Komite Arab Saudi Tertarik Keunikan Cara Indonesia Mengelola Haji

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mendapat sorotan khusus dari Komite Haji Arab Saudi. Cara Indonesia mengelola ibadah haji dari Tanah Air disebut sistematis dan unik dibandingkan negara-negara lain.

Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges mengatakan, kerja-kerja pelayanan haji pemerintah Indonesia membuat koordinasi kian mudah dan penanganan pelaksanaan ibadah haji bisa lebih terkendali.

“Kalian bekerja sangat baik dalam menangani jamaah haji,” kata Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges di Jeddah, Rabu (5/9/2018).

Secara khusus, Ehsan kagum dengan pendataan haji Indonesia yang tergolong rapi. “Kalian punya sistem. Ini hal yang tak dipunyai pengelola haji negara lain,” kata dia.

Ia mencontohkan, saat petugas atau pekerja medis Saudi menangani jamaah dari Indonesia, mereka tinggal mengirim nomor paspor jamaah bersangkutan ke pihak Panitia Penyelenggaraan Ibadan Haji (PPIH) Arab Saudi baik dari Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan nomor paspor itu, pihak Saudi bisa langsung mengetahui data jamaah terkait mulai dari data pribadi hingga riwayat kesehatannya dan mengambil tindakan.

“Saya bertemu dengan banyak misi haji dari negara lain, dan mereka bahkan tak memiliki laporan lengkap soal jamaah,” kata dia. Ia menilai, petugas-petugas haji Indonesia juga sangat mudah diajak bekerjasama dan sangat suportif dalam membantu pelayanan haji.

Tahun depan, Ehsan menjanjikan akan dilakukan peningkatan terkait pelayanan jamaah haji termasuk dari Indonesia. Mereka saat ini sudah mengajukan proposal soal penambahan ambulans dan klinik kesehatan.

Selain itu, pihak Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi juga mendorong diperbolehkannya ambulans beroperasi hingga ke dalam terowongan dan lokasi jamarat di Mina. Hal tersebut sehubungan banyaknya jamaah yang jatuh sakit di terowongan menuju dan kelua jamarat akibat kelelahan berjalan kaki.

Sementara, Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat juga memuji peningkatan pelayanan haji Arab Saudi tahun ini. “Petugas mereka saat ini lebih kooperatif dan ramah. Kami mengapresiasi perubahan ini,” kata Arsyad di Jeddah, kemarin. (erh)

OKEZONE

Pemulangan Haji Gelombang Satu Hampir Berakhir

-Pemulangan jemaah haji gelombang pertama memasuki hari-hari terakhir. Menurut data Siskohat pada Jumat (7/9/2018) pukul 10.30 WAS telah dipulangkan melalui Bandara King Abdulaziz, Jeddah sebanyak 191 kloter ke Tanah Air. Jumlah jemaah haji 77.335 orang, jumlah petugas kloter 956 orang dan totalnya 78.291 orang.

Menurut Kasi Pelayanan Kedatangan dan Pemulangan Jemaah Daker Airport, Muhammad Syarif, sepanjang Jumat (7/9) hingga malam hari, sebanyak 18 kloter diberangkatkan ke masing-masing debarkasi haji.

“Jumlah yang berangkat hari ini 18 kloter,” ujar Syarif.

Sehari sebelumnya, dari Bandara berangkat sebanyak 19 kloter atau 19 penerbangan. Terdapat 7.536 jemaah, 95 petugas yang menyertai jemaah sehingga totalnya 7.631 orang.

Keseluruhan jemaah haji reguler 203.351 orang tiba di Tanah Suci pada musim haji ini. Dari jumlah itu, sebanyak 87.863 orang tiba dalam gelombang pertama di Bandara Prince Muhammad bin Abdulaziz, Madinah.

Jemaah gelombang pertama kedatangan itu pula yang akan pulang ke Tanah Air lebih dahulu melalui Jeddah secara bertahap hingga 9 September nanti. Kloter jemaah haji gelombang satu yang dipulangkan melalui Bandara King Abdul Aziz mencapai 218 kloter.

Informasi jemaah haji wafat sampai dengan Jumat (7/9) siang mencapai 298 orang. Angka itu terdiri dari jemaah haji reguler 280 orang dan jemaah haji khusus 18 orang. (ab/ab).

KEMENAG RI

Batuk jadi “Paduan Suara” Jemaah Haji Usai Armina

Makkah (PHU)–Usai puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), cukup banyak jemaah haji yang mengalami kelelahan fisik, kelelahan ini berakibat tidak sedikit jemaah yang terserang batuk dan gangguan pernafasan lainnya.

Dibeberapa masjid di Makkah, tidak terkecuali si Masjidil Haram, fenomena batuk antar jemaah menjadi suatu “paduan suara” yang seringkali terdengar. Dari tahun ke tahun, batuk dan gangguan pernafasan merupakan keluhan paling banyak yang dirasakan jemaah pasca puncak haji.

“Dari tahun ke tahun, memang itu yang paling sering dialami jemaah yang dirujuk ke KKHI,” ujar Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Nirwan Satria di KKHI Kawasan Aziziah Janubiyah Makkah. Jumat (31/08).

Saat jemaah mengalami batuk dan gangguan pernafasan, Nirwan meminta kepada jemaah untuk menyambangi dokter yang ada di kloter. Dari situ jemaah bisa berkonsultasi mengenai batuk dan gangguan pernafasan tersebut.

Dengan adanya fenomena batuk ini, KKHI mengeluarkan lima imbauannya Pertama, jemaah diminta memperbanyak minum.”Jangan sampai kering kerongkongan. Dan jangan minum air dingin,” ujar Nirwan.

Kedua, jemaah diminta untuk selalu mengenakan masker. Ini penting agar jemaah tidak langsung menghirup debu di luar. Di sisi lain, potensi menularkan batuk juga bisa ditekan.

“Ketiga istirahat yang cukup,” kata Nirwan.

Keempat, jemaah diminta untuk menjaga stamina agar tetap fit. Caranya, dengan melakukan gerakan ringan di pagi hari.

“Kelima, rutin minum obat yang telah diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan di kloter,” pungkas Nirwan.(mch/ha)

KEMENAG RI

Hari Ketujuh Fase Kepulangan: 100 Kloter Terbang ke Tanah Air, 237 Jemaah Wafat

Jeddah (PHU)—Hingga hari ketujuh fase kepulangan ke Tanah Air, 100 kloter telah diterbangkan pulang. Jumlah itu terdiri dari 40.927 jemaah yang terbagi 20.245 jemaah menggunakan Garuda Indonesia Airways dan 20.682 jemaah menggunakan Saudi Arabia Airlines.

Data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang diterima Media Center Haji (MCH), Ahad (02/09) pukul 10.00 WAS menyebutkan, sejauh ini jumlah jemaah wafat mencapai 237 orang. Rinciannya adalah 167 jemaah wafat di Makkah, 28 di Madinah, 8 di Arafah, 6 di Muzdalifah, 24 di Mina dan sisanya atau 4 jemaah wafat di Daker Bandara.

Adapun rincian 237 jemaah yang wafat sebagai berikut:

Madinah:
1. Sukardi Ratmo Diharjo (JKG-1) wafat pada 18 Juli 2018 di Masjid Nabawi (lalu dibawa di Klinik Kesehatan Haji/KKHI Madinah) disebabkan cardiac arrest pada usia 59;
2. Ade Akum Dachyudi (67) asal Kloter JKS-13; wafat pada 23 Juli 2018 di Masjid Nabawi (KKHI Madinah) disebabkan isheamic heart disease pada usia 67 tahun;
3. Sunarto Sueb Sahad (SOC-15) wafat pada 23 Juli 2018 di KKHI Madinah (perjalanan) disebabkan cardiovascular disease pada usia 57 tahun;
4. Siti Aminah Rasyip (SOC-05) wafat pada 23 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) karena acute ischemic heart disease pada usia 57 tahun;
5. Sanusi Musthofa Khafid (SUB-06) wafat pada 25 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan other obstructive pulmonary disease pada usia 73 tahun;

6. Katio Abdul Majid Simanjutak (MES-02) wafat pada 25 Juli 2018 di RSAS disebabkan cardiac arrest pada usia 59 tahun;
7. Machyar Sahromi Muhammad Thaif (JKS-06) wafat pada 26 Juli 2018 di RSAS disebabkan acute myocardial infarokom pada usia 78 tahun;
8. Mohammad Sholeh bin Abu Bakar (SUB-23) wafat pada 27 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 74 tahun;
9. Nordiani Bahrani Kursani (BDJ-03) wafat pada 28 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 53 tahun;
10. Widodo Karto Semito bin Jimin (JKS-35) wafat pada 29 Juli 2018 di RSAS disebabkan cardiac arrest pada usia 56 tahun;

11. Abdullah Noor bin Sidik (SOC-13) wafat pada 29 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan Cardiovascular Disease pada usia 72 tahun;
12. Rasnam Ponidjan (SUB-23) wafat 29 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan isheamic heart disease pada usia 64 tahun;
13. Adang Aliyudin Satibi (JKG-05) wafat 30 Juli 2018 pukul 09.15 disebabkan shock kardiogenic di RS King Fahd Madinah pada usia 61 tahun;
14. Ame Omon Jasan (JKS-31) wafat 30 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan cardiovascular diseases pada usia 55 tahun;
15. Dadang Saepulloh Abdullah (JKS-003) wafat 31 Juli 2018 pukul 08.41 WAS di RS King Fahd Madinah disebabkan shock hypovolemik pada usia 57 tahun;

16. Daklan Mustopa Kholil (JKS-38) wafat 31 Juli 2018 di KKHI Madinah (pemondokan) disebabkan cardiovascular diseases pada usia 58 tahun;
17. Sujatmin Siswo Taruno (SOC-26 ) wafat 1 Agustus 2018 pukul 02.00 WAS di KKHI Madinah disebabkan chronic obstructive pulmonary disease (COPD) pada usia 86 tahun;
18. Budi Riyanti Asmi (PLM-05) wafat 1 Agustus 2018 di Masjid Nabawi (KKHI Madinah) disebabkan circulatory diseases pada usia 54 tahun;
19. Tohet Kuris Jamil (PLM-03) wafat 2 Agustus 2018 di RSAS (KKHI Madinah) disebabkan cardiac arrest pada usia 69 tahun.
20. Muhtarom Muh. Yasin Mursid (SOC-34) wafat 3 Agustus 2018 di hotel (KKHI Madinah) disebabkan ischeamic heart disease pada usia 82 tahun;

21. Mium Usup Dito Redjo (SUB-35) wafat 4 Agustus 2018 di rumah sakit (KKHI Madinah) disebabkan cardiopulmonary arrest pada usia 64 tahun;
22. Adenan Damud Asir (PDG-07) wafat 6 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
23. Sarun Karim Bakri (SUB-08) wafat 9 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 52 tahun;
24. Sugiati Nassa Petta Lolo (Haji Khusus/PT. Tazkiyah Global Mandiri) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular disease pada usia 60 tahun;

25. Subadi Minto Semito (PLM-08) wafat 12 agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 65 tahun;
26. Sunarni Sumantri Zakaria (Haji Khusus/PT. Arston Pesona Indonesia Tour) wafat 13 Agustus 2018 disebabkan cardiovascular diseases pada usia 62 tahun;
27. Iraja Lagening Labebang (BPN-02) wafat 15 Agustus 2018 disebabkan infectious and parasitic diseases pada usia 68 tahun;
28. Soekadji Towirjo Tosoero bin Towirjo (PIHK) wafat pada 27 Agustus 2018 pada usia 71 tahun; Makkah:

29. Supriyati Teguh Adam (SOC-5) wafat 29 Juli 2018 pukul 23.30 WAS di KKHI Makkah disebabkan acute pulmonary lung disease pada usia 51 tahun;
30. Zainal Abidin Yusuf (UPG-04) wafat 29 Juli 2018 di RSAS disebabkan infectious and parasatic diseases pada usia 60 tahun.
31. Supiyah Ngadiman Safei (JKG-11) wafat pada 2 agustus 2018 pkl 16.00 WAS di RSAS An Noor Makkah pada usia 65 tahun;
32. Jamiatun Waridin Suratman (SOC-52) wafat 2 Agustus 2018 pukul 13.30 WAS di Masjidil Haram Makkah pada usia 66 tahun;
33. Jene bin Sanusi Enon (JKS-11) wafat 2 Agustus 2018 pukul 19.25 WAS di RSAS An Noor Makkah pada usia 87 tahun;
34. Mukti Wibowo bin Martono (SOC-11) wafat 3 Agustus 2018 pukul 19.00 WAS di RSAS pada usia 69 tahun;
35. Bua Permata Uar bin Daing Matira (UPG-012) wafat 4 Agustus 2018 pukul 00.23 WAS di Masjidil Haram pada usia 58 tahun;

36. Busari bin Kasihan (SOC-004) wafat 4 Agustus 2018 pukul 08.23 WAS di RSAS pada usia 63 tahun;
37. Masriah binti Sejadi Tarsipin (SUB-046) wafat 4 Agustus 2018 pukul 14.00 Was di RSAS pada usia 59 tahun;
38. Bainah Siregar binti Banua Siregar (MES-008) wafat 5 Agustus 2018 pukul 06.20 WAS di RSAS pada usia 72 tahun;
39. Arif Hidayat bin Padli (JKS-027) wafat 5 Agustus 2018 pukul 11.30 WAS di pemondokan pada usia 60 tahun;
40. Rohanah binti Suhadmi Musani (JKS-057) wafat 5 Agustus 2018 pukul 10.00 WAS di RSAS pada usia 73 tahun;

41. Paisah binti Junaiddin Rangkuti (MES-003) wafat 6 Agustus 2018 pukul 10.03 WAS di RSAS pada usia 60 tahun;
42. Murti bin Wiji Tajid (SUB-047) wafat 7 Agustus 2018 pukul 23.51 WAS di RSAS pada usia 82 tahun;
43. Siti Ngaisah Yayah (PLM-001) wafat 7 Agustus 2018 pukul 13.45 WAS di RSAS pada usia 78 tahun;
44. Sikan Purwoprayitno Madjada bin Madjasa (SOC-016) wafat 8 Agustus 2018 pukul 01.05 WAS di pemondokan pada usia 78 tahun;
45. Jasmo Karmani Kami bin Karmani (SOC-061) wafat 9 Agustus 2018 pukul 03.15 WAS di Masjidil Haram pada usia 58 tahun;
46. Yurni binti Dja’far Abdullah (MES-012) wafat 9 Agustus 2018 pukul 05.00 WAS di pemondokan pada usia 68 tahun;
47. Djamaluddin bin Sangkala Liong (UPG-012) wafat 9 Agustus 2018 pukul 10.55 WAS di pemondokan pada usia 63 tahun;
48. Triyanto Citro Sukarto (SOC-44) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
49. Suparto Katidjo Abdullah (BTH-13) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
50. Rohmat Abdul Latif (SUB-54) wafat 9 Agustus 2018 pada usia 63;
51. Hardjono Hardjo Utomo (SOC-59) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 69;
52. Soeprat Moeri Karyani (SOC-54) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
53. Ahmad Betong Ariih (JKG-29) wafat 10 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
54. Mat Kaer Iskak (SUB-09) wafat 11 Agustus 2018 di RSAS disebabkan circulatory disease pada usia 76;

55. Zaenal Maarif Abdullah (Haji Khusus/PT Patuna Mekar Jaya) wafat 7 Agustus 2018 di disebabkan cardivascular diseases pada usia 61 tahun;
56. Afandi Mukri Mufid bin Mukri (Haji Khusus/PT Citra Wisata Dunia) wafat 9 Agustus 2018 pukul 16.55 WAS di RSAS pada usia 64 tahun;
57. Mariso Bakri Amat (BPN-07) wafat 11 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiartory disease pada usia 56 tahun;
58. Aty Yuliana Kasmidi (UPG-14) wafat 11 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiartory disease pada usia 62 tahun;
59. Sara Basiru Duke (UPG-29) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovacular diseases pada usia 70 tahun;
60. Manyuzar Young Mansyur (MES-10) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 69 tahun;
61. Utin Risnarti Idris (BTH-16) wafat 12 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan malignant neoplasms (cancers) pada usia 55 tahun;
62. Mukhlis Teuku Usman Sarong (BTJ-05) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardivascular diseases pada usia 57 tahun;
63. Nizar Muhammad Syam Balikun (BTH-09) wafat 12 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 55 tahun;
64. Nurharini Adi Sukarta (SOC-23) wafat 13 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 67 tahun;
65. Madun Eri Markim (JKG-36) wafat 13 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan endocrine, nutritional and metabolic disease pada usia 68 tahun;
66. Suherman Surmin Kasmin (JKS-12) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 66 tahun;
67. Suratman Muhanan Wirorejo (BTH-24) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan respiratory diseases pada usia 76 tahun;
68. Hamdani Fitri Syarkowi (JKG-35) wafat 13 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan infectious and parasit diseases pada usia 51 tahun;
69. Husni Thamrin Prabujaya (PLM-10) wafat 14 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 68 tahun;
70. Suyatno Sadi Abdullah (MES-09) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan digestive diseases pada usia 77 tahun;
71. Siti Chumaizah Djenal Sahlan (SUB-32) wafat 15 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan circulatory diseases pada usia 73 tahun;
72. Sudiqnyo Supadi Supodikromo (SUB-23) wafat 15 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular disesases pada usia 76 tahun;
73. Isjono Namsori Kasidi (SOC-20) wafat 15 Agustus 2018 di RSAS Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 64 tahun;
74. Nordiana Hologau Tompon (SUB-66) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan cardiovascular diseases pada usia 73 tahun;
75. Saswadi Rabun Sutarana (SOC-91) wafat pada 15 Agustus 2018 di Masjid (KKHI Makkah) disebabkan cardiovascular disesases pada usia 74 tahun;
76. Tasmin Sudarmi Tasiran (SOC-60) wafat 15 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiratory diseases pada usia 65 tahun;
77. Saodah Taali Jaila (LOP-05) wafat 16 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan circulatory diseases pada usia 70 tahun;
78. Sutaman Sondong Leman (SOC-83) wafat 15 Agustus 2018 di KKHI Makkah disebabkan injury, poisioning and certain other consequences of external cau pada usia 75 tahun;
79. Sarika Sujana Sajan (JKS-80) wafat 16 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 54 tahun;
80. Nani Keman Abdul Rojak (JKS-03) wafat 16 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan respiratory diseases pada usia 60 tahun;
81. Muhammad Tahir Ahmad Mahmud (LOP-05) wafat 16 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 58 tahun;
82. Tri Widyatiningsih Mitrosumarjo (SOC-78) wafat 17 Agustus 2018 di RSAS disebabkan respiratory diseases pada usia 57 tahun;
83. Abdul Muis Sjamsul Bahri (JKS-83) wafat 17 Agustus 2018 di RSAS disebabkan cardiovascular diseases pada usia 62 tahun; dan
84. Ridwan Usman Abdurrahman (PDG-06) wafat 17 Agustus 2018 di pemondokan disebabkan cardiovascular diseases pada usia 59 tahun;
85. Narsih Binti Sadipan (SOC-79) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
86. Rusnati Binti Rali (JKS-88) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
87. Sukiran Bin Sukino (JKG-39) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
88. Badrut Tamam Siddiq (SUB-16) wafat 17 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
89. Suhatma Bin Tumin (JKG-63) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 84 tahun;
90. Jasman Ayub Ismail bin Ayub Ismail (BTH-013) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
91. Kismo Wiyono Al Rubinah (SOC-24) wafat 18 Agustus 2018 pada usia 87 tahun;
92. Moh Huri bin Sallim Jeti (SUB-012) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
93. Rahmawaty binti Muhammad Ibrahim (MES-007) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 47 tahun;
94. Pandak bin Candak (PLM-013) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
95. Yuwono Dwi Putranto bin Imam Soedjarwo (SOC-059) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
96. Setu Sulistijo Budi bin Djojodikromo (SUB-005) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
97. Roikin bin Sudia (JKS-057) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
98. Mustadjab Rifa’i bin Karijono (SUB-010) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
99. Patimah binti Sukarya (JKS-027) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
100. Yayah Bariah binti Mamat Rahmat (JKS-007) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
101. Surat Asmuri Sahlan binti Asmuri (SOC-054) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
102. Abdul Amin bin Anwar (SUB-074) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
103. Tujirah binti Wirjo Utomo (SOC-90) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
104. Syamsi Anwar bin Abr Rahman (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
105. Nurdjanah binti Mahmud (JKS-039) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
106. Takhroni bin Sakib Tarwadi (SOC-014) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
107. Endang Suharya bin Tjetje (JKS-069) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
108. Khoiron bin Abd Kamid (SUB-067) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 49 tahun;
109. Sutriyono bib Sukiman (SOC-069) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 48 tahun;
110. Saepuloh bin KHN. Hanafiah (JKS-027) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
111. Siti Darwati Roslan binti Roslani Abdul Gani (SOC-66) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
112. Puji Rahayu binti Harjo Setomo (JKS-091) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
113. Siti Aliyah Karto Darmo binti Karto Darmo (JKG-043) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
114. Tamin bin Suraji (SUB-048) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
115. Muhammad Daswan Sanmusa bin Sanmusa (JKG-049) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 81 tahun;
116. Siti Nurfaridah binti Supardi (SOC-038) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
117. Nurmah binti Makjin (MES-016) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
118. Imam Kustarto bin Mas Moh Muhtar (SUB-013) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
119. Khabil Hi Abdullah Syafi bin Hi Abdullah Syafi (UPG-007) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
120. Djumlah binti Dullah Amin (JKG-051) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
121. Hamid Arief Syahlan bin Hatomi (JKS-071) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 83 tahun;
122. Atina Hidayati binti Soleh (SOC-008) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
123. Soesanto Darmo Tohiran bin Darmo Tohiran (PIHK) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 75 tahun;
124. Aminuddin bin Muksarun (BDJ-003) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
125. Suryadi bin Sahari (JKS-078) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 58 tahun;
126. Masdewan Hasibuan binti Marjuki Hasibuan (MES-021) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
127. Zainah binti Mohamad Siddik (PDG-010) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
128. Sadatun Syam bin Syam Dondang (LOP-006) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
129. Masdar bin Hamdi Ijan (BDJ-006) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
130. Ramelan Sadimo Kaliyah bin Sadimo (SUB-040) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
131. Yuritae binti Alfrid (BDJ-012) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
132. Ngatenam bin Sarip (SUB-023) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
133. Suharjo bin Martatilar bin Karya Semita (SOC-089) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
134. Jajang bin M Ali (JKS-032) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
135. Gimin bin Wongso (PLM-005) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
136. Sulimin bin Galimo Sandiyo (SUB-040) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
137. Irsyad bin Sakim (SUB-067) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
138. Sutarno bin Sutanto (JKS-065) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
139. Kusaini bin Ibrahim (SUB-004) wafat 26 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
140. Ramzan Muhammad Yusuf bin M Yusuf (PIHK) wafat 26 Agustus 2018 pada usia – tahun
141. Kunaman bin Carsad (JKS-015) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
142. Misye Gantini binti HR Otto Argadikusumah (JKG-051) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 54 tahun;
143. Surip bin Nardi Utama (JKS-054) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
144. Abdullah bin Amin bin M Amin (BTJ-003) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 57 tahun;
145. Lasmijati binti Sastrorejo (SOC-087) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
146. Suhartina binti Syahril Syarif (BTH-002) wafat 27 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
147. Jamaludin Abdullah bin Abdullah Ahmad (JKG-030) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
148. ST Jaenab binti H Atalib (LOP-006) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
149. Oom Komariah binti Iju (JKS-086) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
150. Siti Sahra binti Sau Sau (UPG-020) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
151. Usman bin Tachroni (SOC-011) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
152. Akhmad Qurniawan Basyirun Mazid bin Basyirun Mazid (JKG-022) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
153. Endon binti Karto Ali Kusen (JKG-034) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
154. Waluyo Darmo Pawiro bin Darmo Pawiro (SOC-028) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 70 tahun;
155. Muhammad Toni bin Sadul (BTH-014) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
156. Sanip bin Ajim (JKS-087) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
157. Syafril Karim bin Abd Karim (BTH-022) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
158. Romadi bin Sanuri Pa’yam (SUB-077) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
159. Uddi Sanhudi bin H Eyo Hadiah (JKS-077) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
160. Asmah Lawi Syukur binti Lawi (BDJ-009) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
161. Halima Karinda binti Rafiuddin (BPN-012) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
162. Sawakati binti Tuga (UPG-030) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 59 tahun;
163. Sarman Sarmono bin Diran Harjo Utomo (BPN-011) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
164. Noto Prayitno Bleto bon Bleto (PIHK) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 45 tahun;
165. Hamidah binti Nyak Itam (BTJ-009) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 72 tahun;
166. Tuti Windu Agustina binti Alisati Siregar (PLM-004) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
167. Hasan bin Suma (BDJ-013) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
168. M Yusup bin H Aman bin H Niing (JKG-021) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
169. Muhammad bin Ali Puteh (BTJ-011) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 70 tahun;
170. Nj Widji binti Amad Karsidi (SOC-036) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
171. Ngatiman bin Sumardi (BTH-004) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 46 tahun;
172. Sukairi Parto Tayib bin Parto (PIHK) wafat 30 Agustus 2018 pada usia – tahun;
173. Tri Purbo Irianto bin M Siswo Amijoyo (SOC-086) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
174. Paimin Harjo Pawiro bin Harjo Pawiro (SOC-021) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
175. Halimi bin Majudi (PLM-012) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
176. Ibrahim Tugu Baru bin Tupen Beda (SUB-065) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 81 tahun;
177. Amsiyah binti Suhardjito bin Suryo Prawiro (SOC-092) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
178. Kusnarto Hadi Sulistyono bin Imam Suhadi (SUB-080) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
179. Usman bin Anwar (MES-008) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 59 tahun; dan
180. Zulkarnain bin Abuston A. Manap (BTH-026) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 49 tahun;
181. Jurina Muhammad Juned (BTH-008) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 56 tahun;
182. Siti Kalimah Surham Djamal (SUB-050) wafat 30 Agustus 2018 pada usia 46 tahun;
183. Chamdanah Kastolani Qohir (SUB-78) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
184. Syamani Umar Simin (BTJ-007) wafat 31 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
185. Wasirah Arsowiono Sanardi (SOC-089) wafat 1 September 2018 pada usia 70 tahun;
186. Moeljani Mitro Suharjo (JKG-057) wafat 1 September 2018 pada usia 68 tahun; Arafah
187. Kamdi Amat Rejo bin Amat Rejo (SOC-77) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
188. Moh. Hirjan bin Munakip (LOP-001) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 67 tahun;
189. Raji bin Samingan (MES-001) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 77 tahun;
190. Suhartini binti Kamdi Suryokaryono (JKG-058) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
191. Mahdi Jakfar Maddan bin Jakfar (PIHK) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
192. Warno bin Noyo Droni (BTH-024) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
193. Adi Tjardidjo bin Tjarsilan (JKS-072) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
194. Siti Nurroudlotul Masluhan (BTH-012) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 56 tahun; Muzdalifah
195. Slamet Masirun Rekso bin Masirun (SUB-039) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
196. Nurdjanah binti Mahmud (PLM-005) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 74 tahun;
197. Sri Jumani binti Samardi (JKG-033) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
198. Nurhayati binti Arban Abdullah (BTH-003) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 59 tahun; dan
199. Abdullah Lakkase Laedang bin Lakkase (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun.
200. Hayuya binti H. Saimi (PDG-009) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 81 tahun

 

Mina
201. Kartinah Abu Hasan (SOC-063) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 68 tahun;
202. Seni binti Parto Wiryo (BTH-023) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 62 tahun;
203. Siti Aminah binti Muhammad Hasaeni (SOC-095) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
204. Miswan bin Buang Busono (SUB-004) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 63 tahun
205. Siti Udia binti M Saleh (LOP-006) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
206. Abdul Radjak Igris bin Igris A. Mahmud (UPG-025) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 60 tahun;
207. Suryana binti Bahari Abdul Razak (BTH-012) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 50 tahun;
208. Maseron bunti Juliyan Basir (JKG-046) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
209. Budiyono bin Ramelan (SOC-084) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 80 tahun;
210. Tatang Sunarta bin Ikung (JKS-072) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
211. Supeni bin Yahkun Barnawi (BTH-008) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
212. Abdullah Rumbawa bin Tatlau Rumbawa (UPG-011) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 79 tahun;
213. Isnaniah Ali Mansyur binti Ali Mansyur (PIHK) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 47 tahun;
214. Tini Rochani binti Andun Rusmana wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
215. Maniti binti Luddin (SUB-007) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 61 tahun;
216. Basirun bin Main (PDG-009) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 51 tahun; dan
217. Mohammad Baharuddin Harun bin Harun (BTH-019) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 69 tahun;
218. Zainab binti Abdus Samad (BTH-004) wafat 21 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
219. Iroh binti Odi Dulgani (JKG-061) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 73 tahun;
220. Mulyani binti Mulyadi (JKS-064) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
221. Ali Arman bin Muhammad Djarim (PDG-016) wafat 23 Agustus 2018 pada usia 53 tahun;
222. Suminah binti Samaji (SUB-080) wafat 22 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;
223. Moncot Hasibuan (MES-021) wafat 24 Agustus 2018 pada usia 78 tahun; dan
224. Yuli Muarifa binti Muhammad Arif (SUB-028) wafat 25 Agustus 2018 pada usia 49 tahun; dan
225. Saidi bin Jahri Aji Jamat (PLM-001) wafat 28 Agustus 2018 pada usia 77 tahun; Arafah
226. Basuki Setia Sejati bin Muhammad Rachami (SOC-087) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 55 tahun;
227. Siti Halimah binti Ahmad Jemat (BTJ-006) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 76 tahun;
228. Siti Rofingah binti Ahmad Dahlan (SOC-091) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 63 tahun;
229. Patonah binti Carta (JKS-080) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 65 tahun;
230. Yusuf Lewa bin Abdullah Lewa (SUB-065) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 78 tahun;
231. Qomariyah binti Abdullah (SUB-006) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 64 tahun;
232. Saripah Marsip Husin binti Marsip (JKG-046) wafat 19 Agustus 2018 pada usia 83 tahun; dan
233. H. Dinar Ali bin Dinar (BPN-007) wafat 20 Agustus 2018 pada usia 66 tahun;

 

Bandara
234. Hartati Hasan Pate (UPG-34) wafat 14 Agustus 2018 di KKHI Bandara disebabkan respiratory diseases pada usia 39 tahun;
235. Mukit Ikin Paing (SUB-66) wafat 12 Agustus 2018 di KKHI Bandara disebabkan diseases of the genitourinary system pada usia 57 tahun;
236. Hadia Daeng Saming (UPG-05) wafat pada 20 Juli 2018 ; di Klinik Bandara AMMA disebabkan cardiac arrest pada usia 73 tahun; dan
237. Kasto bin Djojo Semito (SOC-053) wafat 29 Agustus 2018 pada usia 78 tahun. (mch/ab).

KEMENAG RI

Kisah Perempuan Indonesia 13 Tahun Jadi Pelayan Masjid Nabawi

MADINAH – Murtiah (47) bukan tenaga kerja biasa. Separuh hidupnya dihabiskan untuk bekerja di tempat mulia yang menjadi tujuan umat Islam di dunia ketika melaksanakan ibadah haji dan umrah.

Sebagai seorang Muslim pasti bangga bila setiap hari bisa berada di Tanah Haram, apalagi bisa menjadi bagian dari pelayan di istana Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam itu, yakni Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah, Arab Saudi.

Perempuan kelahiran Kalimantan Selatan ini adalah satu dari ratusan pekerja Indonesia yang mengabdikan dirinya di Masjid Nabawi. Dia begitu tangkas mengatur pasukannya membersihkan salah satu bagian dinding masjid. Bahkan, dia yang pandai berbahasa Arab ini tak canggung ketika seorang Urdu bertanya. Bahasa Arab dan Urdu-nya lumayan bagus.

Ketika Okezone.com menghampiri, mulanya perempuan ini enggan bercerita. Perempuan ini pemalu dan bahkan sulit diajak berbicara. Namun setelah diyakinkan bahwa pengalaman ini bisa mengobati rasa rindu dengan keluarga di Tanah Air, ia pun sontak mengiyakan.

Murtiah mulai menceritakan awalnya bisa berada di Masjid Nabawi 13 tahun silam cukup panjang perjalanannya. Mulanya ia mengaku sulit hidup di negeri orang dengan beragam perbedaan, mulai dari bahasa, budaya, hingga suhu udara.

Bisa dibayangkan masuk ke negeri orang, dengan segala kekurangannya, tapi demi mencari nafkah semua ia lakoni. Tidak semudah yang dibayangkan dan terpikir oleh orang Indonesia bahwa bekerja di negeri orang enak. “Itu salah, mas. Saya harus sabar dan ikhlas menjalani hidup di sini,” ujarnya.

Ia merasakan betul saat tiba di Arab Saudi tidak langsung bekerja di Masjid Nabawi, tetapi serabutan. “Karena memang tidak mudah langsung masuk, ada seleksi khusus untuk bisa menjadi petugas kebersihan di Masjid ini (Nabawi),” ujar Murtiah.

Setelah hampir satu tahun berada di Arab Saudi, baru setelah itu ia bisa bekerja di Masjid Nabawi ini. Murtiah dan teman satu kampung halaman, Nuraini, beruntung bisa menjadi bagian dari petugas Masjid Nabawi, tempat yang selalu dirindukan umat Islam dunia.

Pertama kali bekerja di masjid dengan luas 235 ribu meter persegi ini, ia ditempatkan di toilet dan tempat wudu. Setelah satu tahun berjalan, ia mulai mendapat tugas dan penempatan baru di bagian dalam masjid.

Murtiah mengatakan beruntung sekali ketika berada di dalam masjid. Di tempat itu, ia bisa setiap hari berada di Raudhah dan mengunjungi makam Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam yang letaknya berhimpitan dengan Masjid Nabawi.

“Ini salah satu kenikmatan bagi saya bisa bekerja di sini, karena bisa ke Raudhah dan makam Rasulullah, dan minum zamzam setiap harinya. Tenang batin saya,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.

Kini setelah 13 tahun bekerja, ia sudah memiliki jabatan. Murtiah dipercaya sebagai pengawas atau mandor dari para pekerja-pekerja lainnya di masjid tersebut.

Alasan lain yang membuatnya betah yakni pekerjaan yang diemban tidak terlampau berat. Setiap waktu yang ditetapkan bekerja selama 8 jam. Dibagi menjadi tiga sif, pagi pukul 06.00–14.00, siang 14.00–22.00, dan malam 22.00–06.00 pagi.

Para pekerja mendapat jatah libur satu hari dalam seminggu. Gaji yang diterima pun tidak terlalu besar hanya 750 riyal atau sekira Rp3 juta (kurs 1 riyal = Rp4 ribu).

Murtiah mengaku dengan gaji itu ia bisa kirim uang ke kampung halaman, kebutuhan hidup sehari-hari di Saudi, bahkan masih menabung. Apa rahasianya, ia dan teman-temannya banyak menerima uang sedekah atau ceperan (tips) dari para jamaah yang salat di Masjid Nabawi.

“Alhamdulillah, biasanya ada saja yang memberi sedekah berupa uang atau barang, jumlahnya lumayan lah. Pernah saya terima 500 riyal (sekira Rp2 juta) dari orang Arab. Itu sekali-kalinya saya terima uang sebesar itu,” tuturnya mengenang.

Bahkan, kata Murtiah, rata-rata petugas kebersihan di sini bisa mengumpulkan uang sedekah jamaah bisa mencapai 50–100 riyal setiap harinya. “Apalagi kalau musim haji, banyak orang Indonesia yang datang hanya untuk kasih uang ke kami,” papar Murtiah.

Ketika ditanya mau sampai kapan bekerja di Arab Saudi, ia pun menjawab enteng sambil tertawa. “Tidak tahu, mas. Saya nikmati saja. Kalau ditanya kangen, sudah pasti. Tapi mau gimana lagi, saya harus penuhi kebutuhan keluarga, salah satunya biaya sekolah anak,” ujar Murtiah yang enggan menceritakan keberadaan sang suami.

Bukan hanya Murtiah, orang Indonesia lainnya yang bekerja di Masjdi Nabawi adalah Kusno. Pria asal Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, ini baru 5 tahun bekerja.

Kusno pada awalnya sangat menginginkan sekali bisa bekerja di Masjidil Haram, Makkah. Meski akhirnya ditempatkan di Masjid Nabawi, dia tidak mempersoalkan.

“Dua tempat itu (Masjidil Haram dan Nabawai) adalah wilayah suci, jadi menurut saya sama saja, dan alhamdulillah masih bertahan hingga saat ini,” beber Kusno.

Ia punya cerita sendiri ketika bekerja di negeri orang. Selain untuk pengalaman, juga menambah wawasan bahasa, lantaran setiap hari bergaul dengan pekerja lain yang berbeda bahasa juga, seperti Pakistan, Bangladesh, dan Arab Saudi sendiri.

Kusno menyebut di Masjdi Nabawi terdapat sekira 200 pekerja dari Indonesia, termasuk yang bekerja sebagai office boy dan pembersih toilet.

Masing-masing pekerjaan dan tanggung jawab yang dikerjakan memiliki identitas yang dicirikan melalui seragam berbeda-beda. Ia mencontohkan, petugas kebersihan mengenakan seragam berwana hijau, bagian kelistrikan khusus pengontrol elevator menggunakan biru tua kehitaman, bagian kelistrikan khusus kipas angin dan lampu berseragam biru muda.

Warna merah muda adalah yang biasa ditemukan di halaman masjid, toilet, atau tempat wudu. Pakaian warna hijau adalah mereka yang sering ditemukan membersihkan lantai di sekitar galon misaaki zamzam, warna coklat adalah pembersih pelataran masjid dan lantai.

Mereka yang berbaju abu-abu disebut musahhif, tugasnya menata mushaf Alquran yang jumlahnya setara dengan tampung Masjid Nabawi,yakni 500 ribu mashaf. Kalau coklat muda itu murakkib, pengawas atau mandor. Semua mandor harus bisa berbahasa Urdu dan Arab.

Jenjang karier dan warna baju ini juga berlaku untuk hadimaat atau pelayan masjid di area wanita. “Masjid Nabawi ini sangat ketat menerapkan pemisahan antara laki-laki dan perempuan,” tuturnya.

Gaji memang terbatas, tapi ketika musim haji mereka mendapat rezeki yang tak terkira, dan bahkan setiap bulan ada donatur yang memberikan uang tambahan.

OKEZONE

Waspadai Pungli Pengemudi Berdalih Sedekah Haji

Jeddah (PHU)—Jemaah haji harus tegas menolak permintaan tips para pengemudi. Kadang kala pengemudi yang mengangkut jemaah haji dari Makkah ke Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah mengutip sejumlah uang dari jemaah haji yang biasa disebut bahsis.

Meskipun tidak seberapa tapi perilaku itu tidak ditoleransi oleh PPIGlH Arab Saudi dan pengelola transportasi Arab Saudi (naqabah). Bahsis sering diminta pengemudi dengan dalih sedekah haji untuk layanan transportasi antar kota perhajian.

Pada 27 Agustus lalu dilaporkan secara resmi oleh petugas kloter SOC-2 perilaku nakal pengemudi yang mengantar mereka ke Bandara KAA Jeddah. Pengemudi meminta uang secara paksa (pungli) dengan menghentikan bus di jalan dan memintanya lagi setiba di Bandara Jeddah. Total uang yang dimintanya mencapai SAR150.

Kepala Seksi Transportasi Daker Airport, Iskandar menuturkan bahwa dirinya langsung koordinasi untuk proses lebih lanjut laporan tersebut.

“Kami langsung bersurat ke naqabah tentang kejadian tersebut,” ujar Iskandar.

Tidak lama kemudian pengemudi nakal tersebut dilaporkan ke naqabah dan beberapa hari berikutnya bahwa pengemudi tersebut langsung diberhentikan oleh naqabah.

Kejadian serupa berulang pada 30 Agustus dan 1 September dini hari. Pengemudi bus pengangkut Jemaah haji kloter BTH (Batam) dari Makkah ke Jeddah melakukan hal yang sama.

“Sekitar pukul 03.05 WAS, saat petugas menerima laporan kedatangan dari Ketua Rombongan 4 Kloter BTH 04 atas nama M Abdulah. Sopir bus RAWAHIL Nomor 8045 meminta uang kepada jamaah haji,” tutur Petugas Perlindungan Jemaah Ubaidillah di Jeddah, Sabtu (1/9) pagi.

Kata Ubai, sapaan Ubaidillah, setelah petugas memberikan sejumlah uang sopir tidak mau menerima dan ngotot meminta 150 Real untuk 45 Jemaah yang dia angkut.

“Karena Ketua Rombogan tidak memiliki uang lagi dan khawatir terhadap keselamatan jemaah, sehingga dengan terpaksa ketua Rombongan memberikan 50 riyal,” sambung Ubai.

Atas laporan Ketua Rombongan tersebut Ubai lantas membawa sopir Rawahil ke wukala. Oleh petugas wukala uang yang dikutip sopir diminta kembali untuk diserahkan kepada Ketua Rombongan BTH-4. Meskipun uang sudah dikembalikan sopir tersebut tetap dilaporkan kepada naqabah untuk diproses lebih lanjut. (ab/ab).

KEMENAG RI

Pasport Jemaah Kebumen Hilang, Akhirnya Bisa Pulang

Jeddah (PHU)—Jemaah haji asal embarkasi Solo kloter 15 kehilangan pasport saat berada di plaza D Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah. Dia bernama Sudarsono asli Kebumen Jawa Tengah. Sejak pasport dinyatakan hilang, Sudarsono dibawa ke dalam ruang Daker Airport untuk ditenangkan.

Ketua Sektor I, Misroni mengatakan bahwa dia dan petugas lainnya selalu meminta jemaah memeriksa dan menjaga barang berharga termasuk pasport saat tiba di Bandara KAA Jeddah.

“Informasi agar jemaah berhati-hati membawa pasport sudah selalu disampaikan sejak jemaah menerima pasport dari wukala setiba di bandara,” kata Misroni.

Saat dietahui ada pasport jemaah hilanh, seluruh petugas haji diperintahkan menyisir setiap tempat di bandara yang dilalui jemaah. Bukan hanya petugas haji yang mencari, para petugas dari Garuda Indonesia juga terlibat dalam pencarian pasport Sudarsono. Pencarian selama sekitar 2 jam akhirnya membuahkan hasil. Dilaporkan salah satu petugas bahwa pasport Sudarsono ditemukan di pemeriksaan imigrasi terbawa oleh jemaah lain.

Setelah dikabarkan pasport ditemukan Sudarsono tidak bisa kuat membendung air matanya. Dia terisak sambil menyalami satu persatu petugas di ruang Daker Airport. Kegembiraan juga turut dirasakan seluruh petugas yang berada di Daker Airport saat itu.

“Matur nuwun sanget Pak bantuanipun (terima kasih sekali atas bantuan Bapak-bapak),” ucap saat Darsono sambil berpamitan dengan petugas Daker Airport.

“Alhamdulillah bisa pulang sekarang Mbah,” sahut salah satu petugas sambil riuh memberikan salam kepada Sudarsono.

Sudarsono dan jemaah SOC-15 lainnya dijadwalkan terbang dari Jeddah Jumat (31/8) pukul 18.20 WAS. Menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 6504 Sudarsono bersama 360 jemaah lainnya akan tiba di Solo Sabtu (1/9) sekitar pukul 11.20 WIB. (ab/ab).

KEMENAG RI

Asuransi Jamaah Wafat Mulai Diklaim

Kementerian Agama (Kemenag) mengurus manfaat asuransi untuk jamaah haji yang wafat, baik di Tanah Air mau pun Tanah Suci. Mereka akan mendapatkan sejumlah uang sesuai dengan ketentuan yang dibuat kemenag dengan pihak asuransi.

“Sudah diurus. Ditjen PHU langsung menghubungi ahli waris dan mengurus pencairan dananya,” kata Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Ahda Barori di Syisyah Makkah pada Rabu (29/8).

Jamaah yang meninggal karena gangguan kesehatan mendapatkan manfaat sebesar Rp 18,5 juta. Sedangkan yang tewas karena kecelakaan mendapatkan uang lebih besar, yaitu Rp 37 juta. Namun, sejauh ini Kemenag belum menemukan jamaah yang meninggal dunia akibat kecelakaan.

Premi asuransi per jamaah sebesar Rp 49 ribu. Asalnya dari hasil optimalisasi dana haji yang kini dikelola Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Besaran premi ini merupakan kesepakatan antara Pemerintah dengan Komisi VIII DPR RI.

“Dana asuransi tersebut akan ditransfer ke rekening jamaah untuk dicairkan oleh ahli waris,” tutur Ahda.

Pengajuan klaim oleh Ditjen PHU, lanjut Ahda, dimaksudkan untuk mempercepat proses. Proses ini tidak dibebani kepada ahli waris, karena berdasarkan pengalaman sebelumnya, banyak dari mereka tidak mengurus hal tersebut, sehingga penyerapan dana ini tidak maksimal.

Lagi pula, pengajuan klaim oleh Ditjen PHU menyebabkan proses pencairan dana terawasi. Setelah disetujui pihak asuransi, dana langsung dikirim ke rekening jamaah. Pada tahun sebelumnya, proses pembayaran asuransi sudah selesai tiga puluh hari setelah operasional haji.

Ahda mengimbau ahli waris tidak mempercayai siapa pun yang mengklaim akan mengurus dan membantu pencairan dana asuransi. Sebabnya, persoalan klaim sudah menjadi tanggung jawab Kemenag.

Asuransi sudah berlaku sejak jamaah keluar dari rumah menuju tempat pemberangkatan atau kedatangan di setiap daerah, sampai dengan kembali dari Tanah Suci, sebelum sampai di rumah. “Jika sudah sampai di rumah, lalu wafat, itu tidak termasuk yang mendapat asuransi,” tuturnya.

Asuransi haji merupakan bentuk perlindungan finansial terhadap jamaah haji atas risiko perjalanan. Umumnya asuransi ini sudah termasuk dalam komponen biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Asuransi haji termasuk dalam asuransi jiwa yang memberikan perlindungan.

Asuransi ini didasarkan pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji. MUI menyatakan diperlukan perlindungan keselamatan atas risiko berupa kecelakaan atau kematian, mengingat lamanya masa ibadah haji dan risiko yang mungkin terjadi. Ada pun pengelolaan asuransi haji diharuskan sesuai dengan syariat Islam.

Syarat utama untuk mengikuti asuransi haji adalah memiliki tabungan haji. Untuk membuka tabungan haji, Anda dapat membukanya di bank-bank yang sudah bekerja sama dengan Kementerian Agama.

REPUBLIKA

Jamaah Diminta tak Panik Saat Pisah Rombongan di Madinah

MAKKAH — Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan jamaah haji Indonesia yang akan ke Madinah diminta tidak panik jika terjadi pecah rombongan dari Makkah.

Dikutip Media Center Haji di Makkah, Kamis (30/8), Sri mengatakan terdapat kemungkinan jamaah yang bergerak dari Makkah akan mengalami perbedaan hotel di Madinah meski satu rombongan. Dia mengatakan pengarahan diberikan kepada jamaah mengenai persoalan pecah rombongan dan cara mengatasinya. Pengarahan itu dilakukan di maktab sebelum jamaah berangkat ke Madinah.

Selanjutnya, kata dia, tim Daerah Kerja Madinah memiliki tim untuk membantu jamaah jika sampai terpisah dari rombongan. Selain itu, terdapat juga tim yang mengurusi koper jamaah yang salah hotel.

Tim tersebut akan melakukan penyisiran koper jamaah di hotel yang tidak sesuai dengan lokasi pemondokannya. Dengan begitu, persoalan koper jamaah tersasar di hotel lain tidak terjadi.

Sri mengingatkan jamaah haji gelombang dua yang akan bergerak dari Makkah ke Madinah untuk membawa barang seperlunya. Jangan sampai terlalu banyak barang yang nantinya justru mereporkan saat mereka berangkat ke Madinah dan ketika penempatan.

Adapun jumlah jamaah yang bergerak ke Madinah dari Makkah sekitar 114 ribu orang. Mereka merupakan jamaah penerbangan gelombang dua. Sementara 87 ribu orang lainnya adalah jamaah penerbangan gelombang pertama yang telah berada di Madinah dan Makkah. Sebagian jamaah gelombang pertama secara berangsur-angsur dipulangkan ke Tanah Air dan beberapa di antaranya sudah tiba di kampung halamannya masing-masing.

REPUBLIKA

 

Menjadi Ayah Jamaah Haji

Suasana Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi tampak berbeda pada Sabtu (11/8). Sejumlah pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia dan perwakilan Pemerintah Arab Saudi terlihat menunggu seorang tamu penting. Ya, dia adalah pemimpin jamaah haji Indonesia yang tidak lain adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Banyak orang menyambutnya dengan jabatan tangan. Alih-alih beristirahat, Lukman justru menengok 405 anggota kelompok terbang JKS 83. Mereka baru saja menikmati pelayanan jalur cepat keimigrasian di sana. Ini merupakan inovasi penyelenggaraan haji yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Dengan mengenakan peci hitam, kaca mata, dan kemeja putih yang dilapisi jas abu-abu, dia menyalami jamaah haji lanjut usia yang menumpangi mobil golf. Mereka tak menyangka berjabat tangan dengan pembantu presiden yang selama ini hanya terlihat di televisi dan foto berita. Bahkan foto mereka berjabat tangan diabadikan jurnalis dan menghiasi halaman pemberitaan media massa nasional.

Beberapa hari kemudian Lukman mengunjungi penginapan di Misfalah, tempat jamaah Lombok yang keluarganya baru saja tertimpa musibah gempa. Jamaah langsung mengerumuninya, menjabat tangannya erat-erat, menyampaikan keluh-kesah tentang kondisi keluarga di Lombok yang diguncang gempa.

”Semoga baik-baik saja. Mari doakan sama-sama agar saudara kita warga Lombok diberi kekuatan,” pesan Lukman kepada siapa pun yang ditemuinya.

Tak ada jarak antara Menteri dengan jamaah. Protokoler atau pejabat eselon pun tak menghalangi jamaah mendekati putra bungsu (alm) KH Saifuddin Zuhri itu. Mereka melebur dalam kebersamaan. Bagi saya ini bukan semata-mata melaksanakan tugas supervisi, tapi juga keakraban, kebersamaan, perhatian, bahkan cinta Lukman sebagai ayah 220-an ribu jamaah haji Indonesia di Tanah Suci.

Di sini mereka tak punya keluarga dan kerabat menemani. Tak tahu kemana harus mencurahkan isi hati. Pada saat itulah Menteri Agama dan jajarannya hadir menjadi tempat ratusan ribu jamaah Indonesia bersandar.

Menjadi ayah sudah pasti lebih mengutamakan kebahagiaan anak-anak ketimbang dirinya. Ketika mau berangkat sekolah, sang ayah akan menanyakan apakah PR sudah dikerjakan? Seragam sudah siap? Naik apa? Uang jajan sudah dapat? Semua persiapan itu dipastikan ada, sehingga anak dapat belajar di sekolah sebaik mungkin. Bahkan ketika di sekolah pun anak ditanyakan bagaimana belajarnya? Apa yang terjadi di sana? bagaimana guru yang mengajar?

Tak hanya menanyakan, dia bahkan rela memberikan hal lebih: mencurahkan tenaganya untuk mendampingi anak mengikuti ujian misalkan. Bahkan dia rela meninggalkan pekerjaan tertentu demi kemaslahatan sang anak.

Lukman menunjukkan perhatian semacam itu saat berwukuf di Arafah, tempat berkumpulnya 2.371.675 seluruh jamaah haji. Ahad (19/8) malam angin badai berembus di sana membawa debu pasir penyiksa mata, menyakiti kulit jamaah yang hanya mengenakan dua helai kain.

Banyak yang berhamburan keluar tenda untuk keselamatan, tak terkecuali 220 ribuan jamaah Indonesia. Teriakan doa dan asma Allah terdengar di mana-mana. Lukman pun berjalan menuju tenda jamaah.

Di tengah jalan, dia melihat lima orang jamaah berkerumun makan nasi adem terbungkus plastik. Lukman mengetahui mereka belum mendapatkan jatah makan dari maktab. “Kenapa terlambat? Ada apa?”

Ketua Satgas Arafah, Arsyad Hidayat, yang mendampinginya menjelaskan, ketika angin kencang berembus, kesibukan dapur terhenti. Makanan sudah dimasak, tapi belum sempat dikemas. Setelah tak ada badai, pengemasan dan distribusi kembali berjalan.

Lukman kemudian menyambangi jamaah dan meminta maaf karena pelayanan kateringterlambat. ”Mohon bersabar. Jangan lupa beristirahat, karena besok kita akan berwukuf,” pesan Lukman yang disambut senyum jamaah.

Hingga tengah malam, Lukman masih memeriksa tempat tinggal jamaah yang jauh. Keesokan harinya pun dia masih melakukan hal sama. Bahkan tanpa pengawalan, Amirul Hajj diam-diam memasuki pos kesehatan Arafah, tempat pewukuf uzur berbaring menjalani pengobatan.

Di samping pewukuf sakit yang terbaring, dia duduk dan berbicara empat mata: memotivasinya agar menyelesaikan rukun Islam kelima. Entah kapan beristirahat dan bersantai. Dia hanya berjalan mendatangi jamaah lagi dan lagi.

Di area Jamarat saat 350 tamu Allah kelelahan pun Lukman hadir. Dengan mengenakan peci putih, di sana Menteri memastikan tim mobile crisis memberikan pertolongan. Setelah itu dia tak meminta kendaraan khusus mengantarnya ke tenda misi haji. Lukman berjalan kaki sepanjang Jamarat, seperti jamaah haji pada umumnya.

Sedangkan mereka yang kelelahan tak mampu berjalan ditandu dan diantar dengan kursi roda. Masih ada 518 jamaah kelelahan yang dituntun. Semuanya menuju tenda pos kesehatan.

Entah berapa banyak tamu Allah mendekati, berbicara, dan berfoto dengannya. Mereka senang, meski baru saja merasakan badai gurun atau pun kelelahan berjalan jauh dari tenda maktab ke jamarat selama mabit di Mina.

Buat apa Lukman melakukan itu semua? Kalau sebatas pemimpin, Lukman cukup mendelegasikan kunjungan seperti di atas: pengawasan katering, transportasi, akomodasi, perlindungan, dan segudang pelayanan jamaah di Tanah Suci, kepada empat ribu petugas haji dari berbagai instansi.

Tapi dia tak hanya mendengarkan dan memerintahkan bawahannya. Sang ayah ingin turun langsung mencurahkan kasih sayang kepada para jamaah yang menjadi tanggung jawabnya.

“Sakit apa? Sudah lempar jumrah belum?” tanya Lukman. Sedangkan jamaah yang berada di puncak kelelahan merasa terhibur, tak menyangka akan didatangi seorang menteri.

Di saat orang sibuk dengan ingar-bingar politik pemilihan presiden di dalam negeri, Lukman yang juga politisi, justru larut dalam keakraban bersama dhuyufurrahman, tamu Allah yang mendatangi Tanah Suci.

Dia lebih memilih mengorbankan waktu dan dirinya untuk mereka yang kebanyakan baru mendatangi baitullah, tempat para nabi mendakwahkan ajaran suci, ketimbang berdebat politik yang jauh dari kesantunan. Di Tanah Suci, tempat para nabi dulu bermunajat, Lukman mengajak seluruh jamaah haji mendoakan bangsa agar tetap damai.

 

REPUBLIKA