini memiliki tujuan sebagai ajang bersih-bersih diri agar ibadah puasa bisa lebih optimal. Dahulu, masyarakat Minangkabau melakukan balimau bersama keluarga dengan cara mandi di tepian sungai. Mandi dilakukan dengan air yang dicampur jeruk nipis dan dilaksanakan sore hari atau selepas shalat Ashar.

Namun, makna dari tradisi ini dianggap mulai bergeser saat ini. Bila dulu kegiatan mandi di sungai dilakukan bersama keluarga mahram, saat ini tradisi balimau dilakukan muda mudi yang yang belum ada ikatan keluarga. Belum lagi, muda mudi ini mencari lokasi balimau yang jauh dari rumahnya. Misalnya, dengan pergi ke sebuah pemandian umum atau datang ke danau dan mata air.

Tradisi balimau saat ini juga dimeriahkan dengan organ tunggal dan acara lain. MUI Sumbar mengingatkan masyarakat agar tidak lagi menjalankan tradisi balimau yang justru makin jauh dari nilai-nilai kearifan lokal. Apalagi sejak awal balimau selalu dikaitkan dengan Ramadhan.

Ketua MUI Sumbar Buya Gusrizal Gazahar menjelaskan bahwa Islam tidak melarang seorang umat mandi atau bersih-bersih badan. Namun, jika tradisi balimau sudah dijadikan ritual yang membuat seseorang beranggapan bahwa puasa tak akan sempurna tanpa mengawalinya dengan balimau, hal ini yang perlu diluruskan.

“Tidak ada petunjuk syariat Islam tentang mandi balimau sebelum masuk Ramadhan. Semua orang belajar fikih. Apakah ada mandi sunat sebelum Ramadhan, tidak ada kan? Ini harus kita luruskan,” kata Gusrizal, Rabu (16/5).

Sebagian ulama, jelas Gusrizal, juga melihat bahwa balimau justru memiliki lebih banyak mudarat daripada maslahatnya. Sebab, dalam tradisi ini, laki-laki dan perempuan mandi di sungai dengan batasan aurat yang tidak jelas serta batas mahram yang tak jelas pula.

“Apakah itu yang diridhai Allah? Tidak kanBalimau juga dijadikan ajang pacaran muda mudi. Masa pergi balimau ke Puncak Lawang, mana ada air di sana. Jadi, ini jelas membuka peluang kemaksiatan. Tapi, masih dianggap hal biasa dan permisif saja,” katanya.

Bagi Gusrizal, menyambut bulan puasa lebih baik dilakukan dengan aktivitas yang jauh dari maksiat dan lebih banyak manfaat. “Makanya, MUI mengimbau untuk menghentikan kebiasaan itu. Sebab, mudaratnya lebih besar ketimbang manfaatnya,” kata Gusrizal.

 

REPUBLIKA

Ternyata ada Kemungkinan Puasa Ramadan 31 Hari

MUNGKINKAH puasa Ramadhan dilakukan 31 hari? Padahal bulan hijriyah hanya 29 atau 30 hari.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya bulan hijriyah antara 29 atau 30 hari. Janganlah berpuasa sampai melihat hilal (bulan tsabit). Juga janganlah berhari raya sampai melihat hilal pula. Jika hilal tidak terlihat, maka genapkanlah bulan Syaban menjadi 30 hari.” (HR. Muslim, no. 1080)

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah -dahulu menjabat sebagai mufti Kerajaan Saudi Arabia- ditanya: Wahai Syaikh, apa hukum seseorang yang di awal bulan Ramadhan berpuasa di Saudi Arabia. Kemudian ia bersafar ke negeri lain yang telat dalam menjalankan ibadah puasa. Apakah boleh berpuasa nantinya hingga 31 hari?

Syaikh rahimahullah menjawab:

Hendaknya ia memulai berpuasa dengan Saudi Arabia dan berhari raya dengan negeri yang ia datangi walau nantinya lebih dari 30 hari. Hukum ia berhari raya adalah sesuai dengan negeri yang ia datangi karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Puasa adalah bersama dengan mayoritas manusia di tempat kalian berpuasa (mengikuti pemerintah, pen.). Berhari raya adalah bersama mayoritas manusia di tempat kalian berhari raya (mengikuti pemerintah, pen.). Merayakan Idul Adha juga bersama dengan mayoritas manusia beridul Adha (mengikuti pemerintah, pen.).”[1] Maka bagi orang tersebut hendaklah ia berpuasa dan berhari raya dengan orang yang ada di negerinya.

Namun jika puasa yang dilakukan tidak sampai 29 hari, maka ia tetap berhari raya bersama dengan negeri yang ia datangi. Sedangkan kekurangan satu hari, nantinya ia qadha (selepas Ramadhan, pen.). Karena bulan Hijriyah tidak mungkin kurang dari 29 hari. Wallahu waliyyut taufiq, hanya Allah yang memberi taufik. (Majmu Fatawa Ibnu Baz, 15: 155. Dinukil dari Tsalatsuna Sualan fii Ash-Shiyam, hlm. 16)

[1] HR. Tirmidzi, no. 697; Al-Baihaqi, 4: 252. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAK

Hindari Makanan Ini Saat Sahur

Puasa tidak seharusnya membatasi diri untuk melakukan aktivitas selama seharian. Untuk bisa menunjang puasa, dibutuhkan asupan gizi yang baik.

Saat sahur pilih menu yang bergizi seimbang agar tubuh tidak mudah lapar, lemas, dan haus. Makanan yang dianjurkan adalah kaya protein, kaya cairan, dan mengandung lemak baik.

Dikutip dari laman Healthy Muslimah, namun ada beberapa makanan yang tidak dianjurkan saat sahur. Berikut diantaranya:

Semua makanan olahan

Makanan olahan biasanya telah kehilangan nilai gizinya, dan ditambahkan banyak gula atau garam agar lebih tahan lama.

Roti putih

Makanan ini merupakan makanan karbohidrat simpel yang terlalu mudah dicerna dan diserap tubuh. Sehingga tubuh akan mudah lapar nantinya.

Wafel

Makanan yang terbuat dari tepung ini juga tidak terlalu lama menahan rasa lapar. Pastry jenis croissant dan kue kering juga tidak dianjurkan saat sahur.

Minuman berkafein

Teh dan kopi tidak dianjurkan karena berkafein. Serta bisa mengurangi hidrasi tubuh. Padahal saat puasa tubuh sangat membutuhkan cairan.

Jus buah kemasan

Jus buah kemasan keruap tidak memiliki serat yang dimiliki oleh buah utuh. Serta mengandung pemanis yang akan menyebabkan kenaikan gula darah.

Sudah Ikhlaskah Kita Selama Ini?

Barangkali memang kita benar-benar harus selalu berusaha dan mengingatkan hati kita, bahwa kita melakukan perbuatan apapun harus karena Allah. Sebab jika tidak, yang paling ditakutkan adalah amal kita tidak Allah terima karena telah membuat-Nya cemburu. Betapa ruginya, melakukan segala bentuk ibadah, namun bukan karena Allah. Padahal Allah berfirman: “…dan tidaklah kalian diperintah kecuali beribadah kepada Allah dengan ikhlas..”(QS. 98: 5).

Saudaraku, ketahuilah bahwa nilai dan semerbaknya sebuah amal dilatarbelakangi oleh keikhlasan. Bahkan tersebarluasnya dakwah ke seluruh penjuru dunia adalah contoh nyata hasil kerja pribadi-pribadi ikhlas. Mereka tidak mengharapkan apapun, kecuali ridha Tuhannya. Mereka tidak menginginkan apapun, kecuali cinta Rabbnya. Cinta pasti membutuhkan pembuktian.

Dan Allah, sungguh akan mengujinya, yaitu dari bagaimana cara hamba-Nya menempatkan diri sebagai seorang hamba; beribadah pada-Nya. Apakah semua itu dilakukan semata karena-Nya, atau karena selain-Nya. Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. 51:56).

Berbicara tentang ibadah, tentu amat luas. Namun hakikatnya segala bentuk amalan yang dilakukan ikhlas semata karena-Nya, dan sesuai dengan apa yang Rasulullah contohkan, adalah ibadah. Sebab darinya Allah mendatangkan pahala, entah dari kenikmatan maupun dari ujian.

Sahabat, sesungguhnya perkara yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya amal, namun keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila dilakukan dengan ikhlas semata karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Berkata Abdullah bin Mubarak, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat (ikhlas), dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat (tidak ikhlas)”.

Sebagian dari kita mungkin masih ada yang belum paham sepenuhnya tentang ikhlas. Sebab memang kebanyakan di antara manusia menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya pada perkara-perkara ibadah; shalat, puasa, zakat, membaca al qur’an , haji dan amal-amal ibadah lainnya. Namun ketahuilah bahwa sebenarnya keikhlasan harus ada pula dalam amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah. Perkara kecil sebatas tersenyum pada saudara kita pun, harus ikhlas.

Bukan agar dianggap baik, bukan agar dinggap murah senyum, atau apapun yang tidak akan dibawa mati. Sebab semua itu tidak ada apa-apanya. Yang ada apa-apanya hanyalah ketika Allah meridhainya atas apapun yang hamba-Nya lakukan karena-Nya.

Selama ini mungkin kita juga masih ada yang merasa bingung, mengapa dari sekian banyak amal yang dilakukan, tidak banyak yang bertahan; berguguran satu persatu. Tidak istiqomah. Ketahuilah sesungguhnya hal tersebut diakibatkan minimnya atau bahkan tidak adanya keikhlasan dalam diri kita.

Belajar ikhlas, berarti belajar menyayangi hati dan diri kita. Sebab ikhlas adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan kita dari jeratan noda-noda kesyirikan sehalus apapun, setelah kita melakukan suatu amalan. Bila kita merasa sakit hati ketika sebuah kebaikan yang dilakukan tidak mendapat balasan yang kita pikir layak kita terima, maka ikhlaskan saja.

Bebaskan amal kebaikan kita dan biarkan amalan itu menemukan jalannya kepada Allah semata, seraya kita terus berdoa agar amal yang kita lakukan itu Allah terima. Insya Allah hati kita akan tetap lembut, pikiran tidak akan kalut, dan kita akan tetap terjaga untuk terus istiqomah di jalan Allah.

Maka, teruslah introspeksi diri dan perbaikilah niat kita selama ini. Semoga Allah menjaga kita dari segala kemaksiatan, kesyirikan, dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas. Aamiin.

sumber: daaruttauhiid.org/ikhlaskah-kita-selama-ini/

MUSLIMDAILY

Al Quran Kemenag Versi Web Sudah Tersedia, Silakan Mencoba

Kepala Seksi Pengkajian Al-Quran Lajnah Penstashihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Zarkasi, mengatakan aplikasi Quran Kementerian Agama versi web sudah dapat diakses mulai Jumat, 20 Januari 2017. Aplikasi Quran Kemenag versi website  ini bisa diakses di http://quran.kemenag.go.id.

“Konten dalam versi Android, seperti teks ayat, terjemah, tafsir, pencarian kata, murattal dan fasilitas sharing, dapat dinikmati juga pada versi web yang baru diluncurkan ini,” kata Zarkasi lewat keterangan tertulisnya, Jumat, 20 Januari 2017.

Zarkasi menjelaskan, laman web Quran Kemenag melengkapi aplikasi Quran Kemenag versi Android yang dirilis sebelumnya. Menurut Zarkasi, layanan baru Quran Kemenag versi web memiliki perbedaan dengan versi Android yaitu adanya fasilitas font Mushaf Al Quran standar.

Pada versi website, Zarkasi melanjutkan, tersedia font yang dapat digunakan para penerbit buku, akademisi, peneliti dan masyarakat yang hendak menulis ayat Al quran sesuai standar Kementerian Agama. “Font yang tersedia dalam aplikasi ini telah memenuhi standar Rasm Usmani yang disepakati para ulama Al Quran,” kata dia.

Dalam versi web, kata Zarkasi, pengguna dapat mendowload font mushaf standar terlebih dahulu untuk kemudian memasangnya pada komputer pribadi agar dapat membaca font tersebut. “Kami menyadari bahwa penggunaan font ini masih memerlukan langkah penyederhanaan agar pengguna semakin mudah dan nyaman,” katanya.

Zarkasi berharap aplikasi Quran Kemenag baik versi web maupun adroid dapat mempermudah akses umat Islam terhadap Al Quran baik saat di rumah, kantor bahkan dalam perjalanan. Untuk memperluas akses tersebut, LPMQ juga akan merilis aplikasi Quran Kemenag versi IOS bagi pengguna Apple pada akhir Januari 2017.

LPMQ, kata Zarkasi, juga segera meluncurkan layanan berbasis daring sebagai sarana publik untuk memberikan saran dan masukkan atas terbitan Kementerian Agama, khususnya terkait terjemahan Al Quran. Saran dan masukan publik penting karena menindaklanjuti rekomendasi Mukernas Ulama Al Quran tahun 2015 di Bandung.

Saat ini, Zarkasi menambahlkan, sejak 2016 LPMQ mengadakan kajian penyempurnaan Al Quran. “Upaya penyempurnaan terjemahan Al Quran terbitan Kementerian Agama terakhir kali dilakukan pada tahun 2002,” kata Zarkasi.

LPMQ terus berusaha memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam bidang kitab suci umat Islam. Selain menerbitkan hasil kajian tafsir, LPMQ juga menyediakan mushaf, baik cetak maupun digital.

ANTARA

Hari Pertama Ramadhan, Umat Diminta Perbanyak Ibadah

Umat Islam Indonesia akan melaksanakan ibadah puasa Bulan Ramadhan 1439 H/2018 M secara serentak pada Kamis (17/6). Di hari pertama Ramadhan ini, sejumlah tokoh ormas Islam di Indonesia mengimbau agar umat memperbanyak ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial (ibadah ghairu mahdhah).

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Muhammad Sulton Fatoni mengatakan, Rasulullah SAW telah menganjurkan agar di bulan suci Ramadhan ini umat Islam memperbanyak ibadah. “Pesan di Ramadhan ini, sebagaimana anjuran Rasulullah hendaknya masyarakat memperbanyak ibadah, meningkatkan kuantitas ibadah di luar kewajiban Ramadhan (puasa),” ujar Sulton, Rabu (16/5).

Selama sebulan penuh umat Islam hendaknya melakukan tadarusan, yaitu dengan memperbanyak membaca Alquran. Selain itu, memperbanyak sedekah, memperbanyak zikir, dan melakukan shalat malam.

Di samping memperbanyak ibadah, lanjut dia, umat juga harus menjaga tutur kata, menjaga emosi, dan menahan diri dari godaan-godaan ibadah puasa lainnya. “Itu proses peningkatan kuantitas yang diharapkan bisa memberikan bekas atau output positif untuk pribadi Muslim pasca Ramadhan,” ucapnya.

Sementara, dalam konteks kebangsaan, menurut dia, umat juga harus meningkatkan ibadah sosial di bulan suci Ramadhan, serta meningkatkan rasa kepedulian dan keberpihakan terhadap rakyat kecil. “Yang paling penting di di situ, meningkatkan rasa keberpihakan dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan di sekeliling kita,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas. Menurut dia, Bulan Ramadhan merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan ibadah dengan penuh keimanan dan ketakwaan. “Ini kan momentum ini, tidak ada bulan seperti ini. Karena hidup kita tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat,” ujar Abbas saat dihubungi lebih lanjut.

Dia menuturkan, bulan suci ini merupakan peluang besar bagi umat Islam agar sadar sebagai makhluk yang mempunyai banyak kelemahan. Namun, di bulan Ramadhan ini, Allah telah berjanji mengampuni dosa hambanya yang melakukan ibadah dengan ikhlas.

“Tuhan menjanjikan barang siapa yang berpuasa pada Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan diampunilah dosanya yang terdahulu,” jelasnya.

Selain persoalan ibadah, Abbas juga menyoroti gaya hidup umat Islam ketika Ramadhan datang. Menurut dia, di Bulan Ramadhan biasanya tingkat konsumsi umat Islam naik, sehingga harga kebutuhan pokok juga turut naik.

Karena itu, dia mengimbau agar umat Islam tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan di bulan puasa. “Imbauannya kita ini oleh nabi dilarang berlebih-lebihan termasuk dalam makan dan minum. Kita mengimbau agar supaya prinsip makan dan minum yang sehat yang diajarkan nabi hendaknya menjadi perhatian bagi umat dalam melaksanakan ibadah puasa,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua MUI Pusat, Yunahar Ilyas mengimbau agar umat mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, baik secara ruhiyah maupun moril. Menurut dia, Bulan Ramadhan harus selalu disambut dengan kegembiraan.

“Sambutlah bulan Ramadhan ini dengan penuh kegembiraan. Siapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa, seperti shalat malam atau shalat tarawih, membaca Alquran, zikir, doa, perbanyak sedekah,” ucapnya.

Selain itu, menurut dia, selama melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan ini, hendaknya umat Islam juga saling menghormati. Walaupun ada perbedaan-perbedaan kecil, tidak harus dijadikan persoalan. “Dan saling menghormati. Tidak mempersoalkan perbedaan-pebedaan,” kata Yunahar.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Albertus Patty mengucapkan selamat kepada umat Islam yang akan menjalani ibadah puasa. Menurut dia, puasa hendaknya juga menjadi latihan bagi umat agama lain.

Menurut dia, satu pesan berpuasa ini adalah untuk bisa mengontrol diri dan untuk mengatakan tidak pada egoisme. “Karena itu, apa yang dilakukan teman-teman umat Islam ini merupakan sesuatu yang seharusnya bahkan dilakukan oleh umat beragama lain termasuk Kristen ya. Kemampuan untuk belajar dan menahan diri dari segala hal,” kata Albertus.

Menjelang Ramadhan tahun ini, masyarakat Indonesia sempat dikagetkan dengan adanya aksi terorisme. Karena itu, menurut Albertus, di Bulan Ramadhan ini masyarakat hendaknya mengurangi kemarahan.

“Jadi kita harus saling memaafkan dan kita juga mengutangi kemarahan dan kebencian di bumi Indonesia. Biarkanlah kita jadi saudara bersama apapun agamanya dan etnisnya,” jelasnya.

 

REPUBLIKA

Sedekah: Investasi Produktif Seumur Hidup

Bagaimana jika saya memberi tahu Anda tentang tawaran di mana Anda bisa mendapatkan produk, yang mampu menggandakan uang Anda, sekaligus hadiah tambahan? Apa yang akan Anda lakukan? Anda mungkin segera mengirim pesan kepada semua teman untuk memberi tahu mereka tentang hal itu dan kemudian bergegas ke toko untuk melakukan pembelian.

Sementara banyak dari kita cenderung mengejar penawaran khusus dan menurunkan harga di dunia ini, kita sering mengabaikan fakta bahwa Allah telah menawarkan kita kesepakatan yang lebih baik yang akan menguntungkan kita baik di dunia ini dan akhirat. Kesepakatan apa yang saya bicarakan? Itu adalah Sedekah.

Poin-poin berikut menunjukkan bagaimana tindakan mulia ini dapat meningkatkan produktivitas kita dalam kehidupan ini dan dalam mempersiapkan perjalanan hidup yang selanjutnya.

1. Sedekah adalah investasi yang dijamin.

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. [ Surat Al-Baqarah [2] Ayat 245]

Ayat di atas mengajarkan kita bahwa dengan memberi dengan ikhlas kepada yang miskin dan membutuhkan, Allah akan meningkatkan kekayaan dan berkah kita dalam kehidupan ini, menghapus dosa, meningkatkan pahala dan memberi keteduhan di hari pembalasan, insyaAllah.

Apa lagi yang bisa kita minta?

Uang kembali, keuntungan, kesehatan yang baik, berkah (berkah) dalam kekayaan kita, naungan pada hari penghakiman, sedekah jelas merupakan investasi terbaik untuk dunia kita dan akhirat.

Seorang Muslim yang produktif tahu cara terbaik untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah.

2. Sedekah adalah sarana untuk mendapatkan berkah dalam harta Anda.

Mungkin sulit bagi kita untuk memberikan sedekah ketika kita hampir tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup kita. Namun, disebutkan dalam Sahih Muslim bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam berkata:

عن أبي هُريرة رضيَ اللَّهُ عنه أَنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً ، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وجلَّ » رواه مسلم .

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah bersabda: “Tidaklah sesuatu pemberian sedekah itu mengurangi banyaknya harta. Tidaklah Allah itu menambahkan seseorang akan sifat pengampunannya, melainkan ia akan bertambah pula kemuliaannya. Juga tidaklah seseorang itu merendahkan diri kerana mengharapkan keredhaan Allah, melainkan ia akan diangkat pula darjatnya oleh Allah ‘Azzawajalla.

Jika kita benar-benar percaya dan menerapkan hadis ini, kita akan belajar bahwa kita tidak pernah kehilangan jika memberi sedekah, tetapi sebaliknya kita mendapatkan banyak sekali manfaat darinya.

Namun, memperoleh manfaat dari sedekah mungkin tidak selalu dalam bentuk fisik. Ketika kita memberi sedekah, tidak berarti bahwa gaji kita akan meningkat atau akan secara ajaib tersandung tambang emas. Bisa berarti bahwa Allah akan menempatkan berkah ke dalam kekayaan dan harta kita sebagai gantinya. Dengan secara teratur memberikan sedekah, kita akan segera menyadari bahwa meskipun kita rajin bersedekah, kami masih memiliki banyak sisa, insyaAllah.

Memberikan sedekah juga dapat menempatkan berkah dalam usia dan keperluan kita. Kita mungkin pernah mengalami bahwa setelah memberikan sedekah, Allah akan meringankan semua urusan kita.

3. Sedekah berfungsi sebagai sarana menuai pahala terus menerus setelah kematian Anda.

Ketika kita bekerja untuk sesuatu yang akan memberi kita manfaat dalam kehidupan duniawi ini (misalnya promosi jabatan, dll.), kita cenderung menghabiskan banyak waktu, usaha, dan terkadang uang untuk mencapai tujuan itu.

Seorang Muslim yang produktif melakukan hal yang sama untuk akhirat. Dia menginvestasikan waktu, kerja keras dan uang dalam kegiatan yang akan membawa pahala besar, dan ibadah yang akan terus menguntungkannya bahkan setelah kematian.

Mengapa tidak menginvestasikan uang untuk membangun masjid, menggali sumur, membuka sekolah, menanam pohon atau bentuk lain dari sedekah jariyah (amal tanpa henti)?

Subhanallah. Bayangkan pahala yang Anda temukan untuk Anda di akhirat, mungkin itu akan membawa Anda ke tempat yang sangat mulia Jannah karena kasih sayang Allah.

Sedekah adalah tawaran khusus dari Allah yang ada selama kita hidup. Jadikan sedekah sebagai kebiasaan produktif dalam Ramadhan ini, dan kebiasaan sepanjang hidup Anda sebelum terlambat!

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imron [3] : 133-134)

Semoga Allah, Yang Maha Pemurah, menggolongkan kita termasuk dari orang-orang yang memberikan sedekah secara teratur dan semoga Dia menerimanya dari kita. Amiin.

diterjemahkan dengan perubahan seperlunya dari aboutislam.net

 

MUSLIM DAILY.net

Hidup dengan Pertolongan Allah

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allah Yang Maha Menatap, menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang istiqomah dalam ketaatan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Hidup ini sederhana saja sebenarnya, kalau Allah menolong kita niscaya akan ringan dan mudah bagi kita menjalani hidup ini. Sebesar apapun episode kehidupan yang sedang kita jalani. Sedangkan kalau Allah tidak menolong kita maka pasti berat bagi kita menjalani hidup ini, masalah sepele pun akan terasa besar dan rumit.

Orang yang tidak mendapat pertolongan Allah akan sibuk membesar-besarkan masalah yang sebetulnya sepele. Dia juga akan sibuk menyalahkan orang lain tanpa mau sedikitpun memeriksa kesalahan dirinya sendiri. Keadaan seperti ini akhirnya hanya semakin merumitkan masalahnya.

Oleh karena itu, janganlah takut pada masalah. Namun, takutlah kalau kita tidak ditolong Allah. Inilah kuncinya. Lalu, bagaimana agar kita ditolong oleh Allah? Di dalam Al Quran Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqoroh [2] : 153)

Sabar dan sholat adalah pembuka jalan pertolongan Allah. Bersabarlah setidaknya pada tiga tempat. Pertama, sabar ketika mentaati Allah. Kedua, sabar ketika menjauhkan diri dari kemaksiatan. Ketiga, sabar ketika menghadapi kejadian yang tidak diharapkan, yaitu musibah.

Kunci kedua pembuka jalan pertolongan Allah adalah sholat. Sholat adalah doa yang paling lengkap. Dan, Allah menjanjikan bahwa barangsiapa yang berdoa kepada-Nya, niscaya Allah akan mengabulkannya. Apalagi jika sholat kita lakukan dengan khusyu, penuh kesungguhan, maka akan berbuah menjadi perilaku yang Allah ridhoi. Semakin berkualitas sholat kita, semakin berkualitas akhlak kita, maka semakin dekat kita dengan kemudahan dalam hidup ini. Inilah pertolongan Allah.

Semoga kita termasuk orang-orang yang ditolong oleh Allah Swt. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK