Inilah 10 Poin Penting Inti Khutbah Rasulullah ﷺ di Arafah Saat Haji Wada’

1400 tahun lalu, Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ memberi khutbah wada’ saat wukuf di Arafah, isinya sangat luar biasa, sebagaian sudah ‘dipakai’ Deklarasi Universal HAM

SALAH satu prosesi ibadah haji yang utama adalah wuquf di Arafah. Wukuf menjadi inti (core) dari seluruh rangkaian pelaksanaan ibadah haji.

Pada 632 M, Rasulullah ﷺ memberikan khutbah wada’ (khutbah terakhir). Beliau memberikan pesan-pesan penting di atas gunung, di ketinggian 200 kaki (61 m), Jabal Rahmah.

Nabi Muhammad ﷺ memberikan pesan penting di atas punggung unta.  Isi khutbah Wada’ sangat penting dan memberikan pengajaran yang sangat berharga bagi umat Islam.

Khutbah tersebut menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, menjaga kebersihan hati, memperhatikan hak-hak wanita, melarang riba, melarang perpecahan dan tumpah darah dan memperhatikan hak-hak Allah SWT serta makhluk-Nya.

Khutbah tersebut juga menegaskan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Allah SWT dan tidak ada perbedaan antara Arab dan non-Arab, kecuali dalam hal ketaqwaan.

Setelah khotbah ini, Allah Ta’ala menurunkan ayat:

اليَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Tiga bulan setelah itu beliau pun wafat meninggalkan umatnya.

Inilah 10 poin penting isis khutbah Baginda Nabi Muhammad ﷺ saat khutbah wada’ di Arafah;

Pertama, pesan mengenai perlindungan hukum tentang harta dan jiwa. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa harta dan jiwa kamu tetap dilindungi, sehingga seseorang tidak dibenarkan mengganggu orang lain.

Seseorang tidak dibenarkan mengambil, merampas, atau memiliki harta orang lain. Dan untuk melindungi jiwa seseorang, Islam mensyariatkan hukuman qishash dan untuk melindungi harta, Islam menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri.

Memang bagi orang yang dangkal penghayatannya tentang maqashidut tasyri’ (tujuan Allah menetapkan syari’ah, red) sering menghujat bahwa hukuman gishash atau potong tangan terlalu sadis.

Atau yang sedang trend saat ini orang dapat saja mengatakan bahwa hukuman qishash atau potong tangan amat bertentangan dengan hak hak asasi manusia.

Dalam hal ini Allah sendiri telah menjawab dengan tegas melalui Al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 179 bahwa hukuman qishash itu untuk menjamin hak hidup manusia.

Dengan jawaban Allah yang demikian tegas, maka nada-nada sumbang yang sering dilontarkan orang tidak perlu kita perhatikan. Nada-nada sumbang seperti itu tidak lain sekadar mengungkap tabir kejahilan mereka sendiri.

Kedua, Rasulullah ﷺ mengingatkan tentang amanah. Rasulullah memesankan bahwa siapa saja vang menerima amanah harus menunaikan amanah itu sebagaimana mestinya.  

Jangan sekali-sekali berkhianat, sebab berkhianat itu merupakan ciri munafik.

Ketiga, Rasulullah ﷺ juga mengingatkan tentang riba agar tetap dihindari. Bahkan Allah sendiri telah mengingatkan hal ini melalui AI-Qur’an Surat al-Baqarah (20): 275 yang berbunyi dan Allah menghalalkan jual beli, tetapi Allah juga mengharamkan riba.

Pengharanman riba ini tidak pernah dicabut sampai saat ini dan bahkan sampai hari Kiamat. Penekanan Rasulullah agar umat Islam senantiasa menghindarkan diri dari riba, karena Rasulullah telah memperhitungkan betapa banyak umat Islam yang akan terjerumus ke dalam praktik riba di akhir zaman dengan berbagai dalih.

Keempat, Rasululah ﷺ juga mengingatkan tentang keharusan membayar dam (denda) bagi pelaku pembunuhan tanpa sengaja. Di dalam hukum jinayat Islam ditentukan bahwa pelaku pembunuhan tanpa sengaja harus membayar 100 ekor unta kepada ahli waris terbunuh.

Demikian pula bagi pelaku pembunuhan dengan sengaja vang beroleh keampunan dari ahli waris korban, ia tetap dibebani membayar l00 ekor unta.

Kelima, Rasulullah ﷺ mengingatkan tentang nasi-ah, yaitu pengunduran waktu yang mengakibatkan manusia banyak menjadi sesat. Tradisi yang berlaku sejak zaman jahiliyah mereka senantiasa menghormati bulan-bulan haji seperti; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram.

Keenam, Rasulullah ﷺ juga memesankan tentang wanita agar senantiasa dilindungi hak-haknya, jangan diperkosa hak asasinya, Rasulullah ﷺ juga mengingatkan agar wanita itu sendiri senantiasa menjaga marabat dan harga dirinya.

Dalam kaitan ini Rasulullah pernah mengingatkan bahwa wanita itu adalah tiang negara, jika kaum wanita baik maka akan baiklah masyarakat, retapi mnanakala kaum wanitanya telah rusak akan rusak pula masyarakat dan negara.

Islam selbagai agama yang membebaskan wanita dari keterbelengguan di zaman jahiliyah, tidak sekadar membebaskan tetapi sekaligus menempatkan kaum wanita pada posisi-posisi strategis sesuai dengan kodrat kewanitaannya, sampai-sampai penentuan seseorang akan ke Surga atau ke Neraka lebih banyak ditentukan oleh kaum wanita, karena Rasulullah mengatakan bahwa surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.

Pesan Rasulullah tentang masalah wanita ini paling tidak mampu menyadarkan kita saat ini untuk tidak berkepanjangan melakukan pelecehan-pelecehan kepada kaum wanita. Disamping wanita itu sendisį harus senantiasa ingat untuk tetap mampu menjaga martabat dan harkatnya dengan sungguh-sungguh.

Ketujuh, kemudian Rasulullah ﷺ juga memesankan agar umat Islam senantiasa memelihara dan bahkan meningkatkan ukhuwah Islamiyah. Janganlah ukhuwah Islamiyah menjadi rapuh dan sirna sepeninggal Rasulullah ﷺ.

Kedelapan, pada kesempatan itu Rasulullah juga memesankan agar umat Islam menyampaikan agama ini kepada mereka yang belum mengetahui. Pesan ini berarti pembebanan tugas dakwah kepada setiap individu muslim tanpa membedakan pangkat dan jabatan.

Sebagaimana diketahui bahwa tugas dakwah harus dilaksanakan “bilhikmah” sesuai dengan kondisi, situasi dan kemampuan seseorang. Dengan demikian tugas dakwah bukan menjadi beban orang perorang tetapi tugas seluruh umat Islam.

Kesembilan, Rasulullah ﷺ juga mengingatkan tentang masalah warisan yang secara global telah digariskan di dalam Al-Quran. Pesan ini juga mengandung makna agar umat Islam menguasai ilmu faraidh, karena ilmu faraidh ini termasuk salah satu ilmu yang akan mudah hilang dari penguasaan umat.

IImu faraidh termasuk ilmu sosial yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi ia senantiasa berkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Dengan demikian ia tidak akan terhindar dari pengaruh perkembangan zaman, sehingga tidaklah mengherankan manakala dalam Kompilasi Hukum Islam dikenal adanya Plaatverpooling (ahli waris pengganti) yang dalam pembicaraan faraidh selama ini tidak pernah tersentuh.

Kesepuluh, pada bagian akhir dari Khutbah Wada’ itu Rasulullah mengingatkan kaum Muslimin agar senantiasa menjadi garis nasab (keturunan) secara hukum. Untuk itu Islan menutup pintu serapat-rapatnya tentang perzinaan, sehingga ayat yang melarang perzinaan bukan sekadar melarang melakukan zina, tetapi mendekat-dekati praktik perzinaan saja pun sudah dilarang.*

>>>>> ini teks lengkap khubah wada’ Rasulullah di Padang Arafah

HIDAYATULLAH

Inilah Isi Khutbah Wada’ Nabi Muhammad ﷺ di Padang Arafah

Di Arafah Nabi ﷺ menyampaikan khutbah Wada’, menegaskan semua manusia sama di hadapan Allah SWT, dilarang membunuh dan riba juga perlindungan pada wanita, inilah isi khutbah wada’ Nabi

HARI Selasa (27/6/2023) ini, jamaah haji di Arab Saudi akan segera memasuki waktu puncak ibadah haji pada dengan melaksanakan ibadah wukuf. Waktu wukuf diperkirakan sekitar jam 12.30 siang waktu Indonesia.

Secara makna dan hakekat, wukuf artinya berhenti. Ini mengisyaratkan, segala yang semula bergerak, suatu saat akan berhenti.

Semua yang hidup akan mati. Arafah menjadi lambang Padang Mahsyar, saat manusia menghadap Allah dengan status yang sama.

Manusia diam, cemas, dan penuh harap saat menunggu keputusan Allah Swt, surga atau neraka. Arafah adalah lambang maqam ma’rifah billah. Semua perbedaan sirna.

Semua berstatus sama, sebagai hamba Allah. Wukuf juga bermakna pengenalan.

Di Arafah inilah umat Islam diminta untuk berdiam, merenung, berintrospeksi dan bertaubat kepada Allah Swt. Di Arafah, seorang Muslim diharapkan bisa lebih mengenali dirinya dan Allah Swt sebagai Tuhannya.

Wukuf mengisyaratkan pentingnya berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi, agar dapat berpikir, menimbang, dan merencanakan agenda kehidupan jangka panjang.

Menurut sejarah, di Arafah, Nabi Muhammad tinggal di sebuah tenda kecil di lembah Arnah. Pada sore hari, beliau mengendarai unta betinya menyusuri setengah bagian lembah Arafah.

Di sini, beliau menyampaikan khutbah yang dikenal dengan khutbah Haji Wada’‘. Sekarang di tempat ini berdiri sebuah masjid yang bernama Nimrah atau Namirah, yang dibangun pada pertengahan abad ke-2 H oleh penguasa Abbasiyah.

Di atas gunung, di ketinggian 200 kaki (61 m), Jabal Rahmah, Nabi Muhammad duduk di atas punggung unta. Beliau menyampaikan khutbah kepada sekumpulan orang yang jumlahnya diperkirakan mencapai 140 orang pada 632 M.

Ada banyak versi khotbah Wada’ Baginda Nabi, tetapi umumnya inti khutbah-nya sarma. Berikut adalah pesan Rasullullah dalam khotbah Wada’‘ tersebut yang penulis kutip dari Ash-Shiddiqie (2005);

"Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram atasmu seperti haramnya harimu, di bulan ini. Ketahuilah, segala sesuatu yang berasal dari ajaran jahiliah diletakkan di bawah telapak kakiku. Segala darah yang tumpah di masa jahiliah tidak dituntut bela lagi. Permulaan darah yang aku bebaskan dari darah-darah kamu ialah darah lbnu Rabiah ibn Haris. Dia bersusu dalam kalangan Bani Saad, lalu ia dibunuh oleh Khuzaimah.
Riba yang dilakukan di masa jahiliah dipandang tidak berlaku lagi. Permulaan riba yang kubebaskan ialah riba yang dibuat oleb Abbas ibn Abdul Muthalib. Ribanya semua menjadi batal.
Takutlah kepada Allah mengenai perihal wanita, karena kamu mengambilnya dengan amanah Allah dan kamu memperoleh kehalalan terhadap diri mereka dengan kalimat Allah. Hakmu terhadap diri mereka, ialah mereka tidak memberikan seseorang duduk di tempat tidurmu yang kamu tidak menyenanginya.
Jika mereka berbuat demikian, maka kamu boleh memukulnya dengan pu kulan yang tidak merusakkan (tidak sampai cedera), kamu wajib memberi rezeki dan pakaian kepada mereka dengan makruf.
Aku telah tinggalkan untukmu suatu pegangan yang kamu sekali-kai tidak akan sesat selamanya, jika kamu berpegang kepadanya, yaitu  Kitabullah. Dan apabila ditanyakan tentang diriku, maka apa yang akan aku jawab?" Para jamaah menjawab, "Kami bersaksi, bahwa engkau telah menunaikan dan telah berlaku jujur:
Kemudian Nabi mengisyaratkan dengan telunjuknya, yang diangkatnya, sambil berisyarat kepada mereka, "Wahai Tuhanku, saksikanlah. Wabai Tuhanku, saksikanlah. Wabai Tuhanku, saksikanlah." (HR. Muslim dan Jabir)

Isi khutbah Wada’‘ Nabi Muhammad ﷺ di Padang Arafah pada Haji Wada’ sangat penting dan memberikan pengajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Khutbah tersebut menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, menjaga kebersihan hati, memperhatikan hak-hak wanita, melarang riba, melarang perpecahan dan tumpah darah dan memperhatikan hak-hak Allah SWT serta makhluk-Nya.

Khutbah tersebut juga menegaskan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Allah SWT dan tidak ada perbedaan antara Arab dan non-Arab, kecuali dalam hal ketaqwaan.

Setelah khotbah ini, Allah Ta’ala menurunkan ayat:

اليَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Saat ayat ini turun, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”

Umar menjawab, “Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan.”

Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi ﷺ telah dekat. Ketika syariat telah sempurna, maka wahyu pun akan terputus.

Jika wahyu telah terputus, maka tiba saatnya Rasulullah ﷺ kembali ke haribaan Rab-Nya. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan Nabi ﷺ.*

HIDAYATULLAH

Arab Saudi Obati 500 Jamaah Haji Menderita Kelelahan Akibat Panas

Jamaah haji telah menyelesaikan ibadah di Arafah pada Selasa malam.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengonfirmasi pada Selasa (27/6/2023), jumlah jamaah yang mengalami kelelahan akibat panas mencapai 500 orang. Sebanyak 166 ribu jamaah di antaranya telah diberikan layanan kesehatan.

Juru bicara resmi kementerian Mohammed Al-Abdali, mengatakan jamaah telah menyelesaikan ibadah di Arafah pada Selasa malam dan melanjutkan untuk melakukan ritual tersisa, termasuk bermalam di Muzdalifah. Dia menyoroti keberhasilan persiapan Kementerian Kesehatan dan rencana operasinya untuk Arafah, yang merupakan puncak ibadah haji tahunan.

Ia mencontohkan, persiapan kementerian memiliki beberapa aspek, antara lain partisipasi semua sektor dengan menerjunkan sekitar 36 ribu kader, 32 ribu di antaranya dari Kementerian Kesehatan saja. Jumlah relawan yang berpartisipasi dalam memberikan layanan kesehatan melebihi 7.600 tahun ini.

Al-Abdali mengatakan Kementerian Kesehatan telah melengkapi beberapa rumah sakit lapangan di Arafah. Dia juga mengapresiasi upaya kesehatan Kementerian Pertahanan yang menghasilkan tiga rumah sakit lapangan. 

Sedangkan Kementerian Garda Nasional berfokus pada melengkapi pusat penanganan kasus kelelahan akibat panas. Dilansir dari Saudi Gazette, Rabu (28/6/2023) juru bicara Kementerian Kesehatan menunjukkan 400 jamaah dengan kondisi kesehatan yang lebih buruk diberikan dukungan untuk bergabung dengan konvoi kesehatan yang membawa mereka untuk tinggal di Arafah.

Sementara itu, Juru Bicara Keamanan Kementerian Dalam Negeri Kolonel Talal Al-Shalhoub mengumumkan bahwa tahap pertama rencana keamanan haji telah berhasil dilaksanakan setelah pengangkutan jamaah haji dari Makkah ke tempat-tempat suci selama 24 jam terakhir.

Dia mengatakan kenaikan jamaah ke Arafah dan sholat mereka di sana dilakukan dengan tenang dan damai setelah mereka menghabiskan Hari Tarwiyah di Mina.

Juru bicara menambahkan fase kedua dari rencana sedang dilaksanakan untuk mengangkut jamaah dari Arafah ke Muzdalifah untuk bermalam di sana. Setelahnya, mereka melanjutkan perjalanan mereka kembali ke Mina untuk melakukan lempar jumroh secara simbolis di Jamarat.

Kemudian, jamaah akan kembali ke Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf Al-Ifadah, mengelilingi Ka’bah. Al-Shalhoub memuji peran personel keamanan dalam melaksanakan tahap kedua dari rencana haji, yang memerlukan pengaturan lalu lintas dan pergerakan pejalan kaki antara Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Juru bicara itu meminta para peziarah untuk mematuhi peraturan selama pergerakan mereka di tempat-tempat suci.

IHRAM

Menteri Arab Saudi: 1,8 Juta Jamaah dari 150 Negara Tunaikan Ibadah Haji

Saudi mengembangkan dan memperluas layanan kartu pintar untuk jamaah.

Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq Al-Rabiah mengatakan jumlah jamaah yang datang untuk menunaikan ibadah haji tahun ini mencapai 1.845.045 orang dari lebih dari 150 negara. Hal ini disampaikan Al-Rabiah dalam konferensi pers yang digelar di Makkah, Selasa (27/6/2023).

Al-Rabiah juga mengumumkan keberhasilan rencana membantu jamaah menuju Arafah. Menurut dia, seluruh jamaah haji datang ke Arafah tepat pukul 10.00 waktu setempat karena tingkat kepatuhan dalam pergerakan jamaah mencapai 98 persen.

Dia pun menekankan persiapan awal telah dilakukan untuk haji tahun ini, melalui pembentukan pusat untuk mengelola semua tugas dan proyek yang berkoordinasi dengan semua sektor pemerintah.

“Tahun ini kita melihat rencana pengelompokan dan penaikan jamaah dilakukan dengan mudah, dan hasilnya sudah terlihat lebih awal,” ujar Al-Rabiah dikutip dari laman Saudi Gazette, Rabu (28/6/2023)

Sedangkan, terkait dengan penggunaan teknologi pintar atau smart technology, menurut Al-Rabiah, ia telah mengembangkan dan memperluas layanan kartu pintar untuk jamaah. Jamaah dapat mengakses lokasi mereka di dalam tempat suci.

“Kami juga telah bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang peta untuk memastikan bahwa lokasi kampanye tercermin dalam sistem elektronik,” ucap Al-Rabiah.

Untuk diketahui, Otoritas Umum Statistik mengumumkan jumlah jamaah haji asing yang berasal dari negara-negara Arab tahun ini berjumlah 346.214 yang mewakili 21 persen. Sementara, jamaah dari negara-negara Afrika (tidak termasuk negara-negara Arab), mencapai 221.863 (13,4 persen).

Sedangkan jumlah jamaah dari Eropa, Amerika, Australia, dan negara-negara lain yang tidak terklasifikasi mencapai 36.521 atau 2,1 persen. Di antara jamaah haji, sebanyak 1.593.271 jamaah tiba melalui bandara, dan 60.813 jamaah tiba melalui jalur darat. Sedangkan jamaah yang tiba melalui pelabuhan laut berjumlah 6.831 jamaah.

IHRAM

Khutbah Idul Adha; Mewujudkan Ketakwaan dengan Ibadah Kurban

Berikut ini adalah teks khutbah hari raya Idul Adha mewujudkan ketakwaan dengan ibadah kurban. Pada esok, 10 Dzulhijjah akan melaksanakan ibadah Hari Raya Kurban. 

Khutbah Pertama 

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Hadirin kamu muslimin yang berbahagia

Di hari raya Idul Adha ini kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang mana penamaan hari raya kurban tak bisa lepas dari kisah beliau berdua.

Nabi Ismail adalah putra tunggal Nabi Ibrahim yang telah bertahun-tahun dirindukan kehadirannya. Sebagai putra tunggal, tentu Ismail sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Dalam suasana saling kasih sayang seperti itu, turunlah perintah dari Allah kepada sang ayah, yaitu Nabi Ibrahim, untuk melakukan kurban dengan menyembelih anak kandungnya sendiri, yaitu Ismail.

Perintah Allah Swt tersebut sebagai bentuk tagihan janji atas Nabi Ibrahim yang pernah berjanji jika dikaruniai putra akan dikurbankan atas nama Allah Swt. Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaatan dan kepatuhan bersedia melaksanakan perintah itu. 

Ketika diceritakan oleh Ibrahim kepada Ismail tentang adanya perintah dari Allah untuk menyembelihnya, Nabi Ismail tidak gentar sedikit pun juga. Ia rela menerima perintah itu dan meyakinkan ayahnya bahwa ia menerima perintah itu juga dengan penuh ketaatan dan kesabaran.

Pengorbanan yang dilakukan oleh kedua hamba Allah tersebut merupakan ujian dan pengorbanan yang amat besar, yang tiada bandingan dan taranya dalam sejarah umat manusia sampai hari ini. Pengorbanan dan ujian yang beliau berdua lakukan itu kini tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa yang diabadikan sepanjang masa, yang kita namakan Idul Qurban.

Pengorbanan dan ujian seperti itu kiranya dapat kita tanamkan dalam hati sebagai pelajaran yang berharga. Sebaliknya, alangkah kecilnya ujian dan pengorbanan kita yang hanya mengorbankan sebagian dari apa yang kita miliki demi memenuhi perintah Allah dalam hari raya Kurban ini.

Jamaah Khutbah Shalat Idul Adha yang Dirahmati Allah 

Bentuk ketakwaan beliau berdua terabadikan di dalam Al-Qur’an As-Shaffat ayat 102-107.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ.

Artinya; “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Shaffat ayat 102).

فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ

Artinya; “Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). (QS. As-Shaffat ayat 103).

وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ.

Artinya; “Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!”. (QS. As-Shaffat ayat 104).

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya; “sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Shaffat ayat 105).

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ.

Artinya; “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. As-Shaffat ayat 106).

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

Artinya; “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Shaffat ayat 107).

Ayat di atas adalah kisah di mana Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mematuhi perintah Allah Swt sebagai bentuk wujud taqwa kepada-Nya.

Maka dari itu kurban yang kita keluarkan di hari yang mulia ini adalah tak ubahnya ketakwaan Nabi Ibrahim. Dan tebusan Allah Swt atas Nabi Ismail adalah sebuah bukti bahwa setiap orang yang berkurban akan mendapatkan ganjaran besar di sisi Allah Swt.

Jamaah idul adha yang dirahmati Allah,

Allahu Akbar 3X wa lillahi al-hamd.

Semoga di hari yang mulia ini kita bisa mewujudkan ketakwaan dan kurban yang telah kita keluarkan mendapat ganjaran pahala dari Allah Swt.

Khutbah Kedua

اللّٰهُ أَكْبَرُ  اللّٰهُ أَكْبَرُ  اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ  وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُولُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ 

أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللّٰهَ تَعَالَى فِي هٰذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا هٰذَا سَعَادَةً وَتَلَاحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْر.

Demikian khutbah Idul Adha; mewujudkan ketakwaan dengan ibadah kurban. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Kisah Uwais al Qarni Menggendong Ibunya Naik Haji

Berikut adalah kisah Uwais al Qarni menggendong ibunya naik haji. Ia menggendong ibunya untuk menunaikan ibadah haji dari Yaman hingga Makkah. Alkisah Uwais mendapat ujian berupa penyakit kulit yang dideritanya. Namun dengan kesulitan fisik tersebut tak menyurutkan baktinya untuk merawat ibunya yang sudah lanjut usia dan mengalami lumpuh.

Uwais selalu bisa memenuhi keinginan sang ibu, hingga suatu ketika sang ibu berkata “Wahai Uwais anakku. Mungkin aku tak akan lama lagi bisa bersamamu. Tolong usahakanlah agar aku dapat menunaikan ibadah haji,” kata ibunya. 

Setelah mendengar permintaan ibunya, Uwais terdiam sembari berpikir bagaimana cara agar bisa memenuhi keinginan ibunya. sementara untuk membeli unta sebagai kendaraan tentu tidak mungkin karena tidak ada biaya. Akhirnya ia memutuskan, kelak di musim haji ia akan membawa ibunya menunaikan ibadah haji dengan cara menggendongnya. 

Di tengah waktu menunggu musim haji Uwais membeli anak lembu yang masih kecil untuk dirawatnya.  Akhirnya Uwais membuatkan kandang untuk anak lembu tersebut di atas bukit. Setiap hari di waktu pagi hari Uwais menggendong anak lembunya itu untuk digembala di kaki bukit, hingga menjelang petang ia kembali menggendong anak lembu itu untuk dikembalikan ke kandangnya yang ada di atas bukit. Rutinitas itu ia lakukan setiap hari hingga masyarakat disana menyangka bahwa Uwais telah gila. 

Tak terasa musim haji akan segera tiba, dan anak lembu itu sudah besar, bukan untuk dijual, ternyata pekerjaan Uwais menggendong anak lembu naik dan turun bukit itu adalah untuk melatih tenaganya agar kuat menggendong ibunya untuk pergi menunaikan ibadah haji dari Yaman ke Makkah yang itu membutuhkan tenaga yang kuat karena jauhnya jarak yang akan ditempuh. 

Akhirnya Uwais pergi bersama ibunya untuk menunaikan ibadah haji, sepanjang perjalanan panas matahari dan dinginnya udara malam tak bisa dihindari oleh Uwais, namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk membahagiakan ibu yang disayanginya. Sesampainya di Makkah ia thawaf  tetap dengan menggendong ibunya, selepas tawaf ia lalu berdoa di depan kakbah agar Allah Swt mengampuni dosa dosa ibunya, 

Lalu ditanyalah Uwais bagaimana dengan dosamu? Dan Uwais menjawab “dengan dosa ibuku diampuni maka ibuku akan masuk surga maka cukuplah ridla ibuku yang membawaku ke surga,” katanya.  

Seketika itu penyakit kulit yang dideritanya sembuh, dan hanya menyisakan satu bercak putih sebagai tanda agar Umar bin Khattab bisa mengenalinya. Karena Rasulullah berpesan kepada Umar agar mencari orang shaleh yang bernama Uwais Al-Qarni yang di salah satu bagian tubuhnya ada bercak putih.

Baktinya kepada ibunya membuat Uwais memiliki derajat kemulian yang tinggi. Hal itu ditandai dari sabda Rasulullah Saw kepada sahabat bahwa jika para sahabat menjumpai Uwais agar meminta doa ampunan melalui Uwais. 

Dalam hadits riwayat Muslim, Sayidina Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in itu adalah orang yang bernama Uwais, ia memiliki orang tua, dan kepadanya terdapat kusta. Suruhlah dia untuk memohonkan ampun untuk kalian’.”

Demikian kisah Uwais al Qarni menggendong ibunya naik haji. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam.

BINCANG SYARIAH

Doa Nabi Khidir Ketika Wukuf di Arafah

Pada saat jemaah haji melaksanakan wukuf di Arafah, mereka dianjurkan bermunajat kepada Allah dengan ibadah, zikir dan doa. Terdapat banyak doa yang telah dibaca oleh Nabi Saw ketika beliau wukuf di Arafah. Para jemaah haji dianjurkan untuk berdoa sebagaimana doa Nabi Saw.

Selain itu, para jemaah haji juga dianjurkan untuk berdoa sebagaimana doa yang dipanjatkan Nabi Khidir di Arafah. Berikut doa Nabi Khidir, sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Asrarul Hajji;

يَا مَنْ لَا يُشْغِلُهُ شَأْنٌ عَنْ شَأْنٍ وَلَا سَمْعٌ عَنْ سَمْعٍ وَلَا تَشْتَبِهُ عَلَيْهِ اْلاَصْوَاتُ يَا مَنْ لاَ تَخْتَلِطُهُ اْلمَسَائِلُ وَلاَ تَخْتَلِفُ عَلَيْهِ اللُّغَّاتُ يَا مَنْ لَا يُبْرِمُهُ إِلْحَاحُ اْلمُلِحِّيْنَ وَلاَ تَضْجِرُهُ مَسْأَلَةُ السَّائِلِيْنَ أَذِقْنَا بَرْدَ عَفْوِكَ وَحَلاَوَةِ مُنَاجَاتِكَ

Ya man la yusyghiluhu sya’nun ‘an sya’nin wala sam’un ‘an sam’in wala tasytabihu ‘alaihil ashwatu ya man la takhtalithul masa-ilu wala takhtalifu ‘alaihil lughghatu ya man la yubrimuhu ilhahul mulihhin wala tadhjiruhu mas-alatus sa-ilina aziqna barda ‘afwika wa halawati munajatika.

Wahai zat yang tidak menyibukkan padaNya kesibukan atas kesibukan, juga pendengaran atas pendengaran, tidak serupa bagiNya berbagai macam suara, tidak beda bagiNya berbagai bahasa. Wahai zat yang tidak terikat oleh keluh kesahnya orang yang berkeluh kesah, dan tidak depresi oleh permintaan orang yang meminta, berilah kami rasa kesejukan ampunanMu dan manisnya bermunajat pada-Mu.

BINCANG SYARIAH

Doa di Hari Arafah Mustajab

Berikut ini doa di hari Arafah mustajab. Doa yang dibaca pada hari Arafah memiliki keutamaan khusus dan diyakini sebagai waktu yang sangat diterima oleh Allah SWT. Namun, tidak ada doa tertentu yang secara khusus dijamin akan dikabulkan ketika dibaca di Arafah.

Banyak umat Muslim yang menjalankan ibadah haji akan menghabiskan waktu di Arafah dengan berdoa, berzikir, membaca Al-Qur’an, dan beribadah kepada Allah. Mereka memohon ampunan, rahmat, dan berbagai kebutuhan mereka kepada Allah dalam doa-doa mereka.

Saat berdoa dengan hati yang penuh keikhlasan niscaya Allah mendengar dan mengabulkan doa-doanya. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala yang diucapkan oleh hamba-Nya.

Oleh karena itu, ketika berada di Arafah atau di tempat lain, jadikanlah setiap doa sebagai ungkapan hati yang tulus kepada Allah, dengan keyakinan bahwa Dia Maha Penerima doa dan Maha Mengabulkan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

Doa di Hari Arafah Mustajab

Pertama, diantara doa mustajab di hari Arafah adalah berikut;

اللَّهُمَّ انْقُلْنِي مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ إلَى عِزِّ الطَّاعَةِ وَاكْفِنِي بِحَلَالِك عَنْ حَرَامِك وَأَغْنِنِي بِفَضْلِك عَمَّنْ سِوَاكَ وَنَوِّرْ قَلْبِي وَقَبْرِي وَأَعِذْنِي مِنْ الشَّرِّ كُلِّهِ، وَاجْمَعْ لِي الْخَيْرَ إنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Allāhummanqulnī min dzullil ma‘shiyati ilā ‘izzit thā‘ah, wakfinī bi halālika ‘an harāmik, wa aghninī bi fadhlika ‘an man siwāk. Wa nawwir qalbī wa qabrī. Wa a‘idznī minas syarri kullih. Wajma‘ liyal khayr. Innī as’alukal hudā wat tuqā, wal ‘afāfa, wal ghinā.

Artinya, “Ya Allah, pindahkan aku dari rendahnya kemaksiatan ke kemuliaan taat. Cukupilah aku dengan halal-Mu dari barang haram-Mu. Genapilah diriku dengan kemurahan-Mu dari zat selain diri-Mu. Terangilah hati dan kuburku. Lindungilah aku dari segala bentuk kejahatan. Kumpulkanlah segala kebaikan pada diriku. Aku memohon kepada-Mu petunjuk, takwa, kecukupan, dan kekayaan.”

Kedua, doa yang sering dibaca oleh jamaah haji saat berada di Arafah:

“لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد، وهو على كل شيء قدير”

La ilaha illlallah wahdah ula syarikalahu, lahul hamdu wahuwa ala kulli syain qadir

“Pada hakikatnya, tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala puji. Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu.”

Ketiga, membaca doa ini;

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِي نَقُولُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُولُ ، اللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي وَإِلَيْكَ مَآبِي وَلَكَ رَبِّ تُرَاثِي ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ الْأَمْرِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَجِيءُ بِهِ الرِّيحُ “

‘Allahumma lakal hamdu kalladzi naqulu wa khairom mimma naqulu, allahumma sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati wa ilaika ma-abi wa laka rabbi turatsi, allahumma inni a’uzu bika min ‘azabil qobri wa waswasatis shodri wa syatatil amri, allahumma inni a’uzu bika min syarrima taji-u bihir rihu.

Ya Allah, bag-iMu pujian seperti yang kami ucapkan, dan lebih baik dari apa yang kami ucapkan. Ya Allah, untuk-Mu salatku, ibadah hajiku, untuk-Mu kehidupanku dan kematianku dan kepada-Mu kami akan kembali, untuk-Mu kami tunjukkan ibadahku.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka, dari hati yang ragu dan dari tercerai berainya urusan. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari yang terburuk yang didatangkan oleh angin.’”

Demikian doa di hari Arafah mustajab. Semoga bermnafaat.

BINCANG SYARIAH

Keutamaan Puasa Arafah

Berikut ini adalah keutamaan puasa Arafah. Dalam Islam, puasa Arafah adalah salah satu ibadah sunnah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum perayaan Idul Adha. Puasa ini memiliki keutamaan khusus karena dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri menyambut hari raya besar umat Islam tersebut.

Keutamaan Puasa Arafah

Pertama, menghapus dosa. Salah satu keutamaan besar dari puasa Arafah adalah dapat menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan sejak tahun sebelumnya. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa puasa Arafah mampu menghapus dosa-dosa selama setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Dengan melaksanakan puasa ini dengan niat ikhlas dan penuh harapan kepada Allah, kita dapat memperoleh ampunan-Nya. Sebagaimana dalam riwayatkan Abu Qatadah  Rasulullah bersabda:

صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية

Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas” (HR Muslim).

رَجَعْنَا مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَي اْلجِهَادِ اْلأَكْبَرِ. قَالُوا: وَمَا جِهَادُ اْلأَكْبَرِ؟ قَالَ: جِهَادُ اْلقَلْبِ أَوْ جِهَادُ النَّفْسِ.

Artinya: “Kami telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar. Mereka berkata: Apakah jihad besar itu? Nabi saw menjawab: Jihad hati atau jihad nafsu.”

Kedua, meningkatkan taqwa. Puasa Arafah juga memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk meningkatkan taqwa mereka. Puasa ini mengajarkan kita tentang pengendalian diri dan kesabaran. Dengan menahan lapar dan haus sepanjang hari, kita belajar untuk menaklukkan nafsu dan mengontrol diri. Dalam keadaan seperti itu, kita lebih cenderung menghindari perbuatan dosa dan berupaya lebih dekat dengan Allah.

Ketiga, Puasa Arafah merupakan ibadah yang dapat memperkuat ikatan spiritual dengan Allah. Dengan melakukan puasa ini, kita menunjukkan ketaatan dan rasa cinta kita kepada Allah. Hal ini menciptakan hubungan yang lebih erat dengan-Nya dan membantu kita merenungkan kebesaran-Nya.

Keempat, puasa Arafah termasuk dalam ibadah yang sangat dianjurkan, dan pahalanya juga sangat besar. Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah SAW. Bersabda;

ما من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام” -يعني عشر ذي الحجة -قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: “ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجلا خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء

Artinya, “Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadits marfu’. ‘Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzulhijjah.’ Kemudian para sahabat bertanya, ‘Bukan pula jihad, ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tanpa membawa apa-apa lagi,’” (HR Bukhari)

Kelima, doa mustajab. Selain mendapatkan pahala yang besar, puasa Arafah juga memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk berdoa kepada Allah. Pada hari Arafah, doa-doa yang dilakukan memiliki keistimewaan tersendiri. Rasulullah SAW. bersabda,

Sebagaimana sabda Rasulullah berikut;

ومن صام يوم عرفۃ اعطاه اﷲ ثوابا مثل ثواب عيسی عليه السلام

Barangsiapa yang berpuasa pada hari arafah maka Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala Nabi Isa alaihissalam.

Kesimpulan

Puasa Arafah merupakan kesempatan yang berharga bagi setiap muslim untuk mendapatkan keberkahan dan keutamaan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Dengan mengamalkan puasa ini dengan niat yang tulus, kita dapat menghapus dosa-dosa kita, meningkatkan keimanan dan taqwa, serta mendekatkan diri kepada Allah.

Manfaat yang luar biasa dari puasa Arafah ini haruslah membuat kita semakin bersemangat dan berupaya melaksanakannya setiap tahunnya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa kita. Amin.

Demikian penjelasan keutamaan puasa Arafah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

10 Alasan untuk Menjauhkan Anak Anda dari Layar HP dan TV

Saya sangat percaya pada kebijakan tanpa layar yang kuat untuk anak-anak. Tidak ada TV. Tidak ada Ponsel. Tidak ada iPad. Tidak ada laptop. Tidak ada layar apa pun, terutama sebelum usia 2 tahun.

American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar orang tua “menempatkan batasan yang wajar pada media hiburan” dan tidak mengizinkan waktu layar apa pun untuk anak di bawah 2 tahun. Namun, terlepas dari rekomendasi ini, menurut studi tahun 2010 oleh Henry J. Kaiser Family Foundation, anak-anak berusia antara usia 8 dan 18 menghabiskan sekitar 7½ jam menggunakan media hiburan per hari:

Sebuah survei nasional oleh Kaiser Family Foundation menemukan bahwa dengan teknologi yang memungkinkan akses media hampir 24 jam saat anak-anak dan remaja menjalani kehidupan sehari-hari mereka, jumlah waktu yang dihabiskan kaum muda dengan media hiburan telah meningkat secara dramatis, terutama di kalangan kaum muda minoritas.

Saat ini, anak usia 8-18 tahun mencurahkan rata-rata 7 jam 38 menit (7:38) untuk menggunakan media hiburan sepanjang hari (lebih dari 53 jam seminggu). Dan karena mereka menghabiskan begitu banyak waktu ‘multitasking media’ (menggunakan lebih dari satu media pada satu waktu), mereka benar-benar berhasil mengemas konten media senilai total 10 jam dan 45 menit (10:45) ke dalam 7 media tersebut.

Jika sudah seperti itu, bagi anak membaca menjadi hal sulit dan melelahkan jika dibandingkan dengan melihat layar. TV jauh lebih mudah. Menjadi aktif sekarang seperti pekerjaan rutin.

  1. Banyak Waktu Terbuang

Layar menghabiskan banyak waktu.

Ada begitu banyak cara yang lebih baik, lebih bermanfaat, produktif, dan bermanfaat bagi seorang anak untuk menghabiskan tahun berharga masa kanak-kanak mereka, daripada sekadar bermalas-malasan di depan layar meski hanya satu atau dua jam sehari.

Waktu mereka jauh lebih baik dihabiskan untuk menjelajah, menyatukan berbagai hal, bertualang, berbicara atau bermain dengan orang tua atau saudara kandung, membaca atau melihat gambar di buku (jika anak terlalu kecil untuk membaca) dan berada di luar ruangan.

  1. Kurang Bermain di Luar Ruangan

Layar sebagian besar menggantikan waktu yang dihabiskan di luar ruangan.

Kita perlahan-lahan, selama beberapa dekade terakhir, menjadi negara dengan orang-orang yang lebih malas dan tidak banyak bergerak. Kita menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan daripada di luar ruangan; dan dengan setiap generasi baru, kita menghabiskan lebih sedikit waktu di luar rumah daripada para pendahulu kita.

Sebelum era modern dan layar full screen yang kita temukan sekarang, orang-orang biasa menghabiskan banyak waktu di luar ruangan dan di alam, yang terbukti meningkatkan suasana hati dan kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan (tingkat Vitamin D yang lebih tinggi, tingkat yang lebih rendah dari depresi, dll).

Namun, sekarang, kita menghabiskan banyak waktu di dalam ruangan, duduk di sofa, melihat layar. Pergeseran dari luar ke dalam ruangan ini telah memengaruhi kesehatan kita bersama. Kita sekarang lebih sakit, kurang sehat, dengan sistem kekebalan yang lebih lemah dan tubuh yang lebih rentan daripada orang-orang sebelum kita. Khususnya untuk anak-anak, berada di luar sangat penting untuk perkembangan kesehatan mereka.

  1. Obesitas

Kita secara berkala disajikan berita tentang epidemi obesitas nasional, dan bahwa obesitas pada masa kanak-kanak secara khusus merupakan sesuatu yang selalu tinggi.

Tentu saja, jenis makanan yang kita makan sangat berkaitan dengan fenomena ini, tetapi begitu juga jumlah waktu yang kita habiskan untuk duduk. Semakin aktif seseorang, semakin baik. Layar memaksa kita untuk duduk dan tidak banyak bergerak, yang kemudian perlahan-lahan membentuk kebiasaan — dan preferensi untuk — duduk dalam waktu lama daripada aktif bergerak.

  1. Kecanduan

Anak-anak (dan juga orang dewasa) sebenarnya sangat bisa kecanduan perangkat elektronik, seperti iPad, smartphone, TV, dll.

Mereka menjadi tergantung pada perangkat ini dan menggunakannya sebagai bentuk hiburan eksklusif mereka. Tanpa mereka, beberapa anak mengalami kehancuran besar dan satu-satunya cara untuk menenangkan mereka dan membuat mereka tenang adalah dengan menyerahkan perangkat itu kepada mereka. Tragisnya, ini bahkan terjadi pada anak-anak berusia 2 tahun.

  1. Gangguan Komunikasi

Di era digital kita, banyak orang mengganti komunikasi tatap muka dengan pesan teks dan media sosial. Alih-alih memiliki koneksi kehidupan nyata secara langsung, dengan kontak mata dan sentuhan fisik (yang dibutuhkan manusia secara perkembangan), anak-anak terbiasa berkomunikasi pada tingkat yang lebih dangkal, murni melalui teks dan pesan tertulis.

Ini menghambat pertumbuhan emosional dan keterampilan interpersonal.

  1. Pornografi

Semakin banyak anak terpapar layar, semakin mereka mengkonsumsi program budaya masyarakat Barat modern, yang, tentu saja, penuh dengan konten seksual, kekerasan, dan bahasa kotor.

Sebagai Muslim, apakah orang dewasa atau anak-anak, ini adalah kebalikan dari apa yang ingin kita lihat. Dan itu jauh lebih buruk untuk anak-anak.

  1. Kurang Taat Kepada Orang Tua

Ada 2 alasan untuk kerusakan ini.

Yang pertama adalah bahwa dalam konten anak-anak, termasuk kartun, orang tua digambarkan sebagai badut kikuk yang tidak tahu apa-apa dan terus-menerus diakali dan diperdaya oleh anak-anak mereka sendiri. Dalam begitu banyak kartun dan pertunjukan anak-anak, anak-anak bertindak sembrono dan tidak sopan terhadap orang tua mereka yang bodoh.

Elemen kedua untuk ini adalah ketika seorang anak menonton TV dan Anda mencoba memanggil mereka (untuk makan malam; untuk membantu Anda dengan sesuatu; untuk mengerjakan pekerjaan rumah; dan seterusnya), anak itu jauh lebih lambat untuk merespons untuk panggilan Anda. Mereka terlalu asyik dengan apa pun yang berkedip di depan mata mereka, di layar, untuk memperhatikan Anda memanggil nama mereka beberapa kali. Anda, sebagai orang tua, terpaksa bersaing dengan TV untuk mendapatkan perhatian anak Anda.

  1. Konsumerisme

Televisi, dan sekarang bahkan YouTube, sangat bergantung pada iklan.

Setiap beberapa menit, acara tersebut dijeda untuk memberi jalan bagi iklan, dan anak-anak Anda akan menonton iklan dengan penuh perhatian seperti mereka menonton acara yang sebenarnya.

Perusahaan mengandalkan audiens yang terpikat ini untuk menanamkan dalam diri mereka keinginan buatan untuk mengkonsumsi produk mereka, yang pasti menghasilkan pendapatan untuk bisnis mereka.

Menghindari layar memungkinkan Anda menjauhkan anak-anak Anda dari parade produk tanpa akhir ini, dan menyelamatkan mereka dari terlalu jauh ke dalam mentalitas konsumeris yang mengelilingi kita dari segala arah.

Ditulis oleh Ummu Khalid di muslimskeptic.com

HIDAYATULLAH