Mufti Agung Saudi Desak Jamaah Haji Menghindari Propaganda Politik

Al-Sheikh mendesak jamaah haji melakukan ritual haji dengan hati yang tulus.

Mufti Agung Arab Saudi dan Ketua Dewan Cendekiawan Senior Sheikh Abdulaziz Al-Sheikh, mendesak jamaah haji menjauh dari propaganda politik selama ziarah tahunan haji.

Menurutnya, ini adalah bagian dari menghormati kesucian Tuhan bahwa peziarah melakukan ritual ibadahnya dengan menjauh dari segala sesuatu yang mengganggu ketenangan pikiran dan kekhusyuan ibadah haji. Termasuk apakah itu perselisihan dan argumen yang mengarah pada kebencian, teriakan atau slogan politik.

“Tempat ziarah adalah tempat permohonan dan ibadah,” kata grand mufti dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Saudi Gazette, Jumat (23/6/2023).

Al-Sheikh mendesak jamaah haji melakukan ritual haji dengan hati yang tulus, mengikuti Sunnah Nabi SAW, dan memuliakan Tuhan. “Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena telah menganugerahkan kepada kami agama besar ini, agama Islam. Pada hari-hari yang diberkati ini, para peziarah berduyun-duyun ke tanah yang aman di bawah fasilitas dan layanan besar yang disediakan oleh negara yang diberkati ini, Kerajaan Arab Saudi, semoga Tuhan mengabadikan kemuliaan dan kesuksesannya,” katanya.

Mufti agung mendesak para peziarah secara ketat mematuhi tiga hal. Pertama, peziarah harus tulus dalam niat melakukan haji kepada Tuhan Yang Mahakuasa saja. Kedua, jamaah haji harus mengikuti Sunnah Nabi SAW dan ketiga peziarah harus menghormati kesucian Tuhan selama ziarah.

Al-Sheikh mencatat dalam penghormatan akan kesucian Tuhan, jamaah haji harus menjauh dari dosa dan perbuatan buruk. “Ini adalah salah satu pemuliaan kesucian Tuhan bahwa peziarah bekerja sama dengan otoritas terkait dalam menegakkan semua peraturan dan rencana yang diberlakukan hanya untuk memfasilitasi gerakan peziarah dan kedamaian dan kenyamanan mereka. Menghormati kesucian juga termasuk keinginan jamaah haji untuk menjaga perasaan mereka tetap bersih,” katanya.

IHRAM

Haji Furoda Juga Butuh Kesabaran

Haji furoda adalah haji yang visanya diperoleh dari undangan pemerintah Arab Saudi secara langsung. Sehingga kuota yang diberikan adalah di luar kuota haji reguler pemerintah Arab Saudi untuk pemerintah Indonesia. Ketika seseorang mendapatkan kesempatan menjalankan haji dengan jalur furoda, itu adalah sebuah kebaikan yang wajib disyukuri. Hal ini karena seorang muslim bisa mempersingkat masa penantian panggilan ibadah haji.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kesabaran itu ada tiga macam:

Pertama: Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah ‘Azza Wajalla.

Kedua: Sabar dalam menahan diri untuk tidak berbuat maksiat.

Ketiga: Sabar menerima ketetapan Allah ‘Azza Wajalla.

Maka, seorang muslim yang menjalankan ibadah haji furoda maupun haji reguler memerlukan kesabaran yang tidak sedikit. Baik ketika penantian maupun saat pelaksanaan ibadah haji nantinya. Allah ‘Azza Wajalla berfirman menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang mau bersabar,

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ اِلَّا بِاللّٰهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُوْنَ

Bersabarlah (Nabi Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan (pertolongan) Allah. Janganlah bersedih terhadap (kekufuran) mereka. Dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.” (QS. An-Nahl: 127)

Begitu pun firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

Akan tetapi, sungguh siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.” (QS. Asy-Syura: 43)

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu mengatakan,

الصبر كنز من كنوز الخير لا يعطيه الله إلا لعبد كريم عنده

Kesabaran adalah kunci semua kebaikan yang tidak Allah berikan, kecuali kepada hamba-Nya yang mulia di sisi-Nya.” (Ash-Shabru Wal Tsawab ‘Alaih karya Ibnu Abid Dunya, hal. 27)

Tuntutan bersabar ketika seorang menjalankan ibadah haji karena beberapa alasan. Yakni, ia harus bersabar dalam menjalankan manasik haji mengingat fasilitas yang didapatkan haji furoda tidak akan jauh berbeda dengan jemaah haji lain. Namun, ia harus bersabar dalam menjalankannya. Karena di sanalah ia akan petik pahala begitu besar. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama ketika merespon pertanyaan ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang amalan jihad yang utama, beliau shallallahu ‘alaihi wasallama menjawab,

لَا، لَكِنَّ أفْضَلَ الجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Bukan, justru amalan jihad yang utama adalah haji mabrur.” (HR. Bukhari no. 1520)

Jawaban beliau ditujukan untuk mengajarkan kepada ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha dan kaum muslimah bahwa jihad yang paling utama bagi mereka adalah berhaji. Meskipun demikian, kita bisa mengambil pelajaran bahwa ibadah haji memerlukan jihad (perjuangan). Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu menjelaskan,

فالنساء جهادهن هو الحج أما الرجال فالجهاد في سبيل الله أفضل من الحج إلا الفريضة فإنها أفضل من الجهاد في سبيل الله لأن الفريضة ركن من أركان الإسلام

Bagi wanita, jihad yang lebih utama bagi mereka adalah haji. Sementara bagi laki-laki, jihad fii sabilillah lebih utama dibandingkan haji, kecuali haji yang wajib. Maka, (tetap) itu lebih utama dibandingkan jihad di jalan Allah. Karena haji yang wajib merupakan salah satu rukun Islam.” (Syarh Riyadh Al-Shalihin, 5: 323)

Begitu pun seorang jemaah haji furoda dituntut untuk bersabar dalam meninggalkan kemaksiatan, sehingga ibadah hajinya menjadi ibadah haji yang mabrur. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu tentang haji mabrur, “Ibadah haji yang mabrur adalah yang terkumpul padanya beberapa kriteria: 1) Niat ikhlas mengharapkan wajah Allah dan tidak mengharapkan pujian manusia atau supaya disebut haji, 2) Sekuat tenaga dengan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama, dan 3) Diusahakan dari harta yang mubah atau tidak haram.” (Syarh Riyadh Al-Shalihin, 5: 322)

Semoga Allah Ta’ala memberikan kesempatan untuk kita berhaji bersama orang-orang tercinta dan jadikan sebagai haji yang mabrur. Amin

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/85727-haji-furoda.html

Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Saat ini, kita berada pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, hari-hari yang dicintai dan dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Tahun ini, tanggal satu Dzulhijjah jatuh pada hari rabu, 22 Juli yang lalu. Pada hari jum’at ini, berarti kita berada pada hari ketiga Dzulhijjah. Pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, kita sangat dianjurkan untuk melakukan dan memperbanyak amal-amal kebaikan. Amal-amal kebaikan yang dilakukan di dalamnya, dilipatgandakan pahalanya oleh Allah ta’ala.

Marilah kita isi hari-hari yang mulia ini dengan berbagai kebaikan dan ketaatan kepada Allah ta’ala. Di antaranya, puasa mulai hari pertama sampai hari kesembilan, terutama puasa pada hari kesembilan yang disebut dengan puasa Arafah, berbakti kepada kedua orang tua, memperbanyak silaturrahim kepada sanak saudara, ziarah kubur, bertobat dari semua dosa, lebih giat lagi menghadiri majelis-majelis ilmu, memperbanyak membaca al-Qur’an, memperbanyak zikir, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil, memperbanyak doa, memperbanyak shalat-shalat sunnah, memperbanyak sedekah dan lain sebagainya.

Turunnya Surah Al-Fajr Ayat 1-3

Begitu mulianya sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sampai-sampai Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dalam al-Qur’an dengan hari-hari itu dalam firman-Nya:

وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (3) (سورة الفجر: 1-3)

Maknanya: “Demi waktu fajar. Demi sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah. Demi hari arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) dan demi hari raya qurban” (QS al-Fajr: 1-3).

Hari Yang Dicintai Allah

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Bukhari, at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أيّامٍ الْعَمَلُ الصّالِحُ فيهَا أحَبُّ إلَى الله مِنْ هَذِهِ الأيّامِ يَعْني أيّامَ الْعَشْرِ قالُوا: يَا رَسُولَ الله وَلاَ الْجِهَادُ في سَبِيلِ الله؟ قالَ وَلاَ الْجِهَادُ في سَبِيلِ الله إلاّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ (رواه البخاري وأحمد والترمذي وأبو دود وابن ماجه

Maknanya: “Tidak ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama daripada jihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab, “Termasuk lebih utama dibandingkan jihad di jalan Allah kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan sesuatu apapun dari jiwa dan hartanya karena ia mati syahid di medan jihad” (HR al-Bukhari, Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Hari Arafah

Pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, terdapat hari yang paling utama sepanjang tahun, yaitu hari arafah atau hari kesembilan Dzulhijjah yang tahun ini jatuh pada hari kamis, 30 Juli yang akan datang. Pada hari arafah, kita lebih ditekankan lagi untuk melakukan berbagai kebaikan serta berpuasa dan memperbanyak doa pada hari itu. Ketika ditanya mengenai puasa arafah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Puasa arafah memiliki keutamaan menghapus dosa-dosa (kecil) setahun yang telah berlalu dan setahun yang akan datang”. (HR Muslim)

Terbebasnya Hamba Dari Api Neraka

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan hari arafah dalam sabdanya:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ ‏‏عَرَفَةَ (رواه مسلم

Maknanya: “Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba dari neraka sebanyak yang Ia bebaskan pada hari arafah” (HR Muslim).

Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Malik dalam al-Muwaththa’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‏ مَا رُؤِيَ الشَّيْطَانُ يَوْمًا هُوَ فِيْهِ أَصْغَرُ، وَلَا أَدْحَرُ وَلَا أَحْقَرُ، وَلَا أَغْيَظُ مِنْهُ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ (رواه الإمام مالك

Maknanya: “Tidaklah syetan terlihat lebih terhina, lebih terusir, lebih ternista dan lebih marah kecuali pada hari arafah”. (HR Imam Malik)

Hal itu dikarenakan begitu banyak rahmat Allah yang turun pada hari arafah dan begitu banyak pengampunan dosa yang Allah anugerahkan kepada para hamba-Nya pada hari itu. Hal-hal semacam ini tentu sangat dibenci oleh syetan.

Hari Mustajabnya Doa

Hari arafah juga adalah hari mustajabnya doa sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‏‏أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ ‏‏عَرَفَةَ ‏‏وَأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ ‏لَا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ (رواه الإمام مالك

Maknanya: “Doa yang paling utama adalah doa pada hari arafah dan sebaik-baik yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah kalimat tauhid, yaitu ‏لَا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ (HR Imam Malik).

Bagi yang akan berkurban, disunnahkan mulai awal Dzulhijjah sampai dengan hewan qurbannya disembelih untuk tidak memotong rambut dan kukunya sebagaimana hal itu dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Terakhir, kami sampaikan bahwa malam hari raya idul adlha juga adalah salah satu malam yang mustajab untuk memanjatkan doa kepada Allah subhanahu wa ta’ala sebagaiman hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi’i dalam Kitab al-Umm:

بَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Maknanya: “Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam jum’at, malam hari raya Idul Adlha, malam hari raya Idul Fithri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban.”

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipetik sebuah hikmah, pada sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah terdapat banyak sekali keutamaan yaitu: Pertama, diturunkannya surah al-Fajr ayat 1-3, kedua, hari yang dicintai Allah, ketiga, dibebaskannya hamba dari api neraka, keempat, hari arafah, kelima, hari mustajabnya doa. Semoga tulisan memberikan manfaat, dan menjadikan kita lebih giat beribadah pada sepuluh hari bulan dzulhijjah.

ISLAMKAFFAH

Hukum Shalat Pakai Pakaian Najis

APA hukum shalat pakai pakaian najis?

Dalam kondisi tertentu seringkali kita kesulitan untuk menemukan baju bersih untuk melaksanakan shalat. Sedang, kita tahu bahwa shalat itu berhadapan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu kita akan merasa malu jika berada dalam keadaan kotor berkomunikasi dengan-Nya.

Jika dalam kondisi tertetu, seseorang menggunakan pakaian bernajis dalam melaksanakan shalat, bagaimana? Mengingat, dirinya tidak memiliki baju lain yang bersih untuk digunakan. Dan mencari pinjaman kepada yang lain pun tidak bisa. Sedang waktu shalat sudah hampir habis.

Ketika dihadapkan pada kondisi, hanya punya pakaian yang terkena najis dan tidak memungkinkan untuk membersihkannya, sementara waktu shalat akan habis, maka dia dihadapkan pada 3 pilihan; shalat dengan pakaian najis, shalat dengan tidak menutup aurat atau menunggu sampai mendapat pakaian suci, sekalipun di luar waktu shalat.

Hukum Shalat Pakai Pakaian Najis: Perhatikan Syarat Shalat

Dan semua pilihan ini kondisinya sama, dia shalat dengan keadaan tidak memenuhi salah satu syarat shalat. Karena itu, pilihan yang diberikan adalah dengan mengambil kondisi yang paling ringan.

Dari ketiga syarat di atas, batasan waktu, suci dari najis, dan menutup aurat, dikelompokkan menjadi dua:

1. Syarat yang terkait dzat shalat, itulah batasan waktu shalat. Artinya, shalat tidak dinilai terselenggara ketika dia dilakukan di luar waktu. Tidak disebut shalat shubuh jika tidak dilakukan di waktu subuh, sebagaimana tidak disebut haji, jika dilakukan di luar bulan haji.

2. Syarat yang terkait penyempurna shalat, itulah syarat terkait pakaian dan kesucian. Artinya, shalat tetap terselenggara, sekalipun dia tidak terhitung sempurna. (Simak Bada’i as-Shana’i, 1/117)

Hukum Shalat Pakai Pakaian Najis: Beda Pendapat Ulama

Kemudian, antara najis dan menutup aurat, para ulama beda pendapat dalam menentukan.

Pertama, dia shalat dengan pakaian najis, tapi nanti mengulang jika mendapat pakaian suci Ini merupakan pendapat ulama Hambali dan Malikiyah. Sebagaimana, Ibnu Qudamah mengatakan, “Siapa yang hanya memiliki pakaian najis, maka dia boleh shalat dengan pakaian najis itu, dan dia ulang (setelah dapat yang suci), berdasarkan keterangan Imam Ahmad,” (al-Muqni’ ma’a as-Syarh, 1/316).

Kedua, dia shalat tanpa menutup aurat, sekalipun harus telanjang, dan tidak perlu diulang. Ini merupakan madzhab Imam as-Syafii dan syafiiyah. Sebagaimana, Imam as-Syafii mengatakan, “Jika pakaiannya terkena najis, sementara dia tidak memiliki air untuk membersihkannya, maka dia shalat dengan telanjang, dan tidak perlu diulang. Dia tidak boleh shalat dengan pakaian najis sama sekali,” (al-Umm, 1/57).

Ketiga, jika najisnya kurang dari ¾ pakaiannya, dia shalat dengan memakai baju najis. Dan jika melebihi ¾ dari pakaiannya maka boleh memilih antara shalat sambil telanjang atau shalat dengan pakaian najis. Dan tidak perlu mengulang shalatnya. Ini merupakan pendapat madzhab hanafi.

Hukum Shalat Pakai Pakaian Najis: Persentasi Najisnya

Al-Kasani – ulama hanafi – mengatakan, “Jika ¼ pakaian yang dia kenakan itu suci, dia tidak boleh shalat dengan telanjang. Namun wajib baginya untuk shalat dengan pakaian itu. Karena suci ¼ ke atas, sifatnya kesempurnaan.”

Lalu beliau mengatakan, “Jika pakaiannya semuanya najis atau bagian yang suci kurang dari 1/4 maka dia punya pilihan, menurut pendapat Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Dia boleh shalat dengan telanjang, boleh juga shalat dengan pakaian najis. Namun shalat dengan pakaian najis lebih afdhal. Kata Muhammad bin Hasan (murid senior Abu Hanifah). Shalat tidak sah, kecuali dengan memakai pakaian,” (Bada’i as-Shana’i, 1/117).

Hukum Shalat Pakai Pakaian Najis: Pendapat Paling Mendekati

Dan pendapat yang lebih mendekati adalah dia shalat dengan pakaian najis. Karena jika ada 2 madharat, maka dipilih madharat yang lebih sempit dampaknya.

Shalat berpakaian najis, hanya berdampak pada diri orang yang shalat. Sementara shalat dengan telanjang, berdampak pada dirinya dan orang lain yang melihat. Dan dianjurkan mengulangi sebagai bentuk kehati-hatian. Wallahu ‘alam. []

SUMBER: KONSULTASI SYARIAH

Akibat Memakan Makanan Haram

BAGI seorang Muslim, jangan sepelekan, ada akibat memakan makanan haram yang sangat mengerikan.

Apakah kita seringkali merasa bahwa doa yang kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tak kunjung dikabul? Jika ya, maka mungkin ada yang salah dalam diri Anda. Apa itu? Salah satunya terdapat dari makanan yang Anda konsumsi. Kalau makanan haram, maka akan membuat doa tertolak. Sungguh ngeri akibat makanan haram ini!

Makanan haram adalah makanan yang dilarang dikonsumsi oleh umat islam dan dapat digolongkan dalam dua golongan utama yakni karena dzatnya maupun karena suatu kondisi.

Akibat Memakan Makanan Haram: Definisi Makanan Haram

Adapun makanan haram ini disebutkan dalam firman Allah SWT ayat berikut ini

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.”

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Maidah ayat 3)

Akibat Memakan Makanan Haram: Hal Tidak Halal dan atau Diperoleh dengan Cara Haram

Makanan yang kita konsumsi, boleh jadi mengandung hal tidak halal atau diperoleh dengan cara yang haram.

Oleh sebab itu, kita harus periksa makanan yang telah kita konsumsi. Mengapa? Sebab, makanan haram akan memengaruhi doa.

Hal mengenai ini tertuang dalam hadis Rasulullah ﷺ. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul, makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’

Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu’.”

Akibat Memakan Makanan Haram: Doa Tertolak

Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim [1686]).

Oleh karena itu, apabila kita hendak mengonsumsi sesuatu makanan atau minuman hendaknya terlebih dahulu mengetahui dari mana kedua hal tersebut berasal. Jangan sampai kita memakan makanan yang haram.

Sebab dapat berpengaruh terhadap terkabulnya doa yang kita panjatkan kepada Allah. Wallahu ‘alam. []

ISLAMPOS

Masjidil Haram Bakal Padat, Jamaah Haji Diimbau Sholat Jumat di Masjid Terdekat

Pada Jumat, bus shalawat disetop pada pukul 09.00 waktu setempat.

Jamaah haji Indonesia diimbau menunaikan sholat Jumat di masjid terdekat atau di hotel yang menyelenggarakan sholat Jumat.

“Besok itu bertepatan dengan hari Jumat dan Masjidil Haram akan sangat padat. Demi menjaga keselamatan dan keamanan jamaah haji, kami mengimbau alangkah baiknya kalau jamaah manfaatkan masjid-masjid sekitar hotel atau hotel yang menyelenggarakan Jumatan,” ujar Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid, di Kantor Daerah Makkah PPIH Arab Saudi, Kamis (22/6/2023).

Menurut Subhan, pada Jumat, semua angkutan transportasi disetop pada pukul 09.00 waktu setempat. Kemudian, baru beroperasi kembali seusai sholat Jumat.

Di sisi lain, bus-bus juga sudah mulai ditarik untuk persiapan angkutan puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Dampaknya, jamaah haji akan kesulitan mendapatkan bus untuk kembali ke hotel.

“Kalau besok tetap akan Jumatan di Masjidil Haram, siap-siap pulang naik taksi,” kata Subhan.

Selanjutnya, bus-bus shalawat akan sepenuhnya berhenti beroperasi pada Sabtu (24/6/2023). Bus shalawat merupakan transportasi dari area perhotelan jamaah haji Indonesia ke Masjidil Haram dan sebaliknya. Bus shalawat baru akan kembali beroperasi seusai puncak haji, yakni mulai 14 Dzulhijjah (2 Juli 2023).

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Musthafa Jakarta KH Zulfa Mustofa mengingatkan jamaah tentang kesepakatan ulama. Menunaikan sholat, khususnya sholat berjamaah, di mana pun di Tanah Haram, ganjaran pahalanya sama dengan sholat di Masjidil Haram.

Selain itu, demi menjaga kondisi tubuh, jamaah haji sebaiknya fokus pada puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). “Dalam Islam kita harus memahami skala prioritas. Karena haji intinya Armina, maka sebaiknya terkait sholat Jumat besok, sholatlah di masjid terdekat atau di hotel yang menyediakan,” kata Kiai Zulfa.

IHRAM

Bacaan Zikir 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama RI telah menetapkan 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Selasa, 20 Juni 2023. Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal. Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam kalender Islam dan merupakan bulan yang penuh dengan keutamaan. Nah berikut ini Bacaan zikir 10 hari pertama Dzulhijjah.

Dalam hadis Riwayat yang bersumber dari Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Saw bersabada bahwa bulan Dzulhijjah termasuk bulan haram [asyhurul haram], yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Sebagaimana sabda berikut;

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ  وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى  وَشَعْبَانَ

“Artinya; Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya’ban.”

Bacaan Zikir 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Doa yang bersumber dari hadis yang termaktub dalam Shahih Muslim, dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqash, bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi dan memohon diajarkan amalan, lantas Rasulullah bersabda;

لاَ إله إلاَّ اللَّه وحدَهُ لا شرِيكَ لهُ، اللَّه أَكْبَرُ كَبِيرًا، والحمْدُ للَّهِ كَثيرًا، وسُبْحانَ اللَّه ربِّ العالمِينَ، وَلاَ حوْل وَلا قُوَّةَ إلاَّ باللَّهِ العَزيز الحكيمِ، قَالَ: فَهؤلاء لِرَبِّي، فَما لِي؟ قَالَ: قُل: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وارْحمني، واهْدِني، وارْزُقْني

Lā ilāha illallahu wahdahu lā syariika lahu, Allahu akbaru kabīran, walhamdulillahi katsīran, wasubhanallahu Rabbil ‘ālamiin. Walā haula walā quwwata illā billahil ‘azīzil hakīm.  Qāla; Fahaulāi li Rabbī; Qāla; qul; allahumma ‘igfirlī warhamnī wahdinī warzuqnī

Artinya: Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya, Allah Maha Besar dengan sebenar-benarnya, dan segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah Rabb semesta alam, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku petunjuk dan berilah aku rizki.

Demikian penjelasan terkait bacaan zikir 10 Hari pertama Dzulhijjah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Niat Puasa 9 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah serta Keutamaannya

Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke dua belas dalam kalender Hijriah dan masuk dalam salah satu bulan suci yang dimuliakan. Adapun keutamaan bulan Dzulhijjah yaitu banyaknya peristiwa besar dalam Islam yang terjadi di bulan ini.

Bulan Dzulhijjah sama istimewanya seperti bulan Ramadan, karena selama bulan Dzulhijjah umat muslim tidak dianjurkan untuk berperang kecuali jika umat Islam sedang membela diri. Selain itu umat muslim diberikan banyak peluang oleh Allah SWT untuk memperbanyak amalan-amalan shalih dengan tujuan dan niat hanya mengharapkan keberkahan dari-Nya.

Dari Abu Bakar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah,” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089).

Tentu saja keistimewaan lainnya dari Bulan Dzulhijjah karena di bulan ini terdapat perayaan besar haji dan Idul Adha yang notabene merupakan hari besar bagi umat muslim. Di hari besar ini sudah semestinya dirayakan dengan ibadah-ibadah sunnah untuk mengejar keutamaannya. Bahkan puncak dari ibadah haji ini juga dilakukan berbarengan dengan rangkaian Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada bulan Dzulhijjah.

Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang afdhal terlebih pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Dalam hadist Abdullah bin Qurath ra, Rasulullah SAW bersabda: “Hari yang paling afdhal atau utama (dalam setahun) adalah hari raya qurban (10 Dzuulhijjah).” (HR. Ibnu Hibban)

Dalam 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah, disarankan untuk berpuasa selama 9 hari lamanya. Bahkan keistimewaannya berpuasa dan menjalankan ibadah lain di bulan Dzulhijjah adalah lebih baik daripada jihad.

Adapun niat Puasa Sunnah Dzulhijjah ini dilaksanakan pada malam hari, yakni sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar.

Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah

Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.”

Niat pada pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah)

Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.”

Niat puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah)

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’âlâ.”

ISLAMKAFFAH

Keutamaan Puasa Dzulhijjah

Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam kalender Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat Muslim di seluruh dunia. Bulan ini memiliki beberapa keutamaan, salah satunya adalah keutamaan puasa. Nah berikut keutamaan puasa Dzulhijjah;

Nah berikut ini beberapa keutamaan puasa Dzulhijjah. Pertama, membangun ketakwaan. Puasa Dzulhijjah merupakan kesempatan bagi umat Muslim untuk memperkuat ketakwaan mereka. Ketakwaan adalah salah satu tujuan utama puasa dalam Islam, di mana seseorang meningkatkan kesadaran dan ketaatan kepada Allah SWT.

Dengan menjalankan puasa Dzulhijjah, umat Muslim dapat meningkatkan kesadaran spiritual mereka, mengendalikan nafsu, dan menguatkan hubungan mereka dengan Allah.

Kedua, menghapus dosa-dosa. Puasa Dzulhijjah memiliki keutamaan khusus dalam menghapus dosa-dosa. Setiap amal kebaikan yang dilakukan selama bulan ini akan mendatangkan pahala yang besar, dan dosa-dosa akan diampuni oleh Allah SWT.

Ini merupakan kesempatan yang berharga bagi setiap Muslim untuk membersihkan diri dari dosa-dosa masa lalu dan memulai lembaran baru dengan hati yang suci.

  صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ

Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR Muslim).

Ketiga, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu keutamaan besar dari puasa Dzulhijjah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan berpuasa dan melakukan amal kebaikan, umat Muslim menunjukkan keseriusan dan keinginan mereka untuk mendapatkan ridha Allah.

Puasa Dzulhijjah juga merupakan bentuk pengabdian dan pengorbanan kepada-Nya, karena umat Muslim rela menahan lapar dan haus demi mencapai tujuan ibadah yang lebih tinggi.

  مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Trmidzi).

Keempat, kesempatan untuk berintrospeksi dan meningkatkan diri. Puasa Dzulhijjah memberikan kesempatan yang baik bagi setiap Muslim untuk berintrospeksi dan memperbaiki diri.

Dalam kesibukan dan rutinitas sehari-hari, seringkali sulit untuk meluangkan waktu untuk merenungkan diri dan memperbaiki kekurangan-kekurangan kita. Puasa Dzulhijjah dapat memberikan kesempatan untuk melakukan introspeksi mendalam, mengevaluasi perbuatan dan sikap kita, serta berusaha memperbaikinya.

Kelima,  puasa Dzulhijjah memiliki berbagai keutamaan bagi umat Muslim. Melalui puasa ini, umat Muslim dapat mendapatkan pahala besar, membersihkan dosa-dosa, memperkuat ketakwaan, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan kesempatan untuk memperbaiki diri.

Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan bulan Dzulhijjah dengan baik dan bersemangat untuk menjalankan puasa Dzulhijjah sebagai wujud pengabdian dan kecintaan kita kepada Allah SWT. Nabi bersabda;

  مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Trmidzi).

Demikian penjelasan terkait keutamaan puasa Dzulhijjah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

5 Amalan Sunnah Bulan Dzulhijjah

Berikut ini adalah 5 amalan sunnah bulan Dzulhijjah. Bulan ini termasuk bulan yang istimewa dalam kalender Islam. Selain menjadi bulan yang penuh berkah, Dzulhijjah juga memiliki keistimewaan karena di dalamnya terdapat ibadah haji, salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Muslim yang mampu.

Lebih jauh, Dzulhijjah termasuk dalam asyhurul hurum—bulan haram—, sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi Saw bersabada;

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ  وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى  وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya’ban.” 

5 Amalan Sunnah Bulan Dzulhijjah

Namun, bagi kita yang tidak melaksanakan ibadah haji, masih banyak amalan-amalan yang dapat kita lakukan untuk memperbanyak pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di antara ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Dzulhijjah adalah sebagai berikut;

Pertama, Melakukan ibdah haji dan umrah bagi orang muslim yang mampu. Ibadah haji dan umrah ini termasuk amalan yang paling utama untuk dikerjakan di bulan Dzulhijjah bagi orang yang mampu. Rasulullah SAW bersabda;

العمرة الى العمرة كفارة لمابينهما والحج المبرور ليس له جزاء الا الجنة

 “Satu umrah ke umrah yang lain menghapuskan (dosa) yang dilakukan di antara kedua-duanya dan haji yang baik (mabrur) tiada baginya balasan melainkan surga.”

Kedua, memperbanyak berzikir kepada Allah. Lafadz zikir yang sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah kalimat tahlil, takbir dan tahmid. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Imam Thabrani, Nabi Muhammad bersabda;

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلاَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ، فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْدِ –

“Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” 

Ketiga, berpuasa di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, terutama pada hari Arafah. Seluruh umat Muslim dianjurkan untuk berpuasa sejak hari pertama hingga hari ke sembilan bulan Dzulhijjah.

Jika tidak bisa berpuasa sejak hari pertama Dzulhijjah, maka sangat dianjurkan sekali untuk bepuasa pada tanggal delapan dan sembilan Dzulhijjah yang disebut dengan hari Tarwiyah dan hari Arafah.

Dalam hadis riwayat Imam Nasa’i, Nabi Saw. bersabda;

صوم عاشوراء يكفر السنة الماضية وصوم عرفة يكفر السنتين الماضية والمستقبلة

“Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”

Keempat, berpuasa sunnah. Meskipun puasa wajib hanya pada bulan Ramadan, berpuasa di bulan Dzulhijjah juga memiliki keutamaan. Puasa sunnah pada hari-hari tertentu di bulan Dzulhijjah seperti tanggal 9 dan 10 (hari Arafah dan Hari Raya Idul Adha) sangat dianjurkan. Puasa tersebut dapat memberikan pahala yang besar serta membersihkan diri dari dosa-dosa.

  مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Trmidzi).

Kelima, menunaikan kurban. Salah satu amalan penting di bulan Dzulhijjah adalah menunaikan ibadah kurban. Meskipun kurban hukumnya sunnah dalam mazhab Syafi’i, namun seyogianya bagi yang mampu melaksanakan kurban. Menunaikan qurban adalah bentuk pengabdian dan pengorbanan kita kepada Allah SWT serta mendekatkan diri kepada-Nya.

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.

Demikian penjelasan terkait 5 amalan sunnah bulan Dzulhijjah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH