Bila Letih Rawat Anak, Tengoklah Bunda O dalam Rawat Anabella

Merawat bahkan mendidik anak adalah perjuangan yang menguras segalanya. Mungkin Anda akan menemui kendala, barangkali juga kekesalan hingga ke ubun-ubun karena anak tidak nurut, nakal dan sering menciptakan trouble di rumah.

Mari tarik napas sejenak, untuk sekadar berkaca pada sepasang suami istri. Illona atau Bunda O dan Doddy. Keduanya adalah sosok yang rupawan, settle, tinggal di Amerika, dan Allah anugerahi mereka Anabella.

Bella, panggilan anugerah itu, didiagnosis dokter dengan sindrom Pfeiffer, suatu kondisi yang mempengaruhi bentuk tengkoraknya. Kondisi langit-langit mulut terbelah berbentuk hati. Bella tak bisa menelan apapun, makannya hanya bisa susu khusus dan disalurkan melalui selang yang disambungkan ke perutnya. Bella punya daun telinga yang normal.

Bella, berharap agar anak-anak lainnya menyapa dirinya dan mengatakan “hai” serta menerima bahwa dirinya seperti anak normal lainnya.

Apa yang Bella bisa lakukan bukan karena kepintaran Bella semata, melainkan karena latihan terus menerus. Ketika tahun lalu Bella belum bisa sama sekali,

“We did not stop but we kept going. We tried and tried and tried. We also tried something similar, supaya Bella tidak bosan dan tetap excited latihannya.”

Progres tidak selalu bisa terlihat dalam waktu singkat meskipun rutin dilakukan, kadang butuh waktu menahun and it’s okay to give them a break kalau belum ada progres, yang mengajarkan juga harus sabar dan jangan langsung menjudge anak tidak mampu. Yang terpenting nanti dicoba lagi dilatih lagi, terus dan terus seperti Bella.

Illona sendiri cukup banyak mendapat komentar atau pesan masuk yang menanyakan mengenai kemampuan bahasa Indonesia Bella.

Kadang saat lagi live Instagram, ia menjelaskan sedikit. Kebetulan tidak semua yang menonton, mungkin juga tidak ngeh. “Jadi, saya rasa sekarang adalah saat yang tepat untuk menjawab atau menjelaskan ya,”

No hurt feeling dari baginya. Itu hanya penjelasannya untuk yang masih mempertanyakan kenapa Bella nggak bisa bahasa Indonesia. Dan juga untuk yang “terus” menerus menyuruhnya mengajarkan bahasa Indonesia ke Bella, ataupun yang hanya sekadar menyarankan. “Saya tahu, nggak ada yang bermaksud tidak baik, semuanya hanya saran, semuanya care dengan Bella, Insya Allah juga karena sayang, maksudnya pun baik. Saya terima setiap masukan, terima kasih ya untuk perhatiannya
But trust me, every parents know what best for their child.”

Baginya, ayah Bella, dokter, therapist, dan guru-guru Bella, yang terpenting Bella bisa berkomunikasi dengan baik dan nyaman dengan siapa pun dan dimana pun.

Bella adalah penyuka Maher Zein, dan kadang suka menyanyikan lagunya

(Bella komunikasi dengan piranti semacam tab, sebab ia tak mengeluarkan suara layaknya kita.)

Suatu kali Bella minta pakai topi yang katanya mirip sama topi Maher Zain di video klip “Barakallah dan Muhammad”

Sampai di dalam supermarket, “Bunda please take Bella picture. Like Maher Zain okay bunda?”

“While we were inside the car suddenly Bella screamed,
Bella : bundaaaa
Bunda : yes Bella
Bella : ceweweeeeeeeetttttt
Bunda : whatt??
Then she started singing again,,
“Alhamdulillaaah…Alhamdulillaaah.”
from Maher Zein song title “Alhamdulillah”

Masya Allah, Bella loves reading letter or postcard yang dikirimkan khusus untuk Bella. Setiap Bella terima postcard dari RS (biasanya setiap habis operasi/rawat inap selalu dikirimkan kartu dari floor nurse atau dokter yang menangani prosedur Bella) atau temen kantor ayah/bunda, rasa senengnya kaya anak-anak lain habis dikasih Xbox kali ya.

“Padahal cuma selembar kartu/surat hahahaaa Bella langsung selalu mengucap syukur “alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah” dengan ekspresi histeris kesenengan berkali-kali,” tutur bunda Bella.

Postcard/card itu akan dibaca terus menerus, dibawa-bawa setiap dia main atau pergi keluar rumah, dia baca lagi saat duduk di carseatnya, kadang cardnya dia bawa dan peluk sampai tertidur dan tentunya dibaca lagi sebelum Bella tidur. Kalau sudah puas “main” dan baca berulang kali, Bella selalu minta cardnya disimpan. Kalau kata ayah Bella, masya Allah mudah sekali bikin anak kecil ini senang. Kasih kertas, amplop dan tulis kertasnya lalu kasih ke Bella. Pasti dia langsung surprise “wooww alhamdulillah alhamdulillah”

Bella sedang berusaha memberi menyuapi bundanya, meski pada akhirnya Bella mencampur roti panggangya dengan es krim dan stroberi di atasnya.

Bunda: baby, how am i going to eat it?
Bella : don’t wowwy bunda. It’s okay.
Bunda : well it’s okay but not really okay. i can’t eat mushy food.
Bella : it is okay. Eat it!
Bella : 🙁

Bunda Bella, Illona, selalu bahagia dengan Bella. Ia selalu minta maaf atas kekurangan sebagai orangtua

“Maafkan atas segala kekurangan bunda ini, kurang ini, kurang itu, banyak sekali kekurangannya bagai butiran debu.”

Seringkali Illona bilang begini ke Bella. “Bella terima kasih ya nak udah request ke Allah dulu untuk pilih ayah dan bunda jadi orangtua Bella di bumi. Padahal ada banyak ayah dan bunda lainnya yang jauh lebih baik dari ayah dan bunda yang ini. You gave us chance to be a better person“.

Dan Bella pun menjawab, “Don’t wowwy, no pooblem. It’s ok. Can Bella watch tv now??”
Bunda Bella malah tidak jadi haru kepada Bella. Ayah dan bunda ngomongnya udah mengharu biru padahal, dan Bella malah cari momen buat izin nonton teve. [Paramuda/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Cara Rasulullah dalam Mendidik Anak Nakal

MENDIDIK anak ternyata tidak mudah, namun tirulah yang dilakukan Rasulullah ini. Memahami bakat dalam mendidik anak dan mengembangkan kreatifitasnya adalah hal yang sangat penting dan patut dimiliki oleh sorang ayah. Sebab bakat dan potensi anak tak akan berkembang dengan baik jika tidak dilatih dan dikembangkan. Itulah mengapa Rasulullah memerintahkan kepada orang tua agar buah hati diajari dan dibekali sesuatu hal yang berkaitan dengan potensinya.

Dua kisah ini adalah potret bagaimana Rasulullah menjaring potensi/mendidik anak menjadi kreatif dan berbakat:

Sahabat Zaid Bin Tsabit, bukanlah keluarga Rasulullah secara langsung. Ia adalah anak dari sahabat nabi. Rasulullah melihat Zaid begitu cakap dalam hal ilmu faraid (yakni ilmu tentang hal Waris) maka rasulullah mengajarinya tentang ilmu faraid melalui pedoman Alquran secara intens. Hingga suatu hari beliau bersabda diantara kaum muslimin:

“Orang yang paling paham tentang ilmu faraid di antara kalian adalah Zaid Bin Tsabit.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An NasaI, dan Ibnu Majah)

Hal yang sama pun dilakukan Rasulullah kepada Khalid Bin Walid. Ia adalah sahabat yang gagah dan berani, serta pandai di medan perang. Maka Rasulullah menghadiahinya sebuah pedang seraya berkata: “Khalid Bin Walid adalah salah satu pedang diantara pedang-pedang Allah yang menumpas orang-orang musyrik.” (HR Ahmad)

Dan benar saat dewasa Khalid adalah sosok panglima Muslim yang tak penah gentar dalam perjuangan menyelamatkan agama Allah. Melihat dua kisah diatas, betapa Rasululah sangat memberikan contoh bagaimana membaca potensi anak dan melakukan hal yang tepat untuk memahami, mendukung, serta memotivasi bakat yang dimiliki sehingga mendatangkan kebaikan. Inilah pelajaran yang perlu diteladani orang tua.

Bagaimana jika anak mulai bebal dan tidak mengindahkan perintah (Bandel)? Kisah ketiga akan menjawabnya:

Kisah ini diilhami oleh seorang sahabat yakni Anas Bin Malik yang telah menjadi pelayan Rasululah kala berusia anak-anak, 10 tahun di dalam riwayat disebutkan. Pada suatu hari Rasulullah memerintahkan Anas untuk pergi ke suatu tempat karena keperluan. Karena perintah itu bukan berasal dari Rasulullah secara langsung maka Anas yang sedang asik bermain tidak mau pergi dan kembali bermain bersama temannya.

Kala itu Anas bukan bermaksud tidak patuh, ia hanya ingin yang mengatakan perintah tersebut adalah Rasulullah. Wajar sajalah kala itu usianya adalah anak-anak yang masih menginginkan dunianya bersama kawan-kawannya. Tak lama kemudian Rasulullah menemui Anas yang tengah bermain dan menarik telinga anas (menjewer) dengan senyum dan nada gurauan kemudian bersabda:

“Hai Anas! Apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan?

Anas pun menjawab, “Insya Allah saya akan berangkat wahai Rasulullah!” lalu saya segera berangkat melaksanakan perintah Rasulullah (HR Muslim dan abu Dawud)

Sahabat, lihatlah bagaimana Rasulullah berlaku tegas dalam mendidik anak-anak, kita harus bisa membedakan mana tegas dan mana marah. Tidak serta merta Rasulullah membentak Anas bahkan memukul atas kebandelannya, Beliau mencoba menanyakan terlebih dahulu disertai dengan senyuman pula dan gurauan. Maka inilah yang disebut keteladanan dan kebijaksanaan.

Nah itu tadi kisah yang menyajikan bagaimana Rasulullah mendidik anak dan memotivasi potensi anak dan mengajari kedisiplinan, semoga sebagai orang tua kita senantiasa bersabar dan dikaruniai kekuatan untuk menjaga amanah-Nya. Amin. [ihram.asia]

 

INILAH MOZAIK

Anjuran Berwudu Sebelum Tidur Meski Sedang Haid?

SEBAGAIMANA diketahui bahwa sebelum tidur disunnahkan (dianjurkan) untuk berwudhu terlebih dahulu, agar tidurnya lebih berkah dan membawa kebaikan. Hal ini sebagaimana mengamalkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam berikut ini.

Dari hadits Al-Bara bin Azib radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu.” (HR. Bukhari, no. 247; Muslim, no. 2710)

Lantas bagaimana dengan wanita haidh yang darahnya masih mengalir, apakah sebelum tidur dianjurkan pula untuk berwudhu? Yang jelas kalau orang dalam keadaan junub dan belum langsung mandi, maka ia dianjurkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Misalnya, sehabis hubungan intim di malam hari, lantas belum sempat mandi, maka disunnahkan berwudhu sebelum tidur. Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa jika dalam keadaan junub dan hendak tidur, beliau mencuci kemaluannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.” (HR. Bukhari, no. 288).

Aisyah pernah ditanya oleh Abdullah bin Abu Qais mengenai keadaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Bagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika dalam keadaan junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?” Aisyah menjawab, “Semua itu pernah dilakukan oleh beliau. Kadang beliau mandi, lalu tidur. Kadang pula beliau wudhu, barulah tidur.” Abdullah bin Abu Qais berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan segala urusan begitu lapang.” (HR. Muslim, no. 307).

Apakah wanita haidh keadaannya sama dengan orang junub? Jawabannya tidak sama. Kalau orang junub berwudhu, itu untuk memperingan junubnya. Sedangkan untuk wanita haidh berwudhu, maka itu tidak manfaat apa-apa. Bahkan ketika ia mandi besar (mandi wajib) pun saat darah haidhnya mengalir, tidak dikatakan hadatsnya hilang. Sehingga dari sini tidaklah sama. Al-Hafizh Ibnu Hajar menukil perkataan Ibnu Daqiq Al-Ied, Imam Syafii menyatakan bahwa anjuran (berwudhu sebelum tidur) tidaklah berlaku pada wanita haidh. Karena meskipun ia mandi, hadatsnya tidak akan hilang (jika masih terus keluar darah). Hal ini berbeda dengan orang junub. Namun jika darah haidh berhenti, namun belum langsung mandi wajib, maka statusnya sama seperti orang junub. (Fath Al-Bari, 1: 395)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, menurut ulama Syafiiyah disepakati bahwa tidak dianjurkan bagi wanita haidh untuk berwudhu (sebelum tidur) karena wudhu tidak berpengaruh apa-apa. Namun jika darah haidh berhenti, maka statusnya sama seperti orang junub. Wallahu alam. (Syarh Shahih Muslim, 3: 218). Semoga jadi ilmu yang bermanfaat. [Fatawa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 155247/Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Faedah Zikir Sebelum dan Sesudah Tidur

DISUNAHKAN berbaring pada sisi kanan. Manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaad Al-Maad, 1:321-322).

Membaca dzikir sebelum tidur:

ALLOHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIK, WA WAJJAHTU WAJHII ILAIK, WA FAWWADH-TU AMRI ILAIK, WA ALJATU ZHAHRI ILAIK, ROGHBATAN WA ROHBATAN ILAIK. LAA MALJA-A WA LAA MANJAA MINKA ILLA ILAIK. AAMANTU BI KITAABIKALLADZI ANZALTA WA NABIYYIKALLADZI ARSALTA.

Manfaat dari dzikir ini:

Jika seseorang membaca dzikir di atas ketika hendak tidur lalu ia mati, maka ia mati di atas fithrah (mati di atas Islam). Bismika allahumma amuutu wa ahyaa. Artinya: “Dengan namaMu, ya Allah! Aku mati dan hidup.” (HR. Bukhari, no. 6312 dan Muslim, no. 2711).

Bisa juga dengan lafazh, “ALLAHUMMA BISMIKA AMUUTU WA AHYA”.

 

Membaca dzikir setelah bangun tidur,

“ALHAMDULILLAHILLADZI AHYANAA BADA MAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR.” (HR. Bukhari, 11:113). Membaca dzikir sebelum dan sesudah tidur, agar tidurnya penuh berkah, tidak terdapat tirotun (kekurangan). Juga dzikir ini moga sebagai akhir perkataan setiap orang yang akan tidur.

Dzikir atau wirid yang dilakukan sebelum tidur sifatnya tawqifiyyah, mesti patuh pada dalil, tidak ada qiyas dalam hal ini. Maka wajib menjaga dzikir sebagaimana disebutkan dalam hadits. Karena Al-Bara bin Azib ketika keliru membaca dzikir sebelum tidur dengan kalimat “wa rosulikalladzi arsalta”, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan padanya, “Tidak seperti itu, namun yang benar dengan kalimat WA NABIYYIKALLADZI ARSALTA. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

 

 

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Pilar Keluarga Sakinah

Dunia ini bisa menjadi surga sebelum surga sebenarnya, jika kita mampu mendudukkan posisi yang tepat dalam menjalani proses hidup. Terutama dalam bingkai rumah tangga yang sedang kita jalani.

Namun, dunia ini bisa juga menjadi lubang neraka dari neraka yang sesungguhnya, jika kita tidak tepat dan cenderung salah menempatkan proses yang seharusnya.

Membangun rumah tangga harapannya selalu berpilar kepada sakinah; damai, tenang, dan bahagia. Berikut ini ada baiknya kita kenali lagi pilar keluarga sakinah.

Pertama, pagari benteng rumah tangga dengan sungguh-sungguh berpegang teguh pada Alquran dan sunah.

Kedua, ingat bahwa tujuan utama hidup berumah tangga adalah meraih ridha Allah dan kebahagiaan di “kampung akhirat”. Ketiga, tumbuhkan saling cinta, semata karena Allah. Sehingga saat terlihat kekurangan dari pasangan kita, dipandangnya sebagai keistimewaannya.

Bertambah usia pernikahan, bertambah rasa sayangnya, semakin manja dan mesra. Keempat, bingkailah ide dan aktivitasnya sebagai ikhtiar untuk saling melayani, melindungi, dan menyenangkan keluarga.

Kelima, sadari bahwa halal adalah pintu sakinah. Sehingga makan minumlah dari sesuatu dan proses yang halal.

Keenam, kekuatannya saling mendoakan di penghujung malam. Ketujuh, minimal sepekan sekali “tarbiyyah ahliyah” pembinaan keluarga dengan duduk bersama mengaji dan mengkaji Alquran dan sunah. Kedelapan, segera minta maaf tatkala melakukan kesalahan.

Kesembilan, mensyukuri nikmat Allah dengan senang berbagi dan sedekah. Kesepuluh, tawakal yang penuh bahwa hanya Allah segala-galanya.

 

Oleh: Muhammad Arifin Ilham

REPUBLIKA

Ternyata Rasul Anjurkan Tidur Qailulah

PERNAHKAH di antara kita yang mengamalkan tidur qailulah dan mengetahui manfaatnya? Coba perhatikan ayat berikut,

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nur: 58)

Ayat yang mulia ini kata Ibnu Katsir mengandung pelajaran bahwa hendaklah keluarga dekat meminta izin terlebih dahulu pada sesama kerabatnya. Hendaklah hamba sahayanya dan anak-anaknya yang belum baligh meminta izin pada tiga waktu:

  1. Sebelum shalat Shubuh karena ketika itu masih tidur di atas ranjang.
  2. Waktu qailulah yaitu di siang hari karena waktu tersebut biasanya pakaiandicopot untuk rehat.
  3. Setelah shalat Isya karena pada saat itu adalah waktu tidur (beristirahat).

Di tiga waktu tersebut, anak-anak dan hamba sahaya tidak boleh masuk tanpa izin.

(Lihat Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 5: 565). Apa itu tidur qailulah? Pengertian qailulah adalah tidur di siang hari. Imam Al-Aini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah tidur di tengah siang. Sedangkan Al-Munawi mengatakan bahwa qoilulah adalah tidur di tengah siang ketika zawal (matahari tergelincir ke barat), mendekati waktu zawal atau bisa jadi sesudahnya. (Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 34: 130)

Dalil yang menganjurkan tidur qailulah (tidur siang) adalah hadits dari Anas radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Tidurlah qailulah (tidur siang) karena setan tidaklah mengambil tidur siang.” (HR. Abu Nuaim dalam Ath-Thibb 1: 12; Akhbar Ashbahan, 1: 195, 353; 2: 69. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1647)

Dalam Umdah Al-Qari sebagaimana disebutkan dalam Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 34: 130, hukum tidur qailulah adalah sunnah. Menurut penilaian ulama berarti tidur siang itu tidak wajib. Artinya tidak sampai berdosa kalau ditinggalkan, tinggal siapa yang mampu dan punya kesempatan menunaikannya.

Apa manfaat tidur qailulah?

Imam Asy-Syirbini Al-Khatib menyatakan bahwa tidur qailulah adalah tidur sebelum zawal(matahari tergelincir ke barat). Ibaratnya itu seperti sahur bagi orang yang berpuasa. (Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah, 34: 130). Berarti tidur siang ini akan semakin menguatkan aktivitas ibadah. Semoga bisa diamalkan. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Hari Ini Seluruh Jamaah Haji Telah Tinggalkan Arab Saudi

Musim haji 2017 atau 1438 H benar-benar telah berakhir pada hari Ahad (8/10). Hal ini ditandai dengan pemberangkatakan sebanyak 200 orang jamaah haji asal Pakistan dari Bandara Jeddah Arab Saudi.

“Musim operasi haji berjalan lancar karena kerja sama antara berbagai departemen pemerintah yang secara gigih bekerja untuk melayani para peziarah,” begitu pernyataan pejabat berwenang di Bandara Jeddah seperti dilansir Saudigazette.com.

Menurut data dari pihak terkait, setelah musim haji peziarah yang pulang ke tanah airnya melalui bandara Jeddah mencapai 846.400 orang dengan jumlah penerbangan mencapai 3.670 penerbangan.

Pihak pemerintah Arab Saudi pun sudah melakukan pengawasan yang ketat untuk mengantisipasi jamaah haji yang mencoba tetap tinggal di Arab Saudi ketika musim haji telah usai. Pihak imigrasi negara itu menyatakan melarang keras para peziarah yang datang untuk haji memperpanjang masa tinggal mereka setelah visa hajinya berakhir.

Departemen akan mulai memberlakukan denda sampai 50.000 Real pada mereka yang gagal berangkat tepat waktu. Pelanggaran tersebut juga menghadapi hukuman enam bulan penjara dan deportasi.

Menurut peraturan tersebut, orang-orang yang membawa peziarah melewati masa waktu visa mereka, atau orang-orang yang menemukan bahwa mereka menyediakan pekerjaan dan transportasi juga dikenai hukuman denda hingga 100.000 Real, enam bulan penjara, dan kemungkinan deportasi jika mereka bukan orang Saudi.

Sedangkan kepada perusahaan pengirim jamaah haji yang kedapatan tidak memberi tahu bahwa ada jamaah hajinya yang tidak meninggalkan Arab Saudi, maka akan dikenai hukuman denda hingga 100.000 Real untuk setiap jamaah haji.

 

IHRAM

Anjuran Rasul: Sholat Memakai Sepatu dan Sandal?

ADA sebagian dari hadits shahih yang memang wajib dijalankan dan berdosa bila ditinggalkan. Tetapi ketentuan itu tidak berlaku pada semua hadits shahih. Mengapa demikian? Sebab kita juga menemukan banyak sekali hadits shahih yang ternyata hukumnya tidak wajib untuk dikerjakan, tetapi hanya sebatas sunnah atau mubah saja, tidak sampai menjadi kewajiban. Maka meninggalkannya tidak lantas membuat kita berdosa.

Bahkan beberapa hadits shahih itu ada yang hukumnya justru makruh kalau dikerjakan, hingga sampai batas diharamkan. Alih-alih berdosa, justru hukumnya wajib ditinggalkan. Kita menemukan banyak sekali hadits shahih yang mana secara hukum boleh kita tinggalkan dan tidak mengapa bila kita tidak mengerjakannya. Dan kita tidak berdosa bila meninggalkannya.

Hadits-hadits tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat shalat memakai sepatu cukup banyak yang shahih, diantaranya hadits berikut ini: Abu Maslamah Said bin Yazid Al-Azdi bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahuanhu: “Apa benar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dengan mengenakan kedua sandalnya?”. Beliau (Anas bin Malik) menjawab,”Ya”. (HR. Bukhari)

Coba kita perhatikan sekeliling kita, siapa diantara kita yang mengamalkan hadits shahih di atas? Nyaris tidak ada dan bahkan kalau sampai kita kerjakan, yaitu shalat pakai sepatu di dalam masjid, pasti habislah kita dibantai orang semasjid. Padahal kalau dipikir-pikir, ketika Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dengan mengenakan sepatu, bukan hal yang terjadi sesekali dua kali, melainkan perbuatan yang bersifat standar, dimana beliau selalu bersepatu ketika mengerjakan shalat.

Bahkan kita juga menemukan hadits lain yang menyebutkan bahwa ada penekanan khusus dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para shahabat untuk shalat mengenakan sepatu, sebagaimana hadits berikut: Dari Syaddan bin Aus radhiyallahuanhu (marfu’) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berbedalah kalian dari Yahudi. Mereka tidak shalat memakai sandal atau sepatu. (HR. Abu Daud)

Namun meski demikian, seluruh ulama sepakat bahwa shalat tidak wajib pakai sepatu. Tidak ada satu pun ulama yang menjadikan sepatu sebagai rukun shalat yang bila tidak dipakai lantas membuat shalat menjadi tidak sah.

 

INILAH MOZAIK

Menghijrahkan Hati

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt., Dzat Yang Maha Menciptakan langit, bumi beserta segala isinya. Tiada yang luput sedikitpun sekecil apapun dari pengetahuan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw., sang kekasih Allah, suri teladan seluruh umat manusia.

Saudaraku, kita harus bisa menyediakan waktu, menyempatkan diri untuk memeriksa hati kita. Karena hati kita sangat mudah kotor dengan percikan noda-noda dosa.

Demikian juga kita penting untuk selalu memeriksa hati meluruskan niat. Karena kita sudah mendengar dalam sebuah hadits shohih bahwa seorang pejuang yang syahid di medan perang ternyata tidak memperoleh surga karena rupanya niatnya bukanlillaahi taala, melainkan karena ingin dipandang dan disebut sebagai pemberani dan pahlawan.

Oleh karena itu saudaraku, penting bagi kita untuk menghijrahkan hati dari menuhankan sesuatu selain Allah, kepada tauhiid yang bersih dan lurus. Juga menghijrahkan hati dari kondisi yang berlumur noda-noda dosa kepadaqolbun saliim, hati yang bersih dan selamat.

Karena hati adalah panglima. Hati adalah nahkoda. Rosululloh Saw. telah mengingatkan kepada kita bahwa jika lurus hati kita maka luruslah seluruh diri kita, sedangkan jika melenceng hati kita maka tersesatlah seluruh diri kita.

Allah Swt. berfirman,”(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,”(QS. Asy Syuaro [26] : 88-89)

Hanya orang-orang dengan hati yang bersih yang akan menghadap Allah dengan keselamatan. Tiada yang lebih membahagiakan selain pertemuan dengan Allah Swt.

Semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang mampu menghijrahkan hati dari kemusyrikan kepada tauhiid, dari menuhankan perhiasan dunia kepada hanya menuhankan Allah Swt.Aamiin yaa Robbal aalamiin.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

 

Belajar Alquran dan Mengajarkannya

Mengajarkan Alquran menjadi elemen yang amat penting. Belajar Alquran tentu amat baik, tapi belum tentu yang terbaik jika ilmu Alquran yang kita dapat kita simpan rapat-rapat demi sebuah gelar ustaz. Belajar dan mengajarkan Alquran menjadi paket yang tak terpisahkan.

Bahkan ada ancaman bagi seseorang yang sengaja menyembunyikan ilmu dari kitabullah. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Baqarah [2]: 159-160)

Maka mulialah mereka yang mengabdikan diri di surau-surau kecil mengajarkan kitab suci kepada anak-anak yang masih lugu. Mereka sejatinya sebaik-baik orang meski tak ada gaji bulanan yang mampir ke rekening jelang tanggal 30. Mereka yang mengajarkan ilmu nan bermanfaat karena berkat a, ba, ta, tsa..anak-anak itu kelak lancar membaca al-Fatihah dalam shalat mereka.

Dalam tiap rakaat anak-anak itu kelak, mengalir puluhan pahala kepada para guru ngaji itu. Bukankah Rasulullah SAW sudah bersabda, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR Muslim)

Betapa beruntungnya para guru mengaji yang serba ikhlas itu. Bagaimana mereka tidak ikhlas? guru mengaji bukanlah profesi yang harus repot melakukan sertifikasi demi tambahan gaji. Merekalah orang yang penuh kesadaran menginsyafi diri. Bisa jadi bekal mereka untuk pulang ke kampung akhirat amatlah kurang.

Maka mereka berlomba mengumpulkan pundi-pundi pahala dengan menebar ilmu yang amat bermanfaat. Sungguh mengeja satu huruf dalam Alquran begitu besar pahalanya. Nabi SAW bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan Alif laam miim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR Tirmidzi)

Menjadi manfaat adalah tujuan hidup sebaik-baik manusia. Kalau terlampau berat mengajari anak-anak mengaji, minimal kita pastikan anak-anak kita bisa mengeja Alquran lewat lisan ayah ibunya.

 

Disarikan dari Dialog Jumat Republika