Ketika Jin Meminta Bekal Makanan pada Rasul

TERDAPAT banyak dalil yang menunjukkan bahwa jin melakukan aktivitas makan dan minum sebagaimana manusia. Diantaranya,

[3] Permintaan jin muslim kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau bercerita, Bahwasanya ia pernah membawakan pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam wadah berisi air wudhu dan untuk istinjak beliau. Ketika ia membawanya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Siapa ini?” “Saya, Abu Hurairah”.

Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam meminta, “Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci. Dan jangan bawakan padaku tulang dan kotoran.” Abu Hurairah berkata, “Kemudian aku mendatangi beliau dengan membawa beberapa buah batu dengan ujung bajuku. Hingga aku meletakkannya di samping beliau dan aku berlalu pergi. Ketika beliau selesai buang hajat, aku pun berjalan menghampiri beliau dan bertanya, “Ada apa dengan tulang dan kotoran?” Beliau bersabda,

“Tulang dan kotoran merupakan makanan jin. Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari daerah Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. Lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar setiap kali mereka melewati tulang dan kotoran, mereka mendapatkan makanan padanya”. (HR. Bukhari 3860)

Dalam hadis lain dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian beristinja (membersihkan kotoran pada dubur) dengan kotoran dan jangan pula dengan tulang karena keduanya merupakan bekal bagi saudara kalian dari kalangan jin.” (HR. Tirmidzi no. 18. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

[4] Penjelasan Ibnul Qayyim. Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa khamr adalah minuman setan. Karena Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan.” (QS. Al Maidah: 90). Allah sebut, minum khamr adalah perbuatan setan. Artinya khamr termasuk minuman setan. (Alam jin wa Syayathin, hlm. 20)

 

INILAHMOZAIK

Tulang Makanannya Jin, Bolehkah Kita Makan Tulang?

DISEBUTKAN dalam hadis riwayat Muslim, bahwa para Jin datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan meminta kepada beliau makanan yang halal. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada mereka: “Makanan halal untuk kalian adalah semua tulang hewan yang disembelih dengan menyebut nama Allah. Ketika tulang itu kalian ambil, akan penuh dengan daging. Sementara kotoran binatang akan menjadi makanan bagi hewan kalian.” (HR. Muslim No.450)

Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Janganlah kalian beristinjak (bersuci setelah buang air) dengan kotoran dan tulang. Karena itu adalah makanan bagi saudara kalian dari kalangan jin.” (HR. Turmudzi 18, dan dishahihkan Al-Albani)

Dari dua hadis di atas dapat kita simpulkan bahwa tulang termasuk makanan jin. Namun apakah ini bisa dijadikan dalil yang mengatakan bahwa tulang haram dimakan manusia? Jawaban Syaikh Abdurrahman As-Suhaim, salah seorang dai ahlus sunah di Kementrian Wakaf dan Urusan Islam, Riyadh, KSA. Ketika beliau ditanya tentang hukum makan tulang, apakah haram? Beliau menjelaskan:

Allah berfirman: Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Anam: 145)

Ditambah beberapa keterangan beberapa binatang haram yang disebutkan dalam hadis, seperti binatang buas yang bertaring, burung yang bercakar untuk menerkam musuh, atau khimar jinak, dan beberapa dalil lainnya. Artinya, selain itu kembali kepada hukum asal, yaitu mubah. Karena hukum asal segala sesuatu adalah halal. Sementara tidak disebutkan keterangan tentang haramnya tulang.

Adapun statusnya sebagai makanan jin, tidaklah berpengaruh terhadap status hukum tulang. Karena ketetapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa tulang sebagai makanan jin, tidaklah menunjukkan larangan untuk memakannya. Dan tidak ada larangan untuk makan tulang. Kemudian, orang yang meyakini haramnya tulang, dia wajib mendatangkan dalil. Karena jika tidak, maka dikhawatirkan dia dianggap berdusta atas nama syariah. (Disadur dari: almeshkat.net)

Ketika Allah menghalalkan sesuatu, maka hukum asalnya adalah halal semuanya, kecuali bagian yang membahayakan, karena alasan sisi bahayanya. Sehingga, ketika Allah halalkan binatang ternak, unta, sapi, atau kambing, berarti semua bagian dari hewan ini adalah halal, kecuali jika ada bagian yang haram.

Dalam kitab al-Mudawwanah dinyatakan, “Semua yang mengikuti status daging, seperti lemak, liver, kars (isi perut usus dan sebangsanya), jantung, paru, limpa, ginjal, tenggorokan, skrontum, tengklek, kepala, dan semacamnya. Semuanya dihukumi sebagaimana hukum daging.” (Tahdzib al-Mudawwanah, 3/87).

Kami sudah mencari fatwa mengenai hukum makan tulang, dan kami belum menjumpai adanya fatwa ulama yang mengharamkan tulang. Meskipun mereka telah menyebutkan dalil bahwa tulang adalah makanan jin.
Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAHMOZAIK

Solusi Rasul Jika Lupa Baca Bismillah saat Makan

TERDAPAT banyak dalil yang menunjukkan bahwa jin melakukan aktivitas makan dan minum sebagaimana manusia. Diantaranya,

[1] Perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam agar kita tidak meniru kebiasaan setan ketika makan dan minum. Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu anha, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian makan, makanlah dengan tangan kanannya. Ketika minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim 2020).

[2] Peringatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bagi yang makan tidak membaca basmalah. Dalam hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Jika salah seorang di antara kalian memasuki rumahnya, lalu ia berdzikir pada Allah ketika memasukinya dan ketika hendak makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), “Sungguh kalian tidak mendapat tempat bermalam dan tidak mendapat makan malam.” Namun ketika seseorang memasuki rumah dan tidak berdzikir pada Allah, setan pun berkata (pada teman-temannya), “Akhirnya, kalian mendapatkan tempat bermalam.” Jika ia tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan pun berucap (pada teman-temannya), “Kalian akhirnya mendapat tempat bermalam dan makan malam.” (HR. Muslim 2018).

Dalam hadis dari Umayyah bin Mihshon Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam-, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah duduk dan saat itu ada seseorang yang makan tanpa membaca Bismillah hingga makanannya tersisa satu suapan. Ketika ia mengangkat suapan tersebut ke mulutnya, ia mengucapkan: “Bismillah awwalahu wa akhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).”

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun tertawa dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Setan terus makan bersamanya hingga ketika ia menyebut nama Allah (Bismillah), setan memuntahkan apa yang ada di perutnya.” (HR. Abu Daud 3768, Ahmad 18963 dan al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan).

 

INILAH MOZAIK

Ini Pendapat Ketua MUI Ma’ruf Amin Soal Mahar Politik

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin menyatakan tidak akan mengeluarkan fatwa haram soal mahar politik. Terlebih, sudah ada undang-undang yang mengatur soal politik uang. MUI pun sudah pernah mengeluarkan fatwa haram politik uang.

Kan sudah ada fatwanya (fatwa haram politik uang), sudah ada aturannya (undang-undang). Sekarang tinggal penegakan hukumnya (law enforcement). Aturannya ada fatwanya ada nggak perlu lagi,” kata Ma’ruf Amin di Tower Unusa Kampus B, Jalan Jemur Sari, Surabaya, Rabu (17/1).

Soal masih banyaknya permintaan mahar politik, M’aruf Amin meminta agar bisa diselesaikan secara aturan yang ada. Menurutnya, percuma diperbanyak aturan atau fatwa soal pelarangan politik uang, tetapi penegakannya tidak berjalan sesuai harapan.

Nah itu supaya diselesaikan secara aturan. Kan kalau ternyata dia menggunakan mahar politik kan tidak boleh mencalonkan. Tinggal bisa dibuktikan atau enggak,” ujar Ma’ruf Amin.

Seperti diketahui, rumor soal adanya mahar politik di Pilkada 2018 kembali menjadi perbincangan. Itu sejak La Nyalla Mattalitti mengaku diminta uang ratusan miliar oleh Ketua Umum Prabowo Subianto, sebagai syarat mendapatkan rekomendasi agar diusung Gerindra di Pilgub Jawa Timur 2018.

Kemudian di Pilkada Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengaku diminta uang Rp 10 miliar oleh oknum di Partai Golkar. Ini terjadi saat Golkar masih dipimpin Setya Novanto. Begitu pun di Pilkada Cirebon, di mana Brigjen Polisi Siswandi mengaku gagal dicalonkan oleh Partai Keadilan Sejahtera karena diminta mahar.

 

REPUBLIKA

MUI Ajak Umat Islam Keluar dari Zona Nyaman

Anggota Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Hidayat mengajak umat Islam untuk keluar dari zona nyaman, sehingga mampu membuat perubahan dalam hidupnya.

Hal ini disampaikan Hidayat dalam acara Tiens Indonesia di Britama Sport Mall, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Ahad (21/1). Perhelatan akbar tahunan tersebut dihadiri oleh sekitar 3.000 distributor Tiens yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia.

Kegiatan ini mengangkat tagline Power Up From Zero to Hero “Saya mengajak kepada kita semua untuk keluar dari zona nyaman,” kata Hidayat dalam acara tersebut.

Menurut Hidayat, 17 Tahun berdirinya Tiens Indonesia merupakan waktu yang sangat strategis untuk melangkah lebih baik. Menurut dia, Tiens merupakan perusahaan yang memiliki sisi kemanusian yang lebih luas.

“Jangan anda membuat batasan sendiri di saat anda mau membuat sesuatu, karena ini akan meminimalkan potensi dan kepercayaan diri,” kata Hidayat.

Hidayat mengatakan, untuk mendapatkan kesuksesan tidak hanya perlu mengubah sesuatu, tapi juga harus menciptakan kesempatan. Karena, menurut dia, kesempatan-kesempatan yang diciptakan akan melahirkan rencana strategis. “Duplikasikan orang yang belum berhasil menjadi orang yang berhasil,” katanya.

Hidayat berharap Tiens ke depannya tepat memegang prinsip syariah dalam menjual produk-produknya dan mampu menghadapi tantangan dan hambatan yang ada.

“Semoga Tiens tetap memegang prinsip syariah. Mudah-mudahan Tiens bisa memberikan kesempatan besar kepada seluruh keluarga besarnya untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa,” kata dia.

Sementara itu, CEO of Tiens Asia Tenggara Wendy Li menjelaskan bahwa generasi milenial saat ini memiliki banyak kelebihan. Menurut dia, generasi milenial saat ini mampu mengembangkan teknologi dan eksis dalam berbagai macam sosial media. Menurut dia, potensi ini sangat bagus untuk ke depannya.

“Ini sangat bagus untuk bisa menyebarkan bisnis Tiens dengan cepat, lebih fleksibel untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan jaman, memiliki jiwa aktif, enerjik dan pantang menyerah,” kata Wendy.

 

REPUBLIKA

Peristiwa Isra’ Mi’raj: Nabi Muhammad di Langit Kedua

Setelah peristiwa-peristiwa luar biasa di langit pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan menuju langit kedua. Di sini beliau berjumpa dengan Rasulullah Yahya dan Isa.

Di Langit Kedua

. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قِيلَ: مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ المَجِيءُ جَاءَ فَفَتَحَ..”.

Penjaga pintu langit kedua bertanya, “Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad.”

“Apakah ia diutus kepada-Nya?” tanyanya lagi. “Iya”, jawab Jibril. Penjaga pintu langit kedua mengatakan, “Selamat datang. Sebaik-baik orang yang datang telah tiba.” Ia pun membukakan pintu.

Setiap langit terpisah dari langit lainnya. Setiap langit memiliki pintu-pintu dan penjaga masing-masing. Dan juga setiap langit memiliki penghuninya masing-masing. Hal ini bisa kita pahami dari firman Allah Ta’ala:

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا

“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” [Quran Fushshilat: 12].

Setiap langit memiliki urusannya sendiri-sendiri. Demikianlah Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya membuat pengaturan. Sehingga langit itu terjaga dengan penjagaan yang sempurna. Dan memiliki tatanan yang luar biasa.

Memasuki Langit Kedua

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا يَحْيَى وَعِيسَى، وَهُمَا ابْنَا الخَالَةِ، قَالَ: هَذَا يَحْيَى وَعِيسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِمَا، فَسَلَّمْتُ فَرَدَّا، ثُمَّ قَالاَ: مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ، وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ

“Ketika aku telah memasuki pintunya, ternyata ada Yahya dan Isa. Keduanya adalah saudara sepupu. Jibril berkata, ‘Ini Yahya dan Isa. Ucapkanlah salam kepada keduanya’. Aku pun mengucapkan salam dan keduanya membalas salamku. Kemudian keduanya berkata, ‘Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh’.”

Kedua nabi yang bersaudara ini berada di langit yang sama. Sewaktu di dunia, keduanya pun sempat hidup bersama. Allah kumpulkan keduanya di dunia, di lanigt, dan di akhirat kelak. Tentu kita jadi teringat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai.”

Karena itu, cintailah orang-orang shaleh.

Dalam riwayat lain, dijelaskan bahwa pertemuan ini hanya terjadi antara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Nabi Isa ‘alaihissalam saja. Dalam sebuah hadits dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“ثُمَّ مَرَرْتُ بِعِيسَى فَقَالَ: مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ. قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا عِيسَى

“Kemudian aku bertemu dengan Isa. Ia berkata, ‘Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh’.” Aku bertanya (pada Jibril), ‘Siapa ini?’ ‘Ini adalah Isa’, jawab Jibril.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab ash-Shalah (342) dan Muslim dalam Kitab al-Iman (163)).

Nabi Muhammad Menyebutkan Ciri Fisik Nabi Isa

Dalam beberapa hadits, terdapat keterangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ciri fisik Nabi Isa ‘alaihissalam. Sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِيْ لَقِيْتُ مُوْسَى… (فَنَعَتَهُ إِلَى أَنْ قَالَ:) وَلَقِيْتُ عِيْسَى… (فَنَعَتَهُ فَقَالَ:) رَبْعَةٌ، أَحْمَرُ، كَأَنَّمَا خَرَجَ مِنْ دِيْمَاسٍ (يَعْنِي: الْحَمَّامَ).

“Aku berjumpa dengan Musa ketika aku di-isra’-kan… (lalu beliau menyebutkan sifatnya hingga beliau berkata): dan aku berjumpa dengan Isa… (lalu beliau mensifatinya dengan berkata,) bertubuh sedang (tidak tinggi dan tidak pendek), merah, seakan-akan dia keluar dari pemandian’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Anbiya (3254) dan Muslim dalam Kitab al-Iman (168)).

Beliau menyifatinya Nabi Isa seolah-olah keluar dari pemandian, karena rambut beliau basah. Masih meneteskan air. Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا طَأْطَأَ رَأْسَهُ قَطَرَ، وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ

“Bila ia menundukkan kepala, meneteslah air. Bila ia angkat kepalanya, air bercucuran seperti mutiara.” (HR. Muslim no. 2937)

Masih dalam hadits tentang mi’raj, beliau bersabda,

وَرَأَيْتُ عِيسَى رَجُلاً مَرْبُوعًا، مَرْبُوعَ الخَلْقِ إِلَى الحُمْرَةِ وَالبَيَاضِ، سَبِطَ الرَّأْسِ

“Aku nielihat Isa. Orangnya sedang tidak tinggi dan tidak pendek. Sedang bentuk badannya. Berkulit putih kemerah-merahan dan lurus rambutnya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Bad-ul Khalqi (3067)).

Saat perjalanan isra’, beliau juga menyifati Nabi Isa yang sedang shalat di Masjid al-Aqsha:

وَإِذَا عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَائِمٌ يُصَلِّي، أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ

“Di sana terdapat Isa bin Maryam alaihissalam. Ia sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman (172)).

Sumber:
– http://islamstory.com/ar/artical/3406656/الرسول-في-السماء-الثانية

KISAH MUSLIM

Peristiwa Isra’ Mi’raj: Nabi Muhammad di Langit Pertama

Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia, ada seseorang yang berdiri di pintu-pintu langit. Kemudian memasukinya. Dan bertemu dengan mereka yang ada di dalamnya. Orang tersebut adalah Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tiba di Langit Dunia

Langit pertama yang juga dikenal dengan langit dunia adalah persinggahan berikutnya Nabi Muhammad. Sebelumnya, beliau mengendari Burak dari Mekah menuju Jerusalem. Setelah itu beranjak menaiki tangga menuju langit pertama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَانْطَلَقَ بِي جِبْرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَاسْتَفْتَحَ، فَقِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قِيلَ: مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ المَجِيءُ جَاءَ فَفَتَحَ

Kemudian Jibril beranjak bersamaku hingga kami tiba di langit dunia. Ia meminta dibukakan. Penjaga langit pertama bertanya, “Siapa?” “Jibril”, jawabnya. Ia kembali bertanya, “Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad.”

“Apakah ia diutus kepada-Nya”, tanyanya lagi. “Iya”, jawab Jibril. Malaikat itu berkata, “Selamat datang. Sebaik-baik orang yang datang telah tiba.” Ia pun membuka (pintu langit).

Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia seorang manusia, dalam keadaan hidup, berdiri di pintu-pintu langit. Menunggu pintu-pintu itu dibukakan untuknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam paham betul bahwa langit-langit itu memiliki pintu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala tatkala menyifati orang-orang kafir.

لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ

“Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit…” [Quran Al-A’raf: 40].

Dan firman Allah ketika mengisahkan kebinasaan kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam.

فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.” [Quran Al-Qamar: 11].

Karena itu, ketika berdiri di depan pintu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“فَضَرَبَ -أي جبريل- بَابًا مِنْ أَبْوَابِهَا..”.

“Dia mengetuk -yaitu Jibril- pintu-pintu…”

Akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengabarkan kepada kita tentang pintu tersebut. Bagaimana bentuknya. Warnanya. Dan sifat-sifatnya. Karena itu, kita pun tidak berkepentingan menerka-nerka dan membayangkan bagaimana bentuk pintu-pintu langit itu.

Penjaga pintu langit itu menanyakan siapa yang mengetuk. Hal ini menunjukkan yang di dalam langit tidak mengetahui siapa yang berada di luar. Atau penjaga langit itu tidak mengenal perwujudan Jibril dalam bentuk manusia ketika itu. Ketika Jibril menyebutkan dirinya, ia bertanya tentang siapa yang bersamanya. Dalam riwayat al-Bukhari dari Abu Dzar, penjaga langit itu bertanya,

هَلْ مَعَكَ أَحَدٌ؟

“Apakah engkau bersama seseorang?”

Dari riwayat ini, kita bisa memahami penjaga langit tidak melihat siapa yang di luar. Jibril pun menjawab,

نَعَمْ مَعِي مُحَمَّدٌ

“Iya, aku bersama Muhammad.”

Jawaban ini merupakan bentuk pengagungan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ini menunjukkan bahwa penghuni langit mengenal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebelum peristiwa ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada kita sifat langit dunia. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

“إِذَا قَضَى اللهُ الأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ المَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ، فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الحَقَّ، وَهُوَ العَلِيُّ الكَبِيرُ. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ -وَوَصَفَ سُفْيَانُ (هو سفيان بن عيينة أحد رواة الحديث) بِكَفِّهِ فَحَرَفَهَا، وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ- فَيَسْمَعُ الكَلِمَةَ فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الكَاهِنِ، فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ، فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا. فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ مِنَ السَّمَاءِ.

“Apabila Allah memutuskan sebuah perintah di langit, para malaikat menundukkan sayap-sayap mereka dengan penuh takut, bagaikan suara rantai yang ditarik di atas batu putih. Apabila telah hilang rasa takut dari hati mereka, mereka bertanya, ‘Apa yang dikatakakan oleh Tuhan kalian?’ Jibril menjawab, ‘Tentang kebenaran dan Ia Maha Tinggi lagi Maha Besar’. Lalu para pencuri berita langit (setan) mendengarnya. Mereka para pencuri berita langit itu sebagian mereka di atas sebagian yang lain.

-Sufyan (rawi hadits) mencontohkan dengan jari-jarinya- yang paling di atas mendengar sebuah kalimat lalu membisikannya kepada yang di bawahnya. Kemudian selanjutnya ia membisikan lagi kepada yang di bawahnya. Dan begitu seterusnya sampai ia membisikannya kepada tukang sihir atau dukun. Kadang-kadang ia disambar oleh bintang berapi sebelum menyampaikannya atau ia telah menyampaikannya sebelum ia disambar oleh bintang berapi. Kemudian setan mencampur berita tersebut dengan seratus kebohongan. Orang-orang berkomentar: bukankah ia telah berkata kepada kita pada hari ini dan ini… maka ia dipercaya karena satu kalimat yang pernah ia dengan langit tersebut’.” (HR. al-Bukhari, 4/1804 (4522)).

Peristiwa mendengar ini terjadi ketika diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Firman Allah Ta’ala:

فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا

“Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” [Quran Jin: 9]

Dan firman Allah Ta’ala:

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (6) وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ (7) لاَ يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإِ الأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ (8) دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ (9) إِلاَّ مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ

“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” [Quran Ash-Shaffat: 6-10].

Berangkatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke langit merupakan peristiwa istimewa. Karena itu, penjaga pintu langit menyambut beliau dengan bahagia dan mengucapkan, “Selamat datang. Sebaik-baik orang yang datang telah tiba.”

Namun demikian, rasa bahagia penyambutan Nabi ini tidak membuat mereka luput dari amanah dalam menjaga pintu langit. Mereka tetap bertanya, “Apakah dia diutus kepada-Nya?” Padahal Jibril adalah pemimpin mereka. Pemimpin mereka membawa manusia yang mereka kenal sebagai manusia mulia. Yang tidak mungkin kedatangan manusia sampai ke pintu langit dan didampingi Jibril, pasti atas izin Allah. Tapi mereka tetap menanyakan hal itu. Hal ini menunjukkan betapa malaikat tidak memaksiati Allah dalam tugas-tugas yang Allah berikan pada mereka.

يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” [Quran An-Nahl: 50].

Kemudian penjagan pintu langit pun membukakan pintu. Jibril memasuki langit pertama bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di sini, Nabi Muhammad berjumpa dengan bapak manusia, Adam ‘alaihissalam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan:

فَلَمَّا فَتَحَ عَلَينَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَإِذَا رَجُلٌ قَاعِدٌ عَلَى يَمِينِهِ أَسْوِدَةٌ، وَعَلَى يَسَارِهِ أَسْوِدَةٌ، إِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَسَارِهِ بَكَى، فَقَالَ: مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالاِبْنِ الصَّالِحِ. قُلْتُ لِجِبْرِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا آدَمُ، وَهَذِهِ الأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ، فَأَهْلُ اليَمِينِ مِنْهُمْ أَهْلُ الجَنَّةِ، وَالأَسْوِدَةُ الَّتِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ النَّارِ، فَإِذَا نَظَرَ عَنْ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى

Ketika pintu langit dibukakan untuk kami, ternyata ada seseorang yang sedang duduk. Di sebelah kananya terdapat sekelompok besar orang. Demikian juga di sebelah kirinya. Apabila ia menoleh ke sebelah kanan, ia tersenyum. Saat menoleh ke sebelah kiri, ia menangis.

Lalu orang itu berkata, ‘Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah dia?’ Jibril menjawab, Dialah Adam Alaihis Salam, dan orang-orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah ruh-ruh anak keturunannya. Mereka yang ada di sebelah kanannya adalah para ahli surga sedangkan yang di sebelah kirinya adalah ahli neraka. Jika dia memandang ke sebelah kanannya dia tertawa dan bila memandang ke sebelah kirinya dia menangis.’ (HR. al-Bukhari dalam Kitab ash-Shalah (342)).

Pertemuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Nabi Adam ‘alaihissalam di langit pertama merupakan penggambaran yang jelas. Adam adalah manusia pertama. Ia adalah ayah dari semua manusia. Termasuk para nabi. Ia berjumpa dengan putranya yang paling mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk orang yang paling berbahagia dengan kemuliaan keturunannya ini. Kegembiraan itu terlihat dari ucapan beliau:

مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالاِبْنِ الصَّالِحِ

“Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.”

Dalam riwayat lain disebutkan:

مَرْحَبًا وَأَهْلاً بِابْنِي، نِعْمَ الاِبْنُ أَنْتَ

“Selamat datang wahai anakku. Engkau adalah sebaik-baik anak.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid (7079)).

Peristiwa yang menjadi perhatian dalam pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Adam adalah berkumpulnya semua ruh manusia di sekitar Nabi Adam. Ruh-ruh penghuni surga berkumpul di sebelah kanan beliau. Sedangkan ruh-ruh penghuni neraka berada di sisi kirinya. Beliau tersenyum dan menangis. Senyuman beliau adalah ekspresi kebahagiaan. Sedang tangis beliau adalah wujud kasih sayang beliau terhadap anak-anaknya yang akan menemui tempat kembali yang buruk.

Bisa jadi juga beliau merasa bersalah karena beliau menjadi lantaran manusia turun ke bumi. Sehingga manusia berhadapan dengan ujian. Dan mereka gagal menghadapi ujian tersebut. Makna inilah yang beliau ungkapkan ketika berhadapan dengan manusia di Padang Mahsyar kelak. Beliau berkata,

وَهَلْ أَخْرَجَكُمْ مِنَ الجَنَّةِ إِلاَّ خَطِيئَةُ أَبِيكُمْ آدَمَ، لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ..

“Bukankah yang mengeluarkan kalian dari surga adalah kesalahan ayah kalian Adam. Aku tak layak memberi syafaat untuk kalian…” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman (195)).

Melihat 3 Sungai Surga

Di antara hal lainnya yang dilihat Nabi shallallahu antara langit pertama dan langit kedua adalah tiga sungai besar. Ketiga sungai itu adalah Sungai Nil, Sungai Eufrat, dan al-Kautsar.

فَإِذَا هُوَ فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا بِنَهَرَيْنِ يَطَّرِدَانِ، فَقَالَ: مَا هَذَانِ النَّهَرَانِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا النِّيلُ وَالْفُرَاتُ عُنْصُرُهُمَا. ثُمَّ مَضَى بِهِ فِي السَّمَاءِ، فَإِذَا هُوَ بِنَهَرٍ آخَرَ عَلَيْهِ قَصْرٌ مِنْ لُؤْلُؤٍ وَزَبَرْجَدٍ، فَضَرَبَ يَدَهُ فَإِذَا هُوَ مِسْكٌ أَذْفَرُ، قَالَ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ الَّذِي خَبَأَ لَكَ رَبُّكَ

“Ternyata di langit dunia ada dua sungai yang mengalir, Nabi Muhammad bertanya, ‘Dua sungai apa ini wahai Jibril? ‘ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Nil dan Eufrat.’ Kemudian Jibril terus membawa Nabi ke langit, tiba-tiba ada sungai lain yang di atasnya ada istana dari mutiara dan intan, Nabi memukulnya dengan tangannya, tiba-tiba baunya seperti minyak wangi adlfar. Nabi bertanya, ‘Ini apa wahai Jibril? ‘ Jibril menjawab, ‘Ini adalah telaga al Kautsar yang sengaja disimpan oleh Tuhanmu untukmu’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid (7079)).

Dalam perjalanan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat tiga sungai. Yang pertama dan kedua adalah Sungai Nil dan Eufrat. Keduanya akan beliau lihat kembali di langit ketujuh. Adapun al-Kautsar adalah sungai yang istimewa. Ia adalah hadiah yang Allah berikan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Airnya harum bak misik. Bahkan lebih hebat lagi. Ia merupakan sungai di antara sungai-sungai surga.

KISAH MUSLIM

Saudi: Visa Umrah Diperluas untuk Wisata

Komisi Pariwisata dan Warisan Budaya Saudi (SCTH) akan mengumumkan rincian tentang visa turis pada akhir kuartal pertama fiskal tahun ini. SCTH mengkonfirmasi bahwa persyaratan, peraturan, dan rincian yang relevan untuk visa turis akan dipublikasikan di lembaran berita resmi pada akhir Q1 2018 untuk pelaksanaannya. Semua rincian juga akan tersedia di situs resmi SCTH.

Aturan akan dikeluarkan setelah mendapat persetujuan dewan komisaris komisi tersebut. SCTH menugatakan,  berita tentang rincian, persyaratan, dan spesifikasi kebangsaan yang disebutkan di media tidak akurat dan terkadang berdasarkan pertimbangan yang belum disetujui.

Menurut SCTH, persiapan peluncuran visa turis terus dilakukan dalam koordinasi penuh dengan kementerian dalam dan luar negeri. Kedua kementerian tersebut bekerja sama dengan SCTH untuk meletakkan standar yang membentuk fondasi terkait dikeluarkannya peraturan visa turis, yang akan didasarkan sesuai dengan Undang-undang Pariwisata yang dikeluarkan oleh sebuah keputusan kerajaan pada 9/1/1438 Hijriah.

Sebelumnya, pada awal Januari, direktur Otoritas Pariwisata dan Warisan di wilayah Makkah, Mohammed Al-Omari, mengatakan, warga negara dari semua negara yang memiliki akses ke Kerajaan dapat memperoleh visa turis. Kata dia, semua umat Muslim dari negara-negara di seluruh dunia dapat memperoleh visa turis pasca-Umrah.

“Jadi, ketika Umrah selesai mereka bisa menjadi turis. Ini disebut visa umrah yang diperluas untuk wisata pasca-umrah,” kata Al-Omari, dilansir dari Arab News, Selasa (23/1).

Selama masa percobaan Arab Saudi dalam menerapkan sistem visa turis antara 2008 dan 2010, lebih dari 32 ribu wisatawan mengunjungi Kerajaan. Prosedur visa mereka difasilitasi oleh sejumlah operator tur yang dilisensi oleh SCTH.

Inisiatif Visa Pariwisata dimaksudkan untuk menghidupkan kembali sistem visa turis sebelumnya yang memungkinkan pengunjung untuk menemukan destinasi baru di wilayah Kerajaan. Yang mana, hal itu dapat meningkatkan sektor pariwisata, dan mengembangkan layanan dan fasilitas pariwisata dan warisan budaya di Kerajaan.

 

IHRAM

Rasulullah Berdoa untuk Umatnya di Pagi Hari, Mengapa?

Waktu pagi adalah waktu yang sangat utama dan penuh berkah, bukan berarti selain pagi hari adalah waktu yang tidak diberkahi. Namun, pagi hari adalah waktunya manusia memulai aktivitas dan masih penuh semangat setelah istirahat semalaman. Para orang tua  sering mengatakan, jika bangun kesiangan, rezeki akan dipatok ayam.

Kenyataannya di antara waktu yang paling baik untuk bekerja dan mencari rezeki adalah dipagi hari. Rasulullah SAW bahkan secara khusus mendoakan waktu pagi kepada umatnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Ya Allah berkahilah untuk umatku waktu pagi mereka.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah).

Dikutip dari buku yang berjudul ’20 Amalan Rezeki dalam Berbisnis’ karya Yunus Mansur dikatakan bahwa Rasulullah SAW tidak mengirimkan pasukan untuk berperang kecuali pada pagi hari. Peperangan yang akhirnya dipenuhi dengan keberkahan serta kemenangan, karena pasukan yang masih begitu bersemangat membela Islam.

Shakhr Al-Ghamidy adalah sahabat Rasulullah SAW yang meriwayatkan hadits di atas. Sebagai seorang pedagang, beliau menerapkan langsung hadits tersebut dengan selalu mengirimkan barang dagangannya pada pagi hari. Alhasil, beliau memperoleh keberkahan dari Allah SWT berupa keberhasilan usaha dan harta yang yang melimpah.

“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding seorang mukmin yang lemah. Dan pada keduanya terdapat kebaikan. Senantiasa berusahalah untuk melakukan segala yang berguna bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah engkau menjadi lemah.” (HR. Muslim)

“Sesungguhnya Allah SWT senang melihat hamba-Nya bersusah payah (kelelahan) dalam mencari rezeki yang halal.” (HR. Adailami)

Meskipun demikian, janganlah kesibukan pada pagi hari melalaikan kita dari mengingat Allah SWT. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munaafiquun: 9)

Mengingat besarnya keberkahan pada waktu pagi, sebagai seorang muslim hendaknya tidak membiasakan tidur setelah shalat shubuh. Bahkan hingga melalaikan shalat Shubuh dan memilih meneruskan tidurnya.

Rasulullah SAW biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Baru ketika matahari terbit, Rasulullah SAW berdiri meninggalkan tempat shalat beliau. Sangat dianjurkan untuk berdzikir setelah shubuh dan tetap duduk di tempat shalat jika tidak memiliki halangan.

Semoga kita dapat meniru jejak para salihin dalam memanfaatkan waktu pagi. Islam mengajarkan pemeluknya untuk produktif, berkarya, dan tidak bermalas-malasan khususnya di waktu pagi.

 

REPUBLIKA

Ikatan Hati Terkuat adalah dengan Doa

MASIH ingat nama Uwaisy al-Qarni? Ya, beliau adalah orang baik yang disebut Rasulullah sebagai ahli surga. Beliau adalah orang yang doanya senantiasa terkabul. Beliau adalah orang yang hadirnya senantiasa memberikan hikmah dan kebersamaan dengannya membawa berkah. Siapa yang tak ingin selalu bersamanya?

Suatu hari ada seseorang yang memohon kepadanya agar membangun hubungan shilaturrajim dengan berharap beliau berkunjung ke rumahnya. Beliau menjawab begini: “Sesungguhnya aku telah bersambung denganmu dengan sesuatu yang lebih baik dari berkunjung dan bertemu. Sesuatu itu adalah DOA yang dipanjatkan tanpa diketahui oleh yang didoakan. Berkunjung dan bertemu bisa jadi terputus, namun pahala doa akan tetap abadi.”

Demikian yang tertulis dalam kitab Tarikh Dimasyq karya Ibnu ‘Asakir jilid 9 halaman 449. Betapa saling mendoakan kebaikan adalah sesuatu yang sangat baik dalam sebuah pola hubungan. Mendoakan itu akan menjadi pagar yang sangat efektif yang menghalangi kita untuk berbuat tak baik pada saudara dan sahabat kita. Berniat tak baik saja tak mungkin terbersit di hati mereka yang tulus dan serius dalam berdoa.

Power doa itu luar biasa. Rasulullah menyebut doa sebagai otaknya ibadah. Dalam sabdanya yang lain beliau menyebutnya sebagai senjatanya orang mukmin. Sudahkah kita miliki otak ibadah kita? Sudahkah kita gunakan senjata tercanggih dalam menghadapi musuh kehidupan kita?

Berdoalah untuk kita dan orang lain, maka kita akan punya banyak sahabat dan saudara dalam kebaikan, kedamaian dan kebahagiaan.

 

INILAH MOZAIK