Penyebab Terjadinya Musibah (3)

ALQURAN dengan tegas menjelaskan bahwa sebab utama terjadinya semua peristiwa di atas bumi ini, apakah gempa bumi, banjir, kekeringan, tsunami, penyakit thaun (mewabah) dan sebagainya disebabkan ulah manusia itu sendiri, baik yang terkait dengan pelanggaran sistem Allah yang ada di laut dan di darat, maupun yang terkait dengan sistem nilai dan keimanan yang telah Allah tetapkan bagi hamba-Nya.

Semua pelanggaran tersebut (pelanggaran sunatullah di alam semesta dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad Saw), akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah tersebut direalisasikan dengan berbagai peristiwa seperti gempa bumi, tsunami dan seterusnya.

Semakin besar pelanggaran manusia atas sistem dan syariat Allah, semakin besar pula peristiwa alam yang Allah timpakan pada mereka. Allah menjelaskan dalam Alquran:

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(Q.S. Al-Ankabut / 29 : 40)

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(Q.S. Ar-Rum / 30 : 41)

Kaum msulimim rahimakumullah Melalui ayat-ayat Alquran tersebut jelaslah bagi kita bahwa :

Semua peristiwa dan bencana yang kita saksikan di atas bumi dan alam semesta ini tidak ada yang terjadi begitu saja dengan sendirinya, melaikan sesuai kehendak dan ketentuan Tuhan Penciptanya, yakni Allah Taala.
Berbagai persitiwa dan bencana itu disebabkan kedurahakaan dan kesombongan manusia terhadap Allah dan syariat Allah serta berbagai dosa-dosa yang mereka lakukan. Lalu Allah menurunkan berbagai azab atas mereka.
Orang-orang kafir, sombong dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya melihat berbagai peristiwa tersebut murni hanya sebagai peristiwa alam yang terlepas dari kehendak dan sekenario Allah. Mereka tidak dapat mlihatnya sebagai sebuah azab, teguran atau cobaan. Melaikan hanya menambah kesombongan dan kekufiran kepada Allah. Sikap yang mereka kembangkan juga seakan melawan kehendak Alla. Namun sayang, sepanjang perjalanan umat manusia, belum ada satupun manusia yang mampu mengalahkan dan melawan kehendak Allah, kendati Firau yang begitu hebat memiliki semuak kekuatan saat berkuasa, namun tenggelam juga di laut merah dan bangkai dapat kita saksikan sekarang di sebuah useum di Mesir. Demiakian juga dengan Negara-negara maju teknolohi hari ini seperti jepang, Eropa dan Amerika. Belum pernah mereka mampu menahan gempa bumi, tsunami dan berbagai bencana yang Allah turunkan di negeri mereka. Semuanya lemah dan tak berdaya di hapadan kehendak Allah.
Sebaliknya, orang-orang beriman akan melihat semua peristiwa yang terjadi merupakan ujian dan teguran dari Allah. Mereka akan segera kembali dan bertaubat pada Allah. Semakin taat pada aturan Allah, baik yang terkait dengan sunnatullah maupun syariat Allah.
Sistem Allah terkait dengan imbalan (pahala) dan hukuman (punishment) bukan hanya terjadi di akhirat, melainkan sudah Allah terapkan sejak kita hidup di dunia. Setiap kebaikan yang dibangun di atas dasar iman pada Allah dan ketaatan pada-Nya dan Rasul-Nya akan berakibat keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat. Sebaliknya, setiap pelanggaran sistem Allah yang terkait dengan keimana, syariah, akhlak, sunnatullah dan sebabgainya akn berakibat kepada tidakan Allah melalui berbagai bencana yang Allah timpakan kepada manusia. Mari kita renungkan firman Allah berikut ini :

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka menolak (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(96) Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?(97) Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?(98) Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.(99) (Q.S. Al-Araf / 7 : 96 99)

Kaum Muslimin rahimakumullah. Demikianlah khutbah singkat ini semoga bermanfaat bagi kita dalam menjalankan kehidupan dunia yang sementara ini. Semogaa Allah selalu membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus, yaitu jalan para nabi, shddiqin, syhadak dan sholihin. [SELESAI]

 

 

Cara Pandang Manusia Terhadap Bencana Alam (2)

Kaum Muslimin rahimakumullah.

KALAU kita mentadabburkan ayat-ayat Alquraan terkait bencana alam yang menimpa berbagai umat sebelum kita, sejak zaman nabi Nuh, Ibrahim, Luth, Syuaib, Sholeh, Musa dan sebagainya, kita akan menemukan dua cara pandang manusia terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas bumi ini.

Pertama, cara pandang orang-orang kafir dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya. Cara pandang orang-orang yang sombong pada Allah dan tidak mengenal Tuhan Pencipta alam yang sebenarnya. Cara pandang orang-orang sekular yang tidak mampu melihat kaitan antara Tuhan dengan hamba, antara agama dengan kehidupan dan antara dunia dan akhirat.

Manusia semacam ini adalah manusia yang tidak pernah mau dan tidak mampu menjadikan berbagai peristiwa alam tersebut sebagai pelajaran dan sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Mereka bukannya mengoreksi diri dan kembali kepada Allah, melainkan semakin bertambah kesombongan dan pembangkangan mereka pada Allah dan Rasul-Nya. Hal seperti ini dijelaskan Allah dalam Alquran, di antaranya dalam surat Ghafir / 40 : 21 27 :

“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah” (21)

Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya (22)

Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata,(23) kepada Firaun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.”(24)

Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: “Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.” Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka) (25)

Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.”(26) Dan Musa berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.”(27) (Q.S. Ghafir : 21 -27)

Kedua, cara pandang orang-orang beriman kepada Allah dan para Rasulnya. Apa saja peristiwa alam yang terjadi mereka kembalikan semuanya kepada kehendak dan kekusaan Allah, mereka hadapi dengan hati yang penuh iman, tawakal, sabar dan tabah serta mereka lihat sebagai sebuah ujian dan musibah untuk menguji kualitas keimanan dan kesabaran mereka, atau bisa jiag sebagai teguran Allah atas kelalaian dan dosa yang mereka lakukan.

Selain itu, semua peristiwa yang menimpa manusia mereka jadikan sebagai momentum terbaik untuk mengoreksi diri (tobat) agar lebih dekat kepada Allah dan sistem Allah dan Rasul-Nya. Pada saat yang sama merekapun meninggalkan larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.

Mereka adalah orang-orang yang sukses dalam beriteraksi dengan alam dan dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan semasa hidup di dunia dan juga di akhirat kelak. Allah menjelasakannya dalam Alquran surat Al-Baqoroh ayat 155 157 :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami sedang menuju kembali kepada-Nya) (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157) (Q.S. Al-Baqoroh / 2 : 155 -157) [bersambung]

Pembangkangan Manusia kepada Sang Pencipta (1)

Kaum muslimin rahimakumullah.

PERTAMA-tama, marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal untuk melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Alquran dan juga sunah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Alquran dan juga sunah Rasul Saw.

Hanya dengan cara itulah ketakawaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan. Selanjutnya, selawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaiman perintah Allah: Wahai orang-orang beriman, ucapkan selawat dan salam pada nabi (Muhammad) Saw. (QS Al-Ahzab : 56).

Kaum Muslimin rahimakumullah.

Beberapa tahun belakangan ini, khususnya sejak Desember 2004 lima tahun silam; saat tsunami menerjang kawasan Barat Indonesia, khususnya wilayah Nanggro Aceh Darussalam, kita semakin sering melihat dan menyaksikan berbagai peristiwa besar yang menimpa negeri ini, dan terakhir gempa dengan kekuatan 7.8 SR mengguncang wilayah Sumatera, khususnya kota Padang dan Padang Pariaman. Kini bencana alam kembali terjadi di Indonesia yaitu di Lombok, NTB, dan Donggala, Palu, Sulawesi Tengah.

Peristiwa-peristiwa besar (bencana alam) itu bahkan juga menimpa hampir semua kawasan di atas bumi ini, tak terkecuali Negara-negara maju teknologi seperti Jepang, Taiwan, Cina, Eropa, Amerika dan sebabagainya.

Berbagai bencana alam seperti, gempa bumi, banjir besar, tsunami, berbagai penyakit yang mewabah dan bahkan di berbagai kawasan Amerika malah angin topan dan badai, seakan telah menjadi tontonan biasa.

Yang lebih menyedihkan lagi ialah, semua peristiwa besar tersebut dipandang bagaikan peristiwa yang terjadi begitu saja, tanpa ada kaitannya dengan kehendak Tuhan Maha Pencipta alam ini, yakni Allah Taala dan tanpa ada kaitannya dengan pembangkangan manusia terhadap Allah Tuhan Pencipta mereka.

Hal tersebut dapat kita lihat ungkapan dan opini yang berkembang dalam masyarakat yang mengandung semangat melawan bencana-bencana besar tersebut dengan cara membangun rumah dan gedung anti gempa, teknologi pendeteksi tsunami, kanal-kanal raksasa pengendali banjir, hujan buatan untuk mengatasi kekeringan, menciptakan vaksin anti berbagai virus yang menyebar di berbagai penjuru dunia dan sebagainya.

Apa yang diberitakan, didiskusiakan dan dilakukan sama sekali tidak mencerminkan hubungan semua peristiwa itu dengan Allah Rabbul Alamin. [bersambung]

Shalat Jumat Pertama di Kota Palu Pascagempa Penuh Haru

Warga Kota Palu dan sekitarnya melaksanakan shalat Jumat pertamanya pascagempa dan tsunami mengguncang Palu, Sigi, Donggala, dan sekitarnya. Sepekan sudah, gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan sebagian daerah Palu, Sigi, Donggala, dan sekitarnya.

Pantauan Republika.co.id di Masjid Mujahidin, Kota Palu, masyarakat antusias berbondong-bondong memenuhi masjid hingga halaman masjid, Jumat (5/10). Suasana haru pascabencana pun masih terasa di tengah jamaah. Terlebih, saat khatib Jumat menyinggung soal bencana gempa bumi dan tsunami Palu dalam khutbahnya. Suara imam shalat pun sempat bergetar saat ia membaca lantunan surah al-Fatihah.

Usai Shalat Jumat, jamaah juga menggelar shalat Gaib untuk para korban yang meninggal dunia dalam gempa bumi dan tsunami yang terjadi 28 September lalu tersebut. Para jamaah juga turut mendoakan para korban.

Para jamaah juga menggunakan air yang seadanya di dalam penampungan untuk berwudhu. Sebab, sejak gempa terjadi, pasokan listrik yang belum merata dan infrastruktur rusak membuat saluran air masjid tersebut terkendala.

Namun, hal tersebut tidak mengurangi para jamaah yang hendak beribadah. Hadir di antaranya para jamaah tersebut adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bersama rombongan menteri. JK hadir bersama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Sosial Agus Gumiwang, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono tengah meninjau penanganan gempa dan tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala.

Berita Hoax Haram, Penyebab Perpecahan Umat

SALAH satu penyebab perpecahan umat yang sudah sangat mengkhawatirkan hari ini adalah menerima berita dari orang lain tanpa menyaringnya dengan kritis.

Menurut Syeikh Abdurrahman as-Sa’di, sebagai makhluk yang diberi akal, kita harus hati-hati dalam menerima sebuah isi berita. Harus melakukan proses seleksi, menyaring, dan jangan sembrono dengan menerimanya begitu saja.

Dalam literatur-literatur ushul fiqh disebutkan dengan begitu jelas definisi sebuah berita; sesuatu yang mungkin benar sekaligus mungkin salah.

Bahkan dalam diskursus hadis, ada sebuah ilmu khusus yang membahas tentang para informan hadis (jarh wa ta’dil). Sebuah upaya memverifikasi kesahihan periwayatan melalui jalur para informannya.

Lalu bagaimana dengan berita yang lalu lalang di media sosial? Apakah semua yang beredar di Facebook, Twitter, atau Berita online, bisa kita pastikan kebenarannya dan kita bagikan tanpa proses verifikasi kebenaran isi beritanya?

Mari muhasabah atau introspeksi diri kita agar tidak terjebak dan terjerembab dalam kubangan para pembual dan pemfitnah. Salah satu jalan menghindari hoax dengan memverifikasi berita.

Allah SWT telah mewanti-wanti umat Islam untuk tidak gegabah dalam membenarkan sebuah berita yang disampaikan oleh orang fasik.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurat:6)

Syeikh Thahir ibn Asyur, ahli tafsir kenamaan asal Tunisia, dalam kitabnya berjudul tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir menafsirkan ayat di sebagai sebuah penjelasan bahwa kita harus berhati-hati dalam menerima berita seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya. Hal ini baik dalam ranah persaksian maupun dalam periwayatan.

Dalam konteks hari ini, kita dituntut agar berhati-hati dalam menerima pemberitaan dari media apapun, terlebih media yang isinya sarat dengan muatan kebencian kepada pihak lain.

Majelis Ulama Indonesia sudah mengharamkan berita hoax, walau tujuannya baik. Menyebarkan informasi yang benar tetapi tidak sesuai tempat atau waktunya juga dilarang oleh para ulama. Hukum haram berita hoax terdapat pada Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah melalui Media Sosial.

Memproduksi atau menyebarkan informasi yang bertujuan untuk membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar, demi menyembunyikan kebenaran serta menipu khalayak, haram hukumnya.

INILAH MOZAIK

Puasa Daud, Niat, Tata Cara, Keutamaan dan Kisah Keajaiban

Puasa Daud merupakan puasa sunnah terbaik. Ia memiliki sejumlah keutamaan dan faedah yang luar biasa.

Berikut ini pembahasan lengkap Puasa Daud. Mulai dari hukum, keutamaan, niat, tata cara dan kisah keajaiban.

Hukum dan Pengertian Puasa Daud

Puasa Daud adalah puasa selang-seling, yakni sehari puasa sehari tidak. Disebut Puasa Daud karena puasa ini merupakan puasanya Nabi Daud ‘alaihis salam.

Untuk umat Nabi Muhammad, puasa ini hukumnya sunnah. Dibandingkan puasa sunnah lainnya, Puasa Daud lebih disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا ، وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ

Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari. Dan sholat yang paling disukai oleh Allah adalah sholat Nabi Daud. Ia tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya. (HR. Bukhari)

Para ulama bersepakat mengenai sunnahnya puasa ini. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menegaskan, “Puasa-puasa sunnah yang disepakati para ulama antara lain puasa sehari dan tidak puasa sehari. Inilah puasa yang paling utama.”

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab mengatakan, “Di antara puasa yang dianjurkan adalah puasa Daud. Yakni satu hari puasa dan satu hari tidak. Di dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan bahwa puasa ini adalah puasa sunnah yang paling afhdal.”

Keutamaan Puasa Daud

Puasa Daud memiliki banyak keutamaan yang luar biasa. Berikut ini empat keutamaan Puasa Daud:

1. Puasa sunnah paling utama

Puasa Daud adalah puasa sunnah yang paling afdhal, paling utama. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ صِيَامُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Puasa yang paling utama adalah puasa Nabi Daud ‘alaihis salam. Beliau berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. (HR. An Nasa’i; shahih)

2. Puasa sunnah yang paling dicintai Allah

Puasa Daud adalah puasa sunnah yang paling dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

“Puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Dan sholat yang paling dicintai oleh Allah adalah sholat Nabi Daud. Ia tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya. Dan ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari. (HR. Muslim)

3. Puasa sunnah tertinggi

Puasa Daud merupakan puasa terbaik sekaligus puasa tertinggi dan terberat. Tidak boleh berpuasa melebihi ini karena tubuh juga punya hak untuk dijaga. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan lainnya:

Abdullah bin Amr berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakan kepadaku, “Aku mendengar kabar bahwa engkau selalu qiyamul lail dan siangnya berpuasa.” Aku menjawab, “Benar ya Rasulullah.”

Maka Rasulullah bersabda, “Berpuasalah dan berbukalah. Shalatlah dan tidurlah! Karena tubuhmu memiliki hak terhadapmu. Istrimu memiliki hak terhadapmu. Dan tamumu juga memiliki hak terhadapmu. Cukuplah bagimu berpuasa tiga hari setiap bulan.”

Abdullah berkata, aku bertahan, maka Rasulullah pun bersikeras pula. Akhirnya aku berkata, “Ya Rasulullah, aku sanggup lebih dari itu.”

Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, berpuasalah tiga hari setiap pekan.”

Abdullah berkata, aku bertahan, maka Rasulullah pun bersikeras pula. Aku berkata lagi, “Ya Rasulullah, aku sanggup lebih dari itu.”

Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, berpuasalah seperti Nabi Daud dan jangan lebih dari itu.”

Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana puasa Nabi Daud itu?” Rasulullah bersabda, “Ia berpuasa sehari lalu berbuka sehari.”

4. Puasa yang paling adil

Dalam riwayat Imam Muslim, Rasulullah menganjurkan puasa Daud dan menyebutnya sebagai puasa yang paling adil.

صُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا وَذَلِكَ صِيَامُ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – وَهُوَ أَعْدَلُ الصِّيَامِ . قَالَ قُلْتُ فَإِنِّى أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ

“Berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari dan itu adalah puasa yang paling adil. Itu puasanya Nabi Daud ‘alaihis salam.” Aku berkata, “Sesungguhnya aku mampu lebih baik dari itu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada yang lebih utama dari itu.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

 

Tata Cara Puasa Daud

Tata cara puasa Daud tidaklah berbeda dengan puasa pada umumnya, baik puasa wajib maupun puasa sunnah. Secara singkat, tata caranya adalah sebagai berikut:

1. Niat

Niat puasa Daud sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum fajar terbit. Namun karena ini merupakan puasa sunnah, jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

2. Makan Sahur

Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dilakukan, misalnya karena terlambat bangun dan waktu sahur habis, puasanya tetap sah.

3. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan

Yaitu menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang bisa membatalkan puasa. Dimulai sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Perlu juga menahan diri dari yang membatalkan pahala puasa. Misalnya berdusta, ghibah, dan segala bentuk kemaksiatan.

4. Berbuka

Waktu berbuka puasa Daud sama dengan waktu berbuka puasa pada umumnya yakni ketika matahari terbenam. Menyegerakan buka puasa merupakan salah satu sunnah puasa.

Niat Puasa Daud

Di dalam hadits, tidak ditemukan bagaimana lafadz niat puasa Daud. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafadzkan.

Syaikh Wahbah dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah syarat, namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah agar membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lafadz niat puasa Daud adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma daawuda sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa Daud, sunnah karena Allah Ta’ala

 

Keajaiban Puasa Daud

Puasa Nabi Daud memiliki banyak keutamaan sebagaimana telah disebutkan di atas. Itulah keajaiban terbesar puasa ini; pahalanya berlimpah dari Allah, ia puasa yang paling dicintai Allah, paling utama dan paling adil.

Selain itu, keajaiban puasa sunnah terbaik ini juga terasa di dunia bagi orang-orang yang mendawamkannya. Hal itu terbukti dari begitu banyaknya kisah nyata keajaiban puasa Daud.

Salah satu keajaiban puasa Daud adalah, orang yang mengamalkannya akan dibimbing Allah dan dijauhkan dari kemaksiatan. Itu terjadi misalnya pada Pak Gopar, yang pernah diceritakan Ustadz Salim A. Fillah.

Ia tersentuh untuk mulai mendawamkan puasa Daud setelah Kyai Kholil Bisri mengingatkannya. “Kamu jadi anak shalih seperti ini, rupanya ayahmu suka puasa Daud. Lalu anakmu nanti jadi seperti apa?”

Kalimat yang didengarnya pada hari-hari pertama kelahiran putranya itu menjadi pemicu motivasinya untuk mengamalkan puasa seperti sang ayah. Dari sana, kebeningan spiritual tumbuh. Ia menjadi orang yang nasehat-nasehatnya terasa dalam maknanya.

Keajaiban puasa Daud yang lain terkait dengan rezeki. Ada seorang pemuda di Gresik yang mengamalkan puasa Daud bertahun-tahun. Bertahun-tahun ia hidup apa adanya dengan motor yang cukup lama sebagai kendaraan kerjanya.

Satu hari, sebuah perusahaan makanan terbesar yang berdomisili di kecamatan Manyar mencari rekanan penyedia tenaga kerja. Ketika berkunjung ke rumahnya, manajemen perusahaan yang bertamu itu disembelihkan ayam meskipun kondisinya cukup berat.

Tak lama setelah pertemuan itu, manajemen perusahaan menghubunginya kembali. Menyatakan deal kerja sama untuk mensuplai sekitar 2.000 pekerja. Sebenarnya waktu itu ia baru merintis dan tidak memiliki cukup sumber daya. Tapi dengan bismillah ia terima. Segera ia buka lowongan dan ia rekrut tetangganya sebagai penyeleksi lamaran-lamaran itu.

Singkat cerita, hidupnya berubah drastis. Kini ia menjadi salah seorang terkaya di kecamatannya.

Demikian pembahasan Puasa Daud ini, mulai dari hukum, keutamaan, tata cara, niat hingga keajaiban. Semoga bermanfaat. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Maraji’ Puasa Daud:

  • Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq
  • Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili
  • Fikih Empat Madzhab karya Syaikh Abdurrahman Al Juzairi
  • Fikih Manhaji Kitab Fikih Lengkap Imam Asy Syafi’i karya
  • Syaikh Mushthafa Al Bugha dkk
  • Kitab Fadhail A’mal karya Ali bin Muhammad Al Maghribi
  • Shahih At Targhib wa At Tarhib karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
  • Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh karya Syaikh Ali Ahmad Al Jurjawi

Dalam Musibah Allah Memberi Ketakwaan dan Istiqamah

Habib Geys Abdurrahman Assegaf mengatakan musibah gempa dan tsunami yang menimpa Sulawesi Tengah merupakan cara Allah SWT menyayangi umatnya. Dia mengatakan ketika Allah secara lahir memberikan musibah, pada hakikatnya Allah memberikan ketakwaan dan istiqamah pada umatnya.

“Bisa jadi secara zahir Allah memberikan bencana, tetapi pada akhirnya Allah memberikan ketaqwaan, memberikan istiqamah dalam kehidupan,” ucap Habib Geys dalam acara doa bersama untuk Palu dan Donggala di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Kamis (4/10).

Ia mengatakan, apabila secara lahir Allah memberikan kesehatan, keselamatan, rumah mewah, istri yang cantik, dan suami yang sukses, maka Allah sedang memberikan umat-Nya ujian, menghalangi mereka dari kesyukuran, keimanan, dan ketakutan pada azab Allah. “Sesunguhnya azab Allah berbanding lurus dengan amal yang dilakukan manusia,” kata Geys.

Ia juga menambahkan, orang-orang yang diberikan musibah bukan berarti mereka melakukan dosa. Tetapi sesungguhnya Allah menyayangi orang-orang yang sabar.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH Masdar Mas’udi mengatakan bencana yang melanda Sulawesi Tengah merupakan kehendak Allah SWT. Bencana tersebut telah ditetapkan Allah pasti yang terbaik bagi umat-Nya.

“Kita percaya tak ada sesuatu di dunia tanpa rencana Allah. Meskipun kita tidak tahu, apa yang ditetapkan pasti yang terbaik,” ujar Kiai Masdar

Ia mengajak masyarakat husnuzan (berbaik sangka) terhadap bencana yang menimpa Sulawesi Tengah. Ia meyakini akan ada hal baik di balik bencana tersebut. Menurut dia, bencana mempunyai sisi positif, baik bagi mereka yang tertimpa bencana maupun yang selamat.

Hikmah bagi yang terkena musibah adalah momentum untuk berhenti berbuat kesalahan. Sedangkan, bencana tersebut juga menjadi hikmah bagi yang selamat, yaitu agar manusia selalu waspada.

“Allah punya segala-galanya. Itu artinya kita setiap saat harus siap menghadapi kematian. Nggak tahu kita kapan akan tiba,” kata Kiai Masdar.

 

REPUBLIKA

Sabar dalam Ikhtiar

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah dan hanya kembali kepada-Nya. Semoga Allah Yang Maha Menatap, senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita sehingga kita senantiasa berjalan pada jalan yang lurus. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada sang kekasih Allah, baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman,“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rosul-Nya serta orang-orang mumin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. At Taubah [9] : 105)

Saudaraku, Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk berikhtiar secara maksimal dan sempurna. Namun, sayangnya kita seringkali tergesa-gesa. Kita selalu ingin segera keinginan kita terwujud. Padahal keinginan manusia itu seringkali didorong hawa nafsu, dan belum tentu baik menurut Allah untuk kita.

Kalau kita ingin menikmati hasil, ketahuilah bahwa hasil itu hanya sebentar, dan belum tentu ada setelah kita berusaha. Adapun yang semestinya lebih kita nikmati adalah proses ikhtiarnya ketika kita berusaha mendapatkan hasil yang kita tuju. Sebagai contoh, seorang ibu yang tengah hamil. Jikalau ia tidak sabar, ingin segera bayinya lahir padahal usia kandungannya baru tiga bulan, maka tentu itu keinginannya itu bukanlah sesuatu yang baik dan benar.

Sedangkan jika sang ibu menjalani dengan penuh sabar usia kandungan hingga waktu kelahiran tiba, maka ikhtiar sang ibu akan menjadi ladang amal sholeh baginya. Dan pada waktu yang Allah kehendaki, bayinya akan lahir dan menjadi pelipur lara baginya yang telah sekian lama menunggu.Maa syaa Allah.

Bersabarlah dalam menjalani proses ikhtiar. Bersabarlah dalam setiap langkah, tetesan keringat, dan rasa lelah. Bersabarlah pula ketika hasil yang kita temui ternyata tidak sesuai dengan pengharapan kita ketika menjalani ikhtiar, karena sesungguhnya amal sholeh kita ada dalam kesungguhan ikhtiar kita, terlepas dari apapun hasilnya nanti.

Lantas bagaimana ikhtiar yang sungguh-sungguh itu? Kesungguhan berikhtiar ditandai dengan kerelaan untuk berkorban. Seorang pelajar yang ingin meraih prestasi tinggi di sekolahnya, harus rela mengorbankan keinginannya lebih banyak main atau nongkrong. Ia pun harus rela mengorbankan sebagian dari waktu tidur malamnya untuk bangun dan menunaikan sholat Tahajud sebagai kesungguhan doa kepada Allah Swt.

Allah Swt. berfirman,“(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS. Ash Shoff [61] : 11)

Semoga kita tergolong orang-orang yang bersabar dalam memaksimalkan ikhtiar. Yakinilah bahwa hasil hanyalah bonus dari Allah setelah kesungguhan menjalani ikhtiar sebagai bentuk ibadah kepada-Nya. Dan, Allah pasti mengetahui setiap niat dan kesungguhan kita dalam berikhtiar, tidak ada yang sia-sia di hadapan-Nya.WAllahualam bishowab. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

 

INILAH MOZAIK

Serba-serbi Haji (28): Tak ada Rotan, Akarpun Jadi

POPULARITAS Mat Kelor memang sudah melampaui keterkenalan saya. Di manapun saya berada, ada saja yang bertanya kabar Mat Kelor, di mana dia dan bagaimana kisahnya. Di Palu Sulawesi Tengah sudah ada 5 orang yang bertanya tentang dia. Saya telpon dia mengabarkan keterkenalannya ini, dia cuma tersenyum menjawab ringan: “Semoga itu bagian tanda-tanda haji mabrur.”

Mat Kelor bercerita bahwa semalam ada kasus menghebohkan di kampungnya dan dia menanyakan pandangan hukum Islam kepada saya. Ada orang meninggal yang tadi malam harus dikuburkan. Kebetulan Pak Kiainya sedang keluar kota, jadi tak ada yang bisa membaca talkin di atas kuburan, tradisi yang hidup di masyarakatnya Mat Kelor. Banyak orang yang sepakat bahwa Mat Kelorlah satu-satunya yang paling layak mewakili kiai membaca talkin.

Mat Kelor tetap tak mau. Dia geleng kepala. Bukannya karena tak bisa baca tulisan Arab. Tapi ternyata Mat Kelor sangat phobia kuburan malam hari. Takut sekali dia untuk lewat kuburan malam hari. Apalagi cuaca mendung terlihat akan turun hujan. Masyarakat memaksanya dan siap mengawalnya. Akhirnya Mat Kelor berangkat ke kuburan. Surban terbaru dipasangnya, dia dikawal lelaki yang membawa lampu tepat di belakang kereta jenazah.

Saat tiba di kuburan, Mat Kelor mulai gelisah. Penguburan selesai, tiba giliran Mat Kelor membaca talkin. Hujan rintik mulai turun. Saat pembacaan dimulai, sebagian pengunjung mulai mundur dan pulang. Saat pembacaan talkin sudah separuh hujan mulai lebih terasa. Konsentrasi Mat Kelor mulai memudar, lalu dia tolah toleh ternyata hanya tinggal pembawa lampu yang masih bertahan. Mat Kelor gemetar takut, tak kuasa melanjutkan talkin itu. Buku talkinnya dimasukkan ke dalam tumpukan tanah kuburan baru itu sambil teriak dan pergi: “Lanjut baca sendiri ya.”

Mat Kelor lari, pembawa lampu juga. Lalu dia bertanya bagaimana hukumnya? Saya tak kuasa menjawab karena masih tertawa sampai sekarang. Salam, AIM [*]

INILAH MOZAIK

Sportivitas Berdagang: Hindari Kebohongan

Dalam buku Ensiklopedi Adab Islam diuraikan, sikap mutlak yang penting ditekankan seorang pedagang ialah tidak berbohong dengan kondisi barang dagangannya. Termasuk keharusan para penjual ialah memberikan informasi valid dan akurat perihal jualannya tersebut kepada pembeli.

Rasulullah pernah bersabda kepada pedagang yang menyembunyikan makanan yang basah. Konon, tindakan tersebut dilakukan sebagian oknum pedagang sebagai modus penipuan, terutama memperberat timbangan.

Riwayat yang dinukil Bukhari Muslim dari Abu Hurairah menyebutkan Rasulullah bersabda, “Mengapa engkau tidak meletakkan di bagian atas agar orang orang dapat melihatnya. Barang siapa yang melakukan penipuan, ia tidak termasuk golonganku.” Bila dengan sengaja melakukannya, ia berkewajiban memberikan ganti rugi atas tindakannya tersebut.

Sikap sportif pedagang juga harus dibuktikan dengan tidak memanipulasi berat timbangan. Tak diperbolehkan mengurangi seberat apapun barang yang tengah ditimbang. Biasanya, tindakan tidak sportif oleh oknum pedagang berupa pengurangan berat timbangan sehingga barang yang diserahkan ke konsumen akan berkurang, tetapi harganya tidak berubah.

Modus seperti ini atau serupa sangat dikecam oleh Allah Swt. Dalam surah al-Muthaffifin ayat 1-3, Allah menegaskan, “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”

Oleh karena itu, agar terhindar dari sikap ketidaksportifan itu, Rasulullah memberikan alternatif cara, yaitu melebihkan timbangan. “Timbanglah dan lebihkanlah,” demikianlh sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Ahmad dan Abu Dawud dari Suwaid bin Qais.

Bukti sportivitas juga bisa berupa tidak bersumpah tentang kualitas barang dagangan agar bisa laris manis. Rasulullah Saw melarang menjual barang dagangan yang disertai dengan sumpah, apalagi sumpah palsu karena termasuk salah satu dosa besar.

Dalam hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abu Qatadah, Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian banyak bersumpah ketika berdagang, sebab cara seperti itu melariskan dagangan lalu menghilangkan keberkahannya.”

Hak memilih

Konsumen adalah raja, berhak memutuskan transaksi perdagangan diteruskan atau tidaknya. Bagi pedagang, ia harus tetap sportif memberikan hak tersebut dan tidak memaksakan transaksi harus diteruskan.

Hak yang sama, di satu sisi juga dimiliki oleh pedagang, membatalkan atau melanjutkan transaksi. De ngan catatan, selama kedua belah pihak masih berada di lokasi transaksi. Dengan demikian, bila keduanya sepakat untuk barang tertentu, lalu berpisah maka barang yang telah berpindah tangan itu tak boleh dikembalikan.

Diriwayatkan Bukhari Muslim dari Hakim bin Hizam, Rasulullah bersabda, “Jual beli masih diberi pilihan (untuk meneruskan atau membatalkan) selama mereka belum berpisah. Apa bila mereka berdua jujur dan memperjelas jual belinya, jual beli mereka akan diberkahi. Namun, apabila mereka berdua menyembunyikan sesuatu dalam jual belinya dan berbohong, keberkahan tersebut dihapuskan.”