36 Tipuan Dunia Bagi Manusia

INILAH tanda-tanda seseorang yang telah tertipu kehidupan dunia, terbujuk rayuannya.

1. Anda tidak bersiap siap saat waktu shalat akan tiba.

2. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun membuka lembaran Alquran lantaran Anda terlalu sibuk.

3. Anda selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta Anda semakin bertambah.

4. Anda marah ketika ada orang yang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang Anda lakukan adalah haram.

5. Anda terus menerus menunda untuk berbuat baik/beramal saleh “Aku akan mengerjakannya besok, nanti, dan seterusnya.”

6. Anda selalu mengikuti perkembangan gadget terbaru dan selalu berusaha memilikinya.

7. Anda sangat tertarik dengan kehidupan para selebritas.

8. Anda sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya.

9. Anda ingin selalu menjadi pusat perhatian orang.

10. Anda selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi.

11. Anda selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung.

12. Anda merasa tertekan manakala Anda gagal meraih sesuatu.

13. Anda tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil.

14. Anda tidak mampu untuk segera berhenti berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah.

15. Anda tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena perbuatan itu bisa mengecewakan orang lain.

16. Anda sangat perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin Anda miliki.

17. Anda merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan.

18. Anda menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk berkarir.

19. Anda memiliki teman-teman yang kebanyakannya tidak bisa mengingatkan Anda kepada Allah.

20. Anda menilai orang lain berdasarkan status sosialnya di dunia.

21. Anda melalui hari ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.

22. Anda meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.

23. Anda merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah.

24. Anda tidak kuasa mengubah gaya hidup Anda yang suka berfoya-foya, walaupun Anda tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu.

25. Anda senang berkunjung ke negeri-negeri kafir.

26. Anda diberi nasihat tentang bahaya memakan harta riba, akan tetapi Anda beralasan bahwa beginilah satu satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi.

27. Anda ingin menikmati hidup ini sepuasnya.

28. Anda sangat perhatian dengan penampilan fisik Anda.

29. Anda meyakini bahwa hari kiamat masih lama datangnya.

30. Anda melihat orang lain meraih sesuatu dan Anda selalu berpikir agar dapat meraihnya juga.

31. Anda ikut menguburkan orang lain yang meninggal, tapi Anda sama sekali tidak memetik pelajaran dari kematiannya.

32. Anda ingin semua yang Anda harapkan di dunia ini terkabul.

33. Anda mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar bisa segera melanjutkan pekerjaan.

34. Anda tidak pernah berpikir bahwa hari ini bisa jadi adalah hari terakhir Anda hidup di dunia.

35. Anda merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang Anda miliki, bukan merasa tenang dengan mengingat Allah.

36. Anda berdoa agar bisa masuk surga namun tidak sepenuh hati seperti halnya saat Anda meminta kenikmatan dunia…

Hidup di dunia hanya sebentar dan tipuan belaka. Sudahkan siap bekal anda di akhirat kelak? []

Pelunasan Biaya Haji Tunggu Keppres

Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) sudah menetapkan besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2019. Meski demikian Kemenag belum menetapkan kapan waktu pelunasan biaya haji.

akan segera disampaikan ke presiden untuk dimintai persetujuan. “Pelunasan segera setelah Keppres ditanda tangani Bapak Presiden Jokowo. insya Allah hari Rabu atau Kamis untuk diproses,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Agama dan Komisi VIII DPR menyepakati besaran rata-rata Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 1440H/2019M sebesar Rp 35,235.602. Dalam mata uang dolar Amerika, rata-rata BPIH ini setara dengan 2.481 dolar AS (kurs 1 dolar AS Rp 14.200).

Kesepakatan BPIH 1440H/2019M ini ditandatangani oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin dan Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher dalam Rapat Kerja yang berlangsung di Gedung DPR, Senayan. Rumusan kesepakatan ini selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo untuk diterbitkan Keputusan Presiden tentang BPIH 1440H/2019M.

“Kami bersepakat total BPIH tahun ini rata-rata sebesar Rp 35.235.602 atau setara 2.48i dolar AS. Besaran rata-rata biaya haji tahun ini sama dengan rerata BPIH tahun 1439H/2018M,” terang Menag Lukman Hakim Saifuddin di Jakarta, Senin (04/02).

Menurutnya, jika dilihat dari kurs rupiah, BPIH tahun ini sama dengan besaran BPIH tahun lalu, yaitu rata-rata sebesar Rp 35.235.602. Namun, jika dalam kurs dolar, BPIH tahun ini justru lebih rendah 151 dolar AS. Sebab, rata-rata BPIH tahun 2018 sebesar 2.632 dolar AS.

 

IHRAM

Jauhilah Prasangka Buruk!

DARI Abu Hurairah berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari kesalahan, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.” (HR. Bukhari)

Hikmah hadis:

1. Bahwa sesama muslim adalah bersaudara. Maka hendaknya setiap saudara saling menjaga kehormatan dan martabat sesama saudaranya yang lain.

2. Agar hubungan persaudaraan sesama muslim terjaga (ukhuwah islamiyah) maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang umatnya untuk saling membenci, mendengki, memusuhi, mencela, mencari-cari kesalahan dsb.

Larangan-larangan ini dimaksudkan agar persaudaraan tetap terjaga dan terjalin dengan baik.

Wallahu A’lam bis Shawab. [Ustaz Rikza Maulan, Lc., M.Ag]

 

INILAH MOZAIK

Pandangan Zahir dan Hakikat Menang Kalah

MEREKA yang hanya melihat dengan menggunakan dua mata kepalanya akan melihat semua peristiwa berdasarkan penampakan zahirnya saja. Sementara mereka yang melihat dengan menggunakan mata batinnya akan melihat sesuatu dari sisi posisi hakikinya di hadapan Allah.

Apakah mungkin tampakan zahir dan hakikat batin itu berbeda? Jawabannya adalah iya. Mulia dan hina, menang dan kalah, serta kaya dan miskin bisa jadi berbeda antara pandangan kebanyakan manusia dan hakikatnya menurut Allah. Pertanyaannya adalah “yang manakah yang paling penting untuk diperoleh?”

Sebut sebagai contoh misalnya adalah pertarungan antara Yazid bin Muawiyah dan Sayyidina Husain bin Ali. Singkat kisah, Sayyidina Husain dalam fakta zahirnya adalah kalah dan kepalanya terpenggal di Karbala. Mereka yang memandang dengan kacamata zahir politik mengatakan bahwa Sayyidina Husain kalah terkapar. Namun bagaimana posisi beliau dihadapan Allah? Rasulullah bersabda: “Sungguh, Jibril datang menyampaikan kabar gembira kepadaku bahwa Hasan dan Husain adalah pemimpin para pemuda penduduk surga.”

Lihat saja satu contoh lain tentang Nabi Yahya. Singkat kisah, menurut sebagian sumber, orang Yahudi berhasil memenggal kepala Nabi Yahya. Orang Yahudi secara zahir menang. Namun, menurut riwayat yang terpercaya, Nabi Yahya berkedudukan mulia berada di langit kedua bersama Nabi Isa AS dan para malaikat Allah. Begitu mulianya posisi beliau di hadapan Allah.

Ada orang yang sibuk berusaha mati-matian menjaga citra diri dalam pandangan zahir manusia. Ada pula orang-orang yang sibuk berusaha mati-matian mengejar citra diri di hadapan Allah. Kita mau masuk kelompok yang mana? Salam, AIM. [*]

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

Larangan Mengikuti Ajaran Selain Islam

SUNGGUH suatu kesedihan dan kemirisan yang teramat dalam ketika mengetahui banyak kaum muslimin mengikuti ajaran atau kebiasaan agama lain yang telah menjadi ciri khas agama tersebut. Padahal Islam merupakan agama yang sempurna. Padahal di mimbar-mimbar, kaum muslimin menyebut dan menyerukan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan ridhoi Allah. Itu telah menjadi keyakinan mereka.

Namun sayang sebagian kaum muslimin tidak mengerti hakikat apa yang mereka yakini tersebut. Sebagian kaum muslimin menjadikan ajaran atau kebiasaan yang bersumber dari agama lain atau suatu kepercayaan/mitos sebagai ajaran atau kebiasaannya pula. Sehingga saat datang masanya ajaran atau kebiasaan tersebut datang, maka berbondong-bondong pula sebagian kaum muslimin ikut merayakan, melakukan, dan membesarkan syiar ajaran atau kebiasaan tersebut.

Allah berfirman dalam Al Quran surat Al Isra ayat 36, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya“.

Terdapat kata Janganlah pada ayat di atas. Ini pertanda Allah menegaskan bahwa Allah melarang akan suatu hal. Tentang apa? Yakni mengikuti apa saja yang kita tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Mengikutipun tidak dibolehkan. Apalagi meyakini dan turut mensyiarkannya pula. Kelak di Hari Pembalasan, pendengaran, penglihatan dan hati akan dimintai pertanggungjawabannya.

Termasuk tentang apa yang kita yakini dan ikuti padahal Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam tidak pernah mengajarkannya. Padahal Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang membawa risalah-Nya. Maka Allah akan meminta pertanggungjawabannya.

Bersumber dari Abdullah bin Umar radliyallahu anhuma, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud). Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi).

Mari perhatikan pula hadits tersebut. Itu adalah hadits-hadits larangan dari Nabi shalallahu alaihi wasallam. Sungguh di luar masalah hajat dan hal yang mubah, maka mengikuti orang kafir adalah diharamkan agama kita. Dan salah satu yang termasuk diperingatkan pada pembahasan kita adalah larangan mengikuti perayaan agama lain.

Jelas merayakan hari besar agama lain adalah bentuk mensyiarkan hari raya dan agama tersebut. Sekaligus bentuk pengkhianatan serta pengingkaran hari besar Islam dan agama Islam secara keseluruhan. [*]

Allahu Alam.

 

 

Imanmu Juga Tampak dari Siapa Sahabatmu

PERKARA iman tidak saja tampak dalam perilaku seseorang secara individu, seperti ibadah dan amal sholeh, tetapi juga tampak di dalam pergaulan dan siapa orang-orang terdekat di sekelilingnya alias sahabat-sahabat karibnya. Hal ini karena ada kesamaan tabiat atau karakter yang menjadikan mereka nyaman bersama orang-orang yang memiliki kesamaan.

Mengenai hal ini Rasulullah ﷺ bersabda, “Pada saat seorang mukmin memasuki sebuah majelsi yang di dalamnya terdapat seratus orang munafik dan hanya seorang saja yang mukmin, maka ia akan duduk di dekat orang yang mukmin itu. Demikian pula jika seorang munafik memasuki sebuah mmajelis yang terdiri dari seratus orang mukmin dan hanya terdapat seorang munafik saja, niscaya ia akan duduk di dekat orang munafik yang itu.” (HR. Baihaqi).

Menjelaskan hadits tersebut, Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menuliskan, “Ini menunjukkan, bahwa kesamaan tabiat akan saling menarik satu sama lain, walaupun mereka (pemilik tabiat) itu sebelumnya tidak saling mengenal.

Kemudian Imam Ghazali mengutip ungkapan Malik bin Dinar, “Di antara sepuluh orang, maka minimal akan terdapat dua orang yang tidak bisa cocok satu sama lain, kecuali jika keduanya memiliki tabiat yang sama.”

Imam Ghazali pun memberikan kesimpulan bahwa terkadang seseorang yang mencintai orang lain bukan karena motif meraih keuntungan, bukan pula mendapatkan kekayaan darinya, tetapi lebih karena ada kesamaan tabiat dan keserupaan kualitas batiniah di antara mereka.

Uraian di atas memberikan satu sistem penjelas kepada kita bahwa sangat penting kita mengerti tabiat diri sendiri, karena tabiat itu akan mendorong atau mengundang teman yang serupa dan sekualitas karakter dan kondisi batinnya.

Sekelompok remaja tidak mungkin mendatangi sebuah konser musik jika mereka tidak memiliki tabiat yang sama, yakni suka musik. Demikian pula dengan sekelompok remaja lainnya, tidak akan mendatangi majelis ilmu untuk membina iman dan taqwa mereka, jika memang tidak sekarakter, setabiat.

Dalam kajian Sosiologi hal itu juga terbilang mudah dipahami, karena sebagai makhluk sosial, manusia butuh terhadap interaksi sosial, sampai lahirlah kelompok sosial.

Secara definisi, kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok yang diciptakan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perilaku anggota, yang sama tabiat dan karakter hidupnya.

Oleh karena itu, pantas jika nasihat orang tua terdahulu mendorong kita untuk senantiasa bertemu atau bersahabat dengan orang-orang yang sholeh. Tentu saja maksudnya mudah dipahami agar kesholehan orang itu “menular” dalam cara hidup kita, sehingga hati dan pikiran kita tidak mudah rusak, karena membiarkan diri larut dalam pergaulan yang tak terkendali.

Anjuran tersebut ternyata bersumber dari Al-Qur’an, dimana Allah ﷻ memerintahkan kita untuk berteman dengan orang sholeh bahkan bersabar hidup dan berdampingan bersama mereka.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi [18]: 28).

Ibn Katsir menerangkan bahwa bersahabat dengan orang yang sholeh merupakan satu keharusan, bahkan saat menghadapi situasi yang menjadikan diri mesti sabar di dalam persahabatan yang sedemikian itu.

Selanjutnya, Ibn Katsir mengutip pendapat Ibn Abbas radhiyallahu anhu. “Dan janganlah engkau mengabaikan mereka karena orang lain. Yakni, engkau mencari ganti mereka dngan orang-orang terhormat dan yang banyak kekayaannya.”

Dengan kata lain, dengan siapa seseorang bersahabat, di sana sebenarnya tersirat apa yang menjadi keinginan dan tujuan paling diinginkan di dalam hidup seseorang. Apabila seseorang hendak mendapat ridha Allah , maka ia akan mencari teman yang sama. Sebaliknya, seseorang yang menghendaki kenikmatan duniawi, ia akan mendekat dan hidup bersama para pecinta dunia.

Mengenai perihal persahabatan ini Rasulullah  menegaskan bahwa itu tidak saja berdimensi biasa, sekedar pergaulan, tetapi juga akan berpengaruh signifikan terhadap karakter, tabiat, bahkan sampai pada orientasi hidup.

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud).

Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim dan Muslimah memperhatikan tabiat dirinya, pergaulannya dan persahabatannya. Apakah benar semua itu untuk kebaikan hidup dunia-akhiratnya, atau itu sebatas untuk bersenang-senang di dalam kehidupan dunia.

Karena begitu pentingnya masalah siapa sahabat di dalam hidup ini, kelak di Hari Akhir, manusia pun akan bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang dicintainya.

قِيلَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ « الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

Seseorang berkata pada Nabi , ‘Ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun ia tak pernah berjumpa dengan mereka.’ Nabi  bersabda, ‘Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.’” (HR. Bukhari).

Lantas bagaimana dengan manusia yang di dalam kehidupan dunia ini bersahabat dengan orang-orang yang hanya mencintai kehidupan dunia?

Orang-orang yang saling berteman dalam kebathilan dan kemaksiatan akan menjadi musuh, satu sama lain akan saling menggugat dan mempersalahkan di antara mereka.

الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 67).*

 

HIDAYATULLAH

Kemenag dan DPR Sepakati Rerata BPIH 2019 Rp35,2 Juta

Jakarta (PHU)—Kementerian Agama dan Komisi VIII DPR menyepakati besaran rata-rata Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 1440H/2019M sebesar Rp35,235.602,-. Dalam mata uang dollar Amerika, rerata BPIH ini setara dengan USD2,481 (kurs 1USD: 14.200).

Kesepakatan BPIH 1440H/2019M ini ditandatangani oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin dan Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher dalam Rapat Kerja yang berlangsung di Gedung DPR, Senayan. Rumusan kesepakatan ini selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo untuk diterbitkan Keputusan Presiden tentang BPIH 1440H/2019M.

“Kami bersepakat total BPIH tahun ini rata-rata sebesar Rp35.235.602,- atau setara USD2,481. Besaran rata-rata biaya haji tahun ini sama dengan rerata BPIH tahun 1439H/2018M,” terang Menag Lukman Hakim Saifuddin di Jakarta, Senin (04/02).

Menurutnya, jika dilihat dari kurs Rupiah, BPIH tahun ini sama dengan besaran BPIH tahun lalu, yaitu rata-rata sebesar Rp35.235.602,-. Namun, jika dalam kurs dollar, BPIH tahun ini justru lebih rendah USD151. Sebab, rata-rata BPIH tahun 2018 sebesar USD2.632.

Meski biaya haji tidak mengalami kenaikan, namun Menag menjamin akan ada peningkatan kualitas pelayanan haji dibanding tahun lalu. “Tenda di Arafah akan menggunakan AC. Urinoir di Mina akan ditambah jumlahnya. Bus Shalawat akan melayani jemaah yang tinggal di luar radius 1km dari Masjidil Haram,” tegas Menag.

BPIH Termurah
BPIH Indonesia adalah yang paling murah di antara negara-negara ASEAN yang mengirimkan jemaah haji ke Arab Saudi. Menurut Menag, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, rata-rata biaya haji Brunei Darussalam berkisar di atas 8.000 US dollar (USD). Persisnya, $8.738 (2015), $8.788 (2016), $8.422 (2017), dan $8.980 (2018). Untuk Singapura, rata-rata di atas 5.000 US dollar, yaitu: $5.176 (2015), $5.354 (2016), $4.436 (2017), dan $5.323 (2018). Sementara Malaysia, rata-rata biaya haji sebesar $2.750 (2015), $2.568 (2016), $2.254 (2017), dan $2.557 (2018).

Dalam USD, rata-rata BPIH Indonesia pada 2015 sebesar $2.717. Sementara tiga tahun berikutnya adalah $2.585 di 2016, $2.606 di 2017, dan $2.632 di 2018.

Sekilas, BPIH Indonesia lebih tinggi dari Malaysia. Namun sebenarnya lebih murah. Sebab dari biaya yang dibayarkan jemaah, ada $400 atau setara SAR1.500 yang dikembalikan lagi kepada setiap jemaah haji sebagai biaya hidup (living cost) di Tanah Suci.

“Saat pelunasan, jemaah membayar BPIH yang di dalamnya termasuk komponen biaya hidup (living cost). Komponen biaya tersebut bersifat dana titipan saja. Saat di asrama haji embarkasi, masing-masing jemaah yang akan berangkat akan menerima kembali dana living cost itu sebesar 400 USD atau setara SAR1.500,” tandasnya.

“Jadi sebenarnya pada kenyataannya jemaah haji tahun 2019 ini rata-rata hanya membayar $2,081”, ujar Menag. (kd/ab).

 

Tidak Ada Kenaikan, Biaya Haji 2019 Sama dengan Biaya Haji 2018

Jakarta (PHU) — Pemerintah bersama DPR resmi menyepakati Direct Cost (Biaya yang dibiayai oleh jemaah) pada Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Tahun 1440 H/2019M. Biaya haji dipastikan tidak mengalami kenaikan sehingga besaran yang harus dibebankan per jemaah sama dengan biaya tahun 2018 lalu yaitu sebesar Rp 35.235.602.

“Biaya haji tahun ini kami sepakati tidak mengalami kenaikan besarannya sama seperti biaya haji tahun 2018 lalu,” kata Ketua Panja BPIH Komisi VIII TB Ace Hasan Syadzily, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (04/02).

Ace menjelaskan, perincian kenaikan tersebut, antara lain, harga rata-rata biaya penerbangan per jemaah dari Embarkasi Haji ke Arab Saudi pergi-pulang (PP) sebesar Rp 30.079.285 dengan rincian Rp 29.555.597 dibayar oleh jemaah dan sisanya sebesar Rp 523.688 dibebankan pada dana optimalisasi (Indirect Cost).

Kemudian Living Cost ditetapkan sebesar SAR 1.500 atau ekuivalen sebesar Rp 5.680.005 dibayar ole jemaah haji dan Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD) sorta diserahkan kembali kepada jemaah haji dan TPHD dalam mata uang SAR.

“Berdasarkan component tersebut, Direct Cost tahun 1440H/2019M adalah sama dengan tahun 1439H/2018M,” kata Ace.

Senada dengan itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Kemenag menyepakati BPIH 2019 ini dengan rata-rata sebesar Rp 35.235.602 atau setara dengan USD 2.481 yang besarannya sama dengan BPIH tahun lalu.

Menurutnya, pika dilihat pari kurs rupiah, BPIH tabun ini sama dengan besaran BPIH tahún lalu, yaitu rata-rata sebesar Rp 35.235.602. Namun, jika dalam kurs dollar, BPIH tabun ini hustru lebih rendah USD 151. Sebab, rata-rata BPIH tabun 2018 sebesar USD 2.632.(ha/ha)