“Wahai yang letih seberapa kau beristirahat, engkau melelahkan badan demi kerugian. Tengoklah ruh itu dan sempurnakan manfaatnya karena engkau menjadi manusia dengan ruh bukan dengan badan Wahai yang bersungguh-sungguh membangun rumah yang runtuh. Demi Allah, apakah rumah yang runtuh dapat dibangun.”
Begitulah kiasan seseorang yang hendak membangun istana di dunia. Mereka bersungguh-sungguh membangun rumah yang pasti akan runtuh. Padahal, ada istana lebih megah dan abadi di surga sana. Betapa bahagia para sahabat saat Rasu lullah menceritakan surga, kenik matan dan wanginya.
Pada satu waktu, Rasulullah SAW ke luar menuju mereka dan menceritakan kenikmatan surga. Nabi SAW bersabda ke pada Bilal bin Rabah. “Ceritakanlah kepadaku perbuatan terbaik apa yang kau lakukan di Islam karena aku mendengar suara terompahmu di surga,” Bilal menjawab, “aku tidak melakukan apa-apa hanya saja aku tidak pernah berwudhu kecuali sesudahnya aku melaksanakan shalat (sunah berwudhu).” Begitu mulai para mukminin yang menjaga wudhunya. Sampai-sampai, Allah SWT mengangkat derajat Bilal bin Rabah bersama terompahnya.
Wudhu menjadi kewajiban seseorang yang hendak melaksanakan shalat. Dalam Alquran, Allah SWT menjelaskan, dengan perinci bagaimana rukun wudhu itu. “Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sempai dengan kedua mata kaki,” (QS al-Maidah: 6). Shaleh al Fauzan dalam Fiqih Sehari-hari menjelaskan, kunci shalat adalah bersuci karena hadas itu menghalangi shalat. Bersuci itu seperti kunci yang diletakkan kepada orang yang berhadas. Jika ia berwudhu, otomatis kunci itu pun terbuka.
Imam Ahmad, dalam riwayatnya, mengungkapkan, Uqbah bin Amir pernah berkata, “Dahulu kami bergilir menggembalakan unta hingga tibalah giliranku maka aku pun menggiringnya. Tiba-tiba, aku menjumpai Rasulullah sedang bersabda di hadapan orang ramai. Aku pun mendengar sabdanya yang berbunyi, “Barang siapa di antara kalian yang berwudhu dengan sempurna kemudian melaksanakan shalat dua rakaat dengan khusyuk, niscaya dia akan masuk surga dan akan diampuni. ‘Aku berkata, alangkah bagusnya itu.
‘Tiba-tiba berkata seseorang di dekatku. Wahai Uqbah, ada yang lebih bagus darinya.’ Aku menoleh, ternyata orang itu adalah Umar ibnul Khaththab. Kukatakan kepadanya, apakah itu wahai Abu Hafshah? Ia menjawab, sesungguhnya Rasulullah bersabda sebelum kedatanganmu. Barang siapa di antara kalian yang ber wudhu dengan sempurna kemudian mengucapkan, ‘Asyhadu alla ilaa ha illallah, wahdahuu laa syarika lahu, wa anna Muhammadan Abduhu wa rasuluhu,’ niscaya akan dibukakan untuknya kedelapan pintu surga, dia masuk dari mana dia suka.’
Syeikh Aidh al Qarni mengungkapkan, selamat atas orang-orang yang berwudhu. Rasulullah mengetahui wajah mereka dari bekas wudhu yang indah dipandang pada hari berkumpul nanti. Abu Hurairah seperti diriwayatkan Imam Muslim, menjelaskan, Rasulullah mendatangi kuburan dan bersabda, ‘Selamat atas kalian tempat kaum mukmin dan kami insyaAllah menyertai kalian.
“Aku senang kita telah melihat saudara-saudara kita. ‘Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bukankah kami juga saudara-saudaramu? Beliau menjawab, ‘Kalian sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang belum lahir.’ Mereka berkata, ‘wahai Rasulullah, bagaimana engkau mengetahui umatmu yang belum lahir nanti? Beliau menjawab, ‘Apa pendapatmu kalau seseorang memiliki kuda dengan warna putih di tubuhnya di antara sekumpulan kuda hitam, legam. Tidakkah dia mengetahui kudanya?
Mereka berkata, ‘Iya benar’. Beliau bersabda, Mereka akan datang dengan warna putih di tubuhnya akibat dari bekas wudhu dan aku menuntun mereka ke kolam. Begitulah Rasulullah mengetahui umatnya dari kaum-kaum lainnya, seperti kaum Nabi Musa, Isa, Nuh, dan Ibrahim.
Syekh Aidh al Qarni mengungkapkan, dalam Sentuhan Spiritual Aidh al Qarni, Nabi SAW melihat wajah kaumnya yang bersinar bagaikan bulan karena wudhu. Begitu pula anggota badannya. Dengan tangannya yang mulia, Rasulullah SAW pun memberi mereka minum hingga tidak pernah haus selama-lamanya. Perlakuan ini hanya untuk orang-orang mukmin yang berwudhu dan menunaikan shalat.
Bagi orang-orang munafik dan sesat, orang-orang yang tidak berwudhu, tidak ruku dan sujud, Rasulullah akan bersabda seperti dalam sebuah hadis. “Mereka niscaya akan terusir dari kolamku, seperti mengusir unta liar. Aku memanggil mereka, ‘kemarilah!’ Maka dikatakan, ‘mereka tidak berubah setelahmu.’ Aku pun bersabda, ‘menjauh-menjauh’.
Kisah lainnya menyebutkan, Allah melihat kepada hamba mukminnya ketika terbangun dan melakukan shalat Subuh. Dengan takutnya, ia mengambil air dingin dan berwudhu pada cuaca yang amat dingin. Dia pun shalat. Allah kemudian berkata kepada malaikat-Nya. “Wahai malaikat-Ku, lihatlah kepada hamba mukmin ini. Dia meninggalkan kasur dan selimutnya yang hangat bangkit menuju air yang dingin untuk berwudhu. Dia bangkit memohon kepada-Ku. Kalian saksi bahwa Aku telah mengampuni mereka dan memasukkan mereka ke surga.”
Kemuliaan orang-orang yang bersuci dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadis dari Abu Malik al-Asy’ari. ‘Rasulullah bersabda: Bersuci itu separuh dari iman. Alhamdulillah memenuhi timbangan. Subhanallah dan Alhamdulillah memenuhi antara langit dan bumi. Shalat itu cahaya. Sedekah itu petunjuk. Kesa baran itu lentera. Dan, Alquran itu bukti untukmu atau atasmu. Setiap orang pergi menjual dirinya, ada yang melepaskannya ada juga yang mengurungnya.” (HR Muslim).
REPUBLIKA