Jamaah Haji Indonesia Puas dengan Layanan Haji 2016

Dari survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), indeks kepuasan jamaah haji indonesia (IKJHI) di Arab Saudi pada 2016 menunjukkan jamaah puas dengan layanan haji yang diberikan.

Berdasarkan jenis layanan, petugas kloter mendapat penilaian kepuasan tertinggi dan transportasi Bus Armina mendapat apresiasi terendah.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, total keseluruhan sampel jamaah 18.500 orang yang dicuplik dari jamaah pemberangkatan gelombang satu, dua, dan jamaah yang sakit.

Jenis layanan yang dinilai yakni layanan petugas kloter, layanan petugas non kloter, layanan ibadah, layanan akomodasi, layanan bus, layanan catering, layanan Kesehatan, dan layanan lainnya.

Survei dilakukan menggunakan quisioner dan wawancara mendalam kepada jamaah haji. Selain itu petugas BPS juga melakukan observasi dengan mengamati fasilitas dan pelayanan sebagai pendukung saat analisis. Dari sana, dihasilkan Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI).

Secara keseluruhan, hasil survei BPS menunjukkan IKJHI 2016 sebesar 83,83 persen yang berarti memuaskan atau di atas standar. Angka itu membaik dari IKHJI 2015 sebesar 82,67 persen.

Dari sembilan jenis layanan, semua layanan sudah mendapat penilaian di atas 75 persen, tiga di antaranya bahkan sudah di atas 85 yakni layanan petugas kloter, transportasi Bus Shalawat, dan layanan ibadah.

”Layanan petugas kloter mendapat nilai sebesar 86,4 persen karena ada upaya khusus, di mana petugas kesehatan mendatangi jamaah ke pemondokan. Ini, karena banyak jamaah haji risiko tinggi pada 2016,” ungkap Suhariyanto dalam paparan IKJHI 2016 di hadapan Menteri Agama dan jajaran Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag di Kantor BPS, Selasa (15/11).

Bus Shalawat mendapat nilai 85,54 persen. Karena penambahan ada armada dan semua bus dalam kondisi lebih baik dari sebelumnya. Rasio layanan Bus Shalawat pada 2016 mencapai satu berbanding 400 orang, membaik dari rasio satu berbanding 700 orang tahun 2015.

Pun bus antar kota juga dinilai lebih baik meski tetap ada saran perbaikan. Catatan dari jamaah diberikan pada Bus Armina. Sementara layanan ibadah diapresiasi dengan nilai 85,54 persen karena adanya tiga konsultan ibadah.

 

sumbe:RepubliaOnline

Dubes Arab: Jumlah Kuota Haji Sesuai Populasi Muslim Tiap Negara

Pemerintah berharap kuota jamaah haji Indonesia dapat bertambah. Namun, Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia untuk Indonesia, Osama Mohammed Al-Shuibi, menegaskan, bahwa jumlah kuota jamaah haji sesuai dengan jumlah penduduk Muslim di masing-masing negara.

“(Kuota jamaah haji) sesuai dengan jumlah populasi Muslim tiap negara. Jadi tiap negara sama, meskipun kami berharap bisa memberikan tambahan kuota haji, tetapi kami juga mempertimbangkan kebutuhan semua negara,” kata Osama di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (15/11).

Menurutnya, Arab Saudi juga telah memberikan tambahan kuota pada akhir tahun lalu. Ia pun berjanji, jumlah kuota jamaah haji akan kembali normal setelah renovasi di Makkah selesai dilakukan. “Insya Allah setelah selesai renovasi kuota jamaah haji akan kembali normal,” kata dia.

Terkait permintaan tambahan kuota dari negara yang kuota jamaah hajinya tidak terserap secara maksimal, Osama menyampaikan, hal tersebut tak dapat dilakukan. Kuota jamaah haji negara lain hanya diperuntukkan untuk negara tersebut. Mengambil tambahan kuota dari negara lain, kata dia, akan menyebabkan sejumlah masalah.

“Kuota jamaah haji Filipina hanya untuk Filipina, bukan untuk Indonesia. Mencampur kuota jamaah haji dengan negara lain akan menyebabkan masalah dengan negara lain. Biasanya, juga tiap negara akan menjaga kuota jamaah hajinya untuk masyarakatnya,” ucap Osama.

Sedangkan terkait visa berbayar 2.000 riyal untuk jamaah umrah, dia mengaku, tak membahasnya dengan Wapres JK. Menurutnya, pertemuannya dengan Wapres JK dilakukan untuk meningkatkan hubungan bilateral antar-negara di berbagai sektor, seperti kebudayaan dan juga investasi bagi pengusaha Arab Saudi di Indonesia.

Sejak Arab Saudi melakukan renovasi besar-besaran, kuota haji bagi seluruh negara dipotong 20 persen pada 2013. Kuota haji normal bagi Indonesia tadinya sekitar 211 ribu orang, namun setelah dikurangi 20 persen menjadi 168.800 jamaah, terdiri dari 155.200 orang untuk haji reguler dan 13.600 bagi haji khusus.

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun juga meminta kuota jamaah haji Indonesia pada penyelenggaraan haji tahun depan dapat kembali normal.

 

 

sumber: Republika Online

Dubes Saudi Janji Tambah Kuota Haji Indonesia

Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Osama Mohammed Al Shuibi berjanji negaranya akan memberikan tambahan kuota jamaah haji asal Indonesia. “Seperti diketahui saat ini ada renovasi di Makkah. Tapi kami akan memberikan penambahan ‘sedikit’ untuk membantu masyarakat Indonesia yang akan menjalani ibadah haji,” katanya seusai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (15/11).

Menurut dia, penambahan itu akan diberikan sesegera mungkin setelah renovasi di Makkah selesai. Penyelesaian proyek itu sendiri diperkirakan memakan waktu hingga dua tahun ke depan. “Setelah dua tahun itu, saya jamin kuota haji setiap negara akan kembali tertata,” ujarnya di Kantor Wapres di kompleks Istana Merdeka, Jakarta.

Mengenai kemungkinan Indonesia bisa memanfaatkan kuota haji Filipina dan Singapura, Osama menegaskan tidak akan terjadi karena pengaturan kuota sudah disesuaikan dengan jumlah umat Islam di setiap negara. Sehingga tidak dapat diubah atau ditukar satu sama lain.

Meskipun demikian, pihaknya juga berjanji akan mempermudah urusan visa haji bagi jamaah haji asal Indonesia sekaligus keamanannya. Dalam kesempatan tersebut, Osama dan Kalla sama sekali tidak membahas mengenai ibadah umrah.

Dalam pertemuan pertamanya dengan Wapres itu, keduanya membahas peningkatan hubungan Arab Saudi dengan Indonesia. “Tidak hanya bidang keagamaan, kami juga membicarakan bisnis, kebudayaan, media, dan investasi,” ujarnya. Osama menambahkan bahwa pihaknya menginginkan Indonesia memberikan peningkatan investasi bagi pengusaha asal Arab Saudi.

 

Saudi Tambahkan Tanda pada Kain Kiswah Permudah Jamaah Tawaf

Kain penutup kabah yang dikenal dengan kiswah memiliki tambahan penanda. Pemerintah Saudi mengizinkan untuk menambahkan penanda awal dan akhir titik tawaf dimulai pada kain kiswah.

Dilansir dari Saudigazette, Selasa (15/11), pemerintah Saudi berharap, dengan tambahan penanda ini, jamaah haji dan umrah akan terbantu dalam menghitung jumlah thawaf yang telah dilakukan. Penanda ini berbentuk simbol Allahu akbar (Allah Maha Besar) dengan empat logo kecil.

Penambahan tanda ini dilakukan agar jamaah tidak mengalami kebingungan dan harus mengulang-ulang tawafnya. Tanda ini tepat berada di atas Hajar Aswad.

Sebelumnya, Saudi pernah menambahkan penanda garis berwarna coklat. Namun, penanda tersebut yang berdekatan dengan Hajar Aswad justru menyebabkan kerumunan yang memperlambat tawaf.

 

sumber: Republika Onlne

Nabi Khidir AS dan Lima Pesan Misterius Sarat Hikmah

Kisah Nabi Khidir AS memang sarat dengan pesan dan hikmah bijak. Bukan hanya seputar perjalanannya yang fenomenal dengan Nabi Musa AS, melainkan masih banyak lagi kisah hidup lain dari Nabi Khidir yang bermuatan hikmah agung.

Di antaranya, seperti dikisahkan Jurnal 1001 Kisah Teladan Muslim, Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi mendapat perintah. Perintah tersebut berbunyi: “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat.” Begitu bunyi bait pertama kepada Nabi Khidir.

Masih di dalam tidurnya, Nabi Khidir menerima lima perintah yang harus dikerjakannya dengan segera jika ingin mendapatkan ridha Allah SWT.  “Engkau juga dikehendaki berbuat, pertama apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua engkau sembunyikan, ketiga engkau terimalah, keempat jangan engkau putuskan harapan, dan yang kelima larilah engkau daripadanya.”

Pada keesokan harinya, Nabi Khidir  itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat. Baru beberapa kilo keluar dari rumahnya, Nabi Khidir dipertemukan dengan perintah pertama.

Naum Nabi Khidir bingung karena yang diperintahkan pertama itu adalah memakannya. Sementara yang ia temui adalah sebuah bukit. Karena kebingungan itu ia bergumam dalam hatinya.

“Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.”

Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika ia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti.

Maka Nabi Khidir itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Ia pun mengucapkan syukur.

“Alhamdulillah perintah pertama sudah aku kerjakan semoga Allah memudahkan pelajaran yang tersirat ini,” katanya.

Setelah menyelesaikan perintah pertama, Nabi Khidir meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.

Ia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan. Untuk itu ia bersegera menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu dan kemudian ia tinggalkan begitu saja.

Setelah meninggalkan beberapa langkah. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar seperti semula. Nabi itu pun menanamkannya kembali. Kejadian itu berulang-ulang hingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi Khidir. “Aku telah melaksanakan perintah-Mu ya Allah.”

 

sumber: Republika ONline

 

simak juga: Kisah Nabi Khidir

Sukakah Anda Berbuat Namimah?

Orang yang senang mengadu domba (namimah) akan mendapatkan siksa kubur, bahkan dia disiksa di dalam neraka di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersanda : “Tidak akan masuk surga orang yang senang mengadu domba” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At Tirmidzi)

Ibnu Abbas Ra, meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW melewati dua buah kuburan , lalu beiau bersabda , “Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan keduanya tidak disiksa kecuali  karena dosa besar, tetapi karena masalah besar. Salah satunya disiksa karena senang mengadu domba, sedangkan lainnya disiksa karena tidak bersuci dari kencingnya (Muttafaq alaih)

Namimah adalah memindahkan perkataan sebagian orang kepada sebagian lainnya dengan maksud mencelakakan dan mengadu domba di antara mereka. Adapun ghibah yaitu membicarakan orang lain dengan sesuatu yang tidak disukainya, sekalipun itu adalah benar. Banyak orang yang sering keliru dalam memahami makna dua kata ini; ghibah dan namimah. Dan perbedaannya ialah sebagaimana yang tadi dijelaskan.

Menjerumuskan manusia ke dalam jurang permusuhan adalah perbuatan dan pekerjaan syetan. Itulah makanya, hal ini dapat menyebabkan orang yang melakukannya disiksa dalam kubur. Dan di akhirat dia diakhirkan masuknya dalam surge. Sebab, perbuatan ini membuat keislamannya menjadi ternoda.

Jika engkau memahami ini, maka tanyakanlah kepada dirimu; Apakah saya senang dan sering berbuat Namimah?

 

– Syaikh Amin Muhammad Jamal –

 

sumber:Era Muslim

Kejujuran Yang Tercelah

Kejujuran Yang Tercelah, Tidaklah kejujuran selalu mendapat pujian bahkan di sana ada beberapa sikap jujur yang tercela, sebab bisa saja nilai kejujuran sama dengan kedustaan dalam keburukan dan kekejian bahkan menambah celaka dan bahaya seperti jujur dalam ghibah, namimah dan memecah belah. Bahasan ini semakin jelas tatkala kita tinjau dari nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan As Sunah serta atsar yang shahih.

Ghibah meski jujur tetapi sebenarnya adalah kianat dan menodai harga diri bisa menimbulkan rasa dengki,  hasad dan kianat. Sebagaimana kita tidak boleh memakan daging bangkai teman sendiri maka tidak boleh ghibah ketika masih hidup, lebih jelas lagi setelah melihat penuturan kekasih mulia lagi terpilih, Rasulullah tentang bahaya ghibah beliau bersabda:

أتدرون ما الغيبة ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم. قال : إذا ذكرت أخاك بما يكره ,فقد اغتبته. قيل أرأيت إن كان في أخي ما أقول ؟! قال :إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته,وإن لم يكن فيه ما تقول فقد بهتّه

”Apakah kalian tahu apa itu ghibah? Mereka berkata; Allah dan RasulNya lebih tahu.Beliau bersabda, Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci maka kamu telah melakukan ghibah. Beliau ditanya; Bagaimana jika sesuatu yang saya katakan ada pada saudaraku? Beliau bersabda; Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah dan bila yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kau telah membuat kebohongan atasnya,”

Perhatikan bagaimana Rasulullah mendidik istri tercinta Aisyah ketika seorang wanita datang kepada Nabi untuk meminta fatwa dan setelah keluar maka Aisyah berkata,”Betapa pendeknya wanita itu!” Maka Nabi bersabda,” Kamu telah menggunjingnya” atau beliau bersabda ”Hati-hati terhadap perbuatan ghibah!” Aisyah berkata,”Wahai Rasulullah saya tidak mengatakan kecuali tentang sesuatu yang ada padanya!”Beliau bersabda ”Bukankah engkau telah menyebutkan keburukannya? atau beliau bersabda,”Itulah ghibah,bila tidak ada padanya maka kamu telah membuat kebohongan.”

Pada zaman Rasulullah ada dua orang yang sedang berpuasa mengunjing orang lalu hal itu sampai kepada Nabi maka beliau bersabda,” Mereka berdua berpuasa dengan sesuatu yang halal tetapi berbuka dengan sesuatu yang haram.”

Semoga Allah merahmati penyair yang berkata:

لا تلتمس من مساوي الناس ما ستروا

فيهتك الله سترا عن مساويكا

واذكر محاسن ما فيهم إذا ذكروا

ولا تعب أحدا منهم بما فيكا

Janganlah mencari-cari kesalahan orang yang tertutupi

Maka Allah akan membongkar aibmu yang tertutupi

Sebutlah tentang kebaikan mereka, ketika mereka di bicarakan

Janganlah mencela seorangpun dari mereka ketika kamu melihat

Kesalahan mereka yang tanmpak padamu

Imam mawardi berkata, ”Mungkin orang yang menggunjing mencari-cari pembenaran dengan alasan menampakan kebenaran dan mengkikis kemungkaran,namun akhirnya justru menjauh dari kebenaran dan etika,walaupun ghibah dilakukan secara jujur tetapi ia telah membogkar aib orang lain yang lebih pantas untuk dijaga.Menampakan suatu yang rahasia dan tersembunyi dan membicarakan secara terang-terangan suatu yang tersembunyi tidak memberi faedah melainkan kerusakan akhlak tanpa memberi kebaikan pada orang lain.”

Dari Jabir bin Abdullah bahwa pernah tercium bau yang sangat menyengat pada zaman rasulullah maka nabi bersabda:

((إن ناساً من المنافقين قد اغتابوا ناساًمن المسلمين فلذلك هاجت هذه الريح المنتنة ))

” Sesunguhnya segolongan munafik telah menggunjing segolongan muslimin sehingga tercium bau yang sangat menyengat.”

Di tuturkan dari ibrahim bin adham bahwa ketika beliau menjamu tamu pada saat mereka hendak duduk mereka menggunjing seorang muslim, Ibrahim berkata, “Orang-orang terdahulu bila makan memulai dengan roti lalu daging tetapi kenapa kamu memulai makan daging terlebih dahulu baru roti ?!”

Dari hasan al bashri bahwa ada seseorang yang telah menggunjingnya lalu beliau mengiriminya segantang kurma dan beliau berkata saya telah mendegar kamu telah menghadiahkan kebaikanmu kepadaku dan saya ingin membri balasan atas kebaikanmu dan saya mohon maaf belum bisa memberi balasan yang lebih baik dan sempurna.

Yahya bin mu’adz ar razi berkata, ” Hendaklah kamu berbuat baik kepada saudaramu dengan tiga hal:

Jika kamu tidak bisa memeri manfaat maka janganlah kamu membuat kerugian kepadanya.
    Jika kamu tidak bisa membuat senang maka janganlah kamu membuatnya bersedih.
    Jika tidak bisa memujinya maka janganlah kamu mencelanya.

Namimah (mengadu domba)

Namimah lebih tercela dan lebih buruk dari ghibah. Itu juga merupakan suatu penghianatan dan kehinaan kemudian berakhir dengan percekcokan dan pemutusan silaturahim serta kebencian diantara teman.

Rasulullah telah melarang namimah karena termasuk dosa besar sebagaimana sabda beliau:

(( لايدخل الجنة قتات ))

”Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba”.

Orang yang mengadu domba adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah, penghni neraka jahanam dan bila tidak bertaubat akan menjadi hamba yang terhina di dunia dan putus asa dari rahmat Allah di akhirat.

Yahya bin aktsam berkata;”Pengadu domba lebih jahat dari tukang sihir, dia mampu berbuat kejahatan dalam sesaat dan tukang sihir tak mampu melakukannya dalam sebulan”.

Diriwayatkan bahwa amal perbuatan pengadu domba lebih buruk dari amal usaha setan karena setan hanya berusaha merayu dan menipu tetapi pengadu domba berbuat kejahatan secara konfrontasi dan terang-terangan. Allah berfirman, ”Pembawa kayu bakar.” (Al lahab: 4).

Kebanyakan ahli tafsir berkata ” yang dimaksud dengan kayu bakar adalah namimahcdan namimah disebut kayu karena perbuatan namimah bissa menyulut permusuhan, peperangan dan percekcokan sehinggga laksana membakar kayu.”

Pengadu domba hidup terhina,tercampakan dan tersisih serta tidak mempunyai peran dan posisi dalm masyarakat kecuali merusak dan merobohkan tatanan kehidupan dan moralitas umat karena dia merekam informasi atau ucapan secar atidak lengkap dan namimah merupakan pedang beracun yang mematikan.

Aktsum bin shafi berkata, ”orang terhina ada empat, pengadu domba, pendusta, pengutang dan anak yatim.”

Hasan al bashri berkata, ”Orang yang suka mengadukan kepadamu ucapan orang lain maka dia juga suka mengadukan ucapanmu kepada orang lain.”

Abu Laits as Samarqandi berkata, ”Jika ada orang datang mengadu kepadamu bahwa ada seseorang yang telah mengatakan begini dan begitu tentang dirimu maka kau wajib melakukan enam langkah

Pertama, Jangan kamu percaya sebab pengadu domba ditolak kesaksiannya di kalangan kau muslimin karena Allah berfirman,

”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujurat: 6)

Kedua, Kamu harus melarang orang tersebut dari perbuatan itu karena melarang kemungkaran wajib

Ketiga, Hendaklah kamu membencinya karena Allah sebab dia sedang melakukan maksiat dan membenci orang maksiat itu wajib karena Allah membencinya.

Keempat, Janganlah kamu berprasangka buruk dengan saudaramu yang tidak ada di tempat sebab berburuk sangka terhadap sesama Muslim adalah haram, sebagaimana firman Allah,

”Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (Al hujurat: 12)

Kelima, Jangan memcari-cari kesalahan-kesalahan saudara yang menjadi pembicara, karena Allah melarang hal itu seperti dalam firmannya,

”Dan janganlah sebagian kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al Hujurat: 12)

Keenam, Apa yang tidak kamu sukai dari pengadu domba ini mak kamu jangan sampaikan pengaduannya pada orang lain.

As si’ayah (menghasud)

As si’ayah (menghasud) lebih buruk dan tercela daripada ghibah dan namimah sebab si’ayah menyatukan ghibah dan namimah; bangga dengan diri dan harta, serta mencela kedudukan dan keadaan orang lain.

Salah seorang ahli hikmah berkata,” penghasud diantara dua posisi, yang keduanya jelek bila berada diatas kebenaran maka ia telaah berkianat dan bila berdusta maka telah merusak muru’ah.

 

 

sumber: Radio Tamhid

Bahaya Lisan

Nabi Muhammad SAW suatu ketika menjelaskan ikhwal makna ghibah, “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”

“Engkau mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya,” sabdanya. Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu memang terdapat pada saudaraku?”

Kemudian Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka kamu telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika ia tidak terdapat padanya, maka kamu telah berdusta atasnya.” (HR Muslim).

Lidah memang tidak bertulang. Namun, banyak terjadi lisan seseorang berdampak buruk terhadap bangunan sosial kemasyarakatan. Ucapan seseorang dapat mengakibatkan kebahagiaan suami istri hancur, harmoni sosial cerai-berai, dan merenggangkan ikatan emosional antarsesama.

Ucapan, sebagai kerja lisan, kerap kita gunakan untuk menyampaikan informasi kepada sesama. Namun, kita acap kali tak berhati-hati menggunakan lisan sehingga informasi itu menghancurkan bangunan sosial.

Rasulullah SAW mengancam orang yang selalu mengadu domba untuk menanamkan kebencian dalam hati seseorang, melalui sabdanya, “Tidak akan masuk surga al-qattat (tukang adu domba).” (HR Bukhari).

Menjaga lisan dari ucapan memfitnah, menggunjing, dan mengadu domba merupakan salah satu wujud dari menjaga hati. Lisan kita merupakan representasi hati dan pikiran. Ketika hati dan pikiran kita buruk, ucapan yang keluar juga berwujud keburukan. Ketika hati dan pikiran kita baik, ucapan kita pun akan berbentuk kebaikan juga.

Karena itulah, kita semestinya menjaga lisan agar mengucapkan kebaikan, tidak berbicara sesuatu yang tak bermanfaat, pandai menjaga rahasia, dan tidak tergesa-gesa ketika hendak berbicara. Qul khairaan aw liyashmut–ucapkanlah kebaikan (dan kalau tidak bisa), maka hendaklah berdiam diri.

Mukmin yang saleh dan salehah ialah yang pandai menjaga kehormatan saudaranya, meskipun pada kenyataannya, mereka itu pernah melakukan perbuatan buruk. Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa membela (dari ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menghindarkan api neraka dari wajahnya.” (HR Ahmad).

Menjaga lisan mudah diucapkan, tetapi sangat sulit dilakukan. Realitas masyarakat kita telah akrab dengan budaya gosip, fitnah, gunjingan (ghibah), mengadu domba (namimah), dan menyebarkan berita bohong. Pekerjaan lisan di atas, lahir dari orang yang berhati dan berpikiran buruk. Sebab, di dalam jiwanya tertanam kebencian. Bila kebencian sudah mengerangkeng jiwa, pendengaran, penglihatan, dan perasaan pada seseorang pun akan tertutup dari kebaikan. Setiap yang dilakukannya adalah salah!

Karena itu, jauhilah kebencian karena kebencian itu lahir dari prasangka-prasangka yang buruk tentang seseorang. Jangan pernah membuka aib dan kesalahan seseorang karena bila melakukannya, kita dianalogikan sebagai “pemakan daging saudaranya”. Bertakwalah kepada Allah, lalu bertobatlah bila kita pernah menyebarkan fitnah, menggunjing, dan mengadu domba dalam hidup ini.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hujurat [49] 12). Wallahu a’lam.

 

sumber: Republka Online

 

Simak juga:7 CaraMenghindari Ghibah

Melalui Medsos, Gibah Bisa Berjamaah

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia  (MUI), KH Cholil Nafis mengatakan, ghibah saat ini tidak lagi harus bertatap muka. Namun, sarana gibah berubah dari manual kepada digital. “Kini dengan media sosial orang bisa bergibah secara berjamaah,” ujar Cholil, kepada Republika.co.id Selasa (7/6).

Perkembangan media sosial memang tidak bisa dibendung. Mayoritas masyarakat pun pengguna media sosial. Untuk itu dia mengatakan, diperlukan cara agar tidak bergibah melalui media sosial. Menurut Cholil, menyibukkan diri dengan ibadah dan ibadah sosial merupakan salah satu cara menghindari gibah.

Sehingga gibah tidak merusak ibadah puasa. Sebah, gibah dapat membatalkan pahala puasa. “Walaupun itu tidak membatalkan sahnya puasa,” kata Cholil.

Cholil menambahkan, Rasulullah SAW pernah bersabda tentang ghibah. Menurut Cholil sabda Rasulullah berbunyi “jika tak mampu menghindari kata kotor (seperti gibah) dan perbuatan buruk maka Allah tidak butuh untuk meninggalkan makan dan minum,” tutur Cholil.

 

sumber: Republika Online

Gibah Bisa Datang dari Medsos

Gibah atau membicarakan keburukan orang lain saat ini mudah ditemui, terutama gibah di berbagai media sosial (medsos), baik Twitter, Facebook, Path, maupun Instagram.

Masyarakat akan mudah melakukan gibah melalui medsos karena informasi yang didapatkan. Sehingga, tidak mengherankan jika gibah akan menyebar begitu cepatnya.

Pakar komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung Deddy Mulyana mengatakan, perlu pengelolaan informasi yang baik agar masyarakat memilah informasi yang didapatkan. Informasi mana yang bermanfaat untuk disampaikan atau yang perlu untuk disimpan.

“Jadi, untuk menjadi bangsa, masyarakat yang berbudaya maju sebenarnya perlu melakukan pengelolaan informasi untuk memilah-milah,” kata Deddy, kepada Republika.co.id, Selasa (7/6).

Deddy memberikan alasan mengapa perlu untuk mengelola informasi secara baik. Menurut Deddy, informasi yang didapatkan kemudian dijadikan pijakan pekerjaan sehari-hari.

Informasi yang semakin berkembang saat ini, tuturnya, sulit membedakan antara yang benar dan tidak sesuai dengan fakta. Sayangnya, dengan kondisi demikian, orang cenderung langsung menyebarkan informasi yang diperoleh tanpa dipilah.

Deddy berharap masyarakat dapat menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. Sedangkan, yang benar tetapi tidak bermanfaat lebih baik disimpan saja.

Kondisi seperti ini, menurut Deddy, tidak bisa hanya diserahkan penanganannya kepada pemerintah. Deddy mengatakan, semua harus dimulai dari diri sendiri. “Pendidikan harus datang dari keluarga itu awal pendidikan paling dini,” ujarnya. Deddy menegaskan, harus ada upaya luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat, baik keluarga, komunitas maupun sekolah.

 

sumber:Republika Online