Cerita Tere Soal Hidayah

Perjalanan menemukan hidayah cukup panjang bagi penyanyi, Tere Pardede. Tere lahir dan tumbuh dalam keluarga non-Muslim.

Hanya sebagian kecil keluarga jauhnya beragama Islam. Keluarga inti menyebut mereka sebagai saudara yang tersesat.

“Itu yang ditanamkan sejak kecil pada saya, mereka (keluarga yang beragama Islam) adalah domba tersesat,” kata dia dalam acara Hijrah Fest 2018 di Senayan JCC, Jakarta, Ahad (11/11).

Muslimah bernama bernama lengkap Theresia Ebenna Ezeria Pardede ini mulai terbuka ketika duduk di jenjang SMA. Dia tidak lagi menempuh pendidikan di sekolah homogen. “Pas SMA saya lihat manusia macem-macam. Ada pelajaran Islam, dan yang non-Muslim dipersilahkan keluar,” kata Tere.

Saat duduk di bangku kuliah, dia berada di masa kebebasan berpendapat mulai menjadi hal awam. Dia berbincang dengan nenek teman dekatnya, yang mana seorang mualaf. Pembahasan berbagai topik dilakukan mulai dari ideologi hingga agama.

Dari pembahasan itu, dia mengetahui bahwa Islam juga mengenal Isa Al-Masih. Namun, Islam menganggapnya bukan Tuhan, melainkan nabi. Kemudian, Tere mulai tertarik membaca Alquran.

Tere mengaku beruntung karena mengambil jurusan komunikasi. Salah satu mata pelajarannya, yakni ilmu cek info sebagai hoaks atau bukan. Dia mempertanyakan ihwal adanya tiga agama yang mengaku pewaris Ibrahim AS.

Menurur Tere, tidak mungkin ada tiga, pasti ada satu yang paling utama. Kemudian Tere kembali mempelajar Alkitab dan Alquran lagi. Hingga akhirnya menemukan hidayah dari Alquran.

“Saya sempat agnostik 1,5 tahun. Banyak info yang saya pertanyakan tentang ajaran agama saya sebelumnya. Tapi kalau tanya dibilang kurang beriman. Namun jelas sekali tak ada keraguan di Alquran,” tutur dia.

Menurur Tere proses mendapatkan hidayah tidaklah mudah. Sebab, Tere harus berjihad dengan diri sendiri dari keraguan menjadi tak ada keraguan sama sekali.

“Proses hanya proses kalau tak ada effort (upaya). Jangan berubah. Tetap istiqamah dengan kalimat tauhid,” kata Tere.

Langkahi Makam, Duduk, dan Bersender di Atasnya, Bolehkah?

Ziarah kubur merupakan salah satu anjuran Rasulullah SAW dalam banyak hadisnya. Di antara fungsi berziarah itu adalah mengingatkan kembali tentang kematian.

Ternyata berziarah tak sekadar berkunjung ke makam lalu tanpa disertai adab begitu saja. Ada banyak etika yang mesti dipenuhi dan dijaga selama berziarah.

Namun, belakangan publik Indonesia tengah dihebohkan dengan video viral calon wakil presiden nomor urut II Sandiaga Solahuddin Uno yang melangkahi makam KH Bisri Syansuri, pendiri Nahdlatul Ulama yang juga pendiri Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar Jombang.

Pro dan kontra pun muncul terkait aksi melangkahi kuburan tersebut. Lantas sebagaimana sebetulnya pandangan fikih Islam terkait melangkahi makam?

Jawaban atas pertanyaan itu pernah diutarakan salah seorang ulama al-Azhar, Kairo, Mesir Sayyid Sabiq Muhammad at-Tihamy, dalam kitabnya yang berjudul Fiqh as-Sunnah. 

Sayyid Sabiq menegaskan haram hukumnya duduk di atas kuburan, bersandar, dan berjalan di atasnya.

Kesimpulan ini merujuk hadis Rasulullah yang diriwayatkan dari Amar bin Hazm. Dia meriwayatkan bahwa, suatu ketika dia melihat Rasulullah SAW duduk bersimpuh di samping makam lalu Rasul bersabda,”Jangan sakiti penghuni makam ini.” Hadis ini diriwayatkan Imam Ahmad dengan sanad sahih.

Hadis lain diriwayatkan Abu Hurairah. Rasulullah bersabda,”Seseorang yang duduk di atas ember lalu bajunya terbakar dan menghabiskan kulitnya, jauh lebih baik daripada dia duduk di atas kuburan.” (HR Ahmad, Musim, Abu Dawud, an-Nasai, dan Ibn Majah).

Sayyid Sabiq menjelaskan, penegasan keharaman duduk di atas kuburan, bersandar, dan berjalan di atasnya merupakan pendapat Ibn Hazm. Ini karena disertainya ancaman dalam riwayat hadis itu. Selain Ibn Hazm, pendapat ini juga diamini sebagian generasi salaf, di antaranya Abu Hurairah.

Sementara mayoritas ulama berpendapat hukum duduk di atas kuburan, bersandar, dan berjalan di atasnya adalah makruh.

Imam an-Nawawi menukilkan pernyataan Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm.Dalam kitab itu, dijelaskan bahwa mayoritas ulama mazhab berpandangan jika duduk di atas kuburan, bersandar, dan berjalan di atasnya hukumnya makruh.

Makruh yang dimaksudkan di sini adalah makruh tanzih (makruh dengan maksud menjaga kehormatan dan adab), sebagaimana istilah yang kerap digunakan para ulama. Di antara yang berpandangan demikian antara lain an-Nakha’i, Laits, Ahmad, dan Dawud.

Sayyid Sabiq lantas menjelaskan bahwa ada Abdullah bin Umar, Abu Hanifah, dan Malik yang memperbolehkan duduk di atas makam. Di antara alasan kebolehannya itu adalah seperti disampaikan Imam Malik dalam kitabnya al-Muwattha’, yaitu barangkali sesorang yang duduk tersebut hendak menunaikan hajatnya (entah buang air kecil atau air besar).

Untuk memperkuat pendapatnyanya itu Imam Malik menyertakan sebuah hadis hadis dhaif. Namun, oleh Imam Ahmad, pendapat tersebut disanggah karena dianggap memberikan takwil yang salah.

Demikian juga pendapat yang terakhir ini dibantah Imam an-Nawawi. “Takwil ini (tentang bolehnya duduk di atas makam) adalah lemah dan batil. Oleh Ibn Hazam juga di sanggah dengan beberapa alasan.”

Sayyid Sabiq menjelaskan perbedaan ini muncul jika duduk itu dimaksudkan selain kepentingan buang hajat, jika memang duduk tersebut bertujuan untuk buang hajat, para ulama sepakat haram.

Sayyid Sabiq juga menjelaskan, para ulama sepakat boleh melangkahi makam dengan catatan darurat. Jika tidak ada alasan darurat, maka hukumnya adalah haram.

 

KHAZANAH

Zayn Malik Ungkap Dia Bukan Seorang Muslim

Penyanyi Inggris-Pakistan Zayn Malik dalam wawancara dengan British Vogue baru-baru ini mengungkapkan dia bukan lagi seorang Muslim. Sebelumnya, beredar fotonya dengan sang kekasih, Gigi Hadid, saat merayakan Idul Fitri bersama keluarga Zayn, yang disambut hangat oleh penggemar sang penyanyi.

Dalam wawancara itu, Zayn saat ditanya mengenai agama mengungkapkan pernyataan yang mengejutkan. “Jujur, saya tidak pernah bicara di depan umum tentang apa agama saya. Saya tidak mengaku sebagai seorang Muslim,” ujarnya.

Si pewawancara pun terus mengejarnya dengan pertanyaan, “Apakah sekarang kau akan menyatakan sebagai seorang Muslim?” Zayn Malik pun menjawab dengan singkat: “Tidak.”

Dikutip The News, reaksi tentang pernyataan Zayn terkait agama itu pun beragam. Sebagian penggemar sangat terkejut dan sebagian bilang mereka sudah menduga itu akan terjadi. Keterkejutan penggemar disebabkan oleh latar belakang keluarga Zayn yang merupakan keluarga Muslim, dimana ayahnya adalah pria Muslim dari Pakistan.

Bicara soal hubungannya dengan teman-teman di grup One Direction, penyanyi 25 tahun itu mengungkapkan dia tidak pernah bicara lagi dengan mereka sejak hengkang. Menurut Zayn, “hal-hal sinis” diucapkan anggota band sejak dia pergi. Zayn hengkang pada 2015, sisanya menyusul setelah setahun berlalu. Zayn baru-baru ini merilis single baru “Fingers” dan bersiap mengumumkan peluncuran album keduanya setelah Mind of Minepada 2016 silam.

Kenangan di Thaif

Kota yang terletak di dataran tinggi ini menjadi primadona masyarakat Arab. Konglomerat dan keluarga kerajaan memiliki tempat khusus di sana, berupa villa dan istana. Pendiri Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz as-Saud (1876-1953) semasa hidupnya sering menempati istana Shubra. Bahkan, dia wafat di sana.

Anak-anaknya tumbuh dewasa di sana. Salah satunya adalah Sultana bin Abdul Aziz (1928-2008). Jean Sasson dalam Princess More Tears to Cry (2014), menulis masa kecil Sultana yang bahagia tumbuh dan bermain bersama dua anak kembar: Afaf dan Abir.

Biasanya sang putri hanya bermain bersama keluarga bangsawan, tapi ketika itu dia memiliki dua teman yang biasa diajaknya berlari dan bersenang- senang mengelilingi istana megah tersebut.

Raja Faisal bin Abdul Aziz (1906-1975) memanfaatkan istana Shubra untuk dewan pertahanan dan penerbangan. Di sana Raja Faishal merencanakan dan mem-perkuat militer kerajaan bersama para pembantunya.

Di sana pula terdapat taman Raja Faishal yang hijau. Berbagai tumbuhan ada di sana memperindah suasana. Berjalan-jalan di sekitar taman terbatas itu membuat siapa pun tak menyangka bahwa sedang berada di tanah Arab yang selama ini dikenal panas dan gersang.

Bolehkah Mematikan Ponsel ketika Salat?

MEMASUKKAN tangan ke kantong saku. Lalu mematikan nada handphone saat ada panggilan atau pesan masuk, apakah termasuk gerakan yang sedikit atau banyak?

Setidaknya ada dua pertimbangan untuk menemukan jawaban:

Pertama, kita kembalikan ke urf masyarakat setempat.

Bila kita timbang dengan kacamata urf di negeri kita, perbuatan semacam itu tidak tergolong banyak gerak, atau kita katakan sedikit gerak. Maka boleh mematikan ringthone hp, meskipun dalam keadaan salat, sebagaimana dinyatakan oleh ijma ulama. Wallahualam bis showab.

Kedua, jumhur (mayoritas) ulama, menggolongkan sedikit menoleh ketika salat, termasuk gerakan yang hukumnya mubah; tidak menjadikan salat batal. (Umdah al Qori 5/308).

Mematikan ringthone hp, tanpa ada perlu menoleh, tentu lebih dibolehkan lagi. Pernyataan Jumhur ini semakin menguatkan, bahwa mematikan nada handphone ketika salat, tergolong perbuatan yang sedikit.

Di antara dalil yang menunjukkan bolehnya gerakan sedikit di dalam salat, adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Nasai dan Imam Tirmidzi, dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam shahih Tirmidzi.

Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam suatu hari pernah membukakan pintu untuk Ibunda Aisyah radhiyallahuanha, sementara beliau ketika itu sedang salat.

Kemudian sahabat Abu Qatadah radhiyallahuanhu menceritakan, suatu hari Nabi mengimami kaum muslimin, sambil menggendong Umamah putri daripada putri beliau yang bernama Zainab. Saat beliau sujud, beliau letakkan Umamah. Kemudian saat bangkit beliau ambil kembali. (HR. Bukhori dan Muslim).

Sehingga dapat disimpulkan, boleh mematikan ringthone hp meski dalam keadaan salat. Dan itu tidak menyebabkan salatnya batal.

Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah (no. 119943) diterangkan,

“Adapun bagi siapa yang lupa mematikan ringthone hp (sebelum salat), maka saat nada itu berbunyi, jangan dibiarkan. Hendaknya ia segera mematikannya meskipun ia sedang salat. Karena gerakan semacam itu, tergolong gerakan yang sedikit, tidak merusak keabsahan salat sama sekali.”

Wallahualam bis Showab. [Ustaz Ahmad Anshori]

 

 

Doa agar Terhindar dari Hilangnya Nikmat dan Bencana yang Tiba-Tiba

Ketika banyak muncul bencana tiba-tiba seperti gempa, banjir, kebakaran dan musibah lainnya hendaknya kita memperbanyak membaca doa berikut.

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ, وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ, وَفَجْأَةِ نِقْمَتِكَ, وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat-Mu, dari beralihnya keselamatan (yang merupakan anugerah)-Mu; dari datangnya siksa-Mu (bencana) secara mendadak, dan dari semua kemurkaan-Mu. (HR. Muslim)

Maksud dari kata-kata (فَجْأَةِ نِقْمَتِكَ) “siksa yang tiba-tiba” adalah bencana dan musibah yang tiba-tiba, hal ini lebih parah daripada bencana yang tidak datang tiba-tiba. Syaikh Abdul Mushin Az-Zamili menjelaskan,

ﻓﺠﺄﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﺃﻭ ﻓﺠﺎﺀﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﻣﻦ ﺑﻼﺀ ﺃﻭ ﻣﺼﻴﺒﺔ ﻳﺄﺗﻲ ﻋﻠﻰ ﻓﺠﺄﺓ ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺳﺒﻘﻪ ﺷﻲﺀ ﺑﺄﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﺠﺄﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﺧﻒ

“Siksa yang tiba-tiba yaitu berupa bencana atau musibah yang datang secara mendadak.Tentunya berbeda dengan musibah yang didahului oleh sesuatu (sebagai awalnya semisal penyakit) dan tidak mendadak, hal ini lebih ringan perkaranya.”. (Syarh Bulughul Maram)

Bencana seperti gempa, banjir dan musibah akan menghilangkan nikmat dan bisa jadi merupakan murka dari Alllah karena banyaknya kesyirikan dan maksiat. Untuk menghindari terjadi musibah dan bencana pada kita hendaknya kita benar-benar memhami bahwa sebab turunnya musibah dan bencana akibat keyirikan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Hendaknya kita melakukan muhasabah dan segera kembali kepada Allah serta menghentikan keyirikan dan kemaksiatan yang merajalela agar terhindar dari hilangnya nikmat, datangnya bencana dan terhindar dari murka Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalahdisebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syura: 30).

Bisa jadi Allah kirimkan bencana dan musibah kepada manusia agar manusia takut kepada Allah dan agar kaum muslimin kembali kepada Allah dan menghentian kesyirikan dan maksiat.

Allah berfirman,

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

“Tidaklah Kami mengirim tanda-tanda kekuasaan Kami kecuali untuk menakut-nakuti“. (Al-Isra’ : 59)

 

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa maksud menakuti-nakuti di sini adalah agar manusia takut kepada Allah. Beliau berkata,

أذن الله سبحانه لها في الأحيان بالتنفس فتحدث فيها الزلازل العظام فيحدث من ذلك لعباده الخوف والخشية والإنابة والإقلاع عن معاصيه والتضرع إليه والندم

“Terkadang Allah subhanahu mengizinkan bumi untuk bernafas maka terjadilah gempa bumi yang dahsyat, maka muncul rasa takut dan khawatir pada hati hamba-hamba Allah dan agar mau kembali kepada-Nya, meninggalkan kemaksiatan dan merendahkan diri dihadapan-Nya serta menyesal (atas dosa dan maksiat).” (Miftah Daris Sa’adah 1/229)

Demikian semoga bermanfaat

@ Yogyakarta Tercinta

Penyusun: raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/43134-doa-agar-terhindar-dari-hilangnya-nikmat-bencana-yang-tiba-tiba.html

Menyikapi Perbedaan

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt, Dzat Yang Maha Menciptakan langit dan bumi, bintang-bintang dan segala macam makhluk yang hidup di dalamnya. Tak ada yang bisa menyaingi kesempurnaan-Nya dalam menciptakan. Maha Suci Allah dari berbagai kekurangan. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal..” (QS. Al Hujurot [49] : 13)

Saudaraku, kehidupan di dunia ini terdiri dari berbagai macam perbedaan. Ada perbedaan yang sangat besar yaitu perbedaan dalam hal akidah. Ada juga perbedaan di dalam satu akidah, mungkin berbeda madzhab, berbeda organisasi, berbeda keinginan. Sungguh banyak perbedaan itu.

Yang terpenting dari perbedaan adalah bagaimana kita menyikapinya. Karena perbedaan adalah sesuatu yang niscaya terjadi dalam kehidupan kita. Tidak mungkin kita bisa sama persis, selalu saja ada perbedaan. Bahkan dua orang kakak beradik yang kembar identik sekalipun, niscaya memiliki perbedaan. Bisa berbeda sifat, berbeda suara, berbeda tinggi badan, berbeda pekerjaan berbeda takdir jodoh dan ajalnya.

Yang terpenting dari setiap perbedaan itu adalah bagaimana agar perbedaan itu bisa menjadi jalan bagi kita semakin dekat dengan Allah Swt. Perbedaan ada tiada lain adalah karena izin Allah, maka semestinya perbedaan bisa menjadi jalan kita semakin mengenal Allah dan semakin dekat dengan-Nya.

Perbedaan jika disikapi dengan baik, akan menjadi suatu kekuatan yang produktif. Manusia lahir dari perbedaan, yaitu pertemuan sperma dan sel telur. Energi listrik hadir dari sebuah batu baterai kecil, juga dari perbedaan kutub positif dan negatif yang dihubungkan. Sebuah masjid yang berdiri megah dan indah juga terdiri dari berbagai bahan yang berbeda-beda, ada semen, ada batu bata, ada beton, ada baja, ada marmer, ada pasir. Pembangunannya juga melibatkan banyak ahli yang memiliki kepakaran berbeda-beda pula. Ada yang ahli arsitektur, ada ahli interior, ahli kaligrafi, ahli ukir, dan ahli-ahli lainnya.

Kita bisa saja berselisih karena perbedaan. Kita bisa membangun benteng perbedaan setinggi mungkin sehingga tidak bisa mengenal, bertegursapa, berkehidupan sosial dengan mereka yang berbeda dengan kita. Namun, tidak demikian yang Rasulullah Saw. ajarkan. Rasulullah Saw. memimpin Madinah yang penduduknya memiliki banyak sekali perbedaan. Ada perbedaan agama, ada perbedaan suku, perbedaan kemampuan ekonomi, dan lain sebagainya. Namun, kehidupan berjalan dengan rukun karena hakikatnya Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Jikalau timbul perselisihan maka itu adalah bagian dari dinamika kehidupan yang sesungguhnya bisa diselesaikan dan bisa ditemukan jalan keluarnya. Perbedaan adalah ladang amal ibadah bagi kita. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang bisa mensikapi perbedaan dengan arif dan bijaksana, sehingga perbedaan bisa menjadi bahan untuk tafakur tentang keagungan Allah dan menjadi jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

 

 

Pesan Ulama Yaman Habib Umar untuk Indonesia

Seorang Ulama dari Yaman, Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memberikan pesan khusus untuk saudara-saudara di Indonesia untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dalam memandang sesuatu.

“Hendaknya tidak tergesa-gesa terhadap apa yang tampak dari kejadian-kejadian secara dhahir saja,” kata Habib Umar melalui keterangan pers yang diterima INILAHCOM, Minggu (11/11/2018).

Menurut dia, tujuannya agar tidak terjerumus kedalam kehancuran dan keburukan sebagaimana telah terjadi hal tersebut atas orang dan bangsa lain.

“Cukup buat kita sebagai pelajaran kejadian-kejadian dan gerakan-gerakan yang ada di masa dan zaman ini sebagaimana telah begitu nyata apa yang terjadi di negara-negara Arab,” ujarnya.

Ia mengatakan gerakan dan pemberontakan yang mengatasnamakan agama menurut pendapat kebanyakan mereka, atas nama menolong agama Allah SWT menurut pendapat sebagian besar mereka serta atas nama melawan orang-orang kafir dan para musuh Allah SWT menurut pendapat kebanyakan yang lain.

“Tetapi tidak satu pun yang berbuah dan membawa hasil. Yang terjadi hanya terealisasinya rencana-rencana yang timbul dari hawa nafsu. Pada akhirnya akan mengakibatkan kehancuran umat, rusaknya persatuan umat dan kesatuannya,” jelas dia.

Bahkan, kata Habib Umar, berakibat pada sedikit maupun banyak hancurnya tradisi-tradisi umat, menghancurkan kekuatan dan kesejahteraannya, terjadinya pertumpahan darah, rusaknya kehormatan, hilangnya harta benda.

“Dan kerusakan-kerusakan yang sangat besar sebagaimana sudah terlihat dan begitu nyata dihadapan kita. Maukah kejadian tersebut berpindah kepada kalian di negara kalian? Dan menimpa kalian hal-hal buruk yang telah terjadi negara lain?,” katanya.

Kemudian, Habib Umar mempertanyakan siapa orang yang memunculkan pemikiran-pemikiran tersebut dan dibawah perintah guru siapa. Selain itu, berdasarkan pandangan bijaksana seperti apa hal yang mengatasnamakan agama Allah SWT serupa ini.

“Dibawah perintah orang arif billah mana yang telah membangkitkan dan menyeret kalian kepada gerakan-gerakan semacam itu? Pemikiran yang telah mendorong kita pada perkara-perkara menurut sunnatullah orang yang masuk kedalam hal tersebut akan terkena bahaya, keburukan serta musibah,” tandasnya.

 

INILAH MOZAIK

Peka pada Ladang Amal

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanyalah milik Allah Swt. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan. Tiada yang patut disembah selain Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada kekasih Allah, baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, ketika kita melihat seekor kucing yang kurus, mengeong-ngeong nampak kehausan atau kelaparan, maka berikanlah sebagian kecil saja dari makanan kita, yang bisa mencukupi rasa lapar dan hausnya. Atau ketika melihat tanaman yang layu dan mengering di sebuah pot, bersegeralah ambil segayung air, lalu siramilah tanaman itu.

Demi Allah, sesungguhnya Allah melihat perbuatan kita. Kucing dan tanaman tadi adalah makhluk Allah, sama seperti kita. Dan, menyayangi, merawat, menjaga, makhluk Allah berarti mencintai Pencipta-nya. Kita berbuat baik pada kucing itu bukan karena kucing itu bagus. Kita juga berbuat baik pada tanaman itu bukan karena tanaman itu mahal. Tapi karena kita yakin bahwa semua makhluk adalah ciptaan Allah, dan kita yakin bahwa tak ada amal yang sia-sia di hadapan Allah Swt.

Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Faathir [35] : 38).

Sehelai daun yang jatuh di tengah hutan belantara yang belum pernah terinjak oleh kaki manusia, pasti Allah mengetahuinya dan ada di dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya Allah pasti melihat perbuatan kita menolong seekor kucing, menyirami tanaman yang layu dan kering, memungut secuil sampah dan menyimpannya pada tempat yang semestinya, atau sekadar mendoakan kebaikan di dalam hati untuk orang lain. Allah pasti mengetahui semua itu. Dan tidak ada yang sia-sia bagi Allah, semua pasti ada nilai dan balasannya.

Begitu banyak ladang amal yang nampak sederhana di sekitar kita. Namun, seringkali luput dari perhatian kita. Boleh jadi karena kita masih berpikir bahwa amal sholeh dan ibadah itu hanya pada sholat, pada tilawah Al Quran, pada shaum atau pada sedekah saja. Padahal masih banyak ladang amal ibadah lainnya yang jika kita ambil dan lakukan dengan ikhlas, insyaa Allah nilainya akan besar di sisi Allah Swt.

Ambillah setiap kesempatan beramal sholeh sekecil apapun. Jangan pernah merasa cukup dengan amal sholeh yang sudah kita lakukan. Sesungguhnya ladang amal sholeh tidak hadir begitu saja di dekat kita, melainkan karena atas izin Allah Swt. Maka syukurilah dengan bersegera mengambil ladang amal sholeh itu. Tepis segala bisikan syaitan yang selalu saja menyeret-nyeret hati kita kepada rasa riya, ingin dilihat orang lain. Semoga kita tergolong hamba-hamba Allah yang senantiasa peka menangkap kesempatan beramal sholeh sekecil apapun. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar |

INILAH MOZAIK

Ya Rabb, Takdirkan Kami Menjadi Dermawan

DALAM kitab Shifat al-Shafwah halaman 649 ada dua baris tulisan yang memuat kisah menarik dan menyentuh hati. Kisah ini disampaikan oleh Syekh Sirri bin Yahya berdasarkan cerita dari Malik bin Dinar yang terkenal zuhud itu.

Beliau bercerita bahwa ada seorang ibu yang anak bayinya direbut oleh binatang buas untuk disantap. Sang ibu dengan cepat bersedekah satu suapan makanan kepada seseorang. Tiba-tiba binatang buas itu melepaskan bayi itu dan membiarkannya hidup dan bebas. Ibu itu mendengar suara: “luqmah bi luqmah” (satu suapan dibalas satu suapan).

Sedekah satu suapan yang tak seberapa harganya dibalas dengan kebebasan dari satu suapan yang mematikan. Betapa apa yang kita lakukan dalam hidup ini berupa kebaikan-kebaikan diketahui olehNya dan dibalas olehNya dengan balasan yang dahsyat dan tak terduga. Masih tak yakinkah?

Mari kita buang karakter bakhil dari dalam diri kita. Bakhil itu hanya membuat kita terpuruk. Bakhil itu mengiming-imingi tumpukan kekayaan tapi faktanya justru menggerogoti kekayaan kita. Keberkahan dicabut sehingga yang muncul adalah keluhan tanpa ujung.

Ada banyak “binatang buas” yang akan memangsa kita dan milik kita. Tak inginkah kita selamat seperti selamatnya bayi si ibu di atas. Segelas air mungkin berharga murah bagi kita. Namun saat kita shadaqahkan, bisa jadi segelas air itu melancarkan mata air kehidupan kita yang telah sama mampet tak mengalir. Biarlah Allah yang membalas kebaikan kita, fokuslah terus menebar kebaikan, menjadi dermawan, manusia yang berderma bermacam bantuan kebaikan. Salam, AIM. [*]

 

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi