Mengapa Orang Istiqomah Masih Ditimpa Musibah?

ADA jamaah yang bertanya setengah protes tentang mengapa beberapa orang yang telah berupaya keras istiqamah di jalan kebenaran masih saja ditimpa banyak musibah sementara sebagian orang yang berperilaku bengkok tanpa peduli halal haram malah selalu saja bernasib mujur. Apa alasan Allah untuk kenyataan itu?

Saya hanya terdiam sebagaimana dia mulai diam setelah bertanya. Tiba-tiba sang penanya menebak-nebak sendiri jawabannya dengan berkata: “Jangan-jangan ada hikmah dan rahasia yang tidak kita ketahui ya?.” Diam saya akhirnya saya tambahi sedikit senyuman.

Penanya kemudian melanjutkan dugaannya sebagai jawaban atas pertanyaannya sendiri: “Tapi dipikir-pikir masa lalu orang kan macam-macam ya. Jangan-jangan takdirnya kini adalah kelanjutan dari akibat perbuatannya dulu.” Senyumku saya tambah lagi dengan ketawa lebar saya karena senang dengan cara orang itu berbaik sangka kepada Allah dengan tidak menebak Allah sebagai Dzat yang salah dan dzalim.

Lalu saya sampaikan hadits Rasulullah yang disampaiak oleh Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila kamu melihat Allah mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia inginkan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj darinya”, kemudian Rasulullah SAW membaca firman (QS: Al-An’am:44) ” Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam dalam keputus asaan.”

Jangan pernah merasa puas bahagia dengan kesuksesan, kejayaan dan kekayaan yang diperoleh dengan cara tak benar apalagi kemudian digunakan untuk sesuatu yang tidak benar. Keadaan “membahagiakan” seperti itu tak akan berlangsung lama. Ujungnya adalah kehinaan dan penderitaan yang akan berlangsung lama. Ini bukan kata saya, melainkan firman Allah Yang Maha Benar.

Mari berbuat yang baik, mengerjakan kebaikan dengan cara yang baik, dan dimaksudkan untuk kebaikan-kebaikan. Yakinlah bahwa kita akan senantiasa dalam rahmat dan kasih sayangNya. Salam, AIM, Pengasuh Ponpes Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296793/mengapa-orang-istiqomah-masih-ditimpa-musibah#sthash.aSXLjQQv.dpuf

Inilah Amalan Paling Tinggi Derajatnya

Alquran dan sunah Nabi SAW yang banyak menjelaskan macam-macam amal ibadah dengan kedudukan dan keutamaan yang berbeda-beda. Ada yang wajib, sunah, yang asas, dan yang cabang. Selain itu, ada pula yang berfungsi sebagai rukun dan syarat sah ibadah, ada juga yang lebih tinggi kedudukannya dari ibadah yang lain.

Berkaitan dengan ini, para sahabat sering bertanya kepada Rasul SAW tentang amalan yang paling utama dan dianjurkan dalam Islam. Misalnya, pertanyaan Abdullah bin Masud ra tentang amalan yang paling disukai Allah. Rasul menjawab, “Shalat pada waktunya, berbuat baik kepada ibu bapak, dan jihad di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).

“Maukah aku ingatkan kalian dengan suatu amalan yang paling baik; amalan yang paling suci pada apa yang kalian miliki, paling tinggi derajatnya; lebih baik dan utama bagi kamu sekalian daripada menginfakkan emas; lebih baik bagi kamu sekalian daripada kalian berhadap-hadapan dengan musuh, kalian pukul lehernya dan mereka pun memukul leher kalian?” Para sahabat menjawab, “Tentu kami mau, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, “Mengingat Allah.” (HR Tirmidzi).

Jika disimpulkan, perbuatan yang dapat digolongkan dalam amalan paling super adalah mengucapkan kalimat tauhid, menjaga rukun iman dan Islam, berzikir (mengingat Allah), bersedekah dengan harta yang dicintainya, shalat pada waktunya, berbuat baik kepada orang tua, dan berjihad di jalan Allah (dengan maknanya yang sangat luas).

Di samping itu, masih ada amal perbuatan yang patut digolongkan dalam amalan yang paling super (terbaik), yaitu menciptakan kedamaian. Bahkan, kedudukan amalan ini lebih utama daripada derajat ibadah shalat, puasa, dan zakat.

“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang suatu amalan yang lebih utama daripada derajat shalat, puasa, dan sedekah? Yaitu, menciptakan kedamaian (merukunkan) antara manusia sebab kerusakan hubungan di antara manusia adalah pembinasa agama.” (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban). Wallahu’alam.

 

Memperkuat Logika Iman

Peristiwa Isra Miraj mengajarkan manusia tentang mendudukkan keimanan dalam memandang setiap permasalahan. Keteguhan iman digambarkan dari keyakinan akan peristiwa-peristiwa di luar akal sehat manusia sebagai bukti kebesaran Allah SWT dalam peristiwa tersebut.

Guru Besar Akidah dan Filsafat Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi, mengatakan ada perbedaan pendapat dalam melihat peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Ada pendapat yang mengatakan peristiwa Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa merupakan peristiwa jasadian dan ruhian, sementara kejadian miraj bersifat ruhiah.

“Itu kan terus pembahasannya tentang materialisme dan nonmaterialisme,” ujar Kiai Fathullah ketika dihubungi Republika,Rabu (27/4).

Keberadaan hal-hal di luar akal sehat manusia, bagi Kiai Fathullah, bersifat suprarasional. Artinya, dalam beragama, diperlukan kesadaran akan adanya hal-hal di luar kemampuan akal manusia. Di situlah kuasa Allah SWT.

Walaupun begitu, hal itu tidak selalu bersifat irrasional. Peristiwa Isra misalnya, merupakan hal yang sulit dimengerti oleh akal sehat manusia. Dalam kondisi tertidur, Rasulullah dikisahkan telah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.

Akal manusia sangat wajar mempertanyakan kebenaran peristiwa tersebut. Maka, Rasulullah menerangkan peristiwa yang ia alami tersebut. “Berapa tiang yang ada di Masjidil Aqsa, Nabi bisa jawab. Padahal Nabi belum pernah ke sana,” ujar Kiai Fathullah.

 

 

sumber:Republika Online

16 Bulan Rasulullah Shalat Menghadap ke Masjid Al Aqsha

Masjid Al Aqsha di Palestina tercatat sebagai salah satu masjid tertua dan memiliki nilai religius tinggi bagi umat Muslim. Sejarah bahkan mencatat, masjid agung tersebut merupakan kiblat pertama sebelum kemudian berganti ke Kabah.

Terdapat beberapa hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yang menegaskan bahwa selama Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat berada di Madinah, mereka melaksanakan shalat dengan berkiblat ke Masjid Al Aqsha. Hal ini terus dilaksanakan selama enam belas bulan.

Hingga suatu hari, ketika Nabi Muhammad SAW tengah menunaikan shalat di masjid di Madinah, turunlah QS Al Baqarah (2) ayat 144 yang memerintahkan umat Muslim agar memalingkan wajah (berkiblat) ke Masjidilharam (Fawalli wajhaka sathral Masjidilharam). 

“Di mana pun berada, palingkanlah mukamu ke arah itu (wa khaitsu ma kuntum fa wallu wujuhakum syatrahu).” Sebenarnya Rasulullah sendiri telah mendambakan turunnya perintah perubahan kiblat ini. Dalam satu riwayat menyatakan bahwa Rasulullah seringkali menengadahkan wajah ke langit, memanjatkan doa agar turun wahyu yang memerintahkan menghadap ke Baitullah.

Kendati demikian, dengan adanya perubahan kiblat ini, Islam tidak lantas ‘meminggirkan’ kedudukan Masjid Al Aqsha. Bagaimana pun kitab suci Alquran telah menempatkan masjid tersebut dalam kemuliaan khususnya pada saat peristiwa Isra Miraj-nya Nabi Muhammad SAW.

 “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Isra [17]:1)

Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun kesembilan (620 M) dari penyebaran Islam oleh Rasul. Di malam yang hening, dengan didampingi Malaikat Jibril, Nabi Muhammad SAW lantas singgah di Al Aqsha dalam perjalanan Isra Miraj untuk menerima perintah shalat. Masjid Al Aqsha merupakan sebuah masjid bersejarah bagi umat Islam yang terletak di jantung kota Jerusalem. Masjid itu juga adalah bagian dari awal sejarah dimulainya penyebaran agama Islam.

Tidak ada catatan pasti, kapan tepatnya dan oleh siapa Masjid Al Aqsha ini didirikan. Namun satu riwayat menyebut, bahwa Nabi Adam AS-lah yang pertama kali membangun masjid ini setelah ia membangun Baitul Haram. Namun seiring perjalanan waktu, bangunan tersebut roboh, hingga beberapa abad kemudian, Nabi Daud AS membangunnya kembali.

Nabi Sulaiman AS akhirnya menyempurnakan lagi masjid itu. Adapun sebuah hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dzar dan dikutip oleh Al-Alusi, menyatakan, masjid ini dibangun oleh Nabi Yakub AS sekitar 40 tahun setelah kakeknya yakni Nabi Ibrahim AS mendirikan Kabah di Makkah.

Tahun 638 M, beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Khalifah Umar bin Khattab untuk pertama kalinya melakukan pengembangan Masjid Al-Aqsha. Pengembangan ini berlanjut sampai pada masa kepemimpinan Al-Walid (705M) yang meliputi kubah masjid (The Dome of Rock) dan bangunan di sekelilingnya.

Sejak saat itu, renovasi bangunan masjid terus dilakukan. Hal ini antara lain berkaitan dengan bertambahnya jumlah jamaah tanpa mengubah bentuk dasar bangunan yang telah berusia sekitar 13 abad. Demikianlah hingga membuat Masjid Al-Aqsa selalu dimuliakan oleh segenap umat Islam.

Di samping menjadi tempat peribadatan umat Muslim, Al-Aqsha juga menjadi tempat penimbaan ilmu agama Islam baik Alquran maupun hadis. Imam Al-Ghazali merupakan salah satu ilmuwan besar Islam pada abad ke-11 yang memperdalam pengetahuannya di tempat ini.

Menyangkut nama Masjid Al-Aqsha, terdapat perbedaan pendapat dari para ulama. Seperti dikutip dari bukuEnsiklopedi Islam, sebagian ulama berpendapat bahwa masjid ini disebut aqsha (jauh) karena letaknya yang cukup jauh dari Masjidil Haram di Makkah. Menurut Al-Alusi, jarak kedua masjid ini 40 malam perjalanan dengan mengendarai unta.

Sementara pendapat yang lain menyatakan masjid ini disebut aqsha karena masjid ini bebas dari kotoran, tempat turun malaikat, dan wahyu serta kiblat para nabi sebelum Rasulullah SAW.

Hal ini dibenarkan pula oleh Ibn Khaldun yang menurutnya masjid itu merupakan tempat para nabi beribadah. Tidak ada satu jengkal pun tanah di areal masjid itu yang tidak dipakai para nabi dan malaikat guna melaksanakan ibadah. Bentuk asli bangunan Masjid Al Aqsa berupa serambi kiblat, tidak memiliki lapangan di tengah, sebagaimana masjid pada umumnya.

Walaupun telah beberapa kali mengalami renovasi maupun perbaikan besar-besaran, utamanya setelah gempa besar tahu 1916, akan tetapi bentuk bangunan asli tetap dipertahankan. Kaum Yahudi punya pandangan sendiri menyangkut Masjid Al Aqsa. Mereka amat percaya bahwa di salah satu dinding pada masjid ini dibuat dari tempat ibadah (haekal) Nabi Sulaiman AS. Inilah yang menjadikan alasan mereka terus menerus berupaya menghancurkan Masjid Al Aqsha.

Ketika Air Mata Rasulullah SAW Mengalir untuk ‘Para Malaikat’ Kecilnya

“Kedua mata ini akan mengalirkan butiran air mata, hati akan pilu, meski kami tetap senantiasa menerima takdir Tuhan kami. Sungguh, atas kepergianmu wahai (anakku) Ibrahim, kami sangat bersedih.” (HR Bukhari).

Tak ada yang melebihi kesedihan ketika orang-orang yang kita kasihi pergi meninggalkan kita selama-lamanya. Terutama buah hati yang kita dambakan kehadirannya.

Tawa riang dan senyum bahagia kepolosan mereka adalah pelipur lara. Namun, putra-putri meninggal pada saat mereka hadir mengisi hari-hari kita dengan harapan dan keceriaan. Tentu sebuah cobaan yang berat.

Rasulullah SAW juga pernah bersedih dan menangisi kepergian anak-anak tercinta. Bahkan, Rasul kehilangan tiga anak laki-lakinya saat mereka masih balita yang lucu dan menggemaskan.

Menurut Imam an-Nawawi, ketiga putra tersebut adalah al-Qasim. Rasul dipanggil dengan gelar panggilan (kunyah) putra tertuanya tersebut, Abu al-Qasim.

Al-Qasim lahir sebelum risalah kenabian turun dan meninggal pada usia dua tahun. Putra kedua adalah Abdullah lahir setelah risalah kenabian turun dan wafat pula saat masih kecil.

Abdullah juga dipanggil dengan nama at-Thayyib dan at-Thahir. Kedua putra tersebut lahir dari rahim Khadijah. Putra terakhir ialah Ibrahim. Ia adalah anak laki-laki terakhir yang lahir dari Mariyah al-Qibthiyah. Budak perempuan pemberian Muqawqis, penguasa Mesir pada masa itu.

Ibrahim lahir pada tahun kedelapan Hijriyah di Madinah dan wafat pada 10 Hijriyah di kota yang sama. Umurnya ketika itu 17 bulan atau 18 bulan menurut salah satu riwayat.

Hadis riwayat Bukhari di atas, menggambarkan kesedihan dan pilu yang mendalam Rasulullah ketika putra terakhirnya tersebut pergi selamanya.

Tentu, ada hikmah di balik rentetan kepergian orang-orang tercinta tersebut. Mengapa anak-anak laki-laki Rasul tidak ada yang hidup hingga dewasa?

Salah satu hikmahnya adalah supaya tidak muncul anggapan adanya penerus kenabian dari jalur laki-laki setelah Rasul.

Hikmah lainnya, ini adalah bagian dari ujian berat bagi nabi dan rasul. Dalam hadis riwayat Tirmidzi dari Sa’ad bin Abi Waqash dijelaskan, kadar keimanan seseorang menentukan tingkat ujian seseorang dalam hidupnya. Dan para nabi, mendapat ujian paling berat di antara para hamba-Nya.

 

oleh: Nashih Nasrullah

Republika Online   

Mereka Terluka Untuk Sepotong Roti

Seorang aktivis mengatakan, pada hari Rabu, penembak jitu rezim menembaki warga yang sedang mengantri untuk membeli roti sehingga mengakibatkan 5 orang diantara mereka terluka.

Sebagaimana dilansir oleh Zaman Al Wasl, aktivis lokal mengatakan, pengepungan yang dilakukan oleh rezim membuat puluhan warga al-Waer terpaksa harus melewati pos rezim agar dapat membeli roti untuk kebutuhan pokok mereka.

Mereka tetap pergi untuk membeli roti meskipun mereka mengetahui akan resiko terkena tembakan rezim. (Eka Aprila)

 

sumber:Bumi Syam

ICIM Dorong Media Islam Suarakan Palestina

Mi’raj Islamic News Agency (MINA) bekerja sama dengan Kantor Berita Antara dan Republika akan menyelenggarakan konferensi media Islam Internasional (Islamic Conference of Islamic Media/ICIM), Rabu hingga Kamis (25-26/5) di Auditorium Adiana, Wisma Antara, Jakarta. Acara ini mengangkat tema seputar bersatunya media Islam dalam membela kepentingan Islam, khususnya Palestina dan al-Quds.

“Kenapa? Karena pemberitaan tentang Palestina termarginalkan, kurang terangkat,” kata Ketua Panitia ICIM Agus Priyono dalam kunjungannya ke Republika.co.id, Jumat (20/5).

Agus mengatakan, selama ini isu-isu tentang Palestina masih menjadi isu sesaat ketika terjadi peperangan. Pemberitaan di negara-negara Islam, bahkan di Timur Tengah terkait isu ini masih sangat minim. Padahal, dalam keseharian kekerasan dan pertumpahan darah terjadi secara terus-menerus.

Penyelenggarakaan ICIM dinilai akan membawa semangat agar media-media Islam melakukan pembelaan terhadap Palestina. Pembelaan ini diwujudkan dalam bentuk pemberitaan yang berimbang.

ICIM juga mengajak media-media Islam untuk lebih peduli terhadap isu-isu yang berkembang di al-Quds. Menurut Agus, saat ini animo masyarakat Islam lebih banyak tertuju ke kawasan Makkah dan Madinah. Padahal, Masjid al-Aqsa juga merupakan tempat sakral bagi masyarakat Muslim.

Minimnya pemberitaan media tentang al-Aqsa membuat masyarakat Muslim kurang peduli tentang tempat ini. Padahal, Israel terus melakukan upaya untuk memonopoli kawasan tersebut. Akibatnya, hingga kini mayoritas pengunjung al-Aqsa berasal dari kalangan nonmuslim.

“Ini perlu dipahami sehingga pembelaan muncul secara objektif dari semua kalangan masyarakat, khususnya Muslimin sendiri yang lebih terdepan untuk membela kepentingan Islam di dunia. Inilah peran media yang kita harapkan muncul,” ujar Agus.

 

ICIM rencananya akan menghadirkan pembicara-pembicara dari berbagai negara, antara lain Imam Masjid Jamaica Center New York Shamsi Ali, Direktir Modelis Monitor London, praktisi dan akademisi Malaysia asal Nigeria Abdul Malik, Wakil Pemimpin Redaksi (wapemred) Wafa Palestine News Agency, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (wantimpres) bidang Agama Hasyim Muzadi.

Menurut Agus, ada dua hal pokok yang akan dibahas dalam lingkup tema tersebut. Pertama, ICIM berusaha menyamakan persepsi media-media Islam mengenai pembelaan terhadap Palestina dan al-Aqsa. Kedua, penyelenggaraan ICIM diharapkan akan diikuti kesepakatan pembentukan forum atau lembaga internasional yang menyatukan media-media Islam.

Konferensi ini juga diharapkan akan menghasilkan output berupa deklarasi bersama yang melibatkan para pembicara dan tokoh-tokoh yang ditunjuk dari tingkat nasional dan internasional. Deklarasi tersebut akan memuat pernyataan terkait penyamaan persepsi, keberimbangan berita, serta bentuk-bentuk kerja sama yang akan dilakukan media-media Islam.

“Bisa dalam bentuk sharing berita antar media atau pertukaran wartawan,” ujar Agus.

Redaktur Mina Ali Farhan mengatakan, ICIM dilatarbelakangi pertimbangan dari beberapa sisi. Secara konstitusi, konferensi ini menjadi perwujudan alinea keempat UUD 1945 mengenai keterlibatan Indonesia dalam menjaga ketertiban dunia. “Jangan sampai media tidak adil. Media yang sekarang kan sifatnya standar ganda,” kata Ali.

Dari sisi akidah, upaya ini dilakukan sebagai peran dalam menyempurnakan cahaya yang ingin dipadamkan oleh musuh-musuh Islam seperti tercantum dalam QS as-Shaff. Secara historis, kegiatan ini merupakan rentetan dari kinerja yang telah dilakukan sebelumnya.

Goal-nya dalam rangka membebaskan orang-orang teraniaya di Palestina dan mengembalikan orang Palestina bisa iktikaf bersama,” kata dia.

sumber: republika Online

 

Tanda-tanda Akhir Zaman

TANDA-TANDA akhir zaman adalah bahwa yang bodoh jadi guru dan yang pintar menjadi murid. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa yang suka berkhianat menjadi pejabat sementara yang jujur amanat dianggap penjahat. Banyak yang kemudian berkata: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa yang kaya menjadi pengemis sementara yang miskin menjadi ahli shadaqah. Banyak yang kemudian berkata: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya. Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa yang benar dicari-cari kesalahannya sementara yang jelas-jelas salah disembunyikan rapi kesalahannya. Banyak yang kemudian berkata: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa para pelanggar hukum diangkat menjadi duta teladan sementara mereka yang taat hukum dipandang sebagai pihak yang harus meneladani. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya. Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa orang yang merusak dan memusuhi dipeluk dan dijadikan teman sementara orang yang memperbaiki dan menyayangi malah dijadikan musuh. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa tontonan dijadikan tuntunan sementara tuntunan dijadikan tontonan. Banyak yang kemudian bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya. Tanda-tanda akhir zaman adalah bahwa para pemimpin diarahkan oleh yang dipimpin sementara yang dipimpin malah mengarahkan pimpinannya. Kemudian banyak yang bertanya: “Kok bisa?” Lihat saja faktanya.

Tanda-tanda akhir zaman adalah ketika semuanya serba terbalik, yang normal dianggap tak normal dan yang tak normal dijadikan rujukan norma. Lalu siapa yang bertanggung jawab meluruskan? Dari mana kita memulai meluruskan? Kembalilah ke norma yang normal. Salam, AIM@Pascasarjana_UINSA Sby. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296504/tanda-tanda-akhir-zaman#sthash.nJQcoJP8.dpuf

Umat Islam yang Diusir oleh Nabi di Hari Kiamat

SAHABAT Abu Hurairah radhiallahu anhu mengisahkan, pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan salam:

“Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian”. Selanjutnya beliau bersabda: “aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku”.

Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga mereka bertanya: “bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah umatku yang akan datang kelak”.

Kembali para sahabat bertanya: “wahai rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali umatmu yang sampai saat ini belum terlahir?”. Beliau menjawab, “Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”

Para sahabat menjawab: “tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya”. Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda, “Sejatinya umatku pada hari kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia”.

Aku akan menanti umatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor unta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir. Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “kemarilah”.

Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata, “sejatinya mereka sepeninggalmu telah merubah-rubah ajaranmu”. Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku (Rasulullah) berkata:

“menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku merubah-rubah ajaranku” (diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim).

Anda tidak ingin bernasib seperti mereka? Tentu jawabannya: tidak. Karena itu, mari kita menjaga kemurnian ajaran beliau dan mengamalkannya dengan seutuhnya tanpa ditambah atau dikurangi.

Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang mendapat syafaat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada hari kiamat kelak. Aamiin. [DR.Muhammad Arifin Baderi]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2291017/umat-islam-yang-diusir-oleh-nabi-di-hari-kiamat/#sthash.UERUB3TU.dpuf

Salah Satu Tanda Jelang Kiamat: Kabah Hancur

Pada suatu hari nanti Kabah akan dirobohkan oleh seorang manusia terkutuk bernama Dzussuwaiqatain dari Habasyah. (Dzussuwaiqatain adalah nama gelar yang berarti si pemilik dua betis yang kecil betisnya dikatakan kecil, karena pada umumnya betis orang Habasyah memang kecil-kecil).

Sebagaimana diriwayatkan dari Kaab Al-Ahbar dalam tafsir Ibnu Katsir, tentang bahasan firman Allah, Sehingga, apabila telah dibukakan (pintu) Yajuj dan Majuj… QS. Al-Anbiya : 96.

Bahwa munculnya Dzussuwaqatain bermula pada masa turunnya Nabi Isa Alaihis Salaam, yaitu setelah dibinasakannya Yajuj dan Majuj.

Ketika itu Nabi Isa Alaihis Salaam mengirim pasukannya untuk memerangi balatentara Dzussuwaiqatain. Mereka berkekuatan antara 700 sampai 800 orang. Namun ketika mereka berjalan, Allah mengirimkan angin sejuk dari arah negeri Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang beriman. Dan sisanya tinggal manusia-manusia jahat. Mereka bersetubuh bebas seperti binatang.

Kaab Al-Ahbar mengatakan, pada saat itu Kiamat sudah dekat.

HADIST-HADIST YANG BERKAITAN DENGAN DZUSSUWAIQATAIN

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Kabah ini akan dirobohkan oleh Dzussuwaiqatain dari Habasyah. Dia merampas perhiasannya dan melepaskan kiswahnya. Aku seakan-akan melihatnya, orangnya kecil botak dengan tulang-tulang persendian bengkok, sedang menghantam Kabah dengan sekop dan kapaknya. isnad hadist ini Jayyid dan qawiy HR.Ahmad dalam musnadnya no.7053.

Abu Daud meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa Beliau bersabda, Biarkan orang-orang Habasyah selagi mereka membiarkan kamu (tidak mengganggu kamu). Sesungguhnya tidak akan ada orang yang (berani) membongkar barang-barang simpanan dalam Kabah selain Dzussuwaiqatain dari Habasyah.

Imam Ahmad meriwayatkan pula bahwa Ibnu Abbas mengabarkan kepada perawi hadist ini, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seakan-akan aku melihatnya, orangnya hitam, dengan congkaknya dia merobohkannya (Kabah) batu demi batu.

Dan menurut riwayat Imam Ahmad pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda, Malam dan siang tak akan berhenti bergulir sebelum ada seorang lelaki dari kalangan kaum budak menjadi raja, dia bernama Jahjah.

YAUMUL KHALASH (HARI PEMBERSIHAN)

Adapun kota Madinah, sebagaimana telah Salsa bahas dalam catatan terdahulu mengenai Dajjal, bahwa Dajjal tidak dapat memasuki kota Madinah dan Makkah. Di setiap sudut jalan di Madinah ada malaikat-malaikat yang menjaganya agar tidak dimasuki Dajjal.

Dalam shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, Madinah tidak dapat dimasuki Dajjal maupun wabah penyakit.

Telah dijelaskan pula bahwa Dajjal hanya bisa tinggal diluar kota, lalu terjadilah goncangan hebat tiga kali, yang mengakibatkan kaum munafik maupun orang-orang fasik, laki-laki dan perempuan, semuanya keluar dari dalam kota, dan tinggallah orang-orang mukmin dan muslim, laki-laki dan perempuan di dalam kota MAdinah. Dan hari itu disebut sebagai Yaumul Khalash (Hari Pembersihan).

Demikian sebagaimana pernah dinyatakan oleh Rasulullah, Sesungguhnya kota ini (Madinah) adalah Thaibah (harum). Dia sendiri akan membuang kotorannya lalu semerbaklah keharumannya.

Kota Madinah akan tetap ramai pada saat Dajjal beroperasi, dan ramai pada masa datangnya Rasulullah Isa bin Maryam Alaihis Salaam, sampai beliau wafat dan dikubur disana. Sesudah itu semua, barulah penduduk Madinah akan keluar meninggalkan kota. [ ]

Sumber resensiakhirzaman/Inilah.com