Apakah Haji Batal karena Melakukan Dosa Besar Setelah Pulang Haji?

Fatwa Syekh Bin Baz rahimahullah

Pertanyaan:

Salah seorang pendengar bertanya, “Saya telah menunaikan kewajiban naik haji saat usia 20 tahun, dan saya tidak menikah setelahnya. Setelah naik haji, saya melakukan kemaksiatan dan salah satunya merupakan dosa besar (seperti yang dikatakannya). Apakah hajiku batal?”

Jawab:

Haji Anda sah, alhamdulillah. Selama Anda telah menunaikannya sesuai apa yang telah disyariatkan Allah, maka haji Anda sah. Maksiat setelahnya tidaklah membatalkan haji.

Sampai-sampai jika seseorang murtad (keluar dari agama Islam). Jika dia kafir, tidaklah membatalkan haji, kecuali jika mati di atas kekafirannya. Jika seseorang murtad, lalu Allah beri hidayah dan kembali kepada Islam, maka amal salehnya yang telah lalu akan tetap (dihitung). Karena Allah menyaratkan status murtad adalah jika seseorang meninggal di atas kekafirannya,

فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ

kemudian wafat dan dia dalam keadaan kafir.” (QS. Al-Baqarah: 217)

Adapun jika Allah beri hidayah, kembali kepada Islam, amalannya akan dikembalikan (tidak terhapus).

Dengan demikian, maksiat itu lebih lagi (lebih ringan dari murtad). Maksiat tidak membatalkan haji. Seandainya Anda telah haji, puasa Ramadan, salat 5 waktu, kemudian setelah itu Anda melalukan zina, minum khamr, atau durhaka kepada kedua orang tua, atau makan harta riba, semua hal tersebut tidak membatalkan amal-amal Anda.

Maksiat terdapat dosa di dalamnya, dan Anda berdosa (ketika bermaksiat). Namun, tidak membatalkan amal yang telah Anda kerjakan. Amal Anda tetap dalam keadaannya. Namun, perbuatan dosa akan melemahkan iman Anda. Maksiat melemahkan dan menurunkan kadar iman, serta menjadi sebab kemarahan Allah. Akan tetapi, tidak menjadi sebab pembatal ketaatan yang telah dikerjakan di waktu lampau. Dan maksiat mengurangi pahala dan melemahkannya.

Kecuali bagi yang menghalalkan perbuatan maksiat. Menghalalkan zina dalam keadaan ia menyadari bahwa hal tersebut haram dan dia menghalalkan terang-terangan di tengah-tengah kaum muslimin. Atau menghalalkan minum khamr. Maka, hal ini menyebabkan seseorang murtad dari Islam. Jika wafat dalam keadaan tersebut, haji dan seluruh amal ibadahnya menjadi batal.

Sebagaimana firman Allah,

وَلَوْ اَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88)

وَمَنْ يَّكْفُرْ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهٗ ۖوَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Barangsiapa kafir setelah beriman, maka sungguh, amal mereka sia-sia, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah: 5)

Maka, orang yang murtad dari agama Islam jika wafat dalam keadaan murtad, seluruh amalnya terhapus. Di antaranya orang yang menghalalkan zina, khamr, dan durhaka pada orang tua. Dia mengatakan bahwa itu halal, padahal orang tersebut telah memahami agama (tahu hal tersebut haram, pent), paham dalil juga. Maka, orang tersebut kafir murtad dari Islam, na’udzubillah. Jika wafat dalam keadaan tersebut, semua amalnya terhapus. Kita mohon keselamatan kepada Allah.

Demikian. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik. Semoga bermanfaat.

***

Penerjemah: dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP, FIHA

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/86056-melakukan-dosa-besar-setelah-pulang-haji.html

Kenapa Harus Berdoa sebelum Jima?

HAMPIR dari seluruh aktivitas kita sehari-hari, Rasulullah ﷺ telah mengajarkan doanya. Selain untuk mendapatkan kemudahan, doa juga cara kita memohon keberkahan dari setiap kegiatan yang kita lakukan. Termasuk di dalamnya berhubungan suami istri alias jima.

Untuk meraih keberkahan dalam jima pada pasangan suami istri, di antaranya adalah dengan berdo’a ketika hendak mendatangi istri. Keampuhan do’a ini akan memberikan kebaikan pada keturunan yang dihasilkan, itu di antaranya. Juga tentunya jima yang sesuai ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam akan semakin menambah kemesraan karena keberkahan yang hadir ketika itu.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a:

(Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa), “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya,” (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).

Kapan Do’a Tersebut Dibaca?

Dikutip dari Rumaysho.com, Ash Shon’ani berkata bahwa hadits tersebut adalah dalil bahwa do’a tersebut dibaca sebelum bercumbu yaitu ketika punya keinginan. Karena dalam riwayat Bukhari lainnya disebutkan,

“Adapaun jika salah seorang dari mereka mengucapkan ketika mendatangi istrinya …” (HR. Bukhari no. 5165).

Makna kata “ketika” (حِينَ) dalam riwayat ini bermakna “berkeinginan”. (Subulus Salam, 6: 91).

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9: 228) berpendapat bahwa do’a ini dibaca sebelum jima. Begitu pula pendapat Syaikh ‘Abdul Qodir Syaibah dalam Fiqhul Islam, 7: 61-64.

Intinya, do’a ini diucapkan sebelum memulai jima dan bukan di pertengahan atau sesudahnya. Hukum membaca do’a ini adalah sunnah (mustahab) (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 190). Dan jika dilihat dari tekstual hadits di atas, do’a ini dibaca oleh suami.

Berkah dari Berdo’a sebelum Hubungan Intim

Pertama: Mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini sudah merupakan berkah tersendiri. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,

”Aku tidaklah biarkan satu pun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang,” (HR. Bukhari no. 3093 dan Muslim no. 1759).

Kedua: Setan tidak akan turut serta dalam hubungan intim tersebut karena di dalam do’a ini diawali dengan penyebutan “bismillah”. Demikian pendapat sebagian ulama. Mujahid rahimahullah berkata,
“Siapa yang berhubungan intim dengan istrinya lantas tidak mengawalinya dengan ‘bismillah’, maka setan akan menoleh pada pasangannya lalu akan turut dalam berhubungan intim dengannya” (Fathul Bari, 9: 229). Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan kala itu.

Ketiga: Kebaikan do’a ini pun akan berpengaruh pada keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim tersebut. Buktinya adalah riwayat mursal namun hasan dari ‘Abdur Razaq di mana disebutkan,
“Jika seseorang mendatangi istrinya (berhubungan intim), maka ucapkanlah ‘Ya Allah, berkahilah kami dan keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini, janganlah jadikan setan menjadi bagian pada keturunan kami’. Dari do’a ini, jika istrinya hamil, maka anak yang dilahirkan diharapkan adalah anak yang sholeh” (Fathul Bari, 9: 229).

Keempat: Keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini akan selamat dari berbagai gangguan setan. Jika dipahami dari tekstual hadits, yang dimaksud dengan anak tersebut akan selamat dari berbagai bahaya adalah umum, yaitu mencakup bahaya dunia maupun agama. Namun Al Qodhi ‘Iyadh berkata bahwa para ulama tidak memahami seperti itu. (Minhatul ‘Allam, 7: 348).

Ibnu Daqiq Al ‘Ied berkata, “Bisa dipahami dari do’a ini bahwa setan juga tidak akan membahayakan agama anak dari hasil hubungan intim tersebut. Namun bukan berarti anak tersebut ma’shum, artinya selamat dari dosa” (Fathul Bari, 9: 229).

Syaikh Ibnu Baz memahami bahwa yang dimaksud dalam hadits bahwa anak tersebut akan tetap berada di atas fithroh yaitu Islam. Setan bisa saja menggoda anak tersebut, namun segera ia akan kembali ke jalan yang lurus. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al A’rof: 201) (Lihat Minhatul ‘Allam, 7: 349).

Kelima: Keberkahan do’a ini berlaku bagi wanita yang akan hamil dengan hubungan intim tersebut atau yang tidak hamil karena lafazhnya umum. Inilah pendapat Al Qodhi ‘Iyadh (Fathul Bari, 9: 229).

Jadikanlah Kebiasaan!

Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan hafizhohullah berkata, “Hendaklah seorang muslim bersemangat mengamalkan do’a ini ketika berhubungan intim hingga menjadi kebiasaan. Hendaklah ia melakukannya dalam rangka mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan demi menghasilkan keturunan yang terjaga dan terlindungi dari gangguan setan, juga supaya mendapatkan keberkahan dari do’a ini” (Minhatul ‘Allam, 7: 348).

Ibnu Hajar berkata, “Faedah yang ditunjukkan dalam do’a ini adalah disunnahkannya membaca bismillah dan berdo’a serta merutinkannya hingga pada hal yang nikmat semacam dalam hubungan intim”. (Fathul Bari, 9: 229).

Hadits yang kita ulas kali ini menunjukkan bahwa setan akan mengganggu manusia dalam segala kondisi. Ketika tidur, ketika bangun dari tidur, setan akan terus memberikan was-was. Jika seseorang lalai dari mengingat Allah, maka setan akan mengganggu. Namun jika mengingat Allah, setan akan lari bersembunyi. Oleh karena itu, hendaklah kita membiasakan untuk terus berdzikir, membaca ta’awudz, berdo’a, supaya kita terlindungi dari gangguan setan (Nasehat Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 7: 349). []

ISLAMPOS

Cara Menghadapi Masalah Hidup yang Berat

Berikut ini cara menghadapi masalah hidup yang berat. Hakikatnya, kadar kesulitan yang menimpa setiap orang pasti setara dengan kesanggupannya. Adanya kesulitan bukan untuk menyulitkan, tetapi untuk memelihara kelestarian hidup manuisa itu sendiri. Jangan cepat-cepat berburuk sangka kepada Allah Swt. Banyak hal yang harus kita pahami dari persoalan kesulitan ini.

Memahami karakter kesulitan dalam kacamata yang benar,  akan cukup meringankan kita dalam menyikapi kesulitan itu sendiri. Kegentaran hanya akan melahirkan pribadi-pribadi lemah yang akan digilas oleh kerasnya perputaran zaman. Semua manusia yang hidup di dunia ini pasti akan menemui kesulitan dalam hidupnya. Allah Swt. berfirman:

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ  وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155).

Kita tidak perlu berangan akan dibebaskan dari kesulitan sama sekali. Sebab, kenyataannya semua orang telah memiliki jatah agenda kesulitan sendiri-sendiri. Karena kesulitan adalah sunnatullah, yaitu suatu hukum yang telah Allah tetapkan secara permanen.

Mau atau tidak mau, suka atau terpaksa, manusia pasti akan berhadapan dengan kesulitan selama masih hidup di dunia. Karena Allah Swt. telah menetapkan sebagai bagian dari liku-liku hidup manusia, dan cepat atau lambat ujian pasti akan datang.

Allah Swt tidak pernah berbuat zalim kepada hambaNya, hanya hamba sendiri yang tidak mematuhi ajaran dan petunjuk-Nya. Sehingga hamba mendapat kesulitan dalam kehidupannya. Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia dapatkan siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

Cara Menghadapi Masalah Hidup yang Berat

Tentu saja, di balik setiap kesulitan ada karunia kemudahan. Semua orang tentu ingin mengejar kemudahan. Islam mengajarkan, letak kemudahan itu di balik kesulitan. Dengan demikian, jika ingin mengejar kemudahan, kita harus berani menyongsong kesulitan. Dan, bagi mereka yang mendapatkan ujian kesulitan hidup, hendaknya menjadikan kesabaran sebagai hiasan kehidupannya.

Dengan membangun sebuah keyakinan bahwa kesulitan itu akan segera berganti kemudahan, hal itu mudah bagi Allah Swt. Maka dari itu, kita harus selalu melakukan pendekatan-pendekatan terus kepada Allah melalui ibadah mahdah dan ghairu mahdah serta memperbanyak zikir dan doa kepada-Nya.

Tak hanya itu, bagi mereka yang diberi kemudahan dan kesejahteraan hidup, hendaknya mampu menunjukkan keteladanan nyata sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat contohkan, yaitu kemauan untuk berbagi dengan sesama, dan kepedulian, tolong-menolong, serta membantu terhadap orang-orang sekitar yang berada di bawah garis kemiskinan.

Jangan dilupakan, kesadaran bahwa yang dimiliki sekarang dalam wujud kekayaan atau lainnya, sejatinya hanya titipan belaka. Itu artinya, jika Yang Maha Memiliki mengambilnya, tidak akan merasa kehilangan sedikitpun karena hanya titipan. Kapan saja Sang Pemilik berkehendak akan menarik dan mencabutnya. Dan, kesiapan dalam bentuk yang sedemikian ini agak sulit dipraktikkan oleh mereka yang merasa memiliki segalanya.

Sekali lagi, bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, dan barang siapa yang melepaskan kesulitan saudaranya yang mukmin, maka Allah Swt akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

“Barangsiapa melepaskan kesulitan orang mu’min dari kehidupannya di dunia ini, maka Allah akan melepaskan kesulitan orang tersebut pada hari kiamat.” (HR. Muslim).

Secara tidak langsung, hadits di atas telah mengingatkan bahwa begitu pentingnya berbagi kebaikan kepada sesama manusia. Karena banyak orang yang menyangka hidup sebagai orang cerdas penuh dengan kemudahan tanpa kesulitan. Padahal orang-orang cerdas juga menghadapi kesulitan kehidupannya sendiri.

Salah satu kesulitan yang dilewati oleh orang cerdas adalah kesulitan ketika berbasa basi. Ini dikarenakan orang cerdas ingin membicarakan berbagai hal besar, seperti ilmu pengetahuan, seni, dan filosofi yang jarang ditemui ketika berbasa basi.

Kebiasaan-kebiasaan ini membuat orang cerdas sering kesulitan bersosialisasi, karena hanya ingin berbicara tentang hal yang penting saja. Orang cerdas memiliki pemikiran mencari sebuah solusi, maka akan banyak proses berpikir dalam otaknya dibanding harus berbicara. Hal ini tercermin juga kebiasaan mereka yang lebih sulit berbicara.

Kenapa demikian? Karena mereka hanya ingin menyampaikan berbagai fakta yang telah didapatkan dibanding kebohongan atau perbincangan tanpa makna. Maka dari itu, perlu kita pahami bahwa hakikat kehidupan dunia hanyalah ladang akhirat untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi dan juga hanya sekedar permainan dan senda gurau (sebagaimana sudah dijelaskan dalam al-Qur’an surah Al-Hadid [57]: 20).

Maka bisa dimengerti kenapa kita sebagai muslim yang meyakini kebenaran semua informasi yang datang dari Allah Swt. harus mengisi kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam. Karena hanya orang-orang yang hidup di dunia ini di bawah tuntutan dan petunjuk agama sajalah yang akan mendapat ampunan Allah Swt. dan keridhaan-Nya di akhirat kelak. Selain itu akan mendapatkan azab yang keras dari-Nya.

Oleh karena itu, setiap mukmin diperintahkan untuk beramal dan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya semasa hidup di dunia ini. Hari demi hari yang dilalui harus semakin baik dan berguna bagi kehidupan di akhirat. 

Jika manusia hanya menyibukkan dirinya untuk kepentingan dunia semata, maka mereka benar-benar menjadi orang-orang yang rugi di hari akhirat nanti. Karena itu, dalam banyak ayat al-Qur’an, bahwa manusia diingatkan agar senantiasa mempersiapkan bekal di kehidupan dunia yang singkat ini untuk kebahagiaan hari esok.

Demikiaan penjelasan cara menghadapi masalah hidup yang berat. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Bacaan wirid Setelah Sholat yang Dianjurkan Rasulullah 

Berikut ini adalah bacaan wirid setelah sholat yang dianjurkan Rasulullah. Salah satu ciri-ciri cinta adalah banyak menyebut nama yang dicintai. Sehingga ketika kita mencintai Allah SWT, tentunya kita akan banyak menyebut nama-Nya dengan berzikir kepada-Nya.

Berdzikir kepada Allah ini bukan hanya bukti cinta kita kepada Allah, namun juga merupakan perintah dari Sang Khalik yang di antaranya termaktub di dalam QS. Al-Baqarah [2]: 152:

‌فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. 

Dari ayat tersebut jelas bahwa orang yang mengingat Allah akan diberikan ganjaran diingat kembali oleh Allah SWT. Berzikir kepada Allah ini pada dasarnya boleh dilakukan kapan saja. Namun, kondisi terdekat seorang hamba kepada Allah adalah ketika seorang hamba sedang melaksanakan shalat. 

Karena shalat adalah salah satu bentuk interaksi seorang hamba kepada Allah SWT. Oleh karena itu tidak heran jika Allah sendiri memerintahkan kepada hamba-Nya untuk berdzikir setelah melaksanakan shalat. Sebagaimana firman Allah di dalam QS. An-Nisa’ [4]:103:

فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡۚ

“….Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring”

Dzikir setelah shalat ini kemudian dikenal dengan kata “wirid”. Untuk bacaan zikir yang diucapkan setelah shalat ini, telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, sahabat dan para ulama yang memuat tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan permohonan ampun kepada Allah. 

Salah satu zikir setelah shalat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW disebutkan Imam Muslim di dalam kitab Shahih Muslim juz. 1 hal. 414, No. 591:

عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ‌إِذَا ‌انْصَرَفَ ‌مِنْ ‌صَلَاتِهِ ‌اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ: «اللهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ» قَالَ الْوَلِيدُ: فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ: ” كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ؟ قَالَ: تَقُولُ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ

“Dari Tsauban ia berkata: tiap kali Rasulullah SAW apabila beliau selesai dari shalatnya maka beliau membaca istighfar tiga kali dan membaca allahumma anta assalam wa minka assalam tabārakta dzaljalāli wa al-ikrāmi 

(ya Allah Engkau adalah keselamatan, dari-Mu lah keselamatan, Maha Suci Engkau Sang pemilik keagungan dan kemuliaan). Walid berkata: lalu aku bertanya kepada Auza’i: bagaimana istighfar itu? Lalu ia menjawab: engkau mengucapkan astaghfirullah, astaghfirullah (aku memohon ampun kepada Allah)”.

Setelah membaca zikir ini, juga disunnahkan untuk membaca tasbih, takbir, tahmid dan tahlil sebagaimana keterangan yang dirangkum di dalam Majallah al-Buhūts al-Islāmiyyah juz. 63, hal. 62:

ويستحب للمصلي أيضا بعد كل صلاة من الصلوات الخمس بعد الذكر المذكور أن يقول: ‌سبحان ‌الله ‌والحمد ‌لله والله أكبر ثلاثا وثلاثين مرة. فتلك تسع وتسعون، ويقول تمام المائة: لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير

“Dan bagi orang yang shalat setiap setelah melakukan shalat lima waktu disunnahkan juga untuk membaca subhanallah (Maha Suci Allah), walhamdulillah (segala puji bagi Allah), wallahu akbar (Allah Mahabesar) 33x. Hal itu jumlahnya 99.

Dan sebagai penyempurna menjadi 100 hendaklah membaca;

lā ilāha illā allah wahdahu lā syrīka lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syaiin qadīr

(tidak ada tuhan selain Allah yang Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah kerajaan, milik-Nya lah pujian dan Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu)”.

Dengan demikian sebagai seorang hamba hendaklah kita tidak luput dari mengingat Allah dengan berzikir kepada-Nya. Sebuah maqolah arab pun pernah mengatakan:

من ليس لهُ وردٌ فهو قردٌ

“Barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia bagaikan monyet”

Demikian bacaan wirid setelah sholat yang dianjurkan Rasulullah.  Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Fatwa Ulama: Pengaruh Ibadah Haji bagi Seorang Muslim

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Pertanyaan:

Fadhilatus syekh, apakah terdapat tanda yang mungkin tampak bagi orang yang ibadah haji dan umrahnya diterima?

Jawaban:

Terkadang terdapat tanda bagi siapa saja yang ibadah haji, puasa, sedekah, dan salatnya diterima. Yaitu, lapangnya dada, hati yang gembira, dan wajah yang bercahaya. Karena terdapat tanda yang tampak pada badan pelaku ketaatan, bahkan tampak secara lahir dan batin. Sebagian salaf menyebutkan bahwa di antara tanda diterimanya kebaikan adalah seseorang mendapatkan taufik untuk melaksanakan ketaatan setelahnya. Sesungguhnya adanya taufik dari Allah kepadanya untuk melaksanakan ketaatan berikutnya, menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menerima amal yang sebelumnya. Itu juga menunjukkan bahwa Allah memberikan nikmat untuk melakukan amal lain yang Allah ridai.

Pertanyaan:

Fadhilatus syekh, apakah pengaruh haji bagi seorang muslim?

Jawaban:

Telah sedikit kami isyaratkan sebelumnya tentang masalah ini, yaitu ketika engkau bertanya, “Apakah tanda diterimanya ibadah haji?”

Di antara dampak (pengaruh) ibadah haji adalah seseorang melihat jiwanya menjadi damai (tenteram) dan tenang, dada yang lapang, dan hati yang bercahaya. Demikian pula, terkadang di antara pengaruh ibadah haji adalah ilmu (agama) yang bermanfaat  yang dia dengarkan dari muhadarat (pengajian) dan majelis ilmu di Masjidilharam dan juga ketika berada di Mina dan Arafah.

Di antara pengaruh yang lain adalah seseorang bertambah ilmu tentang kondisi dunia Islam, yaitu ketika dia bertemu dengan seseorang yang dapat dipercaya yang menceritakan tentang kondisi negeri-negeri kaum muslimin. Demikian pula, di antara pengaruh yang lain adalah tertanamnya rasa cinta di dalam hati kaum yang mukminin. Engkau melihat seseorang ketika sedang beribadah haji. Engkau melihat bahwa dalam diri orang tersebut terdapat tanda-tanda bahwa dia di atas petunjuk dan dia adalah orang saleh, maka engkau pun mencintainya, nyaman, dan senang bersamanya.

Di antara pengaruh ibadah haji adalah bisa jadi seseorang memperoleh materi dari perdagangan dan aktivitas lainnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 28)

Allah Ta’ala juga berfirman,

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُواْ فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْ

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah: 198)

Berapa banyak orang yang mendapatkan penghasilan (uang) melalui perdagangan selama musim haji, yaitu berupa aktivitas jual beli. Ini adalah di antara berbagai manfaat yang Allah Ta’ala sebutkan.

Dan di antara pengaruh ibadah haji adalah seseorang bisa menyiapkan dirinya di atas kesabaran dan juga di atas berbagai kesulitan dan kepayahan. Terlebih lagi jika orang tersebut berhaji tanpa disertai fasilitas yang mewah. Dengan ibadah haji tersebut, dia bisa mendapatkan pengaruh yang besar. Maksudnya, mereka yang berhaji tanpa disertai fasilitas yang mewah itu akan mendapatkan kebaikan yang banyak karena menyiapkan dirinya di atas kesabaran dan kesulitan.

***

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/85914-pengaruh-ibadah-haji-bagi-seorang-muslim.html

Doa Ketika Pulang Safar, Termasuk Pulang dari Haji dan Umroh

Umat Islam dianjurkan membaca doa di setiap aktivitas.

Terdapat doa yang dapat dibaca Muslim ketika pulang dari safar. Hal ini pula yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari buku Adab-Adab Haji oleh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani dengan penerjemah Muhammad Iqbal A. Gazali.

Saat pulang dari safarnya, disunnahkan membaca yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW apabila pulang dari peperangan, haji, atau umroh membaca takbir tiga kali di dataran tinggi, kemudian membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ سَاجِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ صَدَقَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Laa ilaaha illa allahu wahdahu laa syariika lah lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syain qadiir aayibuun taaibuun ‘aabiduun saajiduun lirabbinaa haamiduun, shadaqallahu wa’dahu wanashara ‘abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah.

“Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Kami) Kembali, bertaubat, beribadah, sujud, memuji kepada Rabb kami. Allah membenarkan janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan tentara Ahzab (sekutu) sendirian-Nya.”

(HR. al-Bukhari, kitab Umrah, bab yang dibaca saat kembali dari haji no. 1797 dan Muslim dalam kitab haji, bab yang dibaca saat pulang dari haji dan yang lainnya no. 1344).

IHRAM

Hadiah Terindah Sepulang Haji dan Umroh

Seorang jamaah haji hendaknya membawa oleh-oleh untuk keluarga.

Seorang musafir hendaknya menyiapkan hadiah bagi keluarga atau pun tetangganya setelah bepergian, terlebih sepulang haji atau umroh. Sementara hadiah terindah ketika pulang dari haji dan umrah adalah air zamzam.

Dikutip dari buku Adab-Adab Haji oleh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani dengan penerjemah Muhammad Iqbal A Gazali, dianjurkan membawa hadiah karena menyenangkan hati dan menghilangkan permusuhan. Dianjurkan menerimanya dan memberi balasan atasnya. Dimakruhkan menolaknya tanpa alasan syari. Karena inilah Nabi ﷺ bersabda,

تهادوا تحابوا

“Hendaklah kamu saling memberi hadiah niscaya kamu saling mencintai” (HR Abu Ya’la dalam Musnadnya no. 6148, al-Baihaqi dalam sunan kubra 6/169 dan dalam Syu’abul Iman no 8976, al-Bukhari Adabul Mufrad no 594, al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Talkhish Khabir 3/70: Isnadnya hasan).

Hadiah adalah penyebab kecintaan di antara kaum Muslimin. Karena inilah sebagian mereka berkata: “Hadiah manusia, satu sama lain melahirkan keterkaitan di hati mereka.” Diriwayatkan bahwa salah seorang jamaah haji pulang kepada keluarganya dan tidak membawa apa-apa untuk mereka. Maka salah seorang dari mereka marah lalu membaca syair:

Jamaah haji saat ini tidak beribadah tidak membawa siwak dan tidak pula sendal darinya. Mereka datang kepada kami, maka tidak bermurah tangan dengan kayu arak. Dan tidak pula meletakkan pemberian di telapak tangan anak kami. Hadiah yang terindah adalah air zamzam karena ia penuh berkah. Nabi ﷺ bersabda tentang air zamzam,

انها مباركة انها طعام طعم

“Sesungguhnya ia penuh berkah, sesungguhnya ia adalah makanan orang yang makan dan (pengobat sakit)” (HR Muslim).

Dari Jabir radhiyallahu, ia memarfu’kannya:

ماء زمزم لما شربله

“Air zamzam untuk sesuatu yang ia niatkan” (HR Ibnu Majah).

Disebutkan bahwa, “Nabi ﷺ membawa air zamzam di bejana dan geriba (tempat air dari kulit), maka beliau ﷺ memberikan kepada yang sakit dan meminumkan mereka” (HR At Tirmidzi).

IHRAM

Waktu Shalat Sunnah Shubuh

SHALAT dalam Islam tidak hanya yang wajib saja. Ada berbagai macam jenis shalat lain yang dianjurkan. Dan shalat tersebut kita kenal sebagai shalat sunnah. Nah, salah satu shalat sunnah yang mungkin tidak asing bagi kita ialah shalat sunnah shubuh. Kapan ya waktu pelaksanaan shalat sunnah shubuh ini?

Shalat sunnah ini memiliki keutamaan besar yang lebih besar dari keutamaan dan isinya. Ada dalil yang menunjukkan keutamaan shalat sunnah sebelum shalat subuh (qobliyah) ini.

Seperti yang dijelaskan dalam hadist ‘Aisyah dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Dua raka’at fajar (salat sunah qobliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725). Jika keutamaan salat sunah fajar saja demikian adanya, bagaimana lagi dengan keutamaan salat subuh itu sendiri.

Waktu Shalat Sunnah Shubuh: Antara Terbitnya Fajar dengan Shalat Shubuh

Tips Agar Rajin Shalat 5 Waktu, Waktu Shalat Sunnah Shubuh
Foto: Unsplash

Dalam lafazh lain, ‘Aisyah berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara mengenai dua rakaat ketika telah terbit fajar subuh,

لَهُمَا أَحَبُّ إِلَىَّ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيعًا

“Dua raka’at shalat sunnah fajar lebih kucintai daripada dunia seluruhnya” (HR. Muslim no. 725).

Hadits terakhir di atas juga menunjukkan bahwa shalat sunnah fajar yang dimaksud adalah ketika telah terbit fajar subuh.

Waktu shalat sunnah shubuh ialah antara terbitnya fajar dengan shalat shubuh. Barangsiapa tidur hingga matahari terbit, ia mengerjakan shalat shubuh ketika bangun, kecuali jika matahari mulai bergeser ke tengah-tengah langit maka kewajiban shalat shubuh menjadi gugur. Mengapa?

Waktu Shalat Sunnah Shubuh: Penjelasan Rasulullah

Keutamaan Tahajjud, Shalat Malam, Tahajjud, Hukum Shalat Tarawih Sendirian, Waktu Shalat Sunnah Shubuh
Foto: Unsplash

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa belum mengerjakan dua rakaat shalat shubuh hingga matahari terbit, hendaklah ia mengerjakannya,” (Diriwayatkan al-Baihaqi dengan sanad yang baik).

Bersebab Rasulullah ﷺ dan para sahabat pernah tidur di salah satu perang dan baru bangun ketika matahari telah terbit, kemudian mereka pindah sedikit dari lokasi mereka.

Rasulullah memerintahkan Bilal mengumandangkan adzan kemudian beliau mengerjakan shalat sunnah shubuh, dan shalat shubuh. (Diriwayatkan al-Bukhari) []

ISLAMPOS

Ini Teknologi Terbaru Masjid Nabawi untuk Tambah Kenyamanan Jamaah

Masjid Nabawi terus berinovasi untuk menambah kenyamanan.

Madinah Region Development Authority (MDA) memperkenalkan perangkat pintar yang bekerja secara otomatis untuk menyambut jamaah dan peziarah. Alat ini akan menyebarkan aroma harum ke udara di trotoar dan jalur yang sering digunakan jamaah yang mengunjungi Masjid Nabawi.

Pihak MDA menyebut penyegar udara pintar tersebut juga ditempatkan di area tempat duduk dekat toko di sisi utara menuju masjid tersebut.

Dilansir di Riyadh Daily, Rabu (5/7/2023), sejumlah program telah disiapkan oleh insiatif Humanizing Cities dan proyek-proyek yang dilaksanakan oleh otoritas dalam rangka memberikan pelayanan bagi pengunjung Masjid Nabawi.

Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya otoritas untuk memperbaiki lansekap kota di sekitar area masjid, sekaligus mengubahnya menjadi  lingkungan yang menarik bagi peziarah dan pengunjung.

Dalam pelaksanaan proyek baru di area pusat, sejumlah bahan yang berkontribusi untuk mengurangi suhu tinggi telah digunakan. Otoritas juga menanam pohon di sepanjang jalan, menyiapkan bangku dan area tempat duduk, serta trotoar dan jalur pejalan kaki diaspal dengan marmer yang tidak menyerap panas.

Kendaraan umum yang tidak berkepentingan tidak diperbolehkan memasuki area pusat, untuk menjaga suhu tetap sejuk. Semua rute dan jalur antara hotel di kawasan dan halaman masjid dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi pergerakan pejalan kaki.

Pada saat yang sama, 245 payung dengan kipas angin yang dapat mendinginkan ruang terbuka tersebar di alun-alun utara, selatan, dan barat masjid. Semua upaya ini dilakukan untuk menyediakan lingkungan yang sehat dan aman bagi peziarah dan pengunjung. 

IHRAM

Penggunaan Hotel di Mahbas Jin Bakal Dievaluasi

Salah satu kesulitan jamaah haji adalah soal transportasi.

Penggunaan hotel di kawasan Mahbas Jin dinilai menyulitkan jamaah haji Indonesia. Dari evaluasi diketahui salah satu kesulitan tersebut adalah soal transportasi.

“Ini ada beberapa pemikiran, salah satunya mungkin disampaikan ada daerah-daerah tertentu seperti Mahbas Jin, itu kita kesulitan transportasi. Kita akan pertimbangkan apakah memang akan pakai lagi atau cari lokasi lain yang memungkinkan jemaah itu mendapat layanan secara maksimal,” kata Irjen Kementerian Agama Faisal Ali Hasyim terkait evaluasi pelaksanaan ibadah haji 1444 H/2023 M, Rabu (5/7/2023).

Seperti diketahui, kawasan Mahbas Jin ada 2 sektor jamaah haji Indonesia. Lokasi ini memang sangat dekat dengan Masjidil Haram. Namun demikian, kawasan ini tidak memiliki bus khusus untuk jamaah haji Indonesia.

“Di Mahbas Jin kan kita gabung dengan jalur internasional sehingga jamaah kita campur baur dengan jamaah internasional kan. Nanti kemungkinan hotel-hotel yang di Mahbas Jin walaupun ini belum keputusan ya kemungkinan akan dipertimbangkan direlokasi ke tempat lain gitu,” ucapnya.

Di sisi lain, bagi hotel yang pelayanannya baik, akan direkomendasikan kembali untuk dipakai tahun depan. “Berdasarkan pengalaman tahun ini penilaian teman-teman di lapangan kita sudah menetapkan mungkin beberapa hotel bagus, layak untuk dilanjutkan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga akan merekomendasikan kepada Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) untuk melakukan kontrak ulang.

“Kita akan rekomendasikan kepada Dirjen PHU untuk kontrak ulang lagi lah seperti itu. Ya paling tidak harganya tidak melebihi harga sekarang,” katanya.

IHRAM