Kepemimpinan di dunia ini terkadang jatuh ke tangan orang-orang yang dzalim akibat lengah dan lemahnya orang-orang shaleh, padahal orang-orang shaleh-lah yang paling berhak pemimpin bumi, inilah ringkasan Khutbah Idul Adha kali ini
Oleh: Marni Mulyana, LC, MHI
NABIULLAH IBRAHIM ALAIHISSALAM dipilih Allah Swt, untuk menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim adalah pemimpin mulia yang layak dicontoh manusia. Pemimpin yang menjadi tauladan, berlaku bijak dan adil terhadap rakyat yang dipimpinnya, berbeda dengan orang dzalim. Di bawah ini teks lengkap khutbah Idul Adha 2023 M:
***
الله اكبر…..9x
الله اكبر كبيرا, والحمد لله كثيرا, وسبحان الله بكرة وأصيلا.
الحمدُ لله الذي قال فى كتابه الكريم, أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ, قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا, قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي, قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ. والصلاةُ والسلامُ على حبيبِنا وشفيعِنا سيدِنا محمد القائل : كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته, وقال : سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله: وذكرَ أوَّلَهم : إمامٌ عادلٌ. وعلى آله وأصحابه ومن تبعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين.
أما بعد: فيا عبادَ الله أوصِيكم ونفسي بتقو الله فقد فاز المتقون: ……
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah peringatan Idul Adha ini kita jadikan momentum untuk meningkatkan kwalitas ketakwaan kita kepada Allah SWT, dalam arti yang sebenar-benarnya.
Yaitu menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-laranganNya. Baik dalam keadaan susah ataupun gembira. Baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Baik dalam keadaan ramai ataupun sepi.
Sebab takwa adalah sebuah kewajiban bagi setiap umat Islam yang tidak boleh ditunda-tunda melainkan harus dilaksanakan seketika dan seterusnya selama nyawa masih dikandung badan.
Dan salah satu cara kita bertakwa adalah dengan cara bersyukur kepada Allah atas semua nikmat-nikmat-Nya. Bersyukur kita diberi umur yg panjang, diberi kesehatan, diberi kelapangan rizki, diberi taufiq dan hidayah untuk beriman dan beramal dan lain sebagainya.
Allahu Akbar …..3x Walillahi al-Hamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah jamaah shalat Idul Adha
Sungguh tidak ada yang lebih bahagia dibandingkan dengan orang yang beriman kepada Allah. Sungguh tidak ada orang yang lebih tenang dibandingkan dengan orang yang telah membersihkan hatinya dari segala sifat kotor.
Sungguh tidak ada yang lebih senang dibandingkan dengan orang yang istiqamah dalam amal kebaikan. Allah menyatakan hal ini dalam banyak firman-Nya, dan nabi Ibrahim besama Rasulullah menjadi contoh teladan yang telah menjadi bukti bagi seluruh alam.
Sungguh tidak ada kemusyrikan, kemunafikan dan kekafiran, yang mengantarkan pada kebahagiaan hakiki. Sungguh tidak ada maksiat dan pengingkaran yang akan mengantarkan pada ketenangan hidup.
Sungguh tidak ada kejahatan dan perbuatan menyakiti orang lain yang mengantarkan pada hidup senang dan tenang. Allah telah menyatakan dalam banyak ayatnya, dan musuh-musuh Allah telah menjadi bukti sejarah yang tidak mungkin dipungkiri dan terlupakan.
Di manakah Fir’aun yang katanya dulu gagah perkasa, mulia dan mengaku menjadi Tuhan? Di manakah sekarang Raja Namrud yang dengan bengisnya telah membakar kekasih Allah Ibrahim As?
Di manakah sekarang Abrahah Sang Gubernur Yaman yang gagah berani mau merobohkan Ka’bah? Di manakah sekarang kaum ‘Ad yang arogan, yang menganggap dirinya paling hebat sehingga melupakan Allah?
Di manakah pula Qarun yang katanya kaya raya tapi bakhil itu? Di manakah sekarang Abu Jahal yang mata hatinya tertutup rapat oleh ambisi dan kesombongannya sehingga tidak mau mengakui kenabian ponakannya sendiri, Nabi Muhammad ﷺ. Adakah yang masih mulia? Jawabannya tidak ada.
Allahu Akbar …..3x Walillahi al-Hamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Jamaah Shalat Idul Adha
Lewat peringatan Idul Adha ini, Allah SWT pada dasarnya mengajarkan banyak hal kepada kita semua melalui teladan suci dari nabiyullah Ibrahim dan keluarganya. Sebagaimana penegasan Allah dalam firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya.”
Banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. Salah satu yang urgen untuk kita jadikan suri tauladan dalam kehidupan kita saat ini adalah aspek kepemimpinan Ibrahim.
Maka, bagi setiap kita, mengambil pelajaran dari kepemimpinan Ibrahim menjadi penting. Allah menegaskan sosok Ibrahim dan karakter dasar yang dimiliki dalam firman-Nya:
إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ,شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ ٱجْتَبَىٰهُ وَهَدَىٰهُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ. وَءَاتَيْنَٰهُ فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَإِنَّهُۥ فِى ٱلْاخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.”(An-Nahl: 120-122)
Pertama: Keteladanan Ibrahim Memimpin Keluarga
Nabi Ibrahim adalah sosok pribadi yang sukses dalam memimpin keluarganya. Sehingga keluarganya menjadi keluarga yang memiliki visi-misi yang benar dan mampu berlayar mengarungi bahtera kehidupan diatas visi-misi mulia itu.
Keluarga Ibrahim adalah keluarga muwahhid. Visi akherat, ketaatan dan keikhlasan yang dibangun Ibrahim menjadikan istrinya, Sarah, Hajar dan putra-putranya selalu tunduk dan taat dalam melaksanakan perintah Allah, walaupun perintah itu berat sekalipun.
Sikap sabar dan tawakkal yang kokoh selalu menjadi solusi instan dari semua kisah tugas berat kepada mereka. Komunikasi yang baik antar mereka juga menjadikan semua tugas berat itu dapat dilalui dengan penuh kesabaran dengan ending yang penuh kebahagiaan.
Di saat mendapatkan perintah dari Allah untuk berjalan dari Palestina menuju Makkah bersama Siti Hajar dan anaknya, mereka tunduk dan patuh. Padahal itu perjalanan yang jauh dan tidak pernah terbayang seperti apa tempat yang dituju.
Dan ternyata, tempat itu penuh gunung batu, pasir yang tandus, kering tanpa ada penghuni dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Perintah berikutnya, lebih mengagetkan lagi. Ketika sudah tiba di lembah Bakkah, datang perintah Allah kepada Ibrahim, “Tinggalkan istri dan anakmu di lembah ini wahai Ibrahim.”
Jangan tanya betapa beratnya perasaan Ibrahim saat itu, harus meninggalkan istri yang dicintainya dan anak semata wayang yang sudah puluhan tahun dirindukan kelahirannya. Jangan tanya betapa bergolaknya hati Hajar ibu muda yang baru melahirkan, ditinggal di tempat asing, hanya bersama bayi yang baru lahir. Sendiri, sepi, panas menyengat di siang hari dan dingin mencekam di malam hari, tak ada tempat berteduh dan berbaring.
Ketika Ibrahim melangkah pergi, wajar jika Hajar mengejar Ibrahim dan bertanya-tanya. “Wahai Ibrahim, apakah engkau tega meninggalkan istri dan anakmu di sini sendirian?”
Ibrahim diam dan tetap melangkah pergi tanpa menjawabnya. Berkali-kali Hajar bertanya dan Nabi Ibrahim tetap diam tidak menjawabnya.
Hingga akhirnya Hajar mengubah pertanyaannya “Wahai Ibrahim, apakah ini perintah Allah?”. Ibrahim berhenti sejenak dan menjawab, “Iya, betul”.
Hajar berhenti mengejar, tidak bertanya lagi dan berkata, “Jika ini perintah Allah, pergilah wahai Ibrahim karena pasti Allah tidak akan mensia-siakan kami di sini.”
Itulah momentum akal berhenti di hadapan perintah wahyu. Keraguan menjadi keyakinan dan kepasrahan tanpa pertanyaan. Inilah watak dari kerja iman. Keyakinan selalu melampui batas kemampuan akal. Hingga akhirnya Allah memberi solusi instan atas ketundukan, ketaatan dan kepasrahan itu dengan munculnya mata air kehidupan yang tidak pernah berhenti mengalir hingga kini yaitu air zam-zam.
Sejak itulah Makkah menjadi simbol arah kehidupan baru umat manusia karena ada Ka’bah yang menjadi pusat peribadatan dengan jutaan orang datang setiap tahunnya.
Ketika Ismai tumbuh menjadi remaja yang menggemaskan, tiba-tiba datang perintah dari Allah untuk menyembelihnya. Dengan tangannya sendiri. Jangan ditanya betapa beratnya perintah Allah ini.
Tapi, kembali tinta emas sejarah mencatat, Ibrahim dan keluarganya mampu melaksanakan perintah ini. Keteladanan dalam ketundukan, ketaatan, kesabaran dan sikap tawakkal dalam menjalani perintah Allah kembali ditunjukkan oleh Ibrahim dan keluarganya.
Bahkan Ismail kecil, dengan suara tegas dan tanpa gentar, berucap dihadapan Bapaknya;
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ, سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ
“Duhai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, engkau insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Itu semua karena suksesnya Ibrahim dalam memimpin keluarganya dan mendidik mereka dengan pendidikan tauhid.
Pertanyaannya, sebagai instropeksi bagi kita , seperti apa kita memimpin keluarga kita, membangun visi-misi kehidupan meraka? Apakah ketundukan, ketaatan, dan kesabaran dalam menjalani perintah Allah sudah seperti Ibrahim dan keluarganya? Sudahkah sepirit keluarga kita adalah “sami’na wa atha’na” aku dengar aku taat” atas semua perintah Allah? Atau masih banyak tawaran-tawaran dengan beribu alasan; mulai dari kemalasan sampai pembangkangan?
Mari kita teladani Ibrahim dalam memimpin keluarga kita masing-masing. Apapun posisi kita, apakah sebagai suami, apakah sebagai istri, apakah sebagai anak.
Karena kita adalah pemimpin dalam posisi masing-masing, bertanggung jawab pada posisi itu, dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
“Setiap kalian adalah pemimpin dan semuanya akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”.
Allahu Akbar …..3x Walillahi al-Hamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Jamaah Shalat Idul Adha
Kedua: Keteladanan Ibrahim Memimpin Umat
Allah telah memilih Nabi Ibrahim sebagai pemimpin bagi umat manusia, atas berbagai prestasinya yang gemilang dalam banyak ujian yang telah dilaluinya. Dalam hal ini Allah menyebutkan dalam Al Qur’an:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ, قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا, قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي, قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
” Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya secara sempurna. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: ” Janjiku ini tidak mencakup orang-orang yang dzalim.”(QS: Al-Baqarah: 124)
Ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim AS. cukup banyak, di antaranya; perintah untuk berdakwah memurnikan ketauhidan ummat manusia yang telah terkontaminasi oleh perbuatan syirik (menyekutukan Allah), perintah membawa istrinya ke Makkah, lalu diperintah untuk meninggalkannya, perintah menyembelih puteranya Ismail, membangun Ka’bah dan membersihkan Ka’bah dari kemusyrikan, menghadapi Raja Namrudz dan lain-lain.
Selanjutnya Allah mengangkat Ibrahim sebagai pemimpin bagi manusia. Pemimpin yang menjadi tauladan yang baik, karena berlaku bijak dan adil terhadap rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin manusia di bidang misi risalah yang diembannya dari Allah SWT, di bidang kehidupan beragama, politik, hukum, ekonomi dan lain-lain.
Pemimpin yang berjuang untuk mengangkat martabat rakyatnya agar menjadi bangsa yang punya ‘izzah, berwibawa di mata Allah dan di dalam percaturan dunia. Sebagaimana tergambar dalam doa Ibrahim kepada Allah:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu diantara mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS: Al-Baqarah: 126).
Nabi Ibrahim juga berharap agar kepemimpinannya itu kelak akan diwariskan kepada anak cucunya, tetapi Allah memberikan ketentuan bahwa Imamah atau kepemimpinan ini tidak akan diberikan-Nya kepada orang-orang yang berbuat dzalim; dzalim terhadap dirinya dengan berbuat syirik kepada Allah, atau berbuat dzalim kepada umat manusia dengan cara mengkhianati amanah yang telah dipercayakan kepadanya.
Di dalam sejarah, kita mengenal banyak nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk menjadi pemimpin manusia dari anak keturunan Nabi Ibrahim AS, dan yang terakhir adalah Nabi kita Muhammad ﷺ.
Tapi tidak jarang dari anak keturunan Ibrahim yang berlaku dzalim seperti orang-orang Yahudi dan bangsa Arab Jahiliyah yang tidak mampu mewarisi misi dakwah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS, yang akhirnya Allah menghinakan mereka.
Belajar dari kisah Ibrahim dalam memimpin umat, umat Islam harus ambil peran maju ke gelanggang untuk menjadi pemimpin-pemimpin umat, yang menghantarkan mereka kepada visi-misi hidup yang benar. Karena kalau tidak, maka orang-orang dzolim-lah yang akan mengambilnya.
Allah telah mengingatkan dalam firmanya:
فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ
“..maka Tuhan mewahyukan kepada para rasul: Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang dzalim.” (QS: Ibrahim:13).
Dan di akhirat, para pemimpin yang dzalim dan pengikutnya akan sama-sama disiksa di neraka dengan azab yang sangat pedih. Mari kita simak firman Allah berikut ini:
) 66) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ
67) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ
68) رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan (atau disate) di neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya seandainya kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul”. Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan kebenaran. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (QS: Al-Ahzab: 66-68)
Kepemimpinan di dunia ini memang terkadang jatuh ke tangan orang-orang yang dzalim akibat lengah & lemahnya orang-orang yang shaleh, padahal orang-orang shalehlah yang paling berhak menjadi pemimpin di muka bumi ini. Allah berfirman:
أَنَّ الأَرضَ يَرِثُهَا عِبَاديَ الصَّالِحُونَ
“..Sesungguhnya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh“. (Al-Ambiya’: 105)
Berbagai prilaku arogan yang dipertontonkan oleh orang-orang dzalim di dunia kini adalah akibat dari kelemahan orang-orang shaleh, praktek-praktek buruk seperti korupsi, kolusi, nepotisme dan berbagai ketidak-adilan dalam pemerintahan yang dilakukan orang-orang yang dzalim adalah akibat dari lemahnya orang-orang yang shaleh.
Karena itu orang-orang yang beriman haruslah memilih orang yang shaleh yang memiliki visi dan misi kepemimpinan sebagaimana misi kepemimpinan nabi Ibrahim, yakni misi dakwah dan reformasi di semua sektor kehidupan.
Barangsiapa yang memilih orang dzalim sebagai pemimpinnya, maka ia ikut bertanggung jawab atas semua kedzalimannya di hadapan mahkamah Allah SWT dan bertanggung jawab juga kepada rakyat.
Untuk memilih pemimpin yang shaleh, kita dapat melihat track record kepribadiannya di masa lalunya, secara vertikal ia harus baik hubungan ibadahnya kepada Allah SWT, dan secara horisontal ia selalu berbuat adil dan bijaksana serta penuh kasih sayang dan berakhlak baik kepada sesama manusia. Kondisi akhlak dan pendidikan keluarga dan anak-anaknya.
Karena atas dasar inilah Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah SWT. sebagai imam (pemimpin) bagi semua manusia. Hanya dengan kejelian dan penuh rasa tanggung jawab kita dalam memilih pemimpin yang shalih, beriman dan bertakwa serta memiliki dedikasi yang tinggi kepada Sang Khalik, di samping berakhlak mulia dan penuh kepedulian kepada sesamanya, negeri ini diharapkan dapat keluar dari krisis multidimensi, dan menjadi negeri yang penuh berkah dan maghfirah dari Allah SWT. “Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofuur”.
Allahu Akbar …..3x Walillahi al-Hamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Jamaah Shalat Idul Adha
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu’ dan tadharru’, mari kita berdo’a kepada Allah SWT semoga kita semua bisa menjadi pemimpn-pemimpin yang amanah dalam menjalani amanah hidup dan kehidupan ini sebagaimana Ibrahim, Hajar dan Ismail telah mencontohkan kepada kita. Semoga, bangsa kita dikaruniai oleh Allah pemimpin-pemimpin yang beriman, bertakwa, adil dan amanah sebagaimana dicontohkan oleh Ibrahim AS. Amin Ya Robbal ‘Alamain
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد والحمد لله رب العالمين
أللهم اغفر لنا ولوالدِينا وللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والاموات انك سميع قريب مجيب الدعوات
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين .
رَبِّ هَبْ لَنا مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةًۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ
رَبنا اجْعَلْنا مُقِيمِي الصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِنا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءنا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللهم إنا نعوذبك من إمارةِ الصبيان والسفهاء
اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُنَا
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ.
اللهم أعز الإسلام والمسلمين, وأهلك الكفرة والمبتدعة والمشركين, اللهم دمّر أعداءنا أعداءك أعداء الدين, اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل المؤمنين.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ , وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ , وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ , وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ , وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ , وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
وصلى الله على نبينا محمد, والحمد لله رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
HIDAYATULLAH