Kriteria Mukmin Sukses dalam Perspektif Alquran dan Sunnah

Apa Saja Kriteria Mukmin Sukses dalam Perspektif Alquran dan Sunnah?

Khutbah Jum’at Kriteria Mukmin Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an dan as-Sunnah

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَي فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ,وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ,وَاتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّمُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌوَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.

Jamaah Shalat jumat yang dirahmati Allah

Sebagai hamba Allah yang mukmin dan arif, sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah swt, sebab sampai detik ini kita telah diberi-Nya berbagai nikmat, baik nikmat keimanan, kesehatan dan kesempatan untuk terus dapat beribadah dan beraktivitas sesuai dengan petunjuk-Nya. Salawat dan Salam kita tujukan kepada Rasulullah saw, yang telah mengajarkan umat manusia al-Islam, demi kebahagian umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

Perlu terus diingatkan bahwa Allah swt dan Rasul-Nya, telah menegaskan jika umat manusia menjalankan aktivitas kehidupannya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam Alquran dan as-Sunnah, maka dijamin akan selamat, tidak akan sesat dalam arti yang luas tentu selamat, sejahtera dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Perhatikan hadis berikut ini.

وحَدَّثَنِي عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوامَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَاكِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ.

Telah menceritakan kepadaku dari Malik bahwasannya dia menyampaikan bahwa Rasul saw bersabda : “Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian. Jika kalian berpegang kepada keduanya, niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Rasul-Nya.” H. R. Malik.No. 1395.

Jamaah Shalat jumat yang dirahmati Allah

Perlu dikemuakan di awal khutbah ini bahwa Imam Syafi’i berkata “Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barang siapa menghendaki sukses akhirat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akhirat hendaklah diraihnya dengan ilmu.’’ungkapan Imam Syafii ini menegaskan bahwa pentingnya membekali ilmu sebelum meraih sukses. Dalam Islam bekal ilmu yang sangat berguna bila memahami dan mengetahui apa yang terrkandung dalam Alquran dan as-Sunnah, karena kedua sumber rujukan ini akan menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat. Demikian pula, agar kesuksesan yang diraih benar-benar sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Bila menelalah Alquran, didapati dalam Q.S.al-Mukminun/23:1-11, tentang bagaimana kriteria orang yang sukses.

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)

Sesungguhnya sukseslah/beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu. maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Pada ayat di atas (Q.S.al-Mukminun/23:1-11), dapat dipahami bahwa orang mukmin yang sukses itu ada 6 kriteria yang mesti dipenuhinya, yaitu:
01. Orang yang khusyu’ dalam shalatnya.
02. Orang yang meninggalkan perbuatan yang tak berguna.
03. Orang yang menunaikan zakat.
04. Orang yang menjaga kemaluannya, dari berbuat zina.
05. Orang yang memelihara amanah, jika diberi amanah.
06. Orang yang memelihara nilai-nilai shalat.

Jika 6 kriteria ini ada pada seorang mukmin, maka ia tergolong sukses, baik di dunia dan di akhirat. Bahkan, Allah swt menginformasikan di akhirat kelak akan mewarisi surga Firdaus dan kekal di dalamnya. Suatu nikmat yang luar biasa yang diberikan Allah swt kepada para hamba-Nya. Berikut sekilas penjelasan tentang 6 kriteria tersebut.

Gambaran khusu’ dalam shalat, dapat diperiksa berbagai sabda rasul saw. Di antaranya sebagai berikut. Dalam suatu riwayat Rasul saw menjelaskan tentang shalat yang baik itu,

نْ أَنسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” َاْذُكُرِ الْمَوْتَ فِى صَلاَتِكَ فَإِنَّ الرَّجُلَ إِذَا ذَكَرَ الْمَوْتَ فِى صَلاَتِهِ لَحَرِيٌّ أَنْ يُحْسِنَ صَلاَتَهُ وَصَلَّى صَلاَةَ رَجُلٍ لاَ يَظُنُّ أَنَّهُ يُصَلِّى صَلاَةً غَيْرَهَا وَإِيَّاكَ وَكُلُّ أَمْرٍ يُعْتَذَرُ مِنْهُ ” رواه الديلمي فى مسند الفردوس وحسنه الحافظ ابن حجر و تابعه الألباني

Anas ra berkata, Rasul saw bersabda, “Ingatlah akan kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat kematian dalam shalatnya tentu lebih mungkin dapat memperbagus shalatnya dan shalatlah sebagaimana shalatnya seseorang yang mengira bahwa tidak dapat shalat kecuali shalat pada saat itu. Hati-hatilah kamu dari apa yang membuatmu meminta ampunan darinya.” (Diriwayatkan Ad-Dailami di Musnad Firdaus, Al-Hafidz Ibnu Hajar menilainya hasan lalu diikuti Albani.

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عِظْنِي وَأَوْجِزْ فَقَالَ إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمَعْ الْإِيَاسَ مِمَّا فِي يَدَيْ النَّاسِ رواه أحمد وحسنه الألباني

Abu Ayyub Al-Anshari ra berkata, seseorang datang kepada Nabi saw. lalu berkata, “Nasihati aku dengan singkat.” Beliau bersabda, “Jika kamu hendak melaksanakan shalat, sahlatnya seperti shalat terakhir dan janganlah mengatakan sesuatu yang membuatmu minta dimaafkan karenanya dan berputus asalah terhadap apa yang ada di angan manusia.” (Diriwayatkan Ahmad dan dinilai hasan oleh Albani).

عَنْ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأ فَيُسْبِغُ الْوُضُوْءَ ثُمَّ يَقُوْمُ فِى صَلاَتِهِ فَيَعْلَمُ مَا يَقُوْلُ إِلاَّ انْتَفَلَ وَهُوَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ رواه الحاكم وصححه الألباني

Utbah bin Amir meriyatkan dari Nabi yang bersabda, “Tidaklah seorang Muslim berwuduk dan menyempurnakan wuduknya lalu melaksanakan shalat dan mengetahui apa yang dibacanya (dalam shalat) kecuali ia terbebas (dari dosa) seperti di hari ia dilahirkan ibunya.” (Diriwayatkan Al-Hakim dan dinilai shahih oleh Albani).

Adapun syarat untuk berlaku khusyu’ dapat dipahami dari firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2: 45-46:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (٤٦)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Dalam ayat di atas (Q.S. al-Baqarah/2: 45-46) ditegaskan bahwa syarat khusyu’ adalah adanya suatu keyakinan akan menemui Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Adanya keyakinan akan berjumpa dengan Tuhan untuk mempertanggung jawabkan seseorang agar berlaku khusyu’ dalam shalatnya karena yang terjalin di benaknya ialah adanya kekhawatiran ketika menghadap Zat Yang Mahakuasa ini. Dengan demikian segala aktifitasnya di dunia selalu dilandasi atas keridhaan Tuhan dan dalam situasi yang seperti inilah berlaku kekhusyukan baginya.

Penjelasan as-Sunnah tentang seorang Muslim yang baik adalah meninggalkan suatu perbuatan yang sia-sia atau yang tidak berguna.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.

Abu Hurairah ra. berkata, Rasul saw bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadis hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318).

Zakat merupakan shalah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh swt., t tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat Islam yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam memberikan perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat ini. Ini solusi pada masyarakat modern yakni menghilangkan kesenjangan sosial antara si Kaya dengan si Miskin. Pada akhirnya akan saling menghormati dan saling memahami satu sama lainnya. Selain itu, Zakat juga termasuk rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang agung berdasarkan sabda Rasul saw.

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهاَدَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقاَمِ الصَّلاَةِ وَإِيْتاَءِ الزَّكَاةِ وَصَومِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَيْتِ لِمَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلأ.

Islam dibangun di atas lima perkara, (yaitu) syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadan dan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu [Hadis diriwayatkan Abu Dawud]

Dalam memelihara kemaluan, ada pesan Rasul saw, jika umat Islam mampu menjaga lisannya serta kemaluannya maka dijamin masuk surga.

عن سهل بن سعد رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ ، وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ .رواه البخاري (رقم/6474(

Dari Sahal bin Saad ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda:“Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” H.R. Bukhari. No. 6474.

Rasul saw berpesan berkenaan dengan amanah.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَأَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَا حَدَّثَنَا طَلْقُ بْنُ غَنَّامٍ عَنْ شَرِيكٍ قَالَ ابْنُ الْعَلَاءِ وَقَيْسٌ عَنْ أَبِي حُصَيْنٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al ‘Ala] dan [Ahmad bin Ibrahim] mereka berkata; telah menceritakan kepada kami [Thalq bin Ghannam] dari [Syarik] [Ibnu Al ‘Ala] dan [Qais] berkata dari [Abu Hushain] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] ia berkata, “Rasul saw. bersabda: “Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu!” H.R.Abu Dawud. No. 3068.

Rasul menegaskan bahwa orang yang tidak amanah tergolong munafik.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ra., ia berkata bahwa Rasul saw.bersabda,

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ.

“Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu: (1) jika diberi amanat, khianat; (2) jika berbicara, dusta; (3) jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; (4) jika berselisih, dia akan berbuat zalim.” H.R. Muslim no. 58.

Berkenaan tentang memelihara salat, Rasul saw memberikan informassi yang jelas sebagai berikut.

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.

Siapa saja yang menjaga shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan, siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khala. H.R.Ahmad.

Jamaah Shalat jumat yang dirahmati Allah

Mari kita sama berdoa dan berikhtiar, agar Umat Islam meraih kesuksesan dalam segala bidang, baik ekonomi, sosial, kesehatan, sains dan teknologi, sampai kekuasaan politik uamh pada gilirannya mewujudkan kebahagiaan, dunia dan akhirat. Agar Umat Islam tampil sebagai orang yang sukses, maka senantiasan menjaga, memelihara dan menjalankan secara istiqamah 6 kriteria kesuksesan hidup seorang Mukmin, yaitu.

01. Berperilaku khusyu’ dalam shalatnya.
02. Meninggalkan perbuatan yang tak berguna.
03. Menunaikan zakat.
04. Menjaga kemaluannya, dari berbuat zina.
05. Memelihara amanah, jika diberi amanah.
06. Memelihara nilai-nilai shalat dalam kehidupannya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ..

Khutbah kedua :

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى:(وَتَزَوَّدُوافَإِنَّ خَيْرَالزَّادِالتَّقْوَى) اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وآلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وآلِ إِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

Oleh: Sulidar

Sulidar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumut Periode 2015-2022

KHAZANAH REPUBLIKA

Rela Jadi Kuli Bangunan di Malaysia demi Berhaji

Berhaji merupakan impian seluruh umat Muslim sebagai pelengkap ibadah dalam rukun Islam sehingga berbagai upaya mengumpulkan pundi-pundi rupiah dilakukan dengan tujuan ibadah ke Tanah Suci. Ini pula yang dilakukan seorang calon jamaah haji asal Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa, Sama’ bin Japa’, yang rela merantau menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Serawak Malaysia demi melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.

Sama’ yang ditemui di Asrama Haji Sudiang, Makassar mengemukakan dirinya rela menjadi tukang batu hingga kuli bangunan demi berhaji dan mengunjungi Ka’bah di Makkah, Arab Saudi. “Kalau ada yang tanya saya uang untuk naik haji dari mana, saya jawab ini betul-betul adalah hasil keringat. Karena selama saya kerja di sana, keringat terus menetes,” ujarnya, Selasa (9/7).

Bersama sang istri, Sama’ telah merantau ke negeri jiran sejak 2007. Dua tahun kemudian, ia kembali mendaftarkan dirinya sebagai calon jamaah haji daftar tunggu Kabupaten Gowa.

Menjadi TKI bersama istrinya yang bernama Misa, Sama’ mengakui membantu keuangan keluarganya. Apalagi sang istri pun juga turut bekerja sebagai petani sawit di Serawak.

Upah yang diterima fluktuatif, sekitar 1.000 hingga 1.500 ringgit atau senilai Rp 3,5 juta per bulan bahkan lebih. Alhasil pasangan suami istri ini mendaftar haji bersamaan dan diberi rezeki berangkat haji bersama setelah 10 tahun menunggu.

“Inilah berkahnya. Kami pulang 2009 langsung buka setoran haji dan tinggal di kampung dulu selama dua tahun. Karena tetap ingin mengusahakan mencari rezeki, kami kembali lagi jadi TKI pada 2011. Di sana memang banyak pekerjaan jika memang niatnya untuk kerja,” ujarnya.

Sebelum dirinya kembali ke Tanah Air, Sama yang juga memboyong beberapa anak dan menantunya ke Malaysia telah bekerja selama enam tahun. Ia kembali menetap di Gowa mulai lima tahun lalu.

“Di Malaysia sangat banyak pekerjaan jika kita mau dan mencari, mungkin inilah berkahnya bahwa semua sudah kehendak Allah, kami harus jauh mencari rezeki untuk bisa ke Tanah Suci,” ucapnya.

Ia berkisah, keberangkatannya sebagai calon jamaah haji sudah sangat diidam-idamkan sehingga terkadang tidak habis pikir dirinya juga akan mampu menginjakkan kaki ke Masjid Nabawi hingga Masjid al-Haram. Perasaan terharu dan gembira tidak bisa ditutupi bahwa betapa dirinya sangat antusias naik haji. Bahkan pria yang dalam kesehariannya juga bertani itu menyampaikan konsisten untuk berhaji terlebih dahulu lalu melaksanakan ibadah umrah meski diberi rezeki.

“Saya dari dulu memang niatnya haji. Alhamdulillah menunggu 10 tahun tidak terasa karena kemauan kami yang kuat. Doakan kami bisa sehat dan selamat sampai tujuan,” katanya.

IHRAM

Cara Jitu Menang lawan Syahwat

BETAPA banyak penyakit hati yang sering kali menjangkit tubuh seorang Muslim. Di antaranya adalah terkalahkan oleh syahwat yang ada pada diri.

Jenis penyakit hati ini yang sering kali menimbulkan seorang Muslim semakin jauh dari Robbnya, semakin keluar dari jalan yang ditentukan Allah dan rosulNya.

Sehingga memberikan dampak buruk pada diri sendiri dan juga lingkungan sekitar.
Seorang Muslim sepantasnya sadar bahwa tidak lah Allah memberikan suatu penyakit pada hambaNya melainkan Dia telah menyiapkan obatnya. Dan termasuk darinya adalah penyakit hati.

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut.” (HR. Bukhari)

Betapa pun bahayanya penyakit hati, Allah telah menyediakan obat penawarnya. Di antaranya adalah:

1. Quwwatul iman

Sesungguhnya iman kepada Allah merupakan benteng bagi seorang hamba dari hal-hal yang haram. Sebagaimana sabda Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wa sallam,

لا يزنى الزانى حين يزنى وهو مؤمن

Tidaklah seorang pezina berzina ketika dia dalam keadaan beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika keimanan tertancap dalam pada hati, maka tak akan mudah bagi jiwa tumbuh keinginan untuk merasakan hal-hal yang haram. Dan sungguh nikmatnya keimanan bagi seorang Muslim jauh lebih manis dirasa dari nikmatnya syahwat yang diharamkan Allah. Karena keimanan menimbulkan rasa cinta hamba pada sang Kholiq.

2. Puasa

Ketika seorang Muslim belum mampu untuk menikah, maka baginya solusi lain guna menjaga dirinya dari kehinaan, ia adalah puasa. Puasa mendidik Muslim untuk senantiasa sabar, tahan menghadapi tekanan dan merdeka dari keinginan hawa nafsu.

3. Menjauhi dosa kecil

Banyak di antara Muslim melakukan dosa-dosa besar. Entah, apakah karena mereka tak tau bahwa itu termasuk dosa atau karena memang dia menyepelehkan dosa tersebut.

Padahal ini merupakan senjata ampuh setan untuk mensesatkan seorang Muslim. Allah berfirman,

ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شمالهم وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’raf: 17)

Ketika seorang Muslim menyepelehkan kemaksiatan, maka setan akan bahagia karena senjata ampuhnya telah melukai musuhnya.

4. Memikirkan nikmatnya surga

Allah telah menjanjikan surga bagi siapa yang taat padaNya. Surga yang belum pernah terlihat oleh mata (makhluq), terdengar oleh telinga, terasa oleh hati. Sungguh apa pun yang menjadi harapan di dunia telah tersedia di sana. Maka betapa indahnya jika syahwat diri dipenuhi ketika di surga nanti.

5. Doa

Sungguh doa merupakan senjata seorang Muslim. Senjata yang tak akan berkhianat. Setiap Muslim membutuhkannya, apalagi di kala genting dan terjepit.
Yusuf ‘alayhis salaam ketika menghadapi fitnah berupa ajakan berbuat nista imroatul aziz, maka ia berdoa,

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)

6. Maka apa hasil dari doanya?

فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 34)

Apakah kita pernah berdoa demikian? Atau bahkan kita menikmati syahwat yang menjadikan budak diri kita atas diri kita sendiri? Na’uudzu billaah.*/Iltizam Amrullah diambil dari berbagai sumber

HIDAYATULLAH

Karakteristik Setan

KITA semua tahu bahwa kitab suci Al-Quran membagi watak dan karakteristik setan dalam kategori jin dan manusia. Jadi, ada setan jin dan setan manusia. Kalau setan jin tentu tak bisa disentuh dan diraba secara kasatmata.

Tapi kalau setan manusia, ya memang berwujud manusia, memiliki segala panca indera dan organ-organ tubuh layaknya manusia. Bisa disentuh dan diraba secara kasatmata, namun karakteristiknya tak beda jauh dengan setan dalam bentuk jin.

Karakteristik yang paling menonjol adalah sifat dusta pada dirinya. Bukan sekadar berbohong karena suatu keterpaksaan, tetapi kebohongan itu telah menjadi bagian dari kebutuhan hidupnya.

Orang yang sesekali berbohong tak bisa dikatakan pendusta, apalagi bohongnya itu adalah bohong putih demi kemaslahatan. Misalnya, mengatakan bahwa hasil masakan sang istri cukup nikmat dan lezat, padahal kurang manis atau terlalu asin dan seterusnya.

Tetapi, bohong yang sudah menjadi kebutuhan adalah pekerjaan orang lihai dan cerdik. Di mana-mana ia berdusta untuk memenuhi hasrat amarah maupun hawa nafsunya. Bohong ini bersifat politis untuk memenuhi nafsu-nafsu keduniaan yang dikejarnya, bisa dalam bentuk keserakahan pada harta, wanita, maupun pada kedudukan dan popularitas semata.

Tersebutlah dalam kitab Tanbihul Ghafilin, Abu Laits As-Samarkandi menceritakan kembali pengalaman Abu Hurairah, pernah mendapatkan seorang pencuri yang mengambil simpanan di Baitul Maal yang dikumpulkan dari zakat orang-orang mampu di bulan Ramadlan. Si pencuri terpergok oleh Abu Hurairah, lalu dinyatakan bahwa orang itu mau dilaporkan ke Rasulullahﷺ, tapi kemudian ia berkata:

“Hurairah, maafkan saya, baru kali ini saya mencuri karena saya sangat membutuhkan bahan pangan untuk kebutuhan anak-anak saya. Maafkan saya, dan jangan hadapkan saya ke Rasulullah.”

Abu Hurairah memaafkan lelaki itu. Namun, keesokan harinya ia ditanya oleh Rasul mengenai adanya lelaki yang masuk ke gudang Baitul Mal, “Siapakah orang itu, wahai Abu Hurairah?”

Karena Rasul sudah tahu perihal lelaki itu, maka Abu Hurairah pun akhirnya menjelaskan, “Saya kasihan melihat dia, ya Rasul. Katanya, dia mengambil gandum itu untuk kebutuhan anak-anaknya, karena itu saya biarkan saja dia.”

“Kemungkinan orang itu akan datang lagi nanti,” kata Rasulullah ﷺ.

Benar saja, lelaki itu datang lagi dan mengambil sekarung gandum lagi di gudang Baitul Maal. “Anak-anak saya banyak, Hurairah. Jadi saya mengambil ini untuk kebutuhan mereka. Tolonglah, jangan laporkan saya ke Rasulullah…”

Beberapa hari kemudian, Rasulullah bertanya pada Abu Hurairah, “Bagaimana? Apakah lelaki yang pernah mencuri itu datang lagi?”

Tak mungkin bagi Abu Hurairah untuk membohongi Rasul. Maka, ia pun mengatakan sejujurnya bahwa orang itu telah datang dan mengambil sekarung gandum lagi. Kemudian, Rasul pun menyatakan bahwa orang itu, boleh jadi akan datang dan mengambil lagi.

Tak berapa lama, Abu Hurairah pun mendapatkan lelaki itu masuk ke gudang Baitul Maal, dan mengambil sekarung lagi. Lalu, dengan tegas Abu Hurairah memegang tangannya, “Kali ini sudah tiga kali saya memergokimu mengambil barang milik para fakir miskin.  Saya sudah tak mungkin memaafkan lagi, dan Anda harus dibawa menghadap Rasulullah.”

“Hurairah, ini yang terakhir kalinya, sumpah saya tak akan mengambil lagi karena kebutuhan anak-anak kami sudah cukup. Tapi tolonglah jangan hadapkan saya ke hadapan Rasulullah… tolonglah, Abu Hurairah….”

Lelaki itu menjelaskan mengenai keahlian dirinya, bahwa ia punya kemampuan untuk menyembuhkan orang dari gangguan jin, dan ia punya rahasia agar membuat orang bisa tidur dengan nyaman dan tenteram.

“Rahasia apa itu?” tanya Abu Hurairah.

“Bacalah ini sebelum Anda tidur, maka Anda akan dapat tidur dengan tenang dan damai. Percayalah pada saya, wahai Abu Hurairah….”

Lelaki itu menyodorkan suatu tulisan yang berisi ayat Kursi secara lengkap, dan bunyinya sebagai berikut: “Allahu la ilaha illa hual hayyul qayyum, la ta’khudzuhu sinnatun wala naum, dan seterusnya….

Keesokan harinya ia pun berkata pada Rasulullah perihal amalan yang diberikan lelaki pencuri itu untuk ketenteraman dan kedamaian hidupnya.

“Lalu, dengan memberi amalan itu, lantas kamu bebaskan dia?”

“Benar ya Rasulullah,” jawab Abu Hurairah, “bukankah amalan itu sesuatu yang baik?”

“Iya benar, amalan itu baik adanya, dan kali ini apa yang dia nyatakan ada kebenarannya, tapi selama ini tak ada lain yang dia katakan hanyalah bohong dan dusta belaka.”

“Kok bisa begitu, ya Rasulullah?”

“Perlu saya beritahu kepadamu, Wahai Abu Hurairah, bahwa lelaki yang selama ini berjumpa denganmu itu adalah Syetan.”

***

Jadi, dusta dan tipudaya setan itu tidak bersifat hitam-putih. Ada abu-abunya juga rupanya. Sesekali dia bicara benar, walaupun dusta dan kebohongan adalah sifat aslinya.

Sedangkan, orang-orang baik dan jujur, kalaupun ia terpaksa berbohong, namun kebohongan itu demi kemaslahatan, bukan untuk kepentingan diri dan anak-istrinya semata. Di sini ada karakteristik Syetan yang memang lihai beradaptasi dengan manusia yang ditipu dan diperdaya olehnya.

Ketika dia menggoda orang sekelas Abu Hurairah, tentu ia berpenampilan cerdas, menarik dan meyakinkan, bukan setan sekelas ecek-ecek yang dungu dan bodoh belaka.

Kenapa orang itu tak mau dihadapkan kepada Rasulullah? Ia takut karakteristiknya terbuka dan terbongkar habis di hadapan Rasul. Ia paham Rasulullah itu seorang ahli jiwa yang pandai membaca watak dan karakteristik, bahkan melampaui kemampuan para psikolog manapun.

Padahal, kalau ia manusia normal, mestinya ia senang dihadapkan kepada Rasulullah yang merupakan sumber ilmu dan hikmah. Orang yang berbuat salah tetapi menyadari kesalahannya, dan ingin membenahi sifat buruknya, tentu dia akan senang hati dihadapkan kepada Rasulullah.

Adapun orang yang tak punya hati, dan tak punya itikad baik sama sekali, ia enggan untuk menyadari kekhilafannya. Dengan demikian, ia enggan pula untuk bertobat atas segala dosa dan kesalahan yang dilakukannya. Karena itu, para koruptor yang terbiasa mencuri dan merampok uang rakyat, tentu akan konek dengan orang pintar sekelas dukun atau kiai yang minim ilmu dan hikmahnya.

Tetapi, kiai yang berilmu, zuhud dan wara’, tentu figur-figur yang mendatangi dirinya adalah orang-orang yang butuh ilmu dan hikmah bagi perbaikan moral dan kemaslahatan dirinya dan orang banyak. Wassalam./ Enzen Okta Rifai

HIDAYATULLAH

Titip Salam untuk Rasulullah SAW

Allahumma shalli alaa sayyidina Muhammad wa alaa aali sayyidina Muhammad.

Ya Nabi salam ‘alaika

ya Habib salam alaika

Ya Rasul salam ‘alaika

Shalawatullah ‘alaika.

Assalamu’alaika, wahai kekasih Allah.

Alhamdulillah, shalawat dan salam untuk Rasulullah.

Segala puji bagi Allah. Akhirnya, penulis bisa menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, Madinah Al Munawarah. Ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi siapa saja yang datang ke Madinah. Entah itu untuk melaksanakan ibadah atau berziarah di seputar wilayah kota penuh berkah ini.

Bagi umat Islam, ketika melaksanakan haji atau umrah rasanya kurang afdol bila tidak datang ke Madinah, khususnya Masjid Nabawi. Sebab, salah satu bangunannya terdapat yang disebut oleh Rasulullah dengan nama Raudhah al Jannah atau taman surga.

Maka, umat Islam pun berbondong-bondong untuk bisa melaksanakan shalat di lokasi tersebut baik shalat fardu maupun shalat sunah lainnya.

Karena itu pula, Masjid Nabawi, khususnya Raudhah, selalu menjadi primadona atau rebutan umat Islam untuk melaksanakan shalat di tempat tersebut.

Mereka begitu bersemangat untuk shalat di Masjid Nabawi, khususnya Raudhah. Apalagi,  ada hadis yang menyatakan, shalat di Masjid Nabawi pahalanya sama dengan 1000 kali di masjid lain, sekalian Masjidil Haram yang bernilai pahala hingga 100 ribu kali.

Penulis bersyukur bisa shalat di Masjid Nabawi dan Raudhah. Bagaimana perasaan seusai shalat di tempat tersebut, sepertinya tak perlu penulis ungkapkan dalam artikel ini. Yang pasti senang dan penuh haru.

Ada hal menarik. Jauh hari sebelum berangkat ke Tanah Suci, sejumlah sahabat dan relasi menyampaikan sejumlah pesan dan titipan kepada penulis bila tiba di Madinah.

Di antaranya agar dimudahkan ke Tanah Suci, mohon didoakan agar rezeki lancar, usaha sukses, dan diberikan anak atau keturunan yang saleh-salehah. Bagi yang belum punya anak, minta didoakan agar segera punya momongan. Kita doakan, semoga apa yang dihajatkan tersebut dikabulkan Allah SWT. Aamiin.

Sri Handayani misalnya, sahabat dan rekan sejawat, secara khusus meminta didoakan agar segera punya momongan. Begitu juga Nurjannah, dia juga memohon didoakan di raudhah agar Allah mengaruniakan kepadanya seorang anak. Dan banyak lagi sahabat yang meminta doa yang sama. Semoga Allah kabulkan. Aamiin.

Satu hal menarik yang dapat penulis kemukakan pada tulisan ini adalah soal titip salam. “Sampaikan salam kami untuk Rasulullah,” harap sejumlah sahabat kepada penulis. Mereka menitipkan salam untuk Rasulullah.

Assalamu’alaika ya Rasulallah. Sambutlah salam mereka wahai Kekasih Allah. Kami semua, umat Islam ini, adalah umat engkau. Umat yang merindukan dirimu, dapat berjumpa denganmu. Walau hanya dalam mimpi.

Dan engkau pun wahai Rasulullah, pernah bertanya kepada sahabat-sahabatmu, bahwa engkau merindukan kami, umatmu ini. Engkau membanggakan umat akhir zaman ini di hadapan sahabat-sahabatmu bahwa engkau merindukan kami.

Wahai Rasulullah, kami mungkin belum sepenuhnya menjadi teladan yang baik bagi yang lain, seusai harapan engkau. Tapi percayalah, kami mencintai-Mu. Kami menyayangimu, wahai Rasulullah.

Allahumma shalli ‘alaa Sayyidina Muhammad wa ‘alaa aali Sayyidina Muhammad.

Ada diskusi menarik di kalangan generasi salaf, tentang kebiasaan mereka mengirimkan salam untuk Rasulullah SAW meski jarak yang berjauhan, melalui ‘mereka yang ke Madinah’. Istilah lain, tukang pos, yang menyampaikan surat kepada orang yang ditujukan. Mereka kerap menitipkan salam untuk Rasulullah kepada kerabat atau kolega yang hendak pergi menuju Madinah.

Sayyid Muhamamad bin ‘Alawi al-Maliki dalam kitabnya yang berjudul Mafahim Yajib an-Tushahhah telah memaparkan beberapa kisah tentang kebiasaan tersebut. Di antaranya cerita yang dinukilkan dari Qadhi ‘Iyadh dalam kitab as-Syifa berikut ini.

Suatu ketika Yazid al-Mahdi yang hendak pergi menuju Madinah, berpamitan dengan Umar bin Abdul Aziz yang berada di Baghdad ketika itu.

Yazid bertanya kepadanya, “Ada titipan apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?” “Saya melihat Anda menuju Madinah, jika sampai di Makam Rasulullah SAW, sampaikan salam saya untuk Baginda Rasul.”

Imam al-Khafaji menjelaskan, di antara rutinitas generasi salaf yaitu mereka mengirimkan salam untuk Rasululah SAW, seperti yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz.

Bahkan, sejumlah riwayat menyebutkan Abdullah bin Umar tidak hanya berkirim salam ke Baginda Rasul, tetapi juga ke para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, meski jaraknya berjauhan hingga ribuan mil.

Dalam berbagai bacaan dan artikel di media massa, ada tulisan yang menjelaskan tentang budaya titip salam untuk Rasulullah ini.

Dalam Islam, tradisi titip salam sudah dikenal sejak masa Nabi Saw. masih hidup. Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Malaikat Jibril pernah menitipkan salam kepada Sayidah Aisyah melalui Nabi Saw. Hadis dimaksud diriwayatkan Imam Bukhari dari Sayidah Aisyah, dia berkata bahwa Nabi Saw. berkata kepadanya.

“Wahai Aisyah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu. Kemudian Aisyah berkata, ‘Salam juga untuknya, rahmat dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepadanya. Engkau dapat melihat perkara-perkara yang tidak dapat aku lihat –yang dimaksud adalah Nabi Saw.’”

Bahkan ketika Nabi wafat, ada malaikat yang memang bertugas menyampaikan salawat dan salam dari umatnya untuk beliau. Dalam hadis riwayat Imam Nasa’i dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi Saw. bersabda; “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di muka bumi, mereka menyampaikan salam untukku dari seluruh umatku.”

Dari hadis ini, meski Nabi Saw. sudah wafat, para ulama membolehkan menitipkan salam untuk disampaikan kepada beliau melalui jamaah haji atau lainnya.

Dalam kitab Al Majmu, Imam Nawawi mengajarkan cara menyampaikan titipan salam untuk Nabi Muhammad Saw. dari orang lain.

“Assalamu ‘alaika Ya Rasulullah dari ..(sebut nama orang yang menitipkan salam). Atau, ……(sebut nama orang yang menitipkan salam) mengucapkan salam kepada engkau wahai Rasulullah.”

IHRAM

Sakit Jadi Cara Allah Menghapuskan Dosa Umatnya

Segala sesuatu yang terjadi pada orang mukmin adalah untuk kebaikannya.

Di antara nikmat orang yang tengah jatuh sakit adalah penyakit menjadi salah satu penawar yang paling kuat dan ampuh atas dosa-dosa yang dilakukannya. Nyaris tak ada yang bisa menghapus dosa yang lebih dahsyat dari cobaan dan penderitaan yang menimpa manusia.

Allah berkata: “Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatanmu sendiri dan Allah banyak memaafkan” (Q.S Asy-Syura 42: 30).

Penyakit dan malapetaka yang terjadi, misalnya kematian orang yang dicintai, kehilangan kerabat, kejatuhan ekonomi atau keuangan, kesusahan, kesulitan fisik, demam, segala jenis rasa sakit dan penderitaan. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW mengunjungi orang sakit yang menderita demam. 

“Saya punya kabar baik untukmu. Karena sesungguhnya Tuhanku telah memberitahuku demam adalah hukuman yang iatimpakan kepada orang-orang mukmin agar mereka tidak harus dihukum di neraka,” katanya.

Seperti dikutip dari laman About Islam, Rabu (10/11), sakit adalah hukuman yang ditimpakan Allah SWT agar orang yang sakit selamat dari hukuman di babak kehidupan berikutnya. Jadi, sebenarnya sakit adalah berkah tersembunyi.

Kemudian, suatu ketika Nabi Muhammad mengunjungi seorang sahabat wanita Ummu Sa’ib. Dia juga menderita demam. Ia gelisah. 

Ketika Nabi Muhammad SAW bertanya apa masalahnya. Kemudian perempuan itu berkata, “Saya demam parah, semoga Allah mengutuknya!”

Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jangan mengutuk demam karena karena sesungguhnya itu seperti tungku yang menghilangkan kotoran dalam besi” (HR Muslim).

Artinya, ketika Anda memasukkan besi dalam tungku, itu penuh dengan kotoran. Kemudian ketika mengeluarkannya menjadi 100 persen murni. 

Nabi Muhammad SAW membandingkan demam dengan tungku dan jadi perbandingan yang sangat baik karena keduanya terbakar. Itu akan membersihkan dosa orang yang sakit seperti pohon di musim gugur. Saat menggoyang pohonnya, daunnya akan rontok atau turun. Demikian juga penyakit akan menghapus dosa-dosa orang yang sakit.

Setiap bencana adalah untuk kebaikan 

Ini adalah sesuatu yang berlaku untuk setiap bencana dan kemalangan. Nabi Muhammad SAW berkata: “Bahkan jika duri menusuk salah satu dari Anda, itu akan menghapus sebagian dosa Anda” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Betapa menakjubkan karena segala sesuatu yang terjadi pada orang mukmin adalah untuk kebaikannya. Jika sesuatu yang baik terjadi dan dia bahagia, dia bersyukur kepada Allah SWT dan itu baik untuknya. 

Jika sesuatu yang buruk terjadi, maka dia bersabar dan Allah membalasnya atas kesabaran itu (HR Al-Bukhari dan Muslim). Orang beriman akan selalu menjadi pemenang, dia tak pernah kalah. 

Apa pun musibah yang menimpa seorang mukmin, dia akan selalu berada di atas angin setelah menang karena dia memiliki Allah di sisinya. Ketika Anda memiliki Allah SWT di sisi, Anda tidak peduli dengan apa yang terjadi di dunia.

Tentu umat Islam tidak ingin mengalami sakit dan tidak mengharapkan bencana. Tetapi, setiap umat yang jatuh sakit akan menghadapi malapetaka. 

Ketika itu terjadi, maka bangkit hadapi tantangan itu. Perbarui iman kepada Allah SWT, merendahkan diri, dan menyerahkan diri kepada-Nya. Dan melalui semua ini, kaum Muslim yang sakit mensyukuri nikmat yang diberikan meski tengah jatuh sakit dan ditimpa musibah. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Aria Wangsakara Sosok Ulama dan Pahlawan Pengusir Kompeni di Tangerang

Hari ini 10 November 2021 Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan sebagai bagian dari mengenang jasa para pahlawan untuk diteladani semangat perjuanganya dalam berjuang membebaskan bangsa dan rakyat dari belenggu keterjajahan baik secara fisik maupun secara non-fisik. Tema yang diambil adalah “Pahlawanku Inspirasiku”.

Para pahlawan wajib menjadi inspirasi generasi bangsa, untuk terus berjuang dalam membangun bangsa dan banyak sekali palawan yang patut untuk dijadikan inspirasi, salah satu pahlawan yang ditetapkan sebagai pahlawan bertepatan dengan Hari Pahlawan adalah Raden Arya Wangsakara.

Dilansir dari laman news.detik.com Rabu (10/11). Raden Wangsakara merupakan tokoh dari Lengkong Tangerang yang melawan kompeni Belanda di masa Kesultanan Banten abad ke-17. Di masa itu, ia juga dikenal sebagai imam di kesultanan karena ilmu agamanya.

Arya Wangsakara juga digelari Kiyai Mas Haji Wangsaraja. Ia memiliki peran khususnya dalam peperangan Banten di era kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa melawan Belanda di Batavia.

Di buku ‘Catatan Masa Lalu Banten’ karya Halwany Michrob, pada 11 Mei 1658, Banten menyatakan perang kepada kompeni yang melakukan monopoli perdagangan. Pengumuman perang disampaikan oleh sultan dengan diikuti pengerahan pasukan ke daerah perbatasan-perbatasan dekat Batavia.

Pasukan perang yang dibentuk oleh kesultanan juga diikuti oleh para pembesar salah satunya Kartiduta, Aria Wangsakara dan Demang Narapaksa. Wangsakara yang dikenal alim duduk di atas tandu bersama pasukan. Mereka lalu berangkat ke Tangerang dan baru tiba di hari ke delapan lalu membuat barak di Tangerang dan Angke sebagai pusat pertahanan.

Pengerahan pasukan itu mendapat reaksi dari Belanda dengan mengumpulkan pasukan tentara dari berbagai daerah seperti Ternate, Bali, Bandan hingga Ambon. Pasukan ini juga ditempatkan di Angke dan saling berhadap-hadapan dengan pasukan Banten.

Di Angke itu, masing-masing pasukan awalnya hanya menahan diri meski dekat dan saling berhadap-hadapan. Baru pada hari ke delapan pertempuran keduanya pecah. Wangsakara di situ tulisnya memimpin doa agar pasukan Banten memenangkan perang dan menghancurkan kompeni.

“Setelah Haji Wangsaraja bedoa mohon perlindungan Allah untuk menghancurkan penindas, berangkatlah pasukan ke medan laga. Sepanjang hari pertempuran berlangsung hebat tanpa henti-hentinya,” tulis Halwani sebagaimana dikutip detikcom, Rabu (10/11/2021).

Di buku ‘Aria Wangsakara Tangerang, Imam Kesultanan Banten, Ulama Pejuang Anti Kolonialisme 1615-1681’ yang ditulis Mufti Ali, kedua pasukan ini tulisnya hanya dipisahkan kali Cisadane dan memang tidak memulai peperangan selama 7 hari pertama. Baru di hari kedelapan terjadi pertempuran hingga malam.

“Sengitnya pertempuran dilukiskan dengan jelas di Sajarah Banten. Gempar orang yang ada di dalam kota, suara tambur dari Meriam, bersahutan dengan ringkikan kuda, derit kereta kuda besar dan kecil, diejek yang tertinggal, kuda-kuda dipacu kencang, kilatan cahaya senapan, pedang tombak, dan peluru,” tulisnya.

Setelah perang sehari, kedua pasukan kemudian jeda selama tiga hari. Pasukan Banten kemudian sepakat menggunakan strategi perang dadali dengan menyebar pasukan mengelilingi daerah musuh. Ada yang ke arah timur mengelilingi Jakarta bahkan ada yang bertugas membakar perkebunan.

Strategi ini rupanya berhasil dan pasukan Banten dapat merebut beberapa benteng pertahanan milik Belanda. Ada yang menguasai benteng belanda di Sudimara, hingga ada yang bisa menerobos ke timur Ciangke.

Pertempuran itu berakhir begitu ada perjanjian damai pada Juli 1659. Salah satu perjanjian itu menyepakati batas wilayah kekuasaan antara Kesultanan Banten dan kompeni Belanda yang menguasai Batavia.

“Dalam salah satu pasal dari sepuluh pasal dalam perjanjian damai yang ditandatangani pada 10 Juli 1659 tersebut disebutkan bahwa kedua belah pihak bersepakat untuk menentukan batas wilayah Banten dan Batavia dengan tapal batas Sungai Cisadane sejak dari muara hingga daerah pegunungan sampai Ange-Tangerang yang jatuh ke tangan kompeni,” tulisnya.

Selain perang melawan Belanda, masa Sultan Ageng Tirtayasa juga berhasil menguasai Sumedang dari hegemoni Mataram dan VOC. Sultan oleh Mufti disebut memberikan ucapan ke Aria Wangsakara yang notabenenya dari sana dan mengatakan bahwa daerah itu telah kembali ke kekuasaan Banten.

ISLAM KAFFAH

Perlu Adanya Perhatian Terhadap Para Mualaf

Fatwa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah

Soal:  

Pertanyaan dari seorang wanita yang ada di negeri kafir yang ia bekerja sebagai pegawai di salah satu kantor di negeri ini (Saudi). Dia telah memeluk Islam dan tidak ingin kembali ke suaminya yang kafir, dan ingin menikah dengan salah seorang dari kaum muslimin. Akan tetapi, peraturan mewajibkannya untuk kembali. Bagaimana pendapatmu Anda terhadap itu?

Jawab:

Saya sampaikan faedah kepada kalian bahwasanya saya berpandangan tidak bolehnya mengembalikan ia ke negerinya dan atau menyerahkannya ke suaminya yang kafir. 

Hal ini dikarenakan Islam telah memisahkan antara keduanya. Wajib untuk berprasangka baik kepadanya dan orang-orang yang sepertinya yang masuk ke dalam agama Islam. Tidak boleh berprasangka buruk kepadanya, agar ia dan orang-orang yang lain termotivasi untuk beragama Islam. Juga untuk menguatkan keislaman mereka dan menolong mereka dalam kebaikan. Ini sebagai bentuk pengamalan firman Allah Ta’ala,

{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى} 

“Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)

Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَ اللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ 

Dan Allah selalu menolong hambanya selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Dan juga Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam,

إِيَّاكُمْ وَ الظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْث

“Waspadalah kalian dari berprasangka! Sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling dusta.” (Muttafaqun alaih)

Disyariatkan untuk pemerintah -semoga Allah memberikannya taufik- agar berbuat baik kepada perempuan ini dan orang-orang sepertinya yang masuk Islam di negeri kita, juga agar mereka tetap pada pekerjaannya. Apabila dia (perempuan itu) berkehendak untuk menikah dengan seseorang yang disebutkannya tadi atau selainnya, maka tidak mengapa selagi itu sesuai aturan hukum.

Karena pemerintah adalah wali bagi orang yang tidak memiliki wali. Hakim adalah wakil dari pemerintah. Adapun wali-walinya si perempuan yang kafir ini, maka mereka tidak berhak memberi perwalian atasnya.

Karena Islam telah memisahkan antara dirinya dan mereka. Dan saya memohon pertolongan kepada Allah, untuknya dan orang-orang yang sepertinya. Semoga Allah membalas usaha kalian (orang-orang yang masuk Islam) dan melipatgandakan pahala kalian dan menjadikan kalian termasuk penolong-penolong al-haq. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia. 

Berkenaan dengan pernikahannya, setelah ia keluar dari masa ‘iddah terhadap suaminya yang kafir, setelah ia masuk Islam adalah dengan melahirkan apabila sebelumnya ia hamil. Atau tiga periode masa haid setelah keislamannya, jika ia tidak hamil. Dia menjadi saksi atas hal itu, karena ia paling mengetahui perihal dirinya. Semoga Allah memberikan taufik kepada semua yang ia ridhai.

ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ 

Sumber: Majmu’ Fatawa wa Rasa`il Asy-Syaikh ‘Abdil ‘Aziz bin Baz – Jilid kesembilan, http://iswy.co/e3o8n 

Penerjemah: Muhammad Fadli

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/14172-perlu-adanya-perhatian-terhadap-para-mualaf.html

Apakah Iblis termasuk Golongan Malaikat ataukah Jin?

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah iblis termasuk golongan malaikat ataukah jin, menjadi dua pendapat:

Pendapat pertama, iblis termasuk dalam jenis (golongan) malaikat

Pendapat pertama mengatakan bahwa iblis itu termasuk dalam golongan malaikat, namun diciptakan dari api. Pendapat ini dinisbatkan kepada Ibnu ‘Abbas (Tafsir Ath-Thabari, 18: 39), Qatadah (Tafsir Ath-Thabari, 18: 41), Sa’id bin Musayyib (Tafsir Ath-Thabari, 1: 504), dan dipilih oleh Ath-Thabari (Tafsir Ath-Thabari, 1: 508) dan Al-Baghawi (Tafsir Al-Baghawi, 1: 82).

Mereka berdalil dengan firman Allah Ta’ala,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’, maka bersujudlah mereka, kecuali iblis.(QS. Al-Kahfi: 50)

Sisi pendalilan dari ayat ini adalah jika iblis itu bukan termasuk golongan malaikat, mereka tidak akan diperintahkan untuk bersujud. Mereka mengatakan bahwa pengecualian (istitsna’) dalam ayat ini adalah istitsna’ muttashil. Dalam istitsna’ muttashil, antara yang dikecualikan (iblis dalam ayat ini) dan yang mendapatkan pengecualian (malaikat dalam ayat ini) adalah sesuatu yang sama jenisnya.

Baca Juga: Benarkah Godaan Wanita Lebih Besar daripada Godaan Setan?

Pendapat kedua, iblis termasuk dalam golongan jin

Di antara yang berpendapat ini adalah Al-Hasan Al-Bashri dan Ibnu Zaid.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Iblis tidak termasuk jenis malaikat sama sekali. Karena iblis adalah nenek moyang bangsa jin sebagaimana Adam adalah nenek moyang manusia.” (Tafsir Ath-Thabari, 18: 41)

Ibnu Zaid rahimahullah berkata, “Iblis adalah bapaknya jin sebagaimana Adam adalah bapaknya manusia.” (Tafsir Ath-Thabari, 1: 507)

Pendapat ini juga dipilih dan dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (Majmu’ Fataawa, 4: 346).

Mereka berdalil dengan firman Allah Ta’ala,

كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

Dia (iblis) adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.(QS. Al-Kahfi: 50)

Huruf fa’ dalam ayat di atas menunjukkan sebab-akibat. Maksudnya, Allah Ta’ala menjadikan iblis dari jenis jin disebabkan karena kedurhakaannya. Dengan kata lain, iblis adalah jin yang durhaka terhadap perintah Allah Ta’ala. Seandainya iblis adalah malaikat sebagaimana malaikat-malaikat lain yang bersujud kepada Adam, tentu iblis tidak akan melawan atau mendurhakai perintah Allah Ta’ala. Hal ini karena malaikat itu terjaga (ma’shum) dari perbuatan dosa, tidak sebagaimana golongan manusia dan jin.

Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ

Mereka (malaikat) itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.(QS. Al-Anbiya’: 27)

Mereka mengatakan bahwa pengecualian dalam surah Al-Kahfi ayat 50 di ayat termasuk dalam istitsna’ munqathi’, artinya perkara yang dikecualikan (iblis) itu berbeda jenis (golongan) dengan perkara yang mendapatkan pengecualian.

Argumentasi yang lain, Allah Ta’ala menciptakan iblis dari api yang menyala-nyala, dan tidak terdapat dalil yang menunjukkan bahwa malaikat diciptakan dari api. Juga bahwa iblis itu memiliki anak keturunan, tidak sebagaimana malaikat.

Pendapat terkuat dalam masalah ini

Pendapat yang terkuat dalam masalah ini adalah pendapat kedua, yaitu bahwa iblis itu termasuk golongan jin, bukan golongan malaikat. Hal ini karena golongan malaikat dan iblis itu berbeda dari beberapa sisi berikut ini:

Pertama, unsur penciptaan malaikat dan iblis itu berbeda. Dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ

Malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan jin diciptakan dari api yang menyala-nyala.’(HR. Muslim no. 2996)

Allah Ta’ala berkata tentang iblis,

قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

“Iblis berkata, ‘Aku lebih baik daripadanya karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.’” (QS. Shaad: 76)

Kedua, malaikat itu tidak menikah dan juga tidak memiliki keturunan. Sedangkan iblis, terdapat dalil yang menunjukkan bahwa iblis memiliki keturunan. Allah Ta’ala befirman,

أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ

Patutkah kamu mengambil dia dan keturunan-keturunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?(QS. Al-Kahfi: 50)

Baca Juga: Musik Adalah Seruling Setan

Ketiga, malaikat itu tidak mendurhakai Allah Ta’ala sebagaimana firman Allah Ta’ala,

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Dan mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan oleh-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Adapun iblis, Allah Ta’ala kabarkan tentang mereka,

كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

Dia (iblis) adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.(QS. Al-Kahfi: 50)

Keempat, malaikat itu tidak makan dan tidak minum. Adapun iblis, mereka makan dan minum.

Kelima, pengecualian dari suatu lafaz yang bersifat umum itu berarti mengeluarkan sesuatu tersebut dari nama dan hukum yang mendapatkan pengecualian. (Lihat Al-Bahrul Muhith fi Ushuulil Fiqhi, 3: 276)

Allah Ta’ala befirman,

فَسَجَدَ الْمَلآئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ ؛ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى أَن يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ

Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. Kecuali iblis, dia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.(QS. Al-Hijr: 30-31)

Dengan dikecualikannya iblis dalam ayat di atas, berarti iblis bukan termasuk dalam golongan malaikat.

Jika ditanyakan, mengapa Allah Ta’ala memerintahkan iblis untuk sujud bersama malaikat? Maka jawabannya, iblis diperintahkan untuk sujud bersama malaikat karena iblis juga hadir pada saat perintah tersebut bersama malaikat. Sehingga iblis itu dikecualikan dalam ayat tersebut bukan karena iblis termasuk golongan malaikat, tetapi karena malaikat dan iblis sama-sama mendapatkan perintah. Bedanya, malaikat melaksanakan perintah, sedangkan iblis tidak.

Keenam, diperbolehkan adanya istitsna’ munqathi’ dengan adanya dalil. Pengecualian iblis, padahal mereka bukan dari golongan malaikat, menunjukkan bolehnya istitsna’ munqathi’. Hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan bahwa iblis itu bukan dari golongan malaikat sebagaimana yang telah disebutkan argumentasinya.

Ketujuh, firman Allah Ta’ala,

كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

Dia (iblis) adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.(QS. Al-Kahfi: 50)

Ayat di atas sangat jelas menunjukkan bahwa iblis itu termasuk golongan jin. Sehingga tidak boleh dibelokkan maknanya, kecuali dengan adanya dalil yang tegas dan jelas pula.

Syekh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata,

“Argumentasi yang paling kuat dalam masalah ini adalah argumentasi yang mengatakan bahwa iblis itu bukan termasuk golongan malaikat. Hal ini karena firman Allah Ta’ala,

كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

Dia (iblis) adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.’ (QS. Al-Kahfi: 50)

adalah ayat paling jelas dalam masalah ini dari dalil-dalil wahyu. Dan ilmu berada di sisi Allah Ta’ala.” (Adhwaul Bayaan, 3: 290-291)

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Sumber: https://muslim.or.id/70005-apakah-iblis-termasuk-malaikat-atau-jin.html

Seluruh Pejabat Kota Beragama Islam, Hamtramck Cetak Sejarah

Hamtramck, sebuah kota di Wayne County, Michigan, akan mencetak sejarah karena menjadi kota pertama di Amerika Serikat yang memiliki pejabat kota yang seluruhnya beragama Islam. Amer Ghalib (42 tahun), wali kota yang baru terpilih, dinobatkan sebagai wali kota Arab-Amerika dan Muslim pertama untuk Hamtramck.  

Ghalib dilaporkan memenangkan pemilu dengan perolehan 68 persen suara, mengalahkan Karen Majewski, yang telah menjabat selama empat periode. Bukan hanya dipimpin oleh wali kota Muslim, dewan kota Hamtramck, beranggotakan enam orang, juga akan diisi seluruhnya oleh pejabat Muslim.

Dalam pemilihan hari Selasa, tiga kandidat yang semuanya Muslim terpilih  dan akan bergabung dengan tiga anggota Dewan Kota saat ini yang juga Muslim. Lima di antaranya adalah pendatang dan satu lagi merupakan keturunan Eropa Timur.

Anggota dewan mengatakan bahwa agama tidak akan berperan dalam keputusan mereka. “Penting untuk diingat bahwa meskipun kita semua kebetulan beragama Islam, kita dipilih melalui proses yang ditetapkan oleh Amerika Serikat, Michigan, Wayne County dan Hamtramck,” kata Amanda Jaczkowski, salah satu dari tiga dewan Muslim yang baru terpilih. 

“Kita semua akan bersumpah … untuk melindungi Konstitusi Amerika Serikat, dan itu termasuk konsep pemisahan gereja dan negara. Saya sangat percaya pada pemisahan itu, dan meskipun saya akan membawa nilai-nilai Islam kejujuran dan integritas. ke meja, kebijakan yang saya promosikan dan tegaskan akan menjadi yang terbaik untuk semua orang di Hamtramck.”

Anggota Dewan Kota saat ini Mohammed Hassan menekankan pesan yang sama. “Agama tidak ada di dalam gedung (Balai Kota),” kata Hassan.  

“Agama berlaku di masjid, kuil dan gereja. Bukan di Balai Kota,” tegasnya menambahkan. 

Hassan juga menegaskan bahwa tidak akan ada yang berubah di dewan, menekankan bahwa dewan akan selalu menghormati semua agama. “Di dalam Balai Kota, kami bertanggung jawab atas penduduk … kami melakukan tanggung jawab kami berdasarkan undang-undang,” sambungnya.

Khalil Refai, salah satu dari tiga kandidat dewan yang baru dan peraih suara terbanyak, mengatakan dia akan fokus pada isu-isu kebijakan dan bahwa dia menghormati keragaman agama di Hamtramck, kota yang pernah dikenal sebagai kantong Katolik Polandia.

“Saya mencalonkan diri untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang dihadapi komunitas kami,” kata Refai. 

“Memperbaiki saluran pembuangan dan pipa timah kami, menemukan cara-cara kreatif untuk meningkatkan pendapatan kota dan menciptakan Balai Kota yang lebih transparan dan inklusif adalah semua masalah penting yang kami dengar selama kampanye. Saya menantikan untuk memecahkan masalah ini dengan rekan-rekan saya. Saya bangga Hamtramckan, dan saya senang tinggal di komunitas yang memiliki banyak orang dengan latar belakang agama yang berbeda.”

Sementara, hingga kini persentase penduduk Muslim di Hamtramck tidak diketahui secara jelas karena sensus Amerika tidak menanyakan tentang agama. Namun perkiraan berdasarkan data sensus leluhur menunjukkan bahwa sekitar setengah penduduk kota itu adalah Muslim. 

Sekitar 25 persen dari kota ini adalah keturunan Arab, kebanyakan dari mereka berasal dari Yaman, dan 27 persen adalah keturunan Asia, kebanyakan dari mereka Bangladesh, menurut data sensus 2019.

Hampir semua orang Yaman adalah Muslim, sedangkan orang Amerika Bangladesh di Hamtramck adalah campuran dari Muslim, Hindu, Buddha, dan Kristen. Ada juga beberapa Muslim Bosnia dan Muslim Afrika-Amerika yang tinggal di Hamtramck.

Hamtramck menarik perhatian pada 2015 ketika memilih Dewan Kota mayoritas Muslim pertamanya, dengan lonjakan populasi sebesar 27 persen dalam satu dekade terakhir. Sebelumnya, wali kota di Hamtramck selalu dijabat oleh Katolik Polandia-Amerika bahkan sejak kota ini didirikan, 100 tahun lalu. Tapi kini, menurut sensus 2019, poplasi Polandia di kota ini hanya 6,8 persen saja. 

Sally Howell, direktur Pusat Studi Arab Amerika dan profesor sejarah di University of Michigan-Dearborn, mengatakan bahwa dewan kota yang seluruhnya Muslim di Hamtramck telah memecahkan salah satu ‘tembok penghalang’ yang ada selama ini. 

“Ini mencerminkan perubahan populasi” di Hamtramck, kata pakar sejarah Muslim di Amerika itu. 

“Dan itu juga mencerminkan keragaman komunitas Muslim karena Anda memiliki orang kulit putih yang masuk Islam, Anda memiliki Muslim dari komunitas Bangladesh dan Anda memiliki Muslim Yaman.”

Rummi Khan, chief operating officer untuk Muslim Public Affairs Council, mengatakan, “Kami senang melihat komunitas kami secara aktif terlibat dalam fondasi demokrasi Amerika. Representasi ini merupakan langkah luar biasa untuk mewujudkan janji pemerintah untuk orang, dari orang, oleh orang untuk semua orang Amerika.”

Bill Meyer, seorang aktivis veteran di Hamtramck yang telah mengadvokasi keragaman dan pluralisme, memuji hasil pemilu, mengatakan bahwa rasisme oleh pejabat kota hanya menghalangi tindakan terpadu dalam menangani masalah kota. Dia juga mengingatkan tantangan dan pekerjaan rumah yang perlu segera ditangani oleh pejabat terpilih.

“Walikota baru memiliki tantangan besar ke depan di sebuah kota (yang) telah diganggu dengan masalah infrastruktur yang serius, termasuk banjir, timbal di air dan jalan-jalan dan gang-gang yang runtuh,” kata Meyer. 

“Selain itu, pensiunan polisi dan pemadam kebakaran telah meroket melampaui kemampuan kota ini, salah satu yang termiskin di Michigan.”

Adam Albarmaki, seorang imigran dari Yaman yang merupakan salah satu anggota Dewan Kota yang baru terpilih, mengatakan dia tidak akan memihak pada satu kelompok. “Saya berutang kepada orang-orang Hamtramck, dan kesetiaan saya kepada mereka akan tetap utuh,” katanya. 

“Jangan salah, saya tidak mewakili kepentingan kelompok tertentu di atas yang lain. Saya akan bekerja dengan tekun untuk memastikan bahwa kepentingan terbaik Hamtramckan tercapai.”

IHRAM